141462082-TROMBOSITOSIS
-
Upload
annisa-aljufri -
Category
Documents
-
view
292 -
download
3
Transcript of 141462082-TROMBOSITOSIS
1
BAB I
PEANDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Penyakit mieloproliferatif / mieloproliferative disorder / MPD merupakan
sekelompok penyakit yang ditandai dengan proliferasi seluler dari satu atau lebih
galur sel hematologik. Ada beberapa pendapat tentang penyakit-penyakit yang
termasuk kelompok ini. Casciato menyatakan bahwa MPD mencakup penyakit
polisitemia vera (PV), trombositosis esensial (TE), mielofibrosis idiopatik kronik
dengan metaplasia mieloid / MMM, sindroma hipereosinofilik / SHE, dan penyakit
mieloproliferatif yang tidak dapat diklasifikasikan / U-MPD. Trombositosis esensial
adalah peningkatan jumlah trombosit diatas 350000/ mm3 atau 400000/mm. Terdapat
3 kelainan utama penyebab trombositosis, yaitu : kelainan primer (Trombositosis
esensial/primer dan kelainan mieloproliferatif lain), familial (mutasi trombopoietin)
dan trombositosis reaktif terhadap berbagai penyebab akut dan kronis.
Trombositosis primer sering ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan hematologi pada penderita yang asimtomatis. Trombositosis esensial
pertama kali dilaporkan oleh di Guglielmo pada tahun 1920 dan Epstein dan Goedel
pada tahun 1934. Pada saat itu, Trombositosis esensial dianggap merupakan bagian
dari penyakit mieloproliferatif yang lain (Polisitemia vera, Leukemi mielositik kronik,
Mielofibrosis dengan mieloid metaplasia).
Insidensi penyakit ini tidak diketahui
dengan pasti diperkirakan terdapat 400 orang dari 1.000.000 populasi. Jumlah kasus
yang terdeteksi di Amerika adalah 6000 kasus / tahun dengan kemungkinan bahwa
jumlah kasus yang sebenarnya mungkin beberapa kali lipat daripada yang terdeteksi.
Di Minessota Tenggara didapatkan angka insidensi sebesar 238 kasus / 100.000
penduduk / tahun.
Penyakit ini lebih banyak didapatkan pada usia tua dan hanya 20% yang
terjadi pada usia <40 tahun. Pada usia tua tidak ada perbedaan insidensi antara wanita
dan pria sementara pada usia yang lebih muda wanita lebih banyak terkena.
Cortelazzo S dkk pada penelitiannya terdapat 100 orang pasien dengan trombositosis
esensial memperlihatkan rerata usia pasien adalah 50 tahun dengan perbandingan pria
dan perempuan 39%: 61%. Usia harapan hidup 10 tahun (di Amerika) tidak berbeda
bermakna dengan populasi normal dan kematian pada penderita ini biasanya
disebabkan oleh komplikasi trombotik.
2
BAB II
TROMBOSIT
II.1 Definisi trombosit
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari
sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam sirkulasi
darah selama 10 hari. Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan Wright – Giemsa,
trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti, bulat dengan sitoplasma berwarna
biru-keabu-abuan pucat yang berisi granula merah-ungu yang tersebar merata1.
Gambar. 1. Komponen darah
II.2 Proses pembentukan trombosit
Trombosit diproduksi di sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma
megakariosit. Jadi trombosit ini bukan sel, melainkan hanya pecahan sitoplasma
megakariosit saja. Megakariosit berfungsi sebagai sel induk trombosit, yang mana
akan matur dan kemudian mengalami fragmentasi membentuk trombosit.
Produksi trombosit dikendalikan oleh mekanisme humoral yaitu hormon
Trombopoietin. Trombopoietin ini disintesis oleh hati sebanyak 90% & sisanya (10%)
diproduksi di ginjal. Trombopoesis pembentukan trombosit berasal dari sel induk
pluripotensial yang berubah menjadi megakarioblas kemudian promegakarioblas
menjadi megakariosit di dalam sumsum tulang. Megakariosit mengalami pematangan
dengan replikasi inti endometotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma
sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatan duanya. Kemuadian
sitoplasma menjadi granuler dan trombosit dilepaskan. Setiap megakariosit
3
menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu dari diferensiasi sel induk (stem
cell) sampai dihasilkan trombosit sekitar membutuhkan sekitar 10 hari pada manusia
Trombopoesis dipengaruhi oleh hormone trombopoetin yang dihasilkan di hati
dan ginjal dan sejumlah sitokin seperti: IL-11, IL-3, dan IL-6. Interval waktu dari
diferensiasi stem sel sampai dihasilkan trombosit sekitar 7-10 hari dan dalam keadaan
normal angka trombosit menunjukkan 150.000-400.000/μL. Volume trombosit
berkurang saat matang dalam sirkulasi karena trombosit muda dapat memakan waktu
24-36 jam dalam limfa setelah dibebaskan dari sumsum tulang dan sampai sepertiga
pengeluaran trombosit sumsum tulang dapat ditangkap pada satu waktu dalam limfa
normal. Trombosit berperan dalam adhesi, sekresi, dan agregasi, sehingga nantinya
berperan dalam hemostatis primer yaitu pembentukan sumbat trombosit2.
