154 Persemaian Modul

9
MODUL PERSEMAIAN/PEMBIBITAN OLEH: KANSIH SRI HARTINI DWI ENDAH WIDYASTUTI STAFF PENGAJAR DEPARTEMEN KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

description

benih kehutanan

Transcript of 154 Persemaian Modul

Page 1: 154 Persemaian Modul

MODUL PERSEMAIAN/PEMBIBITAN

OLEH:KANSIH SRI HARTINI

DWI ENDAH WIDYASTUTI

STAFF PENGAJAR DEPARTEMEN KEHUTANANUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DIKLAT WAS-GANISPHPL-BINHUTJULI 2010

Page 2: 154 Persemaian Modul

MODUL : PERSEMAIAN DAN PEMBIBITAN

Tujuan

Tujuan modul adalah agar peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan ini, dapat

memahami dan menjelaskan:

1. Pengertian dan fungsi pembibitan dan persemaian

2. Beberapa petunjuk teknis mengenai pembibitan dan persemaian

3. Aspek-aspek kegiatan pembibitan dan persemaian

4. Perencanaan pembibitan dan persemaian

5. Pelaksanaan kegiatan pembibitan dan persemaian

1. Pengertian dan Fungsi Pembibitan dan Persemaian

Pembibitan/persemaian didefinisikan sebagai suatu tempat yang digunakan

untuk menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan

selama periode waktu yang telah ditetapkan. Tujuan utama pembuatan pembibitan

adalah sebagai upaya penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang

memadai, sesuai dengan rencana penanaman.

Terdapat beberapa permasalahan yang seringkali menghambat keberhasilan

persemaian. Permasalahan tersebut adalah:

a. Tiadanya tenaga kerja yang memadai

b. Pengadaan bahan dan peralatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan di

persemaian

c. Kurangnya persediaan air untuk menyiram

d. Pengadaan benih yang tidak baik kualitasnya

Kegiatan pengadaan semai di persemaian adalah salah satu kegiatan dalam

periode regenerasi. Pada periode ini kegiatan persemaian, penanaman dan

pemeliharaan, merupakan kegiatan yang berurutan. Bila terjadi kegagalan pada

persemaian akan mempengaruhi kegiatan berikutnya. Kegagalan yang sering timbul

di persemaian antara lain:

Page 3: 154 Persemaian Modul

a. Kondisi semai yang tidak memenuhi baik kualitas maupun kuantitas

b. Target yang tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya

2. Beberapa Petunjuk Teknis Mengenai Pembibitan dan Persemaian

Petunjuk teknis tentang pembibitan dan persemaian dapat dijumpai pada:

a. SK Dirjen PH no. 151/Kpts/IV-BPHH/1993 tentang Pedoman Tebang Pilih

Tanam Indonesia

b. SK Menhut No. 206/ Kpts-II/1995 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan

Pembuatan Hutan Tanaman Industri

3. Aspek-aspek Kegiatan Pembibitan dan Persemaian

Terdapat beberapa aspek kegiatan yang harus dipenuhi untuk memperlancar

kegiatan persemaian. Aspek-aspek kegiatan tersebut antara lain:

a. Pemilihan lokasi persemaian

b. Perencanaan kegiatan persemaian

c. Pelaksanaan kegiatan persemaian

Pemilihan Lokasi Persemaian

Pada umumnya persemaian mempunyai 2 tipe, yaitu persemaian tetap dan

persemaian sementara/tidak tetap. Kedua tipe persemaian mempunyai persyaratan-

persyaratan yang agak berbeda. Persemaian tidak tetap membutuhkan persyaratan

yang lebih sedikit dibanding dengan persemaian tetap. Perbedaan antara keduanya

adalah sebagai berikut:

Persemaian sementara

Ciri-ciri:

1. Tidak terlalu luas, hanya untuk beberapa kali produksi bibit

2. Umumnya digunakan dalam jangka waktu 1-3 tahun, paling lama 5 tahun

3. Letak berpindah-pindah sesuai lokasi penanaman

4. Bentuk bangunan sederhana

Page 4: 154 Persemaian Modul

Keuntungan persemaian sementara:

1. Biaya pengangkutan bibit yang dikeluarkan lebih murah

2. kondisi ekosistem di pembibitan mirip dengan di lapangan

Kerugian persemaian sementara:

1. Kadang-kadang hasil yang diperoleh kurang memuaskan karena kurangnya

tenaga yang terlatih

2. Biaya mahal karena tersebarnya pekerja-pekerja dengan hasil yang dicapai

rendah

Persemaian tetap

Ciri-ciri:

1. Umumnya berukuran luas

2. Digunakan dalam jangka waktu yang lama

3. Bentuk bangunan modern dan permanent

4. Peralatan lebih canggih.

Keuntungan persemaian tetap:

1. Bila tidak menggunakan media dalam polybag maka pengolahan tanahmya

memungkinkan dilakukan secara mekanis

2. Pengawasan dapat lebih efisien (tenaga terlatih dan tidak menyebar)

3. Penerapan teknologi persemaian lebih mudah dilaksanakan untuk

meningkatkan kualitas tanaman

4. Administrasi bibit lebih mudah dilaksanakan

Kerugian persemaian tetap:

1. Biaya transportasi bibit lebih mahal

2. Persentase kerusakan bibit dalam transportasi tinggi

Page 5: 154 Persemaian Modul

Untuk memilih lokasi persemaian tetap perlu dipertimbangkan persyaratan

baik aspek fisik, sosial ekonomi, dan teknis. Persyaratan yang dipertimbangkan

adalah:

Aspek Teknis:

Dari aspek ini faktor-faktor yang harus dipertimbangkan adalah:

a. Lokasi tanaman

b. Adanya jalan angkutan darat atau jalur angkutan air

c. Luas persemaian. Luas persemaian yang diperlukan, dapat diperhitungkan

dengan rumus-rumus yang sering dipergunakan adalah:

Luas persemaian = 10060

x (luas bedengan tabur + sapih)

Luas bedengan sapihan dapat diperhitungkan dengan jumlah produksi

bibit/semai yang dihasilkan. Sedangkan luas bedengan tabur dapat diperkirakan

dari jumlah benih yang akan ditabur. Untuk mencari luas bedengan sapih

dipergunakan rumus sebagai berikut:

Rumus 1 = L = TDxW

, dimana L = luas areal bedengan sapih (m2)

T = jumlah semai yang akan dihasilkanD = jumlah semai setiap m2

W = lebar bedengan sapih (m)Contoh:T = 100.000 batang semaiD = 100 semaiW= 1 m

Maka: luas areal untuk bedengan sapih = 100.000100x 1

x 1 m2 = 1.000 m2, atau bila

panjang bedengan sapih 5 m, akan dibutuhkan bedengan sapih sebanyak 200 buah.

Pada umumnya besaran angka ini ditambah sekitar 10-15% untuk angka keamanan.

Selanjutnya untuk mencari luas areal bedengan tabur dapat dipergunakan rumus

yang sama, tetapi dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

Page 6: 154 Persemaian Modul

- Angka T = harus ditambah dengan perkiraan besaran angka prosentase

kematian semai pada waktu dalam bedengan sapihan

- Angka D = jumlah semai di bedengan tabur perkesatuan luas (m2)

Sesuai dengan contoh di atas, bila kematian semai di bedengan sapih adalah 20%

maka semai yang dihasilkan dari bedengan tabur menjadi :

100.000 batang + (20100

x 100.000 batang) = 120.000 batang.

Luas bedengan tabur dapat diperhitungkan sebagai berikut:

L = 120.000500x 1

x 1 m2 = 240 m2 = 48 bedengan tabur (bila panjang bedengan 5

m dan jumlah semai di bedengan tabur = 500 semai/m2)

Setelah luas bedengan sapih dan bedengan tabur diketemukan maka luas

persemaian dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rumus 2 = A = (L¿¿2+L1 x 100 x1m2)/60¿ , dimana

A = luas persemaian dalam m2

L1 = luas bedengan taburL2= luas bedengan sapih

Atau luas persemaian = luasbedengan tabur+luas bedengansapi h

60 x 100

Untuk perhitungan contoh di atas adalah:

Luas persemaian = 10060

x (240+1000) x 1 m2 = 2066,6 m2

Angka 60 di sini adalah 60% di mana luas areal produksi (bedengan tabur dan

bedengan sapih) biasanya menempati 60%, sedangkan fasilitas dan utilitas lain

seperti jalan, rumah, gudang, sarana pengairan, barak kerja dan kantor, luasnya

sekitar 40%.

d. Letak persemaian

Aspek Fisik:

Faktor yang sangat memerlukan keberhasilan persemaian antara lain:

a. Faktor air

b. Faktor kondisi tanah

Page 7: 154 Persemaian Modul

c. Faktor kelerengan

Aspek Ketenagakerjaan:

Kegiatan persemaian merupakan kegiatan yang sangat erat dengan masalah

ketenagakerjaan. Untuk persemaian yang cukup luas, masalahketenagakerjaan

dalam arti kuantitas menjadi faktor yang sangat dominan dalam menentukan

keberhasilannya. Meskipun di beberapa negara maju atau ada beberapa

persemaian di negara berkembang telah mempergunakan tenaga mekanis, tetapi

justru kualitas atau ketrampilan tenaga operator ini yang sangat menentukan.