13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs merupakan kebijakan baru...

22
13 STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENERAPAN MBS Konsep MBS merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Strategi apa yang diharapkan agar penerapan MBS dapat benar-benar meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni : 1. Peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa. Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan kebijakan MBS. ”An essential point is that schools and teachers will need capacity building if school - based management is to work”. Demikian De grouwe menegaskan. 2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education (MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental berupa booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut. 3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah. 4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut: 1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif. 2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan. 4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah. 5. Bekerja dengan tim manajemen 6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Satu cara yang berguna dalam menyimpulkan adalah melihat tantangan sebagai satu cara menciptakan suatu jenis sistem pendidikan baru yang sesuai abad ke-21. Kita membutuhkan sistem-sistem baru yang terus- menerus mampu merekonfigurasi kembali dirinya untuk menciptakan sumber nilai publik baru. Ini berarti secara interaktif menghubungkan lapisan-lapisan dan fungsi tata kelola yang berbeda, bukan mencari cetak biru (blueprint) yang statis

Transcript of 13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs merupakan kebijakan baru...

13 STRATEGI PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENERAPAN MBS Konsep MBS

merupakan kebijakan baru yang sejalan dengan paradigma desentraliasi dalam pemerintahan. Strategi apa

yang diharapkan agar penerapan MBS dapat benar-benar meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu

strategi adalah menciptakan prakondisi yang kondusif untuk dapat menerapkan MBS, yakni :

1. Peningkatan kapasitas dan komitmen seluruh warga sekolah, termasuk masyarakat dan orangtua siswa.

Upaya untuk memperkuat peran kepala sekolah harus menjadi kebijakan yang mengiringi penerapan

kebijakan MBS. ”An essential point is that schools and teachers will need capacity building if school-

based management is to work”. Demikian De grouwe menegaskan.

2. Membangun budaya sekolah (school culture) yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Termasuk

membiasakan sekolah untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Model

memajangkan RAPBS di papan pengumuman sekolah yang dilakukan oleh Managing Basic Education

(MBE) merupakan tahap awal yang sangat positif. Juga membuat laporan secara insidental berupa

booklet, leaflet, atau poster tentang rencana kegiatan sekolah. Alangkah serasinya jika kepala sekolah dan

ketua Komite Sekolah dapat tampil bersama dalam media tersebut.

3. Pemerintah pusat lebih memainkan peran monitoring dan evaluasi. Dengan kata lain, pemerintah pusat

dan pemerintah daerah perlu melakukan kegiatan bersama dalam rangka monitoring dan evaluasi

pelaksanaan MBS di sekolah, termasuk pelaksanaan block grant yang diterima sekolah.

4. Mengembangkan model program pemberdayaan sekolah. Bukan hanya sekedar melakukan pelatihan

MBS, yang lebih banyak dipenuhi dengan pemberian informasi kepada sekolah. Model pemberdayaan

sekolah berupa pendampingan atau fasilitasi dinilai lebih memberikan hasil yang lebih nyata

dibandingkan dengan pola-pola lama berupa penataran MBS. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif

dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut:

1. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan

produktif.

2. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka

secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.

4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai

lain disekolah.

5. Bekerja dengan tim manajemen

6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan. Satu cara yang berguna dalam menyimpulkan adalah

melihat tantangan sebagai satu cara menciptakan suatu jenis sistem pendidikan

baru yang sesuai abad ke-21. Kita membutuhkan sistem-sistem baru yang terus-

menerus mampu merekonfigurasi kembali dirinya untuk menciptakan sumber

nilai publik baru. Ini berarti secara interaktif menghubungkan lapisan-lapisan dan

fungsi tata kelola yang berbeda, bukan mencari cetak biru (blueprint) yang statis

yang membatasi berat relatifnya. Pertanyaan mendasar bukannya bagaimana kita

secara tepat dapat mencapai keseimbangan yang tepat antara lapisan-lapisan

pusat, regional, dan lokal atau antara sektor-sektor berbeda: publik, swasta, dan

sukarela. Justeru, kita perlu bertanya Bagaimana suatu sistem secara keseluruhan

menjadi lebih dari sekedar jumlah dari bagian-bagiannya?. Secara sederhana

dikatakan, manajemen berbasis sekolah bukanlah “senjata ampuh” yang akan

menghantar pada harapan reformasi sekolah. Bila diimplementasikan dengan

kondisi yg benar, ia menjadi satu dari sekian strategi yang diterapkan dalam

pembaharuan terus-menerus dengan strategi yang melibatkan pemerintah,

penyelenggara, dewan manajemen sekolah dalam satu sistem sekolah. Untuk lebih

jelasnya, silahkan baca juga, artikel yang berhubungan dengan Artikel Strategi

Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penerapan MBS, antara lain : .... Baca Selengkapnya di : HTTP://WWW.M-EDUKASI.WEB.ID/2013/02/STRATEGI-

PENINGKATAN-MUTU-PENDIDIKAN.HTML

Copyright www.m-edukasi.web.id Media PendidikaManajemen Strategik Dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan

MANAJEMEN STRATEGIK DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

Diresume dari Buku : manajemen Starategik dalam peningkatan mutu

pendidikan

Karya : Dr.H. Syaiful Sagala, M.Pd.

I. Sekolah Sebagai Bagian Sistem Pendidikan

Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola kehidupan insani tertentu. Menurut Webster’s

New World Dictionary (1962), Pendidikan adalah “Proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan,

pikiran karakter, dan seterusnya, khususnya lewat persekolahan forma”. Pemahaman mengenai pendidikan

mengacu pada konsep tersebut menggambarkan bahwa pendidikan memiliki sifat dan sasarannya yaitu manusia.

Ilmu pendidikan menyusun batang tubuh pengetahuan teoritis berdasarkan epistemology keilmuan secara logis,

analitis, sistematis dan teruji dengan mengembangkan postulat, asumsi, prinsip, dan konsep pendidikan. Atas dasar

pikiran tersebut, dibangun teori-teori pendidikan dengan dibantu oleh teori-teori keilmuan di luar bidang pendidikan

yang dapat membantu arti dan makna pendidikan. Ilmu pendidikan juga disebut juga padagogik, yaitu merupakan

terjemahan dari bahasa inggris yaitu “padagogics”. Padagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “pais” yang

artinya anak, dan “again” yang artinya membimbing.

Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa pendidikan mengandung pengertian “bimbingan yang diberikan pada

anak”. Orang memberikan bimbingan kepada anak disebut pembimbing atau ”pedagog” . Dalam perkembangannya,

istilah pendidikan (pedagogy) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan pada anak atau orang dewasa

secara sadar dan bertanggung jawab, baik mengenai aspek jasmaninyamaupun aspek rohaninya menuju ke tingkat

kedewasaan anak. Jika anak telah dewasa dalam arti jasmaniah dan rohaniah, maka berarti pendidikan itu telah

selesai.

Teori pendidikan terutama besumber dari filsafat, psikologi, dan antropologi yang menjelaskan realitas pendidikan

(educational reality) dari pengalaman pendidikan (educational experience) dan objeknya sebagai dasar dari suatu

teori. Teori pendidikan menurut Barnadib (1996:8) adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya

pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktik adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya

(nyatanya).

Ilmu pendidikan adalah ilmu yang secara sistematis dan sistematik mempelajari interaksi sosial budaya antar peserta

didik dan pendidik (1) berlqangsung secara sadar, walaupun dalam pelaksanaannya berbagai unsur dari interaksi

tersebut dapat berlangsung tanpa disadari atau disengaja. (2) terwujud melalui media tertentu, dalam situasi dan

lingkungan tertentu, di sekolah maupun di luar sekolah secara berkesinambungan; (3) dapat ditinjau dari aspek mikro

maupun makro; dan (4) selalu sarat makna, yaitu subjek dan objek tidak dapat dilihat terpisah satu dengan yang

lainnya dalam menjelaskan realitas pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan membantu siswa mendewasakan dirinya, sebagai pribadi, bermoral,

dan bertanggung jawab. Ilmu pendidikan memiliki objek studi, isi dan metoda kerja yang memebedakannnya dari

ilmu lain. Pendidikan seumur hidup sebuah sistem konsep pendidikan yang memerangkan keseluruhan peristiwa

kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan hidup manusia. Sebelum anak memasuki

pendidikan formal di sekolah, Anak tersebut lebih dahulu mendapatkan pendidikan informal di keluarga.

Pada dasarnya, pendidikan baik yang bersifat informal, formal dan nonformal adalah usaha manusia (pendidik) yang

dilakukan secara sadar dan terencana dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menjadi

kedewasaan baik fisik maupun psikis. Dalam buku “Republika” oleh Plato (427-327 BC) pada zaman peradaban

Yunani pendidikan formal dikonsepsikan sebagai proses penyiapan tiga tipe manusia sebagai warga pendukung

terwujudnya negara ideal.

Ketiga tipe manusia itu (1) pemikir, sebagai pengatur Negara; (2) kesatria, sebagai pengaman Negara; dan (3)

pengusaha, sebagai penjamin kemakmuran dan kesejahteraan Negara dengan segenap warganya (makmum,

2000:20). Pendidikan yang mendesain menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) pada tingkat kualitas global ini,

mununjukkan bahwa lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, desain pendidikannya

diarahkan untuk menyiapkan SDM dengan kualitas global atau internasional yaitu.

1. ilmuwan juga pemikir seperti fisikawan, ekonom, sosiolog, dan berbagai bidang ilmu lainnya yang aktif dalam

bidang penelitian dan pengembangan yang kompetitif pada tingkat global.

2. politisi, negarawan, diplomat dan sebagainya setelah memperoleh ilmu pengetahuan difasilitasi dengan berbagai

kegiatan organisasi sampai pada taraf internasional.

3. pengusaha seperti pedagang antar Negara, ekspor dan impor, dan sector usaha lainnyayang mampu bersaing

pada tingkat internasional.

4. kesatria atau perwira yang mempunyai kemampuan tingkat internasional baik pada anagkatan darat, angkatan

laut, angkatan udara, juga kepolisian.

5. agamawan atau ulama yang memiliki kewibawaan pada tingkat internasional.

Setelah pemerintah dan masyarakat melalui program penyelenggaraan suatu pendidikan pada semua jenjang dan

jenis pendidikan menyiapkan SDM berkualitas internasional, maka disipkan pula SDM Berkualitas nasional, melalui

jalur pendidikan dasar, menengah, dan perfuruan tinggi pada tingkat nasional baik pada birokrasi pemerintaha,

sector swasta, dan wirausaha berbagai sektor dan berbagai bidang kehidupan sebagai berikut.

1. ilmuan atau akademis pada berbagai disiplin ilmu yang mengembangkan ilmunya di berbagai perguruan tinggi

maupun lembaga penelitian dan pengembangan pada instansi pemerintah maupun swasta yang ada diseluruh

Indonesia.

2. politisi, negarawan dan sebagainya yaitu SDM yang menempati posisi eksekutif, legislatif, dan yudikatif pada tatar

nasional.

3. perwira tinggi dan pewira menengah pada semua angkatan dan polri yang pada pengembangannya karirnya dapat

sampai pada taraf internasional.

