13 maret 2013

76
13 maret 2013 http://www.infodiknas.com/kompetensi-kepribadian-sosial-dan- profesional-guru.html 10.20 Oleh LULUK IKA FATUL ANISA [[email protected]]. Mahasiswa FKIP UNISMA Malang. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyianya memiliki perilaku yang kompetensi yang memadai untuk mengembangkan peserta didik secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal terutama kompetensi kepribadian, sosial, dan professional. Kompetensi berasal dari bahasa Inggris competency yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja pada satu bidang tertentu. Menurut Nana Syaodih (1997) kompetensi adalah performan yang mengarah kepada pencapaian tujuan secara tuntas menuju kondisi yang diinginkan. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan profesinya di masyarakat baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, kompetensi professional menyiratkan adanya suatu keharusan memiliki kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian guru dituntut untuk memahami lebih jauh mengenai kompetensi profesional di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus mempunyai karakteristik tertentu. Lardirabal (1977: 6-7) mengungkapkan bahwa kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, sosial, dan professional. Guru

Transcript of 13 maret 2013

Page 1: 13 maret 2013

13 maret 2013

http://www.infodiknas.com/kompetensi-kepribadian-sosial-dan-profesional-guru.html 10.20

Oleh LULUK IKA FATUL ANISA [[email protected]]. Mahasiswa FKIP UNISMA Malang.

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan penting  dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi peserta didik guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyianya memiliki perilaku yang kompetensi yang memadai untuk mengembangkan peserta didik secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal terutama kompetensi kepribadian, sosial, dan professional.

Kompetensi berasal dari bahasa Inggris competency yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang. Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja pada satu bidang tertentu. Menurut Nana Syaodih (1997) kompetensi adalah performan yang mengarah kepada pencapaian tujuan secara tuntas menuju kondisi yang diinginkan.

Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial merupakan kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan profesinya di masyarakat baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, kompetensi professional menyiratkan adanya suatu keharusan memiliki kompetensi agar profesi itu berfungsi dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian guru dituntut untuk memahami lebih jauh mengenai kompetensi profesional di bidang pendidikan.

Kompetensi guru harus mempunyai karakteristik tertentu. Lardirabal (1977: 6-7) mengungkapkan bahwa kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, sosial, dan professional. Guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kompetensi tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Untuk memiliki kompetensi tersebut guru perlu membina diri secara baik karena fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara professional di dalam proses belajar mengajar.

Kompetensi professional yang merupakan kemampuan dasar guru menurut Cooper (1984:15) terbagi dalam empat komponen, yakni:

Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang study yang di binanya, Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang

study yang di binanya, Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.

Page 2: 13 maret 2013

Kemampuan professional yang harus dimiliki guru dalam proses belajar mengajar secara rinci dapat diuraikan dalam komponen-komponen kompetensi professional.

1. 2. Rumusan Masalah

2.1  Apa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesinal seorang guru?

2.2  Apa yang dimaksud dengan fungsi-fungsi kompetensi kepribadian, sosial, dan profesinal guru?

2.3  Bagaimanakah caranya untuk menjadi guru yang profesianal dalam pengelolaan kelas?

2.4  Bagaimanakah ruang lingkup kompetensi kepribadian, sosial, dan professional guru?

1. 3. Tujuan Masalah

3.1  Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru.

3.2  Menjelaskan fungsi-fungsi kompetensi yang dimilki guru.

3.3  Menjelaskan cara-cara guru yang professional dalam pengelolaan kelas.

3.4  Menjelaskan ruang lingkup kompetensi kepribadian, sosial, dan professional guru.

PEMBAHASAN

1. Pengertian tentang Kompetensi Kepribadian, Sosial, dan Profesional Guru

Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude), nilai-nilai (value) kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour) dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaanyang dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar. WR Houston (1974:4) bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar karakteristik tertentu yang diakui oleh kelompok profesinya atau oleh warga masyarakatnya.

1. A. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur.

Di Indonesia sikap pribadi yang di jiwai oleh filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi kepribadian guru. Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus di maknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.

Page 3: 13 maret 2013

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia.  Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.

Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226)  menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri.

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.

1. B. Pengertian Kompetensi Sosial Guru

Page 4: 13 maret 2013

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam bekomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah Penceramah Jaman (Langeveld, 1955), lebih tajam lagi ditulis oleh Ir. Soekarno dalam tulisan ” Guru dalam masa pembangunan” menyebutkan pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah menjadi masyarakat. Oleh karena itu, tugas guru adalah tugas pelayanan manusia.

Guru dimata masyarakat pada umumnya dan para peserta didik merupakan panutan dan anutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru merupakan tokoh dan tipe makhluk yang diberi tugas dan beban membina dan membimbing masyarakat ke arah norma yang berlaku. Guru perlu memiliki kompetensi sosial untuk berhubungan dengan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif karena dengan dimilikinya kompetensi sosial tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar sehingga jika ada keperluan dengan orangtua peserta didik atau masyarakat tentang masalah peserta didik yang perlu diselesaikan tidak akan sulit menghubunginya.

Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwa kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Lebih dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain.

Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi (1) aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya, (2) pertimbangan sebelum memilih jabatan guru, dan (3) mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk

Page 5: 13 maret 2013

menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator (1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.

1. C. Pengertian Kompetensi Profesional Guru

Guru dan dosen adalah pejabat profesinal, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kkepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.

Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan profesional mencakup (1) penguasaan pelajaran yang terkini  atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, (3) penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi profesional mengharuskan guru memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentang subject matter (bidang studi)  yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu menguasai konsep teoretik, maupun memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar.

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi (1) pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.Pengembangan profesi meliputi

Page 6: 13 maret 2013

(1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran, (6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah, (5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.

Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan.

2. Fungsi-Fungsi Kompetensi Kepribadian, Sosial, dan Profesional Guru

2.1 Fungsi Kompetensi Kepribadian Guru

Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing mempunyai ciri dan sifat bawaan serta latar belakang kehidupan. Banyak masalah psikologis yangdihadapi peserta didik, banyak pula minat, kemampuan, motivasi dan kebutuhannya. Semua memerlukan bimbingan guru yang berkepribadian dapat bertindak sebagai pembimbing, penyuluh dan dapat menoling peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri. Disinilah letak kompetensi kepribadian guru sebagai pembimbing dan suri teladan. Guru adalah sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta didiknya. Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya yaitu guru harus:

Ing ngarso sungtulodo

Ing madyo mangun karso

Tut wuri hindayani

Artinya bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti Anda sebagai seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan orang-orang yang di pimpinnya. Dalam hal ini siswa-siswa di sekolahnya, juga sebagai seorang guru dituntut harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya serta harus mampu mendorong orang-orang yang di asuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Page 7: 13 maret 2013

Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan subjek didik tercipta situasi didik yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti dari siswa dengan segala problematikanya, guru juga harus mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya. Hakikat guru pendidik adalah bahwa ia digugu dan ditiru.

Berdasarkan uraian diatas, fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan bimbingan dan suri teladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan membangkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik.

2.2 Fungsi Kompetensi Sosial Guru

Guru ada dan hidup di masyarakat. Masyarakat dalam proses pembangunan sekarang ini menganggap guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan yang cukup luas, yang mau ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan.

Posisi Anda sebagai seorang/calon guru perlu menyadari bahwa guru tidak mungkin lepas dari kondisi sosial di masyarakat yang sifatnya kompleks. Untuk itu peran dan fungsi guru yang perlu Anda pelajari adalah sebagai berikut:

1. Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan

Sebagai ilustrasi guru yang berada di desa berperan sebagai agen perubahan di masyarakat berusaha aktif dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat desa dengan senantiasa memberikan motivasi kepada masyarakat untuk ikut serta menyukseskan program wajib belajar dan mendorong mereka untuk tetap menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

1. Perintis dan Pelopor Pendidikan

Sebagai contoh kepeloporan yang dilakukan guru dalam kegiatan penggalangan dana dari masyarakat yang mampu untuk memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi yang kurang mampu disekolahnya, keaktivan guru sebagai tutor di balai desa dalam menunjang program kejar paket A dan paket B.

1. Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan

Sebagai seorang guru yang memiliki kemampuan dalam ilmu pengetahuan dituntut untuk senantiasa berusaha melakukan berbagai penemuan khususnya berkaitan dengan permasalahan pendidikan yang ada di masyarakat sehingga diharapkan dengan penemuannya dapat dilakukan pencarian solusinya baik secara individu maupun kelembagaan. Hasil dari penelitian guru dapat dipublikasikan secara luas kepada masyarakat pendidikan.

1. Pengabdian

Page 8: 13 maret 2013

Menyadari akan tuntutan yang demikian besar terhadap tanggung jawab guru di masyarakat, maka anda sebagai salah satu ujung tombak dunia pendidikan perlu melibatkan diri dalam kegiatan di masyarakat yang relevan dengan dunia pendidikan terutama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Misalnya anda dapat melakukan pengabdian di masyarakat dengan memberikan penerangan mengenai wajib belajar kepada masyarakat dalam kegitan kelurahan, memberikan diklat mengenai berbagai keeterampilan praktis yang dapat meningkatkan kewirausahaan dikalangan pemuda putus sekolah menjadi narasumber dalam kegiatan latihan kepemimpinan di karang taruna dan lain-lain.

2.3 Fungsi  Kompetensi Profesional Guru

Ada 4 kompetensi profesional guru :

1. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia2. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang di binanya3. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan biudang

studi yang dibinanya.4. Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar5. 3. Pengelolaan Kelas6. A. Penguasaan Bahan Bidang Studi

Kompetensi pertama yang harus dimiliki seorang guru adalah penguasaan bahan bidang studi. Penguasaan ini menjadi landasan pokok untuk keterampilan mengajar. Yang dimaksud dengan kemampuan menguasai bahan bidang studi menurut Wijaya (1982) adalah kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menyintesiskan dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan keahlian yang diajarkannya.

Ada dua hal dalam mengausai bahan bidang studi:

1. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah

Untuk menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah dapat dilakukan dengan cara :

1. Mengakaji bahan kurikulum bidang studi2. Mengkaji isi buku-buku teks bidang studi yang bersangkutan3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyang disarankan dalam kurikulum bidang studi yang

bersangkutan4. Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi. Hal ini dilakukan dengan cara

1. Mempelajari ilmu yang relevan2. Mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu lain (untuk progam-

progam studi tertentu)3. Mempelajari cara menilai kurikulum bidang studi

5. B. Kemampuan mengelola progam belajar mengajar

Kemampuan mengelola progam belajar mengajar mencakup kemampuan merumuskan tujuan instruksional, kemampuan mengenal dan menggunakan metode mengajar, kemampuan memilih

Page 9: 13 maret 2013

dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, kemampuan melaksanakan progam belajar mengajar, kemampuan mengenal potensi (entry behavior) peserta didik, serta kemampuan merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.

