1
-
Upload
vicha-nur-fatanah -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of 1
![Page 1: 1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082423/5695d4a41a28ab9b02a23687/html5/thumbnails/1.jpg)
Artikel Khusus
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11, November 2011 453
Komposisi, Distribusi danSifat Aterogenik Asam Lemak dalamMinyak Kelapa dan Kelapa Sawit*
Jansen Silalahi, Siti Nurbaya
Departemen Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan
Abstrak: Sifat kimia, fisika serta biokimia (metabolisme dan sifat aterogenik) suatu lemak
ditentukan oleh komposisi dan posisi asam lemak (sn-1, sn-2 dan sn-3) yang teresterkan di
dalam molekul lemak. Jumlah total asupan lemak yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 30%
kebutuhan total kalori, sedangkan rasio yang baik dalam makanan antara asam lemak jenuh,
asam lemak tak jenuh tunggal dan asam lemak tak jenuh jamak ialah 1:1:1. Minyak kelapa dan
kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh yang tinggi, yakni 85% dan 60%, serta diduga
memicu terjadinya penyakit kardiovaskuler dan PJK. Kemudian diketahui asam lemak jenuh
rantai sedang (C-10 dan C-12) yang banyak terdapat di dalam minyak kelapa ternyata tidak
bersifat aterogenik, tetapi asam lemak rantai panjang yang jenuh seperti asam miristat (C-14)
dan palmitat (C-16) bersifat aterogenik. Asam palmitat yang sebenarnya memiliki sifat aterogenik
di dalam minyak kelapa sawit ternyata tidak bersifat aterogenik karena terdapat pada posisi
sn-1 dan sn-3 dalam molekul lemak. J Indon Med Assoc.2011;61:453-7.
Kata kunci: minyak kelapa, minyak kelapa sawit, penyakit kardiovaskular
* Disampaikan pada Seminar dan Workshop Pharmacy Update 3,
Medan 18-19 Maret 2011
![Page 2: 1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082423/5695d4a41a28ab9b02a23687/html5/thumbnails/2.jpg)
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11, November 2011454
Composition, Distribution and Atherogenicity of Fatty Acid
in Coconut and Palm Oils
Jansen Silalahi, Siti Nurbaya
Department of Pharmaceutical Chemistry, Faculty of Pharmacy
Universitas Sumatra Utara, Medan
Abstract: Chemical, physical, and biochemical (metabolism and atherogenic) properties of fat is
determined by the composition and position of fatty acids (sn-1, sn-2 and sn-3) in fat molecules.
The recommended total of fat intake is no more than 30% of total caloric needs, with the ratio of
saturated fatty acids, monounsaturated fatty acids and poli unsaturated fatty acids in the diet is
1:1:1. Coconut and palm oil were initially regarded to be atherogenic, as they contain high level
of saturated fatty acids which lead to cardiovascular disease and coronary heart disease (CHD).
Later it was found that medium-chain fatty acids (C-10 and C-12) presented at large amount in the
coconut oil, is in fact non-atherogenic. However, long-chain fatty acid such as myristic acid (C-14)
and palmitic acid (C-16) are. Atherogenic palmitic acid which predominates in the palm oil
becomes not atherogenic because it was not present in sn-2, but sn-1 and sn-3 in the fat molecule.
J Indon Med Assoc.2011;61:453-7.
Keywords: coconut oil, palm oil, cardiovascular disease.
Pendahuluan
Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian pal-
ing tinggi di dunia dan tiga kali lebih banyak dari kematian
yang disebabkan oleh kanker. Salah satu penyakit kar-
diovaskuler adalah penyakit jantung koroner (PJK) yang
disebabkan oleh penebalan zat-zat lemak di dalam dan di
bawah lapisan intima dinding pembuluh nadi (aterosklerosis),
sehingga terjadi gangguan aliran darah pada arteri koroner.
Zat-zat yang merangsang terbentuknya ateroma atau
aterosklerosis disebut aterogenik.1,2
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap risiko
terjadinya PJK meliputi kebiasaan pribadi, sosial, dan perilaku.
