128859062 Konsep Dasar Aliran Fluida Word 2003 Doc

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu pipa di mana air yang sedang mengalir tidaklah sepenuhnya tertutup oleh batas yang kukuh, namun mempunyai permukaan bebas yang terbuka terhadap tekanan atmosfir dikenal sebagai saluran terbuka ( open channel ). Permukaan bebas itu seharusnya benar-benar dianggap sebagai  permukaan antara fluida yang bergerak (tanpa kecuali air dalam masalah tek nik hid raulis) dan uda ra yang dia m ata u sedang ber ger ak. Ben tuk  permukaan bebas ditentukan oleh gaya-gaya inersia, gaya berat dan tegangan per mukaan . Karena tegang an per muk aan tid ak per lu dalam  berbagai masalah praktek, pada dasarnya aliran saluran terbuka ditentukan oleh gaya berat terlepas dari inersia dan kekentalan. Aliran pipa berbeda dengan aliran saluran terbuka, karena tidak ada ny a per mukaa n bebas, ya itu aliran di dal am pip a terj adi di bawah tekanan. Pada umumnya penyelesaian masalah aliran saluran terbuka lebih sukar daripada masalah aliran pada pipa. Bentuk penampang dan bentuk kekasaran dalam hal saluran terbuka berbeda sekali daripada dalam hal  pipa. Kalau saluran dan talang laboraturium mempunyai bentuk yang teratur. Demikian juga dasar talang laboraturium dapat berbentuk halus, sedangkan batu-batuan besar, gelombang besar sering dijumpai pada dasar aliran dan salu ran ala mi. Kenya taan itu dii kuti den gan kesu lit an ya ng relatif lebih besar dalam mengumpulkan data lapangan secara teliti yang membuat analisa aliran saluran terbuka menjadi sukar. Sesungguhnya, kita harus sedikit lebih tergantung pada kenyataan dalam aliran saluran terbuka daripada dalam penyelesaian masalah aliran pipa. 1

description

dasar aliran fluida

Transcript of 128859062 Konsep Dasar Aliran Fluida Word 2003 Doc

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Suatu pipa di mana air yang sedang mengalir tidaklah sepenuhnya

    tertutup oleh batas yang kukuh, namun mempunyai permukaan bebas yang

    terbuka terhadap tekanan atmosfir dikenal sebagai saluran terbuka (open

    channel). Permukaan bebas itu seharusnya benar-benar dianggap sebagai

    permukaan antara fluida yang bergerak (tanpa kecuali air dalam masalah

    teknik hidraulis) dan udara yang diam atau sedang bergerak. Bentuk

    permukaan bebas ditentukan oleh gaya-gaya inersia, gaya berat dan

    tegangan permukaan. Karena tegangan permukaan tidak perlu dalam

    berbagai masalah praktek, pada dasarnya aliran saluran terbuka ditentukan

    oleh gaya berat terlepas dari inersia dan kekentalan.

    Aliran pipa berbeda dengan aliran saluran terbuka, karena tidak

    adanya permukaan bebas, yaitu aliran di dalam pipa terjadi di bawah

    tekanan. Pada umumnya penyelesaian masalah aliran saluran terbuka lebih

    sukar daripada masalah aliran pada pipa. Bentuk penampang dan bentuk

    kekasaran dalam hal saluran terbuka berbeda sekali daripada dalam hal

    pipa. Kalau saluran dan talang laboraturium mempunyai bentuk yang

    teratur. Demikian juga dasar talang laboraturium dapat berbentuk halus,

    sedangkan batu-batuan besar, gelombang besar sering dijumpai pada dasar

    aliran dan saluran alami. Kenyataan itu diikuti dengan kesulitan yang

    relatif lebih besar dalam mengumpulkan data lapangan secara teliti yang

    membuat analisa aliran saluran terbuka menjadi sukar. Sesungguhnya, kita

    harus sedikit lebih tergantung pada kenyataan dalam aliran saluran terbuka

    daripada dalam penyelesaian masalah aliran pipa.

    1

  • 1.2 Rumusan Masalah

    Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

    berikut:

    1. Saluran apa saja yang termasuk dalam saluran terbuka?

    2. Apa saja jenis-jenis aliran yang ada pada saluran terbuka?

    3. Persamaan dasar apa yang dipakai dalam perhitungan aliran fluida?

    4. Seberapa besar pengaruh kecepatan aliran dalam perhitungan kasus

    aliran fluida?

