12406690 Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah Pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab...

download 12406690 Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah Pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab Bantul Prov Yogyakarta

of 48

description

air tanah

Transcript of 12406690 Bab III Studi Hidrogeokimia Airtanah Pada Berbagai Kondisi Akuifer Bebas Kec Imogiri Kab...

BAB III KONDISI FISIK DAERAH PENELITIAN 3.1. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Berdasarkan konsepsi geomorfologi, daerah penelitian merupakan bagian graben yang berbatasan langsung dengan bidang patahan (horst) dari Perbukitan Baturagung berada di sisi timur di daerah penelitian. Kecamatan Imogiri termasuk salah satu dari 17 kecamatan yang ada di wilayah administrasi Kabupaten Bantul. Menurut Santosa dan Adji (2006); Kabupaten Bantul merupakan Dataran FluvioVolkan (Fluvio-Volcanic Plain) Gunungapi Merapi Muda, yang secara morfostruktur merupakan sebuah graben. Sebuah graben yang di bagian atasnya merupakan deposisi bahan-bahan aluvium pengendapan material piroklastik hasil erupsi gunungapi. Graben tersebut di kanan dan kirinya dibatasi oleh sebuah dinding patahan (horst), yaitu dinding patahan Perbukitan Baturagung di bagian Timur, dan dinding patahan Perbukitan Menoreh di bagian Barat. Secara astronomis wilayah administrasi Kecamatan Imogiri berdasarkan Peta Rupa Bumi Digital, skala 1:25.000, Tahun 1999, lembar 1408-221 wilayah Bantul dan 1408-222 wilayah Imogiri terletak antara 428950 mT dan 436750 mT serta 9118720 mU dan 9127200 mU. Georefensi peta administrasi daerah penelitian tersebut yaitu UTM (Universal Transverse Mercator) dengan Datum Horizontal WGS 84. Wilayah Kecamatan Imogiri meliputi 8 administrasi desa, yaitu Desa Wukirsari, Imogiri, Karang Talun, Girirejo, Kebon Agung, Karang Tengah, Sriharjo, dan Selopamioro. Menurut data PODES (2003), luas Kecamatan Imogiri adalah 5.092,77 Ha atau 50,93 km2. Hasil pembagian luasan daerah tiap satuan administrasi dalam satuan cakupan administrasi desa, yang meliputi pembagian luasan daerah penelitian disajikan dalam Tabel 3.1.39Tabel 3.1. Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Imogiri, Kabupaten BantulNO DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI Luas (Ha) Luas (km2)1 2 3 4 5 6 7 8Kebon Agung Karang Tengah Girirejo Karang Talun Imogiri Wukirsari Sriharjo Selopamioro Total LuasIMOGIRI IMOGIRI IMOGIRI IMOGIRI IMOGIRI IMOGIRI IMOGIRI IMOGIRIBANTUL BANTUL BANTUL BANTUL BANTUL BANTUL BANTUL BANTULD.I. Yogyakarta D.I. Yogyakarta D.I. Yogyakarta D.I. Yogyakarta D.I. Yogyakarta D.I. Yogyakarta D.I. Yogyakarta D.I. Yogyakarta190,78 302,36 304,14 116,40 97,21 1.481,11 570,32 2.030,45 5.092,771,91 3,02 3,04 1,16 9,72 14,81 5,70 20,30 50,93Sumber: Potensi Desa (PODES), 2003Daerah penelitian menggunakan batas wilayah administrasi kecamatan. Hasil interpretasi berdasarkan peta administrasi daerah penelitian, maka batas administrasi daerah penelitian yang termasuk daerah administrasi Kabupaten Bantul, Provinsi D. I. Yogyakarta ini secara geografis, yaitu: Utara : Desa Segoroyoso, Bawuran, dan Wonolelo Kecamatan Pleret dan Desa Trimulyo Kecamatan Jetis. Selatan : Desa Giri Tirto Kecamatan Purwosari, Desa Giriharjo dan Girisuko Kecamatan Panggang Kabupaten Gunungkidul. Barat Timur : Desa Sumber Agung, Canden Kecamatan Jetis, Desa Seloharjo dan Srihardono Kecamatan Pundong. : Desa Muntuk, Mangunan Kecamatan Dlingo dan Desa Banyusoco Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan letak, luas dan batas daerah penelitian secara spasial disajikan dalam peta administrasi daerah penelitian pada Gambar 3.1.40430000 mT4199 58 m T 429957 mT 4399 56m T435000 mT9139086IN S E TK ABU PATEN SLEMAN91390 86 m UKO M TA ADYA D.I. YO GYAK ARTAKECAMATAN PLERETKECAMATAN JETIS9129087 m U912 9087K ABUP ATEN BANTU L KABUPATEN K ULONPROG O91190 88 m U9119088D S #WUKIRSARI 9125000 mUKABUPATE N G NUNGK UL U IDSAM UDR A HI NDI A4199 58 429957Daera h Penelit ia n4399 569125000IMOGIRIS #DS #D Y #CKARANGTALUND# SS #DKEBON AGUNG GIRIREJOS #DKABUPATEN BANTULKECAMATAN IMOGIRI KARANG TENGAHKECAMATAN DLINGODS #o OySRIHARJOSung a i O pakn Su Dga iS #9120000 mU9120000SELOPAMIOROKECAMATAN PUNDONGKABUPATEN GUNUNGKIDUL430000435000PETA ADMINI STRASIKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAU0Proyeksi : Transverse Mercator Sistem Grid : Unit Transverse Mercator Datum Horizontal : WGS 84 Zone : 49 M1 2 3KMLEGENDAY # D S #CCamat Desa Kontur Topografi SungaiTransportasiJalan Kolektor Jalan Lokal Jalan SetapakPemukiman Batas Administrasi DesaKecamatan KabupatenSumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999 Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450Gambar 3.1. Peta Administrasi Daerah Penelitian413.2.Iklim Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca dalam periode yang panjang,menekankan pada keadaan atmosfer yang menyelubungi permukaan bumi (Bayong, 1995). Unsur-unsur iklim adalah kecepatan angin, curah hujan, dan temperatur. Penentuan tipe iklim ditentukan dengan klasifikasi menurut Mohr (1933), berdasarkan data curah hujan dan temperatur, sedangkan untuk penentuan tipe curah hujan digunakan klasifikasi tipe curah hujan menurut Schmidt & Fergusson (1951), berdasarkan jumlah rerata bulan basah dan jumlah rerata bulan kering. Curah hujan merupakan salah satu variabel iklim yang sangat menentukan masukan (input) sistem airtanah dalam suatu siklus hidrologi. Keadaan alam disuatu wilayah