Faktor-faktor risiko tersebut dikelompokkan atas (a) faktor
risiko utama, yakni usia, jenis kelamin, hipertensi, kadar
kolesterol yang tinggi dalam darah dan merokok; serta (b)
faktor risiko minor, yaitu diet, obesitas, kurang olahraga dan
diabetes.
Terdapat kaitan erat antara komponen dalam makanan
yakni asam lemak, trigliserida, kolesterol, karbohidrat dan
protein dengan pembentukan aterosklerosis. Lemak, asam
lemak dan kolesterol merupakan yang paling berpengaruh.
Jenis lemak dan asam lemak yang berbeda memperlihatkan
pengaruh yang berbeda pula.1,3,4
Karakteristik kimia, fisika dan biokimia (metabolisme dan
sifat aterogenik) dari suatu lemak tidak hanya ditentukan
oleh komposisi asam lemak, tetapi juga oleh posisi asam lemak
(sn-1, sn-2 dan sn-3) yang teresterkan di dalam molekul lemak
(triasilgliserol).
Perbedaan sifat aterogenik tersebut terjadi karena
metabolisme dan mekanisme sifat aterogenik yang berbeda.
Posisi asam lemak di dalam molekul triasilgliserol (TGA) turut
berperan dalam proses aterogenik tersebut melalui proses
metabolisme lemak.4,5 Tulisan ini menguraikan komposisi dan
distribusi asam lemak, khususnya di dalam minyak kelapa
dan kelapa sawit yang banyak digunakan dalam makanan di
Indonesia, serta melihat sifat aterogeniknya.
Asam Lemak dan Struktur Triasilgliserol
Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus
tanpa cabang yang mengandung atom karbon genap mulai
dari C-4, tetapi yang paling banyak adalah C-16 dan C-18.
Asam lemak dapat dikelompokkan berdasarkan panjang rantai,
ada tidaknya ikatan rangkap dan isomer trans-cis.
Asam lemak berdasarkan panjang rantai meliputi asam
lemak rantai pendek (short chain fatty acids, SCFA) yang
mengandung jumlah atom karbon C-4 sampai dengan C-8;
asam lemak rantai sedang (medium chain fatty acids, MCFA)
yang mengandung atom karbon C-10 dan C-12 serta asam
lemak rantai panjang (long chain fatty acids, LCFA) yang
mengandung jumlah atom karbon C-14 atau lebih.6
Berdasarkan jumlah ikatan rangkap, asam lemak terdiri
dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak
jenuh dapat dibagi lagi menjadi tiga golongan, yaitu asam
lemak jenuh (saturated fatty acid, SFA), asam lemak tak jenuh
tunggal (mono unsaturated fatty acids, MUFA), dan asam
lemak tak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA).
Komposisi, Distribusi, dan Sifat Aterogenik Asam Lemak dalam Minyak Kelapa
![Page 3: 1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082423/5695d4a41a28ab9b02a23687/html5/thumbnails/3.jpg)
Komposisi, Distribusi, dan Sifat Aterogenik Asam Lemak dalam Minyak Kelapa
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11, November 2011 455
Asam lemak tak jenuh dikenal dalam bentuk cis dan trans-
isomer. Secara alamiah asam lemak tak jenuh biasanya
berbentuk cis-isomer dan hanya sedikit dalam bentuk trans
(trans fatty acid, TFA) yakni di dalam ruminansia dan susu.1,6
Setiap molekul TAG dapat mengandung suatu
campuran dari tiga asam lemak yang sama (simple triglycer-
ide) berbeda (complex triglyceride). Distribusi atau posisi
asam lemak dalam molekul lemak dapat dibedakan
berdasarkan stereoisomer atom karbon dalam molekul gliserol
yakni stereospecific numbering system (sn) menjadi sn-1,
sn-2 dan sn-3 (Gambar 1).
