136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

28
Pencegahan Primer, Sekunder dan tersier pada Stroke : Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder. Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum pernah terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah terkena stroke termasuk TIA (Wahjoepramono 2005). Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan bertambahnya usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus diusahakan untuk selalu mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko, terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur (Wirakusumah 2001). 1.) Pencegahan Primer Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan mengatasi berbagai factor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke. Menurut Wahjoepramono (2005), pencegahan primer dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi : 1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal

Transcript of 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

Page 1: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

Pencegahan Primer, Sekunder dan tersier pada Stroke :

Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan primer dan sekunder.

Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah stroke pada mereka yang belum

pernah terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka yang pernah

terkena stroke termasuk TIA (Wahjoepramono 2005).

Pencegahan terjadinya stroke harus dilakukan sepanjang masa. Dengan

bertambahnya usia, kemungkinan untuk terserang stroke. Oleh karena itu, harus

diusahakan untuk selalu mengurangi atau menghilangkan berbagai faktor resiko,

terutama dengan melakukan diet dan olahraga secara teratur (Wirakusumah 2001).

1.) Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan

mengatasi berbagai factor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun

kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke.

Menurut Wahjoepramono (2005), pencegahan primer dapat dilakukan

dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi :

1) Penurunan berat badan : mengupayakan berat badan normal

2) Pola makan yang tidak memicu hipertensi : mengkonsumsi buah-buahan,

sayuran, dan produk susu rendah lemak serta mengurangi konsumsi lemak

jenuh

3) Diet rendah garam : mengurangi intake garam <100 mmol per hari (2,4 g Na

atau 6 g NaCl)

4) Aktivitas fisik : aktivitas fisik rutin seperti jalan santai minimal 30 menit per

hari

A. Mengatur Pola Makan yang Sehat

Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan resiko

terkena serangan stroke. Sebaliknya mengkonsumsi makanan rendah lemak jenuh

dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke. Beberapa jenis makanan yang

dianjurkan untuk pencegahan primer terhadap stroke adalah :

Page 2: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

1. Makanan dari berbagai biji-bijian yang membantu menurunkan kadar

kolesterol :

a. Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah,

bulgur, jagung dan gandum

b. Oat (=beta glucan) akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL,

menurunkan tekanan darah dan menekan nafsu makan bila dimakan di

pagi hari (memperlambat pengosongan usus).

c. Kacang kedele beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid

serum, menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida

tetapi tidak mempengaruhi kadar kolesterol HDL

d. Kacang-kacangan (termasuk biji kenari dan kacang mede) menurunkan

kolesterol LDL dan mungkin mencegah aterosklerosis

e. Mekanisme kerja menambah ekskresi asam empedu, meningkatkan

aktifitas esterogen dari isoflavon, memperbaiki elastisitas arterial dan

meningkatkan aktivitas antioksidan yang menghalangi oksidasi LDL.

2. Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke

a. Makanan/zat yang membantu mencegah peningkatan homosistein

seperti asam folat, vitamin B6, B12 dan riboflavin

b. Susu yang mengadung protein, kalsium, zinc, dan B12 mempunyai

efek proteksi terhadap stroke

c. Beberapa jenis ikan tuna dan ikan salmon, mengandung omega-3

eicosapentenoic acid (EPA) dan docosahexonoic acid (DHA) yang

merupakan pelindung jantung dengan efek melindungi terhadap resiko

kematian mendadak, mengurangi resiko aritmia, menurunkan kadar

trigliserida, menurunkan kecenderungan adesi platelet, sebagai

precursor prostaglandin, inhibisi sitokin, anti inflamasi dan stimulasi

NO endothelial. Dianjurkan untuk mengkonsumsi 2 kali / minggu.

Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6 dan

asam folat. World's Health Rating dari The George Mateljan

Foundation menggolongkan kandungan vitamin B6 tuna ke dalam

kategori sangat bagus karena mempunyai nutrient density yang tinggi,

yaitu mencapai 6,7 (batas kategori sangat bagus adalah 3,4-6,7).

Page 3: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

Vitamin B6 bersama asam folat dapat menurunkan level homosistein.

Homosistein merupakan komponen produk antara yang diproduksi

selama proses metilasi. Homostein sangat berbahaya bagi pembuluh

arteri dan sangat potensial untuk menyebabkan terjadinya penyakit

jantung.

Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah

dibandingkan dengan pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada

ikan tuna 38-45mg per 100gr daging. Kandungan gizi yang tinggi

membuat tuna sangat efektif untuk menyembuhkan berbagai penyakit,

salah satunya stroke. Sebuah studi yang pernash dilakukan selama 15

tahun menunjukkan bahwa konsumsi ikan tuna 2-4 kali setiap minggu,

dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada yang hanya

mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau lebih dalam

setiap minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen.

Konsumsi tuna 13 kali per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari

ischemic stroke, yaitu stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran

darah ke otak.

d. Makanan yang kaya vitamin dan anti oksidan: vitamin C,E,

betakaroten seperti yang banyak terdapat pada sayur-sayuran, buah-

buahan dan biji-bijian.

e. Buah-buahan dan sayur-sayuran :

Kebiasaan/ membudaya diet kaya buah-buahan dan sayuran

(bervariasi) minimal 5 saji setiap hari

Sayuran hijau dan jeruk : menurunkan resiko stroke

Sumber Kalium : kalium merupakan predictor yang kuat mencegah

mortalitas akibat stroke terutama buah pisang. Makanan sumber

kalium seperti pisang, dapat menurunkan resiko terserangnya

stroke. Diduga, asupan kalium yang memadai membuat dinding

arteri lebih elastik dan normal. Selain itu, juga dapat melindungi

kerusakan pembuluh darah akibat tekanan darah yang tinggi.

Page 4: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

Apel (mengandung quercetin dan phyto-nutrient) menurunkan

resiko stroke

Sebagian besar buah dan sayur memiliki nilai gizi dan mineral

yang cukup tinggi. Kandungan gizi tersebut sangat dibutuhkan

untuk merevitalisasi sel-sel dan jaringan tubuh yang telah rusak

serta meningkatkan sistem metabolisme serta sistem kekebalan

didalam tubuh. Terdapat beberapa jenis buah dan sayur yang

digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit stroke

diantaranya adalah: melon, alpukat, pisang, apel, belimbing, jambu

biji, dan asparagus.

f. Teh hitam dan hijau yang mengandung antioksidan

Stroke dapat juga dilawan dengan teh, khususnya jenis teh hijau.

Sebuah studi di Jepang membuktikan dengan mengkonsumsi teh hijau

sebanyak lima cangkir sehari dapat menurunkan resiko terserang stroke.

Di dalam teh hijau terkandung antioksidan yang dapat mencegah

terjadinya kerusakan sel. Bahkan, teh hijau mengandung komponen

antioksidan yang lebih kuat dibanding vitamin E dan vitamin C. Berikut

ini adalah zat-zat yang berperan sebagi sumber antioksidan :

Betakaroten, di dalam makanan komponen ini dapat mencegah

perubahan kolesterol menjadi unsur toksik yang mampu membentuk plak

dan akan menggumpal di dalam arteri. Betakaroten yang diubah menjadi

vitamin A, akan melawan kerusakan sel saraf ketika otak kehilangan

oksigen. Betakaroten banyak terdapat pada wortel, tomat, papaya, bit,

serta sayur dan buah yang berwarna jingga.

Vitamin E, dapat mengurangi pembentukan gumpalan darah (plak) yang

dapat menyumbat arteri. Contoh sumber pangan yang mengandung

vitamin E adalah taoge.

Vitamin C, dapat memperkuat dinding pembuluh darah dan mencegah

terjadinya hemorrhages (keluarnya darah dari pembuluh) otak. Bahan

Page 5: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

pangan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, jambu biji, tomat

dan lain-lain.

3. Rekomendasi tentang makanan:

a. Menambah asupan kalium dan mengurangi asupan natrium (<6

gr/hari). Bahan-bahan yang mengandung natrium seperti monosodium

glutamate, sodium nitrat dikurangi. Sebaiknya makanan harus segar.