Gambar. 2. Pembentukan trombosit
II.3 Struktur trombosit
1. Bulat kecil/ cakram oval, bikonveks, diameter 2-4µm, tidak berinti
2. Bagian Granulomer/ chromatomer : di bagian tengah, lebih tebal, membias
sinar lebih kuat, terdapat granula alfa (protein pembekuan darah), delta (ion
Ca 2+, ADP, ATP), dan lambda (enzim lisosom), mitokondria, dan glikogen.
3. Bagian Hialomer : di bagian tepi, lebih tipis, homogen (biru pucat), terdapat
filament untuk mempertahankan bentuk trombosit, proses retraksi bekuan
darah dan pembentukan pseudopodia.
4
4. Mengandung aktin & myosin yang menyebabkan kontraksi sehingga dapat
membuat sumbatan bila terjadi perdarahan
5. Granula dalam trombosit banyak berisi serotonin, epinefrin, ADP, kalsium,
kalium dan faktor-faktor untuk penjendalan darah.
6. Dalam sitoplasma terdapat :
a. Molekul aktin, miosin, dan tromboplastin.
b. Sisa retikulum endoplasmik dan aparatus golgi, tempat sintesis enzim
dan menyimpan ion Ca.
c. Mitokondria dan sistem enzim yang mampu membentuk ATP dan
ADP.
d. Sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, hormon setempat yang
dapat menyebabkan reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan
setempat.
e. Faktor stabilisasi fibrin.
f. Faktor pertumbuhan1.
II. 4. Fungsi trombosit
Trombosit (keping darah) berperan dalam proses pembekuan darah. Apabila
darah keluar karena luka, maka trombosit akan pecah karena bergesekan dengan
permukaan yang kasar dari pembuluh darah yang terluka. Didalam trombosit terdapat
enzim trombokinase/tromboplastin. Enzim tersebut akan merubah protrombin(calon
trombin) menjadi trombin karena pengaruh ion kalsium dalam darah. trombin akan
mengubah protein darah(fibrinogen)menjadi benang-benang fibrin. Benang-benang
fibrin akan menjaring akan menjaring sel-sel darah sehingga luka menutup dan tidak
mengeluarkan darah. Protrombin adalah senyawa protein yang terbentuk di hati.
Pembekuan senyawa ini dipengaruhi oleh vitamin k. Agar dapat berfungsi dengan
baik, trombosit harus memadai dalam kuantitas (jumlah) dan kualitasnya.
Pembentukan sumbat hemostatik akan berlangsung dengan normal jika jumlah
trombosit memadai dan kemampuan trombosit untuk beradhesi dan beragregasi juga
bagus.
Jumlah trombosit normal adalah 150.000 – 450.000 per mmk darah. Dikatakan
trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara 100.000 – 150.000 per mmk
darah. Apabila jumlah trombosit kurang dari 60.000 per mmk darah maka akan
cenderung terjadi perdarahan1,2
.
5
Mekanisme hemostasis dan pembekuan darah melibatkan suatu proses yang cepat :
1. Vasokontriksi pembuluh darah.
Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepaskan
serotonin dan tromboksan A2 (prostagladin), yang menyebabkan otot polos
dinding pembuluh darah berkontraksi. Hal ini pada awalnya akan mengurangi
darah yang hilang.
2. Sumbatan trombosit
a. Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut
kolagen dinding pembuluh darah yang rusak, membentuk sumbatan
trombosit.
b. Trombosit melepaskan ADP untuk mengaktifasi trombosit
lain,sehingga mengakibatkan agregasi trombosit untuk membentuk
sumbat.
c. Jika kerusakan pembuluh darah kecil,maka sumbatan trombosit
mampu menghentikan perdarahan.
d. Jika kerusakannya besar, maka kerusakan trombosit dapat mengurangi
perdarahan,sampai proses pembekuan terbentuk.
3. Pembekuan darah.
Kerusakan pada pembuluh darah akan mengaktifkan protrombin aktivator.
Protrombin aktivator mengkatalis perubahan protombin menjadi trombin
dengan bantuan ion kalsium. Trombin bekerja sebagai enzim untuk merubah
fibrinogen menjadi fibrin dengan bantuan ion kalsium. Fibri berjalan dalam
segala arah dan menjerat trombosit,sel darah dan plasma untuk membentuk
bekuan darah. Protrombin aktivator dibentuk melalui mekanisme
a. Mekanisme ekstrisik. Pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal
pembuluh darah itu sendiri. Sel-sel jaringan yang rusak atau pembuluh
darah, akan melepas tromboplastin (membran lipoprotein),yang akan
mengaktivasi protrombin activator.
b. Mekanisme 5ntrinsic. Untuk mengaktivasi protrombin melibatkan 13
faktor pembekuan, yang hanya ditemukan dalam darah.
