17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper...

31
CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN TRIPARTIT: ANALISIS TERHADAP STUDI KASUS PT RIAU ANDALAN PULP AND PAPER DAN PT LAPINDO BRANTAS (2002 - 2009) Disusun untuk ikut serta dalam Lomba Ilmiah Mahasiswa Sosial Politik Universitas Indonesia Kategori Lomba Karya Tulis Ilmiah 2009 oleh: Ahmad Naufal Dai (0706291174) Tangguh (0706291426) Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Transcript of 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper...

Page 1: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN TRIPARTIT:

ANALISIS TERHADAP STUDI KASUS PT RIAU ANDALAN PULP AND PAPER DAN PT LAPINDO

BRANTAS (2002 - 2009)

Disusun untuk ikut serta dalamLomba Ilmiah Mahasiswa Sosial Politik Universitas Indonesia

Kategori Lomba Karya Tulis Ilmiah2009

oleh:Ahmad Naufal Dai (0706291174)

Tangguh (0706291426)

Departemen Ilmu Hubungan InternasionalFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

Page 2: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

Abstract

This paper sought for a deeper understanding in the notions of CSR in accordance

with the demand from the society for a more beneficial existence of a corporation

in Indonesia. Provided that the society and government had laready have the same

logic in accepting CSR, what we are seeking to explain in this paper is on the

question of how and what kind of role society and government provide to

incentifize and sustain the active role of company in doing their CSR. Upon this

case we took two examples of company, the RAPP, ltd (Riau Pulp and Paper) as

the branch corporation of the larger APRIL (Asia Pacific Resources

International Limited) and Lapindo Brantas Ltd. In this paper we also elaborate

the notion of tripartite relation between the government-civil society-capital.

Upon our conclusion we find out that in terms of achievements done, RAPP was

better than Lapindo in implementing their CSR, Riaupulp was able to lure the

society’s and district government’s support when at the same time Lapindo was

crucified. Somehow we find that it was up to the company’s own goodwill to

enforce the CSR in this country because both the society and the government

somehow remain indifferent to unite in observing the role of CSR. The society are

not strongly bound and the government could be no more than a lame watchdog.

Keywords: CSR, Tripartite relationship, Government’s role, Society’s role,

RAPP ltd, Lapindo Brantas inc.

Page 3: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

KATA PENGANTAR

Hoi Poloi

(peribahasa Yunani, “Demi Rakyat”)

Konsep CSR di Indonesia boleh dikatakan masih hijau. Implemetasinya masih

mengalami banyak kendala dan tantangan. Diantara terkait pertanyaan apakah

benar kesadaran akan entitas perusahaan dibebani tanggung jawab sosial

(Corporate Social Responsibility) dan moral sudah menjadi sebuah konteks

kesadaran yang umum di masyarakat dan pemerintah. Kalaupun iya dalam bentuk

apakah pelaksanaan CSR itu dapat dilihat? Nilai-nilai apa sajakan yang terkait

didalam sebuah bentuk tanggung jawab korporasi yang telah mendapatkan

keuntungan dalam operasionalisasinya. Lalu dalam tataran yang lebih dalam kami

ingin melihat seperti apakah konsep CSR ketika dikaitkan dengan hubungan

tripartite masyarakat-modal-pemerintah dalam konteks interaksi. Lalu kami akan

mencoba mengevaluasi sejauh apa bentuk interaksi ketiga faktor tersebut, apakah

sudah cukup berhasil ataukah masih mengalami banyak kendala.

Pertanyaan-pertanyaan tadi akan kami jawab sembari melihat konteks relevan

CSR di Indonesia. Kami menyadari karya tulis ini belum sempurna dan

komprehensif dalam membahas persoalan, tetapi kami bangga karena niat dan

usaha kami terwujud dengan selesainya penulisan karya tulis ini setelah bekerja

keras mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber. Kami bangga

karena bisa menyumbangkan sumbangan akademis, sekalipun masih sederhana.

Setidaknya kami telah berusaha untuk berkontribusi dalam perluasan wacana

pembenahan sistem pertahanan dan keamanan kita.

Kepada semua pihak yang membaca dan menilai karya ilmiah ini, kami

Page 4: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

mengharapkan diskusi, saran, dan kritik untuk semakin membuka cakrawala

berpikir kami, di samping untuk semakin mendinamisasi wacana dalam karya tulis

ini.

Depok, 18 Februari 2009

Page 5: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

DAFTAR ISI

BAGIAN AWAL

Abstract……….................................................................................................... ii

Kata Pengantar ................................................................................................. iii

Daftar Isi …...….…………………………....………………………………… v

BAGIAN INTI

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

I.1. Latar Belakang ……....……………………………………..............….. 1

I.2. Rumusan Masalah .........……………………………......................…… 2

I.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan……...…………………………..………. 2

II. TELAAH PUSTAKA ........................................................................... 3

II.1. Konsep Tripartit; Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat ………………. 3

II.2. Definisi Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ……………... 5

III. METODE PENULISAN …………………………………....……… 9

IV. PEMBAHASAN ..................................................................................... 11

IV.1. PT Riau Andalan Pulp and Paper………...……………………………. 11

IV.2. PT Lapindo Brantas………...…………………………………………... 14

V. PENUTUP ……………………………………………....…....……... 22

V.1. Simpulan ………………………...…………………………………….. 22

V.2. Saran……………………………………………………………………. 23

BAGIAN AKHIR

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA

Page 6: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kekuasaan dan pengaruh perusahaan raksasa atau korporasi di berbagai ranah

kehidupan masyarakat yang semakin kokoh di era globalisasi adalah fakta empiris

yang mau tidak mau harus kita hadapi di abad ke-21 ini. Dengan kekuatan itu,

dampak positif maupun negatif yang diberikan dari perusahaan-perusahaan

tersebut pun terasa sangat besar. Tidak ada yang menyangkal bahwa korporasi

telah memberikan sumbangan bagi kemajuan ekonomi, peningkatan sumber daya

manusia dan sebagainya. Namun, dampak negatif aktivitasnya juga berskala yang

sama. Kerusakan lingkungan, proses pemiskinan dan marginalisasi kelompok

masyarakat rentan, kian lebarnya kesenjangan ekonomi serta pengaruhnya

terhadap proses politik yang tidak demokratis di berbagai jenjang pemerintahan

hanyalah sebagian dari dampak negatif itu.

Kritik serta usulan solusi telah diajukan untuk menangani dampak negatif

tersebut. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagian langkah solusi

yang sudah dipraktikkan secara global pada 20 tahun terakhir ini, dengan berbagai

tingkatan kinerja. Di Indonesia, CSR saat ini dapat digambarkan sebagai potensial

sekaligus merisaukan. Potensial karena dijumpai banyak indikasi positif seperti:

penyelenggaraan PROPER oleh Kementerian Lingkungan Hidup, penganugerahan

CSR Award, Forum BUMN untuk community development (comdev), naiknya

keanggotaan organisasi-organisasi perusahaan yang mempromosikan CSR,

maraknya seminar dan pelatihan CSR serta pembentukan divisi/departemen yang

menangani CSR di berbagai perusahaan, terutama korporasi. Perusahaan-

perusahaan berskala lebih kecil juga sudah mulai mengikuti kecenderungan ini.

