1

download 1

of 23

Transcript of 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangPenyakit Dengue maupun penyakit demam berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang banyak dan sering berjangkit di daerh tropis, termasuk penyakit infeksi Tropis. (Tropic Infection). Masalah kesehatan di tentukan oleh faktor perilaku dan faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan). Perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosio budaya serta peningkatan pelayanan kesehatan diperlukan agar masyarakat menjadi sehat.Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopyctus. Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, antara lain iklim dan pergantian musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi.Berdasarkan kejadian dilapangan dapat diidentifikasikan factor utama adalah kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal. Sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin meluas.Penyakit DBD sering berakibat fatal akibat penanganannya yang terlambat. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebut jugadengue hemorrhagic fever(DHF),dengue fever(DF),demam dengue(DD), dandengue shock syndrome(DSS).Di Indonesia, penyakit DBD termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah. Sampai saat ini DBD di Indonesia masih merupakan penyakit yang sering berjangkit merupakan penyakit musiman. Seperti penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Sleman akibat kesadaran warga akan pentingnya kebersihan lingkungan mulai mengendur. Terlebih di lingkungan huntara maupun huntap wilayah Gondang I yang rawan genangan air sehingga memicu berkembangnya jentik-jentik nyamuk.Demam Berdarah Dengue mulai menyerang penghuni selter Gondang I cangkringan Kabupaten Sleman. Dalam beberapa minggu ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mencatat bahwa ada tiga warga penghuni selter positif terjangkit DBD, sedangkan belasan warga lainnya juga mengalami gejala yang sama menyerupai kasus penyakit DBD. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai penularan demam berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian vector dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Namun, hingga saat ini masih belum optimal.Banyaknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah gondang I perlu diketahui bagaimana gejala DBD, gejala penularan DBD, faktor-faktor penyebab penyakit dan dibutuhkan cara untuk menanggulangi, membrantas, dan mencegah agar tidak bertambahnya penderita DBD.

BAB II. SUB-PEMBAHASAN

2.1 SKENARIODEMAM TINGGI

Seorang mahasiswa kedokteran berusia 21 tahun datang ke praktek puskesmas karena menderita demam sampai 40 C selama 3 hari. Frekuensi demam naik turun, menggigil, sakit kepala hebat, nyeri disekitar bola mata, nyeri otot dan tulang dan perasaan menghisap pada ulu hati. Beberapa hari sebelumnya ia baru liburan di jakarta. Pada pemeriksaan fisik dijumpai ruam kulit makular samar-samar diseluruh tubuh dan dijumpai petechie pada daerah punggung dan dibawah lengan. Dokter merencanakan pemeriksaan darah segera untuk memastikan diagnosa.

2.2. TUJUAN 1. Mengetahui gejala penularan Infeksi Virus 2. Mengetahui gejala umum penderita Infeksi Virus3. Mengetahui faktor-faktor penyebab penyakit Infeksi Virus4. Mengetahui proses penyembuhan penyakit Infeksi Virus5. Mengetahui cara mencegah penyakit Infeksi Virus

BAB III. PEMBAHASAN

2.1 DEMAM BERDARAH DENGUE Demam berdarah dengue adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak berusia dibawah 15 tahun, disertai dengan pendarahan dan dapat menimbulkan syok yang dapat menyebabkan kematian penderita.Demam Dengue (DD) atau Dengue Fever (DF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegepty, sedangkan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhaege Fever (DHF) juga penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang disertai manifestasi perdarahan dan cenderung menimbulkan shock dan kematian.MenurutWebmaster, penyakit demam berdarah adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Di Indonesia hanya terdapat 2 jenis virus penyebab demam berdarah yaitu virus dengue dan virus chikungunnya.Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yang disebabkan oleh virus dengue, yang dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan yang dapat menimbulkan kematian.Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk tersebut. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak-anak serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.