dengan wilayah yang lain berbeda, faktor yang mempengaruhi besarnya curah hujan juga berbeda. Hal ini berarti dalam konsep keruangan akan timbul agihan kawasan curah hujan yang dapat dihitung dengan metode seperti metode Isohyet, Poligon Theissen, dan Aritmatik. Metode isohyet digunakan dalam penentuan agihan kawasan curah hujan di daerah penelitian. Metode ini digunakan karena daerah penelitian memiliki kondisi topografi dataran hingga perbukitan. Menurut Bayong (1995); Faktor iklim yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membedakan iklim di suatu tempat adalah radiasi matahari yang disebut sebagai kendali iklim. Matahari sebagai kendali iklim sangat penting dan sumber energi di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang lain, misalnya distribusi radiasi matahari darat dan air, tekanan tinggi dan tekanan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut, dan badai.3.2.1. Curah Hujan Stasiun klimatologi pada daerah penelitian meliputi stasiun klimatologi Dogongan, Terong, dan Barongan. Data curah hujan yang digunakan untuk penentuan tipe iklim antara tahun 1986-2006. Data curah hujan tersebut akan digunakan untuk mengetahui tipe curah hujan di daerah penelitian dengan42sebelumnya dicari besar nilai curah hujan bulanan masing-masing tahun untuk menentukan banyak bulan kering dan bulan basah.Tabel 3.2. Curah Hujan Daerah Penelitian Tahun 1986 - 2006Nama Stasiun Hujan No Waktu (Bulan) Terong 200 mdpal 49 M 0439557 9127700 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Febrari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 343,9 225,0 185,7 94,5 52,4 41,2 27,7 13,5 3,4 48,7 98,2 153,4 1287,5 Dogongan 286 mdpal 49 M 0432062 9120536 291,0 289,9 191,6 89,0 43,9 49,6 22,9 14,8 14,3 117,0 187,7 285,6 1597,3 Barongan 60 mdpal 49 M 0431017 9125323 409,2 304,9 340,2 113,4 33,8 25,6 15,0 4,3 3,5 61,6 155,1 298,7 1765,2Curah Hujan Tahunan (mm/thn)Sumber: Hasil Perhitungan & Dinas Pengairan Umum Yogyakarta, 2008Berdasarkan Tabel 3.2. dijelaskan bahwa daerah penelitian memiliki hujan tahunan maksimum sebesar 1765,2 mm/tahun yang dijumpai pada Stasiun Barongan dan memiliki curah hujan tahunan minimum sebesar 1287,5 mm/tahun yang dijumpai pada Stasiun Terong, maka pembagian distribusi hujan wilayah di daerah penelitian dijelaskan pada Gambar 3.2.43430000 mT4199 58m T 429957 mT 4399 56m T435000 mT9139086IN S E TK ABUPATEN SLEMAN91390 86 m U14 50KO M TA ADYA D.I. YO GYAK ARTAKECAMATAN PLERET1500KECAMATAN JETIS0 14 09129087 m U912 9087K ABU P ATEN BANTU L KABUPA TEN K ULONPROG O155091190 88 m U9119088D S #WUKIRSARI 9125000 mUKABUPATE N G NUNGK UL U IDSAM UDR A HI NDI A4199 58 429957Daera h Pen elit ia n4399 569125000IMOGIRI1600S #D1750S #D Y #CKARANGTALUND# SD S #KEBON AGUNG1700GIRIREJOS #DKABUPATEN BANTUL1650KECAMATAN DLINGOKARANG TENGAHDS #o OySRIHARJO0 155Sung a i O pakn Su Dga iS #9120000 mU9120000SELOPAMIOROKECAMATAN PUNDONG16 00KABUPATEN GUNUNGKIDUL4300001 60 0435000PET A I SOHY ETKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAU0Proyeksi : Transverse Mercator Sistem Grid : Unit Transverse Mercator Datum Horizontal : WGS 84 Zone : 49 M1 2 3KMLEGENDAY # D S #CCamat Desa Isohyet Kontur Topografi SungaiTransportasiJalan Kolektor Jalan Lokal Jalan SetapakBatas Administrasi DesaKecamatan KabupatenSumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999 3. Data Curah Hujan Dinas Pengairan Umum, Tahun 1986 - 2006 Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450Gambar 3.2. Peta Isohyet Daerah Penelitian443.2.2. Temperatur Kondisi temperatur di daerah penelitian berdasarkan data Stasiun Klimatologi Terong, Dogongan dan Barongan. Data tersebut merupakan data sekunder dari Dinas Pengairan Umum Yogyakarta antara tahun 1986-2006. Masing-masing stasiun tersebut memiliki elevasi yang berbeda, dimana Stasiun Klimatologi terong memiliki elavasi 200 mdpal, Stasiun Klimatologi Dogongan memiliki elevasi 286 mdpal, dan Stasiun klimatologi Barongan memiliki elevasi 60 mdpal. Menurut Mock (1973) dalam Bayong (1995), menyatakan bahwa perbedaan elevasi akan mempengaruhi suhu di suatu wilayah, dimana setiap kenaikan elevasi sebesar 100 mdpal akan menurunkan temperatur sebesar 0,6 0C. Asumsi tersebut mendukung untuk mengetahui perhitungan suhu udara di suatu wilayah yang tidak memiliki data suhu udara. Metode Mock (1973) dalam Bayong (1995), sebagai berikut:T = 0,006( Z 1 - Z 2 ) (Mock, 1973 dalam Bayong 1995)keterangan, T merupakan perbedaan temperatur udara antara elevasi Z1 dengan Z2 dari setiap stasiun klimatologi, Z1 merupakan elevasi stasiun klimatologi di atas muka air laut yang diketahui data suhunya, dan Z2 merupakan elevasi stasiun klimatologi di atas muka air laut yang akan ditentukan.Tabel 3.3. Suhu Daerah Penelitian Tahun 1986-2006Nama Stasiun Hujan No Waktu (Bulan) Terong 200 mdpal 49 M 0439557 9127700 1 2 3 Januari Febrari Maret 26,15 26,19 26,74 Dogongan 286 mdpal 49 M 0432062 9120536 25,63 25,67 26,23 Barongan 60 mdpal 49 M 0431017 9125323 26,99 27,03 27,58Sumber: Hasil Perhitungan & Dinas Pengairan Umum Yogyakarta, 200845Lanjutan Tabel 3.3.Nama Stasiun Hujan No Waktu (Bulan) Terong 200 mdpal 49 M 0439557 9127700 4 5 6 7 8 9 10 11 12 April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 27,29 26,37 26,15 25,63 26,06 26,21 26,47 26,13 26,27 26,30 Dogongan 286 mdpal 49 M 0432062 9120536 26,78 25,85 25,63 25,12 25,54 25,69 25,95 25,62 25,76 25,79 Barongan 60 mdpal 49 M 0431017 9125323 28,13 27,21 26,99 26,47 26,90 27,05 27,31 26,97 27,11 27,14Suhu Rerata