4. Pembentukan jaringan ikat.
Setelah pembekuan terbentuk akan terjadi pertumbuhan jaringan ikat kedalam
bekuan darah untuk menutup luka secara permanen1,2
.
6
BAB III
TROMBOSITOSIS
III. 1. Definisi
Jumlah trombosit normal berkisar antara 150000-450000 x 106 cell/mm
3. Bila
jumlah platelet lebih besar dari 2 SD diatas rata-rata disebut trombositosis. Beberapa
kepustakaan menyebutkan trombositosis dengan jumlah yang bervariasi antara 400-
1000 x109/L. Angka kejadian pasti dari trombositosis tidak diketahui, Sutor dalam
beberapa penelitian menjumpai trombositosis pada anak 3-13% yang dirawat di
rumah sakit dan pada anak 1,5% yang berobat jalan.
Jumlah trombosit yang berlebihan dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi dapat
dikelompokkan dalam 3 keadaan, yaitu :
- Gangguan primer, seperti mieloproliferatif atau sindroma dysplasia
- Peningkatan produksi yang disebabkan oleh rangsangan (usia trombosit yang
memanjang yang menyebabkan trombositosis tidak dapat dijelaskan)
- Pergeseran trombosit dari splenic pool ke dalam sirkulasi perifer.
Klasifikasi tombositosis berdasarkan jumlah trombosit adalah3 :
1. Trombositosis ringan : 500-700 x 105/l
2. Trombositosis sedang : 700-900 x 105/l
3. Trombositosis berat : > 900 x 105/l
4. Trombositosis ekstrem : > 1000 x 105/l
Tabel. 1. Penelitian trombositosis3
Penelitian
predominan
Jumlah pasien Trombosit (x 109) Kelompok usia
Sutor dan Hank
(1992)
227 >500 25% < 2 bulan
41 >800 72% < 2 tahun
Addiego dkk (1974) 10 >800 90% < 3 tahun
Haine dkk (1988) 10 >500 80% < 2 tahun
Chan dkk (1989) 94 >900 65% < 2 tahun
Vora dan Lileyman
(1993)
458 >500 40% < 6 bulan
38 >800 Median 13 bulan
Health dan Pearson
(1989)
119 >500 Median 22 bulan
15 >700
Yohannan (1994) 663 >500 75% < 10 tahun
Bus dkk (1994) 82 >1000 50% < 1 tahun
7
Trombosistosis dapat terbagi menjadi trombositosis reaktif dan primer. Pada
trombositosis primer, terdapat gangguan pengikatan trombopoetin terhadap trombosit
dan megakariosit abnormal sehingga terdapat peningkatan kadar trombopoetin bebas
dalam plasma. Megakariosit menjadi hipersensitif terhadap aksi trombopoetin yang
akhirnya menyebabkan peningkatan produksi trombosit. Trombositosis reaktif terjadi
karena produksi berlebih dari sitokin proinflamasi seperti (IL)-1, IL-6, dan IL-11 yang
muncul pada inflamasi kronik, infektif, dan keganasan. terdapat suatu penyakit dasar
yang akan merangsang peningkatan sintesis trombopoetin dengan mediator berbagi
sitokin diantaranya IL-6 yang selanjutnya akan meningkatkan aktivitas megakariosit
memproduksi trombosit. Walau sama-sama terjadi peningkatan produksi trombosit,
terdapat perbedaan diantara keduanya.
Pada trombositosis primer tidak terdapat suatu penyakit dasar, umumnya
ditemukan splenomegali, gambaran darah tepi pasien berupa trombosit raksasa,
dengan fungsi trombosit yang mungkin abnormal. Selain itu pada sumsum tulang
dapat terlihat hiperplasia megakariositik. Pada trombositosis reaktif penyakit dasar
sering kali muncul, tidak terdapat splenomegali, gambaran darah tepi menunjukan
trombosit yang normal dan fungsi yang normal5.
III. 2. Etiologi
Trombositosis disebabkan karena sumsum tulang belakang mengalami kelainan
sehingga menghasilkan begitu besar sel yang membentuk trombosit dan melepaskan
banyak trombosit dalam darah. Trombosit memegang peranan penting dalam
pembekuan darah pada saat terjadi perdarahan atau luka. Dalam batas normal sumsum
tulang belakang memproduksi trombosit 150.000 hingga 450.000 per mikroL. Bila
trombosit berlebihan lama kelamaan berpeluang menimbulkan kanker, kehilangan
darah akut, kekurangan zat besi atau anemia4.