4. ulama sebagai pengawal moral bangsa pada tingkat nasional.

Sistem, model, dan strategi pendidikan yang demikian itu memeng memerlukan biaya, tenaga guru dan

kependidikan, serta fasilitas belajar yang memenuhi syarat. Menyiapkan SDM berkualitas Regional, mulai pendidikan

dasar, menengah dan perguruan tinggi untuk mengisi posisi-posisi penting pada tingkat regional provinsi dan

kabupaten/kota sebagai berikut.

1. Intelektual dan ilmuan berbagai bidang keilmuan

2. politisi pada klembagaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif

3. pengusaha industri, jasa, pertanian, dan sektor lainnya

4. perwira pertama, menengah dan tinggi

5. ulama sebagai pengawal ideologi dan moral bangsa

Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah memeprsiapkan hidup (Mudyahrdjo, 2001:4). Pendidikan bertujuan memenuhi

seperangkat hasil pendidikan yang dapat dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.

Tujuan pendidikan dilaksanakan bertingkat (1) tujuan pendidikan nasional yang hendak dicapai dalam system

pendidikan yang berskala nsional. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) oleh UUSP No. 20 tahun 2003 Pasal 3

menyatakan bahwa pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan; (2) tujuan

institusional yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan atau satuan pendidikan tertentu; (3)

tujuan kurikulum yaitu tujuan yang hendak dicapai oleh suatu bidang ilmu atau program studi, bidang studi, mata

pelajaran, dan suatau ajaran yang disusun berdasarkan tujuan institusional; dan (4) tujuan instruksional atau tujuan

pengajaran yaitu tujuan yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakan suatu proses pembelajaran disususn

berdasarkan tujuan kurikulum sesuai pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang dituangkan dalam alokasi waktu

tertentu. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa, tujuan pendidikan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya dan menguasai ilmu pengetahuan, dengan sasaran menjangkau segenap peserta didik dari semua jenis

dan kategori umur (sepajang hayat).

Fungsi Pendidikan

UUSPN No. 20 tahun 2003 bmenegaskan bahwa fungsi pendidikan mengembagnkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Fungsi-fungsi

yang pekerja dalam pencapaian tujuan pendidikan disebut proses pendidikan yaitu runtutan perubahan atau

peristiwa pendidikan yang mengalami perkembangan atau kemajuan dari waktu ke waktu. Proses belajar di sekolah

berfungsi sebagai pengarah bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan, seni dan sikap yang akan

diperoleh manusia yang belajar untuk mengembangkan potensi dirinya memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat masyarakat

Indonesia dalam mewujudkan tujuan pendidikan nsional dan tujuan pembangunan nasional. Dapat ditegaskan fungi

sekolah antara lain menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran dengan prinsip inovatif, kreatif, efektif,

dan berprestasi guna mempersiapkan siswa yang berkualitas untuk hidupm dalam masyarakat memeanfaatkan ilmu

pengetahuan dan keterampilan atau mengikuti pendidikan berikutnya.

Sifat dan Produk pendidikan

Sifatnya ilmu pendidikan menurut Konsorsium ilmu Pendidikan (1991:4) merupakan disiplin keilmuan tersendiri dan

menghasilkan konsep-konsep dasar, teori-teori tentang pendidikan seperti belajar dengan berbuat (Learning by

doing), bleajar bebas, pendidikan sepanjang hidup (longlife education), belajar mencapai kemandirian; dan (2) di

samping itu ilmu pendidikan menerapkan konsep-konsep dasar, teori-teori yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu yang

lain seperti filsafat, psikologi, sosiologi, admistrasi, manajemen, antropologi, politik, dan ekonomi yang memeng

diperlukan baik untuk memeprkaya konsep/teori kependidikan yang ada maupun untuk meningkatkan upaya

rekayasa pendidikan.ada lima komponen inti ilmu pendidikan sebagai berikut,

1. Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pengajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

2. Belajar yang merupakan komponene ilmu pendidikan yang berkenan dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau

dari sudut peserta didik.

3. Mendidik dan mengajar, yang merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan proses pelaksanaan

interaksi ditinjau dari sudut pendidik.

4. Lingkungan pendidikan yang merupakan komponene ilmu pendidikan yang berkenaan dengan situasi yaitu

interaksi tersebut berlangsung beserta unsur-unsur penunjangnya.

5. Penilaian, yang merupakan komponene ilmu pendidikan yang berkenaan dengan cara mengetahui tujuan yang

ingin dicapai melalui interaksi tersebut telah terwujud dalam diri peserta didik.

Fungsi produksi dalam pendidikan menurut Levin (1974-1976) berhubungan dengan kepandaian siswa, karena

inefesiensi yang muncul yaitu sekolah tidak dioperasikan pada apa yang diketahui sebagai production frontier,

Sumber tidak dikaitkan dengan penggunaan teknologi, dan sekolah tidak merespon keinginan masyarakat.

W.G.Molenkopt dan Donal Melville (1956) mengemukakan fungsi produksi pendidikan berhubungan secara signifikan

dengan keberhasilan sisiwa dan memiliki kemampuan bersaing dengan cara-cara yang sportif dan bertanggung

jawab. Konsep-konsep dasar/metode berpikir bidang ilmu, teknologi, seni, serta teori dan konsep pendidikan yang

berlaku dipelajari secara utuh, sehingga produknya adalah ada pemahaman menyeluruh.

Yaitu mengenai konsep dan pola piker ilmu pendidikan maupun implikasinya. Terhadap mutu layanan pendidikan

pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Produk pendidikan memiliki budaya yang didefinisikan sebagai

masyarakat yang berberadaban dan berbudaya, memiliki kebebasan yang merefleksikan kreatifitas dalam

dinamikanya secara komprehensif menuju kehidupan yang sejahtera diatur oleh norma hokum yang kuat,

sebagaimana dicita-citakan seluruh masyarakat dan bangsa.

Sistem Pendidikan Nasional

Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi tempat berlangsungnya administrasi dan manajemen pendidikan,

tumbuh menjadi besar yang kemudian permasalahannya akan menjadi kompleks dalam suatu system pendidikan

nasional. Sistem sebagai suatu keseluruhan yang utuh yang hidup dan sengaja dirancang dengan komponennya

yang berkaitan dengan perkiraan untuk berfungsi secara terpadu demi tercapainya tujuan-tujuan yang sebelumnya

telah ditetapkan, yaitu tujuan akan menentukan makna dari sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan yang

mencapai cita-cita pendidikan nasional.

Ciri-ciri sistem pendidikan nasional berakar pada kebudayaan nasional berdasarkan Pancasila, merupakan suatu

kebulatan yang dikembangkan dalam usaha mencapai tujuan nasional, mencakup jalur pendidikan sekolah dan luar

sekolah.

Sistem menurut Immegart (1972:5) merupakan satu kesatuan yang utuh dengan bagiannya yang tersusun secara

sistematis yang mempunyai relasi yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan konteksnya (Pidarta, 1988:25).

Sedangkan pendekapan system adalah cara berpikir dan bekerja menggunakan konsep-konsep teori system yang

relevan dalam memecahkan masalah. Ditinjau dari sudut manajemen sistem, pendekatan system yang bertitik tolak

pada pragmatis untuk mencapai manfaat, dengan mempergunakan metode sintesis atau memaduka unsur-unsur

menjadi kesatuan, untuk mengintegrasikan operasi-operasi kerja melalui perancangan operasional menekankan

pada jarinagn hubungan unsur-unsurnya (Mudyahardjo, 2001:40). Sistem pendidikan dan program pendidikan

nasional memeperhatikan asa pemerataan dan keadilan yang diwujudkan dalam bentuk mendapatkan kesempatan

yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan. Suatu proses pendidikan selalu berkaitan dengan

kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), peningkatan kulitas kehidupan dan kondisi suatu masyarakat,

dalam perkembangan dan pertumbuhannya tidak dapat dipisahkan dari sistem hidup. Peningkatan kualitas hidup

masyarakat sebagai produk pendidikan ditandai dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

peningkatan kualitas keterampilan.

Hieraki Profesi Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan bertugas memberikan layanan teknis kependidikan di sekolah untuk meningkatkan mutu

manajemen sekolah. Tugas pekerjaan penelitian dan pengembangan (yang mugkin diorganisasikan baik di tatar

makroskopik maupun mesoskopiknya) yang dilakukan oleh peneliti, selain itu dalam sistem pendidikan yang mengaju

pada peningkatan mutu secara terus menerus masih terdapat berbagai kegiatan penunjang penyelenggaraan

pendidikan seperti laboratorium oleh labora, perpustakaan oleh pustakawan, pusat sumber belajar, instalasi/studio,

asrama, usaha kesehatan sekolah, dan UPT lainnya.

Teori Ilmu Pengetahuan dalam Struktur Ilmu Pendidikan

Teori-teori ilmu pengetahuan yang dapat digunakan bidang keahlian struktur internal ilmu pendidikan ini antara lain

filsafat (untuk memahami ontology, epistemology, dan aksiologi ilmu pendidikan). Psikologi untuk memahami perilaku

dan fenomina psikis dalam belajar. Sosiologi untuk memahami lingkungan social masyarakat yang berkaitan dengan

pendidikan. Antropologi untuk mengenal eksistensi anak sebagai manusia yang berbudaya. Ekonomi untuk

menghitung unit cost dan anggaran yang diperlukan dalam pengelolaan pendidikan juga dapat menghitung tingkat

pengembaliannya dalam bentuk penyediaan sumber daya manusia, dan sebagainya.