Tahunan (mm/thn)Sumber: Hasil Perhitungan & Dinas Pengairan Umum Yogyakarta, 2008Hasil perhitungan, besarnya temperatur pada masing-masing lokasi stasiun disajikan pada Tabel 3.3. Berdasarkan tabel diatas, dijelaskan bahwa suhu rerata tahunan minimum sebesar 25,79 oC di Stasiun Dogongan, sedangkan suhu tertinggi sebesar 27,14 oC di Stasiun Klimatologi Barongan, maka garis yang menghubungkan suhu di daerah yang sama (isoterm) di daerah penelitian dijelaskan pada Gambar 3.3.46430000 mT4199 58m T 429957 m T 4399 56m T435000 mT9139086IN S E TK ABU PATEN SLEMAN91390 86 m UKO M TA ADYA D.I. YO GYAK ARTAKECAMATAN PLERETKECAMATAN JETIS26.609129087 m U912 908726.40K ABU P TEN A BANTU L KABUPATEN K ULONPROG O91190 88m U9119088D S #WUKIRSARI 9125000 mUKABUPATE N G UNUNGK UL IDSAM UDR A HI NDI A4199 58 429957Daera h Penelit ia n4399 569125000IMOGIRI27.0 0S #DS #D Y #CKARANGTALUND# S26.80D S #GIRIREJOKEBON AGUNG26.40S #DKABUPATEN BANTULKECAMATAN IMOGIRIKECAMATAN DLINGOKARANG TENGAH0 26 .2DS #SRIHARJO00 26.ga iOySung a i Opakon Su DS #9120000 mU9120000SELOPAMIOROKECAMATAN PUNDONGKABUPATEN GUNUNGKIDUL430000435000PET A I SOT ERMKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAU0Proyeksi : Transverse Mercator Sistem Grid : Unit Transverse Mercator Datum Horizontal : WGS 84 Zone : 49 M1 2 3KMLEGENDAY # D S #CCamat Desa Isoterm Kontur Topografi SungaiTransportasiJalan Kolektor Jalan Lokal Jalan SetapakBatas Administrasi DesaKecamatan KabupatenSumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999 3. Data Suhu Dinas Pengairan Umum, Tahun 1986 - 2006 Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450Gambar 3.3. Peta Isoterm Daerah Penelitian473.2.3. Tipe Iklim Tipe iklim di daerah penelitian ditentukan berdasarkan pada klasifikasi iklim menurut Schmidt & Fergusson (1951). Penentuan tipe iklim dilakukan dengan menghitung besarnya nilai Q, nilai tersebut merupakan perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah rerata bulan basah. Bulan basah merupakan bulan yang memiliki jumlah hujan bulanan lebih besar dari 100 mm, sedangkan bulan kering merupakan bulan yang memiliki jumlah hujan lebih kecil dari 60 mm. Penggolongan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Fergusson (1951), didasarkan pada nilai Q yang dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah rerata bulan basah dalam setahun dikalikan 100%.jumlah reratabula n ker ing x 100 % (Schmidt dan Fergusson, 1951 dalam Bayong 1995) jumlah reratabula n basahQ=Tabel 3.4. Kriteria Penentuan Tipe Iklim Bedasarkan Klasifikasi Schmidt & FergussonTipe Iklim Nilai Q (%) A Q 14,3 B 14,3 Q < 33,3 C 33,3 Q < 60 D 60 Q < 100 E 100 Q < 167 F 167 Q < 300 G 300 Q < 700 H Q 700 Sumber:Schmidt dan Fergusson, 1951 dalam Bayong Kondisi Iklim Sangat Basah Basah Agak Basah Sedang Agak Kering Kering Sangat Kering Luar Biasa KeringDistribusi curah hujan selain dipandang dari aspek keruangannya dapat juga dipandang dari aspek tipe hujannya. Klasifikasi tipe hujan atas dasar jumlah rerata bulan kering dan bulan basah. Kriteria untuk menentukan bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering dihitung berdasarkan klasifikasi Mohr (1933) dalam Bayong (1995), sebagai berikut: 1. Bulan basah adalah suatu bulan yang hujannya lebih besar dari 100 mm, dimana curah hujan lebih besar dari penguapan.482. Bulan lembab adalah suatu bulan yang curah hujannya lebih besar 60 mm tetapi lebih kecil 100 mm, dimana curah hujan sama dengan penguapan. 3. Bulan kering adalah suatu bulan yang curah hujannya lebih kecil 60 mm, dan curah hujan lebih kecil dari pengupan.Tabel 3.5. Jumlah Rerata Bulan Kering dan Bulan Basah Daerah Penelitian Tahun 1986-2006No 1 2 3 Stasiun Hujan Terong Dogongan Barongan Elevasi (mdpal) 200 286 60 Koordinat UTM X 439557 432062 431017 Y 9127700 9120536 9125323 Jumlah Bulan Kering 1 150 109 122 Jumlah Bulan Basah 2 87 117 114 Nilai Q (%) 3 = 1/2 172 93 107 Tipe Iklim 4 F D E Kondisi Iklim 5 Kering Sedang Agak KeringSumber: Hasil Perhitungan & Dinas Pengairan Umum Yogyakarta, 2008Berdasarkan hasil perhitungan nilai Q, masing-masing stasiun hujan memiliki tipe iklim yang berbeda-beda. Stasiun Klimatologi Barongan memiliki tipe iklim E, maka kondisi iklim agak kering, Stasiun Hujan Dogongan dengan tipe iklim D yang berarti memiliki kondisi iklim sedang, dan begitupula Stasiun Hujan Terong yang memiliki tipe iklim F, hal ini berarti daerah tersebut memiliki iklim kering. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya hubungan antara kendali iklim dengan unsur iklim di daerah penelitian yang dijelaskan pada Gambar 3.4. dan pembagian distribusi spasial berupa Peta Tipe Iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt-Fergusson disajikan pada Gambar 3.5.KENDALI IKLIM1. Distribusi radiasi matahari darat dan air 2. Sel tekanan tingi dan rendah 3. Massa Udara 4. Pegunungan 5. Arus laut; dan 6. BadaiUNSUR IKLIM1. Suhu 2. Endapan 3. Kelembaban Udara 4. Tekanan Udara 5. AnginJenis Cuaca dan IklimGambar 3.4. Hubungan antara Kendali Iklim dengan Unsur Iklim (Bayong, 1995)49430000 mT419958 m T 429957 m T 4 39956 mT435000 mT9139086INSETK ABUPATEN SLEMAN913908 6 m UK T AMADYA O D.I. YOG YAKARTAKECAMATAN PLERET1KECAMATAN JETIS91 29087 mU9 1290873 1K ABUPATEN BAN TUL K ABU PATEN K LO RO U NP GO9119088 m U9119088S #DWUKIRSARI 9125000 mUKABUPA TEN GUNUN G I DUL KSAM U DR AHI ND IA419958 429957Da er ah Penelit ian4 3995691250003 IMOGIRI1S #DS #D Y #C3 3DKARANGTALUND# SS #KEBON AGUNG GIRIREJOS #DKABUPATEN BANTULKECAMATAN IMOGIRI KARANG TENGAH