1704 Chapter III Tes Pasir

33
III-1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. URAIAN UMUM Langkah-langkah yang mengawali penelitian dilaksanakan berdasarkan peraturan dan standart yang berlaku, dalam hal ini digunakan acuan SK SNI T– 15 – 1990 – 03 dan SK SNI M – 14 – 1989 – F serta ASTM C143 / C143 M – 00. Kriteria perencanaan dan penyiapan sarana pendukung diarahkan pada kualitas beton yang akan diperoleh atau tujuan penelitian yang telah ditandaskan sifat–sifat dan karakteristik bahan dasar perlu diselidiki agar dapat diperoleh data dan respons yang tepat sesuai standard yang berlaku. Pembuatan dan perawatan benda uji didasarkan pada standard yang berlaku. Adapun tahapan dari penelitian TA ini dapat dilihat melalui diagram alir berikut ini : MULAI PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON SEMEN, AIR, PASIR, SPLIT 1/1, 1/2, 2/3, 3/5 PERALATAN LAB YANG DIGUNAKAN ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON SKSNI / PBI ASTM DAFTAR PUSTAKA SPLIT 1/1 SEMEN AIR PASIR SPLIT 1/2 SPLIT 2/3 SPLIT 3/5 MIX DESIGN f’ c = 30 MPa METODE MIX DESIGN DOE PEMBUATAN BENDA UJI SLUMP TEST A

description

tentang pasir

Transcript of 1704 Chapter III Tes Pasir

Page 1: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. URAIAN UMUM

Langkah-langkah yang mengawali penelitian dilaksanakan berdasarkan

peraturan dan standart yang berlaku, dalam hal ini digunakan acuan SK SNI T– 15

– 1990 – 03 dan SK SNI M – 14 – 1989 – F serta ASTM C143 / C143 M – 00.

Kriteria perencanaan dan penyiapan sarana pendukung diarahkan pada kualitas

beton yang akan diperoleh atau tujuan penelitian yang telah ditandaskan sifat–sifat

dan karakteristik bahan dasar perlu diselidiki agar dapat diperoleh data dan

respons yang tepat sesuai standard yang berlaku. Pembuatan dan perawatan benda

uji didasarkan pada standard yang berlaku.

Adapun tahapan dari penelitian TA ini dapat dilihat melalui diagram alir

berikut ini :

MULAI

PERSIAPAN ALAT & BAHAN PENYUSUN BETON

SEMEN, AIR, PASIR, SPLIT 1/1,

1/2, 2/3, 3/5

PERALATAN LAB YANG

DIGUNAKAN

ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

SKSNI / PBI ASTM

DAFTAR PUSTAKA

SPLIT 1/1SEMEN AIR PASIR SPLIT 1/2 SPLIT 2/3 SPLIT 3/5

MIX DESIGN f’c = 30 MPa

METODE MIX DESIGN DOE

PEMBUATAN BENDA UJISLUMP TEST

A

Page 2: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-2

3.2. PENGUJIAN MATERIAL

Pengujian material diperlukan untuk mendapatkan bahan campuran beton

yang memenuhi spesifikasi material, dalam hal ini sesuai dengan standar SK SNI

dan ASTM. Selain itu, pengujian material juga untuk menganalisis sifat dan

karakteristik beton yang dibuat sesuai dengan kinerja tertentu yang diharapkan

baik pada saat beton segar ataupun beton telah mengeras.

Adapun pengujian-pengujian material yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.2.1. PENGUJIAN SEMEN

Pengujian semen yang dilakukan adalah pengujian berat jenis semen,

pengujian konsistensi normal, serta pengujian pengikatan awal semen.

3.2.1.1. PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN

Peralatan yang digunakan adalah botol Le Chatelier, kerosin bebas air,

timbangan, termometer, air dengan suhu 20° C.

