Asam Benzoat dan Natrium Benzoat : Sifat, Karakteristik dan Fungsional
137269936 Dasar Teori Benzoat
-
Upload
lionny-candra-dewi -
Category
Documents
-
view
43 -
download
8
description
Transcript of 137269936 Dasar Teori Benzoat
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Dasar Teori
II.1.1. Bahan Tambahan Makanan
Lemak dapat digolongkan dalam 3 jenis yakni lemak jenuh, lemak tidak jenuh, dan
lemak trans. Masing-masing memiliki struktur kimia dan bentuk yang berbeda. Pada suhu
kamar, lemak jenuh dan lemak trans berbentuk padat seperti butter sedangkan lemak tidak
jenuh biasanya berbentuk cair, contohnya minyak sayur. Ketiga jenis lemak tersebut juga
memiliki pengaruh yang berbeda pula pada kadar kolesterol pada tubuh. Sifat lemak jenuh
dan lemak trans banyak membawa kolesterol LDL dalam darah yang mengakibatkan plak
menempel pada saluran pembuluh darah yang akhirnya akan mengganggu sistem peredaran
darah dan suplai oksigen dalam tubuh. Karena itu, kedua jenis lemak tersebut sering disebut
lemak jahat. Berbeda pada lemak tidak jenuh yang membawa lebih sedikit kolesterol dan
lemak di dalam darah.
Lemak Jenuh
Lemak jenuh biasanya berbentuk lebih padat saat berada di suhu ruangan, dan meleleh
bila dipanaskan. Lemak ini menjadi jenuh karena penuh dengan hidrogen. Lemak jenuh
mudah dikenali dari bentuknya yang padat seperti lilin dan banyak ditemukan pada produk
yang berasal dari hewan seperti daging ayam, sapi, daging merah, telur, susu murni dan
produknya seperti keju, margarine, roomboter, dan krim. Pada bahan nabati, lemak jenuh
dapat ditemukan pada minyak kelapa dan minyak sawit. Lemak jenuh memiliki sifat yang
dapat menganggu tubuh yaitu dapat mengentalkan darah sehingga mudah lengket pada
dinding pembuluh darah karena menggumpal yang tentu saja dapat mengganggu peredaran
darah dalam tubuh. Lemak jenuh juga mudah menempel pada dinding pembuluh darah dan
dapat mengakibatkan pengerasan dinding pembuluh darah. Karena peredaran darah dan
oksigen terganggu, penyakit lain seperti penyakit jantung, darah tinggi, dan stroke seringkali
menyerang orang yang senang mengonsumsi makanan berlemak jenuh tinggi.
Lemak Tidak Jenuh
Jenis lemak ini umumnya berwujud cair pada suhu ruangan, namun dapat berubah
menjadi padat jika disimpan pada lemari pendingin. Banyak ditemukan pada bahan nabati
seperti minyak sayur (minyak Zaitun, minyak bunga Matahari, minyak Wijen, minyak
Kedelai, kacang-kacangan) dan Alpukat. Juga banyak ditemukan pada ikan-ikanan. Lemak
tak jenuh sering disebut lemak baik karena jenis lemak ini dapat memperbaiki kadar
kolesterol darah, meringankan inflamasi, menstabilkan ritme jantung, meningkatkan antibodi
pada tubuh, menurunkan resiko serangan jantung, menurunkan kolesterol LDL sehingga
dapat memperbaiki sirkulasi darah dan dapat membentuk zat mirip hormon yang mempunyai
efek anti radang, dan sejumlah manfaat yang baik untuk kesehatan. Meskipun lemak jenis ini
bersifat baik, tetap saja tidak dianjurkan diasup secara berlebihan karena kandungan kalorinya
cukup banyak.
