139555363-51682169-Digital-Terrain-Model

10
DIGITAL TERRAIN MODEL MENYELESAIKAN BERBAGAI PERSOALAN Digital Terrain Model ada lah sistem informasi yang menyimpan, memanipulasi, dan menampilkan informasi ten tang permukaan. Istilah DTM ini pertama kali diperkenalkan oleh Miller dan La Fl ame pada tahun 1958. sejak itu istilah ini banyak digunakan dan dikembangkan dib idang surveying, geologi, geografi, sipil dan perencanaan serta disiplin ilmu ke bumian lainnya. Perolehan data DTM bisa melalui data dari peta, image matching, maupun pengukuran secara langsung dilapangan. Disini akan dibicarakan mengenai a plikasi DTM dalam berbagai bidang, antara lain untuk keperluan rekayasa dan non rekayasa, ortofoto digital, pemodelan kualitas meteorologi dan udara, analisa hi drologi, analisa geomorfologi, slope dan curvature, desain jalan, hitungan volum e, perencanaan proyek bangunan, navigasi, kehutanan, dan masih banyak lainnya. A PLIKASI DTM 1. Bidang meteorologi dan pemodelan kualitas udara. Data yang diperlukan adalah data ketinggian dan informasi mengenai muka bumi. Co ntoh masalah ini bisa dilihat pada daerah yang bertopografi kompleks menyebabkan  gangguan aliran angin dan pola dispersi polutan. Pemodelan kualitas angin pada terrain ini dirancang untuk menghitung dan mengukur perpindahan, penyebaran, rea ksi kimia, dan polutan yang dibawa oleh angin tersebut dari tempat lain. Data in i berguna untuk menentukan spesifikasi angin dan pengukuran interaksi balik temp eratur dari terrain, penyebaran polutan, dan partikel-partikel yang dibawa oleh angin. Dalam analisa meteorologi, ini digunakan dalam rangka peningkatan curah h ujan dan hidrometeorologi gunung dan aplikasi model simulasi salju yang mencair.  2. Bidang Ada tiga sistem dalam penggunaan Analysis DTM, a. Topographic kehutan an yaitu : System Sistem ini dipakai dalam mengelola dan mengevaluasi alternatif penggunaan lahan.  Atau secara rincinya mengatur penggunaan lahan dan mengevaluasi akibat dari pen ggunaan lahan pada lahan hutan.

description

awaff

Transcript of 139555363-51682169-Digital-Terrain-Model

DIGITAL TERRAIN MODEL MENYELESAIKAN BERBAGAI PERSOALAN Digital Terrain Model adalah sistem informasi yang menyimpan, memanipulasi, dan menampilkan informasi tentang permukaan. Istilah DTM ini pertama kali diperkenalkan oleh Miller dan La Flame pada tahun 1958. sejak itu istilah ini banyak digunakan dan dikembangkan dibidang surveying, geologi, geografi, sipil dan perencanaan serta disiplin ilmu kebumian lainnya. Perolehan data DTM bisa melalui data dari peta, image matching, maupun pengukuran secara langsung dilapangan. Disini akan dibicarakan mengenai aplikasi DTM dalam berbagai bidang, antara lain untuk keperluan rekayasa dan non rekayasa, ortofoto digital, pemodelan kualitas meteorologi dan udara, analisa hidrologi, analisa geomorfologi, slope dan curvature, desain jalan, hitungan volume, perencanaan proyek bangunan, navigasi, kehutanan, dan masih banyak lainnya. APLIKASI DTM 1. Bidang meteorologi dan pemodelan kualitas udara.Data yang diperlukan adalah data ketinggian dan informasi mengenai muka bumi. Contoh masalah ini bisa dilihat pada daerah yang bertopografi kompleks menyebabkan gangguan aliran angin dan pola dispersi polutan. Pemodelan kualitas angin pada terrain ini dirancang untuk menghitung dan mengukur perpindahan, penyebaran, reaksi kimia, dan polutan yang dibawa oleh angin tersebut dari tempat lain. Data ini berguna untuk menentukan spesifikasi angin dan pengukuran interaksi balik temperatur dari terrain, penyebaran polutan, dan partikel-partikel yang dibawa oleh angin. Dalam analisa meteorologi, ini digunakan dalam rangka peningkatan curah hujan dan hidrometeorologi gunung dan aplikasi model simulasi salju yang mencair. 