Langkah pengujian adalah sebagai berikut :

TIPE 1 SPLIT 1/1, PC,

PASIR

TIPE 2 SPLIT 1/2, PC,

PASIR

TIPE 3 SPLIT 2/3, PC,

PASIR

TIPE 4 SPLIT 3/5, PC,

PASIR

ANALISIS DATA

KESIMPULAN & SARAN

SELESAI

A

Page 3: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-3

a. menimbang berat semen sesuai ketentuan (m).

b. mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin pada skala tertentu (V1), kemudian

dimasukkan dalam air dengan suhu 20° C.

c. masukkan benda uji ke dalam botol Le Chatelier, kemudian baca skala pada

botol (V2).

d. menghitung berat jenis dengan rumus :

Gambar 3.1 : Pengujian berat jenis semen

3.2.1.2. PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN

Pengujian konsistensi normal adalah untuk menentukan prosentase air

yang dibutuhkan sampai mencapai konsistensi normal semen yang berpengaruh

pada pengikatan sampai pada saat beton mengeras. Dari sini dapat diketahui

banyak sedikitnya air yang akan dicampur dalam semen untuk membentuk sebuah

pasta ( Design of Reinforced Concrete Structure karangan S. Ramamrutham

halaman 6-7 ).

Alat dan bahan yang digunakan :

- Timbangan

- Termometer

- Mangkok porselin

- Cincin ebonite

- Gelas ukur 100 cc

- Alat vicat, dengan peralatan jarumnya ( 10 mm )

- Pelat kaca ukuran 15 cm x 15 cm x 0,5 cm

12 v-Vm

Page 4: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-4

- Sendok pengaduk

- Stopwatch

- Semen

- Air

- Oli

Prosedur pelaksanaan pengujian konsistensi normal semen sebagai berikut :

1. Memeriksa dan menyiapkan alat vicat dengan jarum diameter 10 mm.

2. Menyetel pembacaan alat vicat dengan menyetel jarum agar mengenai bibir

atas cincin ebonit dan strip petunjuk pada posisi 0 mm.

3. Melumasi bagian dalam cincin ebonit dan permukaan kaca dengan oli,

kemudian meletakkan cincin di atas plat kaca tersebut dengan diameter kecil

di atas dan diameter besar di bawah.

4. Menimbang semen sebanyak 300 gram.

5. Menuangkan semen ke dalam mangkok porselin dan mencampurnya dengan

sejumlah air sebanyak x% (ditentukan sendiri) dari berat semen. Air diukur

dengan gelas ukur 100 cc.

6. Mengaduk semen dan air dengan sendok pengaduk selama 3 menit sehingga

diperoleh campuran yang plastis.

7. Menuang pasta semen ke dalam cincin ebonit dan mengetuk-ketuk cincin

ebonit dengan perlahan untuk menghilangkan rongga udara yang terdapat

dalam pasta semen.

8. Meratakan permukaan pasta semen terhadap permukaan cincin dengan sendok

pengaduk dan meletakkan plat kaca berikut cincin yang berisi pasta semen

pada alat vicat.

9. Memasang jarum diameter 10 mm pada alat vicat dan bila ujung jarum sudah

berada di permukaan pasta semen serta posisi skala pembacaan menunjukkan

angka pada posisi nol , maka lepaskan jarum secara bebas.

10. Mencatat penurunan pada 30 detik setelah jarum dilepaskan (jarum turun

menembus pasta semen akibat berat sendiri, dimana berat alat vicat dan jarum

= 300 gram).

11. Pengujian di atas diulang dengan prosentase sedemikian rupa sehingga

Page 5: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-5

diperoleh konsistensi normal (konsistensi normal didapat pada penurunan 10

mm).

12. Melukis grafik konsistensi normal dari data yang diperoleh. Prosentase air

yang diperlukan sebagai absis dan penurunan jarum (mm) sebagai ordinat.

13. Dari grafik dapat dihitung jumlah air yang diperlukan untuk mencapai

konsistensi normal. Catat suhu kamar setiap kali melakukan pengujian.

Gambar 3.2 : Pengujian konsistensi normal semen

3.2.1.3. PENGUJIAN PENGIKATAN AWAL SEMEN PORTLAND

Waktu pengikatan awal adalah waktu yang diperlukan semen dari saat mulai

bereaksi dengan air menjadi pasta semen sampai terjadi kehilangan sifat

keplastisan.

Pengujian pengikatan awal menggunakan alat vicat dengan jarum

berdiameter 1 mm. Waktu pengikatan awal semen diperoleh saat penurunan

mencapai 25 mm dan setiap penurunan dicatat suhu kamarnya (°c). Waktu

pengikatan awal pada semen berkisar antara 60–120 menit.

Menurut ASTM C 191 − 04, tahun 2004 halaman 185 menyatakan bahwa

perhitungan waktu ikat menggunakan alat vicat digunakan untuk menentukan

Page 6: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-6

waktu ikat awal antara semen dan air dan waktu ketika jarum tidak mampu

menembus pasta ( waktu ikat akhir )

Menurut ASTM C 191 − 04, tahun 2004 halaman 186 pada point :

14.2. Procedure A

Waktu dimana terjadi pengikatan semen dan air mencapai penurunan 25 mm

disebut waktu ikat awal.