Pada penderita hipertensi, asupan natrium yang dianjurkan ≤ 2,3

gram/hari dan asupan kalium ≥ 4,7 gram / hari.

b. Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan

trans fatty acids seperti kue-kue krakers, telur, makanan yang digoreng

dan mentega.

c. Mengutamakan makanan yang mengandung poly unsaturated fatty

acids, mono unsaturated fatty acids, makanan berserat dan protein

nabati

d. Nutrien harus diperoleh dari makanan, bukan suplemen

e. Jangan makan berlebihan dan perhatikan menu seimbang

f. Makanan sebaiknya bervariasi dan tidak tunggal

g. Hindari makanan dengan densitas kalori rendah dan kualitas nutrisi

rendah

h. Sumber lemak hendaknya berasal dari sayuran, ikan, buah polong, dan

kacang-kacangan.

i. Utamakan makan yang mengandung polisakarida seperti nasi, roti,

pasta, sereal dan kentang daripada gula (monosakarida dan disakarida)

j. Lain-lain

B. Melakukan  Olah Raga yang Teratur

Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobic (jalan cepat,

bersepeda, berenang dan lain-lain) secara teratur minimal 30 menit, dan minimal

tiga kali per minggu akan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki control

Page 6: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

diabetes, memperbaiki kebiasaan makan, menurunkan berat badan dan

meningkatkan kadar kolesterol HDL.

Efek biologis : penurunan aktivitas platelet, reduksi fibrinogen plasma dan

meningkatkan aktivitas tissue plasminogen activator.

Pola makan sehat dan olah raga teratur adalah pengobatan utama bagi

penderita obesitas dan mencegah stroke.

C. Menghentikan Rokok

1. Merokok menyebabkan peninggian koagulabilitas, viskositas darah,

meninggikan kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet, meninggikan

tekanan darah, meningkatkan hematokrit dan menurunkan HDL dan

meningkatkan LDL kolesterol

2. Berhenti merokok juga memperbaiki fungsi endotel

3. Perokok pasif, risiko sama dengan perokok aktif

 D. Menghindari Minum Alkohol dan Penyalahgunaan Obat

Penyalahgunaan obat seperti kokain , heroin, fenil propanolamin dan

mengkonsumsi alcohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang (alcohol

abuse) akan menyebabkan tekanan darah meningkat, memudahkan terjadinya

stroke hemoragik.

Penderita stroke dianjurkan untuk membatasi asupan alkohol karena

kelebihan alcohol yang tinggi dapat meningkatkan resiko terserangnya stroke.

Konsentrasi alcohol yang tinggi dapat memicu terjadinya emboli (penggumpalan),

dan ischemia (kurangnya darah dalam jaringan), yang disebabkan oleh perubahan

konsentrasi darah dan kontraksi pembuluh darah. Kondisi inilah yang mengawali

terjadinya stroke.

 E. Memelihara Berat Badan Layak

Page 7: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

Obesitas mudah mendapatkan penyakit jantung, stroke dan DM. Angka

obesitas pada anak-anak dan dewasa muda pada decade terakhir ini meningkat dan

jarang berolahraga. Sehingga stroke dan penyakit jantung pada usia muda

meningkat. Obesitas dapat dicegah dengan mengubah perilaku makan tidak sehat

dan melakukan olah raga teratur.

Disarankan untuk menurunkan berat badan dengan target BMI < 25

kg/m2,  garis lingkar pinggang < 80 cm dan untuk wanita <90 cm untuk laki-laki

F. Pemakaian kontrasepsi oral

Pemakaian kontrasepsi oral terutama pada wanita perokok atau disertai

dengan factor resiko lain atau pernah mengalami kejadian tromboemboli

sebelumnya, mempunyai resiko tinggi mendapat serangan stroke. Untuk itu

disarankan untuk menghentikan pemakaian kontrasepsi oral dan mencari

alternative lain untuk KB.

G. Penanganan Stress dan Berisirahat yang Cukup

1. Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari

2. Mengendalikan stress dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa sehat

menurut WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah

dan mendekatkan diri pada  Tuhan  Yang Maha Esa. Mensyukuri hidup

yang ada. Stress kronis meningkatkan tekanan darah. Penanganan stress

menghasilkan relaxation response yang menurunkan denyut jantung,

menurunkan tekanan darah.

3. Tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah

H. Pemeriksaan Kesehatan Teratur dan Taat Advis Dokter Dalam Hal Diet dan

Obat

1. Faktor-faktor risiko seperti penyakit jantung, hipertensi, dislipidemia, DM,

harus dimonitor secara teratur

2. Faktor-faktor resiko ini dapat dikoreksi dengan pengobatan teratur, diet

dan gaya hidup sehat

Page 8: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

3. Pengendalian hipertensi dilakukan dengan target tekanan darah < 140/90

mmHg. Jika menderita diabetes mellitus atau penyakit ginjal kronik,

dianjurkan tekanan darah < 130/80 mmHg.

4. Pengendalian kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus dengan

target HbA1C <7% .

5. Pengendalian kadar kolesterol pada penderita dislipidemia dengan diet dan

obat penurun lemak. Target kadar kolesterol LDL<100 mg/dl. Sedangkan

pada penderita dengan risiko stroke tinggi target kadar kolesterol LDL <70

mg/dl.

I.  Pemakaian antiplatelet (asetosal)

Pemakaian obat antiplatelet (asetosal) untuk pencegahan primer stroke pada laki-

laki, tidak dianjurkan. Tetapi aetosal dapat digunakan untuk pencegahan primer

stroke pada wanita dengan risiko tinggi.

Pencegahan Sekunder

1. Pengendalian faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.

Tidak dapat dirubah.

Dapat dipakai sebagai petanda (marker) stroke pada seseorang.

2. Pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Guideline stroke,

2007).

a. Hipertensi.

Rekomendasi :

Mengupayakan tekanan darah sistolik < 140 mmHg; Tekanan darah

diastolik < 90 mmHg. Jika menderita diabetes mellitus atau penyakit

ginjal kronik, dianjurkan tekanan darah sistolik < 130 mmHg dan

diastolic <80 mmHg

Modifikasi gaya hidup :

o Kontrol berat badan.

o Aktivitas fisik (olahraga).

o Hindari minum alkohol.

Page 9: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

o Diet mengandung natrium sedang (<2,3 gr/hari).

Bila setelah modifikasi gaya hidup TD masih tetap > 140/90 mmHg

tambahkan obat anti hipertensi.

b. Diabetes mellitus.

Rekomendasi :

Mengontrol dan mengendalikan kadar gula darah dengan cara diet,

obat anti diabetika oral, insulin, dengan target kadar HbA1C < 7%.

Mengobati hipertensi dan dislipidemia bila ada.

c. Riwayat TIA (Transient ischemic Attack) atau stroke.

Rekomendasi :

Penderita dengan stroke iskemik akut

aterotrombotik / TIA atau dengan

riwayat stroke aterotrombolitik / TIA

sebelumnya pemberian antiplatelet

lebih dianjurkan daripada

antikoagulan untuk mengurangi resiko

berulangnya stroke dan kejadian

kardiovaskular lain.

Kelas I, tingkat evidensi A

Pasien dengan stroke iskemik / TIA

yang tidak mendapatkan antikoagulan

harus diberikan antiplatelet seperti

aspirin (80-325 mg) atau clopidogrel

75 mg, cilostazol atau terapi ER 200

mg.

Kelas I, tingkat evidensi A

Page 10: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

Dibandingkan dengan terapi aspirin

saja, kombinasi aspirin 25 mg dengan

dipiridamol ER 200 mg, dan

clopidogrel dikatakan aman, dan

dikatakan lebih baik.

Kelas IIa, tingkat evidensi A

Penggunaan clopidogrel lebih baik

dibandingkan dengan aspirin saja.

Kelas IIb, tingkat evidensi B

Penambahan aspirni pada terapi

clopidogrel yang diberikan pada

populasi resiko tinggi, akan

meningkatkan resiko pendarahan, bila

dibandingkan dengan pemakaian

terapi Clopidrogel saja, sehingga tidak

direkomendasikan untuk pemakaian

rutin pada iskemik stroke atau TIA

Kelas III, tingkat evidensi A

Penderita dengan TIA dan unstable

angina atau non Q wave myocardial

infraction, dapat diberikan clopidogrel

75 mg dan aspirin 75 mg.

Kelas III

Pada penderita tidak toleran dengan

aspirin, clopidogrel 75 mg atau

dipiridamol ER 2x200 mg dapat

digunakan

Kelas II, tingkat evidensi B

Pada stroke iskemik aterotrombotik

dan arterial stenosis simptomatik

dianjurkan pula dipakai cilostazol 100

mg 2 kali sehari.