SRIHARJOKECAMATAN DLINGOD 3Su n g ai OpakS #o Oy3ng ai2SuD S # 239120000 mU91200003 2SELOPAMIOROKECAMATAN PUNDONG2KABUPATEN GUNUNGKIDUL430000435000PETA TIPE IKLIMKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAU0Proyeksi : Transverse Mercator Sistem Grid : Unit Transverse Mercator Datum Horizontal : WGS 84 Zone : 49 M1 2 3KMLEGENDAY # D S #CCamat Desa Kontur Topografi SungaiKlasifikasi Tipe Iklim Schmidt - Fergusson1 2 3Tipe Iklim F / Kering Tipe Iklim D / Sedang Tipe Iklim E / Agak KeringBatas Administrasi DesaKecamatan KabupatenTransportasiJalan Kolektor Jalan Lokal Jalan SetapakSumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999 3. Data JumlahRerata Bulan Kering & Basah Dinas Pengairan Umum, Tahun 1986 - 2006 4. Klasifikasi Schmidt - Fergusson, Tahun 1951 Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450Gambar 3.5. Peta Tipe Iklim Daerah Penelitian503.3.Geologi dan Geomorfologi Kondisi geologi daerah penelitian dipengaruhi oleh keberadaan aktivitas3.3.1. Geologi vulkanik dan perbukitan. Aktivitas vulkanik terbentuk dari letusan Gunungapi Merapi pada wilayah utara dan sebelah timur aktivitas Perbukitan Baturagung. Menurut Sudarmadji (1991), litologi daerah ini dipengaruhi oleh aktivitas Gunungapi tersebut. Erupsi Gunungapi Merapi bersifat efusif yang menghasilkan aliran lava dan bahan-bahan piroklastis, sedang yang bersifat eksplosif menghasilkan eflata (bahan lepas) dan awan panas. Adanya erupsi yang bersifat efusif dan eflata yang terjadi secara berulang-ulang dan terputus-putus (interrupted) mengakibatkan gunungapi ini mempunyai struktur berlapis (strato vulcano). Menurut Bemmelen (1980), daerah penelitian merupakan Zone Selatan Jawa Tengah yang mengalami penenggelaman di bawah permukaan laut yang disebabkan adanya proses tektonik yang cukup kuat pada masa Pratersier dan tergenang oleh perairan laut dangkal. Penenggelaman yang semula merupakan plateau tersebut diawali dari Pantai Parangtritis hingga Pantai Cilacap, tetapi tidak terjadi pada Pegunungan Karangbolong dan Bukit Selok. Pegunungan Karangbolong dan Bukit Selok merupakan sisa-sisa pegunungan selatan Jawa Tengah dan sebagai tanda bahwa pantai Selatan Jawa Tengah merupakan bagian dari rangkaian pegunungan selatan Jawa. Akibat pengangkatan tersebut, maka terbentuk sebuah graben yang merupakan semula plateau yang terangkat, hal ini ditandai adanya suatu bidang patahan (horst). Berdasarkan Peta Geologi Lembar D. I. Yogyakarta, skala 1:100.000, Tahun 1995 dan laporan penelitian penyelidikan potensi airtanah, Kabupaten Bantul, Tahun 2006. Daerah penelitian Memiliki variasi dari berbagai formasi geologi dengan material penyusun yang berbeda-beda. Kondisi stratigrafi dan formasi geologi yang terdapat pada daerah penelitian antara lain:51Keterangan Formasi Batuan di Daerah Penelitian: 1. Nama Formasi : Qa (Aluvium) Material penyusun : Kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang besar Umur Relatif : Kuarter 2. Nama Formasi : Qmi (Endapan Gunungapi Merapi Muda) Material penyusun : Tuff, abu, breksi, aglomerat, dan leleran lava tak terpisahkan Umur Relatif : Kuarter 3. Nama Formasi : Tms (Formasi Sambipitu) Material penyusun : Tuff, serpih, batulanau, batupasir, dan konglomerat Umur Relatif : Miosen tengah 4. Nama Formasi : Tmse (Formasi Semilir) Material penyusun : Perselingan antara breksi-tuff, breksi, batuapung, tuff dasit, tuff andesit, serta batulempung tufan Umur Relatif : Miosen akhir-Oligosen awal 5. Nama Formasi : Tmwl (Formasi Wonosari) Material penyusun : Batugamping terumbu, kalkarenit, dan kalkarenit tufan Umur Relatif : Miosen atas-Pliosen Awal 6. Nama Formasi : Tmn (Formasi Nglanggeran) Material penyusun : Breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava, dan tuff Umur Relatif : Miosen tengahGambar 3.6. Kondisi Struktur Geologi dan Stratigrafi Daerah Penelitian(Sumber: Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Tahun 1995, Skala 1:100.000)521. Endapan Aluvium (Qa) Endapan aluvium merupakan endapan permukaan bagian atas berdasarkan Peta Geologi lembar Yogyakarta, Tahun 1995. Satuan endapan aluvium ini tersusun atas material kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang besar. Endapan aluvium ini terjadi pada zaman kuarter. Kondisi dan komposisi material penyusunnya membentuk akuifer yang baik, sehingga pada lembahlembah endapan aluvium di sekitar aliran sungai memungkinkan untuk terdapatnya airtanah dengan cadangan yang cukup potensial. 2. Endapan Gunungapi Merapi Muda (Qmi) Endapan Gunungapi Merapi Muda merupakan batuan hasil dari aktivitas gunungapi, dalam hal ini aktivitas Gunungapi Merapi Muda yang berada pada bagian utara Provinsi Yogyakarta. Keterdapatan formasi ini berada pada Barat daerah penelitian dan pembentukannya diperkirakan terjadi pada zaman kuarter. Material penyusun terdiri atas material tuff, abu, breksi, aglomerat, dan leleran lava tak terpisahkan. Komposisi mineral dari batuan yang berasal dari Gunungapi Merapi. Material dan mineral yang berasal dari Gunungapi Merapi tersebut banyak mengandung mineral augit, hipersten dan hornblende akibat adanya erupsi Gunungapi Merapi (Bemmelen, 1980). 