1686Masterplan Teknopolitan (1)

284
LAPORAN AKHI PENYUSUNAN KABUPATEN PE PEMERIN BADAN PENGK IR MASTERPLAN TEKNOP ELALAWAN Kerjasama Antara: NTAH KABUPATEN PELALAWA Dengan KAJIAN DAN PENERAPAN TEKN Tahun 2012 POLITAN AN NOLOGI

description

nn

Transcript of 1686Masterplan Teknopolitan (1)

  • LAPORAN AKHIR

    PENYUSUNAN MASTERPLAN TEKNOPOLITAN

    KABUPATEN PELALAWAN

    Kerjasama Antara:PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

    DenganBADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

    Tahun 2012

    LAPORAN AKHIR

    PENYUSUNAN MASTERPLAN TEKNOPOLITAN

    KABUPATEN PELALAWAN

    Kerjasama Antara:PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

    DenganBADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

    Tahun 2012

    LAPORAN AKHIR

    PENYUSUNAN MASTERPLAN TEKNOPOLITAN

    KABUPATEN PELALAWAN

    Kerjasama Antara:PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

    DenganBADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

    Tahun 2012

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan i

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

    rahmat dan hidayah-Nya laporan Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten

    Pelalawan dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

    Laporan Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan memuat

    ide gagasan, hasil survey, analisis dan rencana tindak yang dituangkan dalam 6

    (enam) bagian tulisan yaitu : Pendahuluan, Tinjauan Kebijakan, Gambaran Umum

    Wilayah Kabupaten Teknopolitan, Analisis Pengembangan, Rencana Pembangunan

    Fisik dan Rencana Pengembangan.

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan disusun sebagai

    rujukan dan merupakan inisiasi awal persiapan pembangunan kawasan teknopolitan.

    Rencana pengembangan ini akan dilakukan secara bertahap mulai tahun 2013 hingga

    tahun 2027 yang akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah,

    perguruan tinggi, lembaga litbang dan dunia usaha.

    Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPPT,

    Bupati Pelalawan dan Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi atas

    bimbingan, arahan dan masukannya hinggga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada

    waktunya. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah

    membantu kelancaran penyusunan laporan ini.

    Kami menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh

    karena itu kritik serta saran konstruktif masih kami harapkan untuk penyempurnaan

    Laporan akhir ini.

    Semoga laporan Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan ini

    menjadi setitik sumbangan bagi penguatan sistem inovasi di Indonesia.

    Jakarta, Desember 2012

    P E N Y U S U N

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan ii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi ii

    BAB I PENDAHULUAN 1-1

    1.1. Latar Belakang 1-1

    1.2. Tujuan dan Sasaran 1-2

    1.3. Ruang Lingkup 1-2

    1.4. Metodologi 1-3

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2-1

    2.1 Kebijakan Nasional Program MP3EI 2-1

    2.2 Kebijakan Pembangunan Wilayah Provinsi Riau 2-6

    2.3 Kebijakan Pembangunan Wilayah Kabupaten Pelalawan. 2-23

    2.4 Kebijakan Dasar Teknopolitan 2-26

    2.5 Pengertian Teknopolitan 2-27

    2.6 Persyaratan Teknopolitan 2-31

    2.7 Dasar Hukum Teknopolitan 2-35

    BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH 3-1

    3.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Pelalawan 3-1

    3.2. Profil Potensi Dan Peluang Ekonomi 3-12

    3.3. Deliniasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan 3-21

    3.3.1. Landasan Penentuan Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan

    3-21

    3.3.2. Hasil Deliniasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan

    3-22

    3.4. Kondisi Lahan Peruntukan Kawasan Teknopolitan Di Kabupaten Pelalawan.

    3-25

    BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN TEKNOPOLITAN KABUPATEN PELALAWAN

    4-1

    4.1. Analisis Spasial Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan

    4-1

    4.2. Infrastruktur Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan 4-16

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan iii

    4.2.1. Sistem Transportasi Makro Teknopolitan Pelalawan 4-17

    4.2.2. Aksesibilitas Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-31

    4.2.3. Kebutuhan Pengembangan Jalan Akses Kawasan 4-33

    4.2.4. Sistem Jaringan Drainase 4-34

    4.2.5. Sistem Jaringan Air Bersih 4-37

    4.2.6. Infrastruktur Energi 4-43

    4.2.7. Rencana Pengelolaan Sampah 4-46

    4.2.8. Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut Sokoi 4-58

    4.3. Analisis Ekonomi Dan Investasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan

    4-64

    4.3.1 Analisis Perekonomian Daerah 4-64

    4.3.2 Analisis Pohon Industri Rantai Nilai Industri Hilir Kelapa Sawit

    4-72

    4.3.3 Analisis Nilai Tambah dan Kemampuan Teknologi Industri Hilir Sawit

    4-75

    4.3.4 Analisis Ekonomi dan Peluang Investasi 4-77

    4.4. Analisis Kelembagaan Kawasan Teknopolitan 4-87

    4.4.1. Pengertian Kawasan Teknopolitan 4-87

    4.4.2 Persyaratan Teknopolitan 4-88

    4.4.3 Dasar Hukum Kawasan Teknopolitan 4-89

    4.4.4 Desain Kelembagaan Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan

    4-92

    4.4.5 Strategi Implementasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan

    4-105

    4.5. Analisis Sumber Daya Manusia Kawasan Teknopolitan Kabupaten Teknopolitan

    4-106

    4.5.1. Pengertian SDM 4-106

    4.5.2 Komponen Sumber Daya Manusia 4-106

    4.5.3 Definisi SDM 4-107

    4.5.4 Jenis dan Klasfikasi SDM 4-107

    4.5.5 Peran SDM dalam Teknopolitan 4-108

    4.5.6 Profil SDM, Sosial Budaya dan Sapras Pendidikan 4-110

    4.6. Analisis SWOT 4-133

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan iv

    BAB V RENCANA PEMBANGUNAN FISIK TEKNOPOLITAN PELALAWAN

    5-1

    5.1. Visi Dan Misi 5-1

    5.1.1. Visi Teknopolitan Pelalawan 5-1

    5.1.2. Misi Teknopolitan Pelalawan 5-1

    5.1.3. Tujuan Pengembangan Teknopolitan Pelalawan 5-2

    5.1.4. Kebijakan Strategis Pengembangan Teknopolitan Pelalawan

    5-2

    5.2. Rencana Struktur Ruang Kawasan Teknopolitan 5-3

    5.2.1. Konsep Pengembangan Struktur Ruang Kawasan Teknopolitan

    5-5

    5.2.2. Rencana Pembagian Ruang Kawasan Teknopolitan 5-8

    5.3. Rencana Pola Ruang Kawasan Teknopolitan 5-10

    5.3.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung 5-11

    5.3.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya 5-19

    5.3.2.1. Kegiatan Komersial 5-19

    5.3.2.2. Kegiatan Pariwisata dan Rekreasi 5-20

    5.4. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Teknopolitan

    5-20

    BAB VI RENCANA PEMBANGUNAN TEKNOPOLITAN PELALAWAN 6-1

    6.1. Indikasi Program dan Kegiatan Pembangunan Kawasan Teknopolitan Pelalawan

    6-1

    6.2. Penutup 249

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan v

    DAFTAR GAMBAR

    NOMOR NAMA GAMBAR HALAMAN

    2.1 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia 2-2 2.2 Rantai Nilai Kegiatan Ekonomi Utama Kelapa Sawit 2-3 2.3 Produktivitas dari Beberapa Kategori Pemilik Perkebunan

    dan Benchmark Lainnya 2-3

    4.1 Peta Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-10 4.2 Peta Sistem Lahan Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-11 4.3 Peta Penggunaan lahan di lokasi rencana Pengembangan

    Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-12

    4.4 Peta Geologi Lokasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-13 4.5 Peta Deliniasi Topografi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-14 4.6 Potret Situasi Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-15 4.7 Skema Keterkaitan Sistem Pusat dan Sistem Jaringan Jalan 4-18 4.8 Posisi Strategis Kabupaten Pelalawan 4-32 4.9 Aksesibilitan Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-33 4.10 Orientasi Aliran Saluran Drainase 4-37 4.11 Proses Pengolahan Air Bersih 4-40 4.12 Fasilitas Pengolahan Air Bersih 4-42

    4.13 Skema pembagian lapisan cell pada ADCP 4-59

    4.14 Sedimen grab (a), alat untuk mengambil sampel sedimen dasar; dan botol Nansen (b), alat untuk mengambil sampel air

    4-62

    4.15 Sebaran Provinsi berdasarkan Tingkat Pertumbuhan Ekonominya di IndonesiaTahun 2011

    4-65

    4.16 Perkembangan TFP Growth Provinsi Riau 1984-2008 4-66 4.17 Struktur PDRB Kabupaten Pelalawan Tahun 2007-2010

    dengan Migas dan Tanpa Migas 4-67

    4.18 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pelalawan Tahun 2007-2010

    4-68

    4.19 Kontribusi 3 Sektor Utama terhadap PDRB Kabupaten Pelalawan Tahun 2007-2010

    4-69

    4.20 Produk Industri Sawit yang belum diproduksi di dalam negeri

    4-73

    4.21 Pohon Industri Kelapa Sawit 4-74 4.22 Rantai Nilai Industri Kelapa Sawit 4-75 4.23 Ilustrasi Organisasi Kawasan Strategis Teknopolitan

    Pelalawan 4-97

    4.24 Sistem Kelembagaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan 4-98 4.25 Posisi UPTD dalam Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten

    Pelalawan 4-101

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan vi

    4.26 Struktur Organisasi UPTD Kawasan Strategis Teknopolitan Pelalawan

    4-101

    4.27 Mekanisme Pengusulan KEK 4-104 4.28 Laju Pertumbuhan Penduduk Kab. Pelalawan Tahun 2000-

    2011 4-110

    4.29 Distribusi Penduduk di kabupaten Pelalawan Menurut Kecamatan Keadaan Pertengahan Tahun 2011

    4-111

    4.30 Distribusi Penduduk Kabupaten Pelalawan Menurut Kelompok Umur Produktif Tahun 2010

    4-113

    4.31 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Pelalawan (%)

    4-14

    4.32 Posisi SWOT Pembangunan Kawasan Teknopolitan 4-137

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan vii

    DAFTAR TABEL

    NOMOR NAMA GAMBAR HALAMAN

    4.1 Kriteria Pertimbangan Pemilihan Lokasi Kawasan Industri 4-7 4.2 Sistem Jaringan Jalan Dalam Rencana Struktur Ruang

    Wilayah Kabupaten Pelalawan 4-25

    4.3 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih 4-38 4.4 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air 4-39 4.5 Perhitungan Kebutuhan Listrik Kawasan 4-44 4.6 Alternatif Perkiraan Biaya Pembangunan 4-45 4.7 Prediksi Volume Sampahh Kawasan Teknopolitan

    Pelalawan 4-46

    4.8 Komposisi Timbulan Sampah di Permukiman Strata Pendapatan Tinggi

    4-47

    4.9 Komposisi Timbulan Sampah Kawasan Jasa dan Komersial

    4-49

    4.10 Komposisi Timbulan Sampah Perkantoran 4-49 4.11 Komposisi Timbulan Sampah Sekolah 4-50 4.12 Nilai Kalor dan Kadar Air Sampah dari Berbagai Sumber 4-52 4.13 Perkiraan Karakteristik Rata-Rata Sampah DKI Jakarta