Berdasarkan etiologi, trombositosis dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
1. Trombositosis Primer/autonom (Esential)
2. Trombositosis Sekunder (Reaktif)3
Trombositosis essensial (TE)
Trombositosis essensial (primer) disebut juga dengan trombositemia, ialah
keadaan dengan jumlah trombosit lebih dari 1000 x 109
/ l. Trombosit pada umumnya
terlihat besar dan abnormal pada darah tepi, masa perdarahan memanjang dan
8
agregasi trombosit biasanya abnormal. Keadaan ini sangat jarang pada anak, lebih
sering dijumpai pada decade usia 50-60 tahunan. Trombositosis esensial disebabkan
oleh adanya defek pada sel induk (stem-cell) dan dihubungkan dengan
Myeloproliferative Disorder seperti Idiopatic Trombosithemia, Policytemia Vera
(PCV), Chromic Myeloid Leukemia (CML) dan Megalofibrosis Idiopatic3.
Trombositosis reaktif (TR)
Trombositosis reaktif (sekunder), jumlah trombosit > 500 x 109 / l tetapi <
1000 x 109 / l. Morfologi trombosit normal, jumlah megakariosit meningkat dengan
ukuran lebih kecil dari normal. Kondisi ini lebih banyak pada usia kurang dari 20
tahun. Trombositosis sering terjadi pada bayi prematur dan setelah infeksi, terutama
meningitis. Karakteristik trombositosis pada usia muda dengan timbulnya sindroma
mukokutaneus kelenjar limfe (penyakit kawasaki). Faktor predisposisi untuk
terjadinya trombositosis reaktif adalah infeksi akut atau kronik, hipoksemia,
pembedahan, trauma, penyakit keganasan, perdarahan, defisiensi besi, stress, suntikan
epinefrin (adrenalin) dari splenektomi. Pada TR, umumnya terjadi peningkatan
pelepasan sitokin sebagai respon terhadap infeksi, inflamasi, vaskulitis, trauma
jaringan dan faktor lain ; trombopoitin (TPO) dan interleukin 6, suatu sitokin primer
untuk pembentukkan trombosit, akan meningkat sebagai respon awal dan merangsang
peningkatan trombosit3.
Tabel. 2. Perbadaan TE dan TR3
TE TR
Usia Umumnya > 20 th Umumnya < 20 th
Selalu > 40 th
Lama Lebih 2 tahun Hari / minggu, kadang2
bulan
Asal Defek sel induk Reaksi thdp hipoksemia,
infeksi, kehilangan
trombosit, pergeseran dari
pool platelet
Gejala mikrovaskular Selalu Sangat jarang
Trombosis Selalu Sangat jarang
Perdarahan Selalu Sangat jarang
Splenomegali Selalu Jarang
Jumlah trombosit (x 109
L) Kebanyakan > 1000 Kebanyakan < 1000
Morfologi trombosit Besar, dismorpik Besar, normal
Fungsi trombosit Terganggu Normal
Distribusi trombosit Meningkat Normal
Iron stress Normal Rendah
9
Reagen fase akut (IL-6,
CRP, fibrinogen)
Normal Meningkat, bila
trombositosis akbt infeksi
III. 3. Patofisiologi
Trombopoetin merupakan hormon kunci dalam pengaturan diferensiasi dan
proliferasi megakariosit. Walaupun demikian beberapa sitokin seperti Interleukin1,
interleukin 6 dan interleukin 11 juga berperan dalam proses ini yang bekerja sinergi
dengan trombopoetin. Trombopoetin mempengaruhi pertumbuhan megakariosit mulai
dari sel induk sampai produksi trombosit.
Trombosit matur berperan penting dalam regulasi kadar trombopoietin
plasma. Trombosit mempunyai reseptor terhadap trombopoietin (c-mpl) dan
memobilisasi trombopoietin dari plasma. Pada keadaan trombositopeni, terjadi
peningkatan kadar trombopoietin plasma karena berkurangnya pengikatan
trombopoietin oleh trombosit. Peningkatan kadar trombopoietin plasma ini akan
merangsang megakariopoiesis. Sebaliknya pada keadaan tombositosis, deplesi plasma
trombopoietin akan menurunkan megakariopoiesis. Mekanisme regulasi ini mengatur
produksi trombosit. Pada Trombositosis esensial, kadar trombopoietin normal atau
bahkan meningkat meskipun terjadi peningkatan massa trombosit dan megakariosit.
Terjadinya disregulasi kadar trombopoietin plasma pada trombositosis
esensial diduga disebabkan karena :
a. Produksi trombopoieitin yang berlebihan dan/atau
b. Abnormalitas pengikatan dan pemakainan trombopoietin oleh trombosit dan
megakariosit. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya ekspresi c-mpl pada
trombosit penderita trombositosis esensial .
Pada trombositosis primer, terdapat gangguan pengikatan trombopetin
terhadap trombosit dan megakariosit abnormal, sehingga terhadap peningkatan
kadar trombopoetin bebas di plasma. Walaupun reseptor trombopoetin (c-MPL)
berkurang, tetapi kadar megakariosit menjadi hipersensitif terhadap aksi
trombopoetin, yang akhirnya peningkatan megakariositopoetik dan trombosit.