Gejala Penularan Demam Berdarah Dengu (DBD) Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaituarthropad-bornevirusatau virus yang disebabkan oleh arthropoda. Virus ini termasuk genusFlavivirusdari familiFlavivirade. Flavivirusini berukuran diameter 40 nanometer, dapat berkembang biak dengan baikpada berbagai macam kultur jaringan. Baik yang berasal dari sel-sel mamalia misalnya BHK (Baby Hamster Kidney) maupun sel-sel arthropoda misalnya selAedes albopictus.Ada empat tipe yaitu virus dengue tipe 1, 2, 3, dan 4. Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang dihubungkan dengan kasus-kasus parah. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang bersangkutan, tetapi tidak untuk serotipe yang lain. Keempat jenis virus tersebut semuanya terdapat di Indonesia. Di daerah endemik DBD,seseorang dapat terkena infeksi semua serotipe virus pada waktu yang bersamaan. Vektor utama penyakit DBD adalah nyamukAedes aegypti(di daerah perkotaan/ urban) maupunAedes Albopictus(di daerah pedesaan/ rural). Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya.

Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-7 hari dan orang tersebutakan mengalami sakit demam berdarah dengue.

Gejala Umum Penderita DBDDemam Berdarah Dengue (DBD) dapat menyerang anak usia sekolah maupun orang dewasa, ditandai dengan gejala awal yaitu:a.Demam mendadak serta timbulnya tanda dan gejala klinis yang tidak khas.b.Terdapat kecenderungan terjadinya shock yang berakibat kematianHemostatis yang abnormal dan kebocoran plasma adalah merupakan perubahan patofisiologis yang paling mencolok disertai trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan temuan yang selalu ada.Gejala umum Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi sebagai berikut:a.Demam Tinggib.Fenomena pendarahan Hepatomegalic.Sering disertai kegagalan sirkulasi atau trombositopenia ringan atau sedang yang disertai hemokonsentrasi.Perubahan patofisiologis utama menentukan derajat penyakit DBD. DBD biasanya diawali dengan meningkatnya suhu tubuh secara mendadak disertai dengan memerahnya kulit muka dan gejala klinik tidakkhas lainnya seperti:a.Tidak nafsu makanb.Muntahc.Nyeri kepalad.Nyeri otot dan persendian

Keluhan-keluhan beberapa pasien DBD antara lain:a.Nyeri tenggorok dan pada pemeriksaan faringb.Rasa tidak enak di daerah epigastrumc.Nyeri tekan pada lengkung iga kanand.Rasa nyeri perut yang menyeluruhe.Suhu badan tinggi mencapai 40 Celsius berlangsung selama 2-7 hari, dan kemudian menjadi normal atau subnormal dan dapat disertai kejang demam

Manifestasi Klinis menurut WHOKasus DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis yaitu:a.Demam tinggib.Perdarahan terutama perdarahan kulit hepatomegalic.Kegagalan peredaran darahPada tahun 1975 WHO menyusun patokan dalam diagnosis klinis pada penderita DBD yaitu:1.Demam tinggi dengan mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari2.Manifestasi perdarahan termasuk setidak-tidaknya uji Tourniquet positif dan salah satu bentuk lai seperti petikia, purpuria, ekinosis, epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena3.Pembesaran hati4.Tanpa atau disertai renjatan5.Trombositopenia6.Hemokonsentrasi yang dapat ditafsikan dengan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan nilai hematokrit pada masa konvalessen

Gambaran KlinikMasa Inkubasi Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukkan virus dengue kedalam kulit, terdapat masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam, sakit kepala dan malaise.Demam Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menjadi suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya demam, gejala-gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang, dan persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyertainya.Perdarahan Perdarahan biasanya terjadi pada harikedua dari demam dan umumnya terjadi pada kulit.HepatomegaliPada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba meskipun pada anak kekurangan gizi, hatipun sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatoegali dan hati teraba kenyal,harus di perhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.Renjatan (syok)Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan dan jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat, kecil bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun sampai di bawah angka 80 mmHg. Manifestasi renjatan pada anak terdiri atas:a.Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan, dan hidungb.Kuku menjadi biru, kegagalan sirkulasi insufien yang menyebabkan peninggian aktifitas simpatikus secara refleksc.Apati,sopor, dan koma akibat kegagalan sirkulasi serebral.d.Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurange.Tekanan sistolik pada anak turun menjadi 80 mmHg atau kurang.f.Ologuria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri renalis.

