1

47
BAB I PENDAHULUAN Struktur beton dapat didefinisikan sebagai bangunan beton yang terletak diatas tanah yang menggunakan tulangan atau tidak menggunakan tulangan ( ACI 318-89, 1990 : I-I ). Struktur beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur beton yang dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton (in a state of compression). Hal tersebut tergantung juga pada kemapuan daya dukung tanah ( supported by soil) kemampuan struktur yang lain atau kemampuan struktur atasnya (vertical support). 1.1 Latar Belakang Praktikum Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi adalah salah satu mata kuliah wajib di jurusan Teknik Sipil, dan wajib di ikuti apabila telah lulus mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi I di semester III, agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang bahan konstruksi. Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi merupakan sebagai bagian dari syarat kurikulum pada jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe. 1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktikum Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Teknologi Bahan Konstruksi ini adalah untuk mengetahui sifat-

description

laporan

Transcript of 1

BAB IPENDAHULUANStruktur beton dapat didefinisikan sebagai bangunan beton yang terletak diatas tanah yang menggunakan tulangan atau tidak menggunakan tulangan ( ACI 318-89, 1990 : I-I ). Struktur beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan pencampur beton yang dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton (in a state of compression). Hal tersebut tergantung juga pada kemapuan daya dukung tanah ( supported by soil) kemampuan struktur yang lain atau kemampuan struktur atasnya (vertical support).1.1Latar Belakang PraktikumPraktikum Teknologi Bahan Konstruksi adalah salah satu mata kuliah wajib di jurusan Teknik Sipil, dan wajib di ikuti apabila telah lulus mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi I di semester III, agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang bahan konstruksi. Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi merupakan sebagai bagian dari syarat kurikulum pada jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.1.2Tujuan Pelaksanaan PraktikumAdapun tujuan dari pelaksanaan praktikum Teknologi Bahan Konstruksi ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat fisis dari material yaitu semen dan agregat serta untuk mengetahui prosedur pengerjaan dan contoh Mix Design (perancangan campuran).1.3Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang akan diteliti ialah bagaimana cara menentukan kuat tekan beton dan juga cara mengetahui kadar air dalam agregat dan lamanya pengikatan pada semen, kemudian mencari tahu kesalahan-kesalahan apa yang terjadi sehingga beton mudah patah dan hancur.BAB IIJOB-JOB YANG DIKERJAKAN2.1 PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT

2.1.1 Tujuan PengujianPengujian ini juga bertujuan untuk mengetahui banyaknya air yang terdapat dalam agregat pada saat akan diaduk menjadi campuran beton. Dengan diketahuinya kandungan air, air campuran beton dapat disesuaikan agar faktor air semen (FAS) yang diambil konstan.

2.1.2 Dasar TeoriKadar air agregat halus adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam agregat tersebut dengan berat agregat kering. Besaran yang digunakan untuk menentukan kadar air agregat dinyatakan dalam persen (%). Pengujian kadar air agregat ini bertujuan untuk menentukan persentase air yang dikandung agregat yang dilakukan dengan cara pengeringan. Dengan diketahuinya kandugan air dalam agregat maka air pada campuran beton dapat dikoreksi takarannya. Kandungan air dalam agregat sangat tergantung pada kondisi agregat dilapangan. Pengujian kadar air agregat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Kandungan Air= Keterangan :C=Berat benda uji basahD=Berat benda uji kering

2.1.3 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan :1. Pengering (oven)

2. Timbangan kapsitas dengan ketelitian 0.1 gram

3. Cawan

Bahan yang digunakan :1. Agregat halus (pasir) sebanyak 500 gram2. Agregat kasar (kerikil) sebanyak 500 gram

2.1.4. Keselamatan Kerja1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan2. Pakai seragam praktek3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan4. Ikutilah petunjuk instruktur5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya6. Gunakan masker penutup hidung dan mulut pada saat melakukan percobaan ini untuk menghindari masuknya debu7. Gunakan kain sebagai alas tangan pada saat mengambil benda uji dari oven

2.1.5 Langkah Kerja1. Cawan ditimbang dan beratnya dicatat (A).2. Kemudian benda uji dimasukkan kedalam cawan dan ditimbang kembali (B).3. Berat benda uji dihitung (C), dengan rumus C = B A.4. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan temperatur (1105)0C hingga 24 jam.5. Kemudian cawan dan benda uji yang telah dikeringkan ditimbang kembali.6. Catat berat benda uji keringnya.