    5. Bagaimana jenis aliran mempengaruhi perbedaaan tekanan dalam

    vertikal?

    4.3 Tujuan Penulisan

    Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:

    1. Untuk mengetahui tentang jenis saluran terbuka serta cara kerja

    beberapa saluran.

    2. Untuk mengetahui tentang jenis aliran fluida dalam pipa dan

    menerangkan cara kerja beberapa faktor yang mempengaruhi kerja

    aliran.

    3. Menjelaskan cara kerja persamaan dasar dalam perhitungan beberapa

    kasus aliran fluida.

    4. Menerangkan bahwa kasus aliran fluida dalam kehidupan sehari-hari

    tidak lepas dari beberapa faktor diantaranya jenis aliran dan kecepatan

    aliran.

    2

  • BAB II

    ISI

    2.1 Klasifikasi Saluran Terbuka

    Saluran terbuka dapat diklasifikasikan sebagai buatan (artificial)

    atau alami (natural), tergantung pada apakah penampangnya dibuat oleh

    manusia atau sebaliknya. Sungai dan muara merupakan contoh dari

    saluran alami, sedangkan pembuangan air yang mengalir sebagian penuh

    dan saluran irigasi termasuk dalam kelompok saluran buatan.

    Suatu saluran yang memiliki penampang dan kemiringan yang

    tetap disebut saluran prismatic (prismatic channel); apabila salah satu

    kemiringan pada penampangnya berubah-ubah sepanjang saluran, makan

    saluran ini disebut saluran non prismatis (non prismatic channel).

    Suatu saluran dengan dasar dan sisi yang tidak dapat bergerak

    (misalnya saluran beton) dikenal sebagai saluran bertepi kukuh (rigid

    boundary channel). Apabila batas itu terdiri dari partikel sedimen lepas

    yang bergerak di bawah pengaruh air yang sedang bergerak, saluran itu

    dikenal sebagai saluran batas bergerak (mobile boundary channel).

    Saluran aluvial (alluvial channel) adalah saluran batas bergerak yang

    mengangkut jenis material yang sama, karena batas saluran itu terdiri dari

    3

  • material yang sama. Aliran pada saluran aluvial lebih rumit dibanding

    dengan aliran saluran bertepi kukuh.

    2.2 Klasifikasi Aliran

    Aliran saluran terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis

    yang berbeda berdasarkan kriteria yang berbeda seperti yang akan dibahas

    di bawah ini.

    2.2.1 Aliran Laminer dan Turbulen

    Gaya-gaya yang disebabkan oleh inersia, gravitasi dari kekentalan

    memerlukan pertimbangan dalam berbagai masalah praktek mengenai

    aliran saluran terbuka. Perbandingan gaya-gaya yang disebabkan oleh gaya

    Inersia, gravitasi dan kekentalan dikenal sebagai bilangan Reynolds (Re)

    ditulis sebagai berikut.

    Re = (2.1)

    Dimana : U = Kecepatan rata-rata aliran

    L = Panjang karakteristik (m)

    h untuk aliran terbuka

    D untuk aliran tertutup

    = Viskositas kinematik (m2/detik)

    Dalam hal ini diketahui bahwa aliran dengan harga Re yang rendah

    mengikuti garis edar tertentu yang dapat diamati dan ditandai dengan

    meluncurnya satu lapisan di atas lapisan yang lain kemudian dikenal

    4

  • sebagai aliran laminar (laminar flow). Campuran antara lapisan-lapisan

    fluida yang berbeda terjadi pada harga bilangan Reynolds yang lebih

    tinggi. Jenis aliran berikut dimana garis edar tertentu tidak dapat dilihat,

    dikenal sebagai aliran turbulen (turbulent flow). Jadi, dapat disimpulkan

    bahwa gaya kental yang terlalu kecil untuk meredam gangguan pada

    bilangan Reynolds yang tinggi mengakibatkan aliran menjadi turbulen.

