136849243-Pengaruh-Pemberian-Pupuk-Kulit-Pisang-Terhadap-Pertumbuhan-Generatif-Mawar.pdf

11

Click here to load reader

Transcript of 136849243-Pengaruh-Pemberian-Pupuk-Kulit-Pisang-Terhadap-Pertumbuhan-Generatif-Mawar.pdf

  • PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KULIT PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN

    GENERATIF MAWAR

    A. PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Mawar merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang diprioritaskan

    perkembangannya di Indonesia. Selain nilai estetikanya, jenis tanaman hias ini banyak

    dibudidayakan sebagai sumber pendapatan petani. Setiap tahun terutama dikota-kota

    besar permintaan konsumen selalu meningkat.

    Mawar banyak diminati masyarakat, berdasarkan perkembangan volume

    konsumsi bunga potong mawar menduduki peringkat ketiga terbesar setelah anggrek dan

    gladiol yaitu 4.925.000 tangkai pertahun (Darliah, 2003). Tetapi dalam pengembangan

    mawar itu sendiri timbul masalah tentang keterbatasan bibit. Bunga mawar bisa

    dikembangbiakan melalui biji, okulasi, stek dan kultur jaringan. Namun cara yang paling

    mudah dan ekonomis adalah dengan cara stek. Keuntungan yang diperoleh dengan

    memakai stek untuk memperoleh bibit adalah (Lakitan, 1995) :

    1. Teknik pelaksanaan sederhana, cepat dan murah

    2. Tidak ada masalah ketidakcocokan (inkompatibilitas) sebagaimana yang mungkin

    terjadi pada perbanyakan secra penyambungan / okulasi

    3. Jumlah bibit yang diperoleh lebih banyak

    4. lebih cepat berbunga

    5. seluruh bibit yang dihasilkan memiliki sifat genetis yang sama dengan tanaman induk.

    Tanaman berbunga seperti mawar didalam pot memerlukan banyak kalium (K)

    dan fosfor (P) untuk proses pembungaan. Tanaman didalam pot memperoleh kalium dan

    fosfor dari mineral-mineral yang berada di media tanam, akan tetapi jumlahnya sangat

    terbatas atau konsentrasi yang sedikit. Agar tanaman mawar dapat rajin berbunga, perlu

    adanya tambahan suplai kalium dan fosfor didalam media tanam untuk menunjang proses

    pembungaan (Lembah Pinus, 2010).

  • Salah satu teknik untuk memenuhi kalium dan fosfor pada tanaman mawar adalah

    dengan pemberian pupuk kulit buah pisang.

    Kulit buah pisang mengandung 15 % kalium dan 12 % fosfor lebih banyak

    daripada daging buah. Keberadaan kalium dan Fosfor yang cukup tinggi dapat

    dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk. Pupuk kulit buah pisang adalah sumber potensial

    pupuk potasium dengan kadar K2O 46-57% basis kering. Selain mengandung Fosfor dan

    Potasium, kulit pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur, dan Sodium (Lembah

    Pinus, 2010). Serta Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan

    juga lemak yang cukup . Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang

    banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50% (Leyla, 2008).

    Potasium adalah unsur hara mikro yang membantu pembentukan protein,

    karbohidrat dan gula, serta membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat

    jaringan tanaman serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit. Magnesium adalah

    unsur yang keberadaanya karena selain diperlukan di dalam pembentukan klorofil juga

    berperan sebagai katalisator di dalam penyerapan unsur P dan K oleh tanaman (Lembah

    Pinus, 2010).

    Pupuk kulit pisang yang baik adalah pupuk kulit pisang yang dilengkapi dengan

    mikroorganisme pelarut pospat karena tanaman tidak dapat langsung menyerap pospat

    langsung dari media tanam. Pospat sebagai unsur kimia dalam bentuk ikatan P2O5 tidak

    dapat diserap langsung oleh tanaman, melainkan akan diserap dalam bentuk ion PO4 dan

    disinilah peran mikroorganisme pelarut pospat diperlukan. Demikian pula dengan unsur

    kalium yang biasnya terdapat di dalam pupuk dalam bentuk ikatan K2O yang perlu diubah

    menjadi ion K+ oleh mikroorganisme (Lembah Pinus, 2010).