Page 7: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

Di sisi lain, masih terdapat kebijakan ekonomi-politik pemerintah dan produk

hukum yang kurang kondusif dalam mendorong investasi yang ramah sosial dan

lingkungan. Implementasi kebijakan CSR korporasi yang bersifat kosmetikal juga

masih kerap ditemukan.

I.2. Rumusan Masalah

Pertanyaan utama yang ingin kami jawab terkait dengan tiga variabel, yaitu (1)

tanggung jawab sosial korporasi (corporate social responsibility) sebagai sebuah

ide dan (b) hubungan segitiga yang saling mempengaruhi antara masyarakat-

negara-modal. Seluruhnya akan kami bentuk dalam pertanyaan:

“Bagaimanakah peranan masyarakat sipil dan pemerintah berkoordinasi dalam

memonitor implementasi CSR oleh korporasi di Indonesia (dengan mengambil

contoh Riaupulp dan Lapindo)?”

I.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan analisis mengenai:

1. Performa CSR dua perusahaan besar (PT Riau Andalan Pulp and Paper

dan PT Lapindo Brantas) sebagai kasus studi.

2. Solusi untuk usaha penanganan kedua kasus tersebut.

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk:

1. Memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang konsep tripartit

pemerintah-swasta-masyarakat dan konsep tanggung jawab sosial

perusahaan.

2. Memberikan masukan bagi para pembuat kebijakan demi menangani

Page 8: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

kedua kasus studi.

3. Memberikan opsi solusi dan saran menyangkut kedua kasus studi.

Page 9: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

4. BAB II

TELAAH PUSTAKA

II.1. Konsep Tripartit; Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat

Farchan Bulkin dalam tulisannya tentang negara dan masyarakat menjelaskan

bahwa ada suatu keterkaitan antar variabel dari ketiga konsep tersebut dalam

interaksi struktural dan ideasional dalam membentuk arah kebijakan suatu negara.

Signifikansi ketiga konsep ini dapat terlihat perihal hubungan triangular di mana

negara sebagai titik sentral kerap menjadi sasaran konflik kepentingan dua aktor

lainnya, yakni pengusaha (modal) dan masyarakat sipil (civil society), di mana

keduanya berupaya memajukan kepentingan fundamental mereka.1

Pengusaha/modal selalu menuntut iklim investasi yang “kondusif”, gaji buruh

yang tidak terlalu tinggi, akses yang lebih luas terhadap sumber daya alam, dan

liberalisasi pemerintah yang harus dibarengi kepastian hukum. Masyarakat (civil

society) datang dari titik pemikiran berbeda, berupaya menentang dominasi

berlebihan dari kaum pemodal terutama agar hak-hak sebagai konsumen dan

stakeholders (bagian dari sebuah sistem di mana aktor-aktor ini menjadi subjek

yang terpengaruh dari sebuah kebijakan) dapat terpenuhi dan terlindungi. Lewat

forum solidaritas, lembaga swadaya masyarakat (NGOs), dan kritik akademisi,

masyarakat terus berupaya mengimbangi dominasi kapital yang semakin menguat

di era globalisasi ini dalam ranah kehidupan berbangsa.2

O’Brien dalam tataran lebih tinggi melihat pola konfliktual yang sama tidak hanya

terjadi dalam ranah kehidupan di suatu negara, tetapi sudah memasuki dimensi

internasional di mana aktor yang berperan sudah berskala global, dalam hal ini

1 Farchan Bulkin, Negara Masyarakat dan Ekonomi, (Jakarta: Prisma 8, 1984) h. 51 – 53

2 DR. Firmanzah. Globalisasi; Sebuah Proses Dialektik Sistemik. Jakarta: Yayasan Sad Satria Bhakti, 2002, h. 18-23

Page 10: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

menyangkut pertentangan antara institusi-institusi ekonomi multilateral (MEIs,

Multilateral Economic Institutions) dan pergerakan masyarakat sipil global

(GSM, Global Social Movements). Dengan isu-isu yang mirip seperti

kesejahteraan buruh, perlindungan terhadap konsumen gerakan sosial global yang

terdiri dari variasi aktor seperti akademisi, relawan LSM, tokoh masyarakat, dan

bahkan pemimpin negara-negara berkembang mengadakan forum tahunan yang

dikenal sebagai WSF (World Social Forum) untuk menandingi pertemuan tahunan

di Davos, Swiss yang dikenal dengan nama World Economc Forum.3

Pada intinya kajian literatur yang kami pergunakan di sini adalah perihal

bagaimana negara dan masyarakat dapat mempengaruhi kinerja perusahaan agar

ampuh lebih baik mengimplementasikan tanggung jawab sosial korporasinya.

John Elkington dalam karyanya menelurkan istilah The Triple Bottom Line yang

menurutnya setiap usaha harus mempertimbangkan tiga aspek nilai dalam

operasionalisasinya, yaitu nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai lingkungan.4

Relevansi karyanya dengan hubungan tripartit antara negara-modal-masyarakat

dapat terlihat dari penggambarannya mengenai adanya pressure waves terhadap

iklim usaha dari pemerintah dan masyarakat untuk merubah paradigma lama

menjadi paradigma baru dalam berbisnis. Implikasi paling jelas terlihat dari

penambahan divisi hubungan masyarakat.5

Hal itu menurut Julie Richardson terlihat dari perubahan strategisasi hubungan

perusahaan dan konsumen seperti semakin perlunya perusahaan membentuk unit

kegiatan yang dapat menunjukkan akuntabilitas perusahaannya tidak hanya pada

para pemegang saham (share holders) secara ekonomi tetapi juga secara sosial

dan lingkungan kepada masyarakat (share holders). Dengan begitu menurut

Elkington, masyarakat akan merasa kepentingannya terakomodasi sehingga

3 O’Brien R. ed., Contesting Global Governance: Multilateral Economic Institutions and Global Social Movements, (Cambridge: Cambridge University Press, 2000), h. 1 - 23

4 John Elkington, Entering the Triple Bottom Line, dalam Adrian Henriques dan Julie Richardson, eds., The Triple Bottom Line, Does It all Addss Up? Asserting The Sustainability of Business and CSR, (London: Sterling V.A, 2004) h. 1 - 5

5 Ibid

Page 11: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

mengurangi pengawasan ketat (public scrutiny) yang kerap mengajukan

keberatannya kepada pemerintah dalam bentuk tuntutan hukum atau aspirasi

politik yang dapat bernilai negatif terhadap eksistensi sebuah perusahaan.6

Relevansi hubungan ketiga konsep menjadi sangat erat dengan CSR ketika

berbicara mengenai risk-management system yang terus diupayakan oleh

perusahaan demi memitigasi kemungkinan eror dan protes masyarakat. Suara

masyarakat dinilai merupakan elemen penting yang harus diwaspadai oleh

perusahaan jika tidak ingin terimbas permasalahan eksternal yang merepotkan.

