146025976 Limfoma Non Hodgkin Tubes

download 146025976 Limfoma Non Hodgkin Tubes

of 79

description

bhl

Transcript of 146025976 Limfoma Non Hodgkin Tubes

LAPORAN STUDI KASUS

PENATALAKSANAAN DIET PADA PENDERITA

(LNH) LIMFOMA NON HODGKIN

DI RUANG PANDAN II

RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

OLEH:

YUSITA IKA HARIYANI

1003000040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN GIZI2013KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus yang berjudul Penatalaksanaan Diet pada Penderita (LNH)Limfoma Non Hodgkin di Ruang Pandan II RSUD Dr. Soetomo Surabaya.Sehubungan dengan terselesaikannya laporan studi kasus ini, penulis inginmenyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :1. Poerwaningsih, SKM, M.Kes selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

2. F.X. Wahyurin Mitano, SKM selaku Koordinator PKL di Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

3. Rr. Harudiyati, DCN selakuKepala Unit PGRR dan PGRJ di Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.4. SeptianIkaNoorlaily, S.Gz selaku pembimbing studi kasus di ruang Pandan II RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 5. B. Doddy Riyadi. SKM, MM selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.6. I Dewa Nyoman Supariasa, MPS selaku Ketua Jurusan Gizi Malang.7. I NengahTanu K.,DCN, SE, M.KesselakuKetua Prodi Gizi.8. EtikSulistyowati, SST.S.Gz.M.KesselakuKooordinator PKL MAGK PoliteknikKesehatanKemenkes Malang.9. Dwi Sulistyorini, SST.M.Kes, selaku Supervisor PKL MAGK Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.10. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam terselesaikannya penyusunan laporan studi kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua. AminSurabaya, Mei 2013Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHANKATA PENGANTAR

iDAFTAR ISI

iiDAFTAR TABEL

vDAFTAR GAMBAR

viBAB I

PENDAHULUAN

1A. Latar Belakang

1

1

B. Tujuan

2b.1TujuanUmum

2b.2TujuanKhusus

2C. Manfaat

3c.1BagiMahasiswa

3c.2BagiRumahSakit

3c.3BagiInstalasiGizi

3c.4BagiPasiendanKeluargaPasien

3BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4A. LNH (Limfoma Non Hodgkin)

4

a.1Pengertian

4

a.2Etiologi

5

a.3Patofisiologi

5

a.4AnatomiSistemLimfatik

8

a.5FisiologiSistemLimfatik

11

a.6Gejala

12

a.7FaktorResiko

14

a.8Diagnosa

15

a.9TerapiMedis

17

B. Penatalaksanaan Diet

18

b.1Diet TETP

18b.2Tujuan

18b.3Prinsip

19b.4Syarat Diet

19b.5Makanan yang dianjurkandantidakdianjurkan

19BAB IIIMETODOLOGI

21A. Waktu

21B. Tempat

21C. MetodePengambilan Data

21BAB IVGAMBARAN UMUM PASIEN

23A. Identitas Pasien

23B. Data Subyektif

23

b.1RiwayatPenyakit

23

b.2RiwayatGizi

24

b.3KondisiSosial-Ekonomi

25

b.4KebiasaanHidup

25

b.5SkriningGizi

26C. Data Obyektif

26c.1 Data Antropometri

26c.2PemeriksaanFisikdanKlinis

27c.3 Data Laboratorium

28c.4PemeriksaanPenunjang

28c.5AnalisaZatGizi

29D. Assesment

29

d.1DiagnosaMedis

29

d.2 Status Gizi

29

d.3DiagnosaGizi

30E. PlanningAsuhanGizi

30

e.1Terapi Diet

30

e.2BentukMakanan

30

e.3Tujuan Diet

30

e.4Prinsip

31

e.5Syarat

31

e.6PerhitunganKebutuhanZatGizi

31

e.7RencanaPenyuluhan

32

e.8TerapiMedis

33F. Evaluasi

33BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

34A. Perkembangan Status Gizi

34B. PerkembanganFisik dan Klinis

36C. Perkembangan Laboratorium

37D. Perkembangan Diet

38E. EvaluasiAsupanMakan

38F. Penyuluhan

45BAB VIRINGKASAN PELAYANAN GIZI

46BAB VIIKESIMPULAN DAN SARAN

50DAFTAR PUSTAKA

52LAMPIRAN-LAMPIRAN

53DAFTAR TABEL

TabelHalaman

1. GejaladanPenyebabLimfoma

132. TerapiPengobatanPadaPenderita LNH

173. HasilSkriningGiziPasien

264. HasilPemeriksaanKlinisPasien

275. Hasil PemeriksaanFisikPasien

276. HasilPemeriksaanLaboratoriumPasien

287. HasilAnalisaZatGiziPasien

298. Status Gizi Awal dan Akhir Pasien

359. PerkembanganKondisiKlinisPasien

3610. PerkembanganKondisiFisikPasien

3611. PerkembanganNilaiLaboratoriumPasien

3712. EvaluasiPerkembangan Diet

3813. HasilPengamatanAsupanMakananPasien LNH Selama 3 Hari

39DAFTAR GAMBAR

GambarHalaman

1. Patofisiologi LNH (Limfona Non Hodgkin)

7

2. Asupan Energi Pasien Selama Mendapatkan Asuhan Gizi

40

3. Asupan Protein Pasien Selama Mendapatkan Asuhan Gizi

41

4. Asupan Lemak Pasien Selama Mendapatkan Asuhan Gizi

435. Asupan Karbohidrat Pasien Selama Mendapatkan Asuhan Gizi

44BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi (Departemen Kesehatan RI, 2003).Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara individual. Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi, pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan (Depkes, 2005).Limfoma Non Hodgkin (LNH), merupakan sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar keseluruh tubuh. LNH dapat tumbuh dimana saja seperti pada leher, dada, dan abdomen. LNH yang timbul pada bagian leher akan menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening dan seringkali menyebabkan pasien kesulitan menelan/ mengunyah makanan, sehingga pemantauan terhadap asupan pasien dengan LNH sangat diperlukan agar status gizi pasien tersebut dalam kondisi baik dan tidak menurun. Selain itu, resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk, serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, kegagalan fungsi saluran pencernaan dan pasien yang mendapat kemoterapi (Irtanto,2012).Oleh karena itu pelayanan gizi di rumah sakit yang merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang bermutu di rimah sakit akan membantu proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan. Berdasarkan uraian diatas, maka penting untuk dilakukan asuhan gizi terhadap pasien khususnya pasien dengan Limfoma Non Hodgkin di Ruang Pandan II RSUD Dr. Soetomo Surabaya.Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan yang harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fugsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi. (Pedoman PGRS, Depkes 2003). Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan studi kasus untuk memberikan asupan gizi pada pasien. Pada studi kasus ini pasien yang mendapatkan asuhan gizi adalah pasien dengan Limfoma Non Hodgkin yang dirawat di ruang Pandan II kelas III RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