2. Bidang Ada tiga sistem dalam penggunaan Analysis DTM, a. Topographic kehutanan yaitu : SystemSistem ini dipakai dalam mengelola dan mengevaluasi alternatif penggunaan lahan. Atau secara rincinya mengatur penggunaan lahan dan mengevaluasi akibat dari penggunaan lahan pada lahan hutan.b. DigitalTerrainInformationSystemAdalah bagian dari system diatas yang dipakai untuk mendigitasi permukaan dan sumber data, memanipulasi dan perhitungan data, serta hasil keluaran berupa grafik yang c. Methode dipakai dalam perencanaan Alternative penggunaan Impacts By lahan. Computer Of ScienceDigunakan untuk sumber pengelolaan grafik bentang alam seperti; danau buatan, jalan, menara pengamat, dalam hal kayu berapa pohon yang sudah ditebang. Pada intinya DTM berguna untuk griding, penggambaran kontur dan tampang untuk perhitungan volume dan pembuatan jalan dihutan, penentuan loaksi sumur di hutan dan lainnya. 3. Bidang dibuat dari peta induk topografi. 4. Bidang analisa geomorfologi dan hidrologi pemetaan topografiData DTM digunakan untuk mengetahui kebenaran dari pembuatan peta turunan yangBasis data DTM banyak digunakan sebagai data masukan untuk pembuatan model yang digunakan untuk aliran air hujan, erosi, analisa karakteristik suatu permukaan dan kestabilan tanah. Data ini memiliki kelebihan karena posisinya yang unik, sehingga memungkinkan untuk melakukan prediksi dampak dari suatu lokasi. 5. Bidang komersilMetode yang berkembang dalam bidang remote sensing: Metode fotogrametri, metode digitasi stereo, metode permukaan digital. Keuntungan penggunaan data DTM adalah ketika mengupdate bagian dari peta tanpa harus mengkompilasi lagi keseluruhan luasan peta. 6. Data DTM teknik Landsat untuk pengelolaan dan sumber data SDA DTMPenggabunganscanner multispektral Landsatmenghasilkan data gabungan, dari Landsat diperoleh data yang mempresentasikan tutupan lahan sedangkan data DTM mempresentasikan garis kontur. 7. Bidang pembuatan peta ortofotoMemproduksi peta topografi bagi keperluan teknik, perencanaan dan desain menempuh beberapa cara agar mendapatkan hasil dengan kualitas standart, antara lain : ~ menggunakan ortofoto~membuatpenggambarankontursecaraotomatisdengan produksimendigitasi ortofotohasil scanning citrastereoskopisselama~ keuntungan menggunakan penggambaran kontur digital adalah; kontur yang diproduksi dengan calcomps general purpose countouring systemlebih akurat apabila dibandingkan dengan stereoploter, penggambarannya lebih singkat, dan penggunaan data digital dari hasil ortophoto scanningyang dikombinasi dengan plotter flatbed kecepatan tinggi akan sangat menghemat waktu.http://kmtg.ft.ugm.ac.id/artikel%20-%20dtm.htmFriday, March 25, 2011 PENERAPAN DIGITAL TERRAIN MODEL (DTM)ABSTRAK Untuk kebutuhan perhitungan hidrologi di kawasan Gunung Guntur terutama untuk penentuan debit run off, yang sering digunakan adalah metode rasional dengan variabel-variabel diantaranya Luas DAS (hektar), intensitas hujan (mm/jam) dan koefisien run off (C). Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi sistem informasi, pembuatan model tiga dimensi aliran air kawasan Gunung Guntur dapat membantu dalam penentuan batas-batas Daerah Aliran Sungai (DAS). Model yang digunakan dalam hal ini adalah proses Digital Terrain Model (DTM) atau model permukaan digital. Model ini akan menampilkan relief permukaan secara tiga dimensi. Dengan bantuan perangkat lunak hasil dari DTM dapat diketahui pola aliran air permukaan. Dimana pola aliran air ini membantu dalam penentuan batasbatas Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan latar belakang dari permasalahan-permasalahan diatas, maka perlu adanya kajian keberadaan kawasan tersebut sebagai daerah tangkapan air dengan melakukan pendekatan hidrologi, sedangkan model tiga dimensi gerakan aliran air kawasan Gunung Guntur dapat memberikan informasi wilayah spasial kawasan tersebut dan dapat membantu dalam menentukan batas DAS. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tata ruang kawasan Gunung Guntur secara tiga dimensi serta mengetahui batasan DAS dan luas DAS di kawasan Gunung Guntur. Untuk menghitung debit puncak. Berdasarkan hasil analisis pemanfaatan Digital Terrain Model (DTM) cukup efektif dan efisien untuk koleksi data, visualisasi dan analisa masukan dan keluaran model simulasi model tiga dimensi aliran permukaan kawasan Gunung Guntur dapat mempermudah dalam penentuan batas dan luas Daerah Aliran Sungai. Penentuan batas dan luas DAS menggunakan Digital Terrain Model (DTM) bisa dikatakan menguntungkan dimana dapat menghemat waktu, dan ketepatan dalam perhitungan. Perhitungan luasnya dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Auto Cad. Ini sangat berbeda kalau menentukan dan menghitung batas DAS dengan menggunakan peta planimetris (peta 2 dimensi). Sana Saeful Rakhman 2004. BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Gunung sangat berpengaruh bagi terpenuhinya kebutuhan air untuk daerah yang sangat luas. Hal ini dikarenakan banyaknya curah hujan yang turun di lerenglereng gunung, kebanyakan hulu sungai berasal dari gunung. Beberapa gunung bersalju berfungsi sebagai penampungan air, yang meleleh pada musim panas, dan mengairi sungai selama musim panas. Aliran sungai dari gunung yang curam dan deras dapat di manfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga air (Sampurno, 1981). Jawa Barat dengan karakteristik serta topografi wilayah yang bergelombang menjadi salah satu pusat sebaran hutan pegunungan. Salah satu kawasan pegunungan yang terletak di Kabupaten Garut adalah Gunung Guntur. Kawasan Gunung Guntur dilihat dari kondisi fisiknya merupakan kawasan yang memiliki fungsi sebagai daerah konservasi air dan tanah. Hal ini ditandai dengan keberadaan hulu sungai-sungai besar.Data luasan dan cakupan hutan di Garut terdiri dari hutan lindung 55.000 hektar, hutan produksi 40.000 hektar, cagar alam 17.000 hektar, taman wisata 748 hektar, dan hutan rakyat 10.000 hektar (Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 1991). Secara ekologi, ekosistem kawasan Gunung Guntur adalah komponen DAS yang berperan dalam memelihara keseimbangan ekosistem daerah bawahannya dan proses hidrologi yang mengatur pasokan air permukaan serta air tanah, sehingga hutan diasumsikan berada pada posisi supplai untuk memelihara ketersediaan air dengan daerah aliran sungai sebagai unit sistem hidrologi. Dalam hal ini kawasan Gunung Guntur dikatakan sebagai kawasan hulu, Supriadi dalam Andi Masnang (2003) menyatakan bahwa kawasan hulu mempunyai peran penting yaitu selain sebagai tempat penyedia air untuk dialirkan ke daerah hilirnya bagi kepentingan pertanian, industri, pemukiman dan pariwisata, juga berperan sebagai pemelihara keseimbangan ekologis untuk sistem penunjang kehidupan. Untuk kebutuhan perhitungan hidrologi di kawasan tersebut terutama untuk penentuan debit run off, sering digunakan metode rasional dengan variabel-variabel diantaranya Luas DAS (ha), Intensitas hujan (mm/jam) dan Koefisien run off (C). Koefisien (C) dapat diketahui dari tabel koefisien, intensitas hujan didapat dari data pengamatan di lapang. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat tergantung dari penentuan batas-batas punggung permukaan yang didapat dari peta topograpi.. Penentuan batas-batas sub DAS dari peta tematik atau peta dua dimensi mengalami kesulitan dimana tidak ada pola aliran. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi system informasi, pembuatan Digital Terrain Model (DTM) kawasan studi dapat membantu dalam penentuan batas-batas Daerah Aliran Sungai (DAS). Penentuan batas-batas berpengaruh pada perhitungan debit aliran dengan menggunakan metode rasional.. DTM ini akan menampilkan relief permukaan secara tiga dimensi. Dengan bantuan perangkat lunak hasil dari DTM dapat diketahui pola aliran air permukaan. Dimana pola aliran air ini membantu dalam penentuan batas-batas Daerah Aliran Sungai (DAS). Berdasarkan latar belakang dari permasalahan-permasalahan diatas, maka perlu adanya kajian keberadaan kawasan tersebut sebagai daerah tangkapan air dengan melakukan pendekatan hidrologi, sedangkan DTM dan pola gerakan aliran air kawasan studi dapat memberikan informasi batas DAS. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Apakah penggunaan metode 3 dimensi penerapan atau Digital Terrain Model (DTM) dapat lebih memudahkan dalam penentuan batas Daerah Aliran Sungai (DAS), sehingga dalam perhitungan debit puncak mudah juga dilakukan 2. Bagaima pola aliran di kawasan Gunung Guntur. 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi kawasan Gunung Guntur dari sudut fungsi ekologis sebagai daerah tangkapan air dan membuat model tiga dimensi aliran air di kawasan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui besarnya debit puncak di kawasan tersebut. 