Oleh karena itu ditengah tekanan masyarakat yang semakin kencang, CSR harus

dikembangkan dan dioptimalkan demi kepentingan perusahaan itu sendiri.7

II.2. Definisi Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial korporasi

adalah suatu konsep di mana organisasi, khususnya (namun bukan hanya)

korporasi, mempertimbangkan kepentingan masyarakat dengan bertanggung

jawab atas pengaruh kegiatan mereka terhadap pelanggan, supplier, karyawan,

pemegang saham, masyarakat, dan stakeholder lainnya, seperti lingkungan dalam

segala aspek operasional korporasi. Kewajiban ini dipandang berada di luar

amanat undang-undang untuk dan memandang organisasi dengan sukarela

mengambil langkah untuk meningkatkan kualitas hidup bagi karyawan dan

keluarga mereka sebagaimana juga masyarakat lokal dan masyarakat umum. CSR

berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana ada argumentasi

bahwa suatu korporasi dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan

keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan

6 Julie Richardson, Accounting for Sustainability: Measuring Quantities or Enhancing Qualities? dalam Adrian Henriques dan Julie Richardson, eds., The Triple Bottom Line, Does It all Addss Up? Asserting The Sustainability of Business and CSR, (London: Sterling V.A, 2004) h. 34 - 36

7 Ronen Shamir, Between Self-Regulation and the Alien Tort Claims Act: On the Contested Concept of Corporate Social Responsibility, dalam Law & Society Review, Vol. 38, No. 4 (Des., 2004), h. 635-664

Page 12: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

atau deviden, namun juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan

untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

CSR muncul sebagai respon terhadap meningkatnya tuntutan atas etika bisnis

secara drastis pada 1980-an dan 1990-an. Sehingga, kini kebanyakan korporasi

besar menekankan komitmen untuk meningkatkan nilai-nilai sosial nonekonomik,

bahkan beberapa korporasi melakukan rebranding nilai-nilai core mereka dengan

pertimbangan etika bisnis.

Ada beberapa pendekatan terhadap CSR. Yang diterima secara luas adalah

proyek-proyek pembangunan berbasis masyarakat. Pendekatan alternatif yang

paling sering dipilih adalah pengembangan fasilitas pendidikan. Pendekatan

terhadap CSR yang paling lazim adalah pemberian bantuan kepada organisasi-

organisasi lokal dan masyarakat miskin di negara-negara berkembang, yang tidak

terlalu disukai beberapa organisasi karena tidak membangun kecakapan

masyarakat lokal.

Korporasi yang bertanggung jawab atas pengaruhnya terhadap masyarakat akan

melakukan pencatatan, audit, dan pelaporan tindakannya. Hal ini merupakan satu

unsur penting CSR yang disebut akuntansi sosial (social accounting). Terdapat

beberapa pedoman dan standar akuntansi sosial, seperti berikut.

• The GoodCorporation Standard8, yang dikembangkan oleh The Institute

of Business Ethics, menetapkan prinsip-prinsip syarat-syarat penempatan

tenaga kerja yang jelas dan adil, hubungan yang jujur dan adil dengan

pelanggan, hubungan yang jujur dan adil sengan supplier dan kontraktor,

kontribusi terhadap masyarakat untuk menjadikannya lingkungan yang

lebih baik untuk kediaman dan bisnis, perlindungan terhadap lingkungan

dalam penggunaan sumber-sumber daya serta minimalisasi limbah dan

polusi, akuntabilitas finansial terhadap para pemegang saham (atau

8 “The GoodCorporation Standard”, http://www.goodcorporation.com/PDF/standard_2007.pdf, diakses pada 9 Februari 2009 11:45

Page 13: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

sepadan) serta komunikasi dengan mereka terkait materi organisasi, dan

komitmen manajemen untuk memenuhi standar tersebut.

• Manual for the Preparers and Users of Eco-efficiency Indicators9, yang

dikembangan oleh United Nations Conference on Trade and Development

(UNCTAD), menetapkan indikator-indikator eko-efisiensi10 berupa rasio

antara variabel lingkungan dan variabel finansial dengan mengukur

performa perusahaan di bidang lingkungan (lima isu lingkungan umum,

yaitu penggunaan air, penggunaan energi, kontribusi terhadap pemanasan

global, substansi perusak ozon, dan limbah) dengan mempertimbangkan

kondisi finansialnya.

• Guidance on Good Practices in Corporate Governance Disclosure11, juga

dikembangkan oleh UNCTAD, menetapkan pentingnya transparansi dan

manajemen korporat, menyerukan keterbukaan korporat di bidang-bidang

finansial dan hasil operasi; tanggung jawab dewan terkait komunikasi

finansial; transaksi signifikan dengan pihak-pihak terkait; tujuan

perusahaan; struktur kepemilikan serta para pemegang saham dan investor

substansial; peraturan dan prosedur akuisisi kontrol korporat di pasar

modal dan transaksi luar biasa; struktur, peran, dan fungsi dewan; anggota

dewan dan eksekutif kunci; mekanisme perlindungan hak stakeholder;

faktor-faktor risiko material yang dapat diduga; independensi auditor

eksternal; dan fungsi audit internal.

• Guidance on Corporate Responsibility Indicators Inannual Reports12,

juga dikembangkan oleh UNCTAD, menyerukan indikator-indikator

tanggung jawab korporat, seperti berikut.

Kelompok Indikator

9 “Manual for the Preparers and Users of Eco-efficiency Indicators”, http://www.unctad.org/en/docs/iteipc20037_en.pdf, diakses pada 9 Februari 2009 12:06

10 Eko-efisiensi (eco-efficiency): “… dicapai dengan penawaran barang dan jasa dengan harga bersaing yang memuaskan kebutuhan manusia dan meningkatkan kualitas hidup, sementara secara progresif mereduksi pengaruh ekologis dan intensitas sumber daya…” dan dicapai ketika aktivitas ekonomi berada pada tingkat “… selaras dengan estimasi kapasitas yang dapat ditanggung bumi”. (The World Business Council for Sustainable Development/WBCSD, 1996)

11 “Guidance on Good Practices in Corporate Governance Disclosure”, http://www.unctad.org/en/docs/iteteb20063_en.pdf, diakses pada 9 Februari 2009 12:02

12 “Guidance on Corporate Responsibility Indicators Inannual Reports”,

Page 14: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

Perdagangan, investasi, dan relasi

1. Pendapatan total2. Nilai impor vs. ekspor3. Total investasi baru4. Pembelian lokal

Kreasi pekerjaan dan praktik perburuhan

5. Total angkatan kerja dengan perincian melalui jenis pekerjaan, kontrak pekerjaan, dan gender

6. Gaji dan keuntungan pekerja dengan perincian jenis pekerjaan dan gender

7. Jumlah total dan tingkat turnover pekerja dengan perincian gender

Persentase pekerja yang tercakup dalam perjanjian kolektif

Pengembangan teknologi dan SDM

8. Pengeluaran pada penelitian dan pengembangan9. Jam pelatihan rata-rata per tahun per pekerja

dirinci kategori pekerjaPengeluaran pada pelatihan pekerja per tahun per pekerja dirinci kategori pekerja