    Sebagai Studi Banding 4-52

    4.14 Konstanta pasang surut Muara Kampar (Sokoi) 4-58 4.15 Hasil pengukuran arus di muara dengan currentmeter

    saat spring tide 4-60

    4.16 Hasil pengukuran arus di muara dengan currentmeter saat neap tide

    4-60

    4.17 Lokasi pengambilan sample sediment 4-63 4.18 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

    Pelalawan Tahun 2010 4-70

    4.19 Perkembangan Penanaman Modal Menurut Bidang Usaha di Kabupaten Pelalawan Tahun 2010

    4-71

    4.20 Nilai Tambah dan Kemampuan Teknologi Industri Hilir Sawit di Indonesia

    4-76

    4.21 Analisis Nilai Tambah Industri Hilir Sawit 4-83 4.22 Peluang pasar Fatty Acid di Indonesia 4-86 4.23 Peluang pasar Fatty Alkohol di Indonesia 4-86 4.24 Peluang investasi industri Oleokimia di Indonesia 4-87 4.25 Penduduk Kabupaten Pelalawan menurut Jenis Kelamin

    dan Kelompok Umur Produktif Keadaan Pertengahan Tahun 2011

    4-112

    4.26 Statistik Ketenagakerjaan Kabupaten Pelalawan 2008-2010

    4-114

    4.27 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah di Kabupaten Pelalawan Tahun 2010

    4-115

    4.28 Indeks Pembangunan Manusia Kab. Pelalawan 4-118

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan viii

    NOMOR NAMA GAMBAR HALAMAN

    4.29 Banyaknya Sekolah menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah di Kab. Pelalawan Tahun 2010

    4-121

    4.30 Jumlah Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah Di Kabupaten Pelalawan Tahun 2010

    4-122

    4.31 Perguruan Tinggi Pertanian dan Perkebunan di P. Jawa dan Sumatera

    4-123

    4.32 Perkiraan Kebutuhan SDM Teknik di Industri Hilir CPO (Orang)

    4-128

    4.33 Matrik IFAS - SWOT 4-135 4.34 Matrik EFAS - SWOT 4-136 4.35 Matrik SWOT 4-138

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-1

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Dalam era otonomi daerah dan globalisasi, setiap daerah berupaya

    meningkatkan kapasitas dan produktivitasnya sehingga memiliki daya saing yang

    tinggi. Dengan peningkatan daya saing tersebut, akan berdampak pada peningkatkan

    kesejahteraan masyarakat.

    Setiap daerah mempunyai keunikan yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Karena

    itu masing-masing daerah memiliki kemampuan menciptakan/mengembangkan dan

    menawarkan iklim/lingkungan yang paling produktif bagi bisnis dan inovasi, daya tarik

    atau menarik investasi, talenta (talented people), dan faktor-faktor mudah bergerak

    (mobile factors) lainnya, serta potensi berkinerja unggul yang berkelanjutan.

    Selain itu, masing-masing daerah merupakan sumber inovasi dan inspirasi

    Indonesia masa depan dan setiap Daerah (masing-masing dan secara bersama)

    mengembangkan iklim/lingkungan, sosial, budaya, dan arena (kesempatan) yang

    baik untuk tumbuh-berkembangnya talenta dan kreativitas-keinovasian.

    Kabupaten Pelalawan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang

    mempunyai sumberdaya alam yang melimpah, terutama perkebunan khususnya

    komoditas andalan kelapa sawit, karet, dan kelapa. Selain sumberdaya alam, di

    Kabupaten ini juga terdapat beberapa industri besar dan sumberdaya manusia yang cukup berkualitas. Hal tersebut merupakan potensi yang dimiliki untuk

    mengembangkan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan.

    Dilihat dari kebijakan nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan

    Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025, khususnya pengembangan

    Koridor Ekonomi Pulau Sumatera, bahwa pengembangan teknopolitan di Kabupaten

    Pelalawan yang berbasis pada industri hilir kelapa sawit merupakan salah satu upaya

    yang strategis untuk mengembangkan wilayah berbasis potensi sumberdaya alam

    dengan mengandalkan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan kolaborasi yang

    terpadu antara pemerintah, lembaga penelitian dan pengembangan, industri, dan

    masyarakat.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-2

    1.2. TUJUAN DAN SASARAN

    1.2.1. Tujuan

    Tujuan kegiatan ini adalah menyusun masterplan Kawasan Teknopolitan di

    Kabupaten Pelalawan sebagai upaya peningkatan daya saing daerah berbasis inovasi

    dan ilmu pengetahuan (konwledge based economy) yang melibatkan peran Pemerintah

    Daerah, perguruan tinggi, lembaga riset, dan industri.

    1.2.2. Sasaran

    Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan

    masterplan kawasan teknopolitan di Kabupaten Pelalawan ini, adalah:

    1) Teridentifikasinya sentra-sentra iptek di Kabupaten Pelalawan;

    2) Teridentifikasinya keterkaitan dan jaringan iptek;

    3) Teridentifikasinya economic capital, intelectual capital, dan social capital;

    4) Teridentifikasinya kebutuhan pengembangan Kawasan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan;

    5) Tersusunnya konsep pengembangan Kawasan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan; dan

    6) Tersusunnya rencana tindak pengembangan Kawasan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan.

    1.3. RUANG LINGKUP

    1.3.1. Lingkup Kegiatan.

    Lingkup kegiatan penyusunan masterplan kawasan teknopolitan Kabupaten

    Pelalawan ini, meliputi:

    a. Persiapan;

    b. Survey Pengumpulan Data dan Informasi;

    c. Focus Group Discussion (FGD);

    d. Analisis;

    e. Konsultasi Publik;

    f. Penyusunan Laporan.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-3

    1.3.2. Lingkup Substansi.

    Lingkup substansi kegiatan penyusunan masterplan kawasan teknopolitan

    Kabupaten Pelalawan ini, meliputi:

    a. Mengidentifikasi sentra-sentra iptek di Kabupaten Pelalawan;

    b. Mengidentifikasi keterkaitan dan jaringan iptek;

    c. Mengidentifikasi economic capital, intelectual capital, dan social capital;

    d. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan;

    e. Menyusun konsep pengembangan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan; dan

    f. Menyusun rekomendasi pengembangan Teknopolitan di Kabupaten Pelalawan.

    1.3.3. Lingkup Wilayah.

    Lokasi kegiatan ini secara makro adalah wilayah administrasi Kabupaten Pelalawan dan sekitarnya, sedangkan secara mikro adalah kawasan yang akan

    ditetapkan sebagai Kawasan Teknopolitan seluas kurang lebih 3.650 (tiga ribu enam

    ratus lima puluh) hektar.

    1.4. METODOLOGI

    1.4.1. Penentuan Batas Wilayah Perencanaan (Delineasi Kawasan)

    Penentuan delineasi kawasan perencanaan Kawasan Teknopolitan Pelalawan belum ada regulasi yang mengaturnya. Karena itu, lokasi yang dapat diusulkan untuk

    menjadi Kawasan Teknopolitan harus memenuhi kriteria:

    a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung; RTRW yang direview meliputi RTRWN, RTR Pulau Sumatera,

    RTRW Provinsi Kepulauan Riau, RTRW Kabupaten Pelalawan, dan RDTR

    Kecamatan-kecamatan yang tercakup di wilayah rencana. Di dalam RTRW telah

    dilakukan berbagai analisis terkait dengan kesesuaian lahan, kemampuan lahan

    dan ketersediaan lahan untuk kawasan lindung dan budidaya.

    b. pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung pengelolaan Kawasan Teknopolitan;

    c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau berdekatan dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau pada wilayah

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-4

    potensi sumber daya unggulan seperti kelautan dan perikanan, kelapa sawit,

    karet, pertambangan, dan pariwisata.

    d. tersedia dukungan infrastruktur dan kemungkinan pengembangannya; dan

    e. mempunyai batas yang jelas. Batas yang jelas adalah batas alam (sungai atau laut) maupun buatan (pagar atau tembok).

    Hal penting dilakukan adalah mengetahui status kepemilikan lahan yang ada,

    pada umumnya data berasal dari BPN.

    Analisis yang dilakukan untuk mendukung delineasi KEK meliputi :

    Analisis Makro.

    Analisis makro terhadap aspek fisik, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur,

    dan kelembagaan terhadap wilayah-wilayah yang mempunyai keterkaitan

    tinggi terhadap Kawasan Teknopolitan, yaitu seluruh kabupaten dan kota di

    Provinsi Kepulauan Riau.

    Analisis Mikro.

    Analisis mikro terhadap aspek fisik/lingkungan, ekonomi, sosial budaya,

    infrastruktur, dan kelembagaan serta kawasan perikanan yang sudah ada di

    wilayah perencanaan yang meliputi Kabupaten Pelalawan. Pengaruh timbal balik antara Kawasan Teknopolitan dan wilayah sekitar merupakan faktor

    penting untuk penentuan delineasi.

    1.4.2. Konsep Dasar Dan Alur Pikir

    Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan terletak di dalam Kawasan Andalan

    Provinsi Kepulauan Riau. Sektor lain yang juga menjadi unggulan kawasan andalan

    Provinsi Kepulauan Riau ini adalah pariwisata dan pertambangan. Dalam

    merencanakan pengembangan Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, analisis

    akan dilakukan tidak hanya menyangkut potensi pengembangan internal kawasan

    tetapi juga pengaruh eksternal juga perlu dianalisis.

    Lingkup analisis akan terbagi dalam 2 (dua) kajian utama yakni analisis spasial

    (Spatial Analysis) dan analsis sektoral (Sectoral Analysis). Analisis spasial akan menitik

    beratkan pada analisis kemampuan sumberdaya kawasan. Untuk memperoleh hasil analisis berupa kinerja kemampuan sumber daya lahan yang dimiliki kawasan,

    beberapa proses analisis perlu dilakukan, antara lain analisis terhadap potensi rawan

    bencana, analisis pola pemanfaatan ruang dan analisis kesesuian rencana tata ruang.

    Teknik analisis utama yang digunakan adalah analisis spasial (Spatial Analysis).

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-5

    Gambar 1.1 Peta Awal Rencana Lokasi Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-6

    Analisis kemampuan sektor strategis di Kawasan Teknopolitan Kabupaten

    Pelalawan. Untuk mendapatkan hasil kajian berupa kinerja kemampuan sektor

    strategis di Kabupaten Pelalawan, maka serangkaain proses analisis perlu dilakukan,

    antara lain analisis potensi ekonomi, analisis infrastruktur, analisis kelembagaan dan

    regulasi, dan analisis sumber daya manusia. Teknik analisis yang digunakan antara

    lain analisis ekonometrik.

    Dalam kajian eksternal, penekanan analisis dilakukan pada 3 (tiga) aspek utama

    yaitu analisis kebijakan spasial dan sektoral, analisis peran dan kedudukan kawasan

    dalam lingkup regional dan nasional, serta peluang dan ancaman yang dimiliki

    kawasan dalam konteks regional. Secara garis besar konsep dan alur pendekatan yang

    dilakukan untuk menyelasaikan kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

    Dari gambar tersebut pendekatan analisis dilakukan untuk analisis internal dan

    eksternal. Analisis eksternal difokuskan pada antisipasi kawasan terhadap peluang dan

    ancaman eksternal yang mungkin terjadi, sedangkan analisis internal menyangkut

    optimalisasi potensi dan sumberdaya yang ada.