Lemak tidak jenuh dapat dikategorikan dalam 2 jenis yakni lemak tidak jenuh
tunggal (mono-unsaturated fatty acids atau disingkat MUFA) dan lemak tidak jenuh
ganda (poly-unsaturated fatty acids atau disingkat PUFA). Asam lemak tidak jenuh tunggal
dapat ditemukan pada minyak Zaitun, minyak kacang, dan minyak Canola, Alpukat, dan
sebagian besar kacang-kacangan. Sedangkan asam lemak tidak jenuh ganda dapat ditemukan
pada minyak jagung, minyak biji bunga matahari, dan minyak kedelai. Asam lemak tak jenuh
memiliki ikatan atom karbon rangkap yang mudah terurai dan bereaksi dengan senyawa lain,
sampai mendapatkan komposisi yang stabil berupa asam lemak jenuh. Semakin banyak
II-2
Laboratorium Kimia Organik DIII Teknik Kimia FTI-ITS
2013
Bab II Tinjauan Pustaka
jumlah ikatan rangkap itu (poly-unsaturated), semakin mudah bereaksi atau berubah minyak
tersebut. Minyak dengan asam lemak tak jenuh lebih baik langsung dikonsumsi tanpa diolah
atau dipanaskan dulu. Apabila digunakan untuk memasak, bisa digunakan untuk masakan
tumis karena pemanasan tidak berlangsung lama. Jika dipakai untuk menggoreng, asam lemak
tak jenuh justru lebih mudah membentuk lemak trans yang berbahaya karena sifatnya yang
mudah bereaksi. Selain itu, penggunaannya tidak boleh melebihi 4 gram sehari.
Asam lemak omega 3 dan omega 6 merupakan lemak tak jenuh. Asam lemak omega 3
banyak terkandung dalam lemak ikan seperti ikan tenggiri, kerapu, giranda, sarden, salmon,
hiu, tuna, dan masih banyak lagi. Asam omega 6 banyak terkandung dalam minyak jagung,
wijen, kedelai, dan minyak bunga matahari. Para ahli menganjurkan kita untuk mengasup ikan
minimal 2 kali dakam seminggu untuk kesehatan. Asal tak dikonsumsi berlebihan, lemak
banyak manfaatnya bagi kesehatan kita. Hanya dengan bantuan lemak, vitamin A, D, E dan K
dapat larut untuk kemudian dikirim ke seluruh tubuh sebagai sumber nutrisi.
Lemak Trans
Lemak trans berasal dari lemak tidak jenuh yang mengalami proses pemadatan dengan
teknik hidrogenisasi parsial yang menyebabkan perubahan konfigurasi ikatan kimia lemak itu.
Akibatnya, lemak tidak jenuh yang umumnya berbentuk cair, menjadi berbentuk padat dan
lebih awet. Tujuan sebenarnya adalah untuk membantu minyak nabati yang bersifat tidak
jenuh menjadi lebih stabil sehingga lebih tahan terhadap reaksi ketengikan dan tetap padat
pada suhu ruangan. Walaupun berasal dari lemak tidak jenuh yang bersifat baik, lemak trans
ini berubah sifatnya karena proses hidrogenisasi tadi. Lemak jenis ini menjadi tidak berbeda
dengan lemak jenuh karena sifatnya yang meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan
kadar kolesterol LDL. Produk dari lemak trans salah satunya berupa margarine yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Memilih lemak yang baik dan mengasupnya secara proporsional merupakan tindakan
bijak bagi kesehatan tubuh kita. Menurut para ahli gizi, kebutuhan lemak kita adalah 20 –
25% dari total kebutuhan kalori per hari. Kebutuhan lemak seorang perempuan dewasa sehat
kira-kira 40 – 60 gram/hari. Dan untuk pria sehat adalah sekitar 50 – 80 gram/hari. Dari
kebutuhan tadi, asupan lemak jahat hendaknya cukup 7% saja.
Lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap. Namun, proses pemanasan bisa membuat
rantai ganda itu pecah dan berubah jadi satu rantai. Proses pemanasan bisa membuat lemak
tak jenuh jadi lemak jenuh atau bersifat radikal bebas karena tidak mempunyai ikatan atom
lain. Minyak yang rusak seperti itulah yang akan menaikkan kadar kolesterol jahat dalam
tubuh dan menimbulkan serangan jantung. Itulah sebabnya mengapa minyak zaitun tidak
disarankan untuk deep fried karena pemanasan dengan suhu tinggi bisa merusak manfaat baik
minyak zaitun.