H
O
H – C α – O – C – (CH2)
14 – CH3 .........(α) palmitat atau posisi sn-1
O
H – C β – O – C – (CH2)
16 – CH
3 ...........(β) stearat atau posisi sn-2
O
H – C α’– O – C – (CH2)
14 – CH
3 ...........(α’) palmitat atau posisi sn-3
H
1,3-dipamitoil, 2-stearoil gliserol (PSP)
Gambar 1. Struktur Molekul Lemak Triasilgliserol4
Nomenklatur molekul TAG diberikan berdasarkan posisi
residu asam lemak (asil) yang membentuk TAG. TAG yang
mengandung asam palmitat (C-16:0) pada posisi sn-1, asam
stearat (C-18:0) pada posisi sn-2 dan asam palmitat (C:16:0)
pada posisi sn-3 dinamakan 1,3-dipalmitoil 2-stearoil gliserol
yang disingkat PSP (P=palmitat, S=stearat, P=palmitat).4,7
TAG yang terdapat pada mahluk hidup terjadi melalui
proses biosintesis secara enzimatis (asiltransferase yang
bekerja spesifik pada posisi tertentu) di dalam sistem biologis.
Proses ini menghasilkan TAG yang secara khusus menem-
patkan asam lemak pada posisi tertentu sesuai dengan
spesifikasi enzim. Oleh karena itu, TAG yang terdapat di
dalam tumbuhan dan hewan memiliki distribusi asam lemak
pada posisi spesifik tergantung spesiesnya. Posisi asam
lemak di dalam TAG utama di dalam berbagai lemak terdapat
pada Tabel 1.
Pada minyak dan lemak nabati, asam lemak jenuh
umumnya terdapat pada posisi luar sn-1 dan sn-3 sedangkan
asam lemak tak jenuh pada bagian dalam sn-2. Sebaliknya,
pada lemak hewani asam lemak jenuh berada pada posisi sn-
2 dengan proporsi yang besar. Perbedaan posisi asam lemak
di dalam molekul lemak turut menentukan sifat kimia, fisika
dan biokimia lemak. Walaupun minyak A memiliki komposisi
asam lemak yang sama dengan lemak B, tidak berarti
keduanya memiliki nilai gizi dan sifat aterogenik yang
sama.4,9,10
Interesterifikasi adalah reaksi pertukaran gugus asil di
antara ester. Jika ester tersebut adalah triester seperti trigli-
serida, interesterifikasi dapat berlangsung baik dalam satu
molekul (intra-molekuler) atau antar molekul (inter-molekuler).
Reaksi interesterifikasi akan mengubah sifat kimia, fisika dan
aterogenik dari lemak akibat pertukaran posisi asam lemak
dalam TAG, khususnya posisi asam palmitat.7,10 Lemak babi
dan lemak sapi (tallow) mengandung asam palmitat sekitar
25%. Pada lemak babi hampir semua asam palmitat berada
pada sn-2. Setelah interesterifikasi kedua lemak ini me-
ngandung 8% asam palmitat pada posisi sn-2, tetapi atero-
genisitas lemak babi menurun sedangkan lemak tallow
meningkat. Contoh lain ialah interesterifikasi minyak biji kapas
mengubah posisi asam palmitat dari 2% menjadi 10% di posisi
sn-2 dan sifat aterogenitasnya meningkat tiga kali lipat. Minyak
kelapa sawit mengandung asam palmitat 3% pada sn-2 dan
sesudah interesterifikasi menjadi 13,6% dengan aterogenisitas
meningkat sebanyak 34%. Perubahan ini terjadi karena meta-
bolisme lemak mengubah sifat aterogenik dari lemak.1,7,11-15
Metabolisme dan Sifat Aterogenik Lemak
Metabolisme daya cerna lemak dipengaruhi oleh pan-
jang rantai dan posisi asam lemak dalam molekul TAG. Enzim
lipase bertanggung jawab pada metabolisme lemak dalam
pencernaan manusia dan bekerja secara spesifik pada posisi
sn-1 dan sn-3, serta tidak menghidrolisis asil posisi sn-2.