KesimpulanPada pengujian kadar air dari berbagai jenis besar butiran :1. Untuk kadar air rata-rata agregat halus (pasir) yaitu sebesar 0.50 %.2. Untuk kadar air rata-rata agregat kasar (kerikil) yaitu sebesar 0.60 %.

Kadar air ini diperlukan agar pada saat perancangan campuran (mix design) dilakukan, air campuran beton dapat disesuaikan agar faktor air semen (FAS) yang diambil konstan2.2PENGUJIAN BERAT JENIS AGREGAT

2.2.1 Tujuan PengujianTujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan bulk dan apparent specific gravity dan penyerapan (absorpsi) dari agregat halus. Berat jenis ini diperlukan untuk menentukan volume agregat halus dalam adukan beton.

2.2.2 Dasar TeoriPengujian berat jenis agregat adalah untuk menentukan berat jenis dan presentase berat air yang dapat diserap oleh agregat halus (pasir) yang dihitung terhadap berat kering, selain itu juga untuk menentukan berat jenis agregat dalam keadaan kering oven (OD), dan berat jenis agregat halus (pasir) pada keadaan jenuh permukaan (SSD). Untuk menentukan berat jenis agregat halus (pasir) dapat digunakan rumus berikut :

Apparent specifik grafity=

Bulk spec. grav. Kondisi kering=

Bulk spec. grav. Kondisi SSD=

Persentase abrpopsi air=Keterangan= A =Berat piknometer B =Berat benda uji kondisi SSD C = Berat piknometer + air + benda uji kondisiSSD D =Berat piknometer + air E =Berat benda uji kondisi OD

2.2.3Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan :1. Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0.01 gram

2. Piknometer / gelas ukur

3. Kerucut terpuncung (mold) untuk menentukan kondisi SSD, diameter atas (403)mm, diameter bawah (903) mm, tinggi (703) mm terbuat dari logam dengan tebal minimum 0.8 mm, disertai dengan tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir

4. Oven dengan temperature diatur pada (1105)C

Bahan yang digunakan :1. Agregat halus (pasir)2. Air suling

2.2.4 Keselamatan Kerja1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan2. Hati-hati dalam melakukan penelitian ini, karena peralatannya terbuat dari bahan-bahan yang mudah pecah3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan4. Ikutilah petunjuk instruktur5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya 2.2.5 Langkah Kerja1. Pasir direndam selama 24 jam sebanyak 250 gram agar jenuh air.2. Pasir yang sudah jenuh air ditebarkan diatas lantai yang bersih sambil dibolak-balik untuk mengeringkan permukaan mencapai keadaan rata-rata (SSD).3. Keadaan kering permukaan diketahui dengan cara pemasukan pasir ke dalam cetakan kerucut sebanyak 3 lapis, masing-masing lapisan dipadatkan dengan alat pemadat sebanyak 8 kali perlapsis ditambah 1 kali sehingga jumlahnya 25 kali, setelah permukaan diratakan lalu permukaan kerucut pasir diangkat vertikal ke atas, keadaan jenuh air kering permukaan ditentukan dengan runtuh sebagian agregat dan ada 3 kemungkinan yang terjadi yaitu :a.

Benda uji dalam keadaan utuh, menunjukkan bahwa pasir belum mencapai keadaan efektif.

b.