Kerusakan minyak goreng sehingga merugikan kesehatan terjadi ketika minyak
dipanaskan melewati titik asap. Itu terjadi ketika menggoreng menggunakan minyak bekas
berulang-ulang. Tanda-tanda minyak sudah melewati titik asap adalah minyak tampak berasap
ketika sedang menggoreng. Menggoreng pada suhu di atas titik asap akan mengubah asam
lemak tak jenuh yang terkandung dalam minyak menjadi asam lemak jenuh yang berbahaya
karena meningkatkan kolesterol.
Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) adalah asam lemak yang berada
sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh
proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. FFA di dalam minyak
sawit, sebagian besar palmitat, stearat dan oleat. Kandungan palmitat lebih banyak didalam
minyak sawit sehingga berat molekulnya digunakan dalam perhitungan. FFA terbentuk akibat
adanya air dan katalis melalui reaksi hidrolisa.
Minyak (Trigliserida) + Air ——> FFA + Gliserol
II-3
Laboratorium Kimia Organik DIII Teknik Kimia FTI-ITS
2013
Bab II Tinjauan Pustaka
Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan
katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang
terbentuk (Anonim, 2001). Ada 2 dasar hidrolisis katalis didalam minyak sawit. Pertama
adalah hidrolisis enzimatik. Lemak aktif memecahkan enzim, sebagian besar lipid yang ada
didalam buah sawit. Aktifitasnya menghasilkan formasi FFA dipercepat bila mesocarp buah
sawit pecah atau memar. Kedua adalah hidrolisis katalis secara spontan. Reaksi ini
dipengaruhi oleh kandungan FFA yang ada didalam buah sawit dan telah berkembang yang
berhubungan dengan suhu dan waktu. Daging kelapa sawit mengandung enzim lipase yang
dapat menyebabkan kerusakan pada mutu minyak ketika struktur seluler terganggu.
Enzim yang berada didalam jaringan daging buah tidak aktif karena terselubung oleh
lapisan vakuola, sehingga tidak dapat berinteraksi dengan minyak yang banyak terkandung
pada daging buah. Masih aktif di bawah 15 derajat C dan non aktif dengan temp diatas 50
derajat C.
Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam lemak
bebas.
CH2RCOO CH2OH
CHRCOO + 3H2O CHOH + 3RCOOH
CH2RCOO CH2OH
TAG + H2O DAG + ALB
DAG + H2O MAG + ALB
MAG + H2O Gliserol + ALB
Reaksi hidrolisis lemak bersifat reversible merupakan reaksi kesetimbangan, kondisi
tercapai bila kecepatan reaksi pemecahan lemak sama dengan reaksi pembentukan lemak.
Reaksi hidrolisis lemak berlangsung secara bertahap yaitu pembentukan isomer diasilgliserol,
proses pembentukan alpha dan betha monoasil gliserol dan proses pembentukan gliserol.
Sebelum proses ektraksi minyak dilakukan, pertama-tama buah direbus di dalam
stelizer. Salah satu tujuannya yaitu menonaktifkan aktifitas enzim. Didalam buah kelapa sawit
ada enzim lipase dan oksidase yang tetap bekerja sebelum enzim itu dihentikan dengan cara
fisika dan kimia.
Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein.
Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian
memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB). Enzim Oksidase berperan dalam
proses pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan
aldehide dan kation. Senyawa yang terakhir bila dioksidasi lagi akan menjadi asam. Jadi ALB
yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase.
Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami luka. Untuk mengurangi
aktifitas enzim sampai di pabrik kelapa sawit diusahakan agar buah tidak rusak dan buah tidak
busuk. Enzim tersebut tidak aktif lagi pada temperatur 50ºC. Karena itu perebusan di dalam
sterilizer pada temperatur 120ºC akan menghentikan enzim.
Variabel Yang Sangat Berpengaruh Terhadap Asam Lemak Bebas
Beberapa variabel proses yang sangat berpengaruh terhadap perolehan asam lemak
seperti pengaruh suhu, kematangan buah, kadar pelukaan buah, pengadukan, penambahan air,
penambahan CPO dan lama penyimpanan.