Tabel 1. Posisi Distribusi Asam Lemak (mol %) dalam Molekul
TAG dari Beberapa Minyak
Minyak dan TAG dan Asam lemak
Lemak Posisi Sn Palmitat Sterarat Oleat Linoleat
Lemak coklat TAG 24 35 36 3
(POP,SOS,POP) Sn-1 34 50 12 1
Sn-2 2 2 87 9
Sn-3 37 53 9 Trace
Kelapa Sawit TAG 45 4 38 10
(POP,POO, POL) Sn-1 60 3 27 9
Sn-2 13 Trace 68 18
Sn-3 72 8 14 3
Kacang Tanah TAG 8 2 50 35
(OOL,POL,OLL) Sn-1 14 5 59 19
Sn-2 2 Trace 59 39
Sn-3 11 5 57 10
Babi TAG 26 15 40 10
(SPO,OPL,OPO) Sn-1 22 7 50 11
Sn-2 58 1 15 8
Sn-3 15 5 52 12
Sapi TAG 26 20 38 4
(POO,POP,PSO) Sn-1 41 17 20 4
Sn-2 17 9 41 5
Sn-3 22 24 37 5
Mentega TAG 32 10 23 3
(PPB,PPC,PPO) Sn-1 20 15 25 2
Sn-2 32 7 17 2
Sn-3 20 15 26 2
Ket: Sn=posisi stereospecific numbering; P=palmitat; O=oleat; S=stearat;
L=linoleat; B=butirat; C=kaprat; ( )=TAG utama4,8
![Page 4: 1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082423/5695d4a41a28ab9b02a23687/html5/thumbnails/4.jpg)
Komposisi, Distribusi, dan Sifat Aterogenik Asam Lemak dalam Minyak Kelapa
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11, November 2011456
Terdapat tiga sumber lipase yang aktif menghidrolisis
lemak sebelum diabsorpsi. Hidrolisis lemak dimulai oleh lin-
gual lipase dalam mulut terutama pada bayi, tetapi akti-
vitasnya rendah pada orang dewasa dan cenderung meng-
hidrolisis asam lemak rantai pendek. Enzim ini aktif dalam
organ pencernaan bagian atas, menghidrolisis lemak (TAG)
menjadi monoasilgliserol (MAG), diasilgliserol (DAG) dan
asam lemak bebas rantai pendek.4,13,16
Asam lemak rantai pendek dan sedang akan lebih mudah
berinteraksi dengan medium air sehingga dapat langsung
diserap melalui lambung ke sirkulasi melalui vena porta dan
hati serta segera dioksidasi untuk menghasilkan energi.13,14
Hal ini terutama penting pada pasien dengan penyerapan
lemak yang tidak baik (fat malabsorption) dan bayi prematur
untuk menghasilkan energi yang cepat. Asam lemak rantai
pendek dan sedang dapat dimanfaatkan untuk menyediakan
energi yang cepat dalam otot karena transportasi ke mito-
kondria tidak memerlukan carnitine. Di dalam lambung, lemak
dihidrolisis oleh lipase lambung yang aktif terhadap asam
lemak rantai pendek dan sedang, kemudian memasuki
sirkulasi melalui vena porta ke hati.1,14
Lipase pankreas yang berada di dalam usus halus
menghidrolisis tahap akhir dari lemak yang sedikit lebih aktif
terhadap asam lemak pada posisi sn-1 dan dapat juga
menghidrolisis asam lemak rantai panjang yang berada pada
posisi sn-1,3. Setelah hidrolisis, asam lemak dan 2-MAG
dalam bentuk misel bersama dengan cairan empedu akan
diabsorpsi melalui mukosa intestinal. Asam lemak dalam
bentuk 2-MAG yang diserap, bercampur dengan kilomikron
dan diangkut melalui saluran limfa. Asam lemak rantai panjang
jenuh dalam bentuk bebas tidak diserap dengan baik karena
berupa zat padat, memiliki titik leleh yang tinggi dan bereaksi
dengan kalsium atau magnesium membentuk garam yang
tak larut dalam air. Oleh karena itu, diupayakan untuk
menempatkan asam lemak yang bermanfaat bagi kesehatan
pada posisi sn-2 sehingga dapat diserap lebih baik dan asam
lemak yang merugikan pada sn-1,3 agar tidak terserap.13,14
Hiperlipidemia adalah peningkatan kadar kolesterol dan
lemak yang merupakan faktor utama pada proses ateros-
klerosis. Komponen lipid termasuk kolesterol tidak larut di
dalam air sehingga diangkut dalam sistim sirkulasi darah
dalam bentuk kompleks lipid dan protein yang disebut misel
lipoprotein sebagai very low density lipoprotein (VLDL),
low densiry lipoprotein (LDL), high density lipoprotein
(HDL), lipoprotein(a) dan berbagai misel lainnya.
