14.-MIMIT

8
LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT Judul : I b M TEKNOLOGI CABINET TRAY DRYER UNTUK KUALITAS PASCA PANEN RUMPUT LAUT (gracilaria sp) DARI BUDIDAYA TAMBAK PAYAU Ketua : Ir.MIMIT PRIMYASTANTO, MP NIP.: 196305111988021001 Anggota : Ir.M.FIRDAUS, MS NIP.: 196809192005011001 Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Program Pengabdian kepada Masyarak Nomor : 159/SP2H/PPM/DP2M/VIII/2010 Tanggal 24 Agustus 2010 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 (IbM)

description

XAXZ

Transcript of 14.-MIMIT

Page 1: 14.-MIMIT

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

Judul : IbM TEKNOLOGI CABINET TRAY DRYER UNTUK KUALITAS PASCA PANEN RUMPUT LAUT (gracilaria sp) DARI

BUDIDAYA TAMBAK PAYAU

Ketua : Ir.MIMIT PRIMYASTANTO, MP NIP.: 196305111988021001 Anggota : Ir.M.FIRDAUS, MS NIP.: 196809192005011001

Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Program Pengabdian kepada Masyarakat

Nomor : 159/SP2H/PPM/DP2M/VIII/2010 Tanggal 24 Agustus 2010

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2010

(IbM)

Page 2: 14.-MIMIT
Page 3: 14.-MIMIT

RINGKASAN

Pemerintah telah melakukan diversifikasi usaha budidaya di tambak dengan rumput

laut dengan harapan bisa mencarikan solusi bagi pembudidaya. Rumput laut (gracilaria sp)

mulai dikembangkan di Kabupaten Pasuruan sejak tiga tahun yang lalu, melalui kegiatan

diseminasi baik dari Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur maupun Kabupaten

Pasuruan. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah dari jenis gracilaria sp., karena jenis

ini sesuai apabila dibudidayakan di areal pertambakan. Sistem yang diterapkan adalah dengan

system polyculture, yaitu antara rumput laut, udang dan bandeng.

Rumput laut (gracilaria Sp) penghasil agar- agar itu juga mampu menyerap racun-

racun yang terkandung dalam air tambak. Bahkan, rumput laut yang ditanam menghasilkan

klekap yang biasanya menjadi makanan ikan bandeng. Bagi udang, lingkungan di sekitar

rumput laut merupakan penyedia makanan berupa plankton dan jasad renik. Pada umumnya

lokasi tambak yang sesuai dengan rumput laut (gracilaria sp) yang berdekatan laut, dan

harus tersedia pula sumber air tawar guna menurunkan salinitas. Areal tambak juga harus

terlindung dari angin dan memungkinkan terjadi pasang surut yang cukup tinggi. Tambak

pun harus jauh dari limbah industri dan limbah air tanah.

Panen perdana rumput laut dilakukan setelah berusia empat bulan. Panen udang dan

bandeng harus terlebih dahulu. Khusus rumput laut saat dipanen wajib dibersihkan dalam

tambak. Saat itulah ujung dari tangkai rumput laut selalu patah dan jatuh ke dasar kolam.

Tangkai itu kemudian tumbuh, berkembang secara baik, dan dapat dipanen dalam sebulan

kemudian, dan seterusnya. Ketika panen yang kedelapan kali, barulah diganti dengan bibit

yang baru. Sampai sekarang budidaya rumput laut telah berkembang mencapai 108 ha yang

tersebar di Kecamatan Kraton, Rejoso dan Lekok,

Adapun kendala yang dihadapi untuk mengembangkan rumput laut (gracilaria sp)

adalah bahwa : Pengeringan rumput laut yang dilakukan petani masih tradisional dengan

sinar matahari Namun masalah yang timbul selama pengeringan yaitu musim hujan.

Produksi menurun karena sinar matahari tidak optimal karena keterbatasan peralatan serta

daya awet menyebabkan kualitas kurang baik.