    1.4.3. Metode Pelaksanaan Survai

    Kegiatan survai bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi sebagai

    bahan dasar dalam perumusan rencana. Untuk mencapai memperoleh data dan

    informasi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan penyusunan rencana maka

    rancangan survai yang disusun haruslah sesuai dengan metoda penelitian yang akan

    digunakan dalam pekerjaan ini. Kaitan antara rancangan studi dengan rancangan

    survai yang menjelaskan hubungan variabel data dengan variabel tujuan studi adalah

    sebagaimana yang dapat dilihat pada Gambar 1.2.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-7

    Gambar 1.2. Alur Pikir Pendekatan Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan

    Pendekatan Analisis Pengembangan Kawasan

    Analisis Spasial Analisis Sekoral

    Analisis Neraca Sumber Daya Lahan Kawasan Analisis Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Analisis Rencana Pemanfaatan Ruang Kawasan Analisis Pola Keterkaitan Ekonomi Kawasan Analisis Sektor Strategis Kawasan

    Analisis Daerah Rawan Bencana

    Analisis Hutan Lindung, Lahan Kritis dan Hutan

    Produksi Analisis Status Pemilikan

    Lahan Analisis Kesesuaian

    Lahan

    Analisis Tingkat Ekspoitasi Lahan

    Analisis Dominasi Pemanfaatan Lahan

    Analisis Arah dan Pola Perkembangan

    Pemanfaatan Lahan Analisis Potensi Konflik

    Pemanfaatan Ruang

    Analisis Rencana Pemanfaatan Ruang Secara Vertikal

    Analisis Rencana Pemanfaatan

    Ruang Secara Horisontal Analisis

    Rencana Pengembanban Infrastruktur

    Analisis Keterakaitan Input-ouput Produksi Analisis Keterkaitan

    Input-ouput Tenaga Kerja

    Analisis Keterkaitan Distribusi

    Analisis Potensi Sektor Ekonomi

    Analisis Keunggulan Komparatif Sektor :

    LQ, Shift-Share

    Analisis Penyerapan Tenaga kerja

    Analisis Eksternal Analisis Internal

    Analisis Kebijakan Spasial maupun Sektoral dalam

    Lingkup Regional-Nasional Analisis Kedudukan

    Kawasan Dalam Lingkup Regional-

    Nasional Analisis Peluang dan Ancaman Eksternal

    Kawasan

    Peluang dan Ancaman

    Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan

    Rencana Pengembangan Kelembagaan Rencana Pengembangan SDM Rencana Investasi

    Rencana Pengembangan Spatial (Blok Plan) dan Infrastruktur

    Rencana Pengembangan Teknopolitan (industri Hilir Sawit)

    Rencana Strategik (Skenario Pengembangan)

    AnalisisInvestasi Analisis Kelembagaan Analisis SDM

    Pengembangan Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan

    Potensi besar, lokasi strategis, jalur transportasi interegional, Lokasi Industri CPO

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-8

    Gambar 1.3 Diagram Metode Pelaksanaan Survai

    Observasi Lapangan

    Metoda survai :

    Sumber instansi Jenis/tipe data Lingkup lokal/regional

    Metoda survai :

    Wilayah pengamatan Tema/aspek kajian

    Pendekatan Studi

    Kebutuhan Informasi Data

    Desain Survai

    Maksud dan Tujuan Pekerjaan

    Lingkup dan Materi Penelitian

    Focus Group Discussion

    Pemerintah Akademisi Pebisnis

    DATA SEKUNDER

    Survai instansional

    Studi Kepustakaan

    Kajian literatur terkait

    DATA PRIMER

    LITERATUR

    SURVAI SEKUNDER

    SURVAI PRIMER

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-9

    Adapun metoda pelaksanaan survai yang akan dilakukan sesuai dengan

    kebutuhan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan ini dapat dikelompokan

    menjadi :

    A. Survai Instansional

    Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah

    terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di

    instansi terkait.Data yang dikumpulkan menyangkut wilayah perencanaan dari berbagai

    aspek dalam lingkup internal maupun eksternal. Data dapat berupa peta grafis, data

    teks dan numerik, data teknis engineering, kebijaksanaan dan peraturan. Disamping

    pengumpulan data, pada kegiatan ini dilakukan pula wawancara atau diskusi dengan

    pihak instansi mengenai permasalahan-permasalahan di tiap bidang/aspek yang menjadi kewenangannya serta menyerap informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan

    program yang sedang dan akan dilakukan. Sumber data adalah berbagai instansi, baik

    departemental maupun pemerintah daerah hingga tingkat kecamatan serta

    badan/instansi non pemerintah (LSM, Swasta/ pelaku pasar, Perguruan Tinggi).

    B. Survai primer.

    Survai ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/terkini langsung dari

    lapangan atau obyek kajian. Terdapat 2 tipe survai yang akan dilakukan dalam

    penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, yaitu:

    1. Observasi lapangan, terdiri dari survai urban desain, land-use, transportasi, infrastruktur, dan utilitas.

    Observasi lapangan dilakukan sebagai langkah pengenalan dan pengamatan

    kondisi lapangan, baik aspek guna lahan, transportasi, infrastruktur, dan

    utilitas. Di samping pengamatan kondisi eksisting melalui observasi ini diharapkan pula dapat diperoleh informasi perkembangan dan kecenderungan

    arah perkembangan pembangunan/ kegiatan.

    Survai land use.

    Survai yang dilakukan adalah pengecekan di lapangan mengenai guna

    lahan eksisting yang ada di wilayah perencanaan. Data-data yang diperoleh

    dari survai ini digunakan untuk menganalisis struktur ruang eksisting dan

    kemudian menetapkan struktur ruang dan penggunaan lahan pada tahun

    yang direncanakan.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-10

    Survai Transportasi.

    Survai ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai sistem

    transportasi di wilayah perencanaan dengan bentuk survai yang dilakukan

    adalah :

    o pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi dan permasalahan jaringan sistem transportasi sehingga dapat menangkap/

    menginterpretasikan data-data sekunder lebih baik.

    o traffic counting, untuk memperoleh data volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada jalan-jalan utama dan persimpangan penting.

    Survai infrastruktur dan utilitas.

    Survai ini dilakukan untuk memperoleh data infrastruktur dan utilitas

    dengan cara pengamatan lapangan guna menangkap/ meng-

    interpretasikan data-data sekunder lebih baik.

    Survai infrastruktur ini meliputi:

    Survei infrastruktur di dalam kawasan teknopolitan. Survai infrastruktur di luar kawasan teknopolitan khususnya untuk

    survai kajian kelayakan lokasi pelabuhan sokoi.

    2. Focus Group Discussion (FGD), bertujuan untuk menjaring berbagai pemikiran dan respon pembangunan teknopolitan Pelalawan dari berbagai

    pihak baik pemerintah pusat/provinsi/kabupaten, lembaga riset/perguruan

    tinggi, pelaku bisnis, dan stakeholder lainnya.

    C. Studi Kepustakaan

    Melalui studi kepustakaan ini akan digali teori-teori yang berkembang dan terkait

    dengan pekerjaan Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, hasil

    studi yang telah dilakukan yang berkaitan dengan wilayah perencanaan dan materi

    pekerjaan, serta metode-metode dan teknik penelitian yang pernah digunakan. Studi

    kepustakaan merupakan studi yang dilakukan terhadap data yang telah ada. Melalui

    studi kepustakaan ini akan digali teori-teori yang telah berkembang yang berkaitan

    dengan pekerjaan penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, hasil-

    hasil studi yang telah dilakukan yang berkaitan dengan wilayah perencanaan dan

    materi pekerjaan, serta metode-metode dan teknik penelitian yang pernah digunakan.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-11

    Data serta informasi yang diperlukan dikumpulkan melalui buku teks, laporan-laporan

    studi, makalah, jurnal dan buletin.

    Adanya issue dan kecenderungan masalah tersebut diatas maka perlu disusun

    Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan. Kawasan sendiri mempunyai

    pengertian sebagai suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas

    tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahanbarang dan

    bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal,

    pemeriksaan akhir, dan pengepakan atasbarang dan bahan asal impor atau barang

    dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia Lainnya (DPIL), yang hasilnya

    terutama untuk tujuan ekspor. Pada dasarnya, fasilitas yang dimiliki oleh Kawasan

    diberikan terhadap :

    1. impor barang;

    2. pemasukan Barang Kena Pajak (BKP);

    3. pengiriman hasil produksi;

    4. pengeluaran barang;

    5. penyerahan kembali BKP;

    6. peminjaman mesin;

    7. pemasukan Barang Kena Cukai (BKC) ke dan/atau dari Kawasan.

    Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan terjabarkan dalam bentuk arahan

    pemanfaatan ruang dan dukungan prasarana dan sarana Kawasan Industri Kelapa

    Sawit sekitarnya dalam mengantisipasi adanya pengembangan Pelabuhan dan sebagai

    dokumen acuan 20 tahunan khususnya saat ditetapkan sebagai Kawasan Teknopolitan.

    1.4.4. Metode Analisis

    a. Analisis Spasial.

    Dalam penyusunan rencana pengembangan kawasan ini, analisis spasial meliputi

    kajian tentang neraca sumber daya lahan, analisis pola pemanfaatan ruang dan

    analisis kesesuaian rencana tata ruang kawasan. Teknik analisis yang digunakan

    adalah analisis spasial (Spatial analyst).

    Analisis Spasial adalah teknik analisis yang menggunakan data spasial sebagai

    input utamanya. Analisis spasial akan menghasilkan keluaran berupa informasi spasial

    yang umumnya berperan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan untuk

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-12

    kegiatan perencanaan maupun operasional (tindakan). Data spasial yang digunakan

    dapat bersumber dari berbagai media pengumpulan data seperti citra satelit, digitizer,

    scanning maupun data lapangan (GPS).

    Berdasarkan jenis analisis yang dapat dilakukan, analisis spasial memiliki lingkup

    kajian yang sangat luas. Namun bila dilihat dari filosofi analisisnya, maka analisis

    spatial pada prinsipnya merupakan suatu model matematik (mathematic modelling)

    yang diterapkan dalam suatu media grafis. Dengan demikian maka salah satu teori

    yang mendasari analisis spasial analisis adalah teori grafik (Graph Theory). Bila dilihat

    berdasrkan jenis data yang digunakan, maka analisis spasial dapat dibedakan dalam

    dua tipe yakni analisis statistik (Statistical analysis) dan analisis permukaan (Surface

    analyis).

    Dalam konteks teknologi, sampai saat ini sudah banyak perangkat lunak yang

    dapat digunakan untuk melakukan analisis spasial. Namun teknologi yang erat kaitanya

    dengan analisis sapasial dalam proses penataan ruang adalah teknologi Geographical

    Information System (GIS). Teknologi ini lebih cocok digunakan untuk kegiatan

    penataan ruang karena telah mempertimbangkan unsur teknologi informasi dan sistem

    referensi geografis yang sangat menunjang pelaksanaan aktvitas penataan ruang.

    Dalam konteks perencanaan wilayah secara umum, kedudukan analisis spasial

    dengan menggunakan teknologi GIS dapat dilihat pada gambar 1.4 berikut :

    Sumber : A G-O Yeh, 1999.