Pembesaran HatiHati yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan berat penyakit. Nyeri tekan sering kali di temukan tanpa disertai ikterus. Hati pada anak berusia 4 tahun dan atau lebih dengan gizi baik biasanya tidak dapat diraba. Kewaspadaan perlu ditingkatkan pada anak yang hatinya semula tidak dapat diraba pada saat masuk rumah sakit dan selama perawatan hatinya menjadi lebih dan kenyal, karena keadaan ini menunjuk ke arah erjadinya renjatan. Pembasaran hati dilaporkan ditemukan sekitar 64,4% pada bagian anak di rumah sakit. Menurut WHO (1997) yang memberi pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis DBD secara dini disamping menentukan derajat beratnya penyakit.Klinis Berat Penyakit1.Demam mendadak tinggi2.Derajat I : demam dengan uji bendung +3.Perdarahan (termasuk uji bendung +)4.Derajat II, derajat I + perdarahan spontan seperti petekie, epitaksis, hematemesis, dan lain-lain5.Derajat III: nadi cepat dan lemah, tekanan darah tak terukur6.Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba7.Syok : nadi kecil dan cepat

Gejala Klinik LainNyeri epigastrum, mual, batuk, Atropapil, muntah-muntah, diare, maupun obstipasi dan kejang-kejang. Keluhan nyeri perut yang hebat seringkali menunjukan akan terjadinya perdarahan gastrointestinal dan syok.Diagnosa Laboratorisa.Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga 100.000 /mmHg.b.Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih

Derajat Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue)Derajat I (Ringan)a.Bila Demam mendadak 2-7 hari yang disertai gejala klinis tidak khasb.Satu-satunya gejala perdarahan yang paling ringan adalah hasil uji tourniquet yang positifDerajat II (Sedang) Gejala yang timbul pada DBD derajat I di tambah perdarahan spontan biasanya dalam bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lainnya. Epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena. Terdapat gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit dingin dan lembab, ujung jari dan hidung dingin.Derajat III (Berat)Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan: denyut, nadi yang cepat dan lemah. Menyempitnya tekanan nadi 20 mmHg atau kurang atau hipotensi, ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta kondisi pasien menjadi gelisahDerajat IV (Berat Sekali)SyokDSS (Dengue Shock Syndrome)berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan darah yang tidak terukur.

Faktor penyebab penyebaran kasus DBDPenularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadi penularan DBD adalah:a. Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis).b. Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virusdengueyang cukup besar seperti: sekolah, RS/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, tempat umum lainnya (hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dan lain-lain).c. Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini umumnya berasal dari berbagai wilayah maka ada kemungkinan diantaranya terdapat penderita yang membawa tipe virusdengueyang berbeda dari masing-masing lokasi.

Proses Penyembuhan Penyakit DBD ( Demam Berdarah Dengue)Proses penyembuhan DBD dengan atau tanpa adanya shock berlangsung singkat dan sering kali tidak dapat diramalkan. Bahkan dalam kasus syokstadium lanjut, segera setelah syok teratasi, pasien sembuh dalam waktu 3 hari. Timbulnya kembali selera makan merupakan prognostik yang baik.Fase penyembuhan ditandai dengan adanya sinus beradikardia atau arimia jantung serta patekie yang menyeluruh.