    Gambar 2.1 Aliran Laminer dan Turbulen

    Untuk saluran tertutup Bilangan Reynolds telah dinyatakan

    sebagai:

    Re = (2.2)

    Sedangkan:

    R =

    D = 4R (2.3)

    Sehingga bilangan Reynolds dapat juga ditulis sebagai:

    Re = (2.4)

    Dimana : D = Diameter pipa (m)

    A = Luas penampang pipa (m2)

    5

  • P = Keliling basah (m)

    R = Jari-jari hidrolis (m)

    Aliran laminer tidak lagi mengalir didalam pipa apabila Re lebih

    besar daripada 2000. Sesuai dengan rumus bilangan Reynolds diatas

    dengan R = D/4, bilangan Reynolds kritis (critical Reynolds number),

    yaitu bilangan Reynolds dimana aliran berubah dari keadaan laminar,

    dapat diuraikan sebagai UR/ = 500. Percobaan-percobaan pada saluran

    terbuka, tentu saja telah menunjukkan bahwa aliran itu tetap laminar

    apabila Re 500 dan aliran itu menjadi turbulen apabila Re 2000. Di

    antara kedua batasan itu aliran berada dalam keadaan transisi.

    Dalam keadaan turbulen, peralihan atau Laminer untuk aliran

    dalam pipa (saluran tertutup) telah dikembangkan Rumus Darcy

    Weisbach.

    hf = (2.5)

    Dimana : hf = Kehilangan energi akibat gesekan (m)

    = f = Faktor gesekan

    L = Panjang pipa (m)

    U = Kecepatan rata-rata aliran (m/detik)

    g = Kecepatan gravitasi (m2/detik)

    D = Diameter (m)

    2.2.2 Aliran Subkritis dan Superkritis

    6

  • Perbandingan gaya-gaya inersia dengan gaya-gaya gravitasi (per

    satuan volume) dikenal sebagai bilangan Froude dan dapat ditulis sebagai

    berikut.

    F = (2.6)

    Dimana : V = Kecepatan rata-rata aliran (m/detik)

    g = Kecepatan gravitasi (m2/detik)

    L = Panjang karakteristik aliran (m)

    Dalam aliran saluran terbuka adalah lazim digunakan kedalaman

    hidraulis D (yang dirumuskan sebagai perbandingan luas penampang

    aliran dengan lebar permukaan air) sebagai panjang karakteristik.

    F = (2.7)

    Aliran itu dikatakan kritis apabila bilangan Froude sama dengan

    satu, aliran disebut subkritis apabila F < 1,0 dan superkritis apabila F >

    1,0. Aliran subkritis kadang-kadang dinamakan aliran tenang (tranquil

    flow), sedangkan istilah aliran cepat (rapid flow) dan aliran mengeram

    (shooting flow) juga digunakan untuk menyatakan aliran superkritis.

    Rumus perhitungan juga menunjukkan kecepatan gelombang

    pada permukaan bebas, yaitu C = . Kita dapat melakukan percobaan

    menjatuhkan batu pada aliran untuk memastikan dengan mudah jenis

    aliran pada talang laboraturium atau pada suatu lapangan saluran. Apabila

    kerikil dijatuhkan ke dalam aliran dan gelombang pada permukaan

    7

  • menyebar ke hulu dan ke hilir, aliran itu adalah subkritis. Hanya

    pergerakan ke hilir akibat gangguan itu menunjukkan aliran superkritis.

    Gambar 2.2 Gerak aliran akibat kecepatan gelombang suatu gangguan

    Selanjutnya aliran digolongkan ke dalam 4 (empat) rezim yang

    didasarkan pada Bilangan Froude dan Reynolds.

    1. Laminer Subkritis Jika F < 1 ; Re 500

    2. Laminer Superkritis Jika F > 1 ; Re 500

    3. Turbulen Subkritis Jika F < 1 ; Re 2000

    4. Turbulen Superkritis Jika F > 1 ; Re 2000

    Aliran itu adalah kritis apabila F = 1,0 dan selanjutnya aliran itu

    adalah dalam keadaan peralihan apabila 500 < Re < 2000.

    Aliran pada sebagian besar saluran dan sungai adalah subkritis.

    Aliran superkritis kebanyakan terjadi dengan cepat di bawah pelimpah

    (spillway), pada kaki saluran terjun dan tepat di hilir pintu pengambilan.

    Contoh 2.1

    8

  • Aliran air pada suatu saluran empat persegi dengan lebar 1,0 m,

    kedalaman 0,10 m dan kecepatan rata-rata alirannya 1,5 m/det. Tentukan

    keadaan aliran. = 10-6 m2/detik.