Kesehatan dan keamanan

10. Biaya kesehatan dan keamanan pekerjaHari kerja yang hilang karena kecelakaan, luka, dan penyakit dalam pekerjaan

Kontribusi pemerintah dan masyarakat

11. Pembayaran kepada pemerintahKontribusi sukarela terhadap masyarakat sipil

Korupsi 12. Jumlah hukuman atas pelanggaran korupsi terkait hukum atau regulasi dan jumlah denda yang dibayar

Page 15: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

BAB III

METODE PENULISAN

Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan berdasarkan metode kualitatif, bersifat

deskriptif, dan disertai analisis. Deskriptif karena penelitian yang ada dalam karya

tulis ilmiah ini berusaha menggambarkan pola hubungan antara variabel tanggung

jawab sosial korporasi (corporate social responsibility) sebagai sebuah ide,

hubungan segitiga yang saling mempengaruhi antara masyarakat-negara-modal,

dan teori kerangka pikir legal dalam pengembangan tripartit di Indonesia dengan

studi kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper dan PT Lapindo Brantas.

Penulisan karya tulis ilmiah ini juga bersifat analitis karena berusaha melihat lebih

dalam konsepsi sebuah tripartit dan CSR yang ideal. Berpijak dari itu, analisis

dilanjutkan kepada realitas kondisi variabel-variabel ini dalam konteks dan kasus

yang diteliti. Hal ini bertujuan memetakan persoalan dan melihat seberapa ideal

aplikasi variabel-variabel ini dalam kasus studi, sehingga dapat diperoleh

rekomendasi solusinya.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah

studi literatur. Data yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini meliputi data

primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah buku-buku,

internet, dan jurnal ilmiah yang menjelaskan definisi, kriteria, ciri-ciri, dan

indikator-indikator konsep tripartit serta konsep CSR. Data sekunder yang

digunakan berupa buku-buku, jurnal, media massa, serta berbagai literatur dari

internet yang berhubungan dengan realitas kondisi variabel-variabel tersebut

dalam kasus-kasus yang diteliti.

Data-data yang terkumpul kemudian digunakan untuk menjelaskan realitas

Page 16: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

kondisi performa CSR dua kasus studi tersebut. Terakhir, setelah melihat

permasalah secara komprehensif, kami coba merekomendasikan solusi atas

realitas kondisi performa CSR kedua korporasi besar tersebut.

Page 17: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini kami akan mengambil dua contoh perusahaan besar di

Indonesia yaitu PT. Riau Andalan Pulp and Paper, RAPP (anak perusaahaan

APRIL) dan PT. Lapindo Brantas, untuk selanjutnya dikaji perihal sejauh apa

mereka telah melakukan strategisasi dan implementasi tanggung jawab sosial

korporasi (CSR) mereka.

IV.1. PT Riau Andalan Pulp and Paper

Perseroan terbatas Riau Andalan Pulp and Paper merupakan anak perusahaan

Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) yang merupakan

perusahaan terkemuka yang bergerak dalam usaha tanaman karet dan merupakan

salah satu perusahan terbesar dunia yang menghasilkan bubur kayu dan kertas.

Visi perusahaan ini berupaya untuk menjadi yang terbersar, yang paling rapih

manajemennya, dan paling peduli soal sustainable production di dunia. Dalam

situs resmi perusahaan ini, APRIL menyatakan komitmennya dalam memenuhi

permintaan pasar dunia akan kertas dan karet yang semakin meningkat, namun di

sisi lain akan terus berusaha sebaik mungkin mengintegrasikan prinsip

keberlangsungan (sustainability) dalam operasinya.

Sebagai perusahaan yang mengandalkan pasokan ekstraktif dari hutan sebagai

bahan bakunya, RAPP merasa perlunya membentuk iklim produksi yang kondusif

dalam artian konsiderasi dalam setiap tindakan perusahaan ini tidak melulu

berfokus pada operasionalisasi yang bertujuan laba, namun juga program nir-laba

untuk membuktikan kontribusinya sebagai perusahaan yang melaksanakan CSR.

Hal itu dapat terlihat dari laporan kegitan nirlaba perusahaan ini sedari tahun

Page 18: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

2008-2009 sebagai berikut:

• Membentuk satuan khusus tugas yang dimaksudkan untuk berkolaborasi

dengan masyarakat dalam membantu membasmi dan mengurangi illegal

logging. Kasus illegal logging selain meresahkan Pemda dan masyarakat

sekitar juga meresahkan PT Riau Andalan Pulp and Paper karena dianggap

mengancam sustainability dari ketersediaan bahan baku kayu bagi

perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan kerap kali para pembalak liar

(illegal logger) menggunakan metode yang tidak direstui dan tidak

memperhatikan aspek regenerasi hutan. Setidaknya urusan ini merupakan

bagian dari interest perusahaan.

• Menciptakan program-program pemberdayaan masyarakat yang

kontributif terhadap pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di

sekitar unit produksi RAPP. Poin pemberdayaan ini menyangkut

pembentukkan sekolah-sekolah unggulan yang mampu memberikan

kontribusi nyata terhadap perbaikan pendidikan masyarakat sekitar.

Bahkan banyak media Riau yang menganggap sekolah bentukan RAPP

sebagai salah satu yang terbaik di provinsi tersebut. Situs resmi APRIL

(Induk perusahaan RAPP) juga menyatakan dirinya secara aktif terus

berupaya mengembangkan wilayah Kampar agar lebih maju dan modern.

• Memberikan kontribusi dengan menyalurkan sebagian energi listrik

kepada masyarakat yang dianggap sangat membutuhkannya. Hal ini

terbukti ketika perusahaan ini mengalami krisis sejak awal tahun 2008,

perusahaan mulai sering memadamkan pasokan listriknya yang berdampak

signifikan karena sebagian warga memang mengandalkan pasokan listrik

dari perusahaan ini.

• Membentuk satuan tugas yang difungsikan untuk mencegah dan

memadamkan kebakaran hutan yang kerap terjadi di hutan-hutan

Indonesia. Divisi pemadam kebakaran swasta ini berulang kali

memberikan kontribusi positif terhadap upaya pencegahan kebakaran

meluas.

Page 19: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

Intinya, dapat disimpulkan perihal prestasi dan kinerja, PT RAPP boleh dikatakan

berhasil dalam memenuhi target dan janjinya sebagai perusahaan yang

berkomitmen untuk menerapkan CSR. Selanjutnya, kami akan melihat seberapa

besarkah peran masyarakat dalam menginsentifkan PT RAPP untuk melakukan

hal ini.