Kelas I. tingkat Evidensi A

Page 11: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

Obat lain yang dianjurkan adalah

Ticlopidin 250 mg 2 kali sehari.

Kelas III

Penambahan cilostazol 2 x 100 mg

pada aspirin dapat mengurangi ukuran

stenosis dan tidak meningkatkan

insidensi perdarahan.

Kelas I. Tingkat Evidensi A

Penderita dengan iskemik

serebrovaskular yang sedang

mendapat aspirin, tidak terdapat bukti

bahwa peningkatan dosis aspirin

memberikan keuntungan lebih.

Walaupun antiplatelet alternative

sering dipertimbangkan untuk

penderita telah dipelajari

nonkardioembolik, tidak ada obat

tunggal atau kombinasi telah

dipelajari dengan baik pada penderita

yang telah menerima aspirin.

.

i. Dislipidemia.

Karakteristik Rekomendasi

* Evaluasi awal (tidak ada PJK)

- CT <200 mg% & HDL ≥ 35 mg% - Ulangi pemeriksaan CT & HDL

dalam 6 bulan - 1 tahun

- CT <200 mg% & HDL < 35 mg% - Analisis lipoprotein

Page 12: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

- CT 200-239 mg% & HDL ≥ 35 mg% - Modifikasi diet, evaluasi ulang

& < 2 faktor resiko PJK 3-6 bulan

- CT 200-239 mg% & HDL < 35 mg% - Analisis lipoprotein

atau < 2 faktor resiko PJK

- CT ≥ 240 mg% - Analisis lipoprotein

* Evaluasi LDL

- Tanpa PJK & < 2 faktor resiko PJK - Turunkan LDL < 160 mg% :

modifikasi diet selama 6 bulan,

terapi obat-obatan bila LDL ≥ 190

mg%

- Tanpa PJK tetapi mempunyai ≥ 2 - Turunkan LDL < 130 mg% :

faktor resiko PJK modifikasi diet selama 6 bulan,

terapi obat-obatan bila LDL ≥ 160

mg%

- Dengan PJK atau penyakit - Turunkan LDL < 100 mg%

aterosklerotik lainnya - Diet selama 6-12 minggu, bila

LDL ≥ 130 mg%, berikan obat-

obatan

Sumber : Guideline stroke, 2007.

Daftar makanan yang dianjurkan dan yang sebaiknya dihindari pada dislipidemia :

Makanan yang dianjurkanMakanan yang sebaiknya

dihindari

Daging/ikanDaging muda, daging ayam

tanpa kulit,

Daging berlemak, kulit

ayam/bebek

Page 13: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

ikan laut, batasi udang, cumi,

sosis, daging olahan, jeroan,

makanan kaleng.

dibakar/direbus.

Telur Putih telur boleh bebas. Kuning telur 2 btr/minggu.

Lemak/

minyak

Gunakan minyak jagung,

kacang,

Semua minyak/mentega dari

binatang,

bunga matahari, wijen, zaitun. minyak kelapa.

Susu Susu skim, keju rendah lemak.

Susu penuh (full cream), keju

tinggi lemak.

Kacang-

kacangan

Kacang, tahu, tempe, kwaci,

wijen,

Kacang-kacangan kecuali yang

disebut

bunga matahari. sebelah kiri.

Nasi, roti

Semua jenis nasi dan roti yang

tidak

Nasi olahan (kebuli, lemak),

roti isi,

diolah. pastry.

Sayuran Semua jenis tidak terbatas. -

Buah Bebas Batasi alpokat, kelapa, duren.

Sumber : Hiperlipidemia, buku ajar ilmu penyakit dalam, FKUI, 1998.

ii. Obesitas.

Menurunkan berat badan, dengan target BMI < 25 kg/m2.

Garis lingkar pinggang < 80 cm untuk wanita, dan < 90 cm untuk laki-

laki.

Melakukan olahraga teratur.

Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobic (jalan cepat,

bersepeda, berenang,dll) secara teratur minimal 30 menit, dan minimal

tiga kali per minggu.

iii. Menghentikan rokok.

