14 Cara Membuat Jamu Dan Herbal
Transcript of 14 Cara Membuat Jamu Dan Herbal
14 Cara Membuat Jamu dan HerbalFiled under MEMBUAT JAMUone comment
Hidup dijaman modern seperti sekarang
ini justru ada kecenderungan masyarakat menggunakan obat
Jamu dan Herbal untuk pengobatan. Kembali ke alam (back to
nature) merupakan pilihan alternatif yang diminati banyak
masyarakat sekarang ini, terutama dalam bidang pengobatan
dan makanan sehari-hari.
Penggunaan tumbuhan-tumbuhan berkhasiat obat atau lebih
dikenal dengan Jamu atau herbal sebetulnya sudah lama
dikenal oleh masyarakat kita. Walaupun sekarang sudah
banyak Jamu diproduksi dan dikemas secara modern. Namun
tradisi minum Jamu atau Herbal secara tradisional masih
banyak ditemukan dimasyarakat Indonesia, terutama di desa-
desa.
Sudah banyak terbukti keampuhan dan khasiat Jamu dan
herbal. Disamping lebih ekonomis, herbal juga mempunyai efek
samping yang sangat kecil. Walaupun demikian, masih banyak
masyarakat kita yang meragukan khasiat herbal. Memang
diakui bahwa daya penyembuhan jamu dan herbal tidak
sedahsyat obat kimia. Pengobatan dengan jamu dan herbal
membutuhkan waktu lama.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kenapa jamu dan
herbal tidak bekerja dengan efektif. Penyajian yang salah,
waktu minum yang tidak tepat, dosis yang tidak tepat, dan
ketidak sabaran pemakainya adalah faktor-faktor yang
menyebabkan herbal tidak efektif. Prof. H.M. Hembing
Wijayakusuma dalam bukunya “Ramuan Lengkap Herbal
Taklukan Penyakit” menyebutkan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengkonsumsi herbal sbb:
1. Cuci simplisia tumbuhan obat (herbal) dengan air mengalir
sampai bersih.
2. Segera gunakan herbal segar yang telah bersih untuk
pengobatan. Jika bahannya besar atau tebal, sebaiknya
potong-potong tipis agar saat perebusan zat-zat yang
terkandung didalamnya mudah keluar dan meresap dalam
air rebusan. Untuk herbal yang disimpan, keringkan lebih
dahulu setelah dicuci agar tahan lama dan mencegah
pembusukan oleh bakteri dan jamur. Bahan kering
(simplisia) juga lebih mudah dihaluskan untuk dijadikan
serbuk (bubuk). Pengeringan dapat langsung di bawah
sinar matahari atau memakai pelindung. Dapat juga
diangin-anginkan, tergantung dari ketebalan atau
kandungan airnya.
3. Seduh langsung bahan yang telah dijadikan bubuk
(serbuk) dengan air panas atau mendidih.
4. Untuk bahan yang keras dan sukar diekstrak, sebaiknya
hancurkan dan rebus terlebih dahulu sekitar 10 menit
sebelum memasukkan bahan lain.
5. Gunakan air tawar bersih dan tidak mengandung zat kimia
berbahaya untuk merebus. Pastikan jumlahnya cukup
sehingga seluruh bahan berkhasiat obat terendam sekitar
3 cm.
6. Untuk merebus bahan berkhasiat obat, gunakan wadah
yang terbuat dari periuk tanah (keramik), panci enamel,
atau panci beling. Jangan menggunakan wadah dari
logam, seperti besi, aluminium, dan kuningan. Logam
mengandung zat iron trichloride dan potassium
ferrycianide. Zat tersebut menimbulkan endapan pada air
dalam mengobati penyakit. Selama perebusan, jangan
terlalu sering membuka tutup wadah agar kandungan
minyak atsirinya tidak mudah hilang.
7. Gunakan api sesuai dengan jenis herbal yang direbus.
1. Api kecil : Gunakan untuk merebus herbal yang
berkhasiat sebagai tonikum, seperti ginseng dan
jamur ling zhi agar kandungan aktifnya terserap
kedalam air rebusan (rebus sekitar 2 jam).
2. Api kecil : dengan waktu perebusan yang lama juga
digunakan untuk jamu dan herbal yang mengandung
toksin, seperti mahkota dewa agar kandungan
toksinnya berkurang.
3. Api besar : Gunakan untuk merebus herbal atau
simplisia yang berkhasiat diaforetik (mengeluarkan
keringat) dan mengandung banyak minyak atsiri,
seperti daun mint, cengkih dan kayu manis. Setelah
mendidih, masukkan bahan dan rebus sebentar.
Dengan cara ini, kandungan atsirinya tidak banyak
hilang karena proses penguapan yang berlebihan.
8. Jika tidak ada ketentuan lain, perebusan dianggap selesai
saat air rebusan tersisa setengah dari jumlah air semula,
misalnya 800 cc menjadi 400 cc. Jika bahan yang direbus
kebanyakan berupa bahan keras, seperti biji atau batang
maka air rebusan disisakan sepertiganya, misalnya 600 cc
menjadi 200 cc.
9. Jika mengandung bahan kering, umumnya dosis (takaran)
setengah dari jumlah bahan segar. Misalnya, pemakaian
daun sendok segar pemakaiannya 90 gram dan jika kering
15 gram.
10. Pastikan dosis tumbuhan obat sesuai dengan yang
dianjurkan. Umumnya, 1 resep tumbuhan obat dibagi
untuk 2 kali minum sehari. Sisa ampas rebusan pertama
dapat direbus sekali lagi untuk 1 kali minum pada sore
atau malam hari.
11. Minum rebusan sari tumbuhan obat dalam keadaan
hangat dan setelahnya pakai baju tebal atau selimut.
Namun, untuk jenis herbal tertentu, seperti rebusan biji
pinang harus diminum dingin untuk menghindari kotraksi
dengan lambung yang mengakibatkan mual, muntah, dan
kram perut.
12. Umumnya, rebusan herbal diminum sebelum makan
agar mudah terserap. Namun, untuk ramuan obat yang
dapat merangsang lambung, minum setelah makan.
Minum ramuan obat yang berkhasiat sebagai penguat
(tonikum) pada waktu pagi hari sewaktu perut kosong.
Untuk ramuan yang berkhasiat sebagai penenang,
misalnya untuk insomnia, minum menjelang tidur.
13. Lakukan pengobatan secara teratur. Yang perlu
diingat, pengobatan herbal membutuhkan kesabaran
karena tidak langsung terasa manfaatnya, tetapi bersifat
konstruktirf (memperbaiki/membangun). Efek obat
kimiawi memang terasa cepat, tetapi bersifat desktruktif.
Karena sifatnya itu, herbal tidak dianjurkan sebagai
pengobatan utama penyakit-penyakit infeksi yang bersifat
akut (medadak), seperti demam berdarah, muntaber, dan
lainnya yang harus segera mendapat pertolongan medis.
Tanaman obat lebih diutamakan untuk pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan penyakit yang bersifat kronis
(menahun).
14. Pengobatan herbal dapat dikombinasikan dengan
obat kimiawi, terutama untuk penyakit kronis yang susah
disembuhkan, seperti kanker agar diperoleh hasil
pengobatan yang lebih efektif. Aturan minum obat herbal
sekitar 2 jam setelah pemakaian obat kimiawi.