    Gambar 1.4. Struktur Spatial Analysis dan Modelling

    Urban PlanningGIS

    Non GISDatabase/data

    Spatial Analysis &

    Modelling

    data

    data

    Geo-processingfunction

    Spatial Query &Mapping

    Scie

    ntifi

    c In

    put

    Urban PlanningGISGIS

    Non GISDatabase/data

    Non GISDatabase/data

    Spatial Analysis &

    Modelling

    Spatial Analysis &

    Modelling

    data

    data

    Geo-processingfunction

    Spatial Query &Mapping

    Scie

    ntifi

    c In

    put

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-13

    b. Analisis Ekonomi dan Investasi.

    Dalam penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan, analisis

    diawali dengan kaji ulang (review) dan pendalaman analisis terhadap rencana

    pengembangan Kawasan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan maupun kajian terhadap

    kondisi kawasan sekitarnya saat ini. Setelah itu analisis dilanjutkan kepada beberapa

    hal berikut:

    1) Analisis Perkiraan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi.

    Pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan investasi akan didekati dengan

    menggunakan model pertumbuhan Harrod-Domar (Todaro, 1994:65-66), yakni :

    g = s/k

    dimana :

    g = tingkat pertumbuhan ekonomi

    s = rasio tabungan sebagai proksi dari besarnya investasi yang

    dibutuhkan (S = I)

    k = perubahan rasio kapital-output = ICOR (incremental capital-output

    ratio)

    Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan perkembangan nilai PDRB

    dari tahun ke tahun dengan menggunakan formulasi berikut (Widodo,

    1990:36):

    PDRBt = 1

    1

    PDRBtPDRBtPDRBt x 100%

    dimana :

    PDRBt = g = tingkat pertumbuhan ekonomi tahun t

    PDRBt = produk domestik regional bruto tahun t

    PDRBt-1 = produk domestik regional bruto tahun t-1

    Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi (g) di Teknopolitan Kabupaten Pelalawan

    ditargetkan sebesar 7% per tahun, dengan perubahan rasio kapital-output (k)

    sebesar 5, maka investasi yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat

    pertumbuhan ekonomi tadi adalah 35% dari PDRB. Untuk memenuhi

    pembiayaan investasi sebesar 35% dari PDRB tadi, sumberdananya bisa berasal

    dari tabungan daerah setempat maupun dari pinjaman ke daerah lain dan

    pinjaman luar negeri.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-14

    2) Analisis Peluang Investasi

    Analisis ini diturunkan dari skenario pengembangan sektor strategis dan komoditas

    unggulan industri hilir sawit. Penentuan sektor strategis dan komoditas unggulan

    dapat didekati dengan menggunakan beberapa alat analisis berikut :

    Analisis kuantitatif sederhana, seperti pertumbuhan (growth) sektor/komoditas selama kurun waktu tertentu, kecenderungan (shift-share) perkembangan

    sektor/komoditas yang bersangkutan, dan distribusi atau komposisi (ratio)

    sektor/komoditas terhadap orientasinya.

    Analisis kuantitatif location quotient (LQ).

    Analisis aliran barang dan pohon industri.

    Analisis peluang pasar.

    3) Analisis Pelaku Investasi

    Berdasarkan peluang-peluang investasi yang ada, maka perlu pula dianalisis, siapa

    atau pihak mana saja yang dapat menjadi pelaku investasi ? Apakah pemerintah

    atau swasta atau masyarakat saja? Apakah terdiri dari gabungan pihak

    pemerintah, swasta, dan/atau measyarakat? Kemudian, bagaimana skala usahanya

    : usaha kecil, menengah, besar, atau koperasi? Untuk menjawab pertanyaan-

    pertanyaan ini, pendekatan yang bisa digunakan antara lain berdasarkan

    pendekatan ekonomi (seperti besarnya nilai investasi yang dibutuhkan,

    pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi, dan lain-lain), pendekatan

    sosial (membuka lapangan kerja, pengembangan sosial budaya, dan lain-lain), dan

    pendekatan politis regional (pengembangan usaha strategis bagi daerah, stabilitas

    daerah, dan lain-lain).

    4) Analisis Iklim Investasi

    Analisis iklim investasi ini berkaitan erat dengan kebijaksanaan penciptaan iklim

    investasi dan iklim usaha yang kondusif bagi tumbuhnya dunia usaha yang

    berdaya saing tinggi. Karena itu, analisis iklim investasi mengarah pada insentif

    dan disinsentif yang perlu ditempuh pemerintah dalam rangka pengembangan

    Teknopolitan Kabupaten Pelalawan. Bentuk-bentuk insentif dan disinsentif tersebut

    dapat berupa:

    a) Bidang Finansial :

    Menambah kantor cabang bank maupun lembaga keuangan nonperbankan milik pemerintah (pusat dan daerah), meningkatkan kerjasama dalam

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-15

    pendanaan proyek-proyek investasi, dan jika perlu membentuk lembaga

    permodalan khusus untuk membiayai investasi di Kabupaten Pelalawan

    (seperti modal ventura).

    Mendorong institusi keuangan perbankan dan nonperbankan swasta nasional untuk memperlebar usahanya ke Kabupaten Pelalawan dengan

    cara memberikan kemudahan-kemudahan tertentu.

    Menyediakan berbagai kemudahan kepada investor untuk memperoleh modal atau kredit/pinjaman, baik yang berasal dari dalam negeri maupun

    luar negeri, dengan cara menawarkan suku bunga lunak, jangka waktu

    pengembalian yang lebih panjang, dan masa tenggang bebas pembayaran

    cicilan yang lebih lama.

    Memberikan keringanan pajak dan retribusi (seperti pajak penghasilan, cukai, bea masuk, pajak ekspor, pajak pertambahan nilai, dan berbagai

    jenis pajak dan retribusi lainnya) kepada investor yang menanamkan

    modalnya di Kabupaten Pelalawan selama jangka waktu tertentu.

    Memberikan berbagai kemudahan kepada investor dalam penyelesaian administrasi dan pengurusan perizinan investasi melalui sistem satu atap.

    b) Bidang Sarana dan Prasarana :

    Membangun jaringan jalan-jalan baru serta memperbaiki kualitas jalan yang sudah ada untuk memudahkan akses ke dan dari Kabupaten

    Pelalawan.

    Mengembangkan jaringan listrik, air bersih, transportasi, dan telekomunikasi di sekitar Kabupaten Pelalawan.

    Meningkatkan kualitas pelabuhan laut dan udara untuk mempermudah akses ke dan dari Kabupaten Pelalawan.

    Pengembangan dan penataan kembali sarana fisik penunjang lainnya.

    c) Bidang Sumberdaya Manusia (SDM):

    Mendatangkan tenaga kerja trampil dari daerah lain di luar Kabupaten Pelalawan, misalnya melalui program antarkerja antardaerah (AKAD).

    Mengembangkan program-program khusus (seperti balai latihan kerja, pelatihan-pelatihan, permagangan) dalam waktu yang relatif singkat

    untuk mendidik dan melatih sumberdaya manusia yang potensial di

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-16

    sekitar Kabupaten Pelalawan sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja

    setempat.

    Mengantisipasi tenaga kerja trampil yang dimiliki daerah setempat untuk tidak pergi ke daerah lain.

    d) Bidang Data dan Informasi

    Menyediakan dan menyebarluaskan data dan informasi yang lengkap mengenai project profile, company profile, dan peluang-peluang investasi

    lainnya yang terdapat di Kabupaten Pelalawan.

    Membangun jaringan Sistem Informasi Manajemen Investasi di Kabupaten Pelalawan.

    e) Bidang Lainnya :

    Memelihara pertumbuhan ekonomi yang mantap dan terus mengembangkan

    iklim investasi dan iklim usaha yang kondusif.

    5) Analisis Kelayakan Investasi.

    Pengambilan keputusan berinvestasi oleh pihak swasta (masyarakat) secara garis

    besar didasarkan pada dua preferensi berikut. Pertama, preferensi lokasi

    (locational preferences), dimana investasi dilakukan di suatu lokasi karena lokasi

    tersebut memang memiliki daya tarik yang terbaik di antara berbagai alternatif

    lokasi yang ada. Keunggulan lokasi tersebut bisa berbentuk natural factor

    endowments (seperti sumberdaya alam yang berlimpah dan sumberdaya manusia

    yang andal) dan dapat berupa man-made endowments (seperti berbagai macam

    infrastruktur, prosedur perizinan, insentif-disinsentif, dan kelembagaan). Kedua,

    preferensi waktu (time preferences) calon investor, dimana calon investor tidak

    hanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu, tetapi juga akan mempertimbangkan risiko-risiko yang akan

    muncul dari kegiatan investasi yang dilakukan. Kedua preferensi ini dapat

    dijabarkan menjadi kajian makro mengenai beberapa aspek berikut :

    Aspek ekonomi: kinerja dan prospek sektor/komoditas unggulan, di antaranya berkaitan dengan penyediaan sumber-sumber (input) dan

    pemasaran hasil produksi (output), pertumbuhan dan perubahan struktur

    perekonomian, ketersediaan infrastruktur fisik (seperti listrik, air, transportasi,

    komunikasi) dan nonfisik (kepastian hukum dan peraturan), penentuan dan

    pemeringkatan sektor/komoditas unggulan, pola investasi, serta prospek

    (peluang pasar) dan tantangan yang dihadapi sektor/komoditas unggulan.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-17

    Aspek spasial : agroklimatologi, geografi, topografi, dan lain-lain.

    Aspek sosial-kultural dan sosio-politik: menyangkut fenomena sistem sosial budaya masyarakat, khususnya masyarakat setempat, dan stabilitas

    politik atau dinamika masyarakat.

    Aspek kualitas dan kesejahteraan: mengenai struktur ketenagakerjaan dan perubahan kecenderungannya, baik secara demografis (kelompok usia

    kerja) maupun mobilisasi spasial (urbanisasi), potensi sumberdaya manusia

    yang berkaitan dengan pengembangan investasi, serta pemerataan

    pendapatan.

    Aspek kebijakan dan kelembagaan: aspek kebijakan berhubungan dengan evaluasi kebijakan yang sudah ada (khususnya yang menyangkut investasi), efektivitas kebijakan, serta inventarisasi kebutuhan insentif dan

    disinsentif yang mendukung investasi. Sedangkan dalam aspek kelembagaan

    dikaji visi, misi, tujuan, dan strategi pengembangan Teknopolitan Kabupaten

    Pelalawan, organisasi pemerintah, institusi pendidikan, lembaga swadaya

    masyarakat, koperasi, dan lembaga-lembaga perekonomian masyarakat;

    perumusan instrumen dan mekanisme operasional pengembangan investasi;

    serta perumusan kerjasama dan koordinasi pengembangan kegiatan investasi

    di dalam Teknopolitan Kabupaten Pelalawan sendiri dan dengan institusi di

    luar Kabupaten Pelalawan.

    Aspek global : berkaitan dengan daya saing sektor/komoditas unggulan di tingkat pasar yang lebih luas.

    Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kajian makro di atas, maka

    dapat disusun kelayakan investasi untuk setiap project profile. Di samping untuk menentukan calon-calon proyek investasi yang akan dipertimbangkan untuk

    dilaksanakan, penyusunan kelayakan investasi juga ditujukan untuk menentukan

    seberapa jauh project profile dapat dilaksanakan dan seberapa besar kendala yang

    ada dapat menghambat pelaksanaannya, sehingga dapat disusun

    pemeringkatannya.

    c. Analisis Sumberdaya Manusia

    Analisis pengembangan sumberdaya manusia (SDM) mencakup analisis terhadap

    kependudukan dan ketenagakerjaan, serta partisipasi masyarakat, baik dalam skala

    lokal maupun skala yang lebih luas. Secara garis besar, analisis pengembangan SDM

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-18

    pada dasarnya menyangkut analisis ketersediaan dan kebutuhan SDM, terutama yang

    berkaitan dengan rencana pengembangan investasi dan program-program penunjang

    lainnya.

    1) Analisis ketersediaan dan kebutuhan SDM

    Analisis ketersediaan dan kebutuhan SDM sangat erat kaitannya dengan investasi

    sumberdaya manusia (human resources investment). Beberapa penelitian di

    negara-negara maju, mulai dari zaman Adam Smith hingga tahun 1960an,

    menunjukkan bahwa investasi SDM (di bidang pendidikan) memberikan dampak

    positif kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi (Psacharopoulos dan Woodhall,

    1985:3). Keuntungan (rate of return) yang diperoleh dari tingkat pendidikan yang

    lebih tinggi tidak hanya dinikmati oleh individu yang bersangkutan, melainkan juga bisa dipetik oleh masyarakat luas (Simanjuntak, 1985:60). Artinya, pengembangan

    SDM melalui jalur pendidikan tidak hanya mengentaskan masyarakat dari

    kemiskinan, tetapi juga dapat dijadikan sebuah mekanisme untuk mendistribusikan

    pendapatan (mengurangi ketimpangan).

    Sehubungan dengan hal di atas, maka dalam menyusun Rencana Pengembangan

    Teknopolitan Kabupaten Pelalawan perlu dimasukkan analisis mengenai rencana

    pengembangan sumberdaya manusia. Analisis tersebut akan difokuskan kepada :

    Analisis kependudukan, seperti jumlah, pertumbuhan, migrasi.

    Analisis ketenagakerjaan, seperti jumlah, pertumbuhan, pengangguran, kesempatan kerja.

    Analisis pendidikan, seperti tingkat pendidikan, fasilitas pendidikan.

    Analisis pengembangan sumberdaya manusia lainnya yang relevan.

    2) Analisis Peran Serta Masyarakat.

    Peran serta masyarakat serta sektor swasta dalam pembangunan perkonomian

    serta pengopersian dan perawatan pada kenyataannya sudah berjalan. Selain itu

    masyarakat maupun sektor swasta telah banyak berpartisipasi dalam

    pembangunan sarana dan prasarana. Persoalannya kini yaitu bagaimana

    menempatkan pembangunan oleh masyarakat dan swasta dalam pembangunan

    prasarana secara formal masih memerlukan pengkajian.

    Bentuk kesepakatan lingkup peran serta masyarakat dalam pembangunan wilayah,

    antara lain :

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-19

    a) Pengertian partisipasi.

    b) Partisipasi dalam tingkat-tingkat pengambilan keputusan dalam metoda pengelolaan pembangunan.

    Partisipasi dalam Kebijaksanaan Pembangunan;

    Partisipasi dalam Perencanaan;

    Partisipasi dalam Perumusan Program dan Proyek;

    Partisipasi dalam Pelaksanaan Program dan Proyek;

    Partisipasi dalam Pengoperasian dn Pemeliharaan.

    Pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal ini mempunyai peranan yang penting

    untuk merangsang tumbuhnya serta mendukung semua kegiatan-kegiatan

    diatas, misalnya dalam :

    penetapan fungsi dan tanggung jawab yang jelas;

    menyediakan fasilitas sumber-sumber pinjaman pembangunan;

    mengadakan kegiatan pendidikan aparat daerah.

    d. Analisis Kelembagaan.

    Pendekatan mekanisme kelembagaan dalam pengembangan perekonomian

    masyarakat memiliki pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

    1) Perencanaan dan penyusunan program yang lebih terpadu :

    Perencanaan dan penyusunan program antar sektoral seperti sektor perumahan, ekonomi masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana dengan

    secara terpadu.

    Mempunyai kaitannya dengan rencana tata ruang/kawasan.

    2) Penggalangan sumber pendanaan pembangunan, baik dana sektoral maupun daerah.

    3) Keseimbangan perancanaan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas (disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan pembangunan yang baru).

    4) Penyusunan rencana dan program dilaksanakan dengan memberikan perhatian pada aspek ekonomi rakyat yang dapat menunjang perkonomian.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-20

    e. Analisis Kebijakan dan Regulasi.

    Analisis Kebijakan Pembangunan (Policy Analyisis) dimaksudkan untuk

    memahami arahan kebijakan pembangunan wilayah perencanaan dan kedudukannya

    dalam perspektif kebijakan pembangunan nasional, serta mengantisipasi program-

    program pembangunan nasional yang akan dilaksanakan. Kebijakan Pembangunan

    Nasional dan Daerah yang diduga berpengaruh pada perkembangan kawasan lintas

    propinsi yang direncanakan, antara lain :

    Kebijakan Sektoral;

    RTRW Nasional (RTRWN), RTRW Pulau Sumatera;

    Program Pembangunan Daerah (Propeda) untuk Setiap Propinsi;

    Rencana Pengembangan Pulau Sumatera;

    Pola umum pembangunan daerah jangka panjang;

    Investasi pembangunan baik yang sudah dilaksanakan maupun yang direncanakan.

    Analisis kebijakan dan regulasi untuk pengembangan teknopolitan Kabupaten Pelalawan dapat digambarkan secara diagram alir sebagai berikut :

    Gambar 1.5 Siklus Analisis Kebijakan

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-21

    1.5. TERMINOLOGI TEKNOPOLITAN

    Teknopolitan adalah konsepsi kawasan berdimensi pembangunan ekonomi,

    sosial dan budaya, yang memiliki sentra kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan

    masyarakat, yang mendukung percepatan perkembangan inovasi, difusi dan

    pembelajaran. Kawasan teknopolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih

    sentra kegiatan iptek, kegiatan produktif dan gerakan masyarakat pada wilayah

    tertentu (satu atau lebih daerah otonom) sebagai sistem pembangunan yang

    ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan sistem inovasi.

    Pengembangan teknopolitan bukan hanya focus pada Economic capital, tetapi

    juga Intellectual capital dan Social capital. Pengembangan teknopolitan dilakukan

    melalui:

    Pengembangan/penguatan/revitalisasi sentra-sentra iptek;

    Penguatan keterkaitan dan jaringan;

    Gerakan masyarakat, semangat, partisipasi aktif, gerakan bersama;

    Perkembangan inovasi, difusi, dan proses pembelajaran;

    Membangun reputasi global yang dimulai dari tindakan dan kemanfaatan lokal.

    Peran strategis Teknopolitan adalah :

    a. Sebagai sarana dalam membangun jaringan inovasi.

    b. Sebagai sarana pembelajaran dalam pengembangan inovasi.

    c. Sebagai sarana untuk:

    Promosi Iptek sebagai proses komunikasi pemasaran iptek yang efektif.

    Pemasaran Iptek merupakan proses sosial melalui kegiatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan iptek masyarakat.

    Pembudayaan Iptek sehingga tertanamnya nilai-nilai, sikap dan perilaku yang berorientasi kepada sifat kreatif dan inovatif.

    Yang perlu ada dalam teknopolitan adalah :

    Kombinasi kemitraan universitas dan pusat riset dengan industri dan pemerintah.

    Kombinasi usaha kecil, besar, dan entrepreneur.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-22

    Klaster bangunan dalam lingkungan R&D dengan tema multidisiplin berdasarkan program pelatihan universitas termasuk teknologi komunikasi maju, biosains dan bioteknologi, material maju, teknologi lingkungan.

    Pembentukan kemitraan yang intensif antara penghuni industri, pemerintah, dan universitas pada suatu komunitas yang tinggal sangat berdekatan

    (pedestrian-scale community).

    Infrastruktur teknologi maju untuk jaringan komunikasi.

    Sistem transportasi yang baik digabungkan dengan jaringan berskala regional.

    Balai pertemuan dan hotel untuk pertemuan, pelatihan, dan hiburan.

    Lingkungan tempat tinggal dekat dengan fasilitas R&D (dapat berjalan kaki).

    Fasiltas olah raga seperti jogging, bersepeda, pusat kebugaran.

    Terdapat 12 (duabelas) hal yang penting dalam mengembangkan Teknopolitan, yaitu :

    1. Membangun strategi pengembangan teknopolitan yang jelas.

    2. Cabang perusahaan/pabrik di kawasan teknopolitan lebih baik dari pada tidak ada perusahaan/pabrik sama sekali.

    3. Sinergi sebagai sumber inovasi sangat penting dalam jangka panjang.

    4. Mengembangkan visi jangka panjang.

    5. Sumber inovasi harus diidentifikasi.

    6. Jaringan (networks) harus dibentuk sejak awal. Harus ada jaringan dan saluran (channels) agar informasi dapat mengalir.

    7. Strategi jangka pendek memang lebih mudah, bahkan tindakan (move) jangka pendek dapat menjadi negatif jika antar institusi tidak berkomunikasi satu

    dengan lainnya. Lab swasta perlu didorong untuk bergerak bersamaan dengan

    badan riset pemerintah , atau tidak akan ada spin-off.

    8. Strategi jangka panjang memerlukan pilihan-pilihan yang selektif. Membangun hubungan yang sinergis di wilayah yang jauh dari keramaian memerlukan satu

    atau dua target area yang menawarkan prospek terbaik dalam hal fasilitas yang

    sudah ada sebelumnya, seperti, universitas, kapasitas wirausaha,

    kepemimpinan politik.

    9. Daya dorong (Inducement) sentral yang utama. Sebagai contoh, pengeluaran hankam AS berperan besar di Silicon Valley.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-23

    10. Identifikasi wadah/pangsa pasar yang baru. Sebagai contoh, kembangkan industri high-tech yang khusus untuk memenuhi kebutuhan lokal, kemudian gali

    potensi ekspor-nya.

    11. Jaga konsistensi. Misalnya, suatu technopark tidak boleh diubah menjadi office park (perkantoran) murni hanya karena yang terakhir itu lebih menguntungkan.

    12. Terbaik mungkin menjadi musuh bagi yang baik. Negara dan daerah sebaiknya tidak menilai semua usaha mereka hanya dengan kriteria yang paling ketat

    dan eksklusif.

    Prasarana dan sarana bagi Teknopolitan meliputi :

    1. Infrastruktur Sains dan Teknologi : termasuk sumber daya pengetahuan (knowledge resources) suatu wilayah yang dibentuk oleh universitas, laboratorium riset pemerintah dan swasta, perpustakaan, inkubator teknologi,

    pusat inovasi, taman iptek.

    2. Infrastruktur Bisnis: asosiasi industri, kadin, badan pengembangan, peluang pembiayaan khusus.

    3. Infrastruktur Fisik: seperti transportasi yang memadai (jalan raya, kereta api, bandara), telekomunikasi, air bersih, listrik.

    4. SDM: termasuk pasokan yang memadai untuk tenaga kerja yang terlatih, ilmuwan, insinyur, teknisi, inkubasi teknologi dari universitas dan lembaga riset

    pemerintah di kawasan teknopolitan.