Individu yang menderita penyakit kardiovaskuler pada
tahap awal selalu memperlihatkan ciri-ciri berikut: (i) kadar
LDL yang tinggi, (ii) kadar kolesterol dan trigliserida yang
tinggi terutama VLDL (iii) peningkatan trigliserida dengan
kolesterol normal terutama VLDL dan (iv) kadar HDL yang
rendah.3,17
Terdapat hubungan yang erat antara lemak pangan dan
penyakit kardiovaskular, terutama PJK. SFA menaikkan total
kolesterol dan kolesterol LDL, tetapi masing-masing asam
lemak kelompok ini berbeda pengaruhnya. Miristat dan
palmitat yang paling kuat untuk menaikkan LDL ternyata
banyak terdapat di dalam makanan seperti produk susu dan
daging. Asam stearat tidak menaikkan kadar LDL kolesterol
karena dengan cepat akan diubah menjadi asam oleat sehingga
dianggap netral.
Asam lemak trans (TFA) mempunyai dampak yang lebih
buruk dari SFA karena selain meningkatkan LDL juga
menurunkan kadar lipoprotein yang protektif HDL dan
menaikkan kadar lipoprotein(a) yang menambah risiko
penyakit kardiovakular. Sebaliknya, PUFA atau lemak yang
kaya PUFA efektif menurunkan kadar LDL kolesterol, dan
mencegah PJK.7,16,18-20
Rekomendasi umum tentang kualitas lemak di dalam diet
untuk mengurangi risiko kardiovaskuler adalah asupan lemak
tidak melebihi 30 % dari total kalori yang terdiri dari (a) asam
lemak jenuh tidak lebih dari 10%, (b) asam lemak esensial
tidak lebih dari 10%, dan (c) asam lemak trans tidak lebih dari
1% ditambah sisa kebutuhan energi dari lemak berasal dari
MUFA sebesar 10%. Jenis asam lemak dan posisinya di dalam
molekul lemak masih perlu diperhitungkan di dalam
rekomendasi ini.6,18,21
Minyak Kelapa
Ancel Keys17,21 sekitar tahun 1953-1957 menyatakan
bahwa semua lemak baik hewani maupun nabati tidak berbeda
dalam hal pengaruhnya terhadap risiko PJK. Lemak jenuh
menaikkan kolesterol serum dan asam lemat tak jenuh ganda
menu-runkannya. Berdasarkan pernyataan ini, pada saat itu
dikatakan bahwa minyak kelapa, termasuk lemak jenuh (>80%
asam lemak jenuh), dianggap sebagai pemicu risiko PJK.17,21
Berdasarkan hipotesis tersebut, minyak kelapa yang
merupakan lemak jenuh dikatakan menaikkan LDL dan
meningkatkan risiko PJK. Seiring dengan penelitian lebih
lanjut, ternyata diketahui tidak demikian. Walaupun minyak
kelapa termasuk lemak jenuh, asam lemak jenuh di dalamnya
adalah MCFA (80%), SCFA (10%), dan hanya sedikit asam
lemak jenuh rantai panjang palmitat (5%) yang bersifat
aterogenik. Asam lemak rantai pendek dan sedang tidak
bersifat aterogenik karena dengan cepat diserap melalui vena
porta ke hati dan segera dimetabolisme. Asam lemak jenuh
rantai panjang harus melalui proses emulsifikasi di usus
sebelum diserap dan diangkut dengan bantuan lipoprotein
dan dapat membentuk endapan di berbagai organ termasuk
pembuluh darah koroner.