Insentif Masyarakat dan Pemerintah Terhadap PT Riau Andalan Pulp

and Paper

Dalam kurun waktu beberapa tahun ini, ada beberapa kritik dan saran yang

menjadi modalitas perusahaan ini melaksanakan CSR bagi Riaupulp (nama lain

dari PT RAPP). Beberapa peristiwa juga dapat menjadi tolak ukur penilaian

seberapa berhasilnya Beberapa hal krusial itu adalah:

1. Rencana pelaksanaan hearing dengan DPRD Riau menyangkut

pembahasan peninjauan manajemen dan efisiensi PT. RAPP terkait dengan

isu krisis global.13 Walaupun sampai berita terkni belum ada kejelasan

mengenai hasil pembicaraan yang terjadi namun dapat dikatakan DPRD

Riau cukup peduli terhadap pelaksanaan CSR perusahaan kertas raksasa

tersebut. Sejak tahun 2002, DPRD Riau dan Pemda setempat berulangkali

mengadakan pembicaraan dengan pihak manajemen Riaupulp mengenai

kesediaan perusahaan tersebut memberikan kontribusi positif terhadap

masayarakat sekitar terutama daerah Pelalawan.14

2. Hasil penelitian menteri kehutanan dan lingkungan hidup untuk tahun

2008 penelitian hidup menyimpulkan bahwa PT RAPP, bersama dengan

PT Lapindo mendapatkan predikat hijau dari skala penilaian pemerintah

yang berarti telah ‘cukup memenuhi’ standard pemerintah. Namun

WALHI segera angkat bicara dan memprotes kemungkinan adanya

ketidaksesuaian antara fakta di lapangan dan pengukuran ranking

13 Diambil dari http://www.riauterkini.com/politik.php?arr=21744 diakses pada 2 Februari 2009 p.k. 13.20 WIB14 Diambil dari http://riaumandiri.net/indexben.php?id=6071 diakses pada 29 Januari 2009 p.k. 00.20 WIB

Page 20: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

perusahan-perusahaan tersebut.15 LSM lingkungan di Indonesia memang

mengambil stance kritis terhadap pemerintah dan program CSR

perusahaan yang dinilai membahayakan keselamatan lingkungan.

3. Penyegelan bahan baku kayu milik PT Riau Andalan Pulp & Paper oleh

polisi pada 15 Februari 2007 dipersoalkan Dinas Kehutanan Riau karena

dinilai tidak berdasar. Media lokal juga memprotes langkah polisi.

Sedangkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Riau dari Partai

Kebangkitan Bangsa, Yulios, menuding penyegelan itu menghambat

investasi.16 Hal ini seolah menyiratkan bahwa Riaupulp telah menanamkan

pengaruhnya dengan cukup signifikan di daerah Riau, tidak hanya

terhadap masyarakat sipil, namun termasul media dan pemerintah daerah.

Sedangkan, PT RAPP terus dikritik oleh WALHI karena dianggap memberikan

kinerja buruk dalam pengelolaan operasionalisasi produksinya, disamakan dengan

PT Newmont Nusa Tenggara.17 Protes WALHI terhadap RAPP juga kembali

datang bersamaan dengan protes terhadap kementerian kehutanan Indonesia

dalam rencana kebijakannya pada tahun 2008.18 Tuduhan dari Kalahari juga

mewarnai wajah ‘permusuhan’ LSM-LSM Indonesia terhadap salah satu

perusahaan penghasil kertas terbesar di dunia ini.19

IV.2. PT Lapindo Brantas

Sungguh ironis ketika PT Lapindo Brantas, suatu perusahaan kontraktor yang

seharusnya mengekstrak minyak dan gas bumi malah mengekstrak lumpur panas

15 Diambil dari http://korbanlumpur.info/index.php/media/media-lokal/86-korantempo-kementerian-lingkungan-hidup-menuai-protes diakses pada 4 februari 2009, p.k. 11.3016 Diambil dari http://www.tempointeractive.com/hg/nusa/sumatera/2007/03/03/brk,20070303-94665,id.html diakses pada 6 Februari 2009 p.k. 14.50 WIB17 Diambil dari http://www.walhi.or.id/kampanye/psda#media diakses pada 1 februari 2009, p.k. 15.45 WIb18 Diambil dari http://www.walhi.or.id/kampanye/hutan/konversi/ diakses pada pada 3 Februari 2009, p.k. 11.30 WIB19 Diambil dari http://www.jikalahari.org/in/berita/kolom.php diakses pada 4 Februari 2009, p.k. 17.30 WIB

Page 21: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

di desa Renokenongo, kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo provinsi Jawa

Timur, Indonesia sejak 29 Mei 2006. Semburan lumpur tersebut sampai dengan

bulan Oktober 2006 belum berhasil dihentikan tersebut telah menyebabkan

tergenangnya kawasan pemukiman penduduk, tak kurang dari 10 pabrik, dan 90

hektar sawah di tiga kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas

perekonomian di Jawa Timur. Banjir lumpur panas selain menganggu jadwal

perjalanan kereta api dari dan ke Surabaya, juga menyebabkan jalan tol Surabaya-

Gempol ditutup untuk ruas Gempol-Sidoarjo sehingga menyebabkan kemacetan

luar biasa di jalur dari dan menuju ke Surabaya dan mengharuskan pembangunan

jalur tol pengganti.

Ada dua versi penyebab banjir lumpur panas ini. Pertama, gempa berkekuatan 5,9

skala Richter yang melanda Yogyakarta yang terjadi dua hari sebelum awal

semburan, dengan episentrum sejauh 280 km dari pusat semburan lumpur. Kedua,

pengeboran sumur Banjar Panji-1 oleh PT Lapindo Brantas sejak awal Maret

2006 yang diperkirakan direncanakan dengan prediksi pengeboran yang salah.

Versi kedua ini didukung oleh voting konklusif antara 74 ilmuwan petroleum

dunia dalam Konferensi Internasional di Cape Town, Afrika Selatan, pada akhir

Oktober 2008.20 Kedua versi ini memiliki konsekuensi sosial, ekonomi, dan

politik masing-masing. Pada versi pertama, ketika lumpur Lapindo dikategorikan

sebagai bencana alam, tanggung jawab utama bukan berada pada pundak PT

Lapindo Brantas melainkan pada pemerintah yang berperan melayani dan

membela rakyatnya. Pada versi kedua, ketika semburan lumpur Lapindo

merupakan kesalahan PT Lapindo Brantas, tanggung jawab terhadap korban

lumpur berada pada Lapindo.