    5. Kualitas Pelayanan: kawasan tempat tinggal, taman, fasiltas olah raga yang berkualitas tinggi.

    6. Basis Ekonomi yang Beragam: termasuk jaringan penyuplai dan distribusi yang ekstensif.

    7. Daya Tarik: seperti biaya rendah untuk melakukan bisnis (misalnya, mudahnya perijinan, insentif pajak), biaya untuk makan, transportasi, perumahan.

    Menurut Carlos Quandt (1997), Virtual Technopoles: Exploring the Potential of

    Internet and Web Technologies to Create Innovative Environments in Latin America

    and the Caribbean, faktor pendukung lokasi Teknopolitan adalah :

    Ketersedian dukungan dari pimpinan politik dan akademisi;

    Keberadaan budaya kewirausahaan;

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-24

    Keberadaan kaitan yang kuat antara komunitas saintifik dan entrepreneur/teknoprener;

    Jaringan informasi;

    Pencitraan: terdiri dari promosi citra kawasan sebagai teknopolitan;

    Keberadaan Inkubator.

    Indikator keberhasilan Teknopolitan menurut Sumber: Omer Kaymakalan,

    Teknoloji Gelitirme Ve Transfer Arac Olarak Teknoparklar, Marmara Aratrma Merkezi (MAM) adalah :

    Kuantitas inovasi teknologi yang terealisir dengan kerjasama dari univeristas dan lembaga riset.

    Kegiatan riset bersama antara perusahaan swasta dan universitas/lembaga riset lainnya di kawasan teknopolitan.

    Pelayanan yang diberikan kepada perusahaan swasta.

    Jumlah peneliti dan perekayasa berasal dari universitas/lembaga riset ke teknopolitan.

    Invensi dan penjualan produk yang terkait dengan teknopolitan dan inkubator-inkubator.

    Penciptaan lapangan kerja baik secara kualitas dan kuantitas.

    Keberhasilan Sillicon Valley sebagai Kawasan Teknopolitan mempunyai

    hubungan yang harmonis antar berbagai pihak untuk menciptakan keuntungan yang

    jelas antara lain:

    a. Untuk perguruan tinggi: menyediakan kesempatan kerja bagi mahasiswa, daya tarik untuk mahasiswa dan dosen baru, meningkatkan alih teknologi,

    meningkatkan interaksi dengan industri, menghasilkan pemasukan pendapatan,

    dan aplikasi teknologi dalam lingkup ekonomi regional.

    b. Untuk Perusahaan di Teknopolitan: Akses mudah ke tenaga kerja ahli dan ke fasilitas dan sumber daya universitas, produk dan pasar baru, meningkatkan daya saing.

    c. Untuk Pemerintah Pusat dan Daerah: Meningkatkan kegiatan bisnis, meningkatkan pajak individu, perusahaan, dan properti, rekruitmen tenaga

    kerja yang sangat terlatih.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-25

    Salah satu cikal bakal dalam pengembangan teknopolitan adalah adanya

    teknopark. Teknopark (technology park) merupakan sebuah kawasan (daerah) dimana

    teknologi ditampilkan (diperagakan), dikembangan, dan dikomersialisasikan.

    Teknopark memiliki beberapa fasilitas, antara lain inkubator bisnis, angel capital, seed

    capital, venture capital. Stakeholder dari sebuah Teknopark biasanya adalah

    pemerintah (biasanya pemerintah daerah), komunitas peneliti (akademis), komunitas

    bisnis dan finansial. Mereka bekerjasama untuk mengintegrasikan penggunaan dan

    pemanfaatan bangunan komersial, fasilitas riset, conference center, sampai ke hotel.

    Bagi pemerintah daerah teknopark menciptakan lapangan pekerjaan dan

    meningkatkan pendapatan daerah. Bagi para pekerjaan yang berpendapat cukup

    tinggi, teknopark memiliki daya tarik karena situasi, lokasi, dan lifestyle.

    Teknopark mulai dikembangan sejak tahun 1954, dimana staf perguruan tinggi

    yang memiliki jiwa entrepreneur ingin mengkonversikan pengetahuan dan hasil

    penelitian yang dikembangkan menjadi nilai ekonomi. Teknopark pertama dibuat oleh

    Stanford University di Amerika Serikat. Teknopark tidak identik dengan inkubator

    bisnis. Sebuah teknopark biasanya memiliki sebuah inkubasi bisnis. Sementara itu

    bisnis yang diinkubasi tidak harus secara fisik berada di teknopark. Ada irisan antara

    teknopark dan inkubasi bisnis.

    Beberapa pandangan mengenai teknopark adalah:

    Keberhasilan teknopark sangat ditentukan oleh komitmen institusi yang terlibat didalamnya, dalam hal ini terutama pemerintah daerah, lembaga riset,

    pendidikan dan industri/swasta.

    Meningkatkan daya saing bisnis (terutama yang bermuatan teknologi) dari institusi lokal dengan menggunakan fasilitas riset pemerintah/PT untuk

    melakukan R&D. Banyak institusi lokal yang tidak mampu melakukan R&D

    sendiri karena keterbatasan dana, SDM, dan peralatan. Perguruan tinggi

    biasanya memiliki SDM dan peralatan. Masalah dana bisa ditanggung bersama-

    sama oleh beberapa institusi dan/atau oleh pemerintah.

    Sebagai sarana untuk mengembangkan dan mengkomersialisasikan ide-ide kreatif atau temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian. Lembaga riset/

    Perguruan tinggi tertarik untuk mendapatkan keuntungan finansial dari riset

    yang telah dikembangkannya.

    Sebagai sarana untuk mengembangkan institusi bermuatan teknologi, atau dengan kata lain sebagai tempat inkubator bisnis. Lembaga riset/Perguruan

    tinggi umumnya memiliki laboratorium untuk mempraktekkan teori yang

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-26

    diberikan di kelas. Namun, untuk teori entrepreneurship atau bisnis tidak ada

    laboratoriumnya. Teknopark (dalam fungsinya sebagai inkubator) dapat

    digunakan sebagai laboratorium oleh peneliti/perekaya, mahasiswa dan staf

    pengajar/peneliti perguruan tinggi.

    Dari uraian di atas, fungsi dari teknopark dapat dibagi dua, yaitu:

    a. membawa hasil riset ke luar dengan membuat bisnis dengan pelaku bisnis (atau venture capital) yang sudah ada (misalnya melalui inkubasi hasil riset);

    b. membawa industri masuk ke lembaga riset dan perguruan dengan membawa masalah yang ada di industri ke dalam Teknopark ini (sehingga industri dapat

    mengakses pakar di lembaga riset atau perguruan tinggi).

    Dilihat dari tujuannya, teknopark (termasuk inkubator) semestinya memiliki nilai ekonomi. Namun secara tidak langsung memberikan kontribusi kepada pertumbuhan

    ekonomi di daerah yang bersangkutan dengan adanya institusi baru yang menyediakan

    lapangan pekerjaan.

    Fasilitas yang diberikan oleh teknopark tidak sekedar fasilitas fisik saja, namun

    lebih dari itu. Berikut beberapa contoh fasilitas dari teknopark :

    Akses kepada pakar (intellectual) yang ada di lembaga riset atau kampus. Ini termasuk akses kepada staf pengajar, staf peneliti, dan mahasiswa.

    Akses kepada fasilitas di lembaga riset atau kampus, seperti peralatan di laboratorium, buku-buku di perpustakaan, jaringan Internet, data center,

    business center, dan fasilitas fisik lainnya yang dimiliki oleh lembaga riset dan

    perguruan tinggi.

    Akses kepada hasil penelitian.

    Teknopark memiliki sebuah business center yang menyediakan interface dan showcase dari lembaga riset atau perguruan tinggi. Tempat ini dapat menjadi

    one-stop interface antara industri dan perguruan tinggi. Industri dapat

    mengetahui kemampuan perguruan tinggi. Jika sebuah institusi yang

    membutuhkan kemampuan tertentu untuk memecahkan masalahnya, dapat

    datang ke tempat ini untuk mencari tahu apakah ada SDM dan fasilitas

    perguruan tinggi yang dapat membantu. Business center ini harus memiliki

    fasilitas yang representatif untuk menerima client, rapat, presentasi, dan

    demonstrasi produk. Business center harus dikelola secara profesional, yaitu

    melibatkan orang di luar perguruan tinggi.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan I-27

    Teknopark memiliki link dengan venture capital untuk permodalan.

    1.6. SISTEMATIKA PENULISAN

    Sistematika penulisan penyusunan Masterplan Teknopolitan Pelalawan meliputi :

    BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab 1 akan dijelaskan beberaha hal seperti : (1)

    Latar Belakang, (2) Tujuan dan Sasaran, (3) Ruang

    Lingkup dan (4) Metodologi, (5) Terminologi, dan (6)

    Sistematika Penulisan.

    BAB 2 TINJAUAN

    KEBIJAKAN

    PENGEMBANGAN

    Bab 2 akan menjelaskan mengenai : (1) Kebijakan

    Nasional Program MP3EI, (2) Kebijakan Peengembangan

    Wilayah Provinsi Riau, (3) Kebijakan Pembangunan

    Wilayah Kabupaten Pelalawan, (4) Kebijakan Dasar Teknopolitan, (5) Pengertian Teknopolitan, (6)

    Persyaratan Teknopolitan, dan (7) Dasar Hukum

    Teknopolitan.

    BAB 3 GAMBARAN UMUM

    WILAYAH

    Dalam Bab ini dipaparkan mengenai (1) Kondisi Wilayah

    Kabupaten Pelalawan , (2) Deliniasi Kawasan

    Teknopolitan dan (3) Kondisi Lahan Peruntukan

    Kawasan Teknopolitan Di Kabupaten Pelalawan.

    BAB 4 ANALISIS

    PENGEMBANGAN

    TEKNOPOLITAN

    KABUPATEN PELALAWAN

    Pada Bab 4 akan dianalisis berbagai aspek seperti (1)

    Analisis Spasial (2) Analisis Infrastruktur, (3) Analisis

    Ekonomi dan Investasi(4) Analisis Sumber Daya

    manusia (SDM), (5) Analisis Kelembagaan dan (6)

    Analisis SWOT.

    BAB 5 RENCANA PEMBANGUNAN FISIK

    TEKNOPOLITAN

    PELALAWAN

    Rencana Pembangunan Fisik Teknopolitan akan dijelaskan dalam Bab ini seperti : (1) Visi Dan Misi, (2)

    Rencana Detail Tata Ruang (Rencana Struktur Ruang

    dan Rencana Pola Ruang), (3) Rencana Tapak.