    Penyelesaian

    A = 1 . 0,1 = 0,1 m2

    P = 1 + 2 . 0,1 = 1,2 m

    R = = = 0,083

    Q = U A = 1,5 . 0,1 = 0,15 m3/detik

    Re = = = 12450 > 2000 (Aliran Turbulen)

    F = = = 1,5 > 1 (Aliran Superkritis)

    2.2.3 Aliran Tetap dan Tak Tetap

    Aliran pada saluran terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam jenis-

    jenis yang berbeda, tergantung pada perbedaan kedalaman dan kecepatan

    rata-rata dengan ruang dan waktu. Aliran disebut tetap (steady) apabila

    kedalaman aliran (h), debit (Q), dan kecepatan rata-rata aliran (U) pada

    setiap penampang tidak berubah menurut waktu. Apabila kuantitas ni

    berubah menurut waktu, aliran itu adalah tak tetap (unsteady). Menurut

    matematik, untuk aliran tetap,

    9

  • = 0

    = 0 (2.8)

    = 0

    Sedangkan aliran pada saluran irigasi adalah tetap untuk periode

    yang panjang, aliran dalam sungai selama banjir dengan perbedaan

    debitnya yang besar menurut waktu, adalah suatu contoh yang khas dari

    aliran tak tetap.

    2.2.4 Aliran Seragam dan Tak Seragam

    Aliran seragam (uniform flow) adalah sesuatu di mana kedalaman,

    debit dan kecepatan rata-rata sepanjang saluran tidak berubah pada setiap

    waktu yang dinyatakan. Kuantitas ini berubah sepanjang saluran dalam hal

    aliran tak seragam (non uniform flow). Apabila x adalah jarak, panjang

    saluran adalah:

    = 0

    = 0 (2.9)

    = 0

    untuk saluran seragam. Aliran tak seragam kadang-kadang juga disebut

    sebagai aliran berubah (varied flow). Aliran tak seragam lebih lanjut

    10

  • terbagi atas 2 aliran, yaitu aliran berubah berangsur (gradually varied

    flow) dan aliran berubah dengan cepat (rapidly varied flow) tergantung

    pada apakah perbedaan aliran ini berangsur atau cepat. Kedua aliran

    seragam dan tak seragam tersebut dapat bersifat tetap atau tak tetap, dan

    sesuai dengan hal itu, terdapat empat kombinasi ketetapan dan

    keseragaman yang mungkin terjadi dalam aliran, yaitu:

    1) Aliran tetap seragam (steady uniform flow)

    Apabila : = 0 atau = 0

    Tipe aliran ini disebut juga aliran beraturan

    2) Aliran tetap tidak seragam (steady non uniform flow)

    Apabila : = 0 atau 0

    Tipe aliran ini banyak dijumpai di dalam praktek yaitu aliran berubah

    lambat laun atau aliran berubah dengan cepat.

    3) Aliran seragam tidak tetap (unsteady uniform flow)

    Apabila : 0 atau = 0

    Tipe ini hampir tidak pernah terjadi.

    4) Aliran tidak seragam tidak tetap (unsteady non uniform flow)

    Apabila : 0 atau 0

    11

  • Aliran tetap seragam banyak dijumpai pada saluran tertutup

    khususnya aliran fluida dalam pipa. Sedangkan aliran tetap tidak seragam

    banyak dijumpai dalam aliran saluran terbuka.

    2.2.5 Aliran Satu-Dimensi, Dua-Dimensi dan Tiga-Dimensi

    Pada umumnya kecepatan fluida adalah fungsi dari koordinatnya

    dalam ruang, yaitu x, y dan z terlepas dari t. Jelasnya hal itu terpisah dari t

    apabila alirannya tetap. Suatu aliran di mana kecepatan tergantung pada

    letak menurut aliran air dan juga jarak titik itu dari dasar dan sesi adalah

    suatu aliran tiga-dimensi (three-dimensional flow). Maka jelaslah bahwa

    aliran pada suatu saluran yang sempit adalah tiga-dimensi.