14.3. Waktu ikat akhir merupakan waktu yang terjadi saat bereaksinya semen dan

air sampai jarum tidak mampu menembus pasta.

Alat dan bahan yang digunakan :

- Timbangan

- Termometer

- Mangkok porselin

- Cincin ebonite

- Gelas ukur 100 cc

- Alat vicat, lengkap dengan peralatan jarumnya (1 mm)

- Pelat kaca ukuran 15 cm x 15 cm x 0,5 cm

- Sendok pengaduk

- Stopwatch

- Semen

- Air

- Oli

Prosedur pelaksanaan pengujian pengikatan awal semen portland adalah sebagai

berikut :

1. Memeriksa dan menyiapkan alat vicat dengan jarum berdiameter 1 mm.

2. Menimbang semen seperti pada pengujian konsistensi normal dan membuat

pasta semen dengan prosentase air sesuai nilai konsistensi normal.

3. Meletakkan cincin ebonite yang sudah berisi pasta semen pada alat vicat.

4. Melepaskan jarum vicat pada 15 menit pertama dan mencatat penurunannya.

5. Melepaskan jarum vicat pada 15 menit kedua dan mencatat penurunannya

(jarak antara tiap titik + 5 mm dan + 10 mm dari tepi cincin ebonite).

6. Waktu pengikatan awal semen diperoleh saat penurunan 25 mm, dilakukan

Page 7: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-7

dengan cara membuat grafik pengikatan awal, dimana waktu penurunan

(menit) sebagai sumbu x (absis) dan besarnya penurunan (mm) dipakai

sebagai sumbu y (ordinat).

7. Mencatat penurunan saat menjatuhkan jarum pada 30 detik pertama dan

mencatat suhu kamarnya.

Gambar 3.3 : Pengujian pengikatan awal semen portland

3.2.2. PENGUJIAN AGREGAT HALUS

Pasir yang digunakan untuk pengujian adalah pasir Muntilan. Pengujian

agregat halus ini dilakukan untuk mengetahui kualitas dari pasir yang akan

digunakan sebagai material dalam pembuatan campuran beton. Pengujian yang

dilakukan adalah :

3.2.2.1. PENGUJIAN KADAR LUMPUR DAN KANDUNGAN ORGANIS

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar lumpur dan kandungan zat

organis yang terdapat pada agregat halus. Pengujian dilakukan dengan sistem

kocokan dan menggunakan larutan NaOH. Pengujian sistem kocokan yaitu

dengan memasukkan pasir ke dalam gelas ukur, kemudian dituang air sampai

meresap. Tutup mulut gelas ukur dengan plastik dan dikocok selama ± 30 menit.

Diamkan selama 5 jam sehingga pasir akan mengendap di bawah dan lumpur akan

mengendap di atas. Sedangkan pengujian menggunakan larutan NaOH hampir

Page 8: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-8

sama dengan sistem kocokan tetapi air diganti dengan larutan NaOH. Kemudian

amati perubahan warna yang terjadi pada NaOH dan tinggi pasir serta lumpur.

Alat dan bahan yang digunakan :

- Timbangan

- Gelas ukur 250 cc

- Bejana gelas diameter 10 cm, tinggi 20 cm

- Pengaduk dari kayu

- Cawan

- Oven

- NaOH 3%

- Plastik dan karet gelang

- Pasir

- Air

Gambar 3.4 : Pengujian kadar lumpur dan kandungan organis

3.2.2.2. PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT HALUS

Pengujian kadar air agregat halus dilakukan pada kondisi kadar air asli dan

kadar air SSD. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui prosentase air yang

terkandung di dalam agregat halus.