3. Formasi Sambipitu (Tms) Formasi Sambipitu terbentuk pada zaman Miosen Tengah yang terbentuk 6 juta tahun dan berlangsung selama setengah juta tahun yang lalu (Bemmelen, 1980). Formasi ini memiliki ketebalan mencapai 150 meter. Material penyusun formasi tersusun oleh tuff, serpih, batulanau, batupasir, dan konglomerat. Formasi ini terdapat di sebelah Tenggara daerah penelitian. Kondisi dan komposisi material penyusun yang demikian dapat membentuk akuifer yang dapat menyimpan cadangan airtanah cukup potensial. Hal ini jika batuan dasar berupa lapisan kedap akan airtanah, maka dapat terbentuk lapisan akuifer bebas.534. Formasi Semilir (Tmse) Formasi Semilir merupakan batuan endapan permukaan pada bagian atas, karena pada daerah penelittian ini terjadi pengangkatan akibat tenaga subduksi di bagian selatan Pulau Jawa. Aktivitas tektonik bergerak dari arah selatan menuju utara dengan menimbulkan geoantiklinal (Bemmelen, 1980). Terbentuk pada zaman Miosen Akhir-Oligosen Awal. Material penyusun satuan ini tersusun atas perselingan antara breksi tuff, breksi batuapung, tuff dasit, tuff andesit serta batulempung tuffan. Keterdapatan satuan ini dominan pada bagian Utara daerah penelitian. 5. Formasi Wonosari (Tmwl) Formasi Wonosari terbentuk pada zaman Miosen Atas sampai Pliosen Awal yang terjadi 2 juta tahun yang lalu. Keterdapatannya berada pada bagian Selatan di daerah penelitian. Formasi ini tersusun atas batugamping terumbu, kalkarenit, dan kalkarenit tuffan. Kalkarenit merupakan batuan sedimen yang terbagi dua, yaitu batupasir kalkarenit dan batulempung kalkarenit, pembagian ini berdasarkan pembagian unsur-unsur lempung, silika dan gamping (Doddy, 1987). Kondisi dan komposisi material penyusun yang demikian membentuk akuifer sekunder, karena aliran airtanah bergerak secara vertikal dengan porositas sekunder yang dimiliki oleh material penyusun berupa batugamping.Gambar 3.7. Batupasir Kalkarenit (Kiri) dan Singkapan Batugamping Terumbu Desa Girirejo Pasca Gempa Bumi (Kanan)(Sumber: Foto Lapangan, 2008)546. Formasi Ngglanggeran (Tmn) Formasi Ngglanggeran terbentuk pada zaman Miosen Tengah yang terdapat pada lereng atas Perbukitan Baturagung dan tersusun atas breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava, dan tuff. Formasi Nglanggeran diendapkan selaras di bawah Formasi Sambipitu dan di atas Formasi Semilir pada zaman Miosen. Berdasarkan material penyusun, maka formasi ini dipengaruhi oleh aktifitas gunungapi selama pengendapannya. Pada formasi ini gerakan massa banyak dijumpai dengan ukuran yang bervariasi dari kecil hingga besar, dengan jenis gerakan massa yang beraneka, yaitu: tipe longsoran, aliran, dan jatuhan. Tingkat pelapukan batuan sedang, dan di beberapa tempat banyak dijumpai batuan yang masih segar membentuk igir perbukitan yang kokoh.Gambar 3.8. Kejadian Longsor di Desa Sriharjo (Kiri Atas), Singkapan Batuan Formasi Ngglanggeran di Desa Selopamioro (Kanan Atas), Sawah Irigasi di Dataran Aluvial di Desa Sriharjo (Kiri Bawah), dan Batuan Tuff Formasi Semilir Desa Wukirsari (Kanan Bawah)(Sumber: Foto Lapangan, 2008)55430000 mT419958 mT 429957 m T 4 39956 m T435000 mT9139086INSETK BUPATEN A SLEMAN913908 6m UK T AMADY A O D.I. YOG K TA YA ARKECAMATAN PLERET D U KECAMATAN JETIS Qmi TmseDUTmse9 129087Tmse Tmse91 29087 m UK ABU PATEN BANTUL K ABU PATEN K ULONP G RO OTmse TmnQmi9119088 m U9119088D S #Qa Tmse Qa Qa WUKIRSARIKABUPA TEN GUNUN G I DUL KSAM U DR AHI ND IA419958 429957TmseDa er ah Penelit ian4 399569125000 mU9125000IMOGIRIU D Tmse Qa Tmn TmseTmnQmiS #DS #D Y #CQmiKARANGTALUNTmn Tmn D S # TmwlD# SQmi KEBON AGUNGGIRIREJO D U QmiS #DTmwl QmiTmnKECAMATAN DLINGOTmn KARANG TENGAH Tmn SRIHARJO Tmn QaoKABUPATEN BANTULDS #TmnSung a i O pakQmi Qaga iOyTmn Tms Tmn Tmn TmwlQaS DunS #Qmi 9120000TmnQa 9120000 mU Tmn Tmwl Tmn Tmn Tmn TmsTmnSELOPAMIORO Tmwl TmnTmsKECAMATAN PUNDONGKABUPATEN GUNUNGKIDULTmwl430000435000PETA GEOLOGIKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAU0Proyeksi : Transverse Mercator Sistem Grid : Unit Transverse Mercator Datum Horizontal : WGS 84 Zone : 49 M1 2 3KMLEGENDAY # D S #U DCCamat DesaTransportasiJalan Kolektor Jalan Lokal Jalan SetapakTmse Formasi Semilir : Perselingan antara breksi - tuff, breksibatuapung, tuff dasit, tuff andesit serta batulempung tuffan. kalkarenit tuffan.Tmwl Formasi Wonosari : Batugamping terumbu, kalkarenit dan TmnSesar (U, bagian yang naik; D, bagian yang turun) Sesar yang Direka, berdasarkan data gaya berat Kontur Topografi SungaiFormasi Ngglanggeran : Breksi gunungapi, breksi aliran, agolmerat, lava dan tuff.Batas Administrasi Desa Kecamatan KabupatenAluvium : Kerakal, pasir, lanau dan lempung sepanjang sungai yang besar. Qmi Endapan Gunungapi Merapi Muda : Tuff, abu, breksi, aglomerat dan leleran lava tak terpisahkan. Tms Formasi Sambipitu : Tuff, serpih, bataulanau, batupasir dan konglomerat.QaSumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri, Tahun 1999 3. Interpretasi Peta Geologi skala 1 : 100.000 Lembar Yogyakarta, Tahun 1995 Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450Gambar 3.9. Peta Geologi Daerah Penelitian563.3.2. Geomorfologi Daerah penelitian merupakan lingkungan yang terbentuk dari proses pengangkatan yang mengakibatkan adanya jalur patahan pada sebelah barat Sungai Opak-Oyo. Satuan bentuklahan yang didominasi oleh perbukitan struktural pada sebelah timur yang disebut Perbukitan Baturagung. Perbukitan Baturagung secara umum merupakan bentuklahan asal proses strukturisasi, yang secara genesis merupakan dataran tinggi (plato) selatan Pulau Jawa yang telah mengalami pengangkatan dan patahan (Santosa dan Adji, 2006). Proses terbentuknya satuan-satuan bentuklahan di daerah penelitian, didominasi oleh proses fluvial dan proses struktural. Proses fluvial terjadi akibat adanya tenaga pembentuk satuan bentuklahan dari tenaga air, sedangkan