Minyak kelapa sangat mudah dicerna dan diserap serta
cepat dimetabolisme, sehingga tidak berada dalam sirkulasi
darah. Keunggulan minyak kelapa adalah dapat meningkatkan
HDL, menghasilkan sangat sedikit radikal bebas dibandingkan
minyak lainnya, cepat diserap dan dioksidasi serta tidak
menyebabkan endapan jaringan lemak pada arteri. Penduduk
asli yang mengonsumsi minyak kelapa memiliki kolesterol
rendah, tetapi sesudah migrasi ke Selandia Baru ternyata
memiliki kolesterol LDL tinggi dan HDL yang rendah.9,23,24
![Page 5: 1](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082423/5695d4a41a28ab9b02a23687/html5/thumbnails/5.jpg)
J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 11, November 2011
Komposisi, Distribusi, dan Sifat Aterogenik Asam Lemak dalam Minyak Kelapa
457
Asupan lemak total tidak selalu meningkatkan risiko PJK.
Minyak dan santan kelapa tidak meningkatkan LDL dan
bersifat protektif terhadap risiko PJK. Penggantian santan
kelapa dengan santan kelapa sawit ternyata menunjukkan
sifat yang lebih protektif terhadap risiko PJK.25,26
Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit (oil palm) berkaitan dengan nama
asam lemak yang dikandungnya, yakni asam lemak jenuh
palmitat (C:16), sedangkan minyak inti sawit (palm kernel
oil, PKO) kaya akan asam laurat (C:12) seperti minyak kelapa.
Minyak kelapa sawit juga termasuk lemak jenuh, mengandung
asam palmitat (44%), asam stearat (4,6%), asam miristat (1%)
dan sisanya adalah asam linoleat (38,7%).
Sekitar tahun 1950-an, minyak kelapa sawit seperti
halnya minyak kelapa diduga menaikkan risiko PJK. Seiring
perkembangan dan hasil penelitian terbaru, minyak kelapa
sawit dianggap bersifat netral, bahkan merangsang sintesis
HDL. Minyak kelapa sawit hanya meningkatkan kolesterol
plasma jika kolesterol banyak di dalam makanan.9,16 Diketahui
bahwa asam dan stearat tidak mempengaruhi LDL dan HDL.
Selain itu, minyak kelapa sawit tidak menaikkan risiko PJK
karena asam palmitat berada pada posisi sn-1 dan sn-3 (Tabel
1). Dengan posisi demikian, asam palmitat yang bersifat
aterogenik ini tidak akan diserap sehingga tidak lagi bersifat
aterogenik.4,12,29
Kesimpulan
Asam lemak jenuh rantai sedang (C10-C12) yang banyak
terkandung di dalam minyak kelapa tidak bersifat aterogenik.
Asam palmitat yang paling banyak terdapat di dalam minyak
kelapa sawit tidak bersifat aterogenik karena terdapat pada
posisi sn-1,3. Struktur ini menyebabkan minyak kelapa sawit
tidak meningkatkan kolesterol, tetapi mensintesis HDL.
Pengaruh interesterifikasi dari beberapa minyak terhadap sifat
aterogenik minyak masih perlu diteliti lebih lanjut.
Daftar Pustaka
1. Silalahi J. Makanan fungsional. Yogyakarta: Kanisius; 2006.
2. Puska P. Fat and heart disease: yes we can make a change-the
case of North Karelia (Finland). Eur J Clin Nutr. 2009:54:33-38.
3. Chow CK. Fatty acids in foods and their health implications. 3rd
ed. New York: CRC Press; 2008.
4. Berry SEE. Triacylglycerol structure and interesterification of
palmitic and stearic acid-rich fats: an overview and implications
for cardiovascular disease. Nutrition Research Reviews. 2006;
22:3-17.
5. Silalahi J, Nurbaya S. Aterogenisitas minyak dan lemak dalam
makanan. Prosiding Seminar Nasional Biologi FMIPA USU.
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011.
6. White B. Dietary fatty acids. Am Fam Physician. 2009;80:345-
72.
7. Silalahi J. Modification of fats and oils. Media Farmasi. 1999;7:
1-16.
8. Silalahi J. Fats, oils, and fat substitutes in human nutrition. Indo-
nesian Food and Nutrition Progress. 2000;7:56-66.
9. Silalahi J. Hypocholesterolemic factors in foods: a review. Indo-
nesian Food and Nutritions Progress: 2000;7:26-35.