Adapun peralatan dan bahan yang digunakan :

1. Timbangan

2. Oven

Page 9: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-9

3. Cawan

4. Agregat halus

Prosedur pelaksanaan percobaan :

► Kadar Air Asli

1. Menimbang benda uji pasir asli ( tanpa dicuci ) sebanyak 500 gram

2. Mengeringkan benda uji dalam oven dengan suhu ( 110 ± 5 )º C selama 24

jam

3. Menimbang berat benda uji setelah dikeringkan dalam oven

► Kadar Air SSD

1. Menimbang benda uji pasir yang telah dicuci sebanyak 500 gram

2. Mengeringkan benda uji dalam oven dengan suhu ( 110 ± 5 )º C selama 24

jam

3. Menimbang berat benda uji setelah dikeringkan dalam oven

Gambar 3.5 : Pengujian kadar air agregat halus

3.2.2.3. PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT HALUS

Berat isi agregat ialah berat agregat dalam satu satuan tempat tertentu pada

kondisi lepas maupun kondisi padat.

Pengujian berat isi agregat halus dilakukan pada kondisi berat isi asli dan

berat isi SSD. Berat isi ini dibedakan menjadi 2 yaitu, berat isi gembur dan berat

isi padat.

Alat dan bahan yang digunakan :

Page 10: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-10

- Tabung baja dengan volume 2941.66 cm3

- Batang baja penusuk

- Timbangan

- Pasir kondisi asli

- Pasir kondisi SSD

Prosedur pelaksanaan pengujian berat isi asli dan SSD gembur dan padat

adalah sebagai berikut :

Penentuan Berat Isi Gembur

1. Menuang pasir kondisi asli atau SSD ke dalam tabung baja sampai penuh,

kemudian ratakan permukaan pasir sehingga diperoleh volume gembur pasir.

2. Pasir yang dituang ke dalam tabung kemudian ditimbang.

Penentuan Berat Isi Padat

1. Menuang pasir ke dalam tabung sampai setengahnya.

2. Menusuk–nusuk dengan batang baja penusuk sebanyak 25 kali.

3. Menambah pasir ke dalam tabung hingga penuh

4. Menusuk–nusuk lagi dengan batang baja penusuk sebanyak 25 kali

5. Menambah pasir hingga penuh dan meratakan permukaannya, sehingga

diperoleh volume padat pasir.

6. Pasir yang ada di dalam tabung kemudian ditimbang.

Dibawah ini adalah alat yang digunakan untuk melakukan percobaan ini.

Gambar 3.6.a : Tabung baja volume 2941.66 cm³

Page 11: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-11

Gambar 3.6.b : Penentuan berat isi gembur

Gambar 3.6.c : Penentuan berat isi padat

3.2.2.4. PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan berat jenis suatu agregat

halus.

Alat dan bahan yang digunakan :

- Timbangan

- Pasir

- Picnometer gelas

- Air

Prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis pasir kondisi asli dan SSD sebagai

berikut :

Penentuan Berat Jenis Pasir Kondisi Asli

1. Menimbang pasir kondisi asli sebanyak 500 gram.

2. Menimbang air sebanyak 500 cc dengan picnometer gelas yang terlebih dahulu

Page 12: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-12

di nol–kan beratnya. Kemudian kurangi air hingga menunjukkan batas 300 cc.

3. Memasukkan 500 gram pasir ke dalam picnometer gelas yang berisi air.

Guncang picnometer sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.

4. Menambahkan air ke dalam picnometer gelas yang telah berisi pasir hingga

menunjukkan batas 500 cc dan menimbangnya.

5. Menghitung berat jenis pasir kondisi asli.

Penentuan Berat Jenis Pasir Kondisi SSD

1. Menimbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram.

2. Menimbang air sebanyak 500 cc dengan picnometer gelas yang terlebih dahulu

di nol–kan beratnya. Kemudian kurangi air hingga menunjukkan batas 300 cc.

3. Memasukkan 500 gram pasir SSD ke dalam picnometer gelas yang berisi air.

Guncang picnometer sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya.

4. Menambahkan air ke dalam picnometer gelas yang telah berisi pasir hingga

menunjukkan batas 500 cc dan menimbangnya.

Gambar 3.7 : Pengujian berat jenis agregat halus

3.2.2.5. PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

Tujuan pengujian analisa saringan agregat halus (pasir) adalah untuk

mengetahui pembagian butiran agregat halus dan modulus kehalusan butiran.

Alat dan bahan yang digunakan :

- Timbangan

Page 13: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-13

- Cawan

- Mesin penggetar saringan

- Oven

- Sikat kawat dan kuas

- Pasir

- Satu set saringan (diameter 9.52 mm, 4.76 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm,

0.25 mm, 0.15 mm, 0.074 mm)

Prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran sebagai berikut :

1. Memasukkan sejumlah pasir ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 +

5oc.