1. Pengaruh Temperatur
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa kadar asam lemak yang
paling tinggi didapat pada suhu kamar (25ºC – 27ºC). Enzim lipase pada buah kelapa sawit
sudah tidak aktif pada suhu pendinginan 8ºC dan pada pemanasan pada suhu 50ºC. Secara
umum temperatur sangat berpengaruh pada reaksi kimia, dimana kenaikan temperatur akan
II-4
Laboratorium Kimia Organik DIII Teknik Kimia FTI-ITS
2013
Bab II Tinjauan Pustaka
menaikkan kecepatan reaksi. Sifat enzim yang inaktif pada suhu tinggi, maka pada proses
enzimatis ada batasan suhu supaya enzim dapat bekerja secara optimal. Penurunan aktifitas
enzim pada suhu tinggi diduga diakibatkan oleh denaturasi protein. juga pada suhu rendah,
aktifitas enzim juga menurun yang diakibatkan oleh denaturasi enzim.
2. Pengaruh Penambahan Air
Air mempunyai pengaruh pada reaksi yang terjadi, dan pengaruh ini pada dasarnya
adalah membantu terjadinya kontak antara substrat dengan enzim. Enzim lipase aktif pada
permukaan (interface) antara lapisan minyak dan air, sehingga dengan melakukan
pengadukan, maka kandungan air pada buah akan mampu untuk membantu terjadinya kontak
ini. Pada proses hidrolisa ini, secara stokiometri air pada buah sudah berlebih untuk
menghasilkan asam lemak (kadar air pada buah adalah sekitar 28%), tetapi karena air ini
berada pada padatan maka perlu dilakukan pelumatan buah dan selanjutnya dilakukan
pengadukan. Disamping itu, untuk mengatasi/mencegah kekurangan air. Pengaruh kadar air
pada produk yang dicapai sangat besar, dimana kandungan air yang sangat besar ini
mengakibatkan reaksi antara asam lemak dan gliserol tidak dapat terjadi dengan baik.
3. Pengaruh Pelukaan dan Pengadukan Buah
Enzim lipase tidak berada dalam minyak, tetapi berada dalam serat. Tingkat pelukaan
buah dan pengadukan sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisa karena akan membantu
terjadinya kontak antara enzim dan minyak (substrat). Hal ini karena posisi enzim lipase pada
buah sawit belum diketahui secara pasti, sehingga untuk mengatasi hal ini maka buah harus
dilumat sampai halus, kemudian minyak dan seratnya dicampur kembali. Dengan proses
seperti ini terbukti bahwa kadar asam lemak yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan jika
buah tidak dilumat sampai halus (hanya dimemarkan/dilukai).
Pengaturan kecepatan pengadukan pada reaksi ini perlu dilakukan, karena pada proses ini
pengadukan berpengaruh kepada waktu kontak antara air, substrat dan enzim. Disamping itu,
karena yang diaduk adalah campuran serat dan minyak, maka pemilihan rancangan pengaduk
sangat perlu untuk diperhatikan.
4. Pengaruh Kematangan Buah
Buah yang terdapat pada satu tandan buah kelapa sawit tidak akan matang secara
serempak. Buah yang berada pada lapisan luar biasanya lebih matang jika dibandingkan
dengan buah yang berada pada bagian yang lebih dalam. Hal ini mengakibatkan adanya
perbedaan persentase minyak yang terdapat pada setiap buah yang berada dalam satu tandan.
Pada buah kelapa sawit, semakin matang buah maka kadar minyaknya akan semakin tinggi.
Dengan semakin tingginya kadar minyak pada buah maka proses hidrolisa secara enzimatis
akan semakin cepat terjadi, sehingga perolehan asam lemak akan lebih tinggi.
5. Pengaruh Lama Penyimpanan
Secara alami asam lemak bebas akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, baik
karena aktifitas mikroba maupun karena hidrolisa dengan bantuan katalis enzim lipase.
Namun demikian asam lemak bebas yang terbentuk dianggap sebagai hasil hidrolisa dengan
menggunakan enzim lipase yang terdapat pada buah sawit.