Cara Mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD)Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) mencakup antara lain:a.Terhadap Nyamuk PerantaraPemberantasan nyamuk Aedes aegypti induk dan telurnyab.Terhadap diri kitaMemperkuat daya tahan tubuh, Melindungi dari gigitan nyamukc.Terhadap lingkunganMengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkunganCara mencegah:1.Penyuluhan bagi MasyarakatDasar pencegahan demam berdarah adalah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat bagaimana cara pemberantasan nyamuk dewasa dan sarang nyamuk yang dikenal pembasmian sarang nyamuk atau PSN. Demi keberhasilanbersama PSN harus dilakukan bersama seluruh elemen masyarakat.2.Cara Memberantas jentik nyamukCara memberantas jentik nyamuk dilakukan dengan cara 3M:a.Kuras bak mandi seminggu sekali (Menguras)b.Tutup penyimpa air rapat-rapat (Menutup)c.Kubur kaleng dan ban bekas (Mengubur)

3.Pedoman Penggunaan bubuk Abate (Abatisasi)a.Satu sendok makan per(10 gram) untuk 100 liter airb.Dinding bak mandi jangan di sikat setelah ditaburi bubuk abatec.Bubuk akan menempel di bakd.Bubuk abate tetap efektif sampai 3 bulan

4.Cara Memberantas nyamuk dewasaa.Jangan menggantung baju bekas pakaib.Pasang kasa nyamuk pada ventlasi dan jendela rumahc.Lindungi bayi ketika tidur di pagi dan siang hari dengan kelambud.Perhatikan kebersihan sekolahe.Pengasapan (fogging)3.2 DEMAM CHIKUNGUNYA

Demam chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh arbovirus yang ditransmisikan oleh nyamuk Aedes. Penyakit ini pertama kali tercatat dalam bentuk wabah di nama chikungunya ini sebenarnya berasal dari dialek makonde yang berarti yang membungkuk, yang mengindikasikan gambaran fisik dari pasien dengan penyakit yang berat. Penyakit ini dilaporkan terjadi di negara-negara Afrika selatan dan timur, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan pada tahun 2007 ditemukan juga di Itali. Di regio Asia tenggara, wabah Chikungunya pernah dilaporkan terjadi di India, Indonesia, Maldiva, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand. Terdapat banyak wabah yang besar dari demam chikungunya dalam beberapa tahun di India, dan juga di negara kepulauan Samudera Hindia. Maldiva melaporkan wabah Chikungunya pertama kali pada bulan Desember 2006. Meskipun bukan penyakit yang mematikan, angka morbiditasnya yang tinggi dan poliartritis yang memanjang menyebabkan kecacatan yang besar dalam populasi yang terkena dan dapat memberikan dampak pada bidang sosioekonomi suatu negara.Infeksi chikungunya ini dimulai dengan periode inkubasi yang singkat selama 2-4 hari. Dimana dalam waktu kira-kira 48 jam setelah digigit nyamuk yang membawa virus, pasien akan mengalami demam tinggi yang mendadak dengan diikuti menggigil. Beberapa pasien juga menunjukkan adanya ruam makulopapuler di badan, tungkai, dan wajah. Hal ini terjadi selama 3 4 hari. Biasanya pasien juga merasakan mialgia dan arthralgia yang berat. Nyeri sendi ini biasanya dimulai pada pada sendi kecil pada tangan dan kaki, pergelangan tangan dan kaki, dan kemudian pada sendi besar. Gejala non-spesifik lainnya dapat meliputi sakit kepala, fotofobia ringan dan insomnia. Tidak ada vaksin atau pengobatan khusus untuk melawan infeksi ini. Untungnya penyakit ini dapat sembuh sendiri. Terapi dengan antipiretik dan obat antiperadangan non steroid digunakan untuk mengendalikan demam dan nyeri sendi. Demam biasanya menghilang setelah 2 3 hari. Nyeri otot dan sendi dapat menetap sampai hari ke 5 7 namun pada beberapa kasus dapat lebih lama lagi. Pasien dengan usia lanjut biasanya mengalami nyeri sendi dan otot selama beberapa bulan.