Mutasi somatic tunggal protein tirosin kinase Janus kinase (JAK 2) terlihat
bertanggung jawab terhadap berbagai gambaran trombositosis primer termasuk
trombositosis esensial. Data terakhir memperlihatkan bahwa JAK 2 ini berperan
terhadap berkurangnya c-MPL5.
10
III. 4. Gejala dan tanda
Trombositosis tidak memiliki gejala yang terlihat atau dirasakan secara
fisik.karena itu perlu dilakukan pengecekan darah secara rutin untuk mengetahui
jumlah trombosit dari sumsum tulang belakang. Tingginya jumlah trombosit bisa
menjadi indikasi trombositosis4.
Dua dari 3 pasien trombositosis tidak menunjukkan keluhan pada saat
diagnosis ditegakkan; dapat dijumpai pembesaran limpa pada 60% dari kasus,
pembesaran hati juga dapat dijumpai. Pada sepertiga pasien ditemukan adanya
kejadian thrombohaemorhhagic. Dapat dijumpai adanya transient cerebral ischemia,
dengan kelemahan, sakit kepala, parestesia, pusing, dan fenomena fasial, dapat terjadi
iskemia perifer dengan trombosis pada jari kaki dan ujung jari yang kadang-kadang
membutuhkan tindakan amputasi. Dapat terjadi komplikasi berupa stroke, serangan
jantung dan terbentuknya bekuan darah pada lengan dan tungkai3.
Penderita Trombositemi esensial biasanya berusia 50-70 tahun, insidensi tidak
berbeda antara laki-laki dan perempuan.1 Pada beberapa literatur , Trombositemi
esensial dilaporkan ditemukan pada usia muda dan anak-anak.2 Berbeda dengan
kelainan mieloproliferatif yang lain, pada trombositemi esensial jarang ditemukan
gejala konstitusional atau metabolik seperti demam, berkeringat dan penurunan berat
badan.
Kelainan fisik yang dapat ditemukan :
Manifestasi perdarahan ( 13-37 % penderita) : epistaksis, easy
bruising, petekie,
perdarahan traktus gastrointestinal berulang
Manifestasi trombosis (18-84 % penderita)
o banyak ditemukan pada orang tua
o trombosis vena : vena hepatica (sindroma Budd-Chiari),
mesenterika, lienalis, priapism (trombosis vena penis), emboli
paru
o trombosis arteri : transient cerebral ischemia, eritromelalgia
(obstruksi mikrosirkulasi jari-jari kaki/tangan), dapat berlanjut
menjadi akrosianois
Spenonegali ringan dapat ditemukan pada 40 % penderita,
splenonegali moderate ditemukan pada 20-50 % penderita
11
Hepatomegali
Limfadenopati (jarang)
Ulkus peptikum, varises gaster dan esophagus
Gout
Abortus berulang dan gangguan pertumbuhan fetus , karena adanya
infark multipel di plasenta yang disebabkan thrombus trombosit yang
mengakibatkan insufisiensi plasenta6.
III. 5. Kriteria diagnostik
Pada tahun 1986, Murphy et al dari Polycthemia Vera Study Group
membuat kriteria diagnosis Trombositosis esensial. Barbui pada tahun 2002 membuat
modifikasi kriteria diagnosis tersebut menjadi. 7
Kriteria diagnostik Trombositosis Essensial.7
1. Jumlah trombosit > 600.000/mm3
2. Hematokrit < 0,46 atau massa eritrosit normal ( laki-laki < 36 ml/kg, wanita < 32
ml/kg)
3. Cadangan Fe sumsum tulang normal (dengan pewarnaan) atau serum Feritin
normal atau MCV (mean corpuscular volume) normal
4. Tidak didapatkan kromosom Philadelphia atau mutasi BCR/ABL
5. Fibrosis kolagen pada sumsum tulang :
tidak ada atau
kurang < 1/3 area biopsi, tanpa disertai splenomegali yang menonjol dan
reaksi lekoeritroblastik Tidak didapatkan kelainan morfologi atau sitogenetik
sindroma mielodisplasi
6. Tidak didapatkan penyebab reaktif trombositosis
III. 6. Diagnosis
Pada pasien dengan gejala/tanda adanyat rombositosis perlu dilakukan
pemeriksaan darah dan untuk memastikan diagnosis, aspirasi sumsum tulang juga
dapat dilakukan3.