    Apabila saluran itu sangat lebar dalam hubungannya dengan

    kedalaman, kecepatan pada setiap ketinggian dalam penampang secara

    praktis akan konstan. Dengan kata lain, kecepatan akan terpisah dari jarak

    sisi dinding, terkecuali jaraknya dekat dengan dinding, dimana pengaruh

    kekentalan adalah penting. Aliran yang demikian dinamakan aliran dua-

    dimensi (two-dimensional flow). Dalam aliran dua dimensi parameter-

    parameter aliran merupakan fungsi dari waktu dan jarak di dua koordinat

    ruang (misalnya x dan z) saja, misalnya aliran melalui suatu bendung atau

    di bawah bendung seperti pada gambar 2.3.

    Gambar 2.3 Aliran melalui bendung pelimpah (a) dan aliran dibawah bendung (b)

    12

  • Suatu analisis mengenai garis besar ciri-ciri aliran itu dipermudah

    dengan mengabaikan perbedaan kecepatan dalam penampang dan

    mengerjakannya dengan kecepatan penampang rata-rata. Analisis yang

    demikian, di mana hanya variasi kecepatan rata-rata yang dipertimbangkan

    secara efektif, dikenal sebagai analisis satu-dimensi (one-dimensional

    analysis).

    2.3 Persamaan Dasar

    Ketiga persamaan dasar dari mekanika fluida adalah persamaan

    kontinuitas, energi dan momentum serta pendamping ketiga persamaan

    dasar itu masing-masing adalah hukum kekekalan massa (law of

    conservation of mass), hukum kekekalan energi (law of conservation of

    energy) dan hubungan momentum-impuls. Ketiga persamaan dasar itu

    adalah sebagai berikut.

    2.3.1 Persamaan Kontinuitas

    Pertimbangkan suatu elemen 1-2-2-1 dengan panjang x dari suatu

    saluran terbuka, seperti pada gambar 2.4. Misalkan debit dan kedalaman

    ditandai berturut-turut oleh Q dan h pada pusat cc dari elemen itu pada

    setiap waktu t. Luas penampang adalah A dan lebar permukaan air adalah

    T pada potongan dan waktu tersebut. Aliran netto (bersih) ke dalam

    elemen itu dalam waktu t dapat ditulis sebagai:

    (2.10)

    Pertambahan volume dari elemen itu dalam waktu adalah:

    (2.11)

    Dengan menyamakan dua persamaan di atas dan membaginya ,

    persamaan kontinuitas dapat diperoleh sebagai:

    13

  • = 0 (2.12)

    Dengan menguraikan debit sebagai perkalian dari luas dan kecepatan rata-

    rata, kita memperoleh:

    = 0 (2.13)

    Gambar 2.4 Aliran debit melalui suatu elemen saluran

    Apabila saluran itu berbentuk empat persegi, A = Bh dan karena itu

    persamaan (2.13) berubah menjadi:

    = 0 (2.14)

    Apabila aliran itu tetap, kita dapat menulis dari persamaan (2.13).

    Q = A1 U1 = A2 U2 = A3 U3 = = konstan (2.15)

    Seandainya terdapat pengambilan atau penambahan ke arah

    samping sebesar qx per satuan panjang, persamaan (2.12) dapat diubah

    menjadi:

    = qx (2.16)

    14

  • Tanda positif (untuk qx) akan digunakan dalam hal penambahan air

    dan tanda negatif dalam hal pengambilan. Pelimpah luapan samping (side

    channel spillway) adalah suatu contoh dari aliran dengan penambahan air

    sepanjang saluran, sedangkan kisi dasar (bottom rack) menunjukkan

    contoh dalam hal pengambilan.

    2.3.2 Persamaan Energi

    Persamaan energi menurut Bernoulli untuk aliran tanpa gesekan

    dapat ditulis sebagai berikut.

    = konstan (2.17)

    Dimana : p = Tekanan pada setiap titik (N/m2)

    z = Ketinggian di atas bidang persamaan (m)

    Gambar 2.5 Prinsip Energi dan Momentum yang digunakan pada saluran terbuka

    Persamaan itu perlu diubah secara sesuai ke dalam hal aliran fluida

    nyata (real-fluid flows) untuk memperhitungkan kehilangan gesekan.

    Dengan menganggap aliran tak seragam dalam saluran terbuka seperti

    15

  • ditunjukkan dalam gambar 2.5, kita dapat menulis persamaan (2.17)

    sebagai:

    (2.18)

    Indeks 1 dan 2 menunjukkan berturut-turut titik 1 dan 2, dan

    adalah kehilangan tinggi tekan (head loss) antara kedua potongan tersebut.