B. Tujuan

b.1Tujuan UmumMahasiswa mampu memahami dan melaksanakan Manajemen Asuhan Gizi Klinik pada pasien dengan Limfoma Non Hodgkin (LNH) yang dirawat di ruang Pandan II kelas III RSUD Dr. Soetomo Surabaya.b.2Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melaksanakan anamnese gizi pasien.

b. Mahasiswa mampu menganalisa data subyektif dan obyektif untuk menentukan diagnosa gizi pasien.

c. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran antropometri, menganalisa data laboratorium, serta data fisik dan klinis pasien.

d. Mahasiswa mampu menentukan status gizi pasien.

e. Mahasiswa mampu mampu merencanakan terapi diet yang sesuai dengan penyakit dan kebutuhan gizi pasien.

f. Mahasiswa mampu merencanakan dan melakukan konsultasi gizi.

C. Manfaat

c.1Bagi Mahasiswa

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan khususnya tenyang asuahan gizi pada pasien dengan Limfoma Non Hodgkin yang dirawat di ruang Pandan II kelas III RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

c.2Bagi Rumah Sakit

Membantu pihak rumah sakit dalam hal pelayanan gizi melalui pelaksanaan asuhan gizi kepada pasien.

c.3Bagi Instalasi Gizi

Dapat memberikan pelayanan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan gizi di Rumah Sakit.

c.4Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarganya tentang diet yang diberikan kepada pasien untuk menunjang proses penyembuhannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA.LNH (Limfoma Non Hodgkin)a.1Pengertian

Limfoma maligna atau disebut juga kanker kelenjar getah bening adalah sejenis kanker yang tumbuh akibat mutasi sel limfosit ( sejenis sel darah putih ) yang sebelumnya normal. Hal ini berakibat sel abnormal menjadi ganas. Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang, darah maupun organ lainnya seperti saluran cerna, paru, kulit dan tulang. Limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari system limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T, dan histiosit sehingga muncul istilah limfoma maligna (maligna = ganas). Pada orang sehat sistem limfatik tersebut justru merupakan komponen sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD)dan Limfoma non-Hodgkin (LNH) (Johnson, 1988).Limfoma malignum non Hodgkin atau limfoma non Hodgkin adalah suatu keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat. Lebih dari 45.000 pasien didiagnosis sebagai Limfoma Non Hodgkin (LNH) setiap tahun di Amerika Serikat. Limfoma non Hodgkin, khususnya limfoma susunan saraf pusat biasa ditemukan pada pasien dengan keadaan defisiensi imun dan yang mendapat obat-obat imunosupresif, seperti pada pasien dengan transplantasi ginjal dan jantung (Johnson, 1988).Limfoma Hodgkin diklasifikaskan menjadi 4 stadium menurut tingkat keparahannya antara lain :

Stadium I: Limfoma hanya melibatkan satu daerah kelenjar getah bening

saja dan sifatnya belum menyebar.

Stadium II: Limfoma melibatkan 2 atau 3 kelenjar getah bening setempat

yang berdekatan.

Stadium III: Limfoma melibatkan beberapa daerah kelenjar getah bening di

leher, dada, dan abdomen.

Stadium IV: Limfoma menyebar di kelenjar getah bening dan bagian tubuh

lainnya, sepertiparu, liver, atau tulang.

a.2 Etiologi

Penyebab yang pasti dari limfoma maligna masih belum diketahui dengan jelas. Walaupun demikian bukti-bukti epidemiologi, serologi dan histologi menyatakan bahwa faktor infeksi terutama infeksi virus diduga memegang peranan penting sebagai etiologi. Infeksi virus, salah satu yang dicurigai adalah virus Epstein-Barr yang berhubungan dengan limfoma Burkitt, sebuah penyakit yang biasa ditemukan di Afrika. Infeksi HTLV-1 (Human T Lymphoytopic Virus type 1).Sistem limfatik adalah bagian penting sistem kekebalan tubuh yang memainkan peran kunci dalam pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Cairan limfatik adalah cairan putih mirip susu yang engandung protein, lemak dan limfosit (sel darah putih) yang semuanya mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfatik yang membentuk sistem limfatik dan cairan yang mengisis pembuluh ini disebut limfe.Komponen SistemLimfatik antara lain :

Pembuluh Limfe

Kelenjar Limfe (nodus limfe)

Limpa

Tymus

Sumsum Tulanga.3Patofisiologi

Normalnya, ketika tubuh terpajan oleh zat asing, sistem kekebalan tubuh seperti sel limfosit T dan B yang matur akan berproliferasi menjadi suatu sel yang disebut imunoblas T atau imunoblas B. Pada LNH, proses proliferasi ini berlangsung secara berlebihan dan tidak terkendali. Hal ini disebabkan akibat terjadinya mutasi pada gen limfosit tersebut. Proliferasi berlebihan ini menyebabkan ukuran dari sel limfosit itu tidak lagi normal, ia membesar, kromatinnya menjadi lebih halus, nukleolinya terlihat, dan protein permukaan selnya mengalami perubahan. Hingga jadilah ia sel limfosit yang ganas (Johnson, 1988).

Telah diketahui bahwa penjalaran penyakit LNH terjadi secara limfogen dengan melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan merambat dari satu tempat ke tempat yang berdekatan. Walaupun demikian, hubungan antara kelenjar getah bening pada leher kiri dan daerah aorta pada LNH jenis folikular tidak sejelas seperti apa yang terlihat pada LNH jenis difus. Semua penderita dengan jangkitan pada sum-sum tulang juga didapati jangkitan pada kelenjar getah bening para aorta yang terjadi sebelum atau bersamaan dengan terjadinya jangkitan pada sum-sum tulang. Tetapi bila sum-sum tulang terkena lebih dahulu, didapatkan bahwa 25 % penderita LNH folikular tidak menunjukkan terjadinya jangkitan pada kelenjar getah bening aorta (Johnson, 1988).Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam, penurunan berat badan, berkeringat pada malam hari) insidensnya lebih rendah daripada penyakit Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, dapat menyerang satu atau seleuruh kelenjar limfe perifer. Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan tetapi sering ditemukan adanya efusi pleura. Kira-kira 20 % atau lebih penderita menunjukkan adanya gejala-gejala yang berkaitan dengan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal atau mesentrium dan timbul bersama nyeri abdomen atau defekasi yang tidak teratur. Sering didapatkan dapat menyerang lambung dan usus halus yang ditandai dengan gejala yang mirip dengan gejala tukak lambung, anoreksia, penurunan berat badan, nausea, hematemesis dan melena. Pada limfoma histiositik difus, limfe tonsil pada orofaring dan nasofaring (cincin Waldeyer) juga dapat terserang, yaitu sekitar 15 % sampai 30 % (Johnson, 1988).