Koordinasi Pemerintah dan Masyarakat Sipil dalam Advokasi Tanggung

Jawab Sosial PT Lapindo Brantas

20 Lihat “Durham University - Conclusive vote on cause of Indonesian mud volcano”, diakses dari http://korbanlumpur.info/media/media-asing/401-durham-university-conclusive-vote-on-cause-of-indonesian-mud-volcano-.html 17 Februari 2009 15:28

Page 22: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

Dalam penanggulangan masalah banjir lumpur panas Lapindo ini, terlihat bahwa

ada paradoks antara peran pemerintah dan BUMN, swasta, serta masyarakat sipil,

sehingga terjadi kontradiksi. Di antaranya, dalam mengusahakan kompensasi bagi

masyarakat sebagai korban yang paling dirugikan, di mana mereka harus

mengungsi dan kehilangan mata pencaharian, pemerintah hanya membebankan

kepada PT Lapindo pembayaran ganti rugi untuk empat desa (Kedung Bendo,

Renokenongo, Siring, dan Jatirejo) sementara desa-desa lainnya ditanggung

APBN, juga penanganan infrastruktur yang rusak. Di sini terlihat adanya

penerapan tripartit yang melenceng, di mana PT Lapindo seakan ingin

melimpahkan porsi terbesar tanggung jawab sosial dalam kasus ini kepada

pemerintah.

Sementara pemerintah tampak bersedia menanggung beban tanggung jawab ini,

pemerintah terlihat bersikap biasa-biasa saja dilihat dari poin-poin: (1)

ketidakseriusan menghentikan semburan, di mana payung kebijakan baru turun

tiga bulan pascasemburan lumpur dan sampai saat ini tidak ada mobilisasi

teknologi, ahli dan dana yang secara sungguh-sungguh diarahkan untuk

menghentikan semburan; (2) ketidakseriusan menangani dampak, di mana sampai

saat ini hak-hak korban tidak terlindungi dan tidak dipenuhi; sementara proses

hukum hanya dilakukan setengah hati, di mana berkas kasus sudah lebih dua

tahun cuma bolak-balik Kepolisian Daerah (Polda)-Kejaksaan Tinggi Jawa Timur

(Kejati Jatim); bahkan, meledaknya pipa Pertamina yang merenggut 12 nyawa

sama sekali tidak diusut; serta (3) ketidakpekaan Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia (Komnas HAM), di mana dalam dua kali Sidang Paripurna (7 dan 27

Januari 2009) Komnas HAM belum membuahkan keputusan.21

Di lain pihak, PT Lapindo Brantas sendiri tampak tidak serius menanggung beban

tanggung jawab sosial dalam kasus ini dan lebih sering mengingkari kesepakatan

bersama dengan tripartit lainnya. Dengan pemerintah, sebagai contoh Lapindo

21 “Mengapa Komnas HAM Menunda Keputusan Kasus Lumpur Lapindo?” diakses dari http://korbanlumpur.info/kata-mereka/tokoh-bicara/455-mengapa-komnas-ham-menunda-keputusan-kasus-lumpur-lapindo-.html 17 Februari 2009 15:14

Page 23: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

melanggar mekanisme pembayaran 80% sisa uang aset korban Lapindo yang

diatur dalam Peraturan Presiden yang mengatur pelunasan 20-80 dengan jangka

waktu sebelum masa kontrak dua tahun habis. Dengan masyarakat, Lapindo

sering mengingkari perjanjian-perjanjian yang telah disepakati bersama dengan

korban, Sebagai contoh, Lapindo tidak memberikan kejelasan setelah hampir tiga

tahun tentang perlunasan 80% tersebut.22

Poin lainnya adalah, ketika skenario antisipasi kegagalan penghentian semburan

lumpur sampai kepada pilihan penyaluran membuang langsung lumpur panas itu

ke Kali Porong, dilakukan pengujian toksikologis di tiga laboratorium

terakreditasi yang menyimpulkan lumpur Lapindo tidak termasuk limbah B3 dan

tidak berbahaya sehingga dapat dibuang ke perairan. Namun, Walhi menolak

rencana ini setelah menunjukkan hasil uji lumpur berbeda, yaitu bahwa lumpur

Lapindo tercemar logam kadmium (Cd) dan timbal (Pb) yang cukup berbahaya

serta kadar PAH (Chrysene dan Benz(a)anthracene) di atas ambang batas,

sehingga mengancam keberadaan manusia dan lingkungan. Paralel dengan

penolakan Walhi, Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi dalam Rapat

Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, 5 September 2006, juga menyatakan

rencana pembuangan lumpur yang dilakukan dengan cara mengalirkannya ke laut

melalui Sungai Porong dapat mengakibatkan kegagalan panen produksi tambak

yang semakin meluas di sepanjang pesisir Sidoarjo dan daerah kabupaten lain di

sekitarnya, karena lumpur yang sampai di pantai akan terbawa aliran transpor

sedimen sepanjang pantai; memperburuk kerusakan ekosistem Sungai Porong;

serta mencemari Selat Madura dan sekitarnya. ITS sebagai BUMN pun telah

mengkaji alternatif dengan memisahkan air dari endapan lumpur lalu membuang

air ke laut. Namun, karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur,

Rapat Kabinet pada 27 September 2006 tetap memutuskan untuk membuang

lumpur panas Sidoardjo ke laut melalui Sungai Porong. Keputusan ini tentu saja

ditolak Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)23 dan ITS karena bisa

22 “Tim 16 Kembali Demo BPLS dan Minarak Lapindo”, diakses dari http://korbanlumpur.info/kabar-korban/berita/464-tim-16-kembali-demo-bpls-dan-minarak-lapindo.html 17 Februari 2009 14:53

23 Lihat “WALHI Jawa Timur Tolak Pembuangan Lumpur Lapindo”, http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/industri/060905_lumpurlapindo-laut_sp/, diakses

Page 24: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

mengakibatkan dampak yang semakin meluas terhadap sebagian besar tambak di

sepanjang pesisir Sidoarjo dan daerah kabupaten lain di sekitarnya juga

memperburuk kerusakan ekosistem Sungai Porong. Namun, pemerintah tetap

merealisasikan keputusan ini. Dari hal ini terlihat bahwa peran interaksi dan

koordinasi antara pemerintah dan masyarakat sipil sangat lemah.

Insentif Pemerintah

Insentif pemerintah dalam kasus Lapindo dijalankan dalam bentuk usaha

mengakomodasi kedua pihak, baik PT Lapindo Brantas maupun para korban

Lapindo, dalam usaha penyelesaian dampak sosial dan ekonomi kasus ini. Pada

akhirnya, altruisme pemerintah dianggap berlebihan ketika pada awalnya

pemerintah hanya membebankan kepada Lapindo pembayaran ganti rugi untuk 4

desa (Kedung Bendo, Renokenongo, Siring, dan Jatirejo) sementara desa-desa

lainnya ditanggung APBN, juga penanganan infrastruktur yang rusak. Hal ini

adalah konsekuensi pandangan bahwa semburan lumpur panas Lapindo dipicu

oleh gempa Yogyakarta, sehingga Lapindo tidak bertanggung jawab sepenuhnya

sementara dan hal ini menjadi tanggung jawab pemerintah. Masyarakat juga

mensinyalir bahwa pemerintah berusaha merintangi usaha politisasi24 kasus ini

oleh masyarakat karena CEO PT Lapindo Brantas, Nirwan Bakrie, yang

merupakan adik kandung dari pengusaha dan Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu,

Aburizal Bakrie.