6. Pengaruh Penambahan CPO
Pada proses ini, kecepatan reaksi lebih rendah jika penambahan kadar CPO terhadap
campuran antara serat dan minyak semakin meningkat. Hal ini dapat terjadi karena enzim
lipase yang berada pada buah sudah jenuh atau jumlahnya terbatas, sementara jumlah substrat
sudah sangat berlebih. Kecepatan reaksi bergantung kepada konsentrasi enzim lipase, bukan
pada konsentrasi substrat. Sifat-sifat enzim lipase adalah sebagai berikut :
• Temperatur optimum: 35ºC, pada suhu 50ºC enzim sebagian besar sudah rusak.
• pH optimum : 4,7 – 5,0
• Berat molekul : 45000-50000
• Dapat bekerja secara aerob maupun anaerob
II-5
Laboratorium Kimia Organik DIII Teknik Kimia FTI-ITS
2013
Bab II Tinjauan Pustaka
• ko-faktor : Ca2+
, Sr2+
, Mg2+
. Dari ketiga ko-faktor ini yang paling efektif adalah Ca2+
• Inhibitor : Zn2+
, Cu2+
, Hg2+
, iodine, versene
Kadar Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%.
Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada
permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan
bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas walaupun berada dalam jumlah
kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam
lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari 14 (Ketaren, 1986).
Akibat Meningkatnya Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat
merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk
itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak
sawit. Kenaikan asam lemak bebas ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai tandan
diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi
dalam minyak sawit antara lain:
1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu
2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah
3. Penumpukan buah yang terlalu lama
4. Proses hidrolisa selama di pabrik (Anonim, 2001)
Bahaya Asam Lemak Bebas
Jaringan lemak melepaskan asam lemak bebas dan gliserol ke dalam darah, di mana
asam lemak tersebut diangkut dengan albumian ke hampir semua organ. Dilain pihak, gliserol
berjalan terutama ke dalam hati dan sedikit ke dalam ginjal; hanya jaringan-jaringan ini
tempatnya dapat digunakan. Proporsi asam lemak bebas yang lebih besar dalam sirkulasi
dikonversi menjadi badan-badan keton, yang merupakan prinsip dalam hati. Badan-badan
keton adalah bentuk energi yang lebih larut dalam air dari pada asam lemak (Linder, 1992).
Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama
pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar
dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat
meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari.
Bila lemak tersebut diberikan pada ternak atau diinjeksikan ke dalam darah, akan timbul
gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada
pusat saraf dan memperrsingkat umur.
Kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk jantung dan
pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada salah pengertian, seolah-
olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol darah ini adalah kadar kolesterol
makanan. Sehingga banyak produk makanan, bahkan minyak goreng diiklankan sebagai
nonkolesterol.. Konsumsi lemak akhir-akhir ini dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal ini
berpengaruh adalah jumlah lemak dan mungkin asam lemak tidak jenuh ganda tertentu yang
terdapat dalam minyak sayuran (Almatsier, 2002).
Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan
menggunakan baku basa. Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion
hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral. Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang
berubah warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai contoh
fenolftalein (pp), mempunyai pka 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4-10,4). Struktur
fenolftalein akan mengalami perataan ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan
II-6
Laboratorium Kimia Organik DIII Teknik Kimia FTI-ITS
2013
Bab II Tinjauan Pustaka
dari struktur fenol dari pp sehingga pH meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna
(Rohman, 2007).
Prosedur analisa penentuan asam lemak bebas Prosedur analisa penentuan asam lemak bebas pada dasarnya hampir sama dengan
analisa penentuan bilanggan asam atau angka asam. Seperti diketahui, analisa bilangan asam
betujuan untuk mengukur kadar asam lemak bebas dalam suatu bahan pangan dengan melihat
jumlah KOH yang digunakan.
Sample bahan yang akan dianalisa harus dalam keadaan cair lalu timbang sebanyak
kurang lebih 28,2 g dalam labu Erlenmeyer. Tambahkan 50 ml alkohol netral yang panas dan
2 ml indikator Phenolphthalein (PP) titrasilah dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah
distandardisir sampai warna merah jambu tercapai dan tidak hilang selama 30 detik. Persen
asam lemak bebas disesuaikan dengan sample yang digunakan. Untuk kebanyakan lemak dan
minyak iasanya di nyatakan sebagai oleat, untuk minyak kelapa dan minyak inti kelapa sawit
dinyatakan sebagai laurat dan minyak kelapa sawit dinyatakan sebagai palmitat. Berikut ini
adalah berat molekul dari beberapa jenis asal lemak bebas tersebut diatas.