2. Menimbang pasir yang sudah kering oven sebanyak 1000 gram.

3. Menyiapkan saringan dengan urut dari diameter terbesar paling atas sampai

diameter terkecil paling bawah.

4. Menuang pasir ke dalam saringan yang paling atas. Penyaringan dilakukan

dengan menggoyangkan saringan selama 10 menit menggunakan mesin

penggetar saringan.

5. Mendiamkan selama ± 5 menit setelah proses penggoyangan selesai guna

memberikan kesempatan debu atau pasir yang sangat halus mengendap.

6. Pasir yang tertahan di atas masing–masing saringan ditimbang dengan

timbangan ketelitian 1 gram.

7. Mencatat hasil pengujian saringan dalam daftar tabel.

8. Melakukan percobaan sebanyak 2 kali

Page 14: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-14

Gambar 3.8 : Mesin penggetar saringan

3.2.3. PENGUJIAN AGREGAT KASAR

Pengujian agregat kasar ini dilakukan untuk mengetahui kualitas dari split

yang akan digunakan sebagai material dalam pembuatan campuran beton. Dalam

penelitian ini kami menggunakan 4 ( empat ) macam variasi agregat kasar yaitu

1/1, 1/2, 2/3, 3/5. Adapun pengujian yang dilakukan adalah :

3.2.3.1. PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR

Tujuan pengujian saringan agregat kasar adalah untuk mengetahui

pembagian butiran agregat kasar dan modulus kehalusan butiran.

Alat dan bahan yang digunakan :

- Timbangan

- Cawan

- Mesin penggetar saringan

- Satu set saringan diameter 38.1 mm, 25.4 mm, 19.05 mm, 12.7 mm, 9.50 mm,

4.75 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.60 mm, 0.25 mm, 0.15 mm, 0.075 mm.

- Oven

- Sikat kawat dan kuas

- Stopwatch

- Split

Page 15: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-15

Prosedur pelaksanaan pengujian gradasi butiran sebagai berikut :

1. Memasukkan sejumlah split ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110 +

50c.

2. Menimbang split yang sudah kering oven sebanyak 5000 gram.

3. Menyiapkan saringan dengan urut dari diameter terbesar paling atas sampai

diameter terkecil paling bawah.

4. Menuang split sedikit demi sedikit ke dalam saringan yang paling atas.

Penyaringan dilakukan dengan menggoyangkan saringan secara manual.

5. Mendiamkan selama ± 5 menit setelah proses penggoyangan selesai guna

memberikan kesempatan debu atau pasir yang sangat halus mengendap.

6. Split yang tertahan diatas masing–masing saringan ditimbang dengan

timbangan ketelitian 1 gram.

7. Mencatat hasil pengujian saringan dalam daftar tabel dan melakukan

percobaan sebanyak 2 kali.

Gambar 3.9 : Pengujian analisa saringan agregat kasar

Page 16: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-16

3.2.3.2. PENGUJIAN KANDUNGAN LUMPUR AGREGAT KASAR

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar lumpur yang

terkandung di dalam agregat kasar (split), karena lumpur dapat mengurangi

kelekatan agregat dengan pasta semen yang pada akhirnya mengurangi kekuatan

beton. Untuk standar PBBI 1971 NI–2 disyaratkan agregat kasar tidak boleh

mengandung lumpur lebih dari 1% .

Alat dan bahan yang digunakan :

- Timbangan

- Oven

- Cawan

- Split

Prosedur pelaksanaan pengujian kandungan lumpur sebagai berikut :

1. Menyiapkan split yang telah kering oven melalui pemanasan selama 24 jam

dengan suhu ( 110 ± 5 )oC

2. Menimbang split sebanyak 100 gram.

3. Mencuci split dan kemudian mendiamkan selama 5 menit lalu membuang air

cuciannya.

4. Mengulang pencucian sampai air rendaman jernih.

5. Memasukkan split yang telah bersih tersebut ke dalam oven selama 24 jam

dengan suhu ( 110 ± 5 )0C

6. Menimbang split yang telah kering oven tersebut.

7. Menghitung kadar Lumpur.

3.2.3.3. PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT KASAR

Tujuan pengujian kadar air adalah untuk mengetahui prosentase air yang

terkandung dalam agregat kasar, baik pada kondisi asli maupun pada kondisi

SSD.