12
III. 7. Diagnosis banding
Diagnosis banding trombositosis esensial adalah semua penyebab
trombositosis sekunder/reaktif dan gangguan mieloproliferatif lainnya. Pada
trombositosis reaktif sering ditemukan adanya penyakit dasar dan tidak ditemukan
adanya keadaan trombosis/ hemoragis serta splenomegali. Trombositosis reaktif
antara lain :8
1. fisiologis : latihan fisik, parturien, epinefrin
2. sekunder :
infeksi
inflamasi
neoplasma
perdarahan
rebound setelah trombositopeni
asplenia (anatomik atau fungsional)
anemi defisiensi Fe
post operasi
Perbedaan klinis dan laboratorium antara Trombositosis esensial dan trombositosis
reaktif adalah :.8
Tabel. 3. Perbedaan Trombositosis esensial dan trombositosis reaktif
Gambaran klinis/ laboratorium Trombositosis
esensial
Trombositosis
reaktif
Trombosis/ perdarahan + -
Splenomegali + -
Peningkatan reaktan fase akut (IL-6, CRP,
fibrinogen)
- +
Fibrosis reticulum pada sumsu tulang + -
Kelompok megakariosit pada sumsum
tulang
+ -
Primer hematopoiesis + -
Pembentukan koloni spontan + -
Kelainan sitogenik + -
13
Penyakit gangguan mieloproliferatif lainnya yakni polisitemia vera, mielofibrosis
idiopatik, leukemia granulositik kronik, leukemia eosinofilik kronik dan leukemia
netrofilik kronik. Berikut tabel perbedaan karakteristik penyakit mieloproliferatif
kronik;
Tabel. 4. Perbedaan karakteristik penyakit mieloproliferatif kronik
Trombositosis
Esensial
Polisitemia
vera
Melofibrosis
Idiopatik
Hemoglobin Normal/ ↓ ↑↑↑ ↓
Leukosit (x109/l) Bervariasi 12-25 450-100
Trombosit (x109/l) 600-2500 450-800 450-1000
Eritrosit berinti jarang jarang Umum
Alkali fosfatse normal Biasanya ↑ Normal- ↑↑
Leukosit hiperseluler hiperseluler Fibrosis, dry tap
Sum-sum tulang Megakariosit ↑↑↑ Cadangan Fe ↑
Fibroblast Negatif - ↑↑ negatif ↑↑-↑↑↑
Splenomegali (%) 40- 50% 80% 80-99%
Transformasi blastik
(%)
5% 10-15% 5-20%
Pemeriksaan khusus Tes fungsi
platelet abnormal
Masa eritrosit ↑
Eritropoetin ↓
Marrow imaging
Berikut adalah diagnosis banding trombositosis primer dengan trombositosis sekunder3.
Trombositosis primer atau autonom
Sindrom mieloproliferatif
o Trombositopeni essensial
o Polisitemia vera
o Leukemia myeloid kronik
o Metaplasia myeloid
o Sindroma -5q
o Anemia sideroblastik idiopatik
Trombositosis sekunder atau reaktif
Penyakit inflamasi
o Infeksi akut
o Demam rematik akut
14
o Artritis rematoid
o Spondilitis angkylosing
o Kolitis ulseratif
o Penyakit Celiac
o Tuberkulosis
o Sarkoidosis
o Hepatitis kronik
o Osteomielitis kronik
o Pengaruh obat
o Epinefrin
o Vinca alkaloid
o Terapi pada defisiensi besi atau vitamin B 12
o Passively addicted neonates
Kelainan imun
o Penyakit pembuluh darah kolagen
o Penyakit Graft-versus-host
o Sindroma nefrotik
Gangguan hematologi
o Defisiensi besi
o Defisiensi vitamin E
o Anemia hemolitik kronik dan hemoglobinopati
o Trombositopeni yang diikuti rebound
Neoplasma
o Limfoma
o Penyakit Hodgkin
o Neuroblastoma
o Hepablastoma
o Tumor solid anak-anak yang lain
o Karsinoma
Asplenia fungsional atau bedah dan lain-lain
o Setelah pendarahan atau kehilangan darah saluran cerna
o Setelah tindakan bedah
o Setelah latihan
15
o Penyakit Caffey
o Sindroma Kawasaki
III. 8. Pengobatan
Pada tahun 2002, Gale merekomendasikan pengelolaan Trombositosis esensial
sebagai berikut:9
1. Resiko rendah :
a. hindari obat-obatan sitoreduktif (dapat dipertimbangkan bila ada komplikasi)
b. aspirin dosis rendah (100-300 mg/hari) untuk gejala-gejala mikrovaskuler
(misalnya eritromelalgia)
2. Resiko tinggi :
a. Sitoreduksi
b. hidroksiurea sebagai pilihan pertama
c. pertimbangkan interferon atau Anagrelide pada penderita berusia muda ( < 40
tahun) pertimbangkan Busulfan pada penderita usia tua ( > 70 tahun) Aspirin
dosis rendah bila ada riwayat trombosis
a. Obat-Obat Sitoreduksi
o Hidroksiurea
Hidroksiurea menjadi pilihan terapi Trombositosis esensial karena
efektivitasnya dan efek toksik yang rendah. Dosis awal pemberian dalah
15-20 mg/kg/hari, kemudian disesuaikan untuk mempertahankan jumlah
trombosit kurang dari 400000/mm3 tanpa disertai penurunan netrofil.