2. Untuk mengetahui bentuk tiga (3) dimensi kawasan tersebut dan pola gerakan aliran permukaannya 3. Dapat memberikan masukan/informasi kepada pihak yang berwenang untuk membuat kebijakan tentang penataan ruang. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Memberikan wacana dan gambaran terhadap penggunaan suatu metode alternatif untuk memanfaatkan sumber daya air di kawasan Gunung Guntur. 2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menghitung debit puncak dengan menggunakan DTM. 1.5 Kerangka Pemikiran Produk yang diperoleh pada suatu proyek pemetaan tergantung dari peralatan dan metode yang digunakan pada proses pekerjaan pemetaan. Peralatan yang dimaksud disini meliputi peralatan dalam pengambilan data, pengolahan data, serta penyajian dan penyimpanan data. Peralatan yang digunakan dapat mengidentifikasikan tentang ketelitian yang akan dicapai pada produk dari suatu pekerjaan pemetaan. Untukmenghasilkan produk dengan ketelitian tinggi pula, begitu juga sebaliknya dengan syarat proses pekerjaan pemetaan mengikuti prosedurprosedur yang benar dan peralatan tersebut dimanfaatkan secara optimal. Pada proyek pemetaan untuk peta digital, pengadaan data didapat dari data yang sudah ada. Sedangkan pengolahan data dilakukan menggunakan komputer dengan perangkat lunak tertentu yang dapat membuat peta. Produk akhir dari pekerjaan ini adalah peta digital (soft copy) yang disimpan diharddisk dan peta dalam bentuk hard copy yang dicetak printer pada ukuran kertas yang diinginkan. Diharapkan dengan adanya spesifikasi teknis ini dapat dihasilkan suatu system peta rupa bumi digital yang berbentuk basis data yang lengkap untuk melayani berbagai keperluan, mulai dari produksi peta hard-copy hingga penyediaan layerlayer data untuk keperluan Sistem Informasi Geografis (SIG) beserta system analisisnya. Sistem peta rupa bumi digital yang berbentuk basis data seperti ini dinamakan sistem basis data rupa bumi digital . Untuk mencapai hasil yang diharapkan pada spesifikasi teknis ini dijelaskan berbagai hal yang diperlukan yang menyangkut cara atau pedoman pembuatan basis data rupa bumi digital yang meliputi sistem georeferensi atau proyeksi yang digunakan, unsurunsur peta, sistem pengkodean dan pembagian layer digital, struktur data dan format atribut unsur peta, dan ketentuan kualitas data. Penyusunan spesifikasi teknis pembentukan basis data rupa bumi digital dimaksudkan untuk menyediakan pedoman atau petunjuk pelaksanaan teknis yang baku dalam pemakaian dan pembuatan basis data rupa bumi digital. Dengan pembakuan ini ketersediaan basis data rupa bumi yang berstandar nasional dapat dicapai. Spesifikasi teknis ini berlaku juga untuk pembuatan dan pemakaian data rupa bumi digital pada berbagai skala. Dengan demikian duplikasi isi dan kenampakan unsur data rupa bumi yang beredar di Indonesia akan dapat dihindari. Satu lembar peta akan digambarkan dan disimpan secara digital dengan satu paket data rupa bumi digital yang sama. Penerbitan spesifikasi teknis ini diharapakan juga bisa mempermudah pertukaran data rupa bumi digital diantara instansi pemerintah yang berbeda dan bisa dijadikan pedoman dalam transaksi jual-beli data rupa bumi digital diantara Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKORSUTANAL) dengan para pemakai dan industri swasta di bidang jasa informasi khususnya yang berkaitan dengan informasi rupa bumi Indonesia. Dengan pemahaman atas spesifikasi yang sam dan baku akan dicapai kemudahan dalam pertukaran dan pemakaian data rupa bumi digital karena menggunakan konsep dan pandangan yang sama. Spesifikasi ini menyediakan informasi tentang konsep dasar dan ketentuan-ketentuan pembuatan basis data rupa bumi digital BAKORSUTANAL dimana informasi tersebut merupakan kunci untuk pemakaian dan pemanfaatan atas produk tersebut. Didalam proses pembuatan Digital Terrain Model (DTM) bisa sekaligus dapat mengetahui pola aliran air, sehingga lebih memudahkan untuk menentukan batasbatas Daerah Aliran Sungai (DAS). Setelah