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian

air dari suatu bahan pangan dengan energi panas seperti sinar matahari atau peralatan

mekanis dan pengeringan juga merupakan salah satu pengawetan bahan pangan yang

Page 4: 14.-MIMIT

konvensional dilakukan manusia agar kandungan air bahan pangan berkurang sehingga

kecepatan kerusakan bahan pangan dapat diperlambat. Pengeringan mekanis merupakan

pengeringan yang menggunakan alat buatan manuasia yang akan menghasilkan produk yang

sanitier dan hygiene serta produk yang berkualitas. CABINET TRAY DRYER merupakan

alat pengeringan serba guna yang akan diterapkan pada pengeringan rumput laut.

Diharapkan pengeringan ini akan menghasilkan produk berkualitas dan bisa

meningkatkan harga jual rumput laut.

Tujuan kegiatan adalah Memperkenalkan Teknologi Pengeringan kualitas yang

berupa CABINET TRAY DRYER yang tahan karat berbentuk persegi panjang dan

Memberikan ketrampilan kepada Pembudidaya (UMKM) Rumput Laut (Metode kegiatan

yang akan digunakan dalam kegiatan penerapan IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)

adalah PRA (Participatory Rural Appraisal ) yaitu melibatkan masyarakat dalam kegiatan.

Pelaksanaan kegiatan ini melalui penyuluhan, pelatihan dan demonstrasi serta evaluasi untuk

melihat efektivitas program sehingga program akan tersosialisasi dengan efisien.

Hasil kegiatan ini memberikan nilai positif melalui penyuluhan dan demo dan sudah

merasakan manfaatnya karena alat CABINET TRAY DRYER tersebut langsung digunakan

mengeringkan rumput laut dan tepung rumput laut. Dari hasil lapangan ada perkembangan

bahwa pengeringan rumput laut harus rolling (pergantian rak bagian bawah yang telah berisi

bahan, akan lebih kering lebih dahulu dan rak diatasnya dipindahkan bagian bawah sehingga

pengeringan akan lebih merata. Suhu pengeringan diatur 60oC (dengan melihat Thermometer

yang menempel dibody alat) dengan cara membuka tutup klep ventilasi dan pengaturan

regulator kompor agar api yang dihasilkan terkendali. Kalau normal pengeringan berjalan 1-2

jam namun perlu diperhatikan bahwa rumput laut yang mau dikeringkan harus ditiriskan

terlebih dahulu agar air yang dibawa dari tambak keluar sehingga pengeringan lebih efektif.

Alat CABINET TRAY DRYER ini lebih adaptif karena alat ini mempunyai kelebihan

lainnya yaitu tahan karat kap,asitas 100 kg. Alat ini yang mudah dipindah-pindahkan dan

bersifat knock down.

Dampak kegiatan dalam penerapan Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) bahwa alat

CABINET TRAY DRYER adalah alat ini sangat adatif dan mudah dipindah-pindahkan

karena ringan. Pembinaan dan Evaluasi pasca penyuluhan dilakukan selama 2 minggu sekali

oleh team. Ternyata alat CABINET TRAY DRYER dari program IbM telah dicoba dan

Page 5: 14.-MIMIT

mulai digunakan kembali oleh masing-masing anggota Budidaya Rumput laut. Kendala yang

dihadapi adalah keterbatasan penyediaan alat ini untuk Pembudidaya Rumput laut lainnya

dalam demo serta disumbangkannya hanya 1 unit dan faktor yang lain adalah jumlah alat

sebaiknya diperbanyak untuk memperataan kepada anggota lain.

Faktor penghambat yang dihadapi adalah masalah pemilikan alat ini dilihat dari segi

keuangan masing-masing pembudidaya Rumput laut yang mempunyai rencana ingin

memiliki alat tersebut dan rencana tersebut dikonsultasikan dengan Dinas Terkait untuk dapat

memiliki bersama alat tersebut melalui pembinaan dan pemantauan team LPPM-unibraw atau

dicarikan program lain sehingga memotivasi mereka tetap bergairah dalam penanganan pasca

panen.

Page 6: 14.-MIMIT

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1987. Budidaya Rumput Laut. Majalah Trubus Februari. Pusat Informasi Pertanian Trubus.Jakarta.

Anonymous, 1989. Pola Kehidupan Sosial Budaya Dalam Hubungan Dengan Konsep Sanitasi Pada Masyarakat Tengger. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Dirjen Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional. Proyek Inventarisasi Dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Jakarta.