Pemberian hidroksiurea menurunkan jumlah trombosit di bawah
500000/mm3 dalam waktu 8 minggu pad 80 % penderita. Penurunan
jumlah trombosit dengan pemberian hidroksiurea berhubungan secara
bermakna dengan perbaikan gejala iskemi dan perdarahan.9
Efek samping
yang sering ditemukan adalah netropeni, anemi makrositik. Netropeni
berhubungan dengan dosis dan reversibel dengan penghentian obat selama
beberapa hari. Efek samping yang jarang terjadi adalah demam, gejala
kutaneus, ulkus tungkai. Penghentian hidroksiurea akan diikuti rebound
jumlah tormbosit. Kegagalan hidroksiurea dalam menurunkan jumlah
trombosit dilaporkan antara 11-21 %.9
Peningkatan resiko terjadinya
leukemia pada pemberian hidroksiurea merupakan hal yang sering
dibicarakan akhir-akhir ini dan menjadi suatu pertanyaan dalam
16
penggunaannya pada terapi Trombositosis esensial. Hidroksiurea
merupakan obat non-alkilating, pada awalnya dianggap tidak bersifat
mutagenik. Meskipun demikian pada pemantauan jangka panjang,
didapatkan kejadian leukemia akut antara 3,5-10 % setelah 4-10 tahun
penggunaan hidroksiurea pada penderita Trombositosis esensial dan
Polisitemi vera.9 Faktor-faktor yang diduga berperan dalam transformasi
menjadi leukemia akut adalah :
1. Kelainan sitogenetik: Kira-kira 5 % penderita Trombositosis esensial
mempunyai kelainan.
2. Sitogenetik, terbanyak ditemukan pada kromosom 1,2,5,17,20,21.
Delesi 17p merupakan kelainan yang ditemukan pada sebagian besar
kasus Trombositosis esensial yang mengalami transformasi menjadi
leukemia mieloblastik akut dan sindroma mielodisplasi setelah terapi
hidroksiurea.9
3. Adanya mielofibrosis.9
4. Penggunaan obat-obat sitotoksik lain.9
o Busulfan
Busulfan merupakan obat alkilating dengan kerja spesifik terhadap
proliferasi megakariosit. Dosis yang dipergunakan antara 2-4 mg/hari,
disesuaikan dengan respon hematologis dan pemeriksaan trombosit setiap
minggu. Setelah jumlah trombosit normal, kontrol jangka panjang dapat
dicapai dengan pemberian intermiten. Dengan cara pemberian ini dapat
dihindari efek samping obat yang biasa terjadi pada pemberian dosis tinggi
seperti aplasi sumsum tulang, pigmentasi kulit, amenore dan fibrosis
paru.Meskipun tidak ditemukan adanya transformasi menjadi leukemia
akut pada pemberian busulfan pada Trombositosis esensial, pertimbangan
adanya kemungkinan efek lekemogenik membatasi penggunaannya hanya
pada orang tua.9
b. Interferon
Rekombinan interferon α (IFN) mempunyai efek sitoreduktif tanpa efek samping
mutagenik. Dasar pertimbangan penggunaan IFN adalah efek mielosupresif dan
efek antagonis PDGF (platelet-derified growth-factor). PDGF merupakan produk
megakariopoiesis yang merangsang proliferasi fibroblas.9 Dosis interferon yang
digunakan berkisar antara 21- 35 juta unit/ minggu pada fase induksi , biasanya
17
berlangsung 4-6 minggu. Repon komplit dan parsial biasanya di atas 80 %. Dosis
pemeliharaan adalah dosis minimal yang diperlukan untuk mempertahankan
respon komplit ( trombosit < 450000/mm3) atau parsial ( trombosit <
600000/mm3), biasanya 3 juta unit 3 kali seminggu sampai 3 juta unit/hari.9 Efek
samping yang sering terjadi adalah demam, flu like symptoms, kelemahan ,
mialgia, penurunan berat badan, rambut rontok, depresi berat, gejala
gastrointestinal dan kardiovaskuler, tiroiditis atau terbentuknya antibody tiroid.
Efek-efek samping ini menyebabkan penghentian pemakaian IFN pada 25 %
kasus. Tidak ditemukan efek lekemogenik pada pemberian IFN.9 Meskipun
adanya efek samping dan harga yang mahal, IFN merupakan pilihan terapi
terutama pada penderita Trombositosis esensial usia muda.9
c. Anagrelide
Anagrelide merupakan senyawa imidazo (2,1-b) quinazolin-2-one dengan efek
inhibisi agregasi trombosit melalui penghambatan cyclic nucleotide
phosphodiesterase dan phospholipase A9.