Secara rinci, menurut Sciever (1991): kemampuan mengelola program belajar mengajar dapat di lakukan dengan cara berikut :

1. Merumuskan tujuan instruksional. Kemampuan ini di lakukan dengan cara: 1. Mengkaji kurikulum bidang studi2. Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan instruksional3. Mempelajari tujuan instruksional bidang studi yang bersangkutan4. Merumuskan tujuan instruksional bidang studi yang bersangkutan5. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar. Kemampuan ini dapat di

lakukan dengan cara: 1. Mempelajari macam-macam metode mengajar.2. Menggunakan macam-macam metode mengajar3. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat. Kemampuan ini

dapat dilakukan dengan cara : 1. Mempelajari kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar2. Menggunakan kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar3. Merencanakan program pelajaran4. Menyusun satuan pelajaran5. Melaksanakan program belajar mengajar. Kemampuan ini dapat

dilakukan dengan cara: 1. Mempelajari fungsi dan peran guru dalam proses belajar

mengajar2. Menggunakan alat bantu belajar mengajar3. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar4. Memonitor proses belajar peserta didik5. Menyesuaikan rencana program pengajaran dengan situasi

kelas6. Mengenal kemampuan (entry behaviour) anak didik.

Kemempuan ini di lakukan dengan cara: 1. Mempelajari tingkst perkembangan dan faktor-

faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar

2. Mempelajari prosedur dan teknik untuk mengidentifikasikemampuan peserta didik

3. Menggunakan prosedur dan teknik untuk mengidentifikasi kemampuan peserta didik

4. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial. Kemampuan ini dapat di lakukan dengan cara:

1. Mempelajari faktor-faktor kesulitan belajar2. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik3. Menyusun rencana pengajaran remedial

Page 10: 13 maret 2013

4. Melaksanakan pengajaran remedial

1. C. Pengelolaan Kelas

Kemempuan ini menggambarkan keterampilan guru dalam merancang, menata dan mengatur sumber-sumber belajar, agar tercapai suasana pengajaran yang efektif, dan efisien. Jenis lemampuan yang perlu dimiliki guru adalah:

Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran. Kemempuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut:

1. Mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan kelas sesuai dengan tujuan-tujuan instruksinal yang hendak di capai

2. Mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan

Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut:

1. Mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar yang kondusif2. Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif3. Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif4. Menggunakan ptosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif

1. 4. Ruang Lingukup Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru2. A. Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian

Untuk meningkatkan kompetensi, guru dituntut untuk menatap dirinya dan memahami konsep dirinya. Seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya sendiri, bila ia berkaca ia akan melihat bukan satu pribadi, tetapi ada tiga pribadi yaitu:

1. Saya dengan konsep diri saya (self concept)2. Saya dengan ide saya (self idea)3. Saya dengan realita diri saya (self reality)

Ruang lingkup kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah hidup, nilai-nilai yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada beberapa hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap keberhasilan tugas pendidikan yang di embannya.

Kemampuan pribadi menurut sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

2. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seorang guru.

Page 11: 13 maret 2013

3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi siswanya.

Kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut:

1. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketaqwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Dalam hal ini guru mesti beragama dan taat dalam menjalankan ibadahnya. Contoh: seorang guru laki-laki yang beragama Islam pada hari jumat melaksanakan ibadah sholat Jumat di tempat dia tinggal atau di sekolah yang ada masjidnya bersama warga sekolah yang lainnya dan sebaliknya agar dihindari perilaku untuk menyuruh orang lain beribadah sementara dia malah bermain catur dengan orang yang tidak pernah beribadah.

2. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu di kembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang di hadapinya. Contoh: seorang guru yang telah mengikuti penataran tentang metode CBSA berani untuk menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar dikelas dan mengevaluasi serta menyosialisasikan hasilnya kepada rekan guru-guru yang lain dan mengajak untuk mengembangkan metode yang telah di cobanya. Sebaliknya agar dihindari perilaku yang ragu-ragu untuk mencoba apa yang telah dimiliki dan takut merasa gagal dengan apa yang dicobanya.

3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat. Contoh: dalam situasi belajar mengajar di kelas guru mengembangkan metode diskusi dalam mata pelajaran tertentu dan memberikan kesempatan kepada murid untuk menyampaikan pendapatnya bahkan mau pendapat yang yang berbeda dari murid dengan alasan yang rasional dan sebaliknya agar dihindari perilaku yang ingin menang sendiri dan menganggap dirinya paling benar serta tidak mau menerima masukan dari siapapun termasuk dari murid-murid.

4. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya berfikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan menyepakatinya untuk mencapai tujuan bersama maka dituntut seorang untuk bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan yang ada di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak menutup diri dari hal-hal yang berada diluar dirinya.

5. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisnya.

1. B. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial Guru

Achmad Sanusi (1991) mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya senagai guru.

Page 12: 13 maret 2013

Menurut D. T Amijaya (1984) kompetensi kemasyarakatan atau kompetensi sosial seorang guru, sudah barang tentu berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Ia terwujud dalam bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat di mana ia berada, baik secara formal maupun informal.

Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut Cece Wijaya (1994) adalah sebagai berikut:

1. Terampil Berkomunikasi dengan Peserta Didik dan Orang Tua Peserta Didik

Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua peserta didik, baik melalui bahasa lisan maupun tertulis, sangat diperlukan oleh guru. Penggunaan bahasa lisan dan tertulis yang baik dan benar diperlukan agar orang tua peserta didik dapat memahami bahan yang disampaikan oleh guru, dan lebih dari itu agar guru dapat menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat dalam menggunakan bahasa secara baik dan benar. Guru dalam hal ini menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan peserta didik dan senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik membangun yang disampaikan orang tua terhadap sekolahnya.

Sebagai ilustrasi pada waktu rapat dengan orang tua peserta didik, guru menyampaikan sambutan dengan tata bahasa yang baik dan tidak bertele-tele dalam menyampaikan program sekolah serta berusaha untuk menampung permasalahan yang dihadapi orang tua, tentang perkembangan pendidikan anak-anaknya dengan penuh perhatian. Dalam menyampaikan informasi tentang pendidikan di sekolah, pihak sekolah menerbitkan buletin yang berisi kegiatan pendidikan dan artikel mengenai dunia pendidikan dari para guru yang di kemas dalam bahasa yang mudah di pahami dan menarik perhatian pembacanya.

1. Bersikap Simpatik

Mengingat peserta didik dan orang tuanya berasal dari latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntut untuk mampu menghadapinya secara individual dan ramah. Ia diharapkan dapat menghayati perasaan peserta didik dan orang tua yang dihadapinya sehingga dapat berhubungan dengan mereka secra luwes. Mereka selalu siap memberikan bantuan kepada guru secara individual dengan kondisi sosial psikologis guru dan sesuai dengan latar belakang sosial ekonomi dan pendidikannya.

Sebagai ilustrasi, anda dapat merasakan bagaimana senyuman ibu guru saat kali pertama Anda ditanya tentang nama, alamat dan orang tua Anda ketika di SD dahulu, dan sejumlah pengalaman lain yang Anda rasakan tentang perilaku simpatik guru-guru Anda sehingga merasa dekat dengan mereka dan tidak ada perasaan takut apalagi membencinya.

1. Dapat Bekerja Sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah

Guru harus dapat menampilkan dirinya sedemikian rupa, sehingga kehadirannya diterima di masyarakat. Dengan cara demikian, dia akan mampu bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah baik di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu guru perlu memahami

Page 13: 13 maret 2013

kaidah-kaidah psikologis yang melandasi perilaku manusia, terutama yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Sebagai ilustrasi, guru yang ada di sekolah harus mengetahui karakteristik lingkungan sosial budaya masyarakat ditempat guru bekerja dan di tempat tinggalnya sehingga adaptasi yang di lakukan akan lebih diterima oleh masyarakat. Apalagi berkaitan dengan program sekolah yang secara tidak langsung memerlukan dukungan dari pihak orang tua, dalam hal ini lembaga Dewan Pendidikan/Komite Sekolah yang merupakan wakil dari orang tua peserta didik dan masyarakat (stakeholder)

Contoh guru yang ditinggal di daerah religius (pesantren), untuk dapat berkomunikasi dengan baik dia harus mengikuti berbagai bentuk pertemuan majlis taklim agar dapat berhubungan dengan tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap karismatik dan memiliki fatwa di dalam kehidupan masyarakat agar mereka dapat dijadikan sebagai penasehat dalam lembaga Dewan Pendidikan/Komite Sekolah. Dari hasil hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercipta suatu anggapan bahwa kemajuan bersama antara pihak sekolah dan masyarakat.

1. Pandai Bergaul dengan Kawan Sekerja dan Mitra Pendidikan

Guru di harapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama kawan sekerja dan orang tua peserta didik, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang di hadapi guru lain atau orang tua berkenaan dengan anaknya, baik di bidang akademis ataupun sosial. Sebagai ilustrasi kehidupandi sekolah merupakan gambaran kehidupan di masyarakat yang penuh dinamika. Oleh karena itu, guru-guru dan murid-murid yang ada di dalamnya memiliki sifat yang berbeda, ada yang pendiam, pemalu, pemarah, penakut, agresif dan sebagainya. Untuk itu terutama guru-guru harus mampu menjalin hubungan yang harmonis di antara mereka sendiri dan tidak segan untuk saling berbagai pengalaman sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dalam membina pendidikan di sekolah.

Sebagai contoh seorang guru yang sedang mengalami musibah akan merasa ringan dan terbantu karena rekan guru yang lain memperhatikan dan membantunya dalam mengatasi persoalan yang dihadapi.

1. Memahami Dunia Sekitarnya (Lingkungannya)

Sekolah ada dan hidup dalam suatu masyarakat. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah selalu mempengaruhi perkembangan pendidikan di sekolah, karena itu guru wajib mengenal dan menghayati dunia sekitar sekolah, minimal masyarakat kelurahan/desa dan kecamatan dimana sekolah dan guru berada. Dunia lingkungan sekolah mungkin dunia industri, dunia pertanian, dunia perkebunan, dunia perikanan dan lain-lain tentunya dunia lingkungan di sekitar sekolah tersebut memiliki adat istiadat, kepercayaan, tata cara, sikap dan tingkah laku masyarakatnya yang bereda. Guru menyebarkan dan turut merumuskan program-programpendidikan kepada dan dengan masyarakat sekitarnya sehingga sekolah tersebut berfungsi sebagai pusat pembinaan dan pengembangan kebudayaan di tempat itu. Guru berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur pembaruan bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya. Untuk lebih memahami dunia sekitarnya, guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya dalam berbagai aktivitas dan mengusahakan terciptanya kerja sama yang sebaik-baiknya antara sekolah, orang

Page 14: 13 maret 2013

tua dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar kesadaran bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antar pemerintah, orang tua peserta didik dan masyarakat.

Dari butir-butir di atas, Anda tentu dapat menyimpulkan bahwa kompetensi sosial guru berkaitan dengan bagaimana seorang guru mampu menyesuaikan dirinya kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitarnya pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

KESIMPULAN

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam bekomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan.

Guru dan dosen adalah pejabat profesinal, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kkepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.

FUNGSI

Fungsi Kompetensi Kepribadian Guru adalah Guru sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta didiknya. Bahwasannya seorang guru harus memilki kepribadian yang patut di tiru oleh murid-muridnya.