Merokok menyebabkan peninggian koagulabilitas, viskositas darah,

meninggikan kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet,

Page 14: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

meninggikan tekanan darah, meningkatkan hematokrit dan

menurunkan HDL dan meningkatkan LDL kolesterol.

Berhenti merokok juga memperbaiki fungsi endotel.

Perokok pasif, resikonya sama dengan perokok pasif.

iv. Hindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat.

Penyalah gunaan obat seperti kokain, heroin, fenilpropanolamin dan

mengkonsumsi alkohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang (alkohol

abuse) akan menyebabkan tekanan darah meningkat, memudahkan terjadinya

stroke hemoragik.

v. Tangani stress dan beristirahat yang cukup.

Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari.

Mengendalikan stress dengan cara :

o Berpikir positif.

o Bersikap ramah.

o Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

o Mensyukuri hidup yang ada.

Tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah.

vi. Faktor resiko lainnya.

Faktor resiko Rekomendasi

Diseksi arteri Warfarin 3-6 bln atau antiplatelet

Setelah 3-6 bln, terapi antiplatelet jangka panjang layak diberikan pada

Page 15: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

penderita

stroke.

Antikoagulan setelah 3-6 bln dipertimbangkan pada penderita dengan

iskemik berulang.

Penderita dengan kejadian iskemik berulang disamping terapi

antitrombolitik

dipertimbangkan untuk terapi endovaskular (stenting).

Penderita yang gagal atau bukan kandidat terapi endovaskular

dipertimbangkan untuk

terapi pembedahan.

Patent Foramen Terapi antiplatelet dipertimbangkan untuk mencegah kejadian berulang.

Ovale

Warfarin digunakan untuk pasien dengan resiko tinggi yang mempunyai

indikasi lain

untuk antikoagulan oral seperti pada keadaan hiperkoagulasi atau adanya

venous

trombosis.

Data kurang mencukupi untuk merekomendasikan PFO pada penderita

dengan stroke

yang pertama kali dengan PFO.

Penutupan PFO dipertimbangkan pada penderita dengan stroke

kriptogenik berulang

walaupun mendapat terapi medis.

Hiperhomosistei

n

Preparat multivitamin harian standar layak diberikan untuk mengurangi

kadar

homosistein.

Turunkan sampai < 16 umol/L (berikan asam folat 400 ug/hari, B6 1,7

mg/hari, B12

2,4 mg/hari, diutamakan dalam bentuk sayur, buah-buahan, tumbuhan

polong, daging,

ikan, beras fortified dan biji-bijian.

Page 16: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

Kondisi Hiper-

Harus dievaluasi adanya trombosis vena dalam, yang merupakan

indikasi untuk

koagulasi

pemberian terapi antikoagulan, tergantung dari kondisi klinis dan

hematologis.

Inherited Penderita harus dievaluasi untuk mekanisme alternatif stroke.

trombophilia

Bila DVT tidak ditemukan, terapi antikoagulan atau antiplatelet jangka

panjang

layak diberikan.

Penderita dengan riwayat trombosis berulang dipertimbangkan

pemberian

antikoagulan jangka panjang.

Antipospolipid - Bila APL antibodi (+) terapi antiplatelet layak diberikan.

antibodi sindrom

Penderita stroke dengan kriteria APL antibodi yang sesuai dengan

penyakit oklusi vena

dan arterial pada multipel organ, aborsi berulang, livedo reticularis,

diberikan anti-

koagulan oral dengan target INR 2-3.

Sicle cell disease

Penderita dewasa dengan SCD dan stroke, direkomendasikan mendapat

terapi umum

yang dapat diterapkan untuk mengontrol faktor resiko dan penggunaan

anti koagulan.

Terapi tambahan diberikan termasuk transfusi darah untuk mengurangi

HbS dari < 30%

hingga 50% dari total Hb, hydroxyurea atau pembedahan bypass.

Cerebral venous

Beralasan diberikan UFH atau LMWH walaupun pada keadaan adanya

infark hemoragik.

sinus trombosis

Dilanjutkan terapi dengan antikoagulan oral diberikan selama 3-6 bln,

diikuti dengan

terapi antiplatelet.