Beberapa insentif pemerintah yang nyata akhir-akhir ini adalah sebagai berikut.

1. Di tingkat nasional, pemerintah merespon demo korban Lapindo yang

tergabung dalam Tim 16 Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera I

pada 26 Januari 2009, 21:5024 Yang dimaksud oleh penulis dengan “politisasi” dalam konteks ini adalah seluruh

usaha oleh seluruh pihak untuk membuat suatu isu menjadi agenda politik pemerintah. Keberhasilan usaha politisasi akan berlanjut kepada “sekuritisasi”, yaitu seluruh respon pemerintah terhadap isu yang dipolitisasi, termasuk menciptakan basis legal formal

Page 25: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

(Tim 16 Perum TAS I) terhadap Istana Negara pada 2-3 Desember dengan

memanggil Nirwan Bakrie, CEO Lapindo, dan beberapa menterinya untuk

membuat kesepakatan dengan perwakilan Tim 16 tentang pembayaran

bertahap.25

2. Di tingkat lokal, pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur

Soekarwo-Syaifullah Yusuf (Karsa) pada 30 Januari 2009 berjanji akan

menuntaskan kasus Lapindo serta memberi ganti rugi warga korban di luar

peta terdampak.26 Sukarwo pun berjanji akan meminta Presiden Susilo

Bambang Yudoyono untuk mendesak PT lapindo Brantas untuk segera

membayar sisa ganti rugi 80% yang sudah telat hampir satu tahun serta

mencarikan dana talangan dari pemerintah daerah maupun pusat untuk

ganti rugi semua korban.27

Insentif Masyarakat

Insentif masyarakat dalam kasus Lapindo dijalankan dalam bentuk primernya

advokasi kepada pemerintah dan pihak PT Lapindo Brantas untuk melindungi apa

yang dipersepsikan sebagai hak-hak pada korban Lapindo dalam kasus ini,

sebagai penjaga kepentingan para korban, dan kritik terhadap performa

pemerintah dan Lapindo dalam penyelesaian kasus ini. Bentuk nyatanya antara

lain adalah demo sebagai ungkapan protes dan pengajuan tuntutan.

Contoh aksi demo masyarakat antara lain sebagai berikut.

1. Tim 16 Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera I (Tim 16 Perum TAS

I) pada 3 Desember 2008 menandatangani kesepakatan skema cicilan 30

25 “Penggantian Aset Korban yang Tak Kunjung Beres”, diakses dari http://korbanlumpur.info/kabar-korban/berita/452-penggantian-aset-korban-yang-tak-kunjung-beres-.html 18 Februari 2009 17:46

26 “Warga Menanggapi Dingin Sesumbar Karsa”, diakses dari http://korbanlumpur.info/kabar-korban/berita/459-warga-menanggapi-dingin-sesumbar-karsa.html 17 Februari 2009 15:11

27 “Koalisi Korban Lapindo Demo Tuntut Penuntasan Kasus Lapindo”, diakses dari http://korbanlumpur.info/kabar-korban/berita/465-koalisi-korban-lumpur-demo-tuntut-penuntasan-kasus-lapindo.html 18 Februari 2009 17:26

Page 26: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

juta per bulan itu, kecewa setelah mendemo Istana Negara pada 2-3

Desember.28

2. Pada 23 Desember 2008 lalu, ribuan warga dari tujuh desa korban lumpur

Lapindo yang tergabung dalam Gerakan Pendukung Perpres No 14 Tahun

2007 (Geppres) menutup jembatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis,

sebagai ungkap protes menuntut sisa pembayaran ganti rugi sebesar 80%

yang harus dibayar PT Lapindo Brantas secara tunai.29

3. Pada pagi 11 Febuari 2009, sekitar 4000 korban Lapindo dari Perumahan

Tanggul Angin Sejahtera I yang terorganisir rapi dalam kelompok TIM 16

mendemo kantor Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dan

kantor PT Lapindo Brantas, setelah Lapindo melanggar kesepakatan.30

4. Pada 16 Februari 2009, para korban Lapindo yang tergabung dalam

Koalisi Kelompok Korban Lapindo (K3L) yang terdiri dari Geppres (yang

menuntut pembayaran cash and carry), Laskar Korban Lumpur atau

Lasbon Kapur (yang menuntut 20% cash dan 80% diganti rumah),

Pengungsi Pasar Baru Renokenongo/Persatuan Warga Renokenongo

Korban Lapindo alias Pagar Rekorlap (pembayaran belum tuntas 20% dan

belum menentukan sikap untuk 80%), dan Persatuan Warga Perum TAS I

alias tim 16 mendemo pasangan gubernur baru Jawa Timur pasangan

Sukarwo dan Syaifullah Yusuf, mendesak gubernur untuk berkomitmen

kepada korban Lapindo serta menuntut pemerintah untuk memberikan

dana talangan untuk para korban.31

28 “Penggantian Aset Korban yang Tak Kunjung Beres”, diakses dari http://korbanlumpur.info/kabar-korban/berita/452-penggantian-aset-korban-yang-tak-kunjung-beres-.html 18 Februari 2009 17:46

29 “Korban Lumpur Lapindo Tutup Jembatan Porong”, diakses dari http://hotmudflow.wordpress.com/2008/12/23/korban-lumpur-lapindo-tutup-jembatan-porong/ 17 Februari 2009 14:44

30 “Tim 16 Kembali Demo BPLS dan Minarak Lapindo”, diakses dari http://korbanlumpur.info/kabar-korban/berita/464-tim-16-kembali-demo-bpls-dan-minarak-lapindo.html 17 Februari 2009 14:53

31 “Koalisi Korban Lapindo Demo Tuntut Penuntasan Kasus Lapindo”, diakses dari http://korbanlumpur.info/kabar-korban/berita/465-koalisi-korban-lumpur-demo-tuntut-penuntasan-kasus-lapindo.html 18 Februari 2009 17:26

Page 27: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

27

BAB V

PENUTUP

V.1. Simpulan

Studi kasus penulis atas berbagai perusahaan besar yang menjadi subjek penelitian

menunjukkan bahwa sebagai suatu gagasan, CSR sudah menjadi wacana umum

yang telah tersosialisasi dengan baik di Indonesia dan menjadi konsideran

perusahaan sebagai aspek yang dapat memberi dampak positif terhadap usahanya

karena merupakan investasi sosial dan bukan komponen biaya yang akan

mengurangi keuntungan. CSR bukan lagi suatu keharusan bagi perusahaan,

melainkan kebutuhan untuk memperoleh modal sosial, karena terdapat korelasi

positif antara profit atau tujuan finansial perusahaan dengan CSR atau tujuan

sosial perusahaan. Berbagai pertimbangan lain seperti bahwa nilai konsumsi

masyarakat didasarkan pada pertimbangan etika sosial perusahaan juga pada

akhirnya membuat CSR menjadi bagian sentral dan penting di berbagai

perusahaan. Namun, pada akhirnya kesadaran implementasi CSR masih belum

optimal di Indonesia karena terdapat beberapa perusahaan yang masih tidak peduli

dengannya karena kurangnya pandangan positif terhadap aspek lingkungan dan

sosial di sekelilingnya.

Di lain pihak, konsep tripartit masih mengalami kendala dalam implementasinya.

Dalam lingkungan penyelenggaraan tripartit tersebut, terlihat bahwa peran

interaksi dan koordinasi antara ketiga sudut segitiga tersebut masih lemah.

Beberapa catatan penulis adalah bahwa konsep triple bottom line ternyata malah

memberi masalah di beberapa kasus. Salah satu contohnya adalah dalam kasus PT

Riau Andalan Pulp and Paper, di mana masyarakat sipil di tingkat lokal dan

pemerintah daerah mengalami bias terhadap perusahaan tersebut, sehingga

memberikan resistensi terhadap usaha para LSM dan NGO serta pemerintah pusat.

Page 28: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

Sementara itu, dalam kasus lumpur panas Lapindo, pemerintah pusat disinyalir

tidak tanggap dengan tuntutan masyarakat dan sering menunda keputusan,

sehingga butuh sentakan-sentakan drastis sebelum memulai langkahnya. Pihak

swasta sendiri (PT Lapindo Brantas) terkesan tidak bertanggung jawab terutama

dalam pembayaran terhadap para korban lumpur. Yang terkonstruksi di benak

masyarakat malah adanya isu main belakang antara pemerintah dan PT Lapindo

Brantas terkait hubungan CEO Lapindo dengan salah seorang menteri kabinet.

V.2. Saran

Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper memperlihatkan kepada kita bagaimana

lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau non-governmental organization (NGO)

yang bertujuan mengembangkan masyarakat dalam konteks social development

dalam isu-isu kemanusiaan tidak mampu melakukan pendekatan yang benar-benar

bottom-up, malah sebenarnya top-down. Para LSM dan NGO tersebut mengalami

resistensi karena kurangnya keterkaitan langsung dengan masyarakat sipil di

tingkat lokal terkait isu PT RAPP. Oleh karena itu, seharusnya para LSM dan

NGO dapat bersikap lebih membumi dan organik serta supel terhadap masyarakat

untuk dapat membaca kepentingan mereka. Selain itu, pemerintah pusat yang juga

menerima resistensi masyarakat terkait isu PT RAPP menunjukkan

ketidakpekaannya terhadap isu tersebut, sehingga seharusnya pemerintah pusat

dapat berkoordinasi dalam meninjau regulasi ulang terkait isu-isu krusial.

Sementara itu, kasus Lapindo menunjukkan peran masyarakat dalam melakukan

politisasi isu tersebut dengan melakukan berbagai diskursus dan sosialisasi

gagasan, sehingga isu Lapindo dapat dianggap sebagai isu dengan tingkat prioritas

yang lebih tinggi oleh pemerintah. Proses politisasi dapat menjadi sarana

memperkuat kontrol politik masyarakat terhadap pemerintah, sehingga

masyarakat sipil dapat menjalankan peran primernya dalam tripartit sebagai

penjaga dan pengkritik, pelindung hak-hak masyarakat, dan penyampai aspirasi.

28

Page 29: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

29

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Bulkin, Farchan. Negara Masyarakat dan Ekonomi. Jakarta: Prisma 8, 1984

Firmanzah. Globalisasi; Sebuah Proses Dialektik Sistemik. Jakarta: Yayasan Sad

Satria Bhakti, 2002

Henriques, Adrian dan Julie Richardson, eds. The Triple Bottom Line, Does It all

Addss Up? Asserting The Sustainability of Business and CSR. London: Sterling

V.A, 2004

O’Brien R. ed. Contestiing Global Governance: Multilateral Economic

Institutions and Global Social Movements. Cambridge: Cambridge University

Press, 2000

Sumber Internet

http://riaumandiri.net/indexben.php?id=6071

http://www.riauterkini.com/politik.php?arr=21744

“Durham University - Conclusive vote on cause of Indonesian mud volcano”

diakses dari http://korbanlumpur.info/media/media-asing/401-durham-

university-conclusive-vote-on-cause-of-indonesian-mud-volcano-.html

“Guidance on Good Practices in Corporate Governance Disclosure”

http://www.unctad.org/en/docs/iteteb20063_en.pdf

“Korban Lumpur Lapindo Tutup Jembatan Porong”

http://hotmudflow.wordpress.com/2008/12/23/korban-lumpur-lapindo-tutup-

jembatan-porong/

“Lumpur Lapindo Tidak Dapat Ditutup, Kata Geolog Internasional”

http://hotmudflow.wordpress.com/2008/10/23/lumpur-lapindo-tidak-dapat-

Page 30: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

ditutup-kata-geolog-internasional/

“Manual for the Preparers and Users of Eco-efficiency Indicators”

http://www.unctad.org/en/docs/iteipc20037_en.pdf

“Mengapa Komnas HAM Menunda Keputusan Kasus Lumpur Lapindo?”

http://korbanlumpur.info/kata-mereka/tokoh-bicara/455-mengapa-komnas-ham-

menunda-keputusan-kasus-lumpur-lapindo-.html

“Penggantian Aset Korban yang Tak Kunjung Beres”

http://korbanlumpur.info/kabar-korban/berita/452-penggantian-aset-korban-

yang-tak-kunjung-beres-.html

“The GoodCorporation Standard”

http://www.goodcorporation.com/PDF/standard_2007.pdf

“Tim 16 Kembali Demo BPLS dan Minarak Lapindo”

http://korbanlumpur.info/kabar-korban/berita/464-tim-16-kembali-demo-bpls-

dan-minarak-lapindo.html 17 Februari 2009 14:53

“WALHI Jawa Timur Tolak Pembuangan Lumpur Lapindo”

http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/industri/060905_lumpurlapindo-

laut_sp/

“Warga Menanggapi Dingin Sesumbar Karsa” http://korbanlumpur.info/kabar-

korban/berita/459-warga-menanggapi-dingin-sesumbar-karsa.html

Sumber Jurnal

Shamir, Ronen. Between Self-Regulation and the Alien Tort Claims Act: On the

Contested Concept of Corporate Social Responsibility. Law & Society Review,

Vol. 38, No. 4 (Des., 2004), h. 635-664

30

Page 31: 17257409 CSR DALAM KONTEKS HUBUNGAN It Analisis Terhadap Studi Kasus PT Riau Andalan Pulp and Paper Dan PT Lapindo Brantas 20022009(2)

31

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA

Ahmad Naufal Dai (0706291174)

Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 16 Agustus 1990

Status : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Asrama UI Depok

Nomor Kontak : +6285691579245

Alamat E-mail : [email protected]

Informasi Pendidikan : Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI 2007

Tangguh (0706291426)

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Januari 1990

Status : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jalan Palembang blok F no. 194 RT 002/05 Perum Masnaga Raya Jakamulya Bekasi Selatan 17146

Nomor Kontak : +628158210373

Alamat E-mail : [email protected]

Informasi Pendidikan : Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI 2007