3.3 HEPATITIS B

Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Penyakit ini bisa menjadi akut atau kronis dan dapat pula menyebabkan radang, gagal ginjal, sirosis hati, dan kematian. Hepatitis B akut adalah inflamasi akibat infeksi virus hepatitis B yang berlangsung selama < 6 bulan. (Sudigdo Sastroasmoro, 2007; Ramza Shiddiq, 2011 )Penyakit hepatitis adalah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi atau keracunan. Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan di dunia dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Hal ini karena selain prevelensinya tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan problema pasca akut bahkan dapat terjadi cirrhosis hepatitis dan carcinoma hepatocelluler primer. (Ramza Shiddiq, 2011)

2.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI HATI

ETIOLOGIHepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali ditemukan oleh Blumberg tahun 1965 dan dikenal dengan nama antigen Australia yang termasuk DNA virus. Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut dengan Partikel Dane (Gambar. 4). Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada partikel inti terdapat hepatitis B core antigen (HBcAg) dan hepatitis B antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipoprotein dan menurut sifat imunologiknya protein virus hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr. Subtype ini secara epidemiologis penting karena menyebabkan perbedaan geografik dan rasial dalam penyebaranya.

Sumber dan Cara Penularana. Sumber Penularan Virus Hepatitis BSumber penularan berupa darah, saliva, kontak dengan mukosa penderita virus, feses, dan urine, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang terkontaminasi virus hepatitis B. (Ramza Shiddiq, 2011)

b. Cara penularan Virus Hepatitis BPenularan virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu parenternal dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang susah tercemar virus Hepatitis B dan pembuatan tattoo, kemudian secara non parenteral yaitu karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B. secara epidemiologi penularan infeksi virus hepatitis B dari Ibu yang HBsAg positif kepada anak dilahirkan yang terjadi selama masa perinatal, dan secara horizontal yaitu penularan infeksi virus Hepatitis B dari seseorang pengidap virus kepada orang lain disekitarnya, misalnya melalui hubungan seksual. (Ramza Shiddiq, 2011)

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis BFaktor faktor yang mempengaruhi penyakit Hepatitis B dapat dibagi menjadi : (Ramza Shiddiq, 2011)a. Faktor Host (Pejamu)Faktor host adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit Hepatitis B yang meliputi:1) Umur, dimana penyakit Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering bayi dan anak (25,45%). Resiko untuk menjadi kronis menurun dengan bertambahnya umur, dimana bayi pada 90% menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 46% dan pada orang dewasa 3 10% .2) Jenis Kelamin, wanita tiga kali lebih sering terinfeksi Hepatitis B dibanding pria.3) Mekanisme pertahanan tubuh, bayi baru lahir atau bayi dua bulan pertama setelah lahir sering terinfeksi Hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi Hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang sempurna.4) Kebiasaan hidup, dimana sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tattoo, dan pemakaian akupuntur. 5) Pekerjaan, kelompok resiko tinggi untuk mendapatkan infeksi Hepatitis B adalah dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas laboratorium dimana pekerjaan mereka sehari hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah, tinja, air kemih).b. Faktor Agent Penyebab Hepatitis B adalah Virus Hepatitis B (VHB). Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebaranya. Subtype adw terjadi di Eropa, Amerika dan Australia. Subtipe ayw terjadi di Afrika Utara dan Selatan. Subtipe ayw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan subtipe adr terjadi di jepang dan China. (Ramza Shiddiq, 2011)c. Faktor LingkunganFaktor lingkungan merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi perkembangan hepatitis B, yang termasuk faktor lingkungan adalah lingkungan dengan sanitasi jelek daerah dengan prevelensi virus hepatitis B (VHB) tinggi, daerah unit pembedahan, daerah unit laboratorium, daerah bank darah, daerah tempat pembersihan, daerah dialias dan transplantasi, daerah unit penyakit dalam. (Ramza Shiddiq, 2011)

GEJALA KLINISGambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi asimtomatik tanpa kuning sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminans yang dapat menimbulkan kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap: (Aru W. Sudoyo, 2007) Fase InkubasiMerupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase ini berbeda beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Fase Prodormal (pra ikterik)Fase diantara timbulnya keluhan keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Mual, muntah dan anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Diare atau konstipasi dapat terjadi. Serum sickness dapat muncul pada hepatitis B akut pada awal infeksi. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigatrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistisis. Fase IkterusIkterus muncul setelah 5 10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan denganmunculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodormal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata. Fase konvalesenDiawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dna abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul persaaan sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan.keadaan akt biasanya akan membaik dalam 2 3 mingggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu dan 16 minggu dalam hepatitis B. Pada 5 10 % kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya < 1 % yang menjadi fulminan.

Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibangi 2 yaitu : (Ramza Shiddiq, 2011)1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu :a. Hepatitis B akut yang khasb. Hepatitis Fulminanc. Hepatitis Subklinik2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB.

a). Hepatitis B akut yang khasBentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran ikterus yang jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :1. Fase Praikterik (prodromal)Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas, demam tinggi, anoreksia, mual, nyeri didaerah hati disertai perubahan warna air kemih menjadi gelap. Pemeriksaan laboratorium mulai tampak kelainan hati (kadar bilirubin serum, SGOT dan SGPT, Fosfatose alkali, meningkat).2. Fase lkterikGejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai hepatomegali dan splenomegali. timbulnya ikterus makin hebat dengan puncak pada minggu kedua setelah timbul ikterus, gejala menurun dan pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati abnormal.3. Fase PenyembuhanFase ini ditandai dengan menurunnya kadar enzim aminotransferase. pembesaran hati masih ada tetapi tidak terasa nyeri, pemeriksaan laboratorium menjadi normal.

b). Hepatitis FulminanBentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besar mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir dengan kematian. Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi pemeriksaan SGOT memberikan hasil yang tinggi pada pemeriksaan fisik hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan uremia. (Ramza Shiddiq, 2011)c). Hepatitis KronikKira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami Hepatitis B kronik. Hepatitis ini terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan yang mantap. (Ramza Shiddiq, 2011)

DIAGNOSIS

a. AnamnesisGejala non spesifik (prodromal) yaitu anoreksia, mual, muntah dan demam. Dalam beberapa hari-minggu timbul ikterus, tinja pucat dan urin yang berwarna gelap. Saat ini, gejala prodromal berkurang. Perlu ditanyakan riwayat kontak dengan penderita hepatitis sebelumnya dan riwayat pemakaian obat-obat hepatotoksik. b. Pemeriksaan fisik Kulit, sklera ikterik, nyeri tekan di daerah hati, hepatomegali, perhatikan tepi, permukaan, dan konsistensinya. c. Pemeriksaan penunjang1. Darah tepi : dapat ditemukan pansitopenia: infeksi virus, eosinofilia : infestasi cacing, leukositosis : infeksi bakteri.2. Urin : bilirubin urin3. Biokimia :a. Serum bilirubin direk dan indirekb. ALT (SGPT) dan AST (SGOT)c. Albumin, globulind. Koagulasi : faal hemostasis terutama waktu protrombin4. Petanda serologis :Hepatitis B didiagnosis dari hasil-hasil tes-tes darah spesifik virus hepatitis B (serologi) yang mencerminkan beragam komponen-komponen virus hepatitis B.

4.1. HBsAg dan anti-HBs Diagnosis infeksi hepatitis B dibuat terutama dengan mendeteksi hepatitis B surface antigen (HBsAg) dalam darah. Kehadiran HBsAg berarti bahwa ada infeksi virus hepatitis B aktif dan ketidakhadiran HBsAg berarti tidak ada infekis virus hepatitis B aktif. Menyusul suatu paparan pada virus hepatitis B, HBsAg menjadi terdeteksi dalam darah dalam waktu empat minggu. Pada inidividu-individu yang sembuh dari infeksi virus hepatitis B akut, eliminasi atau pembersihan dari HBsAg terjadi dalam waktu empat bulan setelah timbulnya gejala-gejala. Infeksi virus hepatitis B kronis didefinisikan sebagai HBsAg yang menetap lebih dari enam bulan Setelah HBsAg dieliminasi dari tubuh, antibodi-antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) biasanya timbul. Anti-HBs ini menyediakan kekebalan pada infeksi virus hepatitis B yang berikutnya. Sama juga, individu-individu yang telah berhasil divaksinasi terhadap virus hepatitis B mempunyai anti-HBs yang dapat diukur dalam darah.