Benda uji dalam keadaan sebagian runtuh, menunjukkan bahwa pasir telah mencapai keadaan SSD.

c. Benda uji dalam keadaan runtuh sepenuhnya.4. Timbang terlebih dahulu piknometer didapatkan A.5. Timbang benda uji kondisi SSD sebesar 500 gram didapatkan B.6. Pasir yang mengandung udara dihilangkan dengan cara mengisi air ke dalam piknometer sampai batas ukuran 500 gram. Hilangkan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyangkan piknometer sampai gelembung udara naik kepermukaan piknometer sehingga gelembung udara dalam pasir tidak ada lagi.7. Tambahkan air sampai tanda batas, rendam pasir dalam piknometer selama 24 jam, piknometer yang berisi pasir dan air ditimbang beratnya didapatkan C.8. Piknometer yang berisi air ditimbangkan beratnya didapatkan D.9. Pisahkan pasir dari piknometer dan keringkan dalam oven timbang beratnya, kemudian dianginkan pasir selama 1 jam timbang beratnya didapatkan E.

Tabel 3.2 Berat Jenis Agregat Halus (Pasir)LABORATORIUM BAHAN DAN STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

BERAT JENIS AGREGAT HALUS

BeratNotasiObservasi

I gramII gram

Berat PiknometerA243.58246.34

Berat Benda Uji Kondisi SSDB500500

Berat Pikno + Air + Benda Uji Kondisi SSDC1035.541031.04

Berat Piknometer + AirD741.70735.77

Berat Benda Uji ODE

Apparent Spcifik Grafity

Bulk Spec. Grav. Kondisi Kering

Bulk Spec. Grav. Kondisi SSD

Persentase Abrpsopsi Air

2.422.44

Rata Rata

Apparent Specifik Grafity

Bulk Spec. Grav. Kondisi Kering

Bulk Spec. Grav. Kondisi SSD2.43

Persentase Abrpsopsi Air

Kesimpulan

3.2.1 Berat Jenis Agregat Kasar (Kerikil)3.2.2.1 Referensi1. Job Sheet Pengujian Bahan II2. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2, Bandung, 19963. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan, Bandung, 19964. ASTM C. 127

3.2.2.2 Tujuan PengujianTujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan bulk dan apparent specific gravity dan penyerapan (absorpsi) dari agregat kasar (kerikil). Berat jenis ini diperlukan untuk menentukan volume agregat kasar (kerikil) dalam adukan beton.

3.2.2.3 Dasar TeoriPengujian berat jenis agregat adalah untuk menentukan berat jenis dan presentase berat air yang dapat diserap oleh agregat kasar (kerikil) yang dihitung terhadap berat kering, selain itu juga untuk menentukan berat jenis agregat dalam keadaan kering oven (OD), dan berat jenis agregat kasar (kerikil) pada keadaan jenuh permukaan (SSD). Untuk menentukan berat jenis agregat kasar (kerikil) dapat digunakan rumus berikut :1. Bulk spec. grav. Kondisi kering=2. Bulk spec. grav. Kondisi SSD=3. Persentase abrpsopsi air=Keterangan :A =Berat contoh SSDB =Berat contok kering ovenC =Berat pikno + air + benda uji kondisi SSD3.2.2.4 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan :1. Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0.1 gram

2. Oven

3. Kain lap4. Sendok agregat5. Talam

Bahan yang digunakan :1. Agragat kasar (kerikil) sebanyak 520 gram2. Air suling

3.2.2.5 Keselamatan Kerja1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan2. Hati-hati dalam melakukan penelitian ini, karena peralatannya terbuat dari bahan-bahan yang mudah pecah3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan4. Ikutilah petunjuk instruktur5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

3.2.2.6 Langkah Kerja1. Benda uji direndam selama 24 jam sebanyak 520 gram.2. Keluarkan benda uji dari air lalu dilap dengan kain sampai SSD lalu ditimbang didapatkan A.3. Benda uji dimasukkan kedalam piknometer direndam kembali dalam air ditimbang beratnya setelah digoyang dalam air untuk melepaskan udara didalam piknometer hitung beratnya benda uji pada kondisi jenuh didapatkan C.4. Benda uji dikeringkan dalam oven selama 24 jam, kemudian dianginkan selama 1 jam dan timbang beratnya didapatkan B.