Fungsi Kompetensi Sosial Guru:

1. Motivator dan Inovator dalam Pembangunan Pendidikan2. Perintis dan Pelopor Pendidikan3. Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan4. Pengabdian

Fungsi  Kompetensi Profesional Guru

Ada 4 kompetensi profesional guru :

Page 15: 13 maret 2013

1. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia2. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang di binanya3. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan biudang

studi yang dibinanya.4. Mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar

Pengelolaan Kelas

Penguasaan Bahan Bidang Studi

1. Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi. Hal ini dilakukan dengan cara2. Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah

Kemampuan mengelola progam belajar mengajar

1. Merumuskan tujuan instruksional.2. Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar.3. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat.4. Melaksanakan program belajar mengajar.5. Mengenal kemampuan (entry behaviour) anak didik.6. Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial.

Cara-cara mengelola kelas, salah satu dengan:

Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran. Kemempuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut:

1. Mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan kelas sesuai dengan tujuan-tujuan instruksinal yang hendak di capai

2. Mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan

Menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif. Kemampuan ini dapat dikuasai dengan cara berikut:

1. Mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar yang kondusif2. Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif3. Menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif4. Menggunakan ptosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif

Ruang Lingukup Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru

Ruang lingkup kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah hidup, nilai-nilai yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada beberapa hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap keberhasilan tugas pendidikan yang di embannya.

Page 16: 13 maret 2013

Kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut:

1. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketaqwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

2. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat.

3. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain4. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya berfikir

kritis di masyarakat5. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang

profesinya maupun dalam spesialisnya.

Ruang Lingkup Kompetensi Sosial Guru

Jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru menurut Cece Wijaya (1994) adalah sebagai berikut:

1. Terampil Berkomunikasi dengan Peserta Didik dan Orang Tua Peserta Didik2. Bersikap Simpatik3. Dapat Bekerja Sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah4. Pandai Bergaul dengan Kawan Sekerja dan Mitra Pendidikan5. Memahami Dunia Sekitarnya (Lingkungannya)

DAFTAR PUSTAKA

Alamat Email : [email protected]

http://www.rapendik.com/program/inpag/506-indikator-esensial-kompetensi-kepribadian-guru 10.27

Indikator Esensial Kompetensi Kepribadian Guru

Dibuat pada Rabu, 23 Januari 2013 06:56 | Ditulis oleh kank hari | Dilihat: 172

Direktorat Jenderal Pendidikan ,Direktorat Ketenagaan menjabarkan kompetensi pedagogik,kepribadian ,profesional dan sosial .(Sumber .Tim sertifikasi Guru Dan

Page 17: 13 maret 2013

Lulusan 2006.Bahan Sosialisasi Sertifikasi Guru Jakarta . Direktorat Ketanagaan. Dirjen Pendidikan Tinggi) menjadi sub kompetensi dan indikator esensial  sebagai berikut ( seri Kompetensi Kepribadian)

 

Kompetensi Kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian mantap ,stabil ,dewasa ,arif berwibawa ,menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebur dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan indkator esensial sebagai berikut: (Dilengkapi video cuplikan  melatih kompetensi kepribadian )

 

1.  Memiliki kepribadian mantab dan stabil . Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial:

     bertindak sesuai dengan  norma hukum,bertindak sesuai dengan norma sosial,bangga

     sebagai  pendidik dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.

 

2.  Memiliki kepribadian yang dewasa . Sub kompetensi ini memiliki indikator esesnsial ;

    menampilkan kemandirian dalam sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.

 

3.  Memiliki kepribadian arif . Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial : menampilkan

    tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik ,sekolah dan masyarakat dan

    menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

 

Page 18: 13 maret 2013

4.  Memiliki kepribadian yang berwibawa . Sub Kompetensi ini memiliki indikator esensial :

    memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan perilaku yang disegani.

5. Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan . Subkompetensi ini memiliki indikator

   esensial : bertindak sesuai norma religius (imtaq,jujur ,ikhlas,suka menolong) dan memiliki 

 

 

 

 

 

 

http://nyachya.blogspot.com/2012/07/kompetensi-kepribadian-guru.html 10.28

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU

Posted byNyach on Monday, July 30, 2012 Label:SOAL MATEMATIKA, BAHAN AJAR, SOAL UJIAN UJi Kompetensi Guru

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU

Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Hal ini

dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur.

Di Indonesia sikap pribadi yang di jiwai oleh filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi kepribadian guru. Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus di maknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun

Page 19: 13 maret 2013

masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Peserta didik yang baik sebagai modal Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, tumbuh rasa cinta kepada Indonesia.

Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah “kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri.

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi. Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh

Page 20: 13 maret 2013

siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.Dalam Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

1. Kepribadian yang mantap, stabilDalam hal ini untuk menjadi seseorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil. Ini penting karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap dan kurang stabil. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya). Oleh sebab itu, sebagai seorang guru, seharusnya kita :a. Bertindak sesuai dengan norma hokumb. Bertindak sesuai dengan norma socialc. Bangga sebagai gurud. Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan normaDalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).

2. Kepribadian yang dewasaSebagai seorang guru, kita harus memiliki kepribadian yang dewasa karena terkadang banyak masalah pendidikan yang muncul yang disebabkan oleh kurang dewasanya seorang guru. Kondisi kepribadian yang demikian sering membuat guru melakukan tindakan – tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji, bahkan tindakan– tindakan tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru.Ujian berat bagi setiap guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya. Kestabilan emosi sangat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan. Sehingga, sebagai seorang guru, seharusnya kita :a. Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik.Artinya, kepribadian akan turut menetukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Sikap dan citra negative seorang guru dan berbagai penyebabnya seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru.b. Memiliki etos kerja sebagai guru

3. Kepribadian yang arifSebagai seorang guru kita harus memiliki pribadi yang disiplin dan arif. Hal ini penting, karena masih sering kita melihat dan mendengar peserta didik yang perilakunya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang baik. Oleh karena itu peserta didik harus belajar disiplin, dan gurulah yang harus memulainya. Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggung jawab mengarahkan, berbuat baik,

Page 21: 13 maret 2013

menjadi contoh sabar dan penuh pengertian.Mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan rasa kasih sayang dan tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi, tetapi guru harus dapat membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Sehingga, sebagai seorang guru kita harus:a. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat.Artinya, sebagai seorang guru, kita juga bertindak sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik sehingga dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut, seperti hadits Nabi :”Khoirunnaasi anfa’uhum linnaas,” artinya adalah sebaik-baiknya manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain. ( Al Hadits ).b. Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak

4. Kepribadian yang berwibawaBerwibawa mengandung makna bahwa seorang guru harus:a. Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik Artinya, guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat citra baik dan kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal tersebut akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan sang guru, yang pada gilirannya akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar mengajar.b. Memiliki perilaku yang disegani

5. Menjadi berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didikGuru harus berakhlakul karimah, karena guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi para orang tua. Dengan berakhlak mulia, dalam keadaan bagaimanapun guru harus memiliki rasa percaya diri, istiqomah dan tidak tergoyahkan. Kompetensi kepribadian guru yang dilandasi dengan akhlak mulia tentu saja tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi memerlukan ijtihad, yakni usaha sungguh – sungguh, kerja keras, tanpa mengenal lelah dan dengan niat ibadah tentunya. Dalam hal inni, guru harus merapatkan kembali barisannya, meluruskan niatnya, bahkan menjadi guru bukan semata – mata untuk kepentingan duniawi. Memperbaiki ikhtiar terutama berkaitan dengan kompetensi pribadinya, dengan tetap bertawakkal kepada Allah. Melalui guru yang demikianlah, kita berharap pendidikan menjadi ajang pembentukan karakter bangsa.

Untuk menjadi teladan bagi peserta didik, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan oleh seorang guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.a. Bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong.b. Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi:

Page 22: 13 maret 2013

a. pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.b. pengetahuan tentang budaya dan tradisi.c. pengetahuan tentang inti demokrasi,d. pengetahuan tentang estetika,e. memiliki apresiasi dan kesadaran sosial,f. memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan,g. setia terhadap harkat dan martabat manusia. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri pribadi.Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup :a. penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya,b. pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru,c. kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.

Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi guru. Kompetensi pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian yang dimilikinya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak memengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek terhadap siswa, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dalam pembelajaran apa pun jenis mata pelajarannya.

Oleh karena itu, dalam beberapa kasus tidak jarang seorang guru yang mempunyai kemampuan mumpuni secara pedagogis dan profesional dalam mata pelajaran yang diajarkannya, tetapi implementasinya dalam pembelajaran kurang optimal. Hal ini boleh jadi disebabkan tidak terbangunnya jembatan hati antara pribadi guru yang bersangkutan sebagai pendidik dan siswanya, baik di kelas maupun di luar kelas. Upaya pemerintah meningkatkan kemampuan pedagogis dan professional guru banyak dilakukan, baik melalui pelatihan, workshop, maupun pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Akan tetapi, hal tersebut kurang menyentuh peningkatan kompetensi kepribadian guru.

Kita patut bertanya mengapa pendidikan kita banyak menghasilkan anak didik yang cerdas, pintar dan terampil, tapi belum banyak menghasilkan anak didik yang memiliki kepribadian yang sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, bangsa kita mengalami krisis multidimensional yang berkepanjangan yang tiada ujungnya. Jangan-jangan ini semua buah kita sebagai pendidik yang belum menampilkan kepribadian yang patut diteladani oleh anak didik kita.Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing mempunyai ciri dan sifat bawaan serta latar belakang kehidupan. Banyak masalah psikologis yangdihadapi peserta didik, banyak pula minat, kemampuan, motivasi dan kebutuhannya. Semua memerlukan bimbingan guru yang berkepribadian dapat bertindak sebagai pembimbing, penyuluh dan dapat menoling peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri. Disinilah letak kompetensi kepribadian guru sebagai pembimbing dan suri teladan. Guru adalah sebagai panutan yang

Page 23: 13 maret 2013

harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta didiknya. Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya yaitu guru harus:

Ing ngarso sungtulodo

Ing madyo mangun karso

Tut wuri hindayani

Artinya bahwa guru harus menjadi contoh dan teladan, membangkitkan motif belajar siswa serta mendorong/memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti Anda sebagai seorang guru dituntut melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan orang-orang yang di pimpinnya. Dalam hal ini siswa-siswa di sekolahnya, juga sebagai seorang guru dituntut harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya serta harus mampu mendorong orang-orang yang di asuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

Guru bukan hanya pengajar, pelatih dan pembimbing, tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan subjek didik tercipta situasi didik yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti dari siswa dengan segala problematikanya, guru juga harus mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya. Hakikat guru pendidik adalah bahwa ia digugu dan ditiru.Berdasarkan uraian diatas, fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan bimbingan dan suri teladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan membangkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik.

Untuk meningkatkan kompetensi, guru dituntut untuk menatap dirinya dan memahami konsep dirinya. Seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya sendiri, bila ia berkaca ia akan melihat bukan satu pribadi, tetapi ada tiga pribadi yaitu:1. Saya dengan konsep diri saya (self concept)2. Saya dengan ide saya (self idea)3. Saya dengan realita diri saya (self reality) Ruang lingkup kompetensi kepribadian guru tidak lepas dari falsafah hidup, nilai-nilai yang berkembang di tempat seorang guru berada, tetapi ada beberapa hal yang bersifat universal yang mesti dimiliki oleh guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap keberhasilan tugas pendidikan yang di embannya.