Gambar 1. Patofisiologi LNH (Limfoma Non Hodgkin) : (Windayona, 2011)

a.4Anatomi Sistem Limfatika.4.1Pembuluh limfePembuluh limfe merupakan jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat pembuluh limfe khusus yang disebut lakteal yang dijumpai dala vili usus. Fisiologi kelenjar limfe hampir sama dengan komposisi kimia plasma darah dan mengandung sejmlah besar limfosit yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk ke dalam pembuluh darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus disebut lakteal karena bila lemak diabsorpsi dari usus sebagian besar lemak melewati pembuluh limfe. Sepanjang pergerakan limfe sebagian mengalami tarikan oleh tekanan negatif di dalam dada, sebagian lagi didorong oleh kontraksi otot (Windayona, 2011).Fungsi pembuluh limfe mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah, mengankut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah, membawa lemak yang sudah dibuat emulasi dari usus ke sirkulasi darah. Susunan limfe yang melaksanakan ini ialah saluran lakteal, menyaring dan menghancurkan mikroorganisme, menghasilkan zat antiboi untuk melindungi terhadap kelanjutan infeksi (Windayona, 2011).a.4.2Kelenjar limfe (nodus limfe)

Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong dengan ukuran kira-kira 10 25 mm. Limfe disebut juga getah bening, merupakan cairan yang susunan isinya hampir sama dengan plasma darah dan cairan jaringan. Bedanya ialah dalam cairan limfe banyak mengandung sel darah limfosit, tidak terdapat karbon dioksida, dan mengandung sedikit oksigen. Cairan limfe yang berasal dari usus banyak mengandung zat lemak. Cairan limfe ini dibentuk atau berasal daricairan jaringan melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler kapiler limfe dan seterusnya akan masuk ke dalam peredaran darah melalui vena. Fungsinya yaitu menyaring cairan limfe dari benda asing, pembentukan limfosit, membentuk antibodi, pembuangan bakteri, membantu reasoprbsi lemak (Windayona, 2011).a.4.3Limpa

Limpa merupakan sebuah organ yang terletak di sebelah kiri abdomen di daerah hipogastrium kiri bawah iga ke-9,-10,-11. Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Jalinan struktur jaringan ikat di antara jalinan itu membentuk isi limpa/ pulpa yang terdiri dari jaringan limpa dan sejumlah besar sel sel darah (Windayona, 2011).Fungsi limpa sebagai gudang darah seperti hati, limpa banyak mengandung kapiler kapiler darah, dengan demikian banyak arah yang mengalir dalam limpa, sebagai pabrik sel darah, limfa dapat memproduksi leukosit dan eritrosit terutama limfosit, sebagai tempat pengahancur eritrosit, karena di dala limpa terdapat jaringan retikulum endotel maka limpa tersebut dapat mengancurkan eritrosit sehingga hemoglobin dapat dipisahkan dari zat besinya, mengasilkan zat antibodi. Limpa menerima darah dari arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis pada vena porta. Darah dari limpa tidak langsung menuju jantung tetapi terlebih dahulu ke hati. Pembuluh darah masuk ke dan keluar melalui hilus yang berbeda di permukaan dalam.Pembuluh darah itu memperdarhi pulpa sehingga dan bercampur dengan unsur limpa (Windayona, 2011).a.4.4ThymusKelejar thymus terletak di dalam torax, kira kira pada ketinggian bifurkasi trakea. Warnanya kemerah merahan dan terdiri dari 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan beratnya kira kira 10 gram atau lebih sedikit; ukurannya bertambah pada masa remaja beratnya dari 30 40 gram dan kemudian mengkerut lagi. Fungsinya diperkirakan ada sangkutnya dengan produksi antibody dan sebagai tempat berkembangnya sel darah putih (Windayona, 2011).a.4.5Bone marrow / sumsum tulang

Sumsum tulang(bone marrowataumedulla ossea) adalahjaringanlunak yang ditemukan pada rongga interiortulangyang merupakan tempat produksi sebagian besarsel darahbaru.Adadua jenis sumsum tulang yaitu sum-sum merah (dikenal juga sebagaijaringan myeloid) dansumsum kuning.Sel darah merah,keping darah, dan sebagian besarsel darah putihdihasilkan dari sumsum merah. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya ditimbulkan oleh sel-sellemakyang banyak dikandungnya. Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyakpembuluhdankapiler darah. Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan, semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning (Windayona, 2011).Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6 kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah ditemukan terutama padatulang pipihsepertitulang pinggul,tulang dada,tengkorak,tulang rusuk,tulang punggung,tulang belikat, dan pada bagian lunak di ujungtulang panjang

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Femur" \o "Femur" femurdanhumerus. Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang. Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat diubah kembali menjadi sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel darah (Windayona, 2011).a.4.6Lokasi Nodus LimfeDaerah khusus, tempat terdapat banyak jaringan limfatik adalah palatin (langit mulut) dan tosil faringeal, kelenjar thymus, agregat folikel limfatik di usus halus, apendiks dan limfe.

a.5Fisiologi Sistem Limfatik

Adapun Fisiologi Sistem Limfatik menurut Windayona, 2011 adalah sebagai berikut :

a.5.1Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :

Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi dalam jaringan tubuh.

Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam cairanjaringan ke dalam aliran darah.

Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan berbahaya.

Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang telah dicerna, terutama lemak.

a.5.2Mekanisme Sirkulasi Limfatik.