Tabel 3.2 Berat Jenis Agregat Kasar (Kerikil)LABORATORIUM BAHAN DAN STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

BERAT JENIS AGREGAT KASAR

BeratNotasiObservasi

I gramII gram

Berat Contoh SSDA500500

Berat Contoh Kering OvenB491.32492.57

Berat Pikno + Air + Benda Uji Kondisi SSDC1049.031050.01

Berat Pikno + AirD741.70735.77

Bulk Spec. Grav. Kondisi Kering

2.552.65

Bulk Spec. Grav. Kondisi SSD

2.592.69

Persentase Abrpsopsi Air

1.771.51

Rata Rata

Bulk Spec. Grav. Kondisi Kering2.6

Bulk Spec. Grav. Kondisi SSD2.64

Persentase Abrpsopsi Air1.64

KesimpulanDengan data-data yang didapat dari pemeriksaan berat jenis agregat kasar (kerikil), SSD agregat kasar (kerikil) rata-rata 2.64 gram/cm, kondisi kering agregat kasar (kerikil) sebesar 2.6 gram/cm, dan abrsopsi air rata-rata sebesar 1.64 %, kita dapat menentukan berapa banyak volume agregat kasar (kerikil) yang dibutuhkan dalam beton.

3.3 PENGUJIAN BERAT VOLUME AGREGAT3.3.1 Referensi1. Job Sheet Pengujian Bahan II2. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2, Bandung, 19963. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan, Bandung, 19964. ACI Standard

3.3.2 Tujuan PengujianTujuan pengujian berat volume agregat adalah untuk dapat menentukan berat volume agregat. Berat volume didefinisikan sebagai perbandingan antara berat agregat kering dengan volumenya.

3.3.3Dasar TeoriBerat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan berat volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat dengan volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat dalam keadaan padat dengan volume literan.Menurut British Standar 812, berat volume agregat yang baik untuk material beton mempunyai nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m. berat volume agregat dapat di hitung dengan menggunakan rumus :

Berat Volume Agregat= = kg / mKeterangan :D=Berat bendaA=Volume wadah

3.3.4 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan :1. Pengering (oven)

2. Wadah baja

3. Mistar perata4. Skop / sendok pengisi agregat5. Timbangan

6. Talam

7. Tongkat pemadat

Bahan yang digunakan :1. Pasir (agregat halus)2. Kerikil (agregat kasar)

3.3.5 Keselamatan Kerja1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan2. Pakai seragam praktek3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan4. Ikutilah petunjuk instruktur5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya6. Gunakan kain sebagai alas tangan pada saat mengambil benda uji dari oven

3.3.6 Langkah kerja1. Benda uji dimasukkan kedalam talam sebanyak kapasitas wadah.2. Kemudian benda uji dikeringkan dengan oven selama 24 jam pada temperatur (110 5)0C sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.a) Penentuan berat volume gembur (berat volume dalam keadaan lepas)1. Wadah ditimbang dengan keadaan kosong.2. Kemudian wadah diisi dengan benda uji dengan perlahan-lahan.3. Setelah wadah di masukkan benda uji, ratakan permukaan atasnya dengan menggunakan alat penumbuk.4. Timbang benda uji yang telah dimasukkan benda uji.5. Berat benda uji (D) dihitung dengan rumus D = C B.6. Kemudian volume wadah dihitung (A).b) Penentuan berat volume padat (berat volume dalam keadaan mengalami penusukan). Prosedur kerjanya sama dengan berat volume gembur namun pada penentuan berat volume padat pada saat wadah diisi dengan benda uji, sebelum diratakan benda uji ditumbuk-tumbuk terlebih dahulu agar benda uji padat sebanyak 15x tiap lapisnya.

