11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

45
AKUNTANSI EKUITAS Basel Accord

description

akuntansi perbankan

Transcript of 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Page 1: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

AKUNTANSI EKUITAS Basel Accord

Page 2: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

AKUNTANSI EKUITAS

Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) Modal adalah:

a. Bagian hak pemilik dalam perusahaan.

b. Selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada.

c. Bukan merupakan ukuran nilai jual perusahaan.

d. Investasi pemilik dan Hasil usaha perusahaan.

Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank, selain untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter.

Page 3: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Menurut Peraturan Bank Indonesia no 7/15/PBI/2004 yang disempurnakan dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 9/16/PBI/2007 mengenai Modal Inti Minimum Bank Umum, yaitu:

Bank Umum wajib memenuhi jumlah Modal Inti paling sedikit sebesar Rp 80.000.000.000,00 (80 milyar rupiah) pada tanggal 31 Desember 2007.

Selain kewajiban di atas juga harus memenuhi kewajiban Modal Inti paling sedikit Rp 100.000.000.000,00 (100 milyar rupiah) pada tanggal 31 Desember 2010.

Page 4: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

BIS (Bank for International Settlement)

Bank for International Settlement (BIS) mengatur ketentuan berapa besarnya modal minimum yang harus dimiliki oleh bank.

Tahun 1988 Basel Supervisory Committee (BSC) menghasilkan suatu kesepakatan yang diharapkan dapat meningkatkan kesehatan perbankan, yaitu memberikan metodologi umum untuk pengukuran resiko dan perhitungan kebutuhan modal minimum.

Bank International Settlement

Page 5: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Metodologi umum yang digunakan untuk pengukuran resiko secara keseluruhan adalah Risk Weighted Asset (RWA)

RWA adalah suatu perkalian nominal aktiva dengan prosentase tertentu yang ditetapkan berdasarkan jenis aktiva dan counterparty.

Ketentuan ini ditetapkan di Indonesia oleh BI, dalam Peraturan Bank Indonesia No. 3/21/PBI/2001, tentang kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR), terhitung sejak Desember 2001.

Page 6: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Kelemahan Basel Capital Accord (BCA) 1988

Masih terdapat kelemahan dalam BCA, terutama dalam hal pengukuran resiko:

1. Basel Capital Accord 1988 mengabaikan kualitas kredit, karena seluruh eksposur kredit kepada corporate counterparties dikenakan bobot resiko sebesar 100% tanpa memperhatikan kualitas kredit dari masing-masing counterparty.

Kelemahan Basel Accord 1988

Page 7: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

2. Basel Capital Accord 1988 mengabaikan efek diversifikasi, karena bank pada dasarnya dapat mengurangi total resiko yang dihadapinya dengan mendiversifikasikasi eksposur kreditnya ke berbagai jenis industri dan atau negara. Contoh: bank yang banyak menyalurkan kredit di sektor perdagangan dikenakan bobot resiko yang sama.

3. Basel Capital Accord 1988 mengabaikan proteksi terhadap resiko pasar, karena pada dasarnya perhitungan modal minimum hanya didasarkan pada perhitungan resiko kredit, dan belum mensyaratkan bank mencadangkan modal untuk menutup potensi dari resiko pasar.

Page 8: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut tahun 1996 Basel Committee melakukan amandemen terhadap basel capital accord 1988.

Amandemen dilakukan dengan memasukkan perhitungan resiko pasar sebagai dasar perhitungan kebutuhan modal minimum.

Pada pendekatan pengukuran resiko pasar yang ditetapkan oleh basel committee terdapat dua jenis pendekatan: pendekatan standard model dan pendekatan internal model.

Amandemen BCA I 1988

Page 9: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Dalam pendekatan standard model, pengukuran resiko pasar dilakukan terhadap:

1. Interest rate risk 2. Foreign exchange risk 3. Equity position risk 4. Comodity risk

Amandemen BCA I 1988

Page 10: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Basel Committee memutuskan untuk mengajukan metode pengukuran resiko yang lebih risk sensitive pada Juni 1999, yang dikenal dengan nama Three Pillars of The New Capital Accord, yaitu:

a. Penyempurnaan standar kuantitaif yang telah ada

b. Supervisory review process

c. Market dicipline

Page 11: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

1. Pilar-1: Minimum Capital Requirement

definisi modal dan persyaratan modal minimum yang berjalan selama ini tidak berubah, hanya metode perhitungan resiko diperluas yang memasukkan resiko pasar dan resiko operasional, sehingga rasio kecukupan modal minimum (Capital Adequacy Ratio-CAR) dapat dihitung dengan rumus:

CAR =

Jumlah Modal Regulator

RWA kredit + 12,5 x (beban modal resiko pasar + beban modal resiko operasional)

New Capital Accord 2001

Page 12: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

2. Pilar-2: Supervisory Review Process

New Capital Accord menekankan bahwa manajemen bank perlu mengembangkan proses penilaian modal internal, dan menetapkan target modal yang sesuai dengan profil resiko yang dihadapinya.

Pengawas perbankan berkewajiban mengevaluasi cara bank menilai kecukupan modalnya dibandingkan dengan resiko yang dihadapinya.

Page 13: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

3. Pilar-3: Market Dicipline

Pilar ketiga ditujukan untuk mendukung market dicipline melalui peningkatan keterbukaan (disclosure) oleh bank.

Keterbukaan yang efektif dapat menjamin bahwa market participant dapat memahami dengan lebih baik profil resiko yang dihadapi oleh bank, dan kecukupan modal yang dimiliki oleh bank.

Page 14: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Beberapa dasar yang selama ini sudah digunakan sebagai landasan pencatatan ekuitas perbankan adalah:

1. Undang-Undang No. 1/1995 tentang Perseroan Terbatas

2. PSAK 21: Akuntansi Ekuitas

3. PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian

4. PSAK 16: Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain

5. PSAK 11: Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing

Dasar Pencatatan Ekuitas

Page 15: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

AKUNTANSI EKUITAS Klasifikasi Modal Bank

Page 16: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Komponen modal yang digunakan dalam perhitungan penyediaan modal minimum terdiri atas:

1. Modal Inti (Tier 1) Modal inti terdiri atas modal disetor, agio, dana setoran modal,

modal sumbangan, cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba ditahan setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak.

2. Modal Pelengkap (Tier 2) Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk

tidak berasal dari laba, modal pinjaman serta pinjaman subordinasi.

3. Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)

Klasifikasi Modal Bank

Page 17: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Modal Inti (Tier 1)

1. Modal Inti, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.

2. Tambahan Modal Disetor (Agio Saham), yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

3. Dana Setoran Modal adalah dana yang telah disetor secara riil ke rekening bank dan diblokir untuk tujuan penambahan modal dan dinyatakan telah memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku, namun belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat digolongkan sebagai modal disetor seperti Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota maupun pengesahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang.

Modal Inti (Tier 1)

Page 18: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

4. Modal Sumbangan (modal donasi), yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual.

5. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan dari RUPS.

6. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS.

Modal Inti (Tier 1)

Page 19: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

7. Laba ditahan adalah laba bersih setelah dikurangi pajak dan dividen yang mendapat persetujuan RUPS.

8. Laba tahun lalu adalah laba-laba tahun lalu setelah dikurangi pajak yang penggunaannya belum ditetapkan oleh RUPS.

9. Laba tahun berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Diperhitungkan sebesar 50% sebagai modal inti

Modal Inti (Tier 1)

Page 20: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Tanggal 2 Januari 2011 telah diterima setoran awal dari Bapak Badrodin Haiti untuk modal bank, uang sebesar Rp 55.000.000.000,00, aktiva tetap berupa gedung sebesar Rp 25.000.000.000,00, Kendaraan sebesar Rp 15.000.000.000,00, inventaris kantor sebesar Rp 5.000.000.000,00.

Contoh Modal Inti

Tgl Keterangan Ref Debit Kredit

2011

Jan

2

Kas

Aset Tetap – Gedung

Aset Tetap – Kendaraan

Aset Tetap – Inventaris Kantor

Modal Disetor – Badrodin

Haiti

Rp55.000.000.000,00

25.000.000.000,00

15.000.000.000,00

5.000.000.000,00

Rp100.000.000.000,00

Page 21: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Apabila contoh di atas modal disetornya dicatat dalam bentuk saham biasa untuk 1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 100.000,00 per lembar. Maka jurnalnya:

Tgl Keterangan Ref Debit Kredit

2011

Jan

2

Kas

Aset Tetap – Gedung

Aset Tetap – Kendaraan

Aset Tetap – Inventaris Kantor

Modal Disetor – Modal Saham

Rp55.000.000.000,00

25.000.000.000,00

15.000.000.000,00

5.000.000.000,00

Rp100.000.000.000,00

Contoh Modal Inti

Page 22: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Apabila terjadi penambahan modal karena penjualan saham dengan harga pasar lebih tinggi dari nilai nominal saham, maka kelebihannya dicatat sebagai tambahan modal disetor/agio saham.

Misalkan dijual sebanyak 1.000.000 lembar saham dengan nominal Rp10.000,00 dan harga pasar sebesar Rp12.500,00, maka atas transaksi tersebut dilakukan pembukuan dengan jurnal:

Tgl Keterangan Ref Debit Kredit

2011

Jan

2

Kas

Modal Disetor – Modal Saham

Tambahan Modal Disetor

Rp12.500.000.000,00

Rp10.000