    Pupuk organik yang baik juga mengandung mikroba penambat nitrogen yang akan

    mengikat unsur nitrogen langsung dari udara agar mudah diserap oleh akar tanaman dan

    mikroba yang bersifat antagonis pada penyakit akar (Lembah Pinus, 2010).

    Tanaman berbunga memerlukan banyak Kalium dan Fosfor pada saat proses

    pembungaan. Berdasarkan hal diatas perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh

    pemberian pupuk kulit pisang yang mengandung 15 % Kalium dan 12 % fosfor terhadap

    pertumbuhan generatif bunga mawar (Rosa hybrida).

  • 2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, maka perlu dilakukan penelitian bagaimana

    pertumbuhan generatif tanaman mawar (Rosa hybrida) dengan pemberian pupuk kulit

    buah pisang (Musa acuminata).

    3. Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penelitian ini adalah pertumbuhan generatif tanaman

    mawar (Rosa hybrida) dengan pemberian pupuk kulit buah pisang (Musa acuminata).

    4. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yaitu untuk membandingkan pertumbuhan generatif tanaman

    mawar (Rosa hybrida) dengan pemberian pupuk kulit buah pisang (Musa acuminata).

    5. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini yaitu :

    1. Memberikan informasi tentang salah satu cara pemanfaatan limbah kulit buah pisang

    (Musa acuminata).

    2. Memberikan informasi tentang pertumbuhan generatif mawar (Rosa hybrida) dengan

    bantuan pupuk kulit pisang (Musa acuminata).

    B. TINJAUAN PUSTAKA

    1. Mawar (Rosa hybrida)

    Mawar (Rosa hybrida) merupakan salah satu tumbuhan berbunga yang

    paling dikenal dan disukai orang sebagai penghias tanam, halaman rumah dan sebagai

    bunga potong (Damayanti, 1989). Tanaman mawar pada umumnya merupakan

    tanaman perdu atau semak, batangnya berduri dengan tinggi tanaman antara 0.3

    sampai 4 meter. Berakar tunggang dengan banyak cabang akar seperti serat dan akar

    rambut menyerupai benang. Akar tunggang dapat menembus lapisan tanah yang lebih

    dalam sehingga tanaman mawar dapat tahan terhadap tiupan angin kencang. Batang

    tanaman mawar berkayu dan mulai bercabang-cabang dari bagian bawah atau

    beberapa cm di atas permukaan tanah. Pada batang terdapat duri-duri yang merupakan

    ciri khas tanaman mawar. Tipe batang ada yang tegak dan ada yang menjalar, warna

    batang hijau muda dan menjadi kecoklat-coklatan kalau sudah tua. Daun mawar

  • meruapakn daun majemuk ganjil yang dilengkapi daun penumpu. Pada setiap pangkal

    daun terdapat titik tumbuh yang akan berkembang menjadi cabang atau tunas bunga.

    Buah mawar adalah buah buni yang didalamnya berisi biji (Kartapradja, 1995).

    Dalam sistematika tumbuhan, mawar diklasifikasikan sebagai berikut :

    Kingdom :Plantae

    Divisi :Spermatophyta

    Sub Divisi :Angiospermae

    Kelas :Dicotyledonae

    Ordo :Rosales

    Famili :Rosaceae

    Genus :Rosa

    Spesies :Rosa hybrida (Plantamor, 2009)

    Di daerah tropis seperti Indonesia, mawar dapat tumbuh dan produktif

    berbunga di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian sekitar 1500 meter di

    atas permukaan laut (dpl).

    Mawar membutuhkan suhu udara 18-26 o

    C, kelembapan 70-80 %, curah

    hujan 1500-3000 mm/tahun, dan sinar matahari 5-6 jam per hari. Kebutuhan sinar

    matahari yang tercukupi membuat tanaman ini lebih rajin berbunga dan memiliki

    batang yang kokoh. Mawar dapat ditanam di pot atau pun ditanam langsung ditanah.