10. Kris-Etherton PM, Griel AE, Pwsota TL, Gebauer SK, Zhang J,
Etherton TD. Dietray stearic acid and risk of cardiovascular
disease: intake, sources, digestion, and absorption. Lipids. 2005;
40:1193-200.
11. Kritchevsky D. Overview: dietary fat and atherosclerosis. Asia
Pacific J Clin Nutr. 2000;9:141-5.
12. Huyghebeart A, Verhaeghe D, Demor H. Fat products using chemi-
cal and enzymatic interesterification. In: Fats in Food Products.
Moran DPJ, Rajah KK, editor. London: Blackie Academic &
Professional; 1994. p. 319-45.
13. Willis WM, Lencki RW, Marangoni G. Lipid modification strat-
egies in the production of nutritionally functional fats and oils.
Crit Rev Food Sci Nutr. 1998;38:639-74.
14. Willis WM, Marangoni AG. Biotechnological strategies for the
modification of food lipids. Biotechnol. Genet Eng Rev.1999;
16:141-75.
15. Ibrahim NA, Nielsen ST, Wigneswaran V, Zhang H, Xu X. Online
pre-purification for the continuous enzymatic interesterification
of bulk fats containing omega-3 oil. J Am Oil Chem Soc. 2008;
85:95-8.
16. Gupta R, Rathi P, Bradoo S. Lipase mediated upgradation of
dietary fats and oils. Crit Rev Food Sci Nutr. 2003;43(6):635-44.
17. Mukherjee S, Mitra A. Health effects of palm oil. J Hum Ecol.
2009.26:197-203.
18. Uauy R. Dietary fat quality for optimal health and well-being:
overview of recommendations. Ann Nutr Metab. 2009;54:2-7.
19. Skeaf CM, Miller J. Dietary fat and coronary heart disease: sum-
mary of evidence from prospective cohort and randomized con-
trolled trials. Ann Nutr Metab. 2009;55:173-201.
20. Mensink RP. Effect of products made from a high-palmitic acid,
trans-free semiliquid fat or a high-oleic acid, low trans semi-liquid
fat on the serum lipoprotein profile and on C-reactive protein
concentrations in humans. Eur J Clin Nutr. 2008;62:617-24.
21. Enig MG. Health and nutritional benefits from coconut oil: an
important functional food for the 21st century. Presented at the
AVOC Lauric Oils Symposium; [1996 April 25]. Ho Chi Minh
City, Vietnam.
22. Griel AE, Kris-Etherton PM. Beyond saturated fat: the impor-
tance of the dietary acid profile on cardiovascular disease. Nutri-
tion Reviews. 2006;64:257-62.
23. Vasudevan DM. Coronary artery disease (atherosclerosis)- an
overview & the role of coconut oil in hypercholesterolemia.
Indian Coconut Journal. 2009;2-16.
24. Enig MG. Health and nutritional benefits from coconut oil and its
advantages over competing oils. Indian Coconut Journal. 2010;
9-15.
25. TKW N, Es T. Replacing coconut santan with palm oil santan:
impact on dietary C-12-16 saturated fatty acids, serum total
cholesterol, and cardioascular risk. Mal J Nutr. 1998;4:65-72.
26. Lipoeto NI, Agus Z, Oenzil F, Wahlqvist Ml, Wattanapendiaboon
N. Dietary intake and risk of coronary heart disease among the
coconut-consuming Minangkabau in West Sumatra, Indonesia.
Asia Pac J Clin Nutr. 2004;13:377-84.
27. Anuradha S, Sugumar VR. Impact of coconut oil replacement in
diet among obese adolescent girls. Indian Coconut Journal. 2009;
14-6.
28. Marina AM, Che Man YB, Nazimah SAH, Amin I. Chemical
properties of virgin coconut oil. J Am Oil Chem Soc. 2009;86:
301-07.
29. Robinson DM, Martin NC, Robinson LE, Ahmadi L, Marangoni
AG, Wright AJ. Influence of interesterification of a stearic acid-
rich spreadable fat on acute metabolic risk factors. Lipids. 2009;
44:17-26.
KN