    Kehilangan tinggi tekan dapat disebabkan oleh gesekan batas (boundary

    friction), tahanan bentuk (form resistance) dalam peralihan yang tiba-tiba,

    aliran yang melewati bodi yang terbenam dan lain-lain, atau disebabkan

    oleh turbulensi yang berlebihan seperti pada loncatan hidraulis. Dalam hal

    penentuan kehilangan tinggi tekan , yaitu satu masalah tantangan dalam

    mekanika fluida, dan dalam banyak hal, kurangnya kuantitas ilmu

    pengetahuan, sungguh membatasi penggunaan persamaan energi.

    Persamaan (2.18) dapat pula ditulis sebagai berikut.

    (2.19)

    dimana dinamakan energi spesifik (specific energy) dan sama dengan h

    + U2/2g atau total energi sehubungan dengan dasar saluran.

    2.3.3 Persamaan Momentum

    Dengan memulai dari hukum Newton kedua mengenai gerak, kita

    dapat memperoleh persamaan momentum yang menyatakan bahwa

    pengaruh dari semua gaya luar terhadap volume control dari cairan dalam

    setiap arah sama dengan besarnya perubahan momentum dalam arah itu,

    yaitu:

    (2.20)

    Sesuai dengan gambar 2.5 dan dengan mempertimbangkan volume kontrol

    1-2-3-4, Persamaan (2.20) dapat ditulis seperti ini.

    16

  • (2.21)

    Di sini P1 dan P2 adalah muatan hidrostatis pada potongan 1-4 dan

    2-3, W adalah berat volume control 1-2-3-4, adalah kemiringan dasar

    dengan garis mendatar, adalah gesekan batas terhadap panjang dan

    Fa adalah tahanan udara pada permukaan bebas. Pada umumnya, Fa dapat

    diabaikan, dan dalam hal ini Ef lazim pula diabaikan apabila kecil.

    Persamaan momentum mencapai kegunaannya yang paling besar

    apabila hilangnya energi tidak dapat diperhitungkan dan, karena alasan itu,

    persamaan energi tidak dapat digunakan. Untuk menjelaskan kegunaan

    persamaan momentum, mari kita pertimbangkan kasus apabila suatu aliran

    superkritis berubah menjadi aliran subkritis. Perubahan dari aliran

    superkritis ke aliran subkritis terjadi melalui loncatan hidraulis (hydraulic

    jump). Ada turbulensi yang berlebihan dan kehilangan energi yang besar

    dalam loncatan hidraulis.

    Gambar 2.6 Persamaan momentum yang digunakan dalam loncatan hidraulis

    Dengan mempertimbangkan suatu saluran empat persegi mendatar di

    mana loncatan hidraulis terjadi (gambar 2.6) dan menentukan

    dalam persamaan (2.21) kita memperoleh,

    (2.22)

    atau

    17

  • yaitu (2.23)

    Sedangkan dari persamaan kontinuitas,

    (2.24)

    Dengan menggabungkan Persamaan (2.23) dan (2.24),

    atau

    yaitu

    di mana

    Dengan menyederhanakan (2.25)

    kedalaman h1 dan h2 dikenal sebagai kedalaman berurutan (sequent depths)

    atau kedalaman konjugasi (conjugate depths).

    2.4 Koefisien Kecepatan

    Kecepatan aliran tetap konstan pada suatu penampang hanya dalam

    kasus aliran fluida sempurna yang non-kurvilinier. Dalam kasus aliran

    fluida nyata (real-fluid flow), kecepatan itu berubah-ubah sepanjang

    penampang. Kecepatan pada batas adalah sama dengan nol dan kecepatan

    itu bertambah dengan bertambahnya jarak dari batas. Perbedaan kecepatan

    yang demikian perlu dipertimbangkan dalam perhitungan energi kinetis

    dan dalam pertambahan momentum (momentum flux) pada suatu saluran

    terbuka.

    18

  • Energi kinetis dari suatu massa m yang mempunyai kecepatan U

    adalah mU2/2. Dengan mempertimbangkan suatu saluran dengan luas A,

    dimana u adalah kecepatan pada bagian luas dA, kita dapat menulis total

    energi kinetis sebagai berikut.