Problematika Administrasi dan Manajemen Sekolah

a. Team Work Sekolah

Berbagai penelitian yang berkaitan dengan keefektifan sekolah menyimpulkan bahwa kelemahan utama manajemen

pendidikan adalah pada team working yang tidak solid. Tidak semua personal pada satuan pendidikan pimpinanya

selalu memiliki orang-orang tertentu sebagai orang kepercayaan, meskipun orang itu menurut pandangan personal

lainnya atas dasar pengalaman bekerja sama sesungguhnya tidak terlalu istimewa. Jika model manajemen yang

demikian ini berkepanjangan yaitu berlanjut terus menerus, seberapa besarpun anggaran yang disediakan oleh

pemerintah atau masyarakat terhadap lembaga tersebut untuk penyelenggaraan pendidikan, seberapa banyakpun

penataran dan pelatihan yang disediakan pemerintah untuk guru dan tenaga kependidikan tetap saja mutu

manajemen dalam keadaaan yang buruk dan hasilnya mengecewakkan karena mutunya rendah.

b. Kompleksitas Birokrasi Pendidikan

Dalam pasal 1 ayat 10 UUSPN No. 20 tahun 2003 mengatakan suatu pendidikan adalah kelompok layanan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada jenjang dan jines

pendidikan. Hal ini berarti Dinas Pendidikan di Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksanaan

Pemerintah daerah. Oleh karena itu persyaratan pejabat yang ada pada lingkungan Dinas Pendidikan adalah

persyaratan pengangkatan jabatan pada Pemerintah Daerah yaitu pengangkatan jabatan pada pendidikan pada

umumnya atas dasar golongan pengangkatan, pendidikan kedinasan, eleson jabatan sebelumnya, dan DP3 terakhir

bukan atas dasar profesionalisasipendidikan dalam arti berijasah pendidikan dan pengalamannya dalm bidang

pengelolaan pendidikan. Pernyataan diatas ini diperjelas oleh PP No. 38 tahun 1992 Pasal 4 Ayat 1 mengatakn

hirarki yang diberlakukan untuk tenaga pendidik di masing-masing satuan pendidikan didasarkan atas dasar

wewenang dan tanggung jawab dalm kegiatan belajar mengajar, Ayat 2 mengatakan hirarki yang diberlakukan untuk

tenaga kependidikan yang bukan tenaga pendidik didasarkan pada pengaturan wewenang dan tanggung jawab

masing-masing.

c. Sekolah dalam Birokrasi Pemerintah

Birokrasi cenderung memeprlakukan kepala sekolah hanya sebagai pelaksana teknis dari unit kerja mereka, bukan

dipandang sebagai pemimpin institusi professional kependidikan yang memiliki otonomi atas dasar professional

tersebut.

d. Kinarja Guru Kinerja Pengawas Sekolah

Kinerja guru selama ini terkesan tidak optimal.Guru melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin, ruang

kreatifitas. Inovasi bagi guru relatif tertutup dan kreatifitasnya, guru tersebut cenderung dinilai membuang-buang

waktu dan boros.

e. Kinerja Pengawasan Sekolah

Ketika Dinas Pendidikan menyusun rencana strategi hasil kerja pengawas tidak menjadi bahan pertimbangan yang

penting untuk menyusun rencana kerja selanjutnya sebagai upaya perbaikan mutu pendidikan yang lebih baik.

f. Manajemen Sekolah

Tiga faktor yang menyebabkan manajemen sekolah tidak efektif yaitu (1) umunya kepala sekolah memiliki otonomi

sangat terbatas dalam mengelola sekolah dan memutuskan pengalokasian sumber daya;(2) kepala sekolah

diidentifikasi kurang memiliki keterampilan mengelola sekolah dengan baik; dan (3) kecilnya peran serta masyarakat

merupakan bagian dari peran kepemimpinan kepala sekolah.

II. Konsep Administrasi dan Manajemen Sekolah

Secara teoritik pengertian administrasi melayani secara intensif, sedangkan secara etimologis administrasi dalam

bahasa Inggris “administer” yaitu kombinasi dari kata latin yang terdiri dari AD dan MINISTRARE yang berarti “to

serve” melayani, membantu dan memenuhi. Lebih jelas lagi, kata AD berarti intensif sedang MINISTRARE berbentuk

kata benda yang berarti melayani secara intensif dan mengarahkan. Jadi, secara etimologis administrasi adalah

melayani secara intensif dan administrasi sekolah adalah melayani secara intensif yaitu pada intinya melaksanakan

layanan belajar. Kata “administration” dan kata “administrativus” yang kemudian dalam bahasa Inggris menjadi

“administration” dan dalam bahasa Indonesianya administrasi.

Selain itu Indonesia dikenal istilah administratie yang berasal dari bahasa Belanda yang pengertiannya lebih sempit,

sebab terbatasnya pada aktivitas ketatausahaan yaitu kegiatan penyusunan keterangan secara sistematis dan

pencatatan secara tertulis secara keterangan yang diperoleh dan diperlukan mengenai hubungannya satu sama

lain.dilihat dari kedudukan dan perananya administrasi dan manajemen bukanlah ilmu yang eksklusif berdiri sendiri,

tetapi ilmu ini tumbuh dan berkembang dengan didukung oleh ilmu-ilmu social sepereti sosiologi, antropologi, politik,

psikologi, ekonomi, dan hukum.

Administrasi sekolah sebagai proses manajemen ditunjukkan untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber

daya sekolah yang ada sudah diberdayakan secara optimal dalam mencapai tujuan dan apakah sudah mencapai

sasaran yang ditetapkan. Kemudian apakah dalam mencapaian tujuan tidak terjadi pemborosan dilihat dari

penggunaan sumber daya. Sumber daya yang dimaksud merupakan SDM, dana, fasilitas belajar, sarana dan

prasarana sekolah, serta waktu. Dari berbagai hasil penelitian tampak bahwa dalam proses belajar dan mengajar,

ternyata sumber daya sekolah yang tersedia belum dimanfaatkan secara baik, sering pula ditemukan waktu konta

guru dan peserta didik di kelas tidak dimanfaatkan secara baik hanya sekadar melepaskan waktu-waktu pelaksanaan

tugas.

Oleh karena itu, sekolah sebagai industri jasa proses linier atau sirkuler. Proses linier adalah model proses

manufaktur yang terapkan dalam organisasi sekolah. Sedangkan pada proses sirkuler, sekolah sebagai penghasilan

jasa pendidikan dan para pengelola sekolah adalah pengguna jasa internal yang dapat menerima masukan dari

pengguna jasa tertier, dalam arti kebutuhan dari pengguna jasa pendidikan yaitu siswa dan orang tua siswa.

Ruang lingkup pembahasan administrasi sekolah difokuskan pada profesionalisme pengelola sekolah oleh tenaga

kependidikan sebagai suatu sistem administrasi dilihat dari segi kelembagaan sekolah dan profesionalisme

pengajaran oleh tenaga pendidik dilihat dari manajemen pembelajaran di kelas maupun tempat kegiatan belajar

lainnya. Kedua hal ini sebagai bagian dari terintegrasi dalam kegiatan operasional sekolah untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Mempelajari administrasi sekolah bagi para pengelola sekolah dan masyarakat yang peduli terhadap sekolah

dimaksudkan untuk memberi pemahaman yang komprehensif dan mengembangkan keterampilan serta kemampuan

bidang administrasi sekolah untuk menunjang efektivitas dan efisiensi tugasnya sebagai guru dalam kegiatan

pembelajaran atau pimpinan sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dalam pengelolaan sekolah.

Administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi memainkan peranan penting dalam

menggerakkan organisasi, komunikasi yang tersumbat menjadikan organisasi bergerak lambat dan tidak akan

mampu bersaing. Akhirnya para guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah harus memahami secara utuh

admistrasi sekolah, mampu dan terampil menerapkannya dalam penyelenggaraan program sekolah.

Manajemen didefinisikan oleh bParker Follet (Daft dan Steers, 1986) sebagai “the art of getting things done through

people” atau diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya manusia

dan materil secara efisien (Boford dan Bedeian, 1988).

Koont O Donnel (1984) mengemukakan bahwa:”management is the process of designing and maintaining an

environtment in which individuals, working together in groups, efficiency accopmplish selected aims. This basic

definition needs to be expanded (1)as manager people carry out the managerial function of planning, oorganizing,

straffing, leading and controlling; (2) management applies to any kind of organization; (3) it applies to managers at all

organization level; (4) the aim of oll managers is the same to create a surplus: and (5) managing is concerned with

productivity; this implies effectiveness and afficiency”.

Pengertian tersebut mengandung makna bahwa manajemen adalah proses merencanakan dan memeprtahankan

lingkungan di mana individu dapat bekerja sama dalam kelompok, secara efisien dalam rangka mencapaiu tujuan.

Pengertian ini memberi arti (1) sebagai manajer melaksanakan fungsi manajemen antara lain; perencanaan,

pengorganisasian, pembagian staf, mengarahkan dan pengawasan; (2) menerapkan manajemen untuk kebaikan

organisasi; (3) berlaku untuk manager pada setiap level organisasi; dan (4) tujuan setiap manager adalah sama

untuk mencapai surplus, dimana manajer concern terhadap produktifitas dan etos kerja yang tinggi berimplikasi

efektivitas dan efisiensi.

Uraian diatas menegaskan bahwa manajemen sekolah adalah proses dan intansi yang memimpin dan membimbing

penyelenggaraan penyelenggaraan pekerjaan sekolah sebagai suatu organisasi dalam mewujudkan tujuan

pendidikan dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Karena ini prinsip-prinsip manajemen sekolah yang dapat

dipegang adalah memperoleh hasil yang paling efektif melalui orang-orang yang professional mengacu pada visi dan

misi sekolah dengan jalan melakukan proses manajemen, yakni manjalankan fungsi pokok program sekolah yang

ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan sekolah sebagai penaggung jawab institusi sekolah, guru sebagai

penggung jawab pelayanan teknis kependidikan di sekolah yang menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu:

perencanaan (planning) program kegiatan sekolah, pengorganisasian (organizing) tugas-tugas pokok sekolah,

penggerakkan (actuating) seluruh system sekolah, dan pengawasan (controlling) kinerja sekolah.

Focus manajemen sekolah memungsikan dan mengoptimalkan kemampuan menyusun rencana sekolah dan

rencana anggaran, dan memngsikan masyarakat untuk berpartisipasi mengelola sekolah.

Menurut UUSPN NO. 20 tahun 2003 Pasal 4 ayat 1 manajemen pendidikan dielenggarakan secara demokratis dan

berkeadilan serta ntidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural,

dan kemajemukan bangsa. Hal ini memberikan tuntuna bahwa kepala daerah sebagai penanggung jawab pendidikan

harus mampu membuat rencana pembangunan pendidikan yang lebih transparan berbasis keunggulan lokal.

Transparan berarti mengikutsertakan kelompok kepentingan pendidikan dan keunggulan lokal berarti mampu

mengangkat isu potensi local menjadi keunggulan. Di lihat dari hak dan kewajiban sekolah, maka setiap sekolah

dapat mengetahui kapan sekolah itu akan memperoleh sentuhan dan bantuan dari pemerintah daerah. Di lain pihak

kepala sekolah sebagai secara tim sekolah, sehingga semua keputusan merupakan keputusan sekolah, bukan

keputusan pribadi kepala sekolah.

III. Sekolah Sebagai Organisasi

Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan merupakan sarana melaksanakan pelayanan belajar dan

proses pendidikan. Sekolah buan hanya dijadikan sebagai tempat berkumpul antara guru dan peserta didik,

melainkan suatu sistem yang sangat kompleks dan dinamis. Secara lebih mendalam perlu dipahami apa itu sekolah.

Beberapa pengertian ahli dikemukakan antara lain Nawawi (1982) sekolah tidak boleh diartikan hanya sebuah

ruangan atau gedung saja, tempat anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan. Tetapi sekolah

sebagai intitusi yang peranannya jauh lebih luas dari pada itu. Kemudian sekolah sebagai lembaga pendidikan terikat

akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu sistem nilai. Postman dan Weingartner (1973)

mengemukakan bahwa “School as institution is the specificset of essential fungtion is server in our society” Sekolah

didefinisikan sebagai institusi yang spesifik dari seperangkat fungsi-fungsi yang mendasar dalam melayani

masyarakat.

Sebagai organisasi, sekolah merupakan suatu sistem terbuka, sekolah tidak mengisolasi diri dari lingkungannya,

karena mempunyai hubungan-hubungan (relasi) dengan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal sekolah

dan bekerjasama. Selain sebagai wahana pembelajaran, lingkungan juga merupakan tempat berasalnya masukan

(input). Sekolah sebagai suatu system diorganisasikan untuk memudahkan pencapaian tujuan belajar peserta didik

secara efektif dan efisien. Input sekolah adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk terjadinya

pemprosesan guna mendapatkan output yang diharapkan.