Pembuluh limfatik bermuara kedalam vena-vena besar yang mendekati jantung dan disini terdapat tekanan negatif akibat gaya isap ketika jantung mengembang dan juga gaya isap torak pada gerakan inspirasi. Tekanan timbul pada pembuluh limfatik, seperti halnya pada vena, akibat kontraksi otot-otot, dan tekanan luar ini akan mendorong cairan limfe ke depan karena adanya katup yang mencegah aliran balik ke belakang.Juga terdapat tekanan ringan dari cairan jaringan akibat ada rembesan konstan cairan segar dari kapiler-kapiler darah. Apabila terdapat hambatan pada aliran cairan limfe yang melalui sistem limfatik, terjadilah edema, yaitu pembengkakan jaringan akibat adanya kelebihan caiaran yang terkumpul didalamnya. Edema juga bisa terjadi akibat obstruksi vena, karena vena juga berfungsi mengalirkan sebagian cairan jaringan (Santoso M, 2004).a.6Gejala Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat misalnya leher, atau selangkangan atau bisa jadi diseluruh tubuh. Kelenjar akan membesar secara perlahan dan biasanya tidak disertai demngan rasa nyeri. Pembesaran kelenjar getah bening merupakan keluhan utama sebagian besar penderita limfoma maligna yaitu 56,1%. Urutan kelenjar getah bening yang paling sering terkena adalah kelenjar servikal (78,1%), kelenjar inguinal (65,6%), kelenjar aksiler (46,6%), kelenjar mediastinal (21,8%), kelenjar mesenterial (6,2%). Penyebaran extra nodal yang paling sering dijumpai adalah ke hepar, pleura, paru-paru dan sum-sum tulang. Penyebaran yang jarang tapi pernah dilaporkan adalah ke kulit, kelenjar prostat, mammae, ginjal, kandung kencing, ovarium, testis, medula spinalis serta traktus digestivus (Santoso M, 2004).Ukurannya bervariasi, mungkin akan berikatan dengan jaringan ikat tapi mudah digerakkan dibawah kulit. Pada jenis yang ganas dan pada penyakit yang sudah stadium lanjut sering dijumpai gejala sistemik. Terkadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil (amandel) menyebabkan gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah bening di dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan gangguan lain seperti gangguan pernafasan, berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut, dan pembengkakan tungkai. Adapun gejala dan penyebab secara khusus dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel. 1 Gejala dan Penyebab Limfoma

GejalaPenyebabKemungkinan Timbulnya Gejala

Gangguan pernafasan dan pembengkakan pada wajahPembesaran kelenjar getah bening di dada20 - 30 %

Hilang nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut dan kembungPembesaran kelenjar getah bening di perut30 - 40 %

Pembengkakan pada tungkaiPembesaran kelenjar getah bening di selangkangan atau perut10%

Penurunan berat badanPenyebaran limfoma ke usus halus> 10 %

Pengumpulan cairan disekitar paru-paru (efusi pleura)Penyumbatan pembuluh darah getah bening didalam dada20 -30 %

Daerah kehitaman dan menebal dikulit yang terasa gatalPenyebaran limfoma ke seluruh tubuh50 - 60 %

Anemia

(berkurangnya sel darah merah)Perdarahan ke dalam saluran pencernaan, Penghancuran sel darah merah oleh limpa yang membesar dan trlalu aktif, Penghancuran sel darah merah oleh antibodi abnormal (anemia hemolitik), penghancuran sum-sum tulang karena penyebaran limfoma, ketidakmampuan sum-sum tulang untuk menghasilkan sejumlah sel darah merah karena obat atau terapi penyembuhan30 %, pada akhirnya dapat mencapai 100 %

Mudah terinfeksi oleh bakteriPenyebaran ke sum-sum tulang dan kelenjar getah bening, menyebabkan berkurangnya pembentukan antibodi20 - 30 %

Sumber : American Joint Cancer Comitee. 2012a.7Faktor ResikoAdapun faktor resiko baik limfoma Hodgkin maupun non Hodgkin berdasarkan Harryanto A.R. 1980 dijelaskan sebagai berikut :a.7.1Limfoma Non-Hodgkin Bertambahnya usia: Meskipun penyakit ini terjadi pada semua kelompok umur, tingkat kejadian meningkat secara dramatis setelah usia 50 tahun.

Riwayat keluarga: Individu dengan satu atau lebih kerabat tingkat pertama (misalnya orang tua, anak, saudara kandung) yang menderita penyakit ini, maka individu tersebut memiliki risiko dua kali lipat dari biasanya.

Sejarah paparan: Herbisida dan bahan kimia lainnya telah dikaitkan dengan peningkatan risiko.

Gangguan immunodefisiensi: Ini termasuk kondisi defisiensi imun (seperti infeksi HIV), imunosupresi kronis (seperti penggunaan steroid kronis), dan penyakit autoimun.

Agen infeksi: Infeksi virus dan bakteri telah dikaitkan dengan peningkatan risiko limfoma jenis tertentu.

a.7.2Limfoma Hodgkin Usia: Puncak insiden terjadi pada orang dewasa muda (usia 15 sampai 35 tahun) dan pada individu yang lebih tua dari 50 tahun.

Gender pria: Kondisi ini lebih sering terjadi pada laki-laki, terutama pada anak-anak dan orang dewasa muda.

Geografi: Insiden meningkat di daerah dengan pembangunan industri yang tinggi.

Genetika: Terdapat peningkatan risiko hampir 100 kali lipat pada kembar identik dan risiko sebanyak tujuh kali lipat bila memiliki saudara kandung dengan penyakit Hodgkin. Masih belum jelas apakah risiko kekeluargaan meningkat karena kerentanan genetik atau paparan lingkungan umum.

Agen infeksi: Beberapa asosiasi menyatakan adanya hubungan antara virus Epstein-Barr dengan penyakit Hodgkin. Penyebab jangkitan lainnya mungkin memainkan peran.

Menyusui: Dalam beberapa penelitian, menyusui telah dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit Hodgkin.

a.8Diagnosa

Limfoma non-Hodgkin dikelompokkan berdasarkan tampilan mikroskopik dari kelenjar getahbening dan jenis limfositnya (limfosit T atau limfosit B).Salah satu dari pengelompokkan yang digunakan menghubungkan jenis sel dan prognosisnya:- Limfoma tingkat rendah, memiliki prognosis yang baik- Limfoma tingkat menengah, memiliki prognosis yang sedang- Limfoma tingkat tinggi, memiliki prognosis yang buruk.Pada saat terdiagnosis, biasanya limfoma non-Hodgkin sudah menyebar luas; hanya sekitar 10-30% yang masih terlokalisir (hanya mengenai salah satu bagian tubuh). Untuk menentukan luasnya penyakit dan banyaknya jaringan limfoma, biasanya dilakukan CTscan perut dan panggul atau dilakukan skening gallium (Hariyanto A.R.1980).Pemeriksaan-pemeriksaan yang diperlukan untuk menentukan stadium klinik pada pasien LNH adalah:

a. Stadium Klinis

1. Anamnesa mengenai keluhan pembesaran kelenjar dan keluhan sistemik berupa demam, penurunan berat badan, keringat malam dan gatal-gatal. Penderita tanpa keluhan masuk dalam subklasifikasi A, sedangkan bila disertai keluhan sistemik masuk dalam subklasifikasi B dari Ann Arbor.