, 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.

_________, 2000. Rumput Laut. http: //www.pdii.lipi.go.id. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah. Jakarta.

, 2001. Kabupaten Sumenep Dalam Angka 2001. Kerjasama BAPPEDA Dengan BPS Kabupaten Sumenep. Sumenep.

, 2001. Kecamatan Bluto Dalam Angka 2001. Kerjasama BAPPEDA Dan BPS Kabupaten Sumenep. Sumenep.

_________, 2001. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

, 2002. Data Potensi Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Sumenep Tahun 2002. Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Sumenep. Sumenep.

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 1989. Pengawetan Dan Pengolahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.

Anggadireja J, S. Irawati 1996 dan Kusmiyati. 1996. Protein dan Manfaat Rumput Laut Indonesia Dalam Bidang Farmasi. Seminar Nasional Industri Rumput Laut. Jakarta 13 Juli 1996.

Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Astawan, M. 1997. Mengapa Rumput Laut Dicari Orang. Majalah Kesehatan Bulanan Sartika No. 11/November. Jakarta.

Page 7: 14.-MIMIT

Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Diterjemahkan Oleh Muhji Muljohardo. UI Press. Jakarta.

Doty, M. S., J. F. Caddy and B. Santelices.1986. Case Studi Of Seven Commersial Seaweed Resources. FAO Fish Tech. Rome. Italy.

Hanafiah, A. M dan A. M. Saefudin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. UI Press. Jakarta.

Indriani. H dan Sumiarsih. E. 1995.Budidaya Pengolahan Dan Pemasaran Rumut Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Junus, P. T. 1995. Mengenal Hama Rumput Laut. Sinar Tani. 7 Agustus 1995.

Jenie, B. S. L. 1988. Sanitasi Dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Dan Gizi. IPB. Bogor.

Labina, Yacobus dan Ende. 1992. Teknologi Pasca Panen. Sinar Tani. 10 Juni 1992.

Marzuki. 1986. Metodologi Riset. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Nawawi, H, 1983. Mtodologi Penelitian sosial. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Noor, Zulfriadi. 1996. Perdagangan Dan Industri Rumput Laut Di Dunia. Warta APBIRI Volume II Maret 1996.

Paramawati, Raffi. 2000. Perkembangan Teknologi Kemasan Pangan (Tinjauan Dari Sudut Filsafat). Makalah Pengantar Falsafah Sain (IPN 701). Program Studi Ilmu Pangan. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Risjani, Yenny dan Yunianta. 2000. Perbaikan Kultur Euchema cottoni Dalam Rangka Pengembangan Usaha Budidaya Rumput Laut Di Pantai Pulau Madura. Mitra Akademika Edisi V No. 14 Juli 2000.

Setyawati, D., B.B. Sasmita dan H. Nursyam.2000. Pengaruh Jenis Rumput Laut dan Lama Ekstraksi Terhadap Peningkatan Kualitas Karagenan. Dalam Jurnal-jurnal Ilmu Hayati Volume 12 Nomor 2. Lembaga Penelitian Universitas Brawijaya. Malang.

Page 8: 14.-MIMIT

Sigit, Suhardi. 1989. Marketing Praktis. Liberty. Yogyakarta.

Soegiarto, A., W.S. Atmaja, Sulistijo dan H. Mubarak. Rumput Laut, Manfaat, Potensi dan Usaha Budidaya. Lembaga Oseanologi Nasional. LIPI. Jakarta.

Suptijah, P. 2002. Rumput Laut : Prospek dan Tantangannya. Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.

Susanto, T. 1993. Pengantar Pegolahan Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Susanto, A.B. 2001. Rumput Laut Bukan Sekedar Hidup Di Laut. Jurnal Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

Swastha, Basu D. H. 1979. Asas-asas Marketing. Akademi Keuangan Dan Bisnis Yogyakarta.

Syarief, R. dan A. Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan Untuk Industri Pertanian. PT. Mediyatama sarana Perkasa. Jakarta.

Winarno, F.G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Zaitsev, V.J. Kiseveter, L. laguniov,T. Maharove, Minder and Podsevalov. 1969. Fish Curing and Processing. Mir Publishing. Moscow.