Kehamilan Pada kehamilan dengan stroke dan resiko tinggi tromboemboli seperti

Page 17: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

koagulopati

atau katub jantung, mekanik dipertimbangkan :

Penyesuaian dosis UFH selama kehamilan, seperti pemberian dosis

subkutan setiap 12 jam.

dengan monitoring faktor Xa selama kehamilan; atau UHF atau LMWH

hingga minggu

ke 13, diikuti warfarin hingga pertengahan trimester ke 3, kemudian

UHF atau LMWH

diberikan kembali hingga persalinan.

Wanita hamil dengan kondisi resiko lebih rendah dipertimbangkan

diterapi dengan

UFH atau LMWH pada trimester pertama, diikuti dengan aspirin dosis

rendah hingga

akhir kehamilan.

Cerebral

Penderita dengan ICH, SAH atau SDH, seluruh antikoagulan dan

antiplatelet harus

hemoragik

dihentikan selama periode akut minimal 1-2 minggu setelah perdarahan

dan efek

antikoagulan diatasi dengan terapi yang sesuai (seperti vit K, FFP).

Penderita yang memerlukan antikoagulan segera setelah perdarahan

serebral,

heparin intravena lebih aman daripada antikoagulan oral.

Antikoagulan oral dapat dimulai lagi setelah 3-4 minggu, dengan

monitoring ketat dan

pengawasan INR pada batas bawah rentang terapi.

Stenosis carotis

Endarterektomi karotis pada stenosis karotis simptomatik berat ( >70-

99%), sangat

direkomendasikan.

Endarterektomi karotis pada stenosis karotis simptomatik berat (50-

69%),

Page 18: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

direkomendasikan selektif.

Endarterektomi karotis pada stenosis karotis simptomatis ringan (<50%)

tidak

direkomendasikan.

Stenosis karotis asimptomatik berat (>60%), direkomendasikan selektif.

Pada kondisi tidak dapat dilakukan tindakan operasi atau stenosis karotis

simptomatik

beresiko tinggi maka dapat dilakukan tindakan stenting dan angioplasty

karotis.

Kondisi khusus

Antikoagulan tidak dilanjutkan pada SAH setelah ruptur aneurysma jelas

terjadi.

Pasien dengan ICH lobar atau perdarahan mikro dan dicurigai CAA

pada MRI memiliki

resiko tinggi rekurensi ICH bila antikoagulan dilanjutkan.

Penderita dengan infark hemoragik, antikoagulan dapat dilanjutkan,

tergantung pada

kondisi-kondisi klinis spesifik dan indikasi yang mendasari untuk terapi

antikoagulan.

Sumber : Guideline stroke, 2007.

vii. Penggunaan antikoagulan setelah perdarahan serebral.

Rekomendasi :

Penderita dengan ICH, SAH, atau SDH, semua antikoagulan dan

antiplatelet harus di stop selama fase akut minimal 2 minggu setelah

perdarahan, dan efek antikoagulan harus diterapi dengan agen yang

sesuai seperti vit K, FFA.

Penderita yang memerlukan antikoagulan setelah perdarahan serebral,

heparin IV lebih aman dibanding antikoagulan oral. Antikoagulan oral

dapat dilanjutkan setelah 3-4 minggu, dengan monitoring ketat dan

pemantauan INR pada batas bawah dari range terapi.

Page 19: 136010215 Pencegahan Stroke Primer Sekunder Guidline

Kondisi khusus : antikoagulan harus dihentikan setelah adanya SAH

sehingga ruptur aneurisma ditegakkan. Pasien dengan ICH lobar atau

perdarahan mikro dan dicurigai adanya amiloid angiopati pada MRI

dapat beresiko tinggi terjadi ICH bila antikoagulan perlu dilanjutkan.

Untuk penderita dengan infark hemoragik, antikoagulan dapat

dilanjutkan, tergantung pada skenario klinis spesifik dan indikasi yang

mendasari pemberian antikoagulan.

Guideline Stroke 2007 (Edisi Revisi) oleh : Perhimpunan Dokter Specialis Saraf

Indonesia ( PERDOSSI)

Wahjoepramono EJ. 2005. Stroke Tata Laksana Fase Akut. jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Pelita Harapan, RS Siloam Gleneagles.

Wirakusumah ES. 2001. Menu Sehat untuk Lanjut Usia. Jakarta: Puspa

Swara.