4.2. Anti-HBc Hepatitis B core antigen hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat terdeteksi dalam darah. Kehadiran dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis B core antigen dalam hati mengindikasikan suatu reproduksi virus yang sedang berlangsung. Ini berarti bahwa virusnya aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core antigen, dikenal sebagai antibodi hepatitis B core (anti-HBc), bagaimanapun, terdeteksi dalam darah. Sebagai suatu kenyataan, dua tipe dari antibodi-antibodi anti-HBc (IgM dan IgG) dihasilkan. IgM anti-HBc adalah suatu penanda/indikator (marker/indicator) untuk infeksi hepatitis B akut. IgM anti-HBc ditemukan dalam darah selama infeksi akut dan berlangsung sampai enam bulan setelah timbulanya gejala-gejala. IgG anti-HBc berkembang selama perjalanan infeksi virus hepatitis B akut dan menetap seumur hidup, tidak perduli apakah individunya sembuh atau mengembangkan infeksi kronis. Sesuai dengan itu, hanya tipe IgM dari anti-HBc dapat digunakan secara spesifik untuk mendiagnosis suatu infeksi virus hepatitis B akut. Selain itu, menentukan hanya total anti-HBc (tanpa memisahkan kedua komponennya) adalah sangat tidak bermanfaat.

4.3. HBeAg, anti-HBe, dan mutasi-mutasi pre-core Hepatitis B e antigen (HBeAg) dan antibodi-antibodinya, anti HBe, adalah penanda-penanda (markers) yang bermanfaat untuk menentukan kemungkinan penularan virus oleh seseorang yang menderita infeksi virus hepatitis B kronis. Mendeteksi keduanya HBeAg dan anti-HBe dalam darah biasanya adalah eksklusif satu sama lain. Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti aktivitas virus yang sedang berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya, sedangkan kehadiran anti-HBe menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif dari virus dan risiko penularan yang lebih kecil. (www.totalkesehatananda.com, 2008)Pada beberapa individu-individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis B, material genetik untuk virus telah menjalankan suatu perubahan struktur yang tertentu, disebut suatu mutasi pre-core. Mutasi ini berakibat pada suatu ketidakmampuan virus hepatitis B untuk menghasilkan HBeAg, meskipun virusnya reproduksi/replikasi secara aktif. Ini berarti bahwa meskipun tidak ada HBeAg yang terdeteksi dalam darah dari orang-orang dengan mutasi, virus hepatitis B masih tetap aktif pada orang-orang ini dan mereka dapat menularkan pada yang lain-lainnya.