Tugas utama sekolah adalah menjalankan proses belajar mengajar, evaluasi kemajuan hasil belajar pesertadidik,

dan meluluskan peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan. Dilihat dari sudut pandang

siosial ekonomi, keadaan sekolah terdiri dari sekolah yang maju, sedang, dan tertinggal, kemudian secara ekstrim

lagi dibagi atas sekolah negeri yang pavorit dan sekolah swasta yang juga pavorit. Untuk itu sekolah tersebut perlu

penanganan kegiatan belajar mengajar dan manajemen sekolah yang spesifik sesuai kondisi objektifnya.

Berkaitan dengan struktur organisasi, penekanan desain organisasi sekolah adalah pada meningkatan kemampuan

manajemen sekolah yang semakin baik. Desain organisasi sekolah merupakan sarana pengembangan potensi

sekolah. Desainnya mengacu pada criteria yang dapat memperjelas fungsi dan tanggung jawab setiap personal

sekolah secara dinamis kea rah tujuan yang disepakati. Karena itu sekolah yang digerakkan kepala sekolah dan para

guru dalam pembangunan sumber daya manusia baik sebagai individu maupun menjalankan program sekolah.

Sekolah ialah “kerjasama sejumlah orang menjalankan seperangkat ” fungsi mendasar melayani kelompok umur

tertentu dalam ruang-ruang kelas dibimbing oleh guru mempelajari kurikulum-kurikulum yang bertingkat untuk

mencapai tujuan instruksional terikat akan norma dan budaya ynag mendukungnya nsebagai suatu sistem nilai dan

kerjasama sejumlah orang dalam rangka mencapai tujuan instriksional sekaligus sebagai tujuan sekolah” (segala,

2004:53). Kegiatan belajar mengajar di sekolah menekankan pembentukan kepribadian sebagai proses interaksi

yang dinamis dalam masyarakat sekolah.

Tugas pokok dan fungsi sekolah, adalah meneruskan, memeprtahankan, dan mengembangkan kebudayaan

masyarakat melalui pembentukan kepribadian peserta didik dengan memberikan ilmu pengetahuan dan penanaman

nilai-nilai yang mendukung.semakin kuatnya tuntutan masyarakat untuk menguasai ilmu pengetahuan, mutu telah

bergeser dari suatu keunggulan strategis menjadi suatu kebutuhan. Fakta di lapangan ada saja sekolah yang tidak

dapat diandalkan dalam menyelenggarakan layanan pendidikan dan manajemen sekolah yang bebas kecacatan.

Sekolah yang manajemenya cacat telah berhenti sebagai pesaing yang serius. Karena banyaknya perhatian yang

telah dicurahkan oleh sejumlah sekolah untuk meningkatkan mutu, mungkin hanya sedikit peluang bagi mutu untuk

menjadikan bagian dari keunggulan kompetitif. Bidang-bidang penting berfungsinya organisasi sekolah yang

membuat perbedaan kinerja dapat dilihat dari kinerja pembelajaran, kompetensi yang diperoleh peserta didik sebagai

hasil dari proses pembelajaran, dan pencapaian tujuan sesuai criteria keefektifan sekolah yang sudah ditetapkan.

Penelitian kinerja sekolah pada tahun berjalan harus memberikan rekomendasi kebijakan pada periode berikutnya

untuk menjadikan program kerja organisasi sekolah efektif dan berkualitas.

Investigasi berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia oleh World Bank (1997) merekomendasikan lima strategi

yang perlu dicermati yaitu: kurikulum yang bersifat inklusif, proses belajar mengajar yang efektif, lingkungan sekolah

yang mendukung, sumber daya yang berasas pemerataan, standarisasi hal-hal tertentu, monitoring, evaluasi, dan

tes. Kelima strategi tersebut harus menyatu ke dalam empat lingkup fungsi pengelolaan sekolah yaitu manajemen

organisasi, kepemimpinan, proses belajar mengajar, sumber daya manusia, dan administrasi sekolah. Dalam

menempatkan kepala sekolah sebagai manajer dan dukungan masyarakat yang optimal diperlukan struktur irganisasi

yang mengakomodasikan semua kepentingan pendidikan.

Falsafat organisasi sebagai sekumpulan prinsip yang berfungsi sebagai pengarahan serta sikap yang mendarah

daging yang mampu mengkomunikasikan tujuan, rencana dan berbagai kebijakan serta prinsip-prinsip yang tampak

pada sikap, perilaku dan tindakan yang berlangsung di seluruh jenjang organisasi pengambilan kebijakan pendidikan.

Sebuah falsafah organisasi menempatkan nilai-nilai dan keyakinan organisasi yang membimbing tingkah laku

anggotanya dalam seluruh aspek kegiatan organisasi. Nilai-nilai tersebut menggambarkan kebijakan organisasi yang

dapat menyediakan garis pedoman organisasi yang di dalamnya rencana disusun, tujuan-tujuan ditetapkan dan

strategi-strategi ditentukan, diimplementasikan dan diawasi. Kebijakan berikutnya menyediakan manajer dengan

seperangkat tugas sebagai pembatas yang semua keputusan harus memuaskan.

Tampaklah bahwa unsure-unsur organisasi adalah factor manusia (human factor) yang bekerjasama yaitu ada

pemimpin dan ada yang dipimpin, tempat kedudukan, pekerjaan dan pembagian pekerjaan, struktur yang

menunjukkan adanya hubungan dan kerjasama, teknologi yang digunakan, dan lingkungan (environment external

social system). Unsur-unsur organisasi ini bergerak dengan dinamis terus menerus berkembang dan tumbuh dari

segi tugas, bidang kegiatan, ukuran dan sebagainya. Organisasi dan kepemimpinana pendidikan menurut

Engkoswara (2001:44) sebagai upaya pemersatu dan koordinasi, standar kebijakan diserahkan kepada satuan

pendidikan. Denga demikian organisasi merupakan kesatuan sosial atau pengelompokan manusia yang tersusun

atas dua orang atau lebih, berfungsi atas dasar yang relative terus menerus yang dibentuk secara sengaja dan

adanya ikatan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang terkoordinir secara sadar.

Berdasrkan uraian diatas secara struktural disimpulkan bahwa organisasi mempunyai lima unsure dinamis (1)

adanya struktur yang menggambarkan garis komando (hirarki kekuasaan) dan garis staf sebagai garis advisory atau

otoritas gagasan-gagasan; (2) adanya pembagian kerja yang berkaitan dengan kedudukan dan fungsi; (3) adanya

koordinasi untuk menyingkronkan tindakan-tindakan dalam pencapaian tujuan; (4) adanya skala yang

menggambarkan hierarki organisasi. Karena itu, desain struktur organisasi sekolah harus mengacu pada criteria

yang dapat memperjelaskan fungsi dan tanggung jawab pada setiap personal di sekolah secara dinamis ke arah

tujuan yang disepakati.

Sekolah yang efektif dan sekolah yang bermutu merupakan pembahasan yang tak kunjung habis-habisanya,

sepanjang sekolah itu masih menjalankan kegiatannya. Seiring dengan tuntutan akan berubah terus menerus dan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan akan keefektifan dan mutu sekolah pun mengiringinya.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sekolah antara lain sekolah sebagai organisasi krja

terdiri atas sejumlah unit kerja seperti kelas (guru kelas), bimbingan penyuluhan (petugas bimbingan penyuluhan),

usaha kesehatan sekolah (UKS). Personal guru, kepala sekolah, konselor, tenaga kependidikan dan lainnya

membutuhkan layanan kejiwaan, layanan kesehatan, layanan mengatasi keluhan, layanan kunjungan, layanan

mengikuti pelatihan, mengikuti seminar dan lokakarya, kenaikan pangkat, promosi jabata, dan sebagainya.

Prinsip ini penting dalam rangka memperlancar aktivitas, meningkatkan kreativitas dan inovasi personal sekolah

dalam melaksanakan tugasnya. Sifat dasar program-program dapat berbeda. Karena itu tugas administrator bersama

unsure lainnya menyusun struktur formal mengenai tanggung jawab, wewenang, kepengawasan, komunikasi, dan

koordinasi orang-orang yang mengelola program-program sehingga tugas-tugas dapat diselesaikan dan tujuan-

tujuan sekolah secara khusus dapat dicapai. Sekolah yang efektif adalah spesifikasi prosedur pengembangan

organisasi yang konsisten secara actual terhadap kebutuhan sekolah dan pembelajaran yang berpusat pada proses

manajerial kepala sekolah, berfungsinya struktur organisasi sekolah, performansi guru, kesiapan belajar siswa, dan

performansi kerja personil non guru sehingga tercapai tujuan dan target secara optimal. Perlu menjadi perhatian

sekolah efektif memepunyai arti yang berbeda bagi setiap orang bergantung pada acuan yang dipakai. Sekolah

bukan unit pelaksana teknis kantor pendidikan melainkan bekerja secara profesional dan otonom menyelenggarakan

program layanan belajar bagi peserta didik dan masyarakat yang membutuhkan. Sekolah merupakan sarana

mengembangkan potensi dan tanggung jawab agara mampu mencapai tujuan sebagai program pembangunan

sumber daya manusia melalui jalur pendidikan pada setiap jenis dan jenjang persekolahan. Tercapainya tujuan pada

hakikatnya tergantung tingkat berfungsinya seluruh komponen organisasi sekolah.

Memang berdasarkan sifatnya organisasi cenderung merupakan kesatuan yang kompleks berusaha mengalokasikan

sumber daya secara rasional demi tercapainya tujuan. Struktur organisasi sekolah menggambarkan unti kerja yaitu

telah dibentuknya pembagian tugas dengan tugas yang jelas telah ditentukan siapa penaggung jawabnya yang

digambarkan dalam bentuk organigram. Baik dalam struktur organisasi sekolah negeri maupun sekolah swasta

belum menggunakan perencanaan strategis dan semakin kompleksnya manajemen sekolah, keberadaan tenaga

kependidikan sesuatu yang tidak bias ditawar lagi. Untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai

struktur organisasi sekolah.

Kepala sekolah yang diberi tugas dan tanggung jawab mengelola sekolah menghimpun, memanfaatkan, dan

menggerakkan seluruh potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan. Kepala sekolah sebagai “Human

resource manager”. Menurut Mondy, Noe dan Premaux (1999:10) adalah individu yang biasanya menduduki jabatan

yang memainkan peran sebagai adviser (staf khusus) tatkala bekerja dengan manajer lain terkait dengan urusan

SDM (individuals who normally act in an advisory (or staff) capacity when working with other (line) managers

regarding human resource matters).

Wakil kepala sekolah sebagai bagian dari struktur organisasi sekolah yang sehat dan efisien pada umumnya terdiri

dari urusan kurikulum, urusan administrasi keuangan dan sarana serta prasaranan, serta urusan kepesertaan didikan

dan urusan hubungan masyarakat atau lainnya sesuai kebutuhan sekolah. Tugas tersebut sebenarnya menjadi

tanggung jawab kepala sekolah, namun sesuai dengan prinsip untuk efisiensi dan efektivitas manajemen sekolah

dalam mencapai tujuan dan target, sebagian tugas dan tanggung jawab tersebut didelegasikan kepada wakil kepala

sekolah.