Jenis asam lemak Berat molekul
Palmitat 256
Laurat 200
Oleat 282
Linoleat 278
Rumus perhitungan penentuan asam lemak bebas (FFA)
ml a h a H B asam lemak
berat sampel 000 00
Pengecualian untuk analisa asam lemak bebas dan analisa penentuan angka asam dapat
dilakukan dengan mengkonversi hasil dari salah satu analisa. Caranya adalah:
1. Cara merubah Angka Asam menjadi %FFA (Free fatty Acid) adalah dengan
mengalikan berat molekul asam lemak denga berat molekul KOH
2. Cara merubah %FFA menjadi Bilangan asam adalah
Bilan an asam
II-7
Laboratorium Kimia Organik DIII Teknik Kimia FTI-ITS
2013
Bab II Tinjauan Pustaka
II.2 Aplikasi Industri
PENDAHULUAN
Minyak goreng bekas atau minyak jelantah dapat digunakan sebagai bahan baku dalam
proses pembuatan biodiesel. Pemanfaatan minyak goreng bekas untuk pembuatan biodiesel
akan memberikan beberapa keuntungan, diantaranya : dapat mereduksi limbah rumah tangga
atau industri makanan dan mereduksi biaya produksi biodiesel sehingga harganya lebih murah
dibanding dengan menggunakan minyak nabati murni.
Minyak goreng bekas mengandung asam lemak bebas (Free Fatty Acid, FFA) yang
dihasilkan dari reaksi oksidasi dan hidrolisis pada saat penggorengan. Adanya FFA dalam
minyak goreng bekas dapat menyebabkan reaksi samping yaitu reaksi penyabunan, jika dalam
proses pembuatan biodiesel langsung menggunakan reaksi transesterifikasi. Sabun yang
dihasilkan dapat mengganggu reaksi dan proses pemurnian biodiesel (Aziz, 2007). Baidawi
(2008) mengatakan bahwa reaksi transesterifikasi memerlukan minyak dengan kemurnian
tinggi (kandungan FFA <2%). Jika FFA tinggi akan mengakibatkan reaksi transesterifikasi
terganggu akibat terjadinya reaksi penyabunan antara katalis dengan FFA. Rahayu (2008)
malah mensyaratkan kadar asam lemak bebas minyak nabati harus kecil dari 1%.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas adalah
mereaksikan asam lemak bebas dengan alcohol dengan bantuan katalis asam sulfat. Reaksi ini
dikenal dengan esterifikasi. Esterifikasi merupakan reaksi antara asam karboksilat dengan
alkohol menghasilkan ester dan air. Reaksinya adalah sebagai berkut :
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi bolak-balik yang relative lambat. Untuk
mempercepat jalannya reaksi dan meningkatkan hasil, proses dilakukan dengan pengadukan
yang baik, penambahan katalis dan pemberian reaktan berlebih agar reaksi bergeser ke kanan.
Secara umum factor-faktor yang mempengaruhi reaksi transterifikasi adalah pengadukan,
suhu, katalis, perbandingan pereaksi dan waktu reaksi (Damoko and Cheriyan, 2000). Reksi
esterifikasi berlangsung dengan bantuan katalis seperti H2SO4, HCl, HF dan H2PO4 (Susanto,
2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Reaksi esterifikasi dilakukan pada berbagai variasi yaitu : waktu reaksi, konsentrasi
katalis (H2SO4) dan suhu. Waktu reaksi memberikan pengaruh terhadap penurunan asam
lemak bebas (FFA) yang terdapat dalam minyak goreng bekas. Semakin lama waktu
reaksi, kadar FFA yang dihasilkan semakin berkurang. Ini menandakan terjadinya reaksi
antara FFA dengan metanol menghasilkan ester. Lamanya waktu reaksi memberikan
kesempatan kepada molekul-molekul senyawa untuk bereaksi semakin besar, sehingga FFA
yang tersisa semakin berkurang (Aziz, 2007). Penurunan kadar FFA terjadi cukup tajam pada
30 menit yaitu sekitar 48%. Asam lemak bebas turun dari 2,5% menjadi 1,3%. Hal ini
disebabkan karena pada awal reaksi konsentrasi reaktan maksimal sehingga reaksi dapat
berlangsung dengan cepat. Setelah 30 menit penurunan asam lemak bebas tidak terlalu besar.