4.4. Hepatitis B virus DNA Penanda yang paling spesifik dari reproduksi/replikasi virus hepatitis B adalah pengukuran dari hepatitis B virus DNA dalam darah. Anda ingat bahwa DNA adalah material genetik dari virus hepatitis B. Tingkat-tingkat yang tinggi dari hepatitis B virus DNA mengindikasikan suatu reproduksi/replikasi virus dan aktivitas virus yang sedang berlangsung. Tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang rendah atau tidak terdeteksi dikaitkan dengan fase/tahap infeksi virus hepatitis B yang tidak aktif. Beberapa tes-tes laboratorium yang berbeda (assays) tersedia untuk mengukur hepatitis B virus DNA. (www.totalkesehatananda.com, 2008)PCR (polymerase chain reaction) adalah metode (assay) yang paling sensitif untuk menentukan tingkat hepatitis B virus DNA. Ini berarti bahwa PCR adalah metode yang terbaik untuk mendeteksi jumlah-jumlah yang sangat kecil dari penanda virus hepatitis B. Metode ini bekerja dengan memperbesar material yang sedang diukur sampai semilyar kali untuk mendeteksinya. Metode PCR, oleh karenanya, dapat mengukur sekecil 50 sampai 100 kopi (partikel-partikel) dari virus hepatitis B per mililiter darah. Tes ini, bagaimanapun, sebenarnya terlalu sensitif untuk penggunaan diagnosis yang praktis. (www.totalkesehatananda.com, 2008)Tujuan mengukur hepatitis B virus DNA biasanya adalah untuk menentukan apakah infeksi virus hepatitis B aktif atau tidak aktif (diam). Perbedaan ini dapat dibuat berdasarkan jumlah hepatitis B virus DNA dalam darah. Tingkat-tngkat yang tinggi dari DNA mengindikasikan suatu infeksi yang aktif, dimana tingkat-tingkat yang rendah mengindikasikan suatu infeksi yang tidak aktif (tidur). Jadi, pasien-pasien denga penyakit yang tidur (tidak aktif) mempunyai kira-kira satu juta partikel-partikel virus per mililiter darah, sedangkan pasien-pasien dengan penyakit yang aktif mempunyai beberapa milyar partikel-partikel per mililiter. Oleh karenanya, siapa saja yang HBsAg positif, bahkan jika infeksi virus hepatitis B tidak aktif, akan mempunyai tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang dapat terdeteksi dengan metode PCR karena ia begitu sensitif. (www.totalkesehatananda.com, 2008)Untuk tujuan-tujuan praktis, hepatitis B virus DNA dapat diukur menggunakan suatu metode yang disebut metode hybridization, yang adalah suatu tes yang lebih kuang sensitif daripada PCR. Tidak seperti metode PCR, metode hybridization mengukur material virus tanpa pembesaran. Sesuai dengan itu, tes ini dapat mendeteksi hepatitis B virus DNA hany ketika banyak partikel-partikel virus hadir dalam darah, berarti bahwa infeksinya aktif. Dengan kata lain, dari sudut pandang yang praktis, jika hepatitis B virus DNA terdeteksi dengan suatu metode hybridization, ini berarti bahwa infeksi virus hepatitis B adalah aktif.

PENATALAKSANAAN

Infeksi yang sembuh spontan1. Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan menyebabkan dehidrasi.2. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat Tidak ada rekomendasi diet khusus Makan pagi dengan porsi yang cukup besar merupakan makanan yang paling baik ditoleransi Menghindari konsumsi alkohol selama fase akut3. Aktifitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.4. Pembatasan aktivitas sehari hari tergantung dari derjat kelelahan dan malaise5. Peran lamivudine atau adenovir pada hepatitis B akut masih belum jelas. Kortikosteroid tidak bermanfaat.6. Obat obat yang tidak perlu harus dihentikan. (Aru W. Sudoyo, 2007)

Gagal hati akut 1. Perawatan di rumah sakit Segera setelah diagnosis ditegakan Penanganan terbaik dapat dilakukan pada rumah sakit yang menyediakan program transplantasi hati.2. Belum ada terapi yan terbukti efektif3. Tujuan Sementara menunggu perbaikan infeksi spontan dan perbaikan fungsi hati dilakukan monitoring kontinu dan terapi suportif Pengenalan dirir dan terapi terhadap komplikasi yang mengancam nyawa Mempertahankan fungsi vital Persiapan transplantasi bila tidak terdapat perbaikan4. Angka survival mencapai 65 75 % bila dilakukan transplantasi dini. (Aru W. Sudoyo, 2007)

Hepatitis Kolestastasis1. Perjalanan penyakit dapat dipersingkat dengan pemberian jangka pendek prednison atau asam ursodioksikolat. Hasil penelitian masih belum tersedia. 2. Pruritus dapat dikontrol dengan kolestiramin. (Aru W. Sudoyo, 2007)

Heptitis RelapsPenanganan serupa dengan hepatitis sembuh spontan. (Aru W. Sudoyo, 2007)

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging.

4.2 Saran

Bagi Masyarakat Masyarakat harus merubah pola perilaku dan kebiasaan hidup yang tidak sehat yang memicu timbulnya penyakit.

Bagi Pemerintah Pemerintah harus secepatnya mengambil langkah-langkah preventif untuk mencegah bertambah meluasnya wabah DBD (Demam Berdarah Dengue).

DAFTAR PUSTAKA

Misnadiarly. 2009. Demam Berdarah Dengue (DBD).Jakarta: Pustaka PopulerObor Soedarto. 1996. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia.Surabaya: Widya medika Widoyono. 2011. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga

23