Page 24: 13 maret 2013

Kemampuan pribadi menurut sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagai berikut:1. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.2. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seorang guru. 3. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi siswanya.Kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut:

1. Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketaqwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Dalam hal ini guru mesti beragama dan taat dalam menjalankan ibadahnya. Contoh: seorang guru laki-laki yang beragama Islam pada hari jumat melaksanakan ibadah sholat Jumat di tempat dia tinggal atau di sekolah yang ada masjidnya bersama warga sekolah yang lainnya dan sebaliknya agar dihindari perilaku untuk menyuruh orang lain beribadah sementara dia malah bermain catur dengan orang yang tidak pernah beribadah.

2. Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu di kembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang di hadapinya. Contoh: seorang guru yang telah mengikuti penataran tentang metode CBSA berani untuk menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar dikelas dan mengevaluasi serta menyosialisasikan hasilnya kepada rekan guru-guru yang lain dan mengajak untuk mengembangkan metode yang telah di cobanya. Sebaliknya agar dihindari perilaku yang ragu-ragu untuk mencoba apa yang telah dimiliki dan takut merasa gagal dengan apa yang dicobanya.

3. Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat. Contoh: dalam situasi belajar mengajar di kelas guru mengembangkan metode diskusi dalam mata pelajaran tertentu dan memberikan kesempatan kepada murid untuk menyampaikan pendapatnya bahkan mau pendapat yang yang berbeda dari murid dengan alasan yang rasional dan sebaliknya agar dihindari perilaku yang ingin menang sendiri dan menganggap dirinya paling benar serta tidak mau menerima masukan dari siapapun termasuk dari murid-murid.

4. Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya berfikir kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan pendapat dan menyepakatinya untuk mencapai tujuan bersama maka dituntut seorang untuk bersikap demokratis dalam menyampaikan dan menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan yang ada di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak menutup diri dari hal-hal yang berada diluar dirinya.

5. Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisnya.

Read more: http://nyachya.blogspot.com/2012/07/kompetensi-kepribadian-guru.html#ixzz2NO3Fev7R

http://aguswuryanto.wordpress.com/2011/11/18/instrumen-penilaian-kompetensi-kepribadian-guru/10.30

Page 25: 13 maret 2013

INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU

Posted by: aguswuryanto on: November 18, 2011

In: Profesi Guru Leave a Comment

4 Votes

Download:

Lamp 5_Instrumen_Penil_Komp_Kepribadian_Guru Mapel dan BK

INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU

IDENTITAS GURU

 

NAMA                                                                     : ……………………………………………………………………………………..

NIP                                                                          : ……………………………………………………………………………………..

UNIT KERJA                                                          : ……………………………………………………………………………………..

ALAMAT                                                                : ……………………………………………………………………………………..

JENJANG JABATAN FUNGSIONAL   : …………………………………………………………………………………….

Petunjuk Penggunaan Instrumen

Page 26: 13 maret 2013

1. 1. Instrumen ini digunakan untuk mengukur kompetensi kepribadian guru.2. Teknik penilaiannya adalah dengan cara memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai

(TP, P, JR, SR, dan SL)

INSTRUMEN PENILAIAN

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU

NO KOMPETENSIINDIKATOR

KOMPETENSIDESKRIPTOR

TP11. Bertindak sesuai dengan

norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

11.1 Menghargai peserta didik tanpa membedakan

keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat,

daerah asal, dan gender.

Skor 4 : Mengakui keberadaan peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal, dan gender.

Skor 3: Menerima keberadaan peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal, dan gender.

Skor 2: Merespon peserta didik lain tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal, dan gender

Skor 1: Mendengarkan pendapat peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal, dan gender.

11.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam

Skor 4: Membiasakan sikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam

Skor 3: Membentuk sikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam

Skor 2: Membangun sikap yang sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang

Page 27: 13 maret 2013

NO KOMPETENSIINDIKATOR

KOMPETENSIDESKRIPTOR

TPberlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam

Skor 1: Mengidentifikasi sikap yang sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam

12. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

12.1 Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

Skor 4: Membiasakan berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

Skor 3: Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

Skor 2: Membangun perilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

Skor 1: Meyakini perilaku jujur, tegas, dan manusiawi.

12.2 Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan

akhlak mulia.

Skor 4: Membiasakan berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.

Skor 3: : Berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.

Skor 2: Membangun perilaku mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia..

Skor 1: Memprakarsai perilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia.

12.3 Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta

Skor 4: Membiasakan perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

Page 28: 13 maret 2013

NO KOMPETENSIINDIKATOR

KOMPETENSIDESKRIPTOR

TP

didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

Skor 3: Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

Skor 2: Membangun perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

Skor 1: Memprakarsai perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

13. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa

13.1 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap

dan stabil.

Skor 4: Membiasakan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

Skor 3: Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

Skor 2: Membangun cara menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

Skor 1: memprakarsai cara menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil.

13.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa,

arif, dan berwibawa.

Skor 4: Membiasakan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

Page 29: 13 maret 2013

NO KOMPETENSIINDIKATOR

KOMPETENSIDESKRIPTOR

TP

Skor 3: Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

Skor 2: Membangun cara menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

Skor 1: Memprakarsai cara menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

14. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

14.1 Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.

Skor 4: Membiasakan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.

Skor 3: Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.

Skor 2: Menampilkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.

Skor 1: Memprakarsai etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi.

14.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.

Skor 4: Membiasakan perilaku bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.

Skor 3: Mengubah perilaku bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.

Skor 2: Membuktikan kebanggaan menjadi guru dan

Page 30: 13 maret 2013

NO KOMPETENSIINDIKATOR

KOMPETENSIDESKRIPTOR

TPpercaya pada diri sendiri.

Skor 1: Menunjukkan kebanggaan menjadi guru dan percaya pada diri sendiri.

14.3 Bekerja mandiri secara profesional.

Skor 4: Membangun bekerja mandiri secara profesional.

Skor 3: mengelola bekerja mandiri secara profesional.

Skor 2: Menata cara bekerja mandiri secara profesional.

Skor 1: Mengklasifikasikan cara bekerja mandiri secara profesional.

15. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

15.1 Memahami kode etik profesi guru.

Skor 4: Mengaktualisasikan setiap kode etik profesi guru.

Skor 3: Membedakan contoh kode etik profesi guru.

Skor 2: Memberikan kode etik profesi guru.

Skor 1: Mengklasifikasikan kode etik profesi guru.

15.2 Menerapkan kode etik profesi guru.

Skor 4: Mempertahankan kode etik profesi guru.

Skor 3: Membangun kode etik profesi guru.

Skor 2: Memadukan cara penerapan kode etik profesi guru.

Page 31: 13 maret 2013

NO KOMPETENSIINDIKATOR

KOMPETENSIDESKRIPTOR

TPSkor 1: Mengklasifikasi kode etik profesi guru.

15.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.

Skor 4: Mengaktualisasi perilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.

Skor 3: Mengubah pelayanan dalam bentuk perilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.

Skor 2: Memberi respon terhadap perilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.

Skor 1: Menunjukkan perilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.

Jumlah skor

Jumlah Skor Total

Nilai Akhir = Jumlah Perolehan Skor : 24

 

 

Keterangan :

TP           : Tidak pernah dengan skor 0

P              : Pernah dengan skor 1

JR            : Jarang dengan skor 2

SR           : Sering dengan skor 3

SL            : Selalu dengan skor 4

Page 32: 13 maret 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

……………………………………………., ……………………………………………………

Penilai,

 

 

 

………………………………………………………………………………………………………

 

http://uki2000.wordpress.com/2009/10/23/konsep-kepribadian-guru/ 10.41

KONSEP KEPRIBADIAN GURU

23 10 2009

KATERGORI PROFIL KOMPETENSI KEPRIBADIAN

A = 3,00 -4,00 ARTINYA KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU KATEGORI TINGGI

B = 2,00-2,99 ARTINYA KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU KATEGORI SEDANG

C = 1,00-1,99 ARTINYA KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU KATEGORI RENDAH

D = 0,00-0,99 ARTINYA KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU KATEGORI SANGAT RENDAH

Page 33: 13 maret 2013

Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang (UIN) Malang

 

1. A. Pendahuluan

Guru merupakan profesi yang mengalami pasang surut dalam percaturan dunia keprofesian. Kalaulah dulu guru dianggap profesi sakral, membanggakan yang terlihat ketika dengan bangganya seorang yang bermantukan seorang guru, tapi saat ini disinyalir menjadi profesi yang termarginalkan. Ini terlihat dari banyaknya generasi penerus yang sedikit bercita-citakan seorang guru. Mereka cenderung menjadikan dokter, insinyur, pilot sebagai pilihan profesi di masa depan. Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan akibat ketidakmauan mereka, namun yang jelas kesejahteraanlah yang menempati urutan pertama bagi seseorang untuk tidak memilih guru sebagai profesinya.

Fenomena di atas disebabkan adanya pergeseran dalam memaknai profesi seorang guru. Pergeseran ini disebabkan beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal diantaranya:

1. Adanya sebagian pandangan masyarakat bahwa siapapun dapat menjadi guru asal dia berpengetahuan.

1. Kekurangan guru di daerah terpencil memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian (mendidik) untuk menjadi guru.

1. Banyak guru yang belum menghargai profesinya apalagi berusaha mengembangkan profesinya tersebut.

Sedangkan faktor internal yang dimaksud adalah adanya kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri diantaranya rendahnya kompetensi profesional mereka.

Kesemuanya itu telah menjadi wacana umum yang terus dicari pemecahannya, terutama di akhir 2005 dengan akan disahkannya UU profesi guru dan dosen. Namun demikian perlu disadari bersama, bahwa UU tersebut bukan satu-satunya solusi yang dapat mendongkrak popularitas profesi guru. Naiknya popularitas guru hanya akan terjadi bila guru secara pro aktif meningkatkan kapasitasnya sebagai guru. Artinya, UU tersebut tidak akan berdaya guna secara maksimal bila guru sendiri kurang greget dalam meningkatkan kualitas dia sebagai seorang guru.

B. Pembahasan

Kepribadian guru mempunyai kelebihan sendiri bila diterapkan dalam kelas karena ia akan memberikan kecenderungan dan kesenangan yang berbeda kepada murid. Namun ada juga yang mengatakan bahwa kepribadian guru sulit ditemukan kadarnya dan tidak mudah untuk dicari batasannya serta sulit juga untuk didefinisikan secara jamik dan manik. Kepribadian juga diibaratkan sebagai magnit, listrik dan radio yang tidak bisa diketahui kecuali setelah tahu bekasnya atau pengaruhnya.

Page 34: 13 maret 2013

Kepribadian ialah kumpulan sifat-sifat yang aqliah, jismiah, khalqiyah dan iradiah yang biasa membedakan seseorang dengan orang lain (Slamet Yusuf:37).

Dikatakan guru yang mahir adalah guru yang mampu untuk menundukkan hati mereka dan mempengaruhi mereka dengan baik sehingga ia dapat memerintah mereka dan berbicara dengan mereka. Maka dengan kepribadian itu memungkinkan untuk mengarahkan mereka pada jalan yang lurus.