    (2.26)

    Perbandingan antara energi kinetis yang dihitung menggunakan

    persamaan (2.26) dan energi kinetis yang dihitung dengan menggunakan

    kecepatan rata-rata U pada penampang yang diberi tanda dinamakan

    faktor koreksi energi (energy correction factor). Karena energi kinetis

    berdasarkan kecepatan rata-rata pada penampang adalah:

    (2.27)

    Persamaan (2.26) dan (2.27) menghasilkan:

    (2.28)

    Apabila aliran dua-dimensi seperti pada saluran empat persegi

    yang lebar, A = Bh dan dA = Bdy, y adalah jarak dari dasar. Sesuai dengan

    hal itu, persamaan (2.28) berubah menjadi:

    (2.29)

    Apabila dan U diketahui, maka energi kinetis yang benar dapat

    dihitung sebagai:

    Kita dapat mengintegralkan persamaan (2.28) atau persamaan

    (2.29) dan memperoleh apabila kecepatan u diketahui sebagai fungsi y

    secara aljabar. Apabila harga diketahui untuk suatu aliran tertentu, energi

    19

  • kinetis dapat dievaluasi dari persamaan (2.27) sehingga persamaan energi

    menjadi:

    (2.30)

    dan (2.31)

    Pertambahan momentum dari besarnya aliran massa m pada

    kecepatan tetap U adalah mU. Seandainya kecepatan itu berbeda sepanjang

    penampang, kita dapat menulis sebagai:

    Pertambahan momentum (2.32)

    Apabila pertambahan momentum digambarkan menurut kecepatan

    rata-rata dengan mengabaikan perbedaan kecepatan di sepanjang

    penampang, momentum itu dapat ditulis sebagai:

    Pertambahan momentum (2.33)

    Perbandingan dari pertambahan momentum yang dihitung dengan

    menggunakan persamaan (2.32) dan (2.33) ditandai dengan , yang

    dinamakan faktor koreksi momentum (momentum correction factor),

    yaitu:

    (2.34)

    dan untuk aliran dua-dimensi

    (2.35)

    Persamaan (2.34) dan (2.35) dapat diintegralkan untuk distribusi

    kecepatan yang diketahui dan dievaluasi, oleh karena itu, pertambahan

    momentum dapat dihitung dari kecepatan rata-rata yang diketahui sebagai

    20

  • U2A. Dengan demikian persamaan momentum dapat ditulis dalam

    bentuk yang telah dirubah.

    (2.36)

    Dalam hal ini dapat dilihat bahwa selalu > > 1,0. Jelaslah

    bahwa apabila perbedaan kecepatan ditandai di sepanjang saluran, dan

    adalah lebih besar daripada satu. Oleh sebab itu, harga dan dalam

    aliran laminar pada umumnya lebih besar daripada dalam aliran turbulen.

    Bahkan dalam kasus aliran turbulen harga dan yang tinggi dapat

    diperoleh dalam saluran yang berbentuk ganjil, atau apabila aliran terpusat

    pada satu bagian dari penampang. Namun pada umumnya dalam aliran

    turbulen dan berturut-turut sekitar 1,10 dan 1,05 (atau bahkan lebih

    kecil) dan adalah hal yang lazim untuk diandaikan bahwa hal ini

    digabungkan dalam sebagian besar masalah. Secara menarik, pengukuran

    dalam saluran irigasi yang lengkung telah menunjukkan bahwa harga

    dan hanya dalam jarak yang terdahulu.

    Contoh 2.2

    Distribusi kecepatan pada suatu saluran empat persegi yang lebar

    dapat diperkirakan dengan persamaan u = 0,4 + 0,6y/h m/det. Tentukan U,

    dan apabila h = 1,0 m.

    Penyelesaian

    21

  • 2.5 Perbedaan Tekanan Dalam Vertikal

    Intensitas tekanan pada setiap titik dalam suatu bodi cairan yang

    statis sama dengan perkalian dari kedalaman titik itu dari permukaan

    bebas, percepatan gravitasi dan berat jenis massa dari cairan. Jenis

    distribusi tekanan ini dikenal sebagai distribusi hidrostatis (hydrostatic

    distribution). Pada umumnya distribusi hidrostatis berlaku pada fluida

    yang sedang mengalir hanya apabila percepatan normalnya sama dengan

    nol (suatu kondisi yang diperoleh apabila garis aliran adalah lurus).

