136341250-adrenergik-2
-
Upload
purpleeyore -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of 136341250-adrenergik-2
PERBANDINGAN POTENSI METOPROLOL
DAN ATENOLOL PADA PENDERITA
HIPERTENSI YANG MENGALAMI INSOMNIA
Anggota Kelompok:
Sani Zakkia Alawiyah
(G1F010009)
Rizki Puspitasari
(G1F010031)
Yuni umi A
(G1F010043)
Aldi Permadi (G1F010079)
GOLONGAN OBAT
ADRENERGIK
KASUS
Seorang Pasien laki-laki berumur 37 tahun mengeluhkan sakit dada, pusing, dan lemas. Ternyata setelah diperiksa diketahui tekanan darah pasien tersebut sangat tinggi yaitu 160/90 mmHg. Tekanan darah pasien sangat tinggi sehingga pasien memerlukan obat dengan efek kerja yang cepat. Berdasarkan keterangan pasien, sudah sekitar satu minggu pasien mengalami insomnia. Berdasarkan kasus diatas manakah obat antihipertensi yang lebih tepat untuk digunakan oleh pasien tersebut? Apakah atenolol atau metoprolol?
PENDAHULUAN
Reseptor adrenergik merupakan
reseptor yang memperantarai
berbagai aksi saraf simpatik
Reseptor adrenergik terbagi menjadi
dua subtipe yaitu α dan β. Masing-
masing subtipe ini masih terbagi lagi
menjadi α1 dan α2, serta β1,β2, danβ3
Con’t
Reseptor β1 merupakan reseptor adrenergik utama di jantung yang menyebabkan efek peningkatan kontraksi otot jantung dan frekuensi denyut jantung (efek kronotropik dan ionotropik positif)
Senyawa antagonis reseptor tersebut disebut juga beta bloker selektif memiliki mekanisme kerja sebagai antagonis kompetitif selektif terhadap neurotransmitter pada reseptor tersebut sehingga mampu menghambat respon terhadap perangsangan saraf simpatik (vasodilator).
Tekanan darah pasien yaitu 160/90 mmHg termasuk kedalam kategori Accelerated hypertension atau hipertensi yang sangat berat (didefinisikan sebagai DBP lebih dari 140 mmHg) memerlukan tindakan medis segera. Pada kondisi ini obat antihipertensi golongan beta bloker selektif sangat diindikasikan (Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008).
Atenolol dan metroprolol termasuk obat golongan ini.
Con’t
Kedua obat ini memiliki struktur kimia yang hampir sama, perbedaannya hanya pada alkil yang terikatan pada atom C4 cincin benzene struktur obat tersebut. Metoprolol memiliki alkil yang terikat pada atom C4 cincin benzene yang lebih panjang rantai karbonnya dibandingkan dengan alkil yang terikat pada atom C4 cincin benzene yang dimiliki oleh atenolol.
Semakin panjang rantai karbon, massa molekul relative akan bertambah maka gaya-gaya Van der Waals antara bagian-bagian hidrokarbon dari senyawa tersebut menjadi lebih efektif menarik molekul-molekul senyawa tersebut satu sama lain. Oleh karena itu, semakin panjang rantai karbon semakin kecil kelarutannya dalam air (Sukmanawati, 2009).
Con’t
Metoprolol memiliki rantai karbon yang lebih panjang sehingga memiliki sifat lipofilitas yang lebih besar dibandingkan atenolol.
Otak merupakan organ yang sebagian besar tersusun atas jaringan lemak. Atenolol merupakan obat yang sering dipilih karena obat ini bersifat kardioselektif dan penetrasi ke SSP minimal, sehingga kurang menimbulkan efek samping sentral. Efek samping sentral tersebut dapat berupa depresi, mimpi buruk, dan halusinansi (FK-UI, 2007).
PEMILIHAN OBAT SESUAI KONDISI
PASIEN Pasien mengalami insomnia, kedua obat memiliki efek
samping sentral beruapa depresi, mimpi buruk dan
halusinasi.
Atenolol lebih bersifat kurang lipofilik dibanding
metoprolol shg lebih sulit menembus sawar otak (SSP)
Pada kasus ini lebih dianjurkan menggunaan atenolol
sebagai obat antihipertensi karena atenolol merupakan
beta bloker selektif sehingga efek kerja yang dihasilkan
lebih cepat dan kardioselektif. Selain itu atenolol juga
bersifat kurang lipofilik sehingga sulit menembus
jaringan otak yang sebagian besar tersusun oleh
jaringan lemak, sehingga penetrasi ke SSP menjadi
minimal dan efek samping sentral yang dihasilkan kecil.
Sehingga untuk pasien yang mengalami susah tidur
(insomnia) atenolol ini sangat dianjurkan karena tidak
akan memperburuk keadaan pasien.