2. Pemeriksaan fisik dengan mencari adanya pembesaran kelenjar getah bening diseluruh tubuh, cincin waldeyer, pembesaran organ ekstra limfatik yang sering terjadi pada limfoma non hodgkin

3. Biopsi kelenjar getah bening untuk menentukan apakah penderita LH atau LNH.

4. Pemeriksaan radiologi meliputi foto dada PA/ lateral, tomografi mediastinum, limfografi kedua tungkai bawah.

5. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap, tes faal hati termasuk alkali fosfatase dan elektroforese protein, tes faal ginjal termasuk urin lengkap, BUN, serum kreatinin, asam urat dan elektrolit namun semuanya pemeriksaan ini tidak spesifik

b. Stadium Patologi 1. Pemeriksaan aspirasi biopsi sum-sum tulang daerah kristailiaka dengan jarum jamshidi

2. Pemeriksaan laparaskopi dengan indikasi pada staging klinis IB, IIB, IIIA dan IIIB

3. Pemeriksaan laparatomi dengan indikasi pada staging klinik I-II (A dan B) dan IIIA

4. Pemeriksaan cairan effusi secara sitomorfologi.

Disamping pemeriksaan tersebut di atas guna penentuan stadium klinis dan patologi masih terdapat banyak pemeriksaan yang hanya dilakukan pada pusat kedokteran tertentu dalam rangka penelitian lanjutan untuk penderita limfoma. Pemeriksaan yang dimaksud menurut (Santoso M, 2004) adalah:1. Pemeriksaan Whole body scintigram dengan Galium-67 dan selenium 75

2. Whole body computed tomography

3. Ultrasonografi hati dan abdomen4. Berbagai pemeriksaan immunologi guna menentukan status imunologi penderita5. Penentuan serum ion, total iron capacity, ceruloplasmin, zinc, hepatoglobin, fibrinogen, hydroxyprolin dalam urin, leucocyte alkali phospatase, hitung limfosit absolut, antibodi pada virus epstein barr serta HLA.a.9Terapi Medis Untuk terapi pasien LNH, tergantung tipe, stadium, usia dan kondisi kesehatan organ lainnya. Untuk LNH indolen yang tidak menunjukkan gejala (asimptomatik), cukup dilakukan observasi pada pasien dan jika menunjukkan gejala (simptomatik), pada stadium I maupun II, pilihan terapi utamanya adalah radioterapi. Untuk LNH indolen stadium III dan IV, jika proliferasi selnya lambat, bisa diberi kemoterapi dengan obat chlorambucill cyclophosphamid oral, jika cepat dan jangkauannya luas dapat diberikan CVP, C-MOPP atau BACOP. Sedangkan LNH agresif, terapi yang diberikan adalah kemoterapi kombinasi dosis tinggi. Radioterapi terkadang juga digunakan untuk penyembuhan penyakit LNH (Santoso M, 2004).

Terapi terpilih untuk penderita dengan penyakit ekstranodal yang terbatas adalah radiasi, radioterapi lokal atau radioterapi dengan lapangan yang luas terutama pada kasus limfoma histiositik difus. Penderita penyakit stadium II difus memerlukan kombinasi kemoterapi dan radiasi. Agen kemoterapeutik yang sering dipakai pada LNH adalah:

Tabel 2. Terapi Pengobatan Pada Penderita LNH

ObatPemberianToksisitas

GenerikDagangAkutJangka Panjang

Agen Alkil:

Cyclophospamide

Antibiotik:Doxorubicin

Alkaloid alam:Vincristin

Adrenokortikoid:Prednison

Cytoxan, Endoxan

Adriamycin

Oncovin

Orasone, DeltasoneIV, Oral

IV

IV

OralNausea

Vesikel berat dengan nekrosis jaringan, nausea

Flebitis lokal, nausea

Gangguan saluran cerna, retensi airAlopesia, sistitis hemo-ragik, miolosupresi, imunosupresi, amenorea, steril pada pria.Mielosupresi, Alopesia, Toksisitas pada jantung dengan dosis kumulatifNeuropati perifer, miopati, alopesia.Gangguan sal. cerna, diabetes kimiawi, retensi air, osteoporosis, psikosis.

Sumber : Boediwarsono.2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : FK.UNAIRBeberapa penderita bisa mengalami kesembuhan total, adapula yang harus menjalani pengobatan seumur hidupnya. Kemungkinan penyembuhan atau angka harapan hidup yang panjang tergantung pada jenis limfoma dan stadium penyakit pada saat pengobatan dimulai. Penderita pada stadium awal (I dan II) seringkali diobati dengan terapi penyinaran yang terbatas pada sisi limfoma dan daerah sekitarnya. Sedangkan untuk stadium III diperlukan kemoterapi secara intensif karena perkembangan penyakit ini sangat cepat. Kemoterapi dilakukan pada penderita limfoma tingkat rendah hingga parah. Obat kemoterapi bida diberikan tunggal (untuk tingkat rendah) atau dalam bentuk kombinasi (untuk tingkat menengah dan tinggi). Terapi lain yang bisa digunakan adalah transplantasi sumsum tulang dan transplantasi sel induk, serta terapi dengan imunomodulator seperti interferon yang dikombinasi dengan kemoterapi untuk memperpanjang remisi, akan tetapi masih kontroversial. Dari ke semua terapi tersebut, perlu juga dipetimbangkan efek samping yang mungkin ditimbulkan (Burton, J.L. 1990)B. Penatalaksanaan Diet b.1Diet TETP

Adapun diet yang digunakan sebagai salah satu penatalaksanaan dibidang gizi untuk pasien dengan LNH adalah diet TETP (tinggi energi tinggi protein) baik lunak atau biasa. Penggunaan makanan lunak atau biasa tergantung dari kondisi pasien, jika pasien tidak mengalami kesulitan dalam menelan maka diberikan makanan biasa, sedangkan jika mengalami gangguan menelan diberikan makanan lunak (Almatsier.S.2005)b.2 Tujuan

Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.

Mempertahankan berat badan agar tetap ideal dan mencapai status gizi yang normal. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya terima pasienb.3Prinsip Tinggi energi, tinggi protein, cukup vitamin, mineral dan cairan

b.4 Syarat

Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/ kg BB

Protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 gram/ kg BB

Lemak cukup, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total.

Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.

Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal.

Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna.b.5Bahan Makanan Yang Diperbolehkan & Dihindari/DibatasiBeberapa studi penelitian telah membahas hubungan antara diet dan risiko limfoma. Faktor-faktor berikut merupakan kemungkinan untuk mengurangi resiko terjadinya LNH menurut Almatsier.S. 2006 sebagai berikut :

a. Mengurangi atau menghindari asupan produk hewaniDibandingkan dengan orang yang makan daging sapi, babi, atau domba kurang dari sekali per minggu, mereka yang makan makanan ini setiap hari memiliki lebih dari dua kali risiko terkena limfoma non-Hodgkin. Asupan makanan tinggi lemak jenuh, terutama hamburger dan daging merah lainnya, juga dikaitkan dengan sekitar dua kali risiko. Risiko limfoma menjadi satu setengah kali lipat lebih besar bagi orang-orang yang paling banyak minum susu, dibandingkan dengan mereka yang minum sedikit. Individu yang minum lebih dari dua gelas susu per hari memiliki tiga kali lipat resiko limfoma dibandingkan mereka yang minum kurang dari satu gelas per hari.

b. Mengurangi asupan lemak, terutama lemak transBukti yang mengaitkan total asupan lemak dengan limfoma tidak sekuat seperti antara asupan lemak jenuh dengan penyakit ini. Namun demikian, asupan tinggi makanan dengan asam lemak trans (minyak terhidrogenasi parsial, seperti yang sering ditemukan dalam makanan yang digoreng, makanan cepat saji, beberapa margarin, dan makanan yang dipanggang secara komersial) terkait dengan 2,4 kali lipat risiko limfoma pada orang yang makan paling banyak lemak ini, dibandingkan dengan mereka yang makan sedikit. Individu yang makan total lemak paling banyak memiliki risiko 28 persen lebih tinggi terkena limfoma dibandingkan mereka yang mengonsumsi sedikit.

c. Meningkatkan asupan buah-buahan dan sayuranDibandingkan dengan wanita yang makan tiga porsi harian buah dan sayuran, mereka yang makan enam porsi atau lebih per hari memiliki risiko 40 persen lebih rendah terkena limfoma non-Hodgkin. Sayuran dapat sangat protektif: Wanita yang mengkonsumsi sayuran dua kali atau lebih dalam seminggu memiliki risiko 30 persen lebih rendah terkena limfoma non-Hodgkin, dibandingkan dengan wanita yang makan sayuran ini kurang dari dua kali per bulan.

d. Diet tinggi seratIndividu yang mengkonsumsi biji-bijian atau serat makanan dari buah-buahan dan sayuran paling banyak memangkas separuh risiko terkena limfoma non-Hodgkin, dibandingkan dengan mereka yang makan paling sedikit dari kelompok makanan ini.

e. Pemeliharaan berat badan yang sehatStudi menunjukkan bahwa kelebihan berat badan secara signifikan dapat meningkatkan risiko limfoma non-Hodgkin. Risiko untuk limfoma terkait dengan obesitas telah berkisar dari satu setengah kali lipat lebih besar pada orang dengan obesitas (orang-orang dengan indeks massa tubuh lebih dari 30 kg/m2) dan dua kali lebih besar pada orang dengan obesitas sangat parah (dengan indeks massa tubuh lebih besar dari > 35 kg/m2), dibandingkan dengan individu yang memiliki berat badan normal.

BAB IIIMETODOLOGIA. Waktu

13 Mei 2013:Pengambilan data awal (skrining) dengan wawancara, antropometri, menghitung kebutuhan pasien, menganamnesa makanan sehari, recall 24 jam, dan menyusun menu untuk asuhan gizi hari ke-1 (13 Mei 2013)

14 Mei 2013:Pemorsian menu I, mengisi form asuhan gizi, melihat status pasien (pengambilan data klinis, fisik, dan laboratorium), monitoring dan evaluasi asupan, penyusunan menu untuk asuhan gizi hari ke-2 sampai hari ke-3 (14 - 15 Mei 2013)

15 Mei 2013:Pemorsian menu II, monitoring dan evaluasi asupan, pengecekan kembali status pasien terkait perubahan data klinis, fisik, laboratorium, pengecekan form asuhan gizi, memberi motivasi kepada pasien.

16 Mei 2013:Pemorsian menu III, monitoring dan evaluasi asupan serta mengumpulkan data perkembangan status pasien.

B. Tempat

Studi kasus dilaksanakan di Ruang Pandan II Kelas I bed no.5 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

C. Metode Pengambilan Data1. Data status gizi diperoleh dengan cara melakukan pengukuran antropometri dan skrining gizi dengan mencatat umur, TB, BB, dan LLA pasien melalui pemeriksaan langsung serta melakukan wawancara.2. Data kebutuhan energi dan zat gizi pasien diperoleh dari perhitungan sesuai dengan umur, TB, BB pasien dengan menggunakan rumus Harris-Benedict.

3. Data anamnese energi dan zat gizi diperoleh dari hasil wawancara dengan cara menanyakan kebiasaan makan pasien dalam sehari kemudian menkonversikan kedalam bentuk energi dan zat gizi dengan menggunakan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan).

4. Data asupan energi dan zat gizi diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan form recall konsumsi 24 jam dan hasil pengamatan selama pasien dirawat.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Identitas Pasien

1. Nama

: Tn. Muslimin2. Ruangan

: Ruang Pandan II

3. Umur

: 46 tahun

4. Jenis kelamin

: Laki-laki5. Alamat

: Sidokerto, Pulungrejo-Mojokerto6. Agama

: Islam

7. Pekerjaan

: Buruh Tani

8. Tgl MRS

: 08 Mei 2013

9. Diagnosa MRS

: Limfoma Non Hodgkin (LNH)

B. Data Subyektif

b.1Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang :Benjolan di leher sejak 5 bulan yang lalu, semakin lama semakin membesar sehingga pasien mulai merasakan kesulitan untuk menelan dan bernafas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

b. Riwayat penyakit dahulu :

Benjolan kecil sebesar kelereng di bagian leher sejak 5 bulan yang lalu dan tidak nyeri.c. Riwayat penyakit keluarga : Keluarga pasien tidak ada riwayat menderita LNH (Limfoma Non Hodgkin).

b.2Riwayat gizi

Pola Makan Pasien

Bahan MakananFrekuensiKeterangan

KH :

NASI

NASI JAGUNG >1X/hr

1-3x/hr13 sdm

13 sdm

LH :

TERI

AYAM 1-3x/mgg

1-3x/mgg2-3 sdm

1 ptg sdg

LN :

TAHU

TEMPE>1x/hr

>1x/hr2-3 ptg

2-3 ptg

SAYURAN :

KANGKUNG

SAWI HIJAU>1x/hr

>1x/hr gls

gls

BUAH :

PISANG

MANGGA 1-3x/mgg

1-3x/mgg2 bh

1 bh

MINUMAN :

KOPI

AIR PUTIH >1x/hr

>1x/hr2 gls/hr

>8 gls/hr

LAIN-LAIN :

