177032856-BATUAN-METAMORF

7
BATUAN METAMORF TUGAS PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK Disusun Oleh: ARIS MUNANDAR 410012031 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA 2012/2013

description

GEOLOGI

Transcript of 177032856-BATUAN-METAMORF

  • BATUAN METAMORF

    TUGAS PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

    Disusun Oleh:

    ARIS MUNANDAR

    410012031

    PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

    SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS)

    YOGYAKARTA

    2012/2013

  • BATUAN METAMORF

    A. Pembentukan Batuan Metamorf

    . Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya

    yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang

    terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi

    kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt, 1982).

    Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses

    metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan

    tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut.

    Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur

    kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C 8000 C,

    tanpa melalui fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006).

    Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah perubahan temperatur, tekanan

    dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas (Huang, 1962).

    Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain oleh adanya

    pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal. Panas dalam skala kecil

    juga dapat terjadi akibat adanya gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa

    batuan. Pada batuan silikat batas bawah terjadinya metamorfosa pada umumnya pada suhu 1500

    C + 500C yang ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg carpholite, Glaucophane,

    Lawsonite, Paragonite, Prehnite atau Slitpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya

    metamorfosa sebelum terjadi pelelehan adalah berkisar 6500C-1100

    0C, tergantung pada jenis

    batuan asalnya (Bucher & Frey, 1994).

    Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi dasarnya. Metamorfosa

    akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan yang besarnya beberapa bar

    saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan

    tekanan lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey, 1994).

    Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan, mempunyai

    peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak berperan adalah air beserta

    karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik. Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak

    sebagai katalis atau solven serta bersifat membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekan

    B. Tekstur Batuan Beku

    Teksture pada batuan metamorf:

    1) Teksture foliasi, yaitu adanya kesejajaran orientasi mineral yang memperlihatkan adanya

    perlapisan dan kenampakan kelurusan. Contoh tekstur ini, yaitu:

    Tekstur slaty, butirannya sangat halus (< 0,1 mm), kelurusan pada orientasi planardan subplanar, pecahannya berlembar. Contoh batuannya adalah slate.

  • Tekstur phylitic, berbutir sangat halus sampai halus (kurang dari 0,5 mm), contoh batuannya adalah phylite.

    Tekstur schistose, berbutir halus sampai sangat kasar (>1 mm), contoh batuannya adalah schist.

    Tekstur gneissose, berbutir halus sampai sangat kasar, memperlihatkan perlapisan karena adanya perbedaan mineralogi.

    Tekstur foliasi porphyroblastik, berbutir sangat halus sampai sangat kasar dengan ukuran kristal yang besar (porphyroblastik) tertanam didalam matriks berfoliasi berukuran halus

    Tektur mylonite.

    2) Tekstur diablastik, tekstur yang dicirikan dengan tidak adanya kesejajaran buturan,

    berorientasi radial sampai acak, contoh tekstur ini adalah:

    Tekstur sheaf, tekstur yang memperlihatkan kelompok butiran yang berdabang.

    Tekstur spherolublastik, yaitu tekstur yang memperlihatkan kelompok butiran yang radial.

    Tekstur fibroblastic, tekstur diablastik yang berukuran sama

    3) Tekstur grano blastik

    Tekstur homogranular, merupakan tekstur yang memperlihatkan ukuran butir yang hamper sama.

    Tekstur heterogranular, merupakan teksture yang memperlihatkan ukuran butir yang tidak seragam.

    Tekstur heterogranoblastik, merupakan tekstur yang dicirikan oleh kumpulam mineral yang sama taapi dengan ukuran yang beragam.

    Tekstur tekstur nodularblastik, merupakan tekstur yang memiliki nodular yang tersusun oleh mineral kecil dengan satu atau dua mineral dalam matrik yang memiliki komposisi berbeda.

    C. Struktur Batuan Metamorf

    a. Struktur Foliasi

    Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran mineral-

    mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :

    - Struktur Slatycleavage

  • - Struktur Gneissic

    - Struktur Phylitic

    - Struktur Schistosity

    b. Struktur Non Foliasi

    Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral

    penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :

    - Struktur Hornfelsik

    - Struktur Milonitik

    - Struktur Kataklastik

    - Struktur Flaser

    - Struktur Pilonitik

    - Struktur Augen

    - Struktur Granulosa

    - Struktur Liniasi

    Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh

    beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut ;

    - Komposisi mineral batuan asal

    - Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme

    - Pengaruh gaya tektonik

    - Pengaruh fluida

    D. Tipe-Tipe Metamorfosa

    Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya, metamorfosa

    dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

    1. Metamorfosa regional / dinamothermal

    Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah

    yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini

    dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-floor).

  • Metamorfosa Orogenik

    Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses deformasi yang

    menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan mempunyai butiran

    mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar dari ratusan sampai ribuan

    kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan

    juta tahun lalu.

    Metamorfosa Burial

    Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah geosinklin

    yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang terjadi adalah rekristalisai

    dan reaksi antara mineral dengan fluida.

    Metamorfosa Dasar dan Samudera

    Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar punggungan

    tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan umumnya

    berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya

    reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.

    2. Metamorfosa Lokal

    Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara beberapa meter

    sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :

    Metamorfosa Kontak

    Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku intrusif

    maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan material yang dilepaskan oleh

    magma serta oleh deformasi akibat gerakan massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact

    aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara

    mineral dan fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan

    umumnya berbutir halus.

    Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.

    Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil temperatur yang tinggi

    pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada

    xenolith atau pada zone dike.

    Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik

    Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses yang

    terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan sranulasi batuan.

  • Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau

    milonit.

    Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme

    Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar butir atau pada

    retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi mineral dan kimia.

    Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

    Metamorfosa Impact

    Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya hanya beberapa

    mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral coesite dan stishovite.

    Metamorfosa ini erat kaitannya dengan pab\nas bumi (geothermal).

    Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

    Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat

    tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperature yang lebih rendah (Combs,

    1961).

    Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi mineral, seperti:

    Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit; secara tipikal bertekstur granoblastik.

    Kuarsit adalah batuan metamorfik bertekstur granobastik dengan komposisi utama adalah

    kuarsa, dibentuk oleh rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang. Secara umum jenis batuan

    metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:

    Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi utamanya adalah ampibol

    (biasanya hornblende) dan plagioklas.

    Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin klino ompasit tanpa

    plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina) dan garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai

    komposisi kimia seperti basal, tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal

    dari batuan beku.

    Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama kuarsa, felspar, sedikit

    garnet dan piroksin) mempunyai tekstur granoblastik. Perkembangan struktur gnessiknya lemah

    mungkin terdiri dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.

    Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari butiran-butiran yang

    equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada.

    Butiran-butiran kasar yang sama disebut granofels.

    Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh pembutiran atau aliran

    dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit,

  • tergantung atas jumlah dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan

    kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.

    Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral dari kelompok

    serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat. Serpentinit dihasilkan dari alterasi

    mineral silikat feromagnesium yang terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.

    Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari mineral kapur-silikat

    seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi karena perubahan komposisi batuan penutup

    (country rock) pada kontak batuan beku.