    BAB 6 RENCANA

    PENGEMBANGAN

    TEKNOPOLITAN

    PELALAWAN

    Pada Bab 6 akan dijelaskan mengenai indikasi program

    dan kegiatan Kawasan Teknopolitan Pelalawan dan

    penutup.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-1

    BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN

    PENGEMBANGAN

    2.1 KEBIJAKAN NASIONAL PROGRAM MP3EI.

    Koridor Ekonomi Sumatera mempunyai tema Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional. Secara geostrategis, Sumatera diharapkan menjadi Gerbang ekonomi nasional ke Pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, serta Australia. Secara umum, Koridor Ekonomi Sumatera berkembang dengan baik di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan

    ekonomi utama seperti perkebunan kelapa sawit, karet serta batubara. Namun demikian, Koridor Ekonomi Sumatera juga memiliki beberapa hal yang harus dibenahi,

    antara lain :

    Adanya perbedaan pendapatan yang signifikan di dalam koridor, baik antar perkotaan dan perdesaan ataupun antar provinsi-provinsi yang ada di

    dalam koridor;

    Pertumbuhan kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi (share 20 persen dari PDRB koridor) yang sangat rendah dengan cadangan yang

    semakin menipis;

    Investasi yang menurun dalam beberapa tahun terakhir;

    Infrastruktur dasar yang kurang memadai untuk pengembangan industri, antara lain jalan yang sempit dan rusak, rel kereta api yang sudah rusak

    dan tua, pelabuhan laut yang kurang efisien serta kurangnya tenaga listrik

    yang dapat mendukung industri.

    Di dalam strategi pembangunan ekonomi, Koridor Ekonomi Sumatera berfokus

    pada tiga kegiatan ekonomi utama, yaitu kelapa sawit, karet, serta batubara yang

    memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi

    koridor ini.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-2

    Selain itu, kegiatan ekonomi utama pengolahan besi baja yang terkonsentrasi di

    Banten juga diharapkan menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan koridor ini,

    terutama setelah adanya upaya pembangunan Jembatan Selat Sunda.

    Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Sumatera memegang peranan penting

    bagi suplai kelapa sawit di Indonesia dan dunia. Indonesia adalah produsen minyak

    kelapa sawit terbesar di dunia sejak 2007, menyusul Malaysia yang sebelumnya adalah

    produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

    Kelapa sawit adalah sumber minyak nabati terbesar yang dibutuhkan oleh

    banyak industri di dunia. Di samping itu, permintaan kelapa sawit dunia terus

    mengalami pertumbuhan sebesar 5 persen per tahun. Pemenuhan permintaan kelapa

    sawit dunia didominasi oleh produksi Indonesia. Indonesia memproduksi sekitar 43 persen dari total produksi minyak mentah sawit (Crude Palm Oil/CPO) di dunia.

    Pertumbuhan produksi kelapa sawit di Indonesia yang sebesar 7,8 persen per tahun

    juga lebih baik dibanding Malaysia yang sebesar 4,2 persen per tahun. Di Sumatera,

    kegiatan ekonomi utama kelapa sawit memberikan kontribusi ekonomi yang besar.

    Dimana 70 persen lahan penghasil kelapa sawit di Indonesia berada di Sumatera dan

    membuka lapangan pekerjaan yang luas. Sekitar 42 persen lahan kelapa sawit dimiliki

    oleh petani kecil

    Gambar 2.1 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-3

    Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit dapat dilihat melalui rantai nilai yaitu dari

    mulai Perkebunan, penggilingan, penyulingan, dan pengolahan kelapa sawit di industri

    hilir. Kegiatan tersebut terlihat pada gambar berikut.

    Perkebunan: Di tahun 2009, Sumatera memiliki sekitar lima juta hektar perkebunan kelapa sawit, di mana 75 persen merupakan perkebunan yang sudah

    dewasa, sedangkan sisanya merupakan perkebunan yang masih muda. Namun

    demikian, di luar pertumbuhan alami dari kelapa sawit ini, peluang peningkatan

    produksi sawit melalui peningkatan luas perkebunan kelapa sawit akan sangat terbatas

    karena masalah lingkungan. Di samping peningkatan area penanaman, hal lain yang

    dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan produksi kelapa sawit adalah

    dengan meningkatkan produktivitas CPO dari perkebunan. Indonesia saat ini memiliki produktivitas 3,8 Ton/Ha, yang masih jauh di bawah produktivitas Malaysia 4,6 Ton/Ha

    dan masih sangat jauh dibandingkan dengan potensi produktivitas yang dapat

    dihasilkan (7 Ton/Ha).

    Gambar 2.2 Rantai Nilai Kegiatan Ekonomi Utama Kelapa Sawit

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-4

    Gambar 2.3. Produktivitas dari Beberapa Kategori Pemilik Perkebunan dan Benchmark

    Lainnya

    Rendahnya produktivitas yang terjadi pada pengusaha kecil kelapa sawit

    disebabkan oleh tiga hal:

    Penggunaan bibit berkualitas rendah. Riset menunjukkan bahwa penggunaan bibit kualitas tinggi dapat meningkatkan hasil sampai 47 persen dari keadaan saat ini;

    Penggunaan pupuk yang sedikit karena mahalnya harga pupuk;

    Waktu antar Tandan Buah Segar (TBS) ke penggilingan yang lama (di atas 48 jam) membuat menurunnya produktivitas CPO yang dihasilkan.

    Penggilingan: Hal yang perlu diperbaiki dari rantai nilai ini adalah akses yang kurang memadai dari perkebunan kelapa sawit ke tempat penggilingan. Kurang

    memadainya akses ini menjadikan biaya transportasi yang tinggi, waktu tempuh yang

    lama, dan produktivitas yang rendah. Pembangunan akses ke area penggilingan ini

    merupakan salah satu hal utama untuk peningkatan produksi minyak kelapa sawit. Selain itu, kurangnya kapasitas pelabuhan laut disertai tidak adanya fasilitas tangki

    penimbunan mengakibatkan waktu tunggu yang lama dan berakibat pada biaya

    transportasi yang tinggi.

    Penyulingan: Penyulingan akan mengubah CPO dari penggilingan menjadi produk akhir. Pada tahun 2008, Indonesia diestimasikan memiliki kapasitas

    penyulingan sebesar 18-22 juta ton CPO. Kapasitas ini mencukupi untuk mengolah

    seluruh CPO yang diproduksi. Dengan berlebihnya kapasitas yang ada saat ini (50

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-5

    persen) utilisasi, rantai nilai penyulingan mempunyai margin yang rendah (USD 10/ton)

    jika dibandingkan dengan rantai nilai perkebunan (sekitar USD 350/ton). Hal ini yang

    membuat kurang menariknya pembangunan rantai nilai ini bagi investor.

    Hilir kelapa sawit: Industri hilir utama dalam mata rantai industri kelapa sawit antara lain oleo kimia, dan biodiesel. Seperti halnya rantai nilai penyulingan,

    bagian hilir kelapa sawit ini juga mempunyai kapasitas yang kurang memadai. Hal ini

    membuat rendahnya margin dari rantai nilai tersebut. Namun demikian,

    pengembangan industri hilir sangat dibutuhkan untuk mempertahankan posisi strategis

    sebagai penghasil hulu sampai hilir, sehingga dapat menjual produk yang bernilai

    tambah tinggi dengan harga bersaing.

    Meskipun bagian hilir dari rantai nilai kegiatan ekonomi utama ini kurang menarik karena margin yang rendah, bagian hilir tetap menjadi penting dan perlu

    menjadi perhatian karena dapat menyerap banyak produk hulu yang ber-margin tinggi,

    seperti misalnya dengan diversifikasi produk hilir kelapa sawit.

    Regulasi dan Kebijakan Untuk melaksanakan strategi pengembangan kelapa sawit tersebut, ada beberapa hal terkait regulasi yang harus dilakukan, antara lain:

    Peningkatan kepastian tata ruang untuk pengembangan kegiatan hulu kelapa sawit (perkebunan dan penggilingan/pabrik kelapa sawit (PKS);

    Perbaikan regulasi, insentif, serta disinsentif untuk pengembangan pasar hilir industri kelapa sawit.

    Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama kelapa sawit juga memerlukan dukungan infrastruktur yang meliputi:

    Peningkatan kualitas jalan (lebar jalan dan kekuatan tekanan jalan) sepanjang perkebunan menuju penggilingan kelapa sawit dan kemudian ke kawasan industri maupun pelabuhan yang perlu disesuaikan dengan beban lalu lintas angkutan

    barang. Tingkat produktivitas CPO sangat bergantung pada waktu tempuh dari

    perkebunan ke penggilingan, sebab kualitas TBS (Fresh Fruit Brunch-FFB) akan

    menurun dalam 48 jam setelah pemetikan;

    Peningkatan kapasitas dan kualitas rel kereta api di beberapa lokasi untuk mengangkut CPO dari penggilingan sampai ke pelabuhan;

    Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan pelabuhan untuk mengangkut produksi CPO. Saat ini terjadi kepadatan di pelabuhan sehingga menyebabkan

    waktu tunggu yang lama (3 - 4 hari).

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-6

    SDM dan IPTEK Selain kebutuhan perbaikan regulasi dan dukungan infrastruktur, pengembangan kegiatan ekonomi utama kelapa sawit juga perlu

    dukungan terkait pengembangan SDM dan Iptek , yaitu:

    Peningkatan riset untuk memproduksi bibit sawit kualitas unggul dalam rangka peningkatan produktivitas kelapa sawit;

    Penyediaan bantuan keuangan, pendidikan dan pelatihan, terutama untuk pengusaha kecil;

    Pembentukan pusat penelitian dan pengendalian sistem pengelolaan sawit nasional.

    2.2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH PROVINSI RIAU

    Pengembangan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan memerlukan dukungan

    kebijakan yang sesuai dengan Kebijakan Pembangunan Wilayah Provinsi Riau.

    Kebijakan yang harmoni dan selaras antara Provinsi Riau dengan Kabupaten Pelalawan

    menjadi salah satu faktor utama bagi keberhasilan pengembangan Teknopolitan di

    Kabupaten Pelalawan. Dukungan kebijakan yang kondusif dari Pemerintah Provinsi

    Riau akan meningkatkan daya tarik investasi di Kawasan Teknopolitan

    Dukungan kebijakan pembangunan Provinsi Riau terhadap pengembangan

    Teknopolitan Pelalawan akan tercermin pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJP/RPJM) Provinsi Riau. Tujuan

    Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Riau Tahun 2005 - 2025 pada hakekatnya

    adalah untuk mewujudkan Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan

    melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis dan sejahtera sebagai landasan

    pembangunan daerah menuju masyarakat yang adil dan makmur dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

    Sebagai ukuran tercapainya tujuan pembangunan jangka panjang Provinsi Riau

    dalam 20 tahun mendatang kebijakan prioritas pembangunan diarahkan kepada

    pencapaian sasaran -sasaran pokok. Beberapa kebijakan prioritas pembangunan

    Provinsi Riau berikut sasaran pokok yang hendak dicapai yang diharapkan dapat

    mendukung pengembangan Teknopolitan Pelalawan adalah sebagai berikut :

    A. Mewujudkan Provinsi Riau sebagai pusat kegiatan perekonomian, dengan sasaran pokok sebagai berikut :

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-7

    1. Terbangunnya pusat-pusat pertumbuhan utama tempat berlokasinya kegiatan ekonomi berskala regional yang berfungsi produksi, koleksi, pengolahan, dan

    distribusi barang dan jasa bagi Provinsi Riau, Sumatera bagian tengah, Pulau

    Sumatera, dan Negara negara di wilayah Asia Tenggara.

    2. Terciptanya kualitas pelayanan sarana dan jasa perekonomian yang berskala nasional dan intemasional.

    3. Tersedianya infrastruktur dan pelayanan sarana transportasi darat berfungsi arteri primer yang menghubungkan pusat - pusat Provinsi, terintegrasinya

    jaringan jalan konfigurasi Utara, Tengah, dan Selatan; dan terintegrasinya

    jaringan jalan dengan moda transportasi lainnya.

    4. Tersedianya infrastruktur dan pelayanan sarana transportasi laut yang berfungsi sebagai internationalport dan national port di pelabuhan Dumai,

    Tanjung Buton, Kuala Enok, danPekanbaru/Tenayan; terbangunnya struktur

    kepelabuhan di Provinsi Riau secara hirarkis; dan terintegrasinya transportasi

    laut dengan moda transponasi lainnya.

    5. Terbangunnya pembangkit energi listrik yang bersifat otonom yang dikelola daerah untuk pelayanan kebutuhan masyarakat perkotaan dan perdesaan,

    sebagai antisipasi krisis energi listrik negara.

    6. Tersedianya infrastruktur dan pelayanan sarana transportasi udara yang menghubungkan Provinsi Riau dengan wilayah Nasional dan antar bagian

    wilayah di Provinsi Riau dan terintegrasinya transportasi udara dengan moda

    transportasi lainnya.

    7. Tersedianya infrastruktur dan pelayanan sarana transportasi sungai dan penyeberangan yang menghubungkan antar bagian wilayah di Provinsi Riau dan antara Provinsi Riau dengan negara tetangga serta terintegrasinya

    transportasi sungai dan penyeberangan dengan moda transportasi lainnya.

    8. Terbangunnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastruktur wilayah melalui kemitraan Pemerintah dengan swasta.

    B. Mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan dan bersaing, ditandai oleh hal-hal berikut:

    1. Tercapainya laju pertumbuhan ekonomi daerah secara berkesinambungan sekitar di atas 7% - 8,5 % per tahun hingga tahun 2025 dengan pendapatan

    per kapita sekitar US $ 9.000,00.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-8

    2. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berdasarkan keunggulan sektor perekonomian yang dalam jangka panjang tetap mampu mendukung

    perekonomian Provinsi Riau, yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri

    pengolahan, perikanan, peternakan, pariwisata, dan jasa.

    3. Penguatan perekonomian yang bertumpu pada sektor pertanian, industri dan jasa ditujukan untuk antisipasi habisnya migas masa datang.

    4. Terbangunnya agroindustri dan agrobisnis sebagai hilir kegiatan pertanian dan perkebunan yang mampu meningkatkan nilai tambah produksi daerah.

    5. Terjaganya tingkat produksi dan kontribusi sektor pertambangan migas yang mantapterhadap perekonomian Nasional dan Provinsi Riau.

    6. Tumbuhnya usaha ekonomi rakyat berskala menengah dan kecil di sektor primer,sekunder, dan tersier yang saling terkait dalam proses penambahan

    nilai, terutama dikawasan perdesaan.

    7. Tersedianya infrastruktur ekonomi dengan tingkat pelayanan yang berkualitas di bidang transportasi, komunikasi, informasi, produksi, dan pemasaran.

    C. Mewujudkan masyarakat Riau yang mandiri dan sejahtera, ditandai oleh hal-hal berikut:

    1. Tersedianya prasarana dan peningkatan mutu pelayanan pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan pendidikan tinggi yang dapat dijangkau oleh seluruh

    lapisan masyarakat Riau.

    2. Tersedianya prasarana dan pelayanan kesehatan yang memadai yang dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat yang diindikasikan oleh peningkatan

    indeks harapan hidup masyarakat Riau.

    3. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia ditunjukkan oleh peningkatan IPM hingga batas minimal status IPM atas, yaitu sebesar 80 pada tahun 2025.

    4. Peningkatan kualitas sosial-ekonomi masyarakat Riau yang ditunjukkan oleh penurunan bagian masyarakat miskin hingga 5% dan seluruh rumah tangga di

    Provinsi Riau; peningkatan TPAK hingga 90%; penurunan tingkat

    pengangguran terbuka dansetengah menganggur; dan peningkatan

    keterlibatan penduduk usia kerja di sektor ekonomi formal.

    5. Terciptanya usaha ekonomi berbasis masyarakat berskala menengah dan kecil untuk menampung peningkatan jumlah penduduk usia kerja.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-9

    6. Terjadinya pergeseran lapangan kerja dari sektor pertanian menuju industri dan jasa berbasis pertanian dan sumber daya alam lainnya.

    7. Peningkatan produktifitas melalui pelatihan, peningkatan ketrampilan, dan mutu manajemen mutu sesuai dengan standar yang diakui secara internasional

    dalam rangka pembukaan peluang lapangan kerja baru terutama ditujukan

    untuk memberikan peluang bagi masyarakat tempatan.

    8. Tersedianya infrastruktur sosial, politik, dan budaya yang dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat Riau melalui dukungan sarana elektronik dan hasil

    kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya.

    D. Mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah, ditandai oleh hal-hal berikut:

    1. Terbangunnya pusat-pusat pertumbuhan dan pusat-pusat kegiatan secara berhirarkis yang membentuk struktur ruang wilayah yang dituju.

    2. Terbangunnya keterpaduan pembangunan wilayah daratan, pesisir, laut, dan pulau pulau kecil dalam pembentukan struktur dan pemanfaatan ruang wilayah.

    3. Tersedianya prasarana dan utilitas perkotaan yang mendukung perkembangan pusat pertumbuhan dan kegiatan sesuai dengan skala pelayanan pusat yang

    bersangkutan.

    4. Tersedianya air bersih dan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup layak terutama bagi masyarakat di wilayah pesisir.

    5. Tersedianya infrastruktur wilayah mencakup jaringan jalan, transportasi laut, transportasi udara, dan transportasi sungai dan penyeberangan yang

    terintegrasi dan berhirarkis yang membentuk struktur ruang wilayah.

    6. Terciptanya pusat-pusat pertumbuhan orde kedua dan ketiga di wilayah Riau bagian Selatan dan Barat untuk menghindarkan peningkatan keterpusatan

    (primacy) Kota Pekanbaru dan mengurangi disparitas pertumbuhan antar

    wilayah.

    7. Terciptanya sentra-sentra dan cluster produksi di setiap bagian wilayah sesuai dengan komoditi unggulannya.

    8. Terciptanya pusat-pusat perdesaan atau agropolitan yang berfungsi mendorong proses pertambahan nilai produk lokal melalui kegiatan pengolahan dan jasa

    perdagangan.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-10

    9. Terbangunnya prasarana penghubung yang berfungsi sebagai feeder antara sentra sentra produksi dan pusat-pusat perdesaan dengan jaringan transportasi

    utama dan pusatpada orde yang lebih tinggi.

    10. Tersedianya sumberdaya manusia yang berkualitas dalam jumlah yang cukup diwilayah yang menjadi sentra produksi dan pusat-pusat kegiatan.

    E. Mewujudkan kerjasama pembangunan antar wilayah, ditandai oleh hal-hal berikut:

    1. Terbangunnya kerjasama antara Kabupaten dan Kota di Provinsi Riau di bidang ekonomi, kependudukan, sosial, budaya, dan lingkungan.

    2. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Riau di bidang ekonomi, kependudukan, sosial, budaya, lingkungan, dan pertahanan keamanan.

    3. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan provinsi lainnya di Pulau Sumatera di bidang ekonomi, kependudukan, sosial, budaya, lingkungan, dan

    pertahanan-keamanan.

    4. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan provinsi lainnya di luar Pulau Sumatera di bidang ekonomi, kependudukan, dan sosial.

    5. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan Pemerintah Pusat di bidang ekonomi, sosial, politik, dan pertahanan-keamanan.

    6. Terbangunnya kerjasama antara Provinsi Riau dengan negara tetangga di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

    Sementara itu, Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Riau

    Tahun 2005 2025 yang akan mendukung pengembangan Teknopolitan Kabupaten

    Pelalawan adalah kebijakan Pemerintah Provinsi Riau dalam mewujudkan Provinsi Riau sebagai Pusat Kegiatan Perekonomian seperti :

    1. Mendorong pembangunan sektor ekonomi unggulan seperti pertanian, industri yang berbasis pertanian, untuk menggantikan kedudukan migas sebagai sektor

    utama penghasilan daerah.

    2. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan kegiatan industri, perdagangan, dan jasa perbankan berskala internasional dan regional pada pusat-pusat

    kegiatan berskala PKN dan PKW sesuai dengan fungsi utama yang ditetapkan

    dalam RTRW Provinsi Riau.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-11

    3. Membangun pusat-pusat aglomerasi industri dan terminal regional yang berfungsi distribusi dan koleksi komoditi pada kota-kota pelabuhan utama.

    4. Memfungsikan pusat-pusat kegiatan utama sebagai pusat pertemuan, konvensi, konferensi, dan pameran kegiatan bisnis berskala internasional.

    5. Membangun pusat-pusat penelitian dan pengembangan untuk menjawab tantangan krisis pangan, energi, ICT dan masalah social.

    6. Membangun prasarana pelabuhan laut internasional dan nasional di Dumai, Tanjung Buton, Kuala Enok, dan Pekanbaru.

    7. Membangun bandar udara baru berfungsi sebagai Pusat Penyebaran Primer sebagai pengganti Bandara Sultan Syarif Kasim II.

    8. Membangun jaringan jalan arteri primer Lintas Timur yang menghubungkan Sumatera Utara Dumai Pekanbaru Rengat Jambi; Lintas Tengah

    yang menghubungkan Pekanbaru perbatasan Sumatera Barat; dan Lintas

    Barat yang menghubungkan Sumatera Utara Pasir Pangaraian

    Bangkinang.

    9. Membangun jaringan jalan provinsi dan kabupaten yang kokoh yang dapat memperlancar lalu lintas produk pertanian dan industri.

    10. Membangun jalur kereta api sebagai bagian dari Trans Sumatera Railway terutama bagi angkutan barang jarak jauh dan massal.

    11. Meningkatkan kerjasama dengan pelaku kegiatan ekonomi daerah, regional, dan internasional, terutama dengan negara-negara di Asia Tenggara.

    12. Mengembangkan sistem pelayanan jasa perekonomian berdasarkan pengalaman positif provinsi lain atau negara tetangga yang lebih maju.

    13. Menerapkan standar mutu nasional dan internasional dalam kegiatan perekonomian.

    14. Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penerapan standardisasi umum produk dan pelayanan jasa perekonomian.

    15. Membangun struktur prasarana transportasi darat, laut, udara, sungai dan penyeberangan secara hirarkis dan terintegrasi antar moda melalui pusat-pusat

    kegiatan sebagai transhipment point serta meningkatkan pelayanan sarana

    transportasi sesuai dengan fungsinya.

  • LAPORAN AKHIR

    Penyusunan Masterplan Teknopolitan Kabupaten Pelalawan II-12

    Disamping itu untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan dan

    mampu bersaing, Pemerintah Provinsi Riau terus berupaya untuk :

    1. Mendorong pertumbuhan sektor ekonomi unggulan, yakni industri pengolahan, pertanian, pertambangan, dan jasa untuk meningkatkan laju pertumbuhan

    ekonomi dalam jangka panjang dengan dukungan sektor-sektor prospektif yang

    secara agregatif akan memberikan kontribusi terhadap laju pertumbuhan

    ekonomi, yaitu sektor perikanan, peternakan, dan pariwisata.

    2. Meningkatkan upaya eksplorasi dan penerapan teknologi eksploitasi migas untuk peningkatan produksi; pelibatan pemangku kepenti