KERIPIK SINGKONG 1-3x/mgg2 x sore dan malam

Alergi Terhadap Makanan

Pasien tidak mempunyai alergi ataupun pantangan terhadap makanan.b.3Kondisi Sosial EkonomiPasien sehari-hari bekerja sebagai buruh tani yang bekerja selama 12 jam dalam sehari. Istri pasien bekerja sebagai tukang jahit dirumah. Pasien memiliki 2 orang anak perempuan yang tinggal bersama dalam 1 rumah bersama orangtua, suami dan anaknya. Sehingga jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah aalah 8 orang. Penghasilan pasien perbulan sebesar Rp. 900.000/bulan ditambah istri pasien Rp. 300.000 s/d Rp.500.000 / bulan. Sehingga pendapatan total selama 1 bulan Rp. 1.200.000 s/d Rp. 1.400.000 / bulan.

b.4Kebiasaan Hidup

Merokok

: tidak

Obat-obatan yang biasa diminum : jamu pegal linu (seduh), hemaviton Minum alkohol : tidak

Olah raga : tidakb.5Skrining Gizi

Tabel 3. Hasil Skrining Gizi PasienNoIndikatorPernyataanKeterangan

YaTidak

1Perubahan berat badan VTurun

2Perubahan asupan makanan VNafsu Makan Tetap

3Gejala gastrointestinal

a. Mual

b. Muntah

c. Diare

d. Konstipasi

e. Anorexia VVVVVTerasa Mual post. Kepoterapi namun tidak ingin dimuntahkan

4Perubahan fungsional tubuh VAktifitas Ringan

Px dapat berjalan

5Diagnosa penyakit :

LNH (Limfoma Non Hodgkin) VTermasuk kategori faktor stress sedang

6Pemeriksaan fisik

a. Kehilangan lemak sub kutan

b. Ikterus

c. Edema/asites VVV

Kesimpulan : Status Gizi Kurang

C. Data Obyektif

c.1Data Antropometri BB= 56 kg BBI= 50,4 kg TB= 156 cm IMT= 23,04c.2Pemeriksaan Fisik/Klinis

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Klinis PasienJenis PengukuranNilai NormalTanggal Pemeriksaan

13 / 05 / 13

Suhu

(Celcius)360-370C36

Nadi

(x/ menit)80-100x/menit84

Tensi

(mmHg)120/80 mmHg120/80

RR

(x/ menit)24x/menit20

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien

Jenis PengukuranNilai NormalTanggal Pemeriksaan

13/05/13

KUCUKUPCUKUP

GCS456

SADAR456

SADAR

K/LA (-) / I (-) / C (-) / D (-)A (-) / I (-) / C (-) / D (-)

AbdomenSupel Flat, BU (+)Supel Flat, BU (+)

Odema----

Febris----

c.3 Data laboratorium

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium PasienJenis pemeriksaanAngka NormalTanggal pemeriksaan

8 Mei 201314 Mei 2013

Hemoglobin11 18 mg/dL14,812,7

Leukosit5 10 ribu/ml8.900-

Trombosit150 400 ribu/ml352.000-

HCT40 48 %43,3-

Albumin4 5,2 g/dL4,133,8

GDA40 121 96-

OT15 37 U/I2728

PT12 78 U/I1630

Natrium136 - 145 mmol/l143137

Klorida98 - 107 mmol/l9497

Kalium3,5 - 5,1 mmol/l3,73,2

Sumber : hasil rekam medik pasien

c.4Pemeriksaan Penunjang :

a. Foto Thorax AP (8 Mei 2013) Hasil :

Besar dan bentuk terkesan normal

Tak tampak infiltrate di kedua lapang paru

Sinus phrenicocostalis kanan dan kiri tajam

Kesimpulan :

Tampak soft tissue mass yang terproyeksi setinggi region colli sampai ICS 3 kanan dan kiri

a. Foto Cervical AP / Lateral (8 Mei 2013)Hasil :

Aligment baik, curve normal

Trabekulasi tulang normal

Superior dan inferior baik

Corpus, pedicle, dan spatium invertebralis baik

Tak tampak erosi / dekstruksi tulang

Kesimpulan :

Tampak soft tissue mass yang terproyeksi setinggi VC 2 sampai UCS 3 kanan kiri Trachea tampak terdorong ke sisi kiri, jalan udara masih tampak patent.

c.5Analisa Zat Gizi

Tabel 7. Hasil Analisa Zat Gizi PasienPengamatanEnergi (Kkal)Protein (gram)Lemak (gram)KH

(gram)

a. Anamnese260676,7271,53414,60

b. Kebutuhan239171,7266,41376,53

c. Recall 24 Jam183656,5246,62294,80

% asupan (a/b)108,99106,9792,8490,81

% asupan (c/b)76,7878,8070,2078,29

D. Assesment

d.1Diagnosis medis

Limfoma Non Hodgkin (LNH) d.2 Status gizi BB : 56 kg

TB : 156 cm

BBI

= (TB-100)-10% (TB-100)

= (156-100)-10% (156-100)

= 56 5,6 kg

= 50,4 Kg Status Gizi (IMT)= BB : TB2

= 56 : (1,56)2

= 23,04 (Overweight)d.3Diagnosa gizi

a. NI

Kekurangan intake energi, protein, karbohidrat, dan lemak selama 4 hari setelah masuk rumah sakit disebabkan oleh penurunan nafsu makan, mual, gangguan menelan dan mengunyah ditandai dengan hasil recall 24 jam yaitu energi 76,78 %, protein 78,80 % lemak 70,20 % , serta karbohidrat 78,29 %.

b. NCStatus gizi overweight disebabkan pola makan pasien sebelum masuk rumah sakit lebih besar dari kebutuhan ditandai dengan IMT sebesar 23,04.c. NB

Kelebihan intake makanan oral selama masuk rumah sakit disebabkan oleh ketidakpatuhan pasien terhadap diit ditandai dengan hasil pengamatan asupan selama asuhan gizi yaitu Energi 107,43%, Protein 114,58%, Lemak 116,04% dan KH 105,33%.E. Planning Asuhan Gizi

e.1Terapi diet : Diet TETP ( Tinggi Energi Tinggi Protein)

e.2Bentuk makanan : Nasie.3Tujuan diet

:

a. Memberikan asupan energi dan zat gizi yang sesuai kebutuhan untuk mencapai status gizi normal.b. Memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi sesuai kebutuhan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.c. Memberikan makanan yang mudah dicerna sesuai kondisi pasien.e.4Prinsip

a. Tinggi Energib. Tinggi Protein

e.5Syarat

a. Energi sesuai kebutuhan pasien yaitu 2391 kkal untuk memenhi kebutuhan energi pasien. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal, ditambah kebutuhan untuk aktifitas fisik, dan faktor stress.

