12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

14
Development Marketplace Diskusi Regional Forum KTI 2011

description

12 inovasi untuk perubahan iklim yang ditampilkan di sesi Development Marketplace Diskusi Regional Forum KTI 2011 di Lombok yang mengambil tema

Transcript of 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Page 1: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Development MarketplaceDiskusi Regional Forum KTI 2011

Page 2: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Development MarketplaceDiskusi Regional Forum KTI 2011

Page 3: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Development MarketplaceDiskusi Regional Forum KTI 2011

Page 4: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Belajar dari Alam untuk Masa Depan

Kabupaten Lombok Barat di Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Kupang di Nusa Tenggara Timur adalah dua dari sekian banyak daerah kepulauan di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki banyak sekali kebun dan sawah tadah hujan. Pergantian musim yang tak menentu belakangan ini mendorong petani untuk tidak hanya mengandalkan prediksi musim dari membaca tanda-tanda alam namun juga memanfaatkan informasi dari teknologi prakiraan cuaca.

Sekolah Lapang Iklim (SLI) adalah sebuah pendekatan yang memberdayakan petani untuk memahami dan memanfaatkan informasi prakiraan iklim. Sekolah ini memadupadankan teknologi dan kearifan lokal dalam memperkirakan iklim yang akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

Di Sekolah Iklim para petani belajar melihat tanda-tanda iklim dengan alat sederhana yang dibuat. Setelah memperkirakan kecenderungan iklim yang akan terjadi di beberapa bulan kemudian, para petani kemudian dibekali pengetahuan untuk menentukan jenis tanaman apa yang cocok untuk ditanam.

Adi Ripaldi Sekolah Lapang Iklim

BMKG NTB

Pengetahuan yang mereka peroleh di Sekolah Lapang Iklim sangat berguna dalam mengantisipasi dampak fenomena iklim ekstrim sebagai dampak perubahan iklim. Ini akan sangat bermanfaat untuk meminimalkan potensi kehilangan hasil serta dampak negatif yang diakibatkan oleh bencana kekeringan atau banjir.Sekolah Lapangan Iklim merupakan kerjasama anara BMG dan AusAID dan telah beroperasi sejak tahun 2010. Dalam pelaksanaannya, Sekolah ini juga bekerjasama dengan Dinas Pertanian.

Page 5: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Sistim Baru Listrik Kepulauan

SEHEN, singkatan dari Super Ekstra Hemat Energi, menyediakan paket lampu LED berpanel surya berdaya 3 watt sebagai solusi bagi daerah terpencil – sebagian besar adalah daerah kepulauan - yang kebutuhan energinya masih belum terjangkau oleh PLN.

SEHEN dapat diperoleh dengan cara menyewa. Di Nusa Tenggara Timur, masyarakat yang ingin mendapatkan SEHEN perlu menyetor biaya sebesar Rp. 500 ribu ke Bank NTT. Setiap bulan, dari dana sebesar Rp. 500 ribu akan didebet sebesar Rp. 35 ribu untuk pemeliharaan berkala, teknisi datang ke pulau, dan penggantian bila terjadi kerusakan. Setelah deposit di bank habis , setiap penyewa SEHEN, akan otomatis menjadi pelanggan PLN dengan tarif listrik per kwh yang di bawah rata-rata listrik yang dihaslkan dari tenaga diesel maupun batubara.

Simpanan sebesar masing-masing Rp. 500 ribu dari seluruh penyewa SEHEN di Bank NTT dapat disalurkan ke berbagai sektor perekonomian. Diperkirakan Bank NTT dapat memperoleh dana yang bisa digulirkan sebesar Rp. 500 miliar dalam tiga tahun .

Penyediaan listrik murah ini dapat menjadi alternatif bagi Pemerintah Kabupaten, khususnya di daerah kepulauan di Kawasan Timur Indonesia, dimana sumber energi listrik masih menjadi masalah utama. Hal ini dikarenakan SEHEN bukan sekadar menyediakan energi untuk menyalakan lampu saja. Panel surya SEHEN juga mampu menyediakan cadangan energi listrik untuk charge baterai telepon genggam dan alat-alat listrik lainnya. Tentu saja dengan batasan besar daya tertentu.

Santoso JanuwarsonoGM PT. PLN (Persero) Wil. NTB

Jika hemat energi kita identikkan dengan hemat biaya, siapa yang tidak mau Super Ekstra Hemat Energi? Ini adalah sebuah solusi multiple win alias menang banyak dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Page 6: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Seekor ikan pari bernyanyi di dasar perairan yang sarat terumbu karang. Di punggungnya, anak-anak ikan badut, kuda laut, ikan buntal, cumi-cumi, dan beberapa anak ikan lainnya dengan semangat mendengarkan ikan pari bernyanyi menjelaskan berbagai jenis anemon yang mereka jumpai sepanjang perjalanan. Tidak jauh berbeda dengan ikan pari di salahs atu adegan dalam film Finding Nemo, Kalabia di juga mengajak anak-anak dari 88 kampung di pulau-pulau Raja Ampat mengenal alam bawah laut di sekitar mereka. Sejatinya Kalabia adalah nama untuk ikan hiu berbentuk kadal yang berjalan dengan siripnya ketika mencari makan di atas karang-karang. Sejak tahun 2008 Kalabia yang berukuran panjang 32 meter ini dengan setia berlayar dari pulau ke pulau di perairan Raja Ampat.

Setiap tiga hari setidaknya 30 siswa dapat belajar di atas kapal Kalabia yang juga dilengkapi dua sampan untuk membawa anak-anak snorkling dan menjelajahi hutan bakau. Di dalam kapal juga ada perpustakaan serta peralatan audio dan video untuk keperluan pembelajaran.

’Berlayar sambil belajar’ adalah motto pendidikan yang terpampang di lambung kapal Kalabia yang berwarna berani: merah marun, kuning dan coklat. Program pendidikan Lingkungan di Kapal Kalabia bertujuan untuk mengenal dan mencintai lingkungan sekitar serta mendorong perilaku ramah lingkungan sejak dini.

Melayarkan Sumber Pengetahuandari Pulau ke Pulau ALBERT NEBORE DAN RUDI DIMARA

Page 7: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Adat yang MenjagaSumber Daya Kami

Perpaduan aturan adat (dikenal dengan sebutan sasi) dan pendekatan adaptasi salah satunya membuat populasi Trochus meningkat tajam. Pemberdayaan ekonomi alternatif di daerah ini seperti pengelolaan rumput laut, kini mengalami banyak perkembangan. Di kampung Ohoiren, populasi biota laut langka seperti sea cucumbers dan trochus turut meningkat dengan adanya aturan adat atau sasi.

Pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang diberikan LMMA Indonesia di Kepulauan Kei selama ini berhasil meningkatkan kemampuan kelompok masyarakat dalam menyadari kondisi alam sekitar dan menjadi ’pakar kampung’ dalam bidang pengelolaan sumberdaya dan kawasan laut.

Dengan dukungan LMMA Indonesia, para pakar kampung membentuk kelompok masyarakat dan mendirikan Pusat pembelajaran Masyarakat (PPM). PPM kemudian menjadi wadah untuk berbagi keterampilan yang dimiliki suatu kelompok ke kelompok masyarakat kampung lainnya. Keterampilan yang dikembangkan melalui PPM terutama bertujuan untuk membantu masyarakat kepulauan dalam mengembangkan model pengelolaan lokal kawasan laut di kampungnya. Secara khusus PPM Tanimbar Kei, berfokus pada keterampilan dalam bidang pengelolaan sumberdaya laut berbasis pengetahuan lokal dan pengembangan mata pencaharian alternatif.

Yoseph Elsoin

Masyarakat di kepulauan Kei dikenal sebagai masyarakat yang memegang teguh tradisi dalam pengelolaan sumber daya alam mereka. Tanimbar kei adalah satu-satunya wilayah yang penduduknya mayoritas beragama Hindu di Kawasan Timur Indonesia.

Tradisi mengajarkan mereka untuk menghormati dan melestarikan sumber daya alam, baik yang berada di darat maupun di laut. Beberapa aturan dalam tradisi ini telah diadopsi dan diperkuat menjadi Peraturan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pariwisata untuk wilayah Tanimbar Kei. Di daerah ini terbentuk beberapa Kelompok Pelestari Kampung yang bededikasi tinggi dalam melestarikan alam dan mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan juga para petinggi adat di sana.

Page 8: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

PPM Meos Mangguandi, fokus dalam bidang pemetaan partisipatif dan pengembangan peraturan kampung tentang pengelolaan sumber daya laut. Masyarakat Padaido telah menyadari bahwa pemetaan ini adalah satu perangkat penting untuk mereka dalam menetapkan hak hukum mereka. Hak ini untuk melindungi wilayah perikanan dan sumber daya alam laut mereka. Berbekal hak ini mereka dapat menjaga wilayah mereka dari perusahaan besar yang kebanyakan bersenjatakan izin dari pemerintah daerah untuk beroperasi di daerah mereka.Pemetaan ini bersifat partisipatif, mendukung tata kelola yang efektif dan akuntable, karena setiap peraturan yang dipetakan membutuhkan pengakuan dari kampung dan pemerintah kecamatan. Bila telah mendapat pengakuan, maka segera akan diumumkan melalui media lokal, biasanya lewat RRI, menginformasikan ke masyarakat luas termasuk yang berbatasan langsung dengan wilayah kampung dan wilayah perikanan tradisional mereka. Hingga saat ini komunitas ini telah banyak membantu wilayah adat lainnya di Kawasan Timur Indonesia dalam menentukan aturan dan memetakan wilayah perikanan tradisional. PPM ini telah berkembang menjadi salah satu pusat belajar yang memberi kesempatan bagi komunitas lain untuk mempelajari proses pemetaan ini.

Bawa Ikan Lebih Dekat: Inisiatif Masyarakat untuk Perikanan Berkelanjutan

Simon MorinLMMA - Indonesia

Page 9: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Kenali Tantangan, Temukan Solusi: Peningkatan Kapasitas Adaptif Komunitas

Hutan Mbeliling terletak di bagian barat daya Pulau Flores, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Luas hutan Mbeliling mencakup 23.420 ha yang terdiri dari dua tipe hutan tropis yaitu hutan semi awet hijau dan hutan luruh daun. Sungai-sungai dan mata air menyediakan air untuk minum, memasak, mencuci dan irigasi bagi 33.000 penduduk di 27 desa yang difasilitasi oleh program Burung Indonesia. Hutan Mbeliling juga memberikan perlindungan dari erosi, tanah longsor dan banjir.

Kawasan ini dipandang penting bagi Burung Indonesia karena hutan Mbeliling merupakan Darah Penting Bagi Burung (DPB)/Important Bird Area (IBA), yang memiliki keanekaragaman jenis burung yang tinggi, keberadaan empat jenis burung endemik dan adanya ancaman terhadap habitat hutan oleh kegiatan pertanian, populasi dan tekanan ekonomi. Satwa liar unik lainnya yang terdapat di hutan Mbeliling termasuk jenis ular buta Typhlops schmutzii, dan tikus raksasa Flores Papagomys armandvillei.

Burung Indonesia telah bekerja di Mbeliling sejak tahun 2007, dengan menerapkan program pengelolaan hutan berkelanjutan yang terintegrasi. Program ini berfokus pada pengelolaan bentang alam produktif dan bekerja untuk mengembangkan pengelolaan hutan secara partisipatif antara masyarakat dan pemerintah lokal dan pemerintah daerah, menggabungkan kesepakatan formal dan pembentukan forum kolaboratif untuk pengelolaan sumber daya alam yang tersedia demi mendukung kehidupan penduduk desa di sekitarnya. Program ini bertujuan untuk mencapai tiga hal berbeda yaitu pengentasan kemiskinan, konservasi dan pemberdayaan masyarakat.

Program kegiatan untuk mempromosikan pengelolaan bentang alam Mbeliling adalah pelaksanaan pengawasan hutan secara partisipatif dan pemantauan keanekaragaman hayati secara sederhana, diversifikasi mata pencaharian melalui ekowisata dan pengembangan usaha kecil, penyadartahuan tentang konservasi , program pendidikan serta metode untuk meningkatkan hasil pertanian. Untuk menangani pengelolaan kawasan secara holistik, isu-isu seperti pentingnya kelestarian ekosistem untuk penyediaan hasil hutan dan jasa lingkungan, perubahan iklim, kajian tentang perubahan iklim, serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang juga di eksplorasi bersama masyarakat.

Tiburtius HaniBurung Indonesia

Page 10: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Berawal dari sepiring sorgum kukus harum dan gurih pemberian tetangga, Maria Loreta tertarik untuk mengembangkan tanaman lokal sorgum sebagai tanaman utama di kebunnya bersama beberapa jenis tanaman lokal. Ibu Tata, sapaan akrabnya, belajar cara menanam dan merawat tanaman lokal yang pernah ada dari mengobrol dengan para tetangga, tabloid pertanian, siaran radio, bahkan internet. Ia pun kemudian menamakan kegiatannya ini ’Sorgum Waiotan Farm’ karena lokasi ladang kering milik keluarganya berada di kampung Waiotan, Desa Pajinian, Kecamatan Adonara Barat, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Mengapa Sorgum? Karena tanaman sorgum dapat dibudidayakan dilahan yang kurang subur, berpasir, dan kering. Perawatannya mudah dan tidak disukai hama tanaman. Selain bernilai gizi tinggi, sorgum adalah tanaman yang tak mengenal musim. Terbukti, sorgum dapat dipanen tiga kali setahun karena bisa tumbuh baik dengan sedikit air dan bertahan di musim kemarau.

Kini kebun Ibu Tata tetap berproduksi tanpa mengenal musim. Di kebunnya juga ditanam jelai, wijen, jewawut, dan jagung pulut - tanaman lokal yang hampir hilang dari Pulau Flores. Kini tanaman-tanaman tersebut juga mulai dikembangkan oleh beberapa keluarga lain di sekitar kediaman Ibu Tata di Adonara Barat. Dalam berbagai kesempatan, Ibu Tata selalu mengingatkan masyarakat bahwa pangan tidak selamanya identik dengan beras.

Sorgum Bergizi, Sorgum Berduit menjadi mantra kebun sorgum milik keluarga Ibu Tata. Dari lahan seluas seperempat hektar mampu menghasilkan sekitar 1.300 kilogram sorgum atau 6,5 juta rupiah setiap kali panen. Jika tanaman sorgum dipanen dua kali saja dalam setahun, maka pada lahan minimal 1 hektar yang minimal menghasilkan biji sorgum sekitar 4 ton dapat diperoleh hasil senilai 20 juta rupiah!

Sorgum Bergizi, Sorgum Berduit

Maria LorethaAdonara, Flores

Page 11: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan penghidupan dan kehidupan masyarakat rentan pesisir di Sulawesi Selatan yang mencakup Kabupaten Takalar, Maros, Pangkep dan Barru melalui peningkatan pengelolaan sumber daya kawasan pesisir. Dalam proyek ini MAP berperan dalam program 1) Rehabilitasi mangrove dengan metode EMR (Ecological Mangrove Restoration), 2) Pemanfaatan sumberdaya alam pesisir secara berkelanjutan melalui program Sekolah Lapang (SL) Pesisir Proyek ini juga difokuskan untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan pesisir dalam mengakses dan memegang kontrol dalam upaya-upaya pengelolaan sumberdaya pesisir.

Sekolah Lapang PesisirSekolah Lapang (SL) Pesisir merupakan pendekatan belajar yang diadaptasi dari Farmer Field School (FFS) yang dirintis oleh FAO pada tahun 1990an yang bertujuan untuk:1. Mengembangkan pemikiran kritis masyarakat pesisir dalam mengatasi masalah-masalah pengelolaan sumber daya alam.2. Mendorong masyarakat pesisir untuk mengelola sumber daya pesisir dengan pendekatan yang ramah lingkungan untuk mencapai penghidupan yang berkelanjutan.3. Mendorong masyarakat pesisir agar dapat mengembangkan potensi diri dalam dinamika berorganisasi.

Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR)Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR) adalah sebuah metode yang tidak mengutamakan penanaman bibit secara langsung pada kawasan yang direhabilitasi. Metode ini mencakup enam tahap yang dilakukan secara kolaborasi dengan berbagai pihak seperti masyarakat lokal, pemerintah lokal, akademisi dan organisasi

Aksi di Pesisir untuk Keberlanjutan Hidup

masyarakat setempat untuk menilai kondisi lahan yang dapat mendukung pertumbuhan mangrove secara alami.

Murni dan Benjamin BrownManggrove Action Project

Page 12: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Kecamatan Togean seluas 229,51 kilometer persegi merupakan daerah kepulauan di Kabupaten Tojo Unauna, Sulawesi Tengah. Setidaknya terdapat 20 pulau kecil selain Pulau Togean yang menjadi bagian dari Kecamatan ini dan 14 Desa, di mana 11 di antaranya berada di pesisir pantai.

Hingga akhir tahun 2007, semua penduduk di Togean menggunakan air hujan untuk minum dan MCK. Saat musim kemarau datang, penduduk bahkan mesti mengambil air tawar dari sumber air terdekat (naik perahu, pulang pergi membutuhkan waktu empat jam). Dengan kondisi ini, masyarakat dusun di kepulauan Togean mendambakan air bersih, setidaknya untuk makan dan minum.

Pada tahun 2008, BAPPEDA Kabupaten Tojo Unauna berinisiatif membangun demplot penelitian desalinasi air bersih di Dusun Tangkian, Kepulauan Togean. Penelitian ini memperkenalkan sebuah model desalinasi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat kepulauan Togean.

Prinsnip desalinasinya sederhana. Sebuah wadah penampung air laut dibuat. Penutupnya terbuat dari atap seng atau kaca untuk memungkinkan terjadinya presipitasi. Hasilnya adalah gram dan embun (air tawar). Sebuah wadah dengan luas penampang kaca 3,70 meter persegi dapat menampung air laut sebanyak 675 liter. Air tawar yang dihasilkan dalam kurun waktu 6 jam (jam 9 pagi hingga jam 3 petang) adalah 37,5 liter.

Walaupun air tawar dan garam yang dihasilkan dari desalinasi ini masih memerlukan uji laboratorium untuk kesesuaian standar baku mutu, namun pastinya telah dapat dikonsumsi. Penelitian Desalinsasi ini merupakan kerja sama BAPPEDA Kabupaten Tojo Unauna dengan Yayasan Palu Hijau dan Sekolah Tinggi Perikanan Kelautan Palu

Air Segar di Tengah Lautan Garam

Akhdary Supu dan AnwarYayasan Palu Hijau

Page 13: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Banyak perempuan di Asia dan Afrika harus menempuh perjalanan jauh dan melelahkan mencari air untuk kebutuhan sehari-hari. Di negara-negara berkembang, setidaknya 4.000 anak meninggal setaiap hari karena tidak adanya akses terhadap air minum yang bersih. Sebanyak 80% dari negara-negara berkembang di dunia tidak memiliki akses terhadap layanan listrik. Penggunaan lampu minyak telah menelan korban 1,6 juta jiwa setahun akibat kebakaran maupun penyakit saluran pernapasan karena asap yang dihasilkan. Mengumpulkan kayu bakar di hutan juga merupakan pekerjaan yang mengancam keselamatan anak-anak perempuan.

Sebenarnya banyak sekali teknologi sederhana yang dapat mengubah kehidupan masyarakat miskin di berbagai belahan bumi. Dengan Q-Drum, jerigen yang dapat digulingkan, seseorang dapat membawa 50 liter air sekali jalan sehingga lebih sedikit waktu yang dihabiskan dalam sehari untuk mengumpulkan air.

Begitu pula dengan LifeStraw – sebuah penyaring air sederhana – yang sangat efektif menghilangkan bakteri-bakteri dalam air dan menyelamatkan nyawa anak-anak. Atau kompor yang hemat energi dan lampu bertenaga surya yang dapat meningkatkan kesehatan, memungkinkan keluarga untuk berhemat, dan memampukan anak-anak untuk belajar di malam hari.

Sayangnya banyak dari teknologi ini belum dapat menjangkau orang-orang yang membutuhkannya. Atau sebaliknya orang-orang yang membutuhkan teknologi semacam ini tidak tau cara mendapatkannya dan tidak mampu membelinya. Banyak pabrik yang tidak dapat menjangkau calon pengguna yang tinggal di daerah terpencil. Kopernik hadir untuk menjawab persoalan-persoalan ini dengan menghubungkan mereka.

Teknologi Energi Surya dan Pengelolaan Air Bersih untuk Pulau

Lincoln Rajali SihotangKopernik

Page 14: 12 Inisiatif untuk Perubahan Iklim

Pernah terpikir untuk bertanya pada kami? Anak-anak membayangkan masa depan mereka di dunia yang terkena dampak perubahan iklim.Telah lama kita mengetahui bahwa lingkungan sangat menentukan tumbuh kembang anak, perlindungan dan partisipasi seluruh anak semuanya dipengaruhi oleh iklim bumi yang telah berubah.

UNICEF mendukung studi yang menilai dampak-dampak perubahan iklim pada nutrisi dan migrasi yang mempengaruhi anak-anak. Hasil penelitian memberi gambaran mengenai pandangan anak-anak, kebutuhan informasi dan pengalaman-pengalaman langsung menghadapi perubahan iklim.

Gambaran dan informasi yang dikumpulkan, begitu pula dengan pembahasan tentang kebijakan dan perencanaan nasional terkait isu anak, menjadi dasar penting untuk menjadikan anak-anak sebagai fokus dari berbagai aksi dalam adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

Anak-Anak dan Perubahan Iklim

Jerico Fransiscus PardosiUNICEF