Tabel 3.3 Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus (Pasir)LABORATORIUM BAHAN DAN STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS

Pengujian I

PadatGembur

A. Volume Wadah = 0.003 m = 0.003 m

B. Berat Wadah = 3.20 kg = 3.20 kg

C. Berat Wadah + Benda Uji = 8.00 kg = 7.90 kg

D. Berat Benda (C - B) = 4.80 kg = 4.70 kg

Berat Volume D / A= 1600 kg/m= 1566.67 kg/m

Pengujian II

PadatGembur

A. Volume Wadah = 0.003 m = 0.003 m

B. Berat Wadah = 3.20 kg = 3.20 kg

C. Berat Wadah + Benda Uji = 8.10 kg = 7.90 kg

D. Berat Benda (C - B) = 4.90 kg = 4.70 kg

Berat Volume D / A= 1633.33 kg/m= 1566.67 kg/m

Berat Volume Rata-rata = 1616.66 kg/m = 1566.67 kg/m

Tabel 3.3 Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar (Kerikil)LABORATORIUM BAHAN DAN STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

PEMERIKSAAN BERAT VOLUME AGREGAT KASAR

Pengujian I

PadatGembur

A. Volume Wadah = 0.003 m = 0.003 m

B. Berat Wadah = 3.20 kg = 3.20 kg

C. Berat Wadah + Benda Uji = 7.70 kg = 7.60 kg

D. Berat Benda (C - B) = 4.50 kg = 4.40 kg

Berat Volume D / A = 1500 kg/m = 1466.67 kg/m

Pengujian II

PadatGembur

A. Volume Wadah = 0.003 m = 0.003 m

B. Berat Wadah = 3.20 kg = 3.20 kg

C. Berat Wadah + Benda Uji = 8.00 kg = 7.70 kg

D. Berat Benda (C - B) = 4.80 kg = 4.50 kg

Berat Volume D / A = 1600 kg/m = 1500 kg/m

Berat Volume Rata-rata = 1550 kg/m = 1483.33 kg/m

Kesimpulan1. Dari hasil pengujian diperoleh berat volume padat agregat halus (pasir) yaitu 1616.66 kg/m, sedangkan berat volume padat agregat kasar (kerikil) yaitu 1550 kg/m.2. Hasil pemeriksaan yang didapat lebih besar dari ketentuan standar yaitu 1445 kg/m, artinya volume agregat yang didapat baik digunakan untuk material beton.

3.4 PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT3.4.1 Referensi1. Job Sheet Pengujian Bahan II2. ASTM C. 177 - 19953. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2, Bandung, 19964. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan, Bandung, 1996

3.4.2 Tujuan PengujianTujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan gradasi agregat halus dan agregat kasar serta modulus halus butiran dengan menggunakan hasil analisa saringan dan juga untuk mengetahui distribusi ukuran agregat halus dengan menggunakan ukuran-ukuran saringan dengan standar tertentu yang ditunjukkan dengan lubang saringan (mm) dan untuk nilai apakah agregat kasar atau halus yang akan digunakan tersebut cocok untuk produksi beton.

3.4.3 Dasar TeoriPerhitungan analisa saringan adalah persentase berat benda uji yang tertahan dan lolos pada masing-masing saringan terhadap berat total benda uji. Penguraian susunan butiran agregat (gradasi) bertujuan untuk menilai agregat halus atau kasar yang cocok digunakan pada produksi beton. Susunan butiran dari penyaringan benda uji dengan menggunakan beberapa fraksi penyaringan. Analisa saringan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Modulus Kehalusan=

3.4.5 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan :1. Pengering (oven)

2. Timbangan dengan ketelitian 0.1 % dari berat benda uji

3. Ayakan

4. Mesin penggetar ayakan

5. Sikat kuningan6. Sendok dan kuas

Bahan yang digunakan :1. Agregat kasar (kerikil) sebanyak 1000 gram2. Agregat halus (pasir) sebanyak 500 gram

3.4.6 Keselamatan Kerja1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan2. Pakai seragam praktek3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan4. Ikutilah petunjuk instruktur5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

3.4.7 Langkah Kerja1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan temperatur (110 5)0C.1. Kemudian saringan disusun dimulai dari ukuran yang paling besar ke yang paling kecil.1. Benda uji dituangkan kedalam saringan dan digoyang-goyang dengan menggunakan mesin penggetar selama 15 menit.1. Kemudian benda uji ditimbang dalam masing-masing fraksi yang tertahan diatas saringan.Table 3.4 Data Analisis Saringan Agregat Halus (Pasir)LABORATORIUM BAHAN DAN STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS

No. SaringanUkuran Lubang SaringanBerat Tertahan (gram)Persentase TertahanPersentase Tertahan KomulatifPersentase Lolos Komulatif

mminci

54.75-00.00100

62.36-16.413.283.2896.72

71.18-66.7813.3516.6383.37

80.6-178.4535.6952.3247.68

90.3-165.003385.3214.68

100.15-58.0011.696.923.08

PAN--15.353.0700

Total500Total254.47

Fineness Modulus2.54

Table 3.4 Data Analisis Saringan Agregat Kasar (Kerikil)LABORATORIUM BAHAN DAN STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR

No. SaringanUkuran Lubang SaringanBerat Tertahan (gram)Persentase TertahanPersentase Tertahan KomulatifPersentase Lolos Komulatif

mminci

125.00-00.00100

219.00-605.1160.5160.5139.49

312.50-338.0133.8094.315.69

49.50-44.724.4798.781.22

54.75-10.021.00\99.780.22

PAN--2.140.2100

Total1000Total353.38

Fineness Modulus3.53

KesimpulanDari hasil pengujian diperoleh Fineness Modulus untuk masing-masing agregat yaitu :1. Agregat Halus (Pasir)==2.54

2. Agregat Kasar (Kerikil)==3.533. Agregat tersebut dapat digunakan dalam campuran beton karena memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

3.5 PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGEGRAT3.5.1 Referensi1. Job Sheet Pengujian Bahan II2. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2, Bandung, 19963. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan, Bandung, 19964. ASTM C. 33 - 1995

3.5.2 Tujuan PengujianTujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan persentase kandungan lumpur dalam agregat halus dan kasar. Kandungan lumpur agregat halus tidak boleh lebih dari 5%, sedangkan untuk agregat kasar kandungan lumpur tidak boleh melebihi dari 1%, apabila melebihi dari ketentuan maka agregat tersebut tidak boleh dipakai, hal ini merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat untuk pembuatan beton.

3.5.3 Dasar TeoriKandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5%, hal ini merupakan ketentuan dalam peraturan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton, jadi bila kandungan lumpurnya lebih dari 5% maka agregat tersebut boleh digunakan jika dicuci terlebih dahulu agara kandungan lumpurnya hilang paling tidak mengurang. Untuk menghiitung kandungan lumpur dapat dipergunakan rumus :

Kadar Lumpur= Keterangan :A = Berat benda uji kering oven sebelum dicuci B = Berat benda uji kering oven setelah dicuci3.5.4 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan :1. Ember.2. Alat pengaduk

Bahan yang digunakan :1. Agregat halus (pasir)2. Air suling

3.5.5 Keselamatan Kerja1. Simpan alat pada tempat yang telah disediakan2. Pakai seragam praktek3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan4. Ikutilah petunjuk instruktur5. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya

3.5.6 Langkah Kerja1. Benda uji dimasukkan ke dalam ember.2. Tambahkan air ke dalam ember untuk melarutkan lumpur.3. Benda uji diisi kedalam saringan 200, kemudian dicelupkan kedalam ember yang berisi air dan diaduk-aduk untuk mencuci pasir dari lumpur.

Table 3.5 Kadar Lumpur Agregat Halus (Pasir)LABORATORIUM BAHAN DAN STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

KADAR BUTIR LOLOS AYAKAN NO 200 UNTUK AGREGAT HALUS

Nomor Contoh

Pengujian IPengujian II

A. Berat Benda Uji Kering Oven Sebelum Dicuci= 500 gram

= 500 gram

B. Berat Benda Uji Kering Oven Setelah Dicuci= 484.43 gram

= 488.99 gram

C. Kadar Butir Lolos Ayakan No 200= 3.11 %= 2.20 %

Table 3.5 Kadar Lumpur Agregat Kasar (Kerikil)LABORATORIUM BAHAN DAN STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