b. Protein 12 % dari total kebutuhan yaitu 71,72 gram untuk memperbaiki dan memelihara jaringa tubuh yang rusak.a. Lemak cukup 25 % dari total kebutuhan yaitu 66,41 gram yang digunakan sebagai cadangan sumber energi utama dalam tubuh.

b. Karbohidrat sisa dari kebutuhan energi total yaitu 63 % yaitu 376,53 gram yang digunakan sebagai sumber energi utama dalam tubuh.

c. Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal pasien.e.6Perhitungan Kebutuhan Zat Gizia. BBI= TB 100 10% (TB 100)

= 156 100 10% (156 100)

= 56 5,6

= 50,4 kg

b. TEE= BEE x FA x FSc. BEE= 66,5 + (13,7 x BBI) + (5 x TB) (6,76 x U)

= 66,5 + (13,7 x 50,4) + (5 x 156) (6,76 x 46)

= 66,5 + 690,48 + 780 310,96

= 1226,02 kkal

= 1226 kkald. FA= 1,3 (Ringan)e. FS= 1,5 (Stres Sedang)f. TEE= BEE x FA x FS

= 1226 x 1,3 x 1,5

= 2390,73 kkal

= 2391 kkalg. Kebutuhan Zat Gizi Makro pada pasien LNH adalah sebagai berikut :

Energi

= 2390,73 kkal

Protein

= 12% x 2390,73 kkal

= 286,88 kkal

= 71,72 gram

Lemak

= 25% x 2390,73 kkal

= 597,68 kkal

= 66,41 gram

KH

= 63% x 2390,73 kkal

= 1506,15 kkal

= 376,53 gram

Makanan pasien diberikan secara oral dengan 3 kali makan utama dalam bentuk nasi biasa dan 1 kali snack pagi. Pemberian awal ketika pasien mengalami gangguan menelan adalah nasi tim kemudian diganti dengan nasi biasa setelah pasien menjalani kemoterapi tahap I. e.7Rencana penyuluhan

a. Topik: Diet TETP

b. Materi:

Tujuan dari diit yang diberikan. Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan. Contoh menu sehari. Daftar bahan makanan penukar.

c. Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien.

d. Tujuan :

Menjelaskan tujuan dari diit yang diberikan kepada pasien. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang makanan yang boleh dianjurkan dan tidak dianjurkan Memberikan contoh menu sehari. Menjelaskan fungsi daftar bahan makanan penukar.

e. Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab

f. Waktu : ( 25 menit).

g. Tempat : Ruang Pandan II.h. Media : Leaflet, dan Daftar Penukar Bahan Makanan.i. Evaluasi : Menanyakan kembali materi yang telah dijelaskan

kepada pasien dan keluarga pasien.

e.8 Terapi medis

a. Injeksi Ranitidin 2 x 1 Amp IV

b. Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 mg IV

c. Injeksi Dexametason 2 x 1 Amp IV

d. Injeksi Ondancentron 1 Amp IV

e. Injeksi Diphenydramin 1 Amp IV

f. Infus Cyclophosphamid 1000 IV

g. Infus Vincristin 1 mg IV

h. Infus Doxorubicin 50 gram IVF. Evaluasi

a. Antropometri status gizi

b. Perkembangan fisik dan klinis

c. Perkembangan laboratorium

d. Perkembangan diet

e. Asupan makanan

f. PenyuluhanBAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penatalaksanaan asuhan gizi pada pasien LNH (Limfoma Non Hodgkin) dilakukan selama 4 hari mulai tanggal 13 Mei 2013 sampai dengan 16 Mei 2012 di ruang Pandan II dengan kelas perawatan pasien yaitu kelas III. Hari pertama studi kasus digunakan untuk pengambilan data seperti skrinning gizi, anamnesa makanan sehari, recall 24 jam, assessment, planning gizi, perencanaan menu 3 hari berikutnya dilakukan untuk pelayanan gizi terhadap pasien.Tn. Muslimin merupakan salah satu pasien yang dirawat di ruang Pandan II kelas III RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Tn. Muslimin didiagnosa menderita LNH. Evaluasi gizi sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan keadaan pasien terutama yang berkaitan tentang masalah gizi. Evaluasi yang dilakukan meliputi status gizi, pemeriksaan fisik klinis, pemeriksaan laboratorium, perkembangan diet, asupan makan, dan penyuluhan yang diberikan pada pasien dan keluarganya.A. Perkembangan Status Gizi

Pengkuran antropometri yang dilakukan pada pasien yaitu meliputi pengukuran BB dan TB pasien. Untuk penentuan status gizi pasien ditentukan berdasarkan parameter IMT, yaitu :

Kurus / Underweight ( 35 kg/m2), dibandingkan dengan individu yang memiliki berat badan normal.

e. Indikasi Pemberian diet TETPIndikasi pemberian diet TETP diberikan pada pasien dengan kondisi :

Kurang Energi dan Kurang Protein

Sebelum dan setelah operasi tertentu, multi trauma, menjalani radioterapi dan kemoterapi.

Luka bakar berat, dan baru sembuh dari penyakit dengan demam tinggi.

Hipertiroid, ibu hamil, dan post-partum dimana kebutuhan energi dan protein semakin meningkat.

12. Evaluasi :

Bagaimana gambaran umum diet TETP ?

Apa perbedaan makanan TETP dengan makanan biasa (tanpa diet) ?

Apa fungsi pemberian diet TETP ?

Bagaimana bentuk makanan sehat, bergizi seimbang ?

Bagaimana cara menyusun menu diet TETP menggunakan daftar bahan penukar?

Lampiran 12. Leaflet Diit TETP

Lampiran 13. Daftar Bahan Penukar Makanan

Infeksi Virus dan Bakteri

Kelainan Sistem Kekebalan

Faktor Keturunan

Toksin Lingkungan

Kurang Terpajang Informasi

Mutasi Sel Limfosit (Sejenis Leukosit)

Infeksi

KURANG PENGETAHUAN

Proses Implamasi

Limfoma Maligna

HIPERTERMIA (DEMAM)

Tidak Mampu dalam memasukkan,mencerna,mengabsorbsi makanan

INTOLERANSI AKTIVITAS

Ketidak Seimbangan antara Suplai O2 Dengan Kebutuhan

Keringat Malam

Intake Makanan Kurang

PERUBAHAN PERFUSI JARINGAN

KETIDAK SEIMBANGAN NUTRISI

Penurunan Komponen seluler Untuk Pengiriman O2/Nutrisi ke sel

Anemia, Perdarahan, infeksi

Berat badan Menurun

Kelemahan, Keletihan

Mengenai Sumsum Tulang

Kurang Nafsu makan

Meningkatnya Katabolik

Hiperkatabolik

121