proses struktural terjadi karena adanya tenaga endogen yang bergerak dari selatan menuju utara yang mengakibatkan patahan dan pengangkatan. Akibat adanya tenaga tersebut, maka terbentuk satuan bentanglahan yang sering disebut sebagai Graben Bantul. Proses tenaga yang mempengaruhi terbentuknya lingkungan pengendapan fluvial, terjadi karena adanya proses aliran air sungai yaitu Sungai Opak dan Sungai Oyo. Materi penyusun tersebut bersatu dengan endapan merapi muda yang berada di lapisan bawah dan endapan aluvial diatasnya. Satuan bentuklahan ini disebut dataran aluvial, memiliki morfologi yang datar hingga landai. Proses erosi dan sedimentasi dari Perbukitan Baturagung yang mengisi cekungan menempati lembah-lembah antar perbukitan.Gambar 3.10. Satuan Bentuklahan lembah Antar Perbukitan (Cekungan Wukirsari)(Sumber: Foto Lapangan, 2008)57Lembah antar perbukitan, dataran koluvial, serta kipas koluvial dan dataran aluvial pada daerah penelitian memiliki kemiringan lereng 0-3 % dan 3-8 % dan 8-15 %, sehingga satuan ini lebih banyak didominasi oleh adanya pemukiman. Hasil interpretasi satuan bentukalahan di daerah penelitian, memiliki dua lembah antar perbukitan dengan materi penyusun yang berbeda. Lembah antar perbukitan di sebelah utara atau Cekungan Wukirsari memiliki material penyusun dari Formasi Semilir, sedangkan di Selatan terisi oleh Formasi Ngglanggeran. Menurut Santosa dan Adji (2006); Morfologi Perbukitan Baturagung terbagi atas 3 bagian, yaitu lereng kaki, lereng tengah, dan lereng atas. Topografi perbukitan ini mempunyai lereng yang miring di bagian bawah, yaitu 15-30 % hingga terjal di bagian atas 30-45 %, terdapat igir memanjang dari barat ke timur di bagian utara dengan lereng sangat curam, yaitu > 45 % mengarah ke utara yang merupakan bidang patahan. Bidang patahan (horst) ini menjadi batas sisi timur dari Graben Bantul di daerah penelitian. 58430000 mT419958 m T 4299 57m T 439956 mT435000 mT913 9086INSETKABUPATE N SLEMANK OTAMAD YA D.I. YOGYAK RTA AKECAMATAN PLERET DDS3bUUS20 S17K BUPATEN A BA NTUL K ABUPATEN KULO PRO N GOF191 19088 mU 91 19088S3bD S #S17K ABU PATEN G UNU NG KIDULS AMU DR AHIN DIA419958 4299 57Da erah Penelitian439956S17 S15IMOGIRI U DWUKIRSARIS3bS #DF1DS #D Y #CS3bD S #KARANGTALUNS #S15GIRIREJOKEBON AGUNG DS #DU KECAMATAN IMOGIRIKECAMATAN DLINGOS3aF1 S15DKARANG TENGAHS #S3a ( ( ( ( (S3bS ung a i OpakOyn Su DoS #F19120000( ( ( ( ( ( ( (S3b ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (KABUPATEN BANTUL ( ( S3b (SRIHARJOF1S3a( ( ( ( ( ( ( S3b9125000ga iS3bS3a (S3bS3bS17SELOPAMIOROS3bKECAMATAN PUNDONGS17KABUPATEN GUNUNGKIDUL430000435000PETA SATUAN BENTUKLAHANKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAU0Proyeksi : Transverse Mercator Sistem Grid : Unit Transverse Mercator Datum Horizontal : WGS 84 Zone : 49 M1 2 3KMLEGENDAY # D S #U DCTransportasiJalan Kolektor Jalan Lokal Jalan SetapakCamat Desa Kontur Topografi Sesar (U, bagian yang naik; D, bagian yang turun) Sesar yang Direka, berdasarkan data gaya berat SungaiF1 S20 S15S17Lembah Antar Perbukitan BaturagungTmse & Tmn : perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit, serta batulempung tuffan, breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuffS3a S3bLerengkaki Perbukitan BaturagungTmn : breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuffPerbukitan Struktural BaturagungTmn, Tmse & Tmwl : breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava, tuff, perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit, batulempung tuffan, batugamping terumbu, kalkarenit, dan kalkarenit tuffanDataran AluvialBatas Administrasi Desa Kecamatan KabupatenQa & Qmi : Pasir, lempung, kerikil, kerakal, breksi, aglomerat, dan leleran lava tak terpisahkan.Dataran Koluvial Kipas KoluvialTmse : perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit, serta batulempung tuffan Tmn : breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuffSumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri, Tahun 1999 3. Interpretasi Peta Geologi skala 1 : 100.000 Lembar Yogyakarta, Tahun 1995 4. Interpretasi Citra Satelit Landsat ETM Band 457, Tahun 2002 Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450Gambar 3.11. Peta Tentatif Satuan Bentuklahan Daerah Penelitian ( ( ((KECAMATAN JETIS( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( ( (9 139086 m U 91290 87m U91290879125000 mU (( ( ( ( ( ((( ( ( ( ( ( (( ( ( ( ( ( 599120000 mU3.4.Hidrologi Menurut Chow (1994) dalam Harto (1993); Definisi yang dianggap palinglengkap adalah yang disajikan oleh Federal Council Science and Technology USA (1991), yang menjelaskan tentang pengertian hidrologi. Pengertian hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk air, kejadian dan distribusinya, sifat alami dan sifat kimianya, serta reaksinya terhadap kebutuhan manusia. Perkembangan ilmu hidrologi yang mencakup semua air di alam, maka terbagilah menjadi berbagai ilmu keairan yang bersifat lebih khusus. Kebutuhan data dan informasi hidrologi sangat penting dalam suatu proses hidrologi. Proses hidrologi merupakan suatu rangkaian skema dalam suatu sistem yang mengalir atau sering disebut siklus hidrologi. Kondisi hidrologi menggambarkan tentang karakteristik dan penelitian secara umum. Pembagian kondisi hidrologi di daerah penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu:distribusi hujan wilayah, kondisi airtanah, dan kondisi air permukaan.3.4.1. Distribusi Hujan Wilayah Awan pembentuk hujan disebut cumullus nimbus. Kejadian hujan timbul akibat penguapan air sebagian kecil di daratan dan sebagian besar di lautan. Penguapan air di darat dan di laut yang telah mengalami pendinginan di atmosfir dan bergerak oleh tenaga angin, maka timbul kejadian hujan di suatu wilayah tertentu baik di lautan maupun di darat. Menurut Subarkah (1980); Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya curah hujan rata-rata tahuan di suatu tempat ada 6, yaitu: latitude, posisi dan luas daerah jarak dari pantai atau sumber lembab lainnya, suhu laut dan air laut ke arah pantai, efek geografis, dan ketinggian. Hujan merupakan komponen masukan (input) paling penting yang selanjutnya akan menjadi airtanah dan air permukaan. Pencatatan hujan dari Stasiun Klimatologi Barongan, Terong, dan Dogongan tercatat data hujan bulanan pada masing-masing stasiun. Menurut Gambar 3.12. Stasiun Hujan Terong memiliki kejadian hujan bulanan tinggi pada bulan Januari hingga terus menurun, dan kejadian ekstrim pada bulan September. Hal ini dapat diketahui bahwa pada60bulan Mei-September jarang hingga hampir tidak ada kejadian hujan pada daerah luasan tangkapan hujan di daerah tersebut. Kejadian-kejadian hujan seperti ini juga dialami pada Stasiun Klimatologi Barongan dan Stasiun hujan Dogongan pada Gambar 3.13. dan Gambar 3.14. Kejadian hujan tersebut mulai pada Oktober yang terjadi puncak kejadian hujan maksimum pada bulan Desember hingga Januari dan minimum pada bulan Mei hingga September.3500Jum lah Curah Hujan Bulanan (m m /bln) St. Terong35003000300025002500Curah HUjan (mm)2000200015001500100010005005000 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember0W aktu (Bulan)RerataMaksimumMinimumGambar 3.12. Hasil Perhitungan Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm/bln) Stasiun Terong, 2008Jum lah Curah Hujan Bulanan (m m ) St. Dogongan750 750600600Curah Hujan (mm)4504503003001501500 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember0W aktu (bulan) Rerata Maksimum MinimumGambar 3.13. Hasil Perhitungan Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm/bln) Stasiun Dogongan, 200861Jum lah Curah Hujan Bulanan (m m ) St. Barongan1000 1000800800Curah Hujan (mm)6006004004002002000 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember0Waktu (bulan) Rerata Maksimum MinimumGambar 3.14. Hasil Perhitungan Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm/bln) Stasiun Klimatologi Barongan, 2008Metode yang digunakan dalam penentuan distribusi hujan wilayah menggunakan isohyet, karena topografi di daerah penelitian memiliki topografi datar hingga berbukit. Isohyet merupakan garis yang menghubungkan tempattempat yang mempunyai kedalaman hujan sama pada saat yang bersamaan (Harto, 1993), hal ini seperti dijelaskan pada Gambar 3.2.3.4.2. Kondisi Airtanah Airtanah merupakan komponen dari suatu siklus hidrologi yang melibatkan banyak aspek bio-geo-fisik, bahkan aspek politik dan sosial budaya yang sangat menentukan keterdapatan airtanah di suatu daerah (Seyhan, 1990). Sumber airtanah utama berasal dari air hujan sebagai input airtanah. Faktor lain pengisi airtanah juga berasal dari air permukaan, seperti sungai, danau, dan lainlain yang meresap kedalam suatu lapisan di bawah tanah dan tersimpan di suatu wadah atau sering disebut akuifer. Aliran airtanah yang meresap ke dalam tanah atau akuifer di daerah discharge membutuhkan waktu yang lama. Waktu tersebut bisa puluhan sampai ribuan tahun tergantung dari jarak dan jenis batuan yang dilaluinya. Pada dasarnya airtanah termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui, akan tetapi jika62dibandingkan dengan waktu umur manusia airtanah bisa digolongkan kepada sumber daya alam yang tidak terbaharukan. Airtanah adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah yang jenuh air (saturation zone), dengan tekanan hidrostatik sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Todd, 1980).Gambar 3.15. Proses Infiltrasi dan Perkolasi Airtanah (www. walhi.com, 2005)Telah diketahui bahwa sumber airtanah berasal dari air hujan yang meresap masuk kedalam lapisan tanah melalui proses infiltrasi dan proses perkolasi. Air hujan yang masuk ke akuifer menjadi airtanah tergantung pada suatu kondisi yang menyebabkan air hujan mempunyai kesempatan untuk tertahan lama pada permukaan tanah, sehingga air hujan tersebut dapat meresap dengan baik. Selain itu, material penyusun yang terdapat pada daerah tertentu juga sangat berpengaruh terhadap proses infiltrasi dan perkolasi tersebut. Material utama pembentuk perlapisan akuifer di daerah penelitian di dominasi oleh pasir volkanik dari Endapan Merapi Muda, proses perlapukan pada Perbukitan Baturagung, dan proses fluvial dari aktivitas sungai di daerah penelitian. Pori-pori makro yang terdapat pada material pasir menyebabkan63lapisan tanah yang tersusun oleh material ini dapat menyimpan air dalam jumlah yang besar dan mampu meloloskan air dalam jumlah yang sama pula. Berbeda halnya dengan material yang berasal dari Perbukitan Baturagung lebih didominasi oleh material yang agak sulit meloloskan air. Daerah penelitian dikontrol oleh dua sistem akuifer, yaitu Sistem Akuifer Merapi dan Sistem Akuifer Perbukitan Baturagung. Sistem Akuifer Merapi mempunyai arah aliran menuju ke selatan, sehingga arah aliran penelitian. airtanah tersebut mengikuti kontur topografi di daerah3.4.3. Kondisi Air Permukaan Sistem sungai utama pada daerah penelitian memiliki aliran yang mengalir sepanjang tahun (perenial). Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Opak dan Sungai Oyo yang dan bertemu di Desa Sriharjo dan bermuara pada Samudra Hindia di sebelah selatan Pulau Jawa. Menurut Santosa dan Adji (2006); DAS Opak mempunyai debit rerata muara + 50 m3/detik yang menjadi satu dengan sub DAS Oyo yang berasal dari Perbukitan Baturagung. Kondisi aliran yang mengalir sepanjang tahun ini menyebabkan keterdapatan air permukaan sebagai kebutuhan pertanian sangat mencukupi di daerah penelitian. Pola aliran dan debit yang relatif stabil dikontrol oleh morfologi sungai yang berkelok-kelok (meander). Kontrol tersebut mempengaruhi pengaruh kejadian banjir pada bagian luar sungai (outerband) dan bagian dalam sungai (innerband). Relatif kejadian banjir yang sering merugikan terdapatnya penggunaan lahan pemukiman dan lahan sawah irigasi, hal ini karena bagian luar merupakan arah aliran sungai yang bersifat mengerosi, sedangkan bagian dalam bersifat terjadinya endapan material/sedimen sungai yang terbawa oleh aliran air. Pada musim penghujan kejadian sedimentasi lebih besar di Sungai Oyo dibandingkan Sungai Opak. Material dasar pada Perbukitan Baturagung merupakan batuan Napal tufan dan gamping, sehingga lebih mudah tererosi dan longsor, hal ini terlihat pada aliran air sungai yang berwarna keruh di pertemuan kedua sungai tersebut. Kejadian kekeringan hampir tidak pernah terjadi pada kedua sungai tersebut, walaupun debit sungai menurun pada musim kemarau,64sehingga pemanfaatan aliran sungai dimanfaatkan penduduk untuk irigasi terutama di Desa Selopamioro dan Desa Kebon Agung. Material pasir, kerikil dan kerakal sering dimanfaatkan penduduk untuk bahan bangunan yang terbawa oleh sungai-sungai di daerah penelitian.Gambar 3.16. Kenampakan Sungai Opak (Kiri Atas), Sungai Oyo (Kanan Atas), dan Pertemuan Sungai Opak-Oyo di Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri (Bawah Tengah)(Sumber:Foto Lapangan, 2008)3.5.Penggunaan Lahan Kondisi penggunaan lahan daerah penelitian terdiri atas daerahperbukitan dan dataran, penggunaan lahannya + 45 % lebih digunakan untuk sawah irigasi, pemukiman, tegalan, hutan rakyat, semak belukar, dan sawah tadah hujan. Berikut luas penggunaan lahan daerah penelitian yang disajikan dalam Tabel 3.6.Tabel 3.6. Luas Penggunaan Lahan Daerah PenelitianJenis Penggunaan Lahan Luas (km2) Hutan rakyat 1,58 Permukiman 6,51 Sawah irigasi 8,52 Sawah tadah hujan 0,33 Tegalan 1,95 Semak belukar 0,43 Jumlah 19,36 Sumber: Interpretasi Peta Penggunaan Lahan, Tahun 1999 No 1 2 3 4 5 6 Luas (Ha) 158,48 651,75 852,81 33,44 195,70 43,60 1935,79 Luas (%) 8,2 33,6 44,1 1,7 10,1 2,3 10065Permukiman banyak tersebar pada daerah yang datar-landai, namun ada juga yang berada pada lereng-lereng kaki perbukitan. Pada umumnya permukiman berasosiasi dengan sumber air, dan tersebar di sepanjang sumber air. Permukiman yang ada kebanyakan mengelompok dan perkembangan komunitas penduduk tidak terlepas dari sumber air sebagai kebutuhan pokok penduduk. Di daerah yang landai umumnya digunakan untuk persawahan. Penggunaan lahan persawahan di daerah penelitian kebanyakan merupakan sawah irigasi, karena saluran irigasi dari air permukaan cukup memenuhi kebutuhan penduduk untuk bertani. Masyarakat rata-rata memanen padi 2-3 kali dalam setahun. Periode penanaman padi dan palawija tergantung ketersediaan air yang ada di daerah tersebut. Biasanya 2 kali tanam padi dan 1 kali tanam palawija dalam periode 1 tahun. Pemukiman penduduk kebanyakan berada dekat dengan jalan. Selain sebagai tempat bermukim, di sekitarnya diusahakan juga sebagai tempat berkebun, seperti mangga, rambutan, kelapa, pisang dan lain-lain. Penggunaan lahan tegalan berada di lereng kaki yang daerahnya merupakan daerah yang potensi airnya rendah. Tegalan ini didominasi oleh tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah, dan ketela pohon. Perbukitan yang memiliki lereng curam-terjal menjadi hutan rakyat, sehingga sering dijumpai kebun campuran yang diolah oleh masyarakat sekitar. Tanaman tersebar baik di kawasan ini, tanaman kayu putih dan akasia masih sering dijumpai. Proses intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya disebut penggunaan lahan. Dominasi penggunaan lahan sawah menjadi unggulan di daerah penelitian, selain kegiatan bertani masyarakat di daerah penelitian juga bekerja sebagai buruh di kota.66430000 mT4199 58 m T 429957 m T 4399 56m T435000 mT9139086IN S E TK ABUPATEN SLEMAN91390 86m UKO M TA ADYA D.I. YO GYAK ARTAKECAMATAN PLERETKECAMATAN JETIS9129087 mU912 9087K ABUP ATEN BANTU L KABUPA TEN K ULONPROG O91190 88m U9119088D S #WUKIRSARI 9125000 mUKABUPATE N G UNUNGK UL IDSAM UDR A HI NDI A4199 58 429957Daera h Penelit ia n4399 569125000IMOGIRIS #DS #D Y #CKARANGTALUND# SD S #KEBON AGUNG GIRIREJOS #DKABUPATEN BANTULKECAMATAN IMOGIRI KARANG TENGAHKECAMATAN DLINGODS #o OySRIHARJOSung a i O pakn Su Dga iS #9120000 mU9120000SELOPAMIOROKECAMATAN PUNDONGKABUPATEN GUNUNGKIDUL430000435000PETA PENGGUNAAN LAHANKECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAU0Proyeksi : Transverse Mercator Sistem Grid : Unit Transverse Mercator Datum Horizontal : WGS 84 Zone : 49 M1 2 3KMLEGENDAY # D S #CCamat Desa Kontur Topografi SungaiHutan Rakyat Kebun Campuran Pemukiman Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Semak Tegalan/ladangBatas Administrasi DesaKecamatan KabupatenTransportasiJalan Kolektor Jalan Lokal Jalan SetapakSumber : 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999 Dibuat Oleh : Pandji Riesdiyanto 03/ 167954/ GE/ 05450Gambar 3.17. Peta Penggunaan Lahan Daerah Penelitian67