Sampai waktu 2,5 jam konversi maksimal hanya 55% dengan kandungan asam lemak bebas
1,1%. Ini menandakan bahwa reaksi sudah mendekati kesetimbangan.
Pengaruh suhu reaksi dipelajari pada rentang suhu 30 – 70ºC. Pada suhu 30ºC konversi
FFA sekitar 39%. FFA turun dari 2,5% menjadi 1,5%. Dengan meningkatnya suhu maka
konversi FFA juga semakin meningkat. Konversi tertinggi dicapai pada suhu 60ºC sebesar
II-8
Laboratorium Kimia Organik DIII Teknik Kimia FTI-ITS
2013
Bab II Tinjauan Pustaka
55% dengan kadar FFA sekitar 1,1%. Suhu yang tinggi menyebabkan gerakan molekul-
molekul senyawa semakin cepat atau energi kinetik yang dimiliki molekul-molekul pereaksi
semakin besar sehingga tumbukan antara molekul pereaksi juga meningkat (Aziz, 2007). Hal
ini sesuai dengan persamaan Arrhenius yang menyatakan bahwa dengan naiknya suhu maka
konstanta kecepatan reaksi (k) juga meningkat. Dengan naiknya nilai konstanta kecepatan
reaksi akan menyebabkan laju reaksi akan semakin besar karena laju reaksi berbanding lurus
dengan konstanta kecepatan reaksi.
Dengan adanya katalis akan menurunkan energi aktivasi reaksi sehingga konstanta
kecepatan reaksi akan meningkat (Sibarani, 2007). Implikasinya akan meningkatkan pula laju
reaksi esterifikasi asam lemak bebas (FFA). Katalis yang digunakan adalah asam sulfat.
Pengaruh konsentrasi katalis dipelajari pada rentang 0,1 % - 1% berat. konsentrasi asam sulfat
0,1%, 0,2% dan 0,25% terjadi kenaikan konversi asam lemak bebas. Konversi yang dicapai
maksimal 55% pada konsentrasi 0,25% berat dengan kadar FFA 1,1%.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada Juli 2010. Tempat penelitiaan ini dilakukaan di Pusat
Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syyarif Hidayatullah Jakarta.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah minyak goreng bekas yang diambil dari pedagang kaki
lima di sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, metanol, dan asam sulfat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu leher tiga, pengaduk, termometer dan kondensor. Esterifikasi Asam Lemak Bebas (FFA)
Minyak goreng bekas dimasukkan ke dalam labu leher tiga. Katalis asam sulfat
(0,25% ; 0,55%; 0,75%; 1%; 1,5%) berat minyak dimasukkkan ke dalam minyak dan dipanaskan sampai suhu yang dinginkan (30ºC, 40ºC, 50ºC, 60ºC, 70ºC). Metanol di
tempat tespisah juga dipanaskan sampai suhu yang diinginkan. Setelah suhu tercapai, metanol
dimasukkan ke dalam minyak, pengaduk dihidupkan dan waktu dicatat. Selang waktu 30 menit
sampel diambil dan dianalisa kadar asam lemak bebasnya (FFA).
Minyak goreng bekas sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian
ditambahkan 50 ml alkohol. Campuran dipanaskan selama 10 menit sampai asam lemak larut.
Setelah itu didinginkan dan dititrasi dengan KOH 0,1 N dengan indikator pp.
Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa reaksi esterifikasi minyak goreng bekas dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dari 2,5% menjadi 1,1%.
Kondisi optimum yang dicapai pada waktu reaksi 2,5 jam, suhu 60ºC dan konsentrasi
katalis H2SO4.