KADAR BUTIR LOLOS AYAKAN NO 200 UNTUK AGREGAT KASAR

Nomor Contoh

Pengujian IPengujian II

A. Berat Benda Uji Kering Oven Sebelum Dicuci= 500 gram

= 500 gram

B. Berat Benda Uji Kering Oven Setelah Dicuci= 496.75 gram

= 496.48 gram

C. Kadar Butir Lolos Ayakan No 200= 0.65 %= 0.70 %

Kesimpulan1. Berdasarkan hasil pengujian kadar lumpur agregat halus (pasir) didapatkan = 2.65 %, maka agregat tersebut dapat digunakan dalam campuran beton karena kandungan lempungnya tidak melebihi dari 5%.2. Berdasarkan hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar (kerikil) didapatkan = 0.67 %, maka agregat tersebut dapat digunakan dalam campuran beton karena kandungan lempungnya tidak melebihi dari 1%.

3.6 PENGUJIAN KADAR ORGANIK AGREGAT HALUS3.6.1 Referensi1. Job Sheet Pengujian Bahan II2. Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2, Bandung, 19963. ACI Standard4. Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan, Bandung, 1996

3.6.2 Tujuan PengujianTujuan pengujian kandungan organik ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak zat yang terdapat dalam agregat dan layak apa tidak agregat tersebut digunakan dalam campuran beton.

3.6.3 Dasar TeoriMenentukan kandungan zat organik dalam agregat yang digunakan dalam campuran beton. Agregat yang mengandung zat organik akan mengakibatkan proses hidrasi semen jadi terhambat dan juga mempengaruhi daya lekat antar agregat, sehingga dapat mengurangi mutu beton. Untuk memperoleh hasil, hanya dianalisis berdasarkan perubahan warna pada agregat. Kemungkinan warna yang terjadi adalah :1. Cairan berwarna jernih, menunjukkan agregat bebas dari bahan organik.2. Cairan berwarna kuning muda, menyatakan agregat halus dapat digunakan untuk campuran beton.3. Cairan warna kuning tua, menyatakan dalam agregat mengandung bahan organic. Jika agregat tersebut tetap digunakan untuk pencampuran beton, maka agregat tersebut harus dicuci terlebih dahulu sampai bahan organiknya hilang.

3.6.4 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan :1. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak bereaksi terhadap natrium hidroksida, volume gelas = 350 ml atau 470 ml2. Standar warna (organic plate)

Bahan yang digunakan :1. Agregat halus (pasir) dengan volume 130 ml (1/3 volume botol).2. Larutan natrium hidroksida dengan konsentrasi 3% dengan volume 200 ml.3. Air suling untuk melarutkan natrium hidroksida.

3.6.5 Keselamatan Kerja1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan2. Natrium hidroksida merupakan basa kuat, hindari terkena bagian tubuh3. Hati-hati dalam melakukan penelitian ini, karena peralatannya terbuat dari bahan-bahan yang mudah pecah4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan5. Ikutilah petunjuk instruktur6. Pergunakan alat sesuai dengan fungsinya7. Jangan bersenda gurau pada saat pekerjaan berlangsung

3.6.6 Langkah Kerja1. Masukkan benda uji kedalam botol.2. Masukkan larutan natrium hidroksida (3%) sampai volumenya mencapai 200 ml, kemudian kocok sampai merata.3. Botol ditutup erat-erat dengan penutup dan selanjutnya botol dikocok kembali. Diamkan selama 24 jam.4. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan natrium hidroksida yang terlihat dengan warna standar (organic plate).5. Cairan air suling yang terlihat dengan warna standar (organic plate).

Tabel 3.6 Kandungan Zat Organik Dalam Agregat Halus (Pasir)LABORATORIUM BAHAN DAN STRUKTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE

KANDUNGAN ORGANIK DALAM AGREGAT HALUS

Nomor Contoh

Volume Sampel (ml) = 130 ml

Volume Sampel (ml) + Larutan NHO2 (ml) = 200 ml

Warna Larutan Setelah 24 Jam Dibandingkan Dengan Warna StandarNo. 2, Warna Kuning biasa

KesimpulanBerdasarkan hasil pengujian kandungan organik agregat halus (pasir) didapatkan cairan yang terdapat pada benda uji no.2 berwarna kuning biasa, hal tersebut menyatakan bahwa agregat layak digunakan dalam campuran beton.