Dalam proses pendidikan guru memiliki p0eranan sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta didik kea

rah kedewasaan, kematangan dan kemandirian, sehingga guru seringdikatakan sebagai unjung tombak pendidikan.

Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknis

edukatif, tetapi harus memiliki juga kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok

panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat. Dengan demikian perilaku guru patut dicontoh dan ditiru.

Kedudukan dan peranan guru semakin bermakna strategis dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas dalam menghadapi era global.secara sederhana mudah dikatakan bahwa peranan guru

menyelenggarakan proses belajar mengajar, yitu membantu dan memfasilitasi peserta didik agar mengalami dan

melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas. Peran tersebut menempatkan guru pada posisi sebagai

pemegang kendali dalam menciptakan dan mengembangkan interaksinya dengan peserta didik, agar terjadi proses

pembelajaran yang efektif dan efisien.

Secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai banttuan dalam bentuk bimbingan. Sedangkan secara khusus

bimbingan memberikan pelayanan kepada peserta didik untukmembantu peserta didik dalam mengatasi masalah

belajar yang dihadapinya dan melayani kebutuhan belajarnya. Bimbingan dan konseling membawa para peserta

didik mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada dalam dirinya. Peserta didik tidak mungkin dapat belajar dengan baik

jika banyak kesulitan yang dihadapi dalam diri yang menghambatnya. Kecenderungan perubahan pola-pola

pendidikan dan bimbingan karier akan berpengaruh terhadap peran-peran konselor di sekolah dalm melaksanakan

tugas pendidikan dan bimbingan karier. Hal yang paling mendasar dalam kegiatan bimbingan memahami dan

memenuhi kebutuhan peserta didik.

Tugas bimbingan penyuluhan secara umum (1) ikut melancarkan program pendidikan di sekolah;(2) berusaha

membantu menciptakan suasana pendidikan yang baik untuk mencapai tujuannya; (3) membantu para guru untuk

mengenal dan mengerti peserta didiknya lebih dekat; (4) memberikan informasi yang up to date tentang

kemungkinan-kemungkinan akan pemilihan pendidikan yang lebih lanjut dan lapangan-lapangan pekerjaan; (5)

membantu orang tua, guru-guru, dan orang lain untuk mencapai pengertian yang lebih lanjut dan membentuk kerja

sama yang baik antara guru, orang tua, dan murid. Bimbingan konseling sebagai usaha kerjasama yang harus

terpadu, akan berdaya dan berhasil guna apabila setiap personal mengetahui posisinya masing-masing serta

wewenang dan tanggung jawabnya. Etika bimbingan konseling adalah berdasarkan suatu filsafat moral yang

memenuhi syarat dalam kemungkinananya meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, sehingga menjaga

keberlangsungan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan norma yang berlaku.

Penyusunan strategi sekolah bukan sekedar program atau rencana yang sederhanan. Strategi sekolah merupakan

rencana besar yang memadukan seluruh aspek mendasar maupun yang operasional, yang dirasakan secara sadar

maupun tidak, dan aspek intern maupun ekstern. Dalam dunia pendidikan hakikat yang tersirat dalam strategi

sekolah adalah mengubah kondisi agar berpihak kepadanya, dengan menentukan kapan saat yang tepat untuk

mengambil keputusan dan kebijakan serta menentukan batas-batas keputusan yang dapat ditoleransi. Inilah pola

berfikir strategis tenaga ahli perencanaan pendidikan di sekolah maupun pada pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota dalam memajukan pendidikan dimana tanggung jawab diberikan kepadanya. Prinsip dari

perencanaan yang disusunnya adalah memenangkan persaingan, untuk itu tenaga ahli perencanaan pendidikan

tersebut selalu berfikir strategis, memiliki fleksibilitas rasional, mampu mengambil keputusan berupa reaksi yang

realistis terhadap tuntutan mutu. Perencanaan pendidikan pada kependidikan pada setiap satuan pendidikan adalah

penyedia informasi pendidikan di pemerintahan daerah dan di sekolah.

Kegiatan perencanaan selalu dianggap merupakan kegiatan rutin tahunan dan dapat dikerjakan dengan cara-cara

yang sederhana, karena secara umum program sekolah berjalan seperti apa saja yang direncanakan oleh masing-

masing sekolah. Di antara penyelenggara pendidikan di sekolah dan manajemen pendidikan di pemerintah provinsi

dan kabupaten/kota beranggapan bahwa penyusunan perencanaan secara khusus, karena jika disediakan tenaga

perencana secara khusus tindakan yang demikian ini dianggap tidak efesien atu dianggap sebagai pemborosan.

Namun demikian jika diamati secara cermat apakah misi sekolah sesuai dengan visi, apakah program sekolah yang

dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi, apakah tujuan yang tertuang dalam perencanaan dan yang

diselenggarakan sesuai dengan visi sesuai dengan tujuan.

Penggayaan dan pengembangan kurikulumoleh setiap guru bidang studi adalah penting untuk mengukur tingkat

pencapaian tujuan sekolah. Sergiovanni, Thomas J. dan Starratt (1983) mengemukakan bahwa guru sering terlibat

dalam kegiatan pengembangan kurikulum dengan mengubah, memperluas, mengorganisasian ulang, dan

menginterpretasikan apa yang telah disusun oleh ahli pengembangan kurikulum di luar kelas. Tenaga ahli kurikulum

di sekolah dalam mengembangkan kurikulum dikelompokkan dalam sejumlah yaitu memproses informasi,

pengembangan personil yang menekankan pada pengembangan keterampilan dinamika kelompok, dan perubahan

perilaku yang menekankan pada prinsip kontrol stimulus dan penguatan. Kewenangan pemerintah menurut PP No.

25 Tahun 2000 tentang nkebijakan kurikulum adalah menetapkan standar nasional, kemudian dijelaskan GBHN 1999

kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberangkatan peserta didik, penyusunan kurikulum yang

berlaku nasional dan local dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara professional.

Supervise adalah pekerjaan memberi bantuan, sedangkan supervisor adalah orang yang berfungsi memberikan

bantuan kepada guru-guru dalam menstimulir guru-guru kea rah usaha mem[ertahankan suasana belajar dan

mengajar.program itu dapat berhasil jika supervisor memiliki keterampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam

kerjasama dengan guru dan petugas pendidikan lainnya. Dictionary of Edication mengemukakan bahwa supervise

adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam

memperbaiki pengajaran termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru,

merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode mengajar, dan evluasi pengajaran (Sehertian,

1981:18).

Upaya yang mungkin dapat meningkatkan kualitas manajemen sekolah antara lain dengan meningkatkan kurikulum,

meningkatkan komunikasi antar unsure, meggunakan waktu dengan efisien, menjadikan belajar sebagai focus

manajemen sekolah, meningkatkan pertumbuhan profesionalismeguru dan performansi kepala sekolah, guru, tenaga

kependidikan, dan personal lainnya secara tegas harus mencerminkan organisasi sekolah yang efektif dan efisien.

IV. Manajemen Strategik Sekolah Menghadapi Persaingan mutu

Filosofi nmanajemen menurut Pearce dan Robinson (1988:76) diyakini akan menghasilkan citra yang baik di mata

public, dan akan memberikan imbalan keuangan dan psikologis bagi mereka yang bersedia menginvestasikan

tenaga dan dana untuk membantu keberhasilan institusi.

Manajemen strategic menurut Blocher dan Lin (1999) adalah “the developmentof a sustainable competitive posisition

in which the firm’s competitive provides continued success”. Manajemen strategic menurut d success”. Manajemen

strategic menurut uwono dan Ikhsan (2004:11) biasanya dihubungkan dengan pendekatan menajemen yang

integrative yang mengedepankan secara bersama-sama seluruh elemen seperti planning, implementing, dan

controlling dari strategi bisnis. Dengan kata lain, manajemen strategic meliputi formulasi strategic dan implementasi

strategic. Manajemen strategic adalah proses formulasi dan implementasi rencana dan kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan hal-hal vital, dapat menembus (pervasive), dan berkesinambungan bagi suatu organisasi

secara keseluruhan. Strategi yang digunakan dalam manajemen sekolah diatur sedemikian rupa, yaitu perencanaan

strategi sekolah berkaitan dengan operasi sekolah dalam menyelenggarakan programnya, sedangkan untuk

memperkuat kemampuan sekolah menghindari masalah dan dapat mencapai tujuan sesuai mutu yang

dipersyaratkan, maka akan diuji kemampuan kepala sekolah menentukan kebijakan. Manajemen strategic khususnya

pada strategi kebijakan dapat dilakukan jika keputusan merupakan keputusan bersama, bukan keputusan sepihak

dan keputusan itu dipilih dari alternatif terbaik.

Karena keterlibatan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru konselor, tenaga kependidikan, wali kelas, dan

personal sekolah lainnya dalam pengambilan keputusan akan meningkatkan pemahaman mereka terhadap

keputusan sekolah dan meningkatkan motifasi dalam bekerja. Konsep strategi ini ini melibatkan secara langsung

semua manager di semua level dalam planning dan implementasinya.

Dalam implementasinya strategi digerakkan dengan melakukan evaluasi strategi dan mengontrolnya apakah masih

konsisten dengan formulasi strategi. Manajemen strategis (Strategic management) dalam manajemensekolah adalah

suatu pendekatan yang sistematik dalam menyelenggarakan programnyauntuk mencapai tujuan sekolah. Unsure-

unsur strategic dalam manajemen sekolah tentu bertitik tolak pada ruang lingkup atau batasan di mana sekolah itu

bergerak, menetapkan mutu layanan belajar, mutu lulusan yang akan dihasilkan, memenuhi keinginan masyarakat

akan mutu pendidikan yang diselenggrakan di sekolah. Dalam menentukan strategi, baik untuk organisasi yang

memiliki marah dan sasaran yang tertulis mapun tidak, perlu memperhatikan berbagai hal, termasuk kemampuan

SDM dan anggaran. Langkah-langkah formulasi strategi dalam manajemen sekolah tentu dimulai dari penetapan visi

dan misi sekolah yang utuh dengan melibatkan masyarakat sekolah dan stekholder sekolah, melakukan assessment

sekolah merespon perubahan, dan menetapkan arah maupun sasaran sekolah agar tercapai tujuan dan targe yang

ditentukan sebelumnya.

Fase implementasi mencangkup langah penggerakkan strategic, melakukan evaluasi strategic, dan mengontrol atau

pengawasan strategik.

Performansi sekolah tentu akan sengat ditentukan oleh potensi dan kemampuan sekolah, khususnya dilihat dari

performansi perseolan apakah menunjukkan sikap profesional atau tidak, fasilitas yang tersedian apakah mendukung

pembelajaran atau tidak, input peserta didik apakah diseleksi dan ditempatkan serta dilayani sesuai kekhususannya,

pelayanan belajar yang bermutu tertentu dilakuakan dengan membangkitkan yang suasana belajar yang

menyenangkan, dan evaliasi kemajuran belajar yang stadar.

Perumusan visi dan misi dilakukan lebih dahulu dengan mengasesmen lingkungan, yaitu apa sebenarnya kebutuhan

mendasar lingkungan akan pendidikan yang dapat disediakan oleh sekolah. Tujuan sekolah tidak lain hanya

berusaha mengurangi tingkat gangguan public, tidak berusaha untuk menyembuhkan atau merehabilitasi

penderitaan publik. Pada prinsipnya semua organisasi memepunyai satu bagian formal yang diakui secara eksplisit

dan kadang-kadang bersifat khas menurut hokum yang berfungsi menentukan tujuan utama dan melakukan

perubahan seperlunya.pengukuran efektifitas dan efesiansi dapat menimbulkan problem yang jukup rumit. Karena itu

bila suatu organisasi mempunyai tujuan yang terbatas dan konkrit, secara komparatif biasanya efektifitas mudah

diukur, namun organisasi sosial lainnya, biasanya mengukur efektifitasnya lebih sulit dibanding korporasi.

Strategi merupakan instrument manajemen yang ampuh dan tidak dapat dihindari termasuk dalam mnajemen

sekolah. Strategi sekolah menjelaskan metode dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan sekolah,

evaluasi alternatif-alternatif strategic dengan menggunakan kriteria yang pasti pemilihan sebuah alternative atau

kelompok tang mungkin menjadi strategi sekolah. Secara umum dalam manajemen bisnis ada empat tingkat dalam

strategi organisasi yaiut: societal, corporate, perusahaan dan fungsional.

Strategi societal adalah peranan organisasi dalam masyarakat yang merupakan sebuah bagian, dengan proses yang

peranan-peranan itu akan didefinisikan dan dengan peningkatan organisasi dalam proses itu. Strategi societal dititik

beratkan pada kewarganegaraan perusahaan, tanggung jawab dan akuntabilitas social, dan etika bisnis. Jika dalam

organisasi memberikan pendidikan yang dibutuhkan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial.

Strategi corporate adalah mengembangkan pertanyaan dasar yaitu (1) apakah perusahaan atau perusahaan-

perusahaan kita didalamnya? Jawabnya serupa dengan misi organisasi; (2) apakah perusahaan atau perusahaan-

perusahaan kita menjadi didalamnya? Jawabnya adalah kunci kehidupan organisasi sebab tinggal dalam sebuah

perusahaan yang salah mungkin membuktikan bunuh diri dalam perjalanan panjang; (3) bagaimana seharusnya

perusahaan atau perusahaan kita manaj dengan tujuan sepenuhnya mempertinggi kemempuan organisasi untuk

mecapai tujuan strategiknya? Jawabnya ditunjuk dengan memutuskan berapa banyak sumber perusahaan yang

harus diinvestasikan dalam perusahaan.

Strategi fungsional sekolah memperhatikan formulasi strategi dalam setiap area fungsional sekolah (manajemen

sekolah, manajemen kelas, layanan belajar, mutu lulusan, dan keuangan), yang diterapkan secara pantas, secara

bersama harus mencapai tujuan menggunakan strategi sekolah. Strategi pencapaian program sekolah dilakukan

dengan mengkokohkan penguatan standar pada komponene sumber daya pendidikan. Penguatan ini akan lebih

berarti bagi sekolah jika pembimbingan kreativitas manajemen sekolah dan manajemen pembelajaran secara

terstruktur terhadap implementasi pada tiap komponen, unit kerja dan program kerja .

Implementasi strategi dalam manajemen sekolah melibatkan upaya besar yang bertujuan mentransformasi tujuan

strategic ke dalamaksi yaitu penyelenggaraan program sekolah. Betapapun hebatnya suatu strategi, apabila tidak

diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna bagi pengembangan sekolah.analisis SWOT dalam

penyelenggaraan sekolah dapat membantu pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana,

sumber daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang lebih efektif. Analisis SWOT

memungkinkan sekolah mengeksploitasi peluang-pluang masa depan ketika melawan tantangan dan persoalan-

persoalan, dan melakukan penemuan strategis pada kompetensi dan kekuatan khusus, keseluruhan proses

manajemen strategic secara konseptual menjadi analisis SWOT, sebab sebuah SWOT mengkin memberi kesan

sebuah perubahan lainnya di dalam misi, tujuan, kebijakan dan strategi sekolah.

Balance scorecard mencakup berbagai aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh para pertisipan perusahaan

yang memiliki kemampuan dan motivasi tinggi. Model balace scorecard menekankan bahwa semua ukuran finanasial

dan non financial harus menjadi bagian system informal untuk para personal disemua tingkat manajemen sekolah.

Balace scorecard lebih dari sistem pengukuran teknis atau operasional. Sekolah yang inovatif dapat menggunakan

scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang. Jika, sekolah

menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting yaitu (1)

memperjelas dan menerjemahkan nvisi dan strategi; (2) mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan dan

ukuran strategis; (3) merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis; dan (4)

meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis.

Dengan menerjemahkan strategi ke dalam arsitektur yang logis dari peta strategi dan balance scrocard, organisasi

sekolah menciptakan angka referensi umum dan dapat dipahami oleh semua unitnya dan para personilnya. Strategi

fokus organisasi sekolah, bagaimanapun harus diarahkan untuk memecahkan seluruh rintangan yang dihadapi oleh

sekolah dengan menggunakan strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.seringkali, organisasi ad hoc muncul

untuk memfokuskan pada tema strategik, keberhasilan sekolah menggunakan balance scorecard dalam sebuah

tingkah laku yang terkordinasi untuk menjamin bahwa seluruh kelebihan dari bagian-bagian dapat dioptimalkan

sebagai potensi yang dapat dikembangkan.

Setiap personal sekolah perlu ditanamkan strategi kesadara, scorecard personal, dan pembayaran seimbang.

Mereka memerlukan konstribusi aktif dari setiap orang di sekolah. Focus strategi sekolah menghendaki seluruh

personalnya memahami strategi dan tingkah laku bisnis sehari-hari dengan cara berkonstribusi kepada keberhasilan

strategi itu. Sekolah dapat mendidik para guru, tenaga kependidikan, dan karyawannya tentang konsep bisnis

sekolah yang sangat canggih dan menantang. Memahami scorecard, para personal sekolah harus belajar tentang

segmentasi peserta didik, variable beban biaya, dan data lapangan kerja. Hal ini dimaksudkan untuk menyusun

strategi yang efektif. Sekolah kemudian mengalir dari sekolah dan unit bisnis (sekolah) scorecard ke abgian-bagian

lainnya dari sekolah. Dalam beberapa kasus scorecard individu digunakan untuk menentukan tujuan-tujuan individu.

Keberhasilan balance scorecard sekolah memperkenalkan sebuah proses unutk memanaj strategi yang disebut

sebagai “proses putaran double” salah satunya , menggambungkan manajemen taktis (tinjauan bulanan dan

anggaran keuangan) dan manajemen strategi kedalam proses tanpa klaim dan terus menerus. Mutu telah menjadi

faktor hygine, peserta didik dan orang tua peserta didik merasa sudah selayaknya sekolah menghasilkan produk atau

jasa layanan belajar sesuai spesifikasi yang diharapkan. Mutu yang istimewa masih memeberi peluang bagi sekolah

untuk memberikan dirinya dengan pesaingnya. Perubahan yang dilakukan oleh eksekutif (kepla sekolah) adalah

dengan melakukan pencerahan, beradaptasi tehadap proses pemerintahan, dan memantapkan system manjemen

strategik. Prinsip pertama manajemen strategik sekolah difokuskan pada alat-alat, fasilitas pembelajaran, framework,

dan dorongan proses yang bermutu.

Hal ini penting untuk menekankan bahwa kepala sekolah bersama personal sekolah lainnya memerlukan lebih

banyak proses dan alat-alat untuk menciptakan focus strategi sekolah. Strategi memerlukan perubahan dari setiap

bagian organisasi, karena itu strategi memerlukan perhatian secara kontinu yang difokuskan pada perubahan inisiatif

dan performa melawan hasil yang ditargetkan.

Muncullah penataan sekolah melalui konsep MBS (manajemen Berbasis Sekolah) yang diartikan sebagai wujud dari

reformasi pendidikan yang meredesain dan memodifikasi struktur pemerintah ke sekolah dengan pemberdayaan

sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional (Sagala, 2004).

Pada prinsipnya dengan menggunakan model manajemen berbasis sekolah ini, sekolah lebih madiri dan mampu

menentukan arah pengembangan sesuai kondisi dan tuntutan lingkungan masyrakatnya. MBs merupaka inovasi

pengelolaan sekolah yang pada dewasa ini sedang menjadi perhatian para pakar pendidikan, birokrasi pendidikan

mulai tingkat pusat , provinsi dan kabupaten/kota serta para pengelola sekolah. Bahkan akhir-akhir ini telah menjadi

perhatian lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang pedul terhadap kualitas pendidikan.

Dapat ditegaskan bahwa model manajemen berbasis sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan

kepala sekolah dan wakil sebagai pimpinana di sekolah, guru mata pelajaran sebagai pengelola pembelajaran,

tenaga kependidikan sebagai pelayan teknis pendidikan, konselor membantu meningkatkan kualitas belajra, personal

tata usaha yang memberikan pelayanan ketatausahaan, dan personal sekolah lainnya yang terkait dengan sistem

pendidikan lainnya yang terkait dengan system pendidikan di sekolah akan melaksanakan tugas dan tanggung jawab

lebih professional. Mutu pendidikan tidak saja ditentukan oleh sekolah sebagai lembaga pengajaran, tetapi juga

disesuaikan dnga apa saja menjadi pandangan dan harapan masyarakat yang cenderung selalu berkembang seiring

dengan kemajuan zaman. Bertitik tolak pada kecenderungan ini penilaian masyarakat tentang mutu lulusan sekolah

pun terus menerus berkembang.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal 19 april 2001 tentang pedoman penyusunan

standar pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan bidang pendidikan dasar dan menengah. Standar

pelayanan minimal (SPM) adalah spesifikasi teknis sebagai patokan pelayanan minimal yang wajib dilakukan oleh

daerah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan kegiatan persekolahan. SPM manajemen sekolah pada berbagai

jenjang dan jenis menurut Kepmen tersebut dikemukanan yaitu; manajemen Taman Kanak Kanak (TK), (SD), (SMP),

(SMA), dan (SMK).

Tenaga kependidikan bukan pendidik menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal

19 April 2001 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan bidang

pendidikan dasar dan menegah adalah Sumber Daya Manusia (SDM) di sekolah yang tidak terlibat secara langsung

dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah. Tenaga bukan pendidik menurut Keputusan

Menteri Nasional tersebut adalah (1) kepala bagian tata usaha; (2) pelaksanaan kegiatan kepegawaian; (3)

pelaksanaan urusan keuangan; (4) pelaksanaan urusan perlengkapan dan logistik; (5) pelaksanaan secretariat dan

kepeserta didikan; (6) pengemudi dan penjaga sekolah.

Semua personal ini di sekolah secara hierarki bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan dibina oleh organisasi

nvertikal yaitu Dinas Pendidikan pada pemerintah kabupaten/kota.

V. Penilaian Kinerja Sekolah

Penilaian dan pengukuran ialah upaya sistematis mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menafsirkan data, fakta

dan informasi (yang dapat dipertanggung jawabkan) dengan tujuan menyimpulkan nilai atau peringkat kompetensi

seseorang dalam satu jenis atau bidang keahlian keprofesian kependidikan seperti kepala sekolah, guru, dan tenaga

kependidikan berdasarkan norma criteria tertentu, serta menggunakan kesimpulan tersebut dalam proses

pengambilan keputusan kinerja yang direkomendasikan. Dalm penilaian kinerja sekolah ini perlu ditegaskan

keterkaitannya satu sama lain untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam proses pengambilan

keputusan karena kelemahandata dan informasinya serta kurang jelas criteria atau standar normatifnya akan

membuat keputusan menjadi keliru, padahal keputusan hasil pengukuran dan penilaian tersebut membawa dampak

langsung atau tidak langsung terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan.

Kemudian pertimbangan mempertimbangkan kesatuan unit atau aspek yang perlu dinilai dalam kriterian yang telah

dirumuskan, dan kinerja manakah yang paling penting untuk dinilai. Sekolah harus memperbaiki kinerja melalui

perbaikan kineja untuk memperkuat diri dan menigkatkan daya tahan dalam menghadapi persaingan local dan global

yang pasti dan semakin ketat.

Kata “kinerja” dalam bahasa Indonesia adalah terjemah dari kata Bahasa Inggris “ performance” yang berarti (1)

pekerjaan; perbuatan, atau (2) penampilan; pertunjukan. Dari pengertian tersebut tercakup beberapa usnur penting

pertama, adanya institusi, baik berupa lembaga (institute) seperti organisasi atau pranata (institutions) seperti system

pengaturan. Kedua, adanya instrument yang digunakan dalam pelaksanaan uji tuntas.

Performansi atau kinerja sekolah menunjukkan deskripsi kerja yang baik mengacu pada proses dan produk yang

diinginkan serta situasi kegiatan sekolah itu diselenggarakan. Penilaian kepala sekolah, guru dan tenaga

kependidikan dilihat dari kemampuannya menggunakan sumber daya seminimal mungkin untuk mencapai tujuan

yang maksimal mampu menentukan pilihan pekerjaan yang tepat untuk dilaksanakan.

Portofolio berasal dari bahasa inggris “portofolio” yang artinya kumpulan berkas atau arsip yang disimpan dalam

bentuk jilid dan dokumen atau surat-surat, atau sebagai kumpulan kertas berharga suatu pekerjaan tertentu.

Portofolio penampilan (show fartfolios) adalah bentuk yang digunakan untuk memilih fakta-fakta, bukti atau

keterangan (evidence) yang paling baik digunakan personal sekolah melaksanakan tugas dan tanggunbg jawabnya.

Karena portofolio digunakan sebagai alat penilaian yang dapat memberikan balikan baik peserta didik, bagi guru,

maupun personal lainnya disekolah penilaian portofolio dilakukan secara terus menerus/berkelanjutan. Portofolio

dinilai dengan cara menganalisis, membandingkan dan menyimpulkan.

Menjelaskan suatu fenomena yang terjadi nselalu dihadapkan pada fakta yang tidak menengakkan. Oleh karena itu

tidak dapat sungguh-sungguh dikontrol sebab-sebab yang mungkin. Dengan demikian penyelesaian masalahnya

harus ditempuh dengan jalur penelitian dengan menetapkan dan mendefinisikan setiap variabel yang menjadi subjek

penelitian. Prosedur penelitian adalah urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian. Teknik

penelitian adalah menggunakan alat-alat pengukur apa yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian. Metode

penelitian adalah pedoman penelitian tentang urutan bagaimana penelitian itu dilakukan. Penelitian memegang

peranan penting dalam membantu memperoleh pengetahuan dalam menyelesaikan masalah. Penelitian akan

menambah ragam pengetahuan dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Salah satu

metode ilmiah yang dikembangkan para ahli adalah penelitian tindakan (action research). Perkembangannya

penelitian tindakan sesungguhnya telah diterapkan pada berbagai bidang aktivitas selain pendidikan seperti

administrasi, industri, sosial, pelayaran, pertambangan, dan bidang-bidang lainnya.

Tujuan penelitian tindakan peningkatan dan memperbaiki praktek pembelajaran secara berkesinambungan yang

seharusnya dilakukan oleh guru, dan manajemen sekolah oleh kepala sekolah maupun personal lainnya, sehingga

meningkatkan mutu hasil pendidikan secara berkelanjutan. Borg (1986) mengemukakan bahwa tujuan utama

penelitian pembelajaran yang dihadapi guru dikelasnya.

Ketertiban dan kedisiplinan merupakan dua macam nilai yang berdekatan. Ketertiban lebih dekat pada dimensi

ruang, sedangkan kediiplinan cenderung pada dimensi waktu. Kedua istilah ini sebenarnya dekat dengan makna

keteraturan.

Ukuran yang dilakukan dalam penilaian kinerja sekolah ini menggunakan model penyelidikan hanyalah alat saja, dan

hanya berate bila dinilai dalam hubungannya dengan unsur-unsur penting lain dalam rangka keseluruhan penilaian

kinerja sekolah pada situasi itu. Dari ukuran-ukuran tersebut diperoleh gambaran mengenai salah satu penyelidikan

dengan bukti angka jika menggunakan tes-tes kepribadian (attitude and personality) untuk penilaian (appraisal) dan

bukti lain hasil dari pengamatan, wawancara, maupun berbagai dokumentasi, kemudian dianalisis untuk

menemukakan permasalahan utama kinerja sekolah dan selanjutnya ditentukan solusi penyelsaian masalah.

VI. Manajemen Pembiayaan Dalam Organisasi Sekolah

Landasan konseptual ekonomi pendidikan menurut Cohn (1979:2) mengacu pada prinsip bahwa ekonomi adalah

keterbatasan atau kelangkaan (scarcity) dan keinginan (desirability). Ekonomi dapat dipahami sebagai suatu studi

bagaimana orang/masyarakat memilih dalam menggunakan unag dan sumber lain yang sifatnya terbatas atau langka

(desiribility) untuk menghasilkan atau mencapai keinginana (scarity) yang sifatnya tidak terbatas. Pengertian ekonomi

menurut Samuelson (1961) menekankan bahwa tidak ada definisi tunggal tentang ekonomi. Tetapi ia membuat”suatu

deskripsi perkenalan informative” sebagai berikut: “Ekonomi adalah studi tentang bagaimana manusia dan

masyarakat memilih, dengan atau tanpa memakai uang, untuk memanfaatkan sumber-sumber daya produksi yang

langka demi menghasilkan berbagai komoditi selama rentang waktu dan mendistribusikan mereka untuk konsumsi,

kini dan dalam masa depan, kepada macam-macam orang dan kelompok dalam masyarakat”. Intinya ekonomi

adalah studi tentang produksi dan distribusi semua sumber daya yang langka barang-barang fisik ataupun jasa-jasa

yang tak dapat diraba yang diinginkan individu-individu (Sagala, 2004:180).

Aspek yang perlu diperhatikan (1) memprediksi kebutuhan pendidikan; (2) alokasi setiap komponen biaya; (3)

analisis sumber, dari mana dana dapat diperoleh; dan (4) pengawasan keuangan; cocok tidak hanya perencanaan

dan penggunaan anggaran, perlu dicatat bahwa biaya-biaya pendidikan adalah estimasi-estimasi terabaikan dari

kalkulasi-kalkulasi seperti biaya-biaya untuk perbustakaan, pendidikan di rumah, media berita, dan lain-lain. Dalam

konteks pemerintahan kabupaten/kota biaya-biaya pendidikan yang hasur dipenuhi seluruh penyelnggaraannya

mencakup pendidikan formal persekolahan dan nonformal.

Penggunaan dan alokasi dana rutin maupun pembangunan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di

Indonesia dalam menetapkan alokasi anggaran belum menempatkan pendidikan sebagai prioritas, sehingga menjadi

wajar jika pendidikan. Karena itu kecekatan dan kecermatan Dinas Pendidikan merespon usul sekolah dan surat-

surat yang diperlukan sekolah akan memperlancar manajemen sekolah.

Oleh karena itu kebijakan pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota mengupayakan perluasan

dan dan pemerataan kesemptan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia yang

berkualitas tinggi. Biaya berdampak terhadap pengelolaan pelayanan administrasi kepada peserta didik. Pelayanan

administrasi peserta didik ini merupakan pelayanan sekolah terhadap peserta didik dan masyarakat dalam rangka

pemenuhan kewajiban sekolah terhadap peserta didik.

Berdasarkan hasil pengamatan Mintarsih (2003) sementara mutu/kualitas lulusan ditentukan oleh besarnya

dukungan biaya yang menunjang kegiatan belajar mengajar, di samping lokasi lingkungan dan peran serta orang tua,

serta dedikasi guru. Biaya memberikan dampak positif, setiap program sekolah antara lain. (1) biasa meningkatkan

kesejahterakan guru dan peningkatan kesejahteraan personal tata usaha yang tentunya berimplikasi pada kegiatan

belajar mengajar di sekolah; dan (2) karena dengan dana yang cukup guru tidak usah mencari tambahan di luar

sekolah tempat ia bertugas dan bias mencurahkan perhatiannya ditempat dia mengajar. Ada beberapa factor

manajemen keuangan sekolah dikemukakan oleg Gaffar (1991) yaitu system manajemen pembiayaan harus diikuti

oleh pengelolaan keuangan, pengelolaannya tergantung apakah system itu cukup efisien atu tidak. Pembiayaan

(Finance) bukan factor yang mempengaruhi mutu, tetapi pembiayaan salah satu factor yang mempengaruhi mutu

pendidikan.

VII. Partisipasi Masyarakat Terhadap Sekolah

Dalam konteks sekolah, masyarakat sekolah adalah warga atau individu yang berada di sekolah dan di sekitar

sekolah yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap manajemen sekolah, memiliki

kesadaran sosial dan mempunyai pengaruh terhadap sekolah. Masyarakat pendidikan adalah adalah segenap

komponen terkait yang memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam merencanakan, melaksanakan dan

melakukan pengawasan terhadap program pendidikan, sehingga lazim muncul pernyataan tentang stake holder atau

pihak yang berkepentingan yang berkenan untuk melakukan tugas tersebut.

Sekolah dan masyarakat merupakan dua komunitas yang saling melengkapi antara satu dengan lainnya, bahkan ikut

memberikan warna terhadap perumusan model pembelajwan tertentu di sekolah oleh suatu lingkungan masyarakat

tertentu itu pula.

Oleh karena itu hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan suatu proses komunikasi yang harmonis. Hal ini

dimaksudkan untuk meningkatkan pengertian masyarakat akan kebutuhan dan kegiatan yang diselenggarakan di

sekolah. Dengan mengetahui kebutuhan dan kegiatan sekolah tersebut, masyarakat terdorong untuk bersedia

bekerja sama dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kualitas tetapi tetap mengacu pada kualitas.

Program mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Orang tua maupun anggota masyarakat yang lebih terpelajar akan

menganggap pemenuhan kebutuhan merupakan hak mereka. Melibatkan mereka bersama-sama dengan staf dan

peserta didik akan menjadikannya lebih sadar akan tanggung jawab terhadap isi dan pelaksanaan kurikulum serta

standar prestasi peserta didik.

Sekolah pada hakikatnya pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Pelayanan pulik oleh oleh sekolah dapat

diartikan sebagai pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan

terhadap sekolah sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan.

Kepuasaan peserta didik sebagai pelanggan akan dapat meningkatkan citra sekolah yang baik dari masyarakat,

dengan dukungan dan kepercayaan masyarakat kepada sekolah yang tinggi, menjadikan sekolah itu semakin

bergengsi. Pelayana terbaik sangat diperlukan di sekolah agar murid-murid betah disekolah dan bias belajar dengan

optimal. Pelayanan pendidikan secara umum meliputi proses administrative, akomodasi, tuntutan kebutuhan dan

keterampilan yang dimiliki; kepemimpinan mnajerial kepala sekolah dalm memberikan orientasi pada masing-masing

personal pendidikan; hubungan harmonis antara pihak internal dan eksternal.

Ukuran partisipasi masyarakat menurut Fattah (2004:114) diukur dengan keikutsertaan masyarakat biaya sekolah

baik yang masuk kategori bantuan pembangunan yang populer dengan istilah Dana Sumbangan Pendidikan (DSP)

maupun iuran bulanan peserta didik. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 Pasal 56 Ayat 3 komite sekolah adalah

sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan memberikan

pertimbangan, arah dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan. Dewan pendidikan adalah suatu badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam peningkatan

mutu, pemerataan, dan efesiensi pengelolaan pendidikan.

Kepmendiknas No. 044/U/2002 tentang dewan Pendidikan dijelaskan bahw tujuan Dewan Pendidikan (1) mewadahi

dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program

pendidikan di sekolah; (2) meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh masyarakat dalm

penyelenggaraan pendidikan; dan (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis

dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu.

Mengelola stakeholder sekolah, pada umumnya stakeholder dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yakni

stakeholder internal dan stakeholder eksternal. Stakeholder internal relatif mudah untuk dikendalikan dan bekerja

untuk komunikasi interen bias diserahkan pada bagian lain seperti wakil kepala sekolah sejenis tidak hanya

mengagkat calon-calon peserta didik terbaik atau mempertahankannya, tetapi menagkap dan mempertahankan

manajer sekolah, guru, dan tenaga kependidikan serta karyawannya yang sudah teruji mampu mempertahankan

bahkan meningkatkan kualitas sekolah. Sedangkan stakeholder eksternal adalah unsur-unsur yang berada di luar

kendali sekolah. Peserta didik dan orang tua peserta didik sebagai konsumen sekolah adalah raja yang mempunyai

hak untuk memilih layanan belajarnya sendiri. Peserta didik dan orang tua peserta didik banyak diperebutkan oleh

sekolah, sedikit sekali sekolah yang bias membujuk pemerintah untuk memerbitkan peraturan yang menguntungkan.

Dalam lingkungan yang stabil sekolah cenderung didesain secara mekanisme, yaitu cenderung mengandalkan

peraturan, prosedur, dan lebih birokratis.

Manajemen sekolah akan lebih efektif jika para pengelola pendidikan (sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi dan

Kabupaten/Kota) mampu melibatkan stakeholder terutama peningkatan peran serta masyarakat dalam menentukan

kewenangan, pengadministras, dan inovasi kurikulum yang dilakukan oleh masing-masing sekolah. Inovasi kurikulum

lebih menekankan pada keadilan (equitas) peserta didik di atas rata-rata mendapatkan perlakuan dan penyesuaian

kurikulum demikian juga peserta didik sebaliknya. Kemudian pemerataan bagi semua peserta didik didasarkan atas

kebutuhan peserta didik dan masyarakat lingkungannya. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dan

kemampuannya mendayagunakan seluruh potensi sekolah dalam membangun kerja sama yang baik terhadap

seluruh unsure sekolah adalah sangat penting baik secara internal maupun external. Keefektifan merupakan hasil

sejumlah variable termasuk perkembangan lingkungan, teknologi, kesempatan baik, kecakapan perseorangan, dan

motivasi sehingga tercapai tujuan sekolah sesuai yang ditargetkan.

di 03.37

Label: Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Diposkan oleh Sutriyani

strategi, mutu manajemen, program sekolah.

Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan juga merupakan investasi dalam pengembangan

sumberdaya manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan diyakini sebagai faktor pendukung

upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Sekolahmerupakan

sebuah institusi tempat dibentuknya sumber daya manusia untuk menjadi manusia-manusia yang

berkepribadian unggul di masa sekarang dan di masa yang akan datang. SekolahDasar sebagai

tingkat pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi

peserta didik.

Strategi manajemen peningkatan mutu pendidikan merupakan rencana bagaimana

sebuah pendidikan persekolahan harus dikelola secara efektif, efisien, dan berkeadilan untuk

mewujudkan mutupendidikan sebagaimana yang diharapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan

usaha yang terencana dan terprogram dengan jelas dalam agenda sekolah dalam upaya

penyelenggaraanpendidikan. SD Muhammadiyah 9 Malang saat ini sedang berupaya dan berusaha

menjadi sekolah yang berkarakter dan berbasis keunggulan. Salah satu strategi dalam mempertahankan

dan meningkatkan prestasi yang telah diraih adalah dengan mengembangkan program-

program sekolah yang berpotensi untuk membentuk peserta didik menjadi manusiamanusia yang unggul

dan berkarakter di masa sekarang dan masa mendatang.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan beberapa hal yang mencakup proses

perencanaan strategi peningkatan mutu manajemen melalui program sekolah, proses pelaksanaan

program sekolah, proses evaluasi program sekolah, kendala-kendala serta pemecahan masalah yang

dihadapi dalam pelaksanaan strategi peningkatan mutu manajemen melalui program sekolah.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Dalam penelitian studi kasus, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan menggali data-

data dari objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,

pengamatan, catatan lapangan dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

berupa instrumen manusia, yaitu peneliti sendiri. Untuk menjaga keabsahan, data dilakukan pengkroscekan

hasil wawancara berulang-ulang dengan beberapa informan yang berbeda. Tahapan penelitian ini meliputi

tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Analisis data dimulai dari tahap identifikasi data, kategorisasi,

sintesisasi dan menyusun hipotesis kerja.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kegiatan

perencanaan strategi peningkatan mutu manajemen melalui program sekolah di SD Muhammadiyah 9

pertama merupakan rancangan untuk menindaklanjuti program-progam terdahulu setelah dilakukan

evaluasi program. Kedua, program-program yang ada di SD Muhammadiyah 9 Malang adalah pembinaan

keagamaan, pembinaan anak cerdas, pembinaan guru simpatik dan penciptaan lingkungan asri. Ketiga,

pengawasan pelaksanaan program di SD Muhammadiyah 9 Malang dilakukan secara internal dan ekternal,

pengawasan internal dilakukan ole Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Urusan, guru an wali

murid melalui Majelis Ta'lim, pengawasan eksternal dilakukan oleh Dikdasmen Muhammadiyah,

Komite Sekolah dan Tim Pengembang Universitas Muhammadiyah Malang. Kelima, Kendala yang dihadapi

SD Muhammadiyah 9 Malang pada pelaksanaan program sekolah untuk

meningkatkan mutu manajemen pendidikan adalah pengelolaan sumber daya manusia serta pengelolahan

sarana dan prasarana sekolahnya yang masih lemah sehingga perlu dilakukan evaluasi pada pelaksanaan

program sekolah dan melakukan perbaikanperbaikan dengan lebih menertibkan pengelolaan sumber daya

manusia serta pengelolahan sarana dan prasarana sekolah.

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah (1) Kepala Sekolah selalu meningkatkan kedisplinan

dalam pelaksanaan manajemen pendidikan di SD Muhammadiyah 9 Malang melalui perencanaan,

pelaksanaan serta pengawasan yang baik dan menyeluruh, (2) kepala urusan bidang-bidang selalu

meningkatkan kerjasama dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab serta lebih

tertib sebagai kepala bidang, (3) Akademisi Jurusan Administrasi Pendidikan, lebih meningkatkan

kemampuan mengenai strategi peningkatan mutu manajemenpendidikan dan dapat memeberikan teori

serta praktek nyata kepada masyarakat mengenai strategi peningkatan mutu manajemen pendidikan, dan

(4) Peneliti lain dapat dijadikkan bahan referensi dan informasi awal untuk mengembangkan dan

melaksanakan penelitian sejenis mengenai strategi peningkatan mutu manajemen pendidikan khususnya,

penelitian untuk memingkatkan mutumanajemen bagi tenaga kependidikan (tata usaha) di sekolah yang

belum mampu dilakukan oleh peneliti.

Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan di

Sekolah Dasar OPINI | 26 November 2011 | 22:00 Dibaca: 1248 Komentar: 9 6

Peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar harus diarahkan kepada komponen-komponen

penentu mutu proses belajar mengajar di sekolah, yaitu:

1. Peningkatan Profesionalisme Guru

Beberapa pelatihan dapat dilakukan dalam rangka mengembangkan profesionalisme guru tersebut,

yaitu: (1) pelatihan Sistem Pembinaan Profesionalisme, (2) Pelatihan Guru Pemandu Mata Pelajaran,

(3) Pelatihan Tutor. Di dalam Sistem Pembinaan Profesionalisme tercakup: pelatihan menjabarkan

kurikulum sehingga guru mampu menganalisis kurikulum dan menyusun rancangan pengajaran yang

siap digunakan di kelas, pelatihan metodologi pembelajaran serta teknik evaluasi, pelatihan media

pembelajaran, pelatihan pembuatan medeia sederhana, dan pelatihan menggunakan media

elektronik

2. Pembinaan Manajemen Pendidikan

Dalam kaitan dengan manajemen kelas yang baik seorang guru perlu memahami dengan baik

berbagai hal, seperti aspek-aspek manajemen kelas, tahap-tahap manajemen kelas, penataan dan

pengorganisasian kelas. Untuk mewujudkan disiplin di kelas diperlukan adanya pendekatan dan

teknik yang tepat sesuai situasi yang ada.

3. Peningkatan Buku dan Sarana Belajar

Buku dan sarana belajar merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam rangka menciptakan

kegiatan belajar mengajar yang bermutu.

4. Pembinaan Fisik dan Penampilan Sekolah

Lingkungan fisik sekolah cukup besar peranannya dalam menciptakan kondisi dan suasana belajar

yang menyenenangkan bagi siswa. Lingkungan ini akan mengakibatkan siswa menjadi tertantang

untuk terus belajar sehingga pada akhirnya membawa kepada prestasi belajar.

5. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Masyarakat akan memberikan kontribusinya terhadap peningkatan mutu pendidikan jika mereka

tahu apa tujuan dan pentingnya pendidikan. Oleh karena itu sosialisasi tentang program

pengembangan pendidikan perlu terus disampaikan kepada masyarakat luas.

Semoga bermanfaat!