Umar bin Utbah (dalam Slamet Yusuf:39), berkata pada guru dari anaknya sebagai berikut: “Hendaklah perbaikan pertama-pertama yang engkau lakukan terhadap anak saya dilakukan dengan perbaikan dirimu maka mereka akan tertuju padamu, yang mereka anggap naik adalah apa yang engkau tinggalkan. Menurut Mr. Norman Mc. Munn (Slamet Yusuf:41), kepribadian itu didapatkan dari latihan yakni dari kebiasaan dan pendidikan yang sungguh-sungguh. Tokoh pendidikan dari Inggris, Sir T. percy Nunn mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mendidik kepribadian (Andreas Hafera, 2000).

Kepribadian itu bisa membangkitkan semangat, tekun dalam menjalankan tugas, senang memberi manfaat kepada murid menghormati peraturan sekolah sehingga membuat murid bersifat lemah lembut memberanikan mereka, mendorong pada cinta pekerjaan, memajukan berfikir secara bebas tetapi terbatas yang bisa membantu membentuk pribadi menguatkan kepribadian menguatkan kehendak membiasakan percaya pada diri sendiri.

Suksesnya seorang guru tergantung dari kepribadian, luasnya ilmu tentang materi pelajaran serta banyaknya pengalaman. Tugas seorang guru itu sangat berat, tidak mampu dilaksanakan kecuali apabila kuat kepribadiannya, cinta dengan tugas, ikhlas dalam mengerjakan, memelihara waktu murid, cinta kebenaran, adil dalam pergaulan. Ada yang mengatakan bahwa masa depan anak-anak di tangan guru dan di tangan gurulah terbentuknya umat.

Ditulis Athiyah Al-Abrosy (dalam Slamet Yusuf:42) bahwasannya sifat-sifat yang seyogyanya dimiliki seorang guru:

Guru harus menjadi bapak sebelum ia menjadi pengajar.

1. Hubungan guru dengan murid harus baik.2. Guru harus selalu memperhatikan murid serta pelajaran mereka.3. Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar murid.4. Guru wajib menjadi contoh/teladan di dalam keadilan dan keindahan serta kemuliaan.5. Guru wajib ikhlas di dalam pekerjaannya.6. Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan.7. Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan.8. Guru harus mampu mengajar bagus penyiapannya dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya.9. Guru harus sarat dengan ide sekolah yang modern.10. Guru harus punya niat yang tetap.11. Guru harus sehat jasmaninya.12. Guru harus punya pribadi yang mantap.

1. Guru ditempatkan pada tempat yang mulia sesuai dengan hadits Nabi.

Page 35: 13 maret 2013

Pada suatu hari, Rasulullah keluar rumah kemudian beliau melihat 2 majelis. Majelis yang satu terdiri dari orang yang berdoa kepada Allah dan mengharap kepadanya. Majelis yang kedua terdiri dari orang yang mengajarkan agama kepada manusia. Beliau bersabda adapun yang itu (yang pertama) mereka memohon kepada Allah jika Dia berkenan mereka akan diberi dan Dia juga berkenan untuk tidak memberi. Dan yang itu (kedua) mereka mengajari manusia, dan bahwasannya aku diutus hanya untuk mengajar. Kemudian beliau maju dan ikut duduk pada kelompok yang kedua. Dengan demikian Nabi yang mulia telah membuat sebaik-baik contoh buat kita agar menjadi pengajar dan pendorong dalam mengajar dan mengakui keutamaannya.

Demikian juga yang dikatakan Martin Luther: “jika aku diberi waktu untuk meninggalkan tugas memberi nasihat dan memberi petunjuk pasti aku akan memilih profesi sebagai pengajar.

Ucapan Bismark: “sungguh kami telah dipengaruhi oleh guru.” Senada dengan itu Iramus dalam ucapannya: “berilah aku kantor untuk guru dan aku berjanji dengan hati seorang berilmu.” Sedangkan Syauki Bik: “berdiri dan hormatilah guru dan berilah ia penghormatan.”Hampir-hampir saja seorang guru itu merupakan utusan.

“Hai Ben Sherira, curahkanlah segenap   tenagamu untuk mengajar anak-anakmu sewaktu masih kecil dan berikanlah hadiah kepada guru atas jasanya karena apa yang kamu beriakan adalah diberikan untuk anak-anakmu,” ungkap Ustadz Al Alim Al Muhiqq Ahmad Amin,

Mengajar adalah pekeejaan yang memayahkan, tidak mendatangkan harta dan tidak memperoleh pangkat. Mengajar itu hanya pantas dan bagus bagi orang yang Qona’ah terhadap masalah dunia dengan hidup sederhana dan dalam pembagian rizki yang sangat sempit. Guru yang fasid adalah guru yang menjadikan harta dan pangkat sebagai tujuan utama dan mengharapkan keduniaan. Mengajar adalah pekerjaan jiwa. Guru itu menciptakan dirinya dan amalnya ke langit, keluarganyalah yang menariknya ke bumi dengan kekerasan.

Apakah dia rela berkorban seperti berkorbannya tentara? Apakah dia siap menerima kenyataan untuk betapa seperti pendeta? Apakah dia siap berhibur dengan harta ma’nawi untuk meninggalkan yang materi dan membentuk dirinya sebagai orang berilmuu yang qona’ah serta menempatkan kelezatan-kelezatan akal dan kelezatan rohani pada kelezatan badan?”

Seorang penulis Inggris (dalam Slamet Yusuf:32) mengatakan: “kurikulum, peraturan sekolah, bangunan-bangunan yang besar dan megah dalam pendidikan dan pengajaran tidaklah lebih penting dari guru, karena guru mempunyai pengaruh besar di hadapan siswa dari ilmunya, etikanya, perbuatannya dan keterampilannya.

Fesyar pernah menyerukan tahun 1017 (dalam Slamet Yusuf: 35) bahwa guru seharusnya sudah tidak merasa kesulitan lagi dalam masalah keuangan atau kebutuhan hidupnya karena tugas pokok mereka adalah mengelola pendidikan, bagi guru yang sudah kawin hendaknya mempunyai kondisi sosial ekonomi yang sudah mapan sehingga mampu mendidik keluarganya dengan baik. Seorang guru yang susah, begitu juga seorang guru yang miskin akan mendapat kesan yang kurang baik di tengah-tengah masyarakat.

Page 36: 13 maret 2013

Tugas guru dapat disimpulkan mempunyai 3 tugas pokok, yaitu: (1) tugas dalam bidang profesi yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Tugas guru dalam hal ini dituntut untuk selalu mengembangkan profesionalitas diri sesuai dengan perkembangan IPTEK, (2) tugas dalam bidang kemanusiaan, memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua (Usman: 2002: 7), (3) tugas dalam bidang kemasyarakatan dalam hal ini pembelajaran seperti dikutip Usman dari Adfams dan Decey dalam “Basic Principles of Student” meliputi: (a) guru sebagai demonstrator, (b) sebagai pengelola kelas, (c) sebagai mediator dan fasilitator, (d) sebagai evaluator. Sedangkan menurut Djamarah (2000: 44) meliputi: (a) sebagai inspirator, (b) sebagai informatory, (c) sebagai organisator, (d) sebagai motivator, (e) sebagai inisiator, (f) sebagai pembimbing, (g) sebagai uswah (teladan atau model), (h) sebagai penasihat.

1. Kompetensi: kepribadian

Kompetensi secara bahasa diartikan kemampuan atau kecakapan. Hal ini diilhami dari KKBI dimana kompetensi diartikan sebagai wewenang atau kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Sedangkan menurut Partanto (1994), dalam Kamus Ilmiah Populer, kompetensi diartikan sebagai kecakapan, wewenang, kekuasaan dan kemampuan. Sedangkan secara terminologis, sebagai berikut:

Menurut Broke dan Stone, gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang  tampak sangat berarti.

1. Mc Leod dalam Usman (2001), keadaan berwenang atau memenuhi syarat menuntut ketentuan hokum.

2. Jhonson, perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang diprasyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

3. Pengertia lain diartikan sebagai kemampuan dasar yang mengaflikasikan apa yang seharusnya dapat dilaksanakan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya.

4. Menunjuk pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.

5. Hitami dan Sahrodi (2004), pemilikan nilai, silap dan keterampilan yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

6. McAshan dalam Mulyasa (2003: 38) sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

7. Finch dan Crunkilton (1979: 222) merupakan penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

8. Kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Aspek kompetensi menurut Gordon dalm Mulyasa (2003: 39):

1. Pengetahuan2. Pemahaman3. Kemampuan4. Nilai5. Sikap6. Minat

Page 37: 13 maret 2013

Jenis kompetensi, meliputi diantaranya: (a) kompetensi personal, (b) kompetensi professional, (c) kompetensi meiputi (a) terampil berkomunikasi dengan orang lain (b) bersikap simpatik terhadap siswa dan masyarakat (c) dapat bekerjasama dengan orang lain, (d) pandai bergaul.

Kompetensi personal, yaitu sikap pribadi guru yang dijiwai oleh agama dan filasafat pancasila yang akan mengagungkan moral dan budaya. Dan ini mencakup kemampuan dan integritas pribadi, peka terhadap perubahan dan pembaharuan, berfikir alternatif, adil, jujur, obyektif, disiplin, ulet, tekun, simpatik, menarik, luwes, terbuka, kreatif dan berwibawa. Kompetensi personal bisa diidentikkan dengan kepribadian dan kepribadian yang baik akan berpengaruh terhadap hidup dan kebiasaan belajar para siswa. Untuk memiliki kepribadian yang baik ini guru dituntut memiliki kematangan dan kedewasaan pribadi serta jasmani dan rohani, dan cirinya adalah sebagai berikut: (1) memiliki pedoman hidup, (2) mampu melihat segala sesuatu secara obyektif, (3) mampu bertanggung jawab.

Ciri guru yang profesional dikutip dalam Jurnal Educational Leadership (1998): (1) mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, (2) menguasai secara mendalam bahan pelajaran yang diajarkannya serta metode pelajaran yang relevan, (3) bertanggung jawab dalam memantau hasil belajar melalui berbagai cara evaluasi, (14) mampu merpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, (5) guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Yang mempengaruhi rendahnya profesionalisme guru, menurut Akadum (1999) (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, (2) rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma etika profesi keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah, dll.

Jihad oleh Muhaimin (2003: 230-231) diartikan sebagai makna kesediaan bekerja keras dengan mencurahkan segala kemampuan, baik fisik/materi maupun totalitas dirinya menuju jalan Allah, mempunyai sikap ketelitian dan kecermatan, serta terbuka terhadap kritik dari luar, mempunyai kebanggaan terhadap pekerjaan yang bermutu (bukan asal kerja) dan mempunyai wawasan jangka panjang (harapan masa depan).

Mengenai kesejahteraan guru menurut Komball Wiles (dalam Bafadal, 2003: 101-102), ada 8 hal yang diinginkan guru melalui kerjanya: (1) adanya rasa aman dan hidup layak, (2) kondisi kerja yang menyenangkan, (3) rasa diikutsertakan, (4) perlakuan yang wajar dan jujur, (5) rasa mampu, (6) pengakuan dan penghargaan atas sumbangan, (7) ikut ambil bagian dalam pembuatan kebijakan sekolah, (8) kesempatan mengembangkan self respect.