Alat dan bahan yang digunakan :

- Timbangan

Page 17: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-17

- Oven

- Cawan

- Split

Prosedur pelaksanaan pengujian kadar air split kondisi asli dan SSD sebagai

berikut

1. Menimbang split kondisi asli atau SSD sebanyak 500 gram.

2. Mengeringkan split dalam oven selama 24 jam dengan suhu ( 110 ± 5 )0C

3. Menimbang split setelah dioven.

4. Melakukan percobaan sebanyak 2 kali untuk masing–masing kondisi split.

5. Menghitung kadar air split.

Gambar 3.10 : Pengujian kadar air split

3.2.3.4. PENGUJIAN BERAT ISI AGREGAT KASAR

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui berat isi asli dan SSD dalam

keadaan gembur dan padat dari agregat kasar (split).

Page 18: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-18

Alat dan bahan yang digunakan :

- Tabung baja dengan volume 2941.66 cm3

- Timbangan

- Split kondisi asli

- Split kondisi SSD

Prosedur pelaksanaan pengujian berat isi split kondisi asli dan SSD sebagai

berikut :

Penentuan Berat Isi Gembur

1. Menuang split kondisi asli atau SSD ke dalam tabung baja sampai penuh.

Kemudian meratakan permukaannya sehingga diperoleh volume gembur split.

2. Split yang dituang ke dalam tabung baja kemudian ditimbang.

Penentuan Berat Isi Padat

1. Menuang split ke dalam tabung baja sampai setengahnya.

2. Menghentak–hentakkan tabung baja ke lantai sebanyak 15 kali.

3. Menambah split ke dalam tabung baja hingga penuh.

4. Menghentak–hentakkan kembali tabung baja ke lantai sebanyak 15 kali.

5. Menambah split hingga penuh dan meratakan permukaannya.

6. Split yang dituang ke dalam tabung baja kemudian ditimbang.

Page 19: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-19

Gambar 3.11.a : Pengujian berat isi gembur

Gambar 3.11.b : Pengujian berat isi padat

3.2.3.5. PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR

Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka untuk berat jenis split

baik kondisi asli maupun SSD.

Alat dan bahan yang digunakan :

- Timbangan

- Cawan

- Ember

- Split

- Air

Prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis split kondisi asli dan SSD sebagai

berikut :

Penentuan Berat Jenis Agregat Kasar (split)

1. Menimbang split kondisi asli atau SSD sebanyak 500 gram.

Page 20: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-20

2. Masukkan split ke dalam air dan diamkan beberapa saat. Timbang split dalam

air, sehingga diperoleh berat split dalam air.

3. Menghitung berat jenis split.

Gambar 3.12 : Pengujian berat jenis agregat kasar

3.2.3.6. PENGUJIAN ANALISA KEAUSAN AGREGAT KASAR DENGAN

MESIN ABRASI LOS ANGELES

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui ketahanan agregat kasar

terhadap keausan dengan menggunakan mesin Los Angeles

Adapun alat dan bahan yang digunakan :

- Los Angeles Abrassion Machine

- Bola Baja 12 buah

- Talang

- Saringan nomor 12

- Oven pengatur suhu

- Timbangan

- Agregat kasar

- Air

Prosedur pelaksanaan percobaan adalah sebagai berikut :

1. Mengambil benda uji yang akan diperiksa lalu dicuci sampai bersih

Page 21: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-21

2. Mengeringkan benda uji dalam oven selama 24 jam pada suhu 110 ˚ C sampai

beratnya konstan / tetap.

3. Memisahkan agregat tersebut sesuai dengan kelompoknya, lalu

mencampurkannya sesuai dengan kombinasi yang diinginkan dengan berat

total disesuaikan dengan tabel terlampir ( A gram )

4. Menghidupkan power mesin, lalu memutar drum abrasi dengan menekan

tombol inshing sehingga tutupnya mengarah ke atas dan tutupnya dibuka,

kemudian memasukkan agregat yang telah dipersiapkan.

5. Memasukkan bola baja sebanyak yang disyaratkan kemudian menutup

kembali drum tersebut.

6. Mengatur counter sampai angka 500 atau 1000. Menekan tombol counter dan

drum akan berputar dan berhenti setelah 500 atau 1000 kali putaran

disesuaikan untuk gradasi A,B,C,D,E,F,G.

7. Memasang talang dibawah

8. Membuka tutup drum lalu menekan tombol sehingga drum berputar dan

agregat serta bola baja tertampung di dalam talang yang ada di bawahnya.