penentuan batas DAS dengan menggunakanDTM selanjutnya kembali ke peta 2 dimensi untuk menghitung analisis hidrologi kawasan tersebut. Aliran permukaan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju sungai, danau dan laut (Schwab, 1981). Puslitbangair, Depkimpraswil RI (1995) mengartikan aliran permukaan (tinggi aliran) sebagai tebal aliran permukaan rata-rata dalam satu bulan persatuan luas (km2) dari suatu DAS. Aliran permukaan dapat juga diartikan sebagai bagian dari curah hujan dengan intensitas dan durasi tertentu yang memiliki ketebalan aliran rata-rata tertentu di atas permukaan tanah yang terjadi pada suatu luasan DAS tertentu dan mengalir menuju sungai, danau atau laut. Dari beberapa pengertian aliran permukaan di atas jelas terlihat bahwa aliran permukaan merupakan sebagian dari jumlah curah hujan yang mengalir diatas permukaan, sebagian lainnya masuk ke dalam tanah berupa air terinfiltrasi dan sebagian lainnya tertahan di permukaan tanah akibat adanya cekungan atau gaya tarik benda yang berada di permukaan tanah terhadap air dengan ketebalan tertentu (surface detentions). Dari aliran permukaan yang ada terdapat komponenkomponen aliran permukaan tanah yang sangat penting bagi perancang bangunan air meliputi : debit puncak (peak flow), waktu tercapainya debit puncak (time concentration), volume dan distribusi ( Asdak, 2001). Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya dalam bentuk aliran permukaan ke laut melalui sungai utama (Asdak, 2001). Seluruh wilayah daratan terbagi habis menjadi beberapa DAS. Di Indonesia terdapat 1019 DAS yang terpantau debit aliran permukaannya karena memiliki bangunan ukur yang dikelola oleh bagian Hidrologi, Puslitbangair, Depkimpraswil RI. Dan masih banyak DAS lainnya yang belum terpantau dengan baik. Metoda pengukuran besarnya aliran permukaan pada suatu DAS yang digunakan di Indonesia adalah pengukuran langsung di lapangan. Sampai saat ini metode tersebut merupakan metoda terbaik karena menghasilkan hidrograf aliran permukaan, akan tetapi memerlukan biaya tinggi, tenaga dan waktu Komponen-komponen penting aliran permukaan mudah didapatkan dari buku Data Tahunan Debit Sungai untuk DAS yang telah terpantau, sedangkan untuk DAS yang tidak terpantau maka komponen penting aliran permukaan harus diduga dengan menggunakan beberapa metode pendugaan seperti Metode Melchior, Weduwen, Harpes, Wooding dan lain-lain. Pengukuran-pengukuran secara langsung mulai dihindari dan untuk memperkirakan komponen penting aliran permukaan dikembangkan metode-metode simulasi hidrologi dalam bentuk model-model hidrologi. Keuntungan dari penggunaan model hidrologi adalah dapat menentukan komponen penting aliran permukaan lebih cepat, murah dan relatif akurat. Model hidrologi untuk memperkirakan aliran permukaan harus dapat menggambarkan proses-proses fisis yang sesungguhnya dengan cara menirukan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan terjadinya aliran permukaan. Menurut Linsley, Kohler dan Paulhus (1986), model hidrologi aliran permukaan harus menggambarkan suatusistem pemisalan proses-proses fisis aliran permukaan, kemudian merumuskannya dalam bentuk persamaan-persamaan yang melukiskan perilaku sistem aliran permukaan. Salah satu model hidrologi yang telah banyak digunakan saat ini adalah Metode Rasional. Lebih dari 70% perancangan teknik pengairan di Indonesia menggunakan nomogram Melchior berdasarkan Metode Rasional (Subarkah, 1997). Pada Metode Rasional diasumsikan bahwa aliran permukaan pada setiap titik pengaliran baik debit, kedalaman maupun kecepatannya adalah sama, sedangkan kenyataan yang terjadi di lapangan, aliran permukaan mengalami penahanan, penyimpanan dan keragaman waktu. Selain itu keluaran yang dihasilkan hanya berupa debit puncak aliran permukaan, karena Metode Rasional merupakan fungsi non parametrik dimana debit aliran pemukaan tidak tergantung dari parameter waktu. Waktu pencapaian debit puncak didapatkan dari rumus yang lain yang dihasilkan dari model stokastik( analisis regresi) , yaitu rumus Waktu Konsentrasi.http://www.skripsitesisdisertasi.com/backup/skripsi/teknologi%20pertanian_5.htm