Pada dosis yang lebih rendah ,
anagrelide mempunyai efek menurunkan jumlah trombosit. Mekanisme kerja
anagrelide dalam menurunkan jumlah trombosit tanpa mempengaruhi leukosit dan
eritrosit belum sepenuhnya diketahui. Data-data menunjukkan, kerja utama
anagrelide adalah inhibisi maturasi megakariosit.9
Dosis awal anagrelide yang
direkomendasikan adalah 4 x 0,5 mg, kemudian dosis disesuaikan untuk
mempertahankan trombosit < 600000/mm3. Peningkatan dosis tidak boleh
melebihi 0,5 mg/hari dalam waktu 1 minggu. Dosis tidak boleh melebihi 10
mg/hari atau 2,5 mg dalam 1 kali pemberian. Efek samping yang paling serius
adalah efek kardiak , termasuk palpitasi (27 %), takikardi atau aritmia lain (< 10
%) dan gagal jantung kongestif (2%). Efek vasodilatasi anagrelide menimbulkan
sakit kepala (> 1/3 penderita), retensi cairan dan edema (24 %), dizziness (15 %),
hipotensi postural. Efek samping yang lebih jarang adalah efek gastrointestinal
(nausea, nyeri abdomen, diare), rash Sekitar 16 % dari 424 penderita penyakit
mieloproliferatif, termasuk 262 penderita Trombositosis esensial menghentikan
anagrelide karena efek sampingnya.
d. Obat antitrombosit
Aspirin merupakan obat antitrombosit yang sangat efektif pada penderita
Trombositosis esensial dengan komplikasi trombosis rekuren, terutama iskemi
digital atau serebrovaskuler. Aspirin memperbaiki peningkatan turnover
18
trombosit dan gejala klinik eritromelalgia. Meskipun demikian , aspirin juga
dapat menyebabkan pemanjangan waktu perdarahan dan perdarahan serius pada
penderita Trombositosis esensial. Masih terdapat perbedaan pendapat mengenai
penggunaan aspirin pada Trombositosis esensial, beberapa peneliti menganjurkan
digunakan dengan hati-hati, peneliti yang lain merekomendasikan penggunaan
rutin untuk mencegah trombosis kecuali bila terdapt kontraindikasi (adanya
riwayat perdarahan).
Pengobatan utama pada TR adalah mengobati penyakit primernya. Pada
pasien muda yang tanpa gejala, perlu monitoring dengan atau tanpa medikamentosa.
Tidak ada terapi spesifik untuk anak. Obat-obat alkylating agent dan radioterapi dapat
meningkatkan kejadian leukemia tranformasi. Pemakaian hydroxiurea dapat
dipertimbangkan pada anak dengan episode trombotik atau perdarahan. Pemakaian
aspirin dan dypiridamole sebagai penghambat agregasi trombosit dapat
dipertimbangkan pada pasien TE. Pada keadaan kegawatan seperti kondisi dengan
perdarahan hebat dengan jumlah trombosit > 1000 x 109 / L dapat dipertimbangkan
tindakan plateletpheresis3.
Medikamentosa, dapat berupa :
1. Anti platelet agent
- Asam asetil salisilat : 80-160 mg/po, dosis tunggal, atau
- Dypiridamol : 3-6 mg/kgbb/hari, po, dosis terbagi
2. Obat penurun trombosit :
- Hidroksiurea : 20-30 mg/kgbb, po, dosis tunggal
- Anagrelide (dalam penelitian) : 0,5-1 mg/hari, po, atau
- Interferon α 2a
III. 9. Prognosis
Penyebab utama mobiditas dan mortalitas penderita Trombositosis esensial
adalah trombositosis dan perdarahan (kira-kira terjadi pada 40 % penderita). Pada
beberapa kasus , Trombositosis esensial mengalami transformasi menjadi penyakit
mieloproliferatif yang lain. Penggunaan fosfor radioaktif atau obat-obat alkilating dan
kemungkinan juga hidroksiurea dalam terapi Trombisitemi esensial tampaknya
meningkatkan kemungkinan konversi menjadi leukemi akut. Kelangsungan hidup
penderita trombositosis esensial tidak berbeda dengan populasi normal pada usia yang
sama.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandasoebrata, R., 1992, Penuntun Laboratorium Klinik, Bandung: Dian Rakyat
2. Waterbury, Larry, 1998, Buku Saku Hematologi, Jakarta; EGC
3. IDAI, 2010 Buku Ajar Hematologi-Onkologi, Jakarta: Sagung seto
4. Dasar Patologis penyakit ed 7, 2005 Mitchell, Kumar, Abbas & Fausto, Jakarta: EGC
5. Davey, Patrick. At a Glance Medicine, 2005, Jakarta : Erlangga,
6. Schafer AI. Trombositosis and Essential Trombosithemia. In : Beutler E, Coller BS,
Lichtman MA, Kipps TJ, Seligsohn U, eds. William Hematology, 6th ed. New York :
McGraw – Hill, 2001 : 1541-1549.
7. Vardiman JW. The World Health Organization (WHO) classification of the myeloid
neoplasms. Blood 2002;100:2292-302.
8. BS, Lichtman MA, Kipps TJ, Seligsohn U, eds. William Hematology, 6th ed. New
York: Mc Barbui T. What is the Standard Treatment in Essential Trombosithemia.
9. Means RT. Polycythemia vera. Wintrobe•s clinical hematology. 11th
ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2004.p.2258-72.