Pembahasan diatas semakin mempertajam adanya keterkaitan yang kuat antara kompetensi dan kepribadian guru. Keduanya secara bersamaan mencoba untuk merealisasikan profil guru ideal dari berbagai sudut pandang baik personal, sosial dan akademik.

1. Kepribadian guru dalam perspektif historis.

 

Page 38: 13 maret 2013

1. Profil guru di masa dulu

Secara singkat  telah dijelaskan di atas bahwa profesi guru di masa dulu merupakan profesi idaman, dimana semua orang ingin menjadi guru, kalau toh tidak berhasil sekedar bermantukan seorang guru saja pun sudah bangga.

Kebanggaan yang mendarah daging di masa lalu ini merupakan sesuatu yang menarik untuk dikaji, ada apa dengan guru sehingga menjadi profesi yang sangat diminati? Padahal kalau dilihat secara kasat mata, dari kesejahteraan sangat jauh dari kurang, namun demikian mereka selalu mendapatkan tempat tertinggi dalam tatanan masyarakat pada waktu itu. Guru benar-benar diposisikan dan dihargai.

Bila bukan dari aspek kesejahteraan, pastilah ada aspek yang sangat fenomenal dalam profesi guru iru sendiri. Sosok Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang mewakili profil guru di masa lalu. Artinya, bila ingin mengetahui secara detail tentang profil guru di masa lalu, maka amatilah kepribadian beliau. Sosok guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa benar-benar dapat diamati, tak ada batasan waktu, tempat dalam mengajarkan ilmu dan yang paling penting mereka betul-betul ideal model. Apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan sejalan yang secara tidak langsung menimbulkan kewibawaan sejati dalam diri beliau.

Kepribadian semacam inilah yang kemudian menjadikan murid-murid beliau termotivasi untuk menjadi guru sekaliber Ki Hajar Dewantara. Ini sesuai dengan statement yang mengatakan bahwa pribadi guru itu besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan darma baktinya dan guna berpengaruh pada muridnya.

Namun demikian harus juga dipahami juga bahwa bukan hanya kepribadian saja yang menentukan keberhasilan tugasnya sebagai guru tetapi juga harus dilengkapi dengan ilmu khusus, kebudayaan tertentu dan persiapan pelayanan yang teratur.

Artinya bisa dikatakan profil guru di masa lalu adalah profil guru ideal, dimana mereka mumpuni dan matang dalam aspek kepribadian, keilmuan dan perilaku yang semua itu kemudian dilengkapi dengan semangat pengabdian atau menurut Muhaimin identik dengan semangat jihad. Jihat boleh diartikan sebagai makna bekerja keras (dengan mencurahkan segala kemampuan, baik fisik/materi maupun totalitas dirinya) menuju jalan Allah, mempunyai sikap ketelitian dan kecermatan, serta terbuka kritik dari luar, mempunyai kebanggaan terhadap pekerjaan yang bermutu (bukan asal kerja) dan mempunyai wawasan jangka panjang (harapan masa depan).

Secara lebih dalam, profil guru masa lalu bisa diamati dalam sajak berikut ini:

Siapa guru bangsa ini?

Anda dan saya!

Yang berarti kita. Semua tak terkecuali

Termasuk pak Lurah adalah guru bangsa ini ketika

Page 39: 13 maret 2013

Dengan senyum membuatkan KTP bagi si Bejo

Tanpa rasa pamrih. Juga pak Darmo yang sopir bus

Adalah guru bangsa ini ketika mempersilahkan

Kendaraan lain yang mau menyalip untuk mendahului.

Demikian pak Budi yang pengusaha adalah guru bangsa ini

Ketika membuang limbah tanpa merusak lingkungan.

Tak terkecuali pak Edi, pejabat yang senantiasa

Lebih dulu memberi salam selamat pagi kepada

Bawahannya, dia adalah guru bangsa ini.

Atau si Udin, adalah guru bangsa ini ketika membuat sumur

Tidak pernah menipu soal kedalaman sumurnya.

Mereka semua adalah guru bagi bangsanya.

Termasuk anda dan saya.

Kalau bukan kita siapa lagi yang mau membimbing

Negeri ini agar lebih baik dan lebih maju.

Perlukah kita mendatangkan guru-guru dari negara lain?

Relakah kalau kita digurui oleh bangsa-bangsa lain?

Atau maukah kita terus-terusan menjadi murid bagi bangsa ini?

Kita semua wajib menjadi guru bagi kemajuan bangsa ini. (dikutip dari Tilaar, 1999:333)

b. Profil guru di masa kini dan akan datang.

Kemerosotan profesi guru baik di dalam minat pemuda kita untuk memasukinya maupun oleh masyrakat yang kurang memberi perhatian atau penghargaan terhadap profesi guru menunjukkan adanya keharusan untuk mencari paradigma baru supaya profesi guru memenuhi tuntutan masyarakat baru dalam milenium ketiga. Perlu disadar bahwa fungsi dan peranan guru bisa berubah tapi profesi akan  tetap selalu dibutuhkan.

Page 40: 13 maret 2013

Sebelum menganaslisa tentang profil atau kepribadian guru masa kini dan akan datang maka perlu diketahui karakteristik masyarakat yang dihadapi yang notabene merupakan konsumen atau pengguna jasa pendidikan. Menurut Tilaar (1999: 281), ada 3 karaktristik masyarakat masa kini dan akan datang (= masyarakat milenium 21), yaitu:

1)       Masyarakat teknologi, dimana kemajuan teknologi sangat berkembang pesat sehingga membuat dunia menjadi satu, sekat-sekat yang membatasi bangsa-bangsa, pribadi-pribadi menjadi hilang sehingga bentuk-bentuk komunikasi umat manusia akan berubah.

2)       Masyarakat terbuka, pada jenis ini dibutuhkan manusia yang mampu mengembangkan kemampuan dan yang mampu berkreasi untuk peningkatan mutu kehidupannya serta sekaligus mutu kehidupan bangsa dan masyarakatnya.

3)       Masyarakat madani, yaitu masyarakat yang saling menghargai satu dengan yang lain, yang mengakui akan hak-hak manusia yang menghormati akan prestasi dari para anggotanya sesuai dengan kemampuan yang dapat ditunjukkannya bagi masyarakat.

c. Deskripsi profil guru masa kini.

Untuk memahami posisi guru masa kini, dapat dipahami dari sajak-sajak berikut:

Sejuta batu nisan

Guru tua yang terlupakan sejarah

Terbaca torehan darah kering

Disini berbaring seorang guru

Semampu membaca buku usang

Sambil belajar menahan lapar (Kompas, 26 Desember 2006).

Dari puisi diatas dapat dipahami ada 3 pesan global yang disampaikan Winarno, yaitu:

1)       Adanya kecenderungan profesi guru terlupakan. Senada dengan ini, Tilaar juga mengatakan bahwa profesi guru diambang kematian karena bukan saja tidak diminati putra bangsa yang terbaik juga masyarakat sendiri tidak memberikan penghargaan yang wajar terhadap profesi guru. (Tilaar: 1999: 285). Padahal untuk mengatasi itu semua diperlukan suatu penghargaan masyarakat, karena suatu profesi akan hidup dan berkembang apabila tersebut dihargai oleh masyarakat. Dan ini ditunjukkan dengan adanya keinginan masyarakat untuk memilihprofesi guru sebagai unggulan.(Tilaar: 1999: 291)

2)       Kemampuan finansial yang amat memprihatinkan. Tilaar dalam hal ini mengatakan bahwa imbalan ekonomis dalam sektor modern lebih besar daripada profesi yang tua seperti guru dan petani.

Page 41: 13 maret 2013

3)       Pentingnya mengembalikan guru sebagai profesi suci, mengingat banyak guru yang  terjangkiti perilaku instan dan praktis.

Setelah kita melihat profesi guru Indonesia dewasa ini tentunya tidak dapat kita harapkan masyarakat kita dapat dibawa untuk memasuki masyarakat abad 21 yang kompetitif. Masyarakat kompetitif yang dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi khususnya teknologi komunikasi. Untuk itu profil guru yang dibutuhkan adalah:

1)        Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing personality)

2)        Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat, hal ini diilhami dari surat Az-Zumar ayat 9: ”Katakanlah apakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui? Bahwasannya yang dapat mengambil pelajaran itu adalah orang yang mempunyai akal.” Dan juga surat Ash-Shaf ayat 2-3: “Hai orang-orang yang beriman mengapa kau mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian Allah karena kau mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat.”

3)        Keterampilan membangkitkan minat peserta didik.

4)        Pengembangan profesi yang berkesinambungan.

C. Analisis

Uraian diatas menjelaskan secara kongkrit bagaimana meningkatkan popularitas profesi guru di masa kini dan akan datang. Bila diklasifikasikan, maka penjelasan diatas hanya berkutat atau ditekankan pada aspek, (1) performansi (penampilan luar) seorang guru, (2) akademik, dimana guru dituntut untuk selalu belajar dfan meneliti, (3) kesejahteraan guru. Ketiga hal diatas tidak balance sehingga yang terjadi protes akan rendahnya gaji yang diterima seorang guru sehingga harus ngompreng sana ngompreng sini.

Dari klasifikasi diatas, maka dapat langsung dikatakan bagaimana sebenarnya profil guru kita ini. Namun demikian, kesalahan tidak terletak pada guru sebagai person, tetapi semua itu telah termasukkan dalam sistem yang sangat kuat sehingga diperlukan kontinuitas untuk memperbaikinya.

Dari pembahasan tentang profesi guru diatas, penekanan yang diperjuangkan hanyalah pada masalah materiil sehingga sangatlah wajar bila kemudian salah satu pengajar UIN Jakarta dalam Swara Cendekia mengatakan bahwa sistem pendidikan kita sudah termatrialisasikan, artinya semuanya harus ada pelicin. Dan ini berimbas pada guru, dimana kita jumpai sangat minimnya jiwa pengabdian yang ada dalam diri guru, apalagi yang berada di perkotaan.

Selain minimnya semangat pengabdian=jihad, minim pula sifat qona’ah seorang guru sehingga terjadilah malapraktik pendidikan, baik dengan menjual nilai, nggompreng buku atau sampai jualan narrkoba. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa guru kita miskin kreativitas atau kurang lincah dalam menangkap peluang yang ada.

Page 42: 13 maret 2013

Sehingga kita tidak menyalahkan jika ada statement bahwa pekerjaan guru itu berat untuk itu dibutuhkan komitment tinggi untuk melakoninya. Artinya jika profesi guru sudah menjadi pilihan kita, maka pastilah sudah disadari sejak awal bagaimana plus-minusnya profesi guru. Jika ini disadari secara mendalam, maka tidak akan ada protes sampai turun ke jalan hanya untuk sekedar untuk memperjuangkan hak, padahal bila ditanyakan ulang sudahkah seorang guru melakukan kewajiban, karena notabene hak bisa diambil bila sudah melakukan kewajiban, baik kewajiban mengajar atau mendidik. Ini juga pernah dilakukan Socrates, dimana ia menolak gaji (Hasan: 1998: 187).