    Media tanam yang cocok digunakan adalah tanah liat berpasir dengan kandungan liat

    20-30 %, memilki pH 5,5-7, banyak mengandung bahan organik, subur, gembur, dan

    memilki aerasi dan drainase yang baik. Tanah dengan kondisi asam (pH sekitar 5)

    perlu diberi kapur dolomit. Pemupukan pada saat tanaman berbunga dilakukan

    menggunakan pupuk dengan kandungan P dan K tinggi. Dosis pemupukan 1-3

    gram/liter air, diberikan seminggu sekali dengan cara disiramkan ke media tanam

    (Agromedia, 2007).

    Penyiraman tanaman mawar pada saat tanaman berumur 1-2 bulan setelah

    tanam dilakukan 1-2 kali sehari. Selanjutnya, penyiraman dilakukan sesuai kondisi

    cuaca dan media tanam yang digunakan. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi

    dan sore hari menggunakan selang atau gembor dengan pancaran air yang tidak terlalu

    kuat (keras) (Agromedia, 2010).

    2. Buah Pisang (Musa acuminata)

  • Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia

    Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman pisang merupakan tanaman asli daerah Asia

    Tenggara dengan pusat keanekaragaman utama wilayah Indo-Malaya.

    Pisang merupakan buah yang berasal dari taksonomi:

    Divisi : Spermatophyta

    Sub Devisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledonae

    Famili : Musaceae

    Genus : Musa

    Spesies : Musa acuminata (Plantamor, 2009)

    Famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua genus, yaitu

    genus Musa dan Ensete.

    Genus Musa terbagi dalam empat golongan, yaitu Rhodochlamys,

    Callimusa, Australimusa dan Eumusa. Golongan Australimusa dan Eumusa

    merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi, baik segar maupun olahan. Buah

    pisang yang dimakan segar sebagian besar berasal dari golongan Emusa, yaitu Musa

    acuminata dan Musa balbisiana.

    Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan

    berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan

    tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman

    bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu

    buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol.

    Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya

    tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat

    partenokarpi. Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada berbagai

    macam topografi tanah, baik tanah datar ataupun tanah miring. Produktivitas pisang

    yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam pada tanah datar pada ketinggian

    di bawah 500 m di atas permukaan laut (dpl) dan keasaman tanah pada pH 4.5-7.5.

    Suhu harian berkisar antara 250oC- 270

    oC dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun.

    Pisang merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati.

    Tingginya antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bonggol) yang

  • pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru.

    Pisang mempunyai batang semu yang tersusun atas tumpukan pelepah daun yang

    tumbuh dari batang bawah tanah sehingga mencapai ketebalan 20-50 cm. Daun yang

    paling muda terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus

    tumbuh memanjang, kemudian secara progersif membuka. Helaian daun bentuknya

    lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah

    berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar

    dan menyirip, warnanya hijau (Badan Pusat Statistik, 2006).

    Pisang mempunyai bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus oleh

    seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ketanah jika

    bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara normal, sedang bunga

    jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang dan tetap tertutup oleh seludang

    dan disebut sebagai jantung pisang.

    Buahnya dapat dipanen setelah 80-90 hari sejak keluarnya jantung pisang.

    Karena bukan buah musiman, buah pisang selalu ada setiap saat. Buah pisang

    kebanyakan dimakan segar, dikolak, dikukus, atau diolah lebih lanjut menjadi pisang

    selai, keripik, atau tepung pisang. Yang termasuk kelompok pisang buah meja adalah

    Musa sapientum (banana) karena lebih enak dimakan segar, seperti pisang ambon,

    ambon lumut, raja, raja sereh, mas, susu dan barangan.

    3. Kulit Buah pisang (Musa acuminata)

    Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya.

    Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat

    dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam

    sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi

    glukosa. Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit

    pisang begitu saja (Leyla, 2008).

    Di dalam kulit pisang ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium,

    protein, dan juga lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa

    komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 % dan karbohidrat sebesar

    18,50 %. Kulit pisang mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga

    lemak yang cukup. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang

  • banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50% (Leyla, 2008).

    Kulit buah pisang juga mengandung 15 % kalium dan 12 % Fosfor yang lebih banyak

    daripada daging buah. Keberadaan kalium dan Fosfor yang cukup tinggi dapat

    dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk (Lembah Pinus, 2010).

    4. Pupuk kulit buah Pisang (Musa acuminata)

    Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik

    maupun anorganik. Pupuk digunakan untuk mengganti kehilangan unsur hara di

    dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan

    faktor lingkungan yang baik. Bahan organik berasal dari jaringan tanaman, baik

    berupa sampah-sampah tanaman (serasah) ataupun sisa tanaman yang telah mati.

    Pupuk organik dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair berupa

    saringan dari pupuk padat. Pupuk padat dapat berupa pupuk hijau, pupuk seresah,

    kompos, maupun pupuk kandang (Lesman, 2008).

    Pupuk kulit buah pisang adalah sumber potensial pupuk potasium dengan

    kadar K2O 46-57% basis kering. Selain mengandung Fosfor dan Potasium, kulit

    pisang juga mengandung unsur Magnesium, Sulfur, dan Sodium.

    Potasium adalah unsur hara mikro yang membantu pembentukan protein,

    karbohidrat dan gula, serta membantu pengangkutan gula dari daun ke buah,

    memperkuat jaringan tanaman serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit.

    Magnesium adalah unsur yang keberadaanya karena selain diperlukan di dalam

    pembentukan klorofil juga berperan sebagai katalisator di dalam penyerapan unsur P

    dan K oleh tanaman. Pupuk kulit pisang yang baik adalah pupuk kulit pisang yang

    dilengkapi dengan mikroorganisme pelarut pospat karena tanaman tidak dapat

    langsung menyerap pospat langsung dari media tanam. Pospat sebagai unsur kimia

    dalam bentuk ikatan P2O5 tidak dapat diserap langsung oleh tanaman, melainkan akan

    diserap dalam bentuk ion PO4 dan disinilah peran mikroorganisme pelarut pospat

    diperlukan. Demikian pula dengan unsur kalium yang biasnya terdapat di dalam

    pupuk dalam bentuk ikatan K2O yang perlu diubah menjadi ion K+ oleh

    mikroorganisme (Lembah Pinus, 2010).

    Pupuk organik yang baik juga mengandung mikroba penambat nitrogen

    yang akan mengikat unsur nitrogen langsung dari udara agar mudah diserap oleh akar

  • tanaman dan mikroba yang bersifat antagonis pada penyakit akar. Disinilah peran

    bioaktivator dekomposisi diperlukan (Lembah Pinus, 2010).

    5. Bioaktivator

    Bioaktivator adalah kumpulan mikrooganisme yang hidup di lingkungan

    aerob yang dapat mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Proses pembuatan

    pupuk secra aerob memilki keuntungan tidak menimbulkan bau busuk dan gas metan

    yang merusak lapisan ozon (Bptp, 2010).

    C. METODOLOGI PENELITIAN

    1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan di Kebun Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Bengkulu selama 4 bulan yaitu dari bulan April Juli 2010.

    2. Alat dan Bahan yang digunakan

    2.1 Alat

    Alat-alat yang digunakan antara lain yaitu Cangkul, Polybag 6 Kg, Gunting,

    Pisau, Kamera dan terpal.

    2.2 Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan antara lain yaitu mawar (Rosa hybrida ), Kulit

    buah pisang ( Musa acuminata ), Bioaktivator, Tanah kebun, Air, Sekam bakar.

    3. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan sehingga

    didapatkan 15 pot penelitian.

    Adapun perlakuan tersebut adalah

    A. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 0

    B. Media Tanam Tanah kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 1

    C. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 2

    D. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 3

    E. Media Tanam Tanah Kebun : Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata) 2 : 4

  • 4. Prosedur Penelitian

    4.1 Pembuatan Pupuk Kulit Pisang (Musa acuminata)

    Persiapkan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan pupuk kulit pisang yaitu 10

    kg kulit buah pisang dipotong kecil-kecil, 50 gram bioaktivator, sekam bakar. Campur

    secara merata potongan kulit pisang, sekam bakar, dan bioaktivator, dibuat timbunan

    setinggi 60 cm, kemudian dilakukan pembalikan pada minggu ke 2 dan ke 3, selama itu

    dijaga kelembapannya hingga 60 %. Pupuk akan matang pada minggu ke 4 atau setelah

    suhu kompos normal (37oC). Pupuk dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1 : 3

    atau ditaburkan secara merata pada permukaan media tanam. Karena sifatnya yang berupa

    pupuk organik, maka pupuk kulit pisang ini tidak akan membakar tanaman pada

    penggunaan yang berlebih.

    4.2 Penyediaan Benih

    Benih yang digunakan adalah bibit mawar (Rosa hybrida) yang telah dilakukan

    perbanyakan dengan setek batang , bibit diperoleh dari Taman penjualan tanaman hias.

    4.3 Persiapan Media

    Media yang dipakai adalah tanah kebun yang dicampur dengan pupuk kulit pisang

    sesuai dengan perlakuan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 6 Kg.

    4.4 Penanaman

    Setelah media disiapkan, maka dilakukan penanaman. Untuk masing-masing

    polybag dibuat 1 lubang tanam sedalam 5 cm, 1 polybag berisi 1 bibit mawar. Polybag

    diberi lubang di bagian bawahnya untuk membuang kelebihan air.

    4.5 Pemeliharaan

    Setelah penanaman dalam polybag dilakukan penyiraman tanaman mawar pada

    saat tanaman berumur 1-2 bulan setelah tanam dilakukan 1-2 kali sehari. Selanjutnya,

    penyiraman dilakukan sesuai kondisi cuaca dan media tanam yang digunakan.

    Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari menggunakan selang atau

    gembor dengan pancaran air yang tidak terlalu kuat (keras).

    Untuk memberantas hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan pestisida dan

    insektisida. Pemupukan mawar pada masa pertumbuhan diberikan satu bulan sekali

  • dengan cara ditaburkan ke media tanam, dengan dosisnya setengah sendok teh.

    Pemupukan pada saat tanaman berbunga dilakukan menggunakan pupuk kulit buah

    pisang yang memiliki kandungan P dan K tinggi. Dosis pemupukan 1-3 gram/liter air,

    diberikan seminggu sekali dengan cara disiramkan ke media tanam

    5. Parameter yang diamati

    a. Umur saat berbunga (hari setelah tanam)

    b. Jumlah bunga

    c. Persen bunga yang tidak gugur

    d. Diameter Bunga

    6. Analisis Data

    Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan sidik ragam ANNOVA satu faktor.

    jika F hitung > F table dilanjutkan dengan uji Duncant new multiple reage test (DNMRT) pada

    taraf 5 %.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ahmad, Dkk. 2010. Pisang Budidaya Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadya :

    Jakarta.

    Agromedia, Redaksi. 2007. Tanaman Hias. PT Agromedia Pustaka : Jakarta

    Badan Pusat Statistik. 2006.Statistik Pertanian Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Provinsi

    Kalimantan Barat. BPS : Kalimantan Barat.

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2010. Teknologi Pembuatan Kompos

    dengan Penggunaan Aktivator Stardec atau Starbio.

    Http://bengkulu.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com

  • content&id=76:teknologi-pembuatan-kompos&catid=14:alsin. Diakses tanggal 23

    oktober 2010.

    Damayanti, V. 1989. Mawar. Florikultura : Jakarta.

    Darliah. 2003. Pemuliaan Mawar. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian : Jakarta.

    Kartapradja, R. 1995. Botani dan Ekologi Mawar. Balai Penelitian dan Pengembangan

    Pertanian : Jakarta

    Lakitan, B. 1995. Hortikultura. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta

    Lesman. 2008. Macam-macam Bahan Organik. http://[email protected] Diakses

    tanggal 23 Oktober 2010

    Leyla Noviagustin. 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Substituen

    Tepung.http://himdikafkipuntan.blogspot.com/2008/05/pemnfaatan-limbah-kulit-

    pisang-sebagai-substituen-tepung. html diakses tanggal 16 Oktober 2010

    Pinus, Lembah. 2010. Pupuk Kulit Pisang. Http://lembahpinus.com/index.php?option=com

    content&task=view&id=73. Diakses tanggal 23 Oktober 2010.

    www. Plantamor. com. Diakses tanggal 23 Oktober 2010