122453548 perekonomian-indonesia

14
Mata Kuliah DOSEN : Dr. Herry Margono, MM STIE IPWIJA Pieter H Marsahala PEREKONOMIAN INDONESIA

Transcript of 122453548 perekonomian-indonesia

Page 1: 122453548 perekonomian-indonesia

Mata Kuliah

DOSEN : Dr. Herry Margono,

MM

STIE IPWIJA

Pieter H Marsahala

PEREKONOMIAN INDONESIA

Page 2: 122453548 perekonomian-indonesia

Sistem Merkantilisme (1600-1800).

“Merkantilisme adalah suatu sistem politik ekonomi yang sangat mementingkan

perdagangan internasional dengan tujuan untuk memperbanyak aset dan modal

yang dimiliki suatu negara.”

Merkantlisme tertuang dalam peraturan negara yang berbentuk proteksionisme d

an politik kolonial demi neraca perdagangan yang menguntungkan.

Pemerintah negara mendukung

ekspor dengan insentif dan menghadang impor dengan tarif. Contoh negara yang

menganut pahammerkantilisme adalah Inggris, Belanda, Portugal, Perancis, dan

Spanyol.

Alasan berganti ke sistem ekonomi ini : menguntungkan pihak VOC dengan

menguasai perekonomian setiap kerajaan di Indonesia menggunakan kebijakan-

kebijakan yang pada akhirnya bersifat memaksa karena pada zaman itu VOC

datang ke Indonesia sebagai perusaahan dagang resmi pemerintah Hindia

Belanda.

Cultuurstelstel/sistem tanam paksa atau sistem monopoli (1830-1870)

Alasan berganti ke sistem ekonomi ini :

menguntungkan bagi Belanda, apalagi

dipadukan dengan sistem konsinyasi

(monopoli ekspor) yang bertujuan seluruh

kerugian akibat perang dengan Napoleon

di Belanda tergantikan berkali lipat, serta

meningkatkan kesejahteraan kepada Belanda sebagai kapitalis.

Ketentuan-ketentuan pokok tanam paksa adalah sebagai berikut :

Penduduk diharuskan menyediakan sebagian tanahnya untuk tanaman

yang laku dijual (di eksport) ke Eropa.

Tanah yang dipergunakan tidak melebihi 1/5 tanah yang dimiliki penduduk

desa.

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE KOLONIAL.

Page 3: 122453548 perekonomian-indonesia

Waktu untuk memelihara tanaman tidak melebihi waktu yang diperlukan

untuk memelihara tanaman padi.

Bagian tanah yang ditanami tersebut bebas pajak.

Bila hasil bumi melebihi nilai pajak yang harus dibayar rakyat maka

kelebihan hasil bumi tersebut diberikan kepada rakyat.

Jika gagal panen yang tidak disebabkan oleh kesalahan petani maka

kerugian di tanggung pemerintah

Penduduk yang bukan petani wajib bekerja di kebun, pabrik atau

pengangkutan untuk kepentingan Belanda.

Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal) 1870-1942

Atas dikeluarkannya Undang-undang Agraria tahun 1870, Indonesia memasuki

‘zaman penjajahan baru’. Sebelum tahun 1870 Indonesia dijajah dengan model

imperialisme kuno, yaitu hanya dikeruk saja kekayaannya. Setelah 1870 di

Indonesia ditetapkan Imperialisme Modern. Sejak tahun 1870 di Indonesia telah

di tetapkan opendeur politiek atau politik pintu terbuka, yaitu politik yang

dijalankan pemerintah untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya

kepada pengusaha swasta asing guna menanamkan modalnya di Indonesia. Hal

itu berarti Indonesia dijadikan tempat untuk berbagai kepentingan antara lain

berikut ini:

1. Mendapatkan barang mentah atau bahan baku industri di Eropa.

2. Mendapatkan tenaga kerja yang murah.

3. Menjadi tempat pemasaran barang-barang produksi Eropa.

4. Menjadi tempat penanaman modal asing.

Alasan berganti ke sistem ekonomi ini : adanya desakan dari kaum Humanis

Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga pribumi ke arah yang lebih

baik, mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengubah kebijakan

ekonominya.

Pendudukan Jepang (1942-1945)

Hal-hal yang Diberlakukan dalam Sistem Pengaturan Ekonomi Pemerintah

Jepang:

Page 4: 122453548 perekonomian-indonesia

SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE KEMERDEKAAN.

1). Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh potensi

sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang

mendukung mesin perang.

2). Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan

sanksi pelanggaran yang sangat berat.

3). Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi

kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang).

Alasan berganti ke sistem ekonomi ini : karena penguasaan/penjajahan

pemerintah militer jepang akibat kekalahan belanda dalam melawan invasi

jepang dalam perang dunia kedua yang ingin mengeksploitasi sumber daya alam

dan manusia yang terdapat dalam bumi indonesia untuk dijadikan

pendukung/untuk memenuhi kebutuhan dalam perang dunia kedua dan untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi dalam industri jepang (pada waktu itu jepang

merupakan negara industri).

Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)

Alasan berganti ke sistem ekonomi ini : setelah akhir penjajahan meninggalkan

hal buruk terhadap perekonomian Indonesia antara lain :

1. Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu

mata uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu

pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu

mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan

mata uang pendudukan Jepang.

2. Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk

menutup pintu perdagangan luar negri RI.

3. Kas negara kosong.

4. Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.

Adapun kebijakan – kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah pada era itu

diantaranya :

Page 5: 122453548 perekonomian-indonesia

- Program Banten (1950 – 1951)-

Tujuan program ini adalah untuk mempersatukan kelompok pribumi agar bisa

mengembangkan segala aktivitas ekonomi di Indonesia.

- Program Urgensi Perekonomian (1952-1954)

Program ini disebut Soemitro's plan, diantaranya adalah BNI 1946 harus

dinasionalisir, karena saat itu masih terdapat saham VOC di dalamnya .

Memberikan kesempatan seluas-luasnya pada pengusaha pribumi untuk

mengambil alih perusahaan-perusahaan VOC. Pemerintah mengambil alih

perusahaan pelayaran yang masih dikelola oleh VOC yang sekarang telah

berubah nama menjadi PELNI.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (1951-1966)

Tahun Indeks

(1951 = 100)

%

Pertumbuhan Tahun Indeks

%

Perubahan

1951 100,0 - 1960 146,8 -1,5

1952 103,8 3,8 1961 149,4 1,7

1953 126,8 22,1 1962 145,3 -2,7

1954 128,6 1,4 1963 141,4 -2,7

1955 133,4 3,7 1964 144,7 2,4

1956 136,4 2,2 1965 145,5 0,5

1957 144,4 5,8 1966 146,4 0,6

1958 152,0 5,3

1959 149,1 -1,9

NB: 1951-1957 diukur dengan Pendapatan Nasional bruto (PNB)

1958-1966 diukur dengan Pendapatan Domestik bruto (PDB)

Tahun 1958, defisit saldo neraca pembayaran (BOP) dan anggaran pendapatan

dan belanja pemerintah (APBN) terus membesar dari tahun ke tahun.

Kegiatan di sektor industri pertanian dan sektor industri manufaktur berada pada

tingkat sangat rendah, karena keterbatasan kapasitas produksi dan infrastruktur

pendukung.

Tingkat inflasi yang tinggi dikarenakan rendahnya volume produksi (dari sisi

suplai) sedangkan tingginya tingkat permintaan akibat terlalu banyaknya uang

beredar di masyarakat.

Page 6: 122453548 perekonomian-indonesia

Perkembangan Inflasi dan Jumlah Uang Beredar (1955-1966)

Tahun Indeks Harga

(1954 = 100)

Jumlah Uang Beredar

(juta rupiah)

1955 135 12,20

1956 133 13,40

1957 206 18,90

1958 243 29,40

1959 275 34,90

1960 330 47,90

1961 644 67,90

1962 1.648 135,90

1963 3.770 263,40

1934 8.870 675,10

1965 61.400 2.582,00

1966 152.200 5.593,40

Sumber: Arndt (1994)

Manajemen perekonomian moneter yang buruk, banyaknya rupiah yang dicetak

pada saat itu untuk membiayai perang pembebasan Irian barat, serta pertikaian

dengan Malaysia dan Inggris.

Selama periode orde lama, mengalami 8 kali pergantian kabinet.

Aspek positif Indonesia selama masa orde lama dapat dikatakan dengan sitem

ekonomi yang sangat demokratis (1950-1959), sebelum diganti menjadi

demokrasi terpimpin. Namu, tercatat dalam sejarah Indonesia, bahwa sistem

politik demokrasi tersebut ternyata menyebabkan kehancuran politik dan

perekonomian nasional.

Selama periode 1950-an, struktur ekonomi Indonesia masih merupakan

peninggalan dari masa kolonial, mulai dari sektor formal yang meliputi

pertambangan, distribusi transportasi, bank, dan pertanian komersil, bahkan

termasuk juga sektor informal.

Setelah dilakukannya nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing

belanda, keadaan menjadi buruk lagi dibandingkan dengan ekonomi demasa

penjajahan belanda.

Page 7: 122453548 perekonomian-indonesia

Pada September 1965, ketidakstabilan politik di Indonesia memuncak dengan

terjadinya kudeta gagal dari partai komunis Indonesai (PKI) yang menyebabkan

perubahan drastis terhadap politik dalam negeri dari sosialis ke kapitalis.

- Program Repelita I (1955 – 1960)

Secara Umum program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, namun belum tercapai. Yaitu dengan cara Rencana Juanda (1955)

Rencana Pembangunan Lima Tahun I meliputi kurun waktu 1956-1960.

- Program Repelita II (1960 – 1965)

Indonesia mulai berhubungan dengan dunia luar (ekspor dan impor), mulai ada

pinjaman Luar Negeri, namun sebagian peruntukannya untuk pembangunan

mercusuar (Politik Mercusuar Soekarno). Pada tahun 1965 ada pemberontakan

G30S-PKI pada bulan September dan pada bulan November terjadi Senering

atau pemotongan uang rupiah dari 1000 rupiah menjadi hanya 1 rupiah. Senering

ini dilakukan karena diprediksi akan terjadi Hyper Inflation sampai 500 %.

Sistem ekonomi liberal (1950-1957)

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya

menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar

sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer.

Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan

pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini

hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :

a) Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950,

untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.

b) Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menunbuhkan wiraswastawan

pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan

perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan

memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan

kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat

berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini

Page 8: 122453548 perekonomian-indonesia

gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa

bersaing dengan pengusaha non-pribumi.

c) Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember

1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank

sirkulasi.

d) Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr

Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina

dan pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan

latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit

dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan

dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga

hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.

e) Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni

Indonesia-Belanda.

Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya

sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih

perusahaan-perusahaan tersebut.

Alasan berganti ke sistem ekonomi ini : ketidakmampuan sistem ekonomi

pasca kemerdekaan yang menyebabkan masih terjadinya kekacauan dalam

ekonomi indonesia terutama hal negatif/buruk (peninggalan penjajahan) yang

belum dapat diatasi oleh pemerintah Indonesia.

Sistem Ekonomi Etatisme / Demokrasi Terpimpin (1959-1967)

Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan

persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan

ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki

keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :

1. Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang

sebagai berikut: Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas

pecahan Rp 1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang

melebihi 25.000 dibekukan.

Page 9: 122453548 perekonomian-indonesia

2. Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi

sosialisIndonesiadengan cara terpimpin. Dalam pelaksanaannya justru

mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-

1962 harga barang-baranga naik 400%.

3. Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai

Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000

kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya

dihargai 10 kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan

angka inflasi ini malah meningkatkan angmeningkatkan ang

Etatisme :segala-galanya diatur oleh pemerintah. Alasan berganti ke sistem

ekonomi ini adalah sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959 dan kegagalan

dari sistem ekonomi liberal yang mengakibatkan pengusaha pribumi masih lemah

dan belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha

Cina, serta Belanda yang menjual perusahaannya kepada pengusaha pribumi

sedangkan para pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-

perusahaan tersebut.

Sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi

pancasila (1967-1998)

Alasan berganti ke sistem ekonomi ini : stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik

menjadi prioritas utama yang berorientasi pada usaha pengendalian inflasi,

penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.

Pengendalian inflas dibutuhkan karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang

lebih 650 % per tahun yang merupakan kegagalan dari sistem ekonomi etatisme.

Sistem ekonomi pancasila (1998-sekarang)

Alasan berganti ke sistem ekonomi ini : terjadi krisis yang merupakan imbas dari

ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga

meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan

menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.

Page 10: 122453548 perekonomian-indonesia

B. ORDE BARU

Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki pemerintahan Orde Baru.

Berbeda dengan pemerintahan Orde Lama, dalam era Orde Baru ini perhatian

pemerintah lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat

pembangunan ekonomi dan sosial di tanah air. Pemerintahan Orde Baru

menjalin kembali hubungan baik dengan pihak Barat dan menjauhi pengaruh

ideologi komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-

Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya, seperti Bank Dunia dan

Dana Moneter International (IMF).

Sebelum rencana pembangunan lewat Repelita dimulai, terlebih dahulu

pemerintah melakukan pemulihan stabilitas ekonomi, social, dan politik serta

rehabilitasi ekonomi di dalam negeri. Sasaran dari kebijakan tersebut terutama

adalah untuk menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan

pemerintah, dan menghidupkan kembali kegiatan produksi, termasuk ekspor

yang sempat mengalami stagnasi pada masa Orde Lama.

Adapun kebijakan – kebijakannya adalah :

- Repelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Perbedaan repelita pada era orde baru dan orde lama adalah, pada era Orde

Lama rencana pembangunan lima tahunan tersebut disusun oleh DPR dan

perancang Negara/kabinet, sedangkan pada era Orde Baru rencana

pembangunan lima tahun, disusun oleh DPR, Kabinet, dosen, masyarakat.

Pada repelita I ini menitikberatkan pada sektor perekonomian yang didukung

oleh sektor industri. Muncul istilah Trilogi Pembangunan yang pertama adalah

Stabilitas Nasional, yang keuda Pemerataan dan yang ketiga adalah

Pertumbuhan Ekonomi. Pada masa ini, barang – barang yang diekspor masih

berupa bahan mentah.

- Repelita II (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Trilogi pembangunan diubah urutannya menjadi , yang pertama yaitu

Pertumbuhan ekonomi , yang kedua Pemerataan dan dan yang ketiga Stabilitas

Nasional. Kebijakan ekonomi yang terkenal adalah adanya KNOP 15 tanggal 15

Page 11: 122453548 perekonomian-indonesia

November 1978, isinya yang pertama adalah Masyarakat harus mencintai

produk dalam negeri 2, yang kedua Mendorong ekspor dan yang ketiga yaitu

Memberikan tariff spesifik bagi barang impor

- Repelita III (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Trilogi pembangunan ekonomi mengalami perubahan yaitu menjadi, yang

pertama Pemerataan pembangunan dan hasil2nya yang kedua Pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi dan yang ketiga adalah Stabilitas Nasional yang

sehat dan dinamis.

Terdapat kebijakan devaluasi rupiah tanggal 30 Maret 1983 dengan

menurunkan nilai rupiah menjadi 937 rupiah per dollar. Terdapat kebijakan

deregulasi perbankan oleh Soemarlin (gebrakan Soemarlin pertama) tanggal 1

Juni 1983 karena ada bank – bank yang meminjam dana dari BI namun

khawatir akan disalahgunakan.

- Repelita IV (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Muncul kebijakan devaluasi tanggal 12 September 1986 karena banyak produk

– produk Indonesia yang digudangkan di luar negeri dan aliran kas masuk

berkurang (saat itu telah dipakai neraca pembayaran Balance of Payment).

Selain itu, muncul juga kebijakan deregulasi, tanggal 12 Oktober 1987 tentang

penyederhanaan aturan dan tanggal 27 Oktober 1988 tentang deregulasi dan

debirokratisasi (birokrasi dipangkas dan bank2 diberi kemudahan

pendiriannya).

- Repelita V (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Muncul kebijakan uang ketat (tight money policy) untuk mengatasi inflasi yang

meningkat tajam (gebrakan Soemitro kedua)

- Repelita VI (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Pengalihan dana pembangunan ke Indonesia Timur, karena sebelumnya 75%

KBI 25% KTI menjadi 40% KBI dan 60% KTI. Muncul krisis mata uang, krisis

moneter sampai krisis ekonomi pada tahun 1997-1998.

Page 12: 122453548 perekonomian-indonesia

II. PEMERINTAHAN TRANSISI (era Presiden B.J. Habibie)

Krisis ekonomi mempunyai dampak yang sangat memprihatinkan terhadap

peningkatan pengangguran, baik di perkotaan maupun di pedesaan, daya beli

masyarakat menurun, pendidikan dan kesehatan merosot serta jumlah

penduduk miskin bertambah oleh karena itu muncul kebijakan Jaring

Pengaman Sosial (social safety net). Yang menyebabkan suatu prestasi yang

mengagumkan yakni nilai tukar rupiah dari 16.000 menjadi 6.000 rupiah.

III. PEREKONOMIAN REFORMASI (era Presiden K.H. Abdurrahman Wahid)

Terjadi banyak keanehan dan tidak terdapat kebijakan perekonomian.Pada

masa Gus Dur, rating kredit Indonesia mengalami fluktuasi, dari peringkat

CCC turun menjadi DDD lalu naik kembali ke CCC. Salah satu penyebab

utamanya adalah imbas dari krisis moneter pada 1998 yang masih terbawa

hingga pemerintahannya.

IV.PEREKONOMIAN GOTONG ROYONG (era Presiden Ibu Megawati

Soekarnoputri)

Kebijakan Privatisasi secara teoritis, bagi penganut neoliberal, privatisasi

dimaksudkan sebagai jalan untuk mengatasi masalah kekurangan financial,

untuk membuat pelayanan menjadi lebih efisien, serta menghindari distorsi

(kondisi ekonomi ketidak efisien sehingga mengganggu agen ekonomi dalam

memaksimalkan kesejahteraan sosial dalam rangka memaksimalkan

kesejahteraan mereka sendiri). pada makro dan mikro ekonomi akibat

pelayanan public gratis (Carlos Vilas). Pada kenyataannya, privatisasi telah

mengarah para pengguna jasa untuk membeli dengan harga yang lebih

mahal, karena perusahaan yang terprivatisasi kini menggunakan kriteria bisnis

dan mencari keuntungan (profit). Atau dapat di mengert secara umum yaitu

Kebijakan privatisasi – menjual BUMN sehat ke luar negeri.

Masalah-masalah yang mendesak untuk dipecah adalah pemulihan ekonomi

dan penegakkan hukum. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh untuk mengatasi

persoalan-persoalan ekonomi antara lain :

1. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada

pertemun Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar

negeri sebesar Rp 116.3 triliun.

Page 13: 122453548 perekonomian-indonesia

2. Kebjakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan

Negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perushaaan

Negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban

Negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi

Indonesia menjadi 4.1%. Namun, kenijakan ini memicu banyak

kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.

V. PEREKONOMIAN INDONESIA BERSATU JILID I (era SBY- JK)

Muncul beberapa program yang dijalankan oleh pemerintah seperti, Bantuan

Langsung Tunai (BLT), PNPM Mandiri dan Jamkesmas.

VI. PEREKONOMIAN INDONESIA BERSATU JILID II (era SBY – Boediono)

Bank Indonesia menetapkan empat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi nasional tahun ini, yakni BI rate, nilai tukar, operasi moneter dan

kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas, serta makroprudensial

lalu lintas modal.

Page 14: 122453548 perekonomian-indonesia