    Meskipun demikian, dalam berbagai keadaan garis aliran lengkung dapat

    diabaikan, dengan cara demikian adalah mungkin membuat pengandaian

    distribusi hidrostatis tanpa kehilangan ketelitian yang cukup besar.

    Apabila jenis aliran adalah lengkung, distribusi tekanan berbeda

    dari hidrostatis disebabkan oleh gaya-gaya sentrifugal. Di dalam aliran

    dengan lengkungan cekung, gaya-gaya ini menyebabkan tekanan menjadi

    22

  • lebih besar dibandingkan dengan harga hidrostatis yang bersangkutan,

    pertambahan itu secara langsung adalah sebanding dengan kuadrat

    kecepatan dan berbanding terbalik dengan jari-jari lengkungan. Dalam

    kasus aliran dengan lengkungan cembung, gaya sentrifugal menyebabkan

    tekanan menjadi lebih kecil dibandingkan hidrostatis. Secara umum, kita

    dapat mengatakan bahwa tekanan p = Kgh dimana h adalah kedalaman

    aliran di atas titik yang sedang diper- dengan satu, untuk garis aliran

    cembung lebih kecil daripada satu dan untuk garis aliran cekung lebih

    besar daripada satu. Dalam hal ini lazim mengandaikan K sama dengan

    satu walaupun di bawah keadaan aliran berubah berangsur karena dalam

    hal ini lengkungan garis aliran sangat kecil. Meskipun demikian, apabila

    distribusi tekanan adalah non-hidrostatis, persamaan momentum dan

    energi perlu dirubah dengan sesuai untuk mempertimbangkan perbedaan

    tekanan ini.

    Pada umumnya, kedalaman aliran h diukur sebagai jarak vertikal

    dari permukaan air dengan dasarnya. Muatan hidrostatis dalam arah aliran

    sering diperlukan dalam penggunaan persamaan momentum, yaitu gh2/2

    per satuan lebar dari saluran empat persegi.

    Gambar 2.7 Distribusi muatan hidrostatis pada saluran yang curam

    23

  • Untuk kemiringan yang kecil, 1,0 dan sehingga kita

    dapat memperkirakan muatan sebagai gh2/2, seperti telah dilakukan

    dalam sebagian besar problem. Akan tetapi, saluran dengan kemiringan

    yang curam, muatan itu perlu dihitung sebagai gh2/2 .

    24

  • BAB III

    KESIMPULAN

    Dari uraian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan:

    1. Saluran terbuka diklasifikasikan menjadi beberapa saluran, tergantung

    pada penampang itu dibuat atau sebaliknya, kemiringan penampang yang

    tetap atau berubah-ubah dan saluran dengan dasar dan sisi yang tidak dapat

    bergerak atau sebaliknya.

    2. Aliran saluran terbuka dikelompokkan ke dalam jenis-jenis yang berbeda

    berdasarkan kriteria yang berbeda serta gaya-gaya yang mempengaruhi

    cara kerja aliran.

    3. Persamaan-persamaan dasar pada perhitungan aliran fluida menentukan

    besarnya debit aliran yang melewati saluran, besarnya kehilangan tinggi

    tekan dan perubahan jenis aliran.

    4. Kecepatan aliran berperan penting dalam berbagai kasus aliran fluida

    khususnya dalam perhitungan energi kinetis dan dalam pertambahan

    momentum berdasarkan perbedaan kecepatan.

    5. Perbedaan tekanan dalam vertikal tergantung dari bentuk aliran yang

    menyebabkan distribusi muatan pada saluran.

    25

  • DAFTAR PUSTAKA

    Chow, V.T. 1992. Hidrolika Saluran Terbuka (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

    Laufer, J. The structure of turbulence in fully developed pipe flow. NACA T.N.

    2954. 1953.

    Ronald V, Giles. 1993. Mekanika Fluida & Hidrolika. Jakarta : Erlangga

    Singh, R.P. Establishment of flow in open channels. M.E. Thesis. University of

    Roorkee. India. 1972.

    Watts, F.J., Simons, D.B. and Richardson, E.V. Variation of and values in a

    lined open channel. Jour. of Hyd. Div. Proc. ASCE. 1967.

    26