9. Menyaring agregat tersebut dengan saringan nomor 12 dan agregat yang

tertahan dicuci sampai bersih

10. Mengeringkan lagi agregat yang dicuci tadi kedalam oven selama 24 jam

dengan suhu 110 ˚ C

11. Menimbang berat keringnya ( B gram )

12. Keausan sama dengan selisih berat dibagi berat semula kali 100 %

Gambar 3.13.a : Los Angeles Abrassion Machine

Page 22: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-22

Gambar 3.13.b : Talang

Gambar 3.13.c : Bola baja 12 buah

3.2.3.7.UJI KEPIPIHAN AGREGAT KASAR

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak agregat

pipih yang terdapat di dalam agregat kasar. Hasil uji kepipihan dinyatakan dalam

bentuk prosen. Banyak sedikitnya agregat yang pipih akan mempengaruhi kualitas

daya ikat ukuran butir agregat pada campuran beton. Diusahakan pada saat

membuat campuran beton dihindari bentuk agregat yang pipih.

Alat dan bahan yang digunakan :

- alat test kepipihan

- cawan

Page 23: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-23

- timbangan

- saringan

- agregat kasar

Prosedur pelaksanaan percobaan :

1. Menimbang agregat kasar sebanyak 2000 gram

2. Menyaring agregat kasar yang telah ditimbang

3. Agregat kasar yang ada pada masing-masing ukuran saringan diperiksa ukuran

kepipihannya dengan menggunakan alat test kepipihan.

4. Kemudian menimbang agregat kasar yang pipih sebagai berat pipih

5. Menghitung prosen pipih dengan cara selisih berat dibagi berat mula-mula

dikali 100 %

6. Percobaan dilakukan untuk ukuran split 1/1, 1/2, 2/3, 3/5

Gambar 3.14 : Alat tes kepipihan

3.3. PEMERIKSAAN KELECAKAN (WORKABILITY ) BETON

Kekentalan adukan beton dilihat dengan pengujian slump, dimana

kekentalan adukan beton akan mempengaruhi tingkat kemudahan pengerjaan dan

sifat–sifat pengerjaannya. Pengujian slump ini dilakukan terhadap beton segar

yang mewakili campuran beton.

Alat dan bahan yang digunakan :

Page 24: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-24

- Kerucut Abrams dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan

tinggi 30 cm

- Tongkat pemadat diameter 16 mm dan panjang 60 cm

- Nampan baja

- Cetok

- Meteran

- Stopwatch

Prosedur pelaksanaan pengujian slump sebagai berikut :

1. Menyiapkan kerucut Abrams berdiameter atas 10 cm, diameter dasar 20 cm

dan tinggi 30 cm di atas nampan yang datar.

2. Mengisi kerucut Abrams dengan adukan beton segar, adukan beton diisikan

dalam tiga lapis yang kira–kira sama tebalnya.

3. Memadatkan beton dengan tongkat baja sebanyak 10 kali untuk setiap lapisan.

4. Melakukan pengisian beton dan pemadatan untuk lapisan kedua dan ketiga.

5. Meratakan bagian atas kerucut Abrams dan membiarkan selama 30 detik serta

membersihkan adukan beton yang jatuh pada sisi kerucut

6. Mengangkat kerucut Abrams secara vertikal dengan hati-hati.

7. Mengukur rata–rata tinggi slump, diukur dari tinggi permukaan alat sampai

tinggi permukaan beton yang jatuh.

Gambar 3.15 : Pemeriksaan adukan beton ( slump test )

Page 25: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-25

3.4. PEMBUATAN BENDA UJI

Dalam pembuatan benda uji, dilakukan rencana campuran memakai

perhitungan Mix Design cara DOE ( Department of Environtment ). Jumlah benda

uji adalah 36 buah silinder beton dengan mutu beton ( f’c = 30 Mpa ).

Benda uji silinder beton yang dibuat sejumlah 36 buah yang nantinya akan

digunakan untuk uji kuat tekan guna mengetahui kekuatan tekan beton pada umur

28 hari. Pembuatan benda uji dilakukan dengan cermat, hal ini diperlukan agar

didapatkan benda uji seperti yang direncanakan.

Alat dan bahan yang digunakan :

− Molen

− Tongkat pemadat diameter 16 mm dan panjang 60 cm

− Cetakan Silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm

− Cetok

− Palu karet

− Kuas

− Kunci pas

− Oli

− Bahan penyusun beton (pasir, split, semen, air)

Prosedur pelaksanaan pembuatan benda uji :

1. Siapkan cetakan silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm. Cetakan terlebih

dahulu diolesi oli agar mudah dilepas dari betonnya, kemudian diletakkan di

atas bidang yang rata dan tidak menyerap air.

2. Memasukkan semen, pasir, kerikil dan air sesuai pada perhitungan mix desain

kedalam molen yang diputar dengan mesin hingga campuran tersebut

homogen.

3. Adukan beton untuk benda uji harus diambil langsung dari mesin pengaduk

dengan menggunakan cetok.

4. Adukan beton diisikan ke dalam cetakan dalam 3 lapis yang kira–kira sama

tebalnya, dimana masing–masing lapis ditusuk–tusuk 10 kali dengan tongkat

baja berdiameter 16 mm dengan ujung dibulatkan. Setelah cetakan penuh,

bagian tepi cetakan disosok dengan cetok agar sisi tepi beton benar–benar

Page 26: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-26

padat. Apabila beton sudah padat, permukaan beton diratakan.

5. Benda uji yang baru dicetak harus disimpan di tempat yang bebas dari getaran

dan dibiarkan selama 24 jam, bila beton sudah mengeras kemudian cetakan

dilepas secara hati–hati.

6. Masing–masing benda uji diberi tanda dan disimpan.

Gambar 3.16.a : Pencampuran material

Gambar 3.16.b : pencetakan campuran beton

Page 27: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-27

Gambar 3.16.c : Benda uij silinder dari split 1/1 dan split 3/5

Gambar 3.16.d : Benda uji silinder dari split 1/2 dan split 2/3

3.5. PERAWATAN BETON ( CURING )

Proses perawatan beton dimulai dengan menyimpan benda uji dalam

ruangan yang terhindar dari gangguan dan getaran selama satu hari, hal ini

dimaksudkan agar beton dapat terbentuk dengan baik. Setelah satu hari

didiamkan, maka benda uji dapat dibongkar dari cetakannya untuk selanjutnya

dilakukan perawatan terhadap beton tersebut.

Perawatan benda uji adalah suatu pekerjaan menjaga agar permukaan beton

selalu lembab, sejak adukan beton dipadatkan hingga beton menjadi keras. Cara

perawatan yang dilakukan terhadap benda uji silinder beton pada penelitian TA

kami adalah dengan merendam benda uji dalam air.

Perawatan beton dilakukan hingga beton tersebut berumur 28 hari dan siap

Page 28: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-28

untuk dilakukan uji kuat tekan.

Gambar 3.17 : Perawatan beton ( curing )

3.6. UJI KUAT TEKAN BETON

Setelah umur 28 hari, benda uji diambil dari tempat perawatan dan dibiarkan

selama satu hari. Pemeriksaan benda uji bertujuan untuk mengetahui kuat tekan

dari tiap benda uji beton yang dibuat.

Alat dan bahan yang digunakan :

− Timbangan

− Compression Testing Machine

− Benda uji silinder beton

Prosedur pelaksanaan pengujian kuat tekan beton sebagai berikut :

1. Ambil benda uji dari bak perendam, timbang tiap benda uji dan ukur luas

permukaan tiap benda uji

2. Lapis permukaan atas benda uji dengan belerang dengan cara yaitu lelehkan

belerang di dalam pot peleleh yang permukaannya telah dilapisi tipis oli,

kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan, benda uji siap untuk

diuji tekan.

3. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris, dan jalankan mesin tekan

4. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban

maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.

5. Kemudian hitung kuat tekan beton.

Page 29: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-29

Gambar 3.18. a : Benda Uji dari split 1/1 dan split 3/5

Gambar 3.18.b : Benda uji dari split 1/2 dan split 2/3

Page 30: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-30

Gambar 3.18.c : Proses capping belerang

Gambar 3.18.d : Penimbangan benda uji

Page 31: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-31

Gambar 3.18.e : Benda uji yang akan di test

Gambar 3.18.f : Alat uji tekan

Page 32: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-32

Gambar 3.18.g : Hasil uji tekan split 2/3

Gambar 3.18.h : Hasil uji tekan split 1/1

Gambar 3.18. i : Hasil uji tekan split 3/5

Gambar 3.18. j : Hasil uji tekan split 1/2

Page 33: 1704 Chapter III Tes Pasir

III-33