Menyikapi hal ini, hendaklah kita melakukan apa yang dikatakan Maslow sebelum hidupnya berakhir dengan mengatakan, ini senada dengan piramid Maslow yang telah dibalik, karena diakhir hidupnya Maslow mengatakan Every one should self actualize as a first priority then for themselves people will be valued by others, loved by others, feel secure and survive. Bila dianalogikan, maka setidaknya guru harus melakukan sesuatu terlebih dahulu untuk dapat dihargai (mis, baik itu dengan mengajar dengan maksimal). Bila ini sudah dilakukan maka secara otomatis, masyarakat ataupun pemerintah tanpa diminta pun akan menaikkan kesejahteraan guru.

Masalah pengertian kepribadian guru dari waktu ke waktu dapat diperjelas dari tabel berikut ini:

NO DULU KINI, AKAN DATANG1. Tanpa pamrih No pamrih no service

2. Komitmen tinggi Komitmen angin-anginan

3. Istiqomah Istiqomahnya tergantung

4. Qona’ah Kurang Qona’ah

<br><br>

Keterangan:

 

Bila mau dikomparasikan, maka ke-3 hal diatas adalah profil guru di masa dulu dengan guru di masa kini dan akan datang. Dan bila dipahami lebih lanjut, perbedaan terletak pada ruh pendidikan itu sendiri. Artinya pendidikan yang notabene lapangan pengabdian, seorang guru menggunakan paradigma yang berbeda. Bila dahulu paradigma yang digunakan adalah amal jariyah ansich. ini semua termotivasi dari hadits nabi tentang 3 amalan kekal yang salah satunya adalah amal jariyah, serta hikmah arab:

Sedangkan paradigma guru masa kini dan masa akan datang (merupakan prediksi, artinya bisa terjadi dan tidak), berpatokan pada mencari rejeki sebanyak-banyaknya. Karena rejeki yang dicari maka bila mendapatkan rejeki kecil akan kebingungan dan mencari obyekan lain. Protes gaji dan demo-demo lainmerupakan akibat logis dari paradigma yang digunakan tersebut.

Page 43: 13 maret 2013

Selain itu bila seseorang telah memilih menjadi guru maka ia akan terjun total dalam bidang yang telah dipilihya sehingga perilaku, ucapan dan tindakan selalu disesuaikan dengan profesi yang telah dipilihnya. Sedangkan saat ini statemen ibarat guru kencing berdiri, maka murud kencing berlari merupakan dampak kurang diaplikasikannya ruh guru oleh guru tersebut. Misalnya, betapa banyak guru melarang rokok muridnya namun ia sendiri merokok dan masih banyak lagi yang lainnya.

Untuk masa kini dan masa akan datang dimana keadaan dunia dan zamat sangat global, terjangkitnya paradigma materialis dan hedinisme maka yang paling membedakan antara guru dulu dengan sekarang dan mungkin masa yang akan datang adalah sifat qona’ah yang dimiliki oleh seorang guru. Ada fenomena guru dulu tidak mau menerima gaji (Arabiah Baina Yadaik, h,103), dan keadaan ini tidak merata. Memang kita masih menjumpai guru yang bersifat qona’ah plus jiwa pengabdian yang tinggi namun itu hanya bisa dijumpai di daerah-daerah pedalaman dan hampir bisa dipastikan mereka menyadari komitmen sebagai seorang guru. Sedangkan di daerah kebanyakan, adalah sebaliknya.

D. Tawaran solusi

 

Melihat fenomena kepribadian guruyang kian hari kian bergeser dan melemah, maka diperlukan usaha untuk dapat memperbaiki keadaan ini yang nantinya secara tidak langsung akan mendongkrak profesi guru itu sendiri. Diantara yang dapat kita tawarkan di sini adalah:

1. mempertebal sifat qona’ah

Guru di masa kini dan masa akan datang haruslah memahami betul agar dapat bersikap qona’ah, bersikap menerima tapi bukan pasif keadaan yang bangsa yang sulit ini bukanlah harus ditangisi, tapi dijadikan tantangan untuk dapat mengeksplorasi kreativitas guru. Hal ini sudah terjadi di sektor kehidupan yang lainnya seperti ekonomi. Naiknya harga BBM malah menjadikan seseorang lebih kreatif untuk membuat kompor yang berbahan bakar rendah ekonomis. Guru sendiri juga bisa bila mau, misalnya bagaimana seorang guru bertindak seminim mungkin namun tetap tujuan pembelajaran tercapai. Artinya mengajar jangan hanya dimaknai sebagai pelajaran yang melelahkan, namun enjoy. Partisipasi guru dalam kegiatan penelitian (dalam hal ini penelitian tindakan kelas) seharusnya dijadikan salah satu cara untuk dapar meningkatkan ekonomi guru. Itupun kalau jeli melihat peluang seperti yang dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia MTsN Malang I.

2. mempertebal komitmen

Ketika seseorang memilih profesi guru, maka saat itu juga harus disadari bahwa guru adalah pekerjaan mengabdi bukan lahan bisnis. Bila ini disadari secara total maka akan tercipta sosok guru yang sangat qona’ah berkomitmen tinggi. Untuk merealisasikan hal ini maka diperlukan seleksi yang ketat dalam penerimaan mahasiswa keguruan dan penyeleksian di saat akan mengabdikan ilmunya dalam lapangan pendidikan.

Page 44: 13 maret 2013

Komentar:

Ada beberapa hal yang sebaiknya kita bahas lebih lanjut, diantaranya adalah:

1. Profesi guru yang sudah tidak lagi mendapat tempat di masyarakat, yang salah satunya disebabkan rendahnya kemampuan ekonomi guru di Indonesia pada masa ini dan rendahnya kompetensi guru saat ini.

2. Kompetensi guru yang dimaksud adalah kepribadian guru.3. Perbandingan guru di masa lalu dengan guru di masa ini dan akan datang. Yang penulis

menyatakan bahwa guru di masa dulu lebih baik dari pada guru di masa ini dan akan datang.4. Tawaran solusi bagi guru dengan memperdalam sifat qona’ah dan mempertebal komitmen.

Hal-hal diatas menimbulkan beberapa pertanyaan, diantaranya:

1. Siapakah sebenarnya guru itu?2. Benarkah profesi guru sudah tidak mendapat tempat di masyarakat kita saat ini?3. Kalau benar, apakah penyebabnya?4. Sudah cukupkah solusi-solusi diatas?

Di dalam tulisan singkat ini kami akan mencoba membahas lebih dalam mengenai hal-hal diatas.

a. Siapakah sebenarnya guru itu?

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yg pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam hal ini berarti guru itu adalah orang yang melakukan tindakan mengajar sebagai pekerjaannya, dengan kata lain dia mengajar dan mendapat imbalan dari kegiatan mengajar tersebut. Dengan demikian seorang pengajar yang tidak mendapat imbalan dari kegiatan mengajarnya tidak dinamakan guru. Sehingga ustadz-ustadz di pondok-pondok pesantren, kiai-kiai di kampung-kampung yang mengajar anak-anak kecil membaca Al-Quran tanpa imbalan bukanlah dinamakan seorang guru atau seorang artis yang mengajarkan gaya hidup kepada masyarakat dengan metode yang berbeda, itu juga bukanlah guru yang dimaksud.

Tetapi hal ini berbeda dengan pernyataan Ali R.A yang termasuk sahabat Nabi SAW yang menyatakan bahwa orang yang mengajari kamu sesuatu walaupun hanya satu huruf hijaiyah (huruf di dalam bahasa arab) itu adalah guru kamu. Sehingga di dalam pengertian ini, maka ustadz-ustadz, kiai-kiai adalah seorang guru.

Dengan demikian yang dimaksud guru di dalam tulisan diatas adalah tepatnya guru formal.

b. Benarkah profesi guru sudah tidak mendapat tempat dalam masyarakat dan apakah penyebabnya?

Kalau kita mengacu pada pengertian guru adalah profesi, maka hal ini memang benar. Bahwa profesi guru sudah bukan lagi profesi yang sakral. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana masyarakat menempatkan seorang guru di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan selain faktor

Page 45: 13 maret 2013

kepribadian guru itu sendiri seperti yang telah diuraikan di dalam tulisan diatas, juga disebabkan oleh posisi sekolah sebagai institusi guru formal di tengah-tengah masyarakat.

Posisi sekolah di tengah-tengah masyarakat saat ini sangatlah berbeda dengan posisi lembaga pendidikan lain di masa Hindu-Buddha dan masa pendidikan Islam. Dan ini sangat dipengaruhi oleh sistem yang berlaku. Dari sini ada baiknya kita ketahui dulu bagaimana sistem pendidikan pada saat itu. Uraian tentang sejarah di bawah ini kami kutip dari artikel berjudul ” Sedikit Uraian Sejarah Pendidikan Indonesia” dalam situs: http://tinulad.wordpress.com.

Pada masa Hindu-Buddha

Menurut Agus Aris Munandar dalam tesisnya yang berjudul Kegiatan Keagamaan di Pawitra Gunung Suci di Jawa Timur Abad 14—15(1990). Sistem pendidikan Hindu-Buddha dikenal dengan istilah karsyan. Karsyan adalah tempat yang diperuntukan bagi petapa dan untuk orang-orang yang mengundurkan diri dari keramaian dunia dengan tujuan mendekatkan diri dengan dewa tertinggi. Karsyan dibagi menjadi dua bentuk yaitu patapan dan mandala.

Patapan memiliki arti tempat bertapa, tempat dimana seseorang mengasingkan diri untuk sementara waktu hingga ia berhasil dalam menemukan petunjuk atau sesuatu yang ia cita-citakan. Ciri khasnya adalah tidak diperlukannya sebuah bangunan, seperti rumah atau pondokan. Bentuk patapan dapat sederhana, seperti gua atau ceruk, batu-batu besar, ataupun pada bangunan yang bersifat artificial. Hal ini dikarenakan jumlah Resi/Rsi yang bertapa lebih sedikit atau terbatas. Tapa berarti menahan diri dari segala bentuk hawa nafsu, orang yang bertapa biasanya mendapat bimbingan khusus dari sang guru, dengan demikian bentuk patapan biasanya hanya cukup digunakan oleh seorang saja.

Istilah kedua adalah mandala, atau disebut juga kedewaguruan. Berbeda dengan patapan, mandala merupakan tempat suci yang menjadi pusat segala kegiatan keagamaan, sebuah kawasan atau kompleks yang diperuntukan untuk para wiku/pendeta, murid, dan mungkin juga pengikutnya. Mereka hidup berkelompok dan membaktikan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama dan nagara. Mandala tersebut dipimpin oleh dewaguru.

Pada masa Islam

Sistem pendidikan yang ada pada masa Hindu-Buddha kemudian berlanjut pada masa Islam. Bisa dikatakan sistem pendidikan pada masa Islam merupakan bentuk akulturasi antara sistem pendidikan patapan Hindu-Buddha dengan sistem pendidikan Islam yang telah mengenal istilah uzlah (menyendiri). Akulturasi tersebut tampak pada sistem pendidikan yang mengikuti kaum agamawan Hindu-Buddha, saat guru dan murid berada dalam satu lingkungan permukiman (Schrieke, 1957: 237; Pigeaud, 1962, IV: 484—5; Munandar 1990: 310—311). Pada masa Islam sistem pendidikan itu disebut dengan pesantren atau disebut juga pondok pesantren. Berasal dari kata funduq (funduq=Arab atau pandokheyon=Yunani yang berarti tempat menginap).

Bentuk lainnya adalah, tentang pemilihan lokasi pesantren yang jauh dari keramaian dunia, keberadaannya jauh dari permukiman penduduk, jauh dari ibu kota kerajaan maupun kota-kota besar. Beberapa pesantren dibangun di atas bukit atau lereng gunung Muria, Jawa Tengah.

Page 46: 13 maret 2013

Pesantern Giri yang terletak di atas sebuah bukit yang bernama Giri, dekat Gersik Jawa Timur (Tjandrasasmita, 1984—187). Pemilihan lokasi tersebut telah mencontoh ”gunung keramat” sebagai tempat didirikannya karsyan dan mandala yang telah ada pada masa sebelumnya (De Graaf & Pigeaud, 1985: 187).

Seperti halnya mandala, pada masa Islam istilah tersebut lebih dikenal dengan sebutan ”depok”, istilah tersebut menjadi nama sebuah kawasan yang khas di kota-kota Islam, seperti Yogyakarta, Cirebon dan Banten. Istilah depok itu sendiri berasal dari kata padepokan yang berasal dari kata patapan yang merujuk pada arti yang sama, yaitu “tempat pendidikan. Dengan demikian padepokan atau pesantren adalah sebuah sistem pendidikan yang merupakan kelanjutan sistem pendidikan sebelumnya.

Dari sini kita ketahui bahwa kedua sistem lama tersebut sama-sama memposisikan lembaga pendidikan di tempat yang tinggi. Sehingga masyarakatpun memandang lembaga pendidikan pada masa itu dengan pandangan yang berbeda. Dan sistem tersebut bisa dikatakan berhasil, bisa kita lihat sekarang bahwa Islam adalah agama terbesar di Indonesia yang hal itu merupakan hasil dari sistem yang diterapkan wali Songo di dalam dakwahnya.

Hal ini berbeda dengan yang terjadi sekarang. Sebagaimana kita ketahui bahwa kita mengadopsi sistem pendidikan dari barat yang dibawa oleh Belanda. Dan pada perkembangannya sistem tersebut telah berubah sedemikian rupa seperti saat ini. Perbedaan yang paling mencolok salah satunya adalah posisi sekolah di tengah masyarakat. Dimana sekarang ada yang dinamakan pendidikan formal yaitu sekolah, yang mana sekolah ini bukan lagi tempat sakral tempat dididiknya seseorang, tetapi sekolah lebih berarti tempat disampaikannya ilmu dari guru ke murid. sehingga sekolah sekarang terkesan hanya sekedar “formalitas” belaka.

Memang sekarangpun masih ada pondok pesantren yang merupakan warisan dari sistem lama. Tetapi tanpa ada legalisasi (mis: ijazah pondok pesantren setara dengan ijazah SMU) dan dukungan sepenuhnya dari pemerintah, maka semakin lama lembaga ini akan terkikis atau bahkan punah dari bumi Indonesia.

Dampak langsung terhadap profesi guru adalah pada pertanyaan siapakah guru itu? Kalau di masa Hindu-Buddha dan Islam guru adalah orang suci dengan segala kompetensi yang dimiliki, maka sekarang guru itu adalah orang yang bekerja secara formal dan mendapatkan gaji dari pekerjaan tersebut. Sehingga orientasi keduanya sudah jauh berbeda.

Kalau tulisan oleh Isti’anah Abubakar diatas menyatakan bahwa profesi guru tidak lagi digemari karena faktor ekonomi, maka hal itu benar sekali dan itu adalah konskuensi logis dari sistem yang diberlakukan di Indonesia saat ini.

Kesimpulanya beberapa faktor yang menjadikan profesi guru tidak lagi digemari masyarakat saat ini,

1. Rendahnya kompetensi guru di Indonesia sesuai dengan pemaparan dalam tulisan Isti’anah Abubakar.

2. Penerapan formalisasi sistem pendidikan Indonesia.

Page 47: 13 maret 2013

3. b. Solusi

Pada dasarnya kami setuju dengan solusi yang ditawarkan Isti’anah Abubakar diatas, tetapi kami ingin menambahkan sedikit yaitu  perlunya sistem yang mendukung seorang guru untuk melakukan sifat-sifat qona’ah dan tebalnya komitmen. Dan sistem tersebut untuk saat ini yang paling realistis adalah dukungan total terhadap pondok-pondok pesantren. Dukungan tersebut bisa berupa penggalian atas khazanah-khazanah sistem pendidikan di pondok pesantren terlebih lagi pondok pesantren salaf yang keberadaannya sudah seperti lembaga pendidikan asing yang tidak menjanjikan apa-apa.

Sedikit tambahan bahwa ustadz-ustadz pondok pesantren sampai saat ini masih mendapatkan posisi yang tinggi di dalam masyarakat. Lebih khusus lagi ustadz-ustadz pondok pesantren salaf.

Kontributor

Luqman Ahsanul Karom, Jurusan Bahasa Inggris, FKIP, Universitas Universitas Islam Malang.

Sumber

Jurnal “El-Harakah” Vol V, Universitas Islam Negeri Malang

http://arfhyuga.blogspot.com/2012/12/makalah-tentang-kompetensi-kepribadian.html 10.43

makalah tentang kompetensi kepribadian guru

BAB I

PENDAHULUAN

Page 48: 13 maret 2013

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada umumnya mempunyai masing-masing peran dalam kehidupan berkaitan dengan

keberadaan dirinya. Sebagai makhluk sosial tentunya setiap insan harus menerima penilaian dari orang-

orang di sekitarnya berdasarkan perilaku yang ditampilkannya baik secara individu maupun sosial.

Dimanapun seseorang berada pasti akan mendapat sorotan dari masyarakat di sekitarnya.

Terlebih lagi bagi seseorang yang mempunyai peran sebagai seorang guru. Posisi kehidupan guru

tentu akan mendapat penilaian yang beragam dari masyarakat di sekitarnya. Seorang guru dituntut

mempunyai dedikasi yang tinggi untuk menggeluti dunia keguruan. Seorang guru juga dituntut

memahami hakikat profesi keguruan yang tidak lepas dari persoalan individu dan sosial guru.

Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang

dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi masa depan. Untuk itu seorang guru

memerlukan suatu kompetensi dalam melaksanakan tugasnya. Suatu kompetensi kepribadian seorang

guru yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud kompetensi kepribadian?

2. Apa saja kompetensi kepribadian guru?

C. Tujuan

1. Untuk lebih memahami tentang kompetensi kepribadian bagi seorang guru

2. Untuk mengetahui apa saja kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru

D. Manfaat

Makalah ini dibuat guna memberikan informasi kepada para pendidik tentang kompetensi kepribadian

yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Page 49: 13 maret 2013
Page 50: 13 maret 2013

BAB II

ISI

A. Pengertian Kompetensi Kepribadian

Kata kompetensi secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu kecakapan atau kemampuan.

Dalam bahasa Arab kompetensi disebut dengan kafaah, dan juga al-ahliyah, yang berarti memiliki

kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya sehingga mempunyai kewenangan atau otoritas untuk

melakukan sesuatu dalam batas ilmunya.

Kompetensi dalam arti luas yaitu standar kemampuan yang diperlukan untuk menggambarkan

kualifikasi seseorang baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam melaksanakan tugasnya.

Istilah kepribadian dalam ilmu psikolgi mempunyai sifat hakiki yang tercermin pada sikap

seseorang. Kata kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu

personality. Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Ngainun Naim, kata personality mempunyai

pengertian sebagai sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dari orang lain.

Tugas seorang guru bukan hanya melaksanakan pembelajaran di sekolah, seorang guru juga

harus bisa menempatkan diri dalam masyarakat sesuai dengan perennya sebagai seseorang yang

dijadikan panutan.

WR Houston (1974:4) mengemukakan bahwa kecakapan kerja direalisasikan dalam perbuatan

yang bermakna, bernilai sosial dan yang memenuhi standar karakteristik tertentu yang diakui oleh

kelompok profesinya atau oleh warga masyarakatnya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian guru adalah

kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi yang khas dari guru itu sendiri berkaitan erat

Page 51: 13 maret 2013

dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur

sebagai panutan bagi peserta didiknya.

B. Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru

Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian

yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan peserta didik. Guru harus mempunyai

kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian. Aspek-aspek kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru

yaitu:

1. Mantap dan stabil yang memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan

etika yang berlaku, dan bangga sebagai guru.

2. Dewasa, yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja

sebagai guru.

3. Arif dan bijaksana, yaitu perilaku yang menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak,

menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat.

4. Berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik.

5. Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai

norma religious, jujur, ikhlas, dan suka menolong.

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education

mengemukakan kompetebsi pribadi guru sebagai berikut:

1. Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.

2. Pengetahuan tentang budaya dan tradisi.

3. Pengetahuan tentang inti demokrasi.

4. Pengetahuan tentang estetika.

Page 52: 13 maret 2013

5. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.

6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.

7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh

seorang guru adalah sikap yang mencerminkan pribadi yang berakhlak mulia, berwibawa, bijaksana,

dewasa, mantap dan stabil dalam menjalani tugasnya, memiliki pengetahuan berkaitan dengan

bidangnya sebagai seorang pendidik dan pembina, juga harus mempunyai etos kerja yang tinggi dalam

menjalankan tugasnya.

Page 53: 13 maret 2013

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi yang khas dari

guru itu sendiri berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia

yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai panutan bagi peserta didiknya.

2. kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sikap yang mencerminkan pribadi

yang berakhlak mulia, berwibawa, bijaksana, dewasa, mantap dan stabil dalam menjalani tugasnya,

memiliki pengetahuan berkaitan dengan bidangnya sebagai seorang pendidik dan pembina, juga harus

mempunyai etos kerja yang tinggi dalam menjalankan tugasnya.

B. Saran

Kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi seorang guru, baik

kompetensi pedagogik, profesional, dan sosial. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak

mempengaruhi minat peserta didik dalam mengikuti dan mengaplikasikan apa yang telah diajarkan oleh

guru. Pribadi guru yang santun, jujur, ikhlas, dan dapat diteladani mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap keberhasilan dalam pembelajaran.

Oleh karena itu, kita sebagai seorang guru dan calon guru harus memiliki aspek-aspek

kepribadian guru guna menghasilkan anak didik yang cerdas, pintar, terampil, dan memiliki kepribadian

yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang luhur.

Page 54: 13 maret 2013

DAFTAR PUSTAKA

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/22/kompetensi-kepribadian-guru/

http://www.referensimakalah.com/2012/01/mengenal-kompetensi-kepribadian-guru_196.html

http://www.m-edukasi.web.id/2012/04/kompetensi-kepribadian-guru.html

http://banjirembun.blogspot.com/2012/10/pengertian-kompetensi-kepribadian-guru.html

http://asminkarris.wordpress.com/2012/10/08/kompetensi-kepribadian-guru/

http://www.m-edukasi.web.id/2012/04/kompetensi-kepribadian-guru.html 10.44

Kompetensi Kepribadian Guru Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi kualitas masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang guru. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempenga-ruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. clip_image001%25255B5%25255D Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan

Page 55: 13 maret 2013

kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian adalah: Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru..... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2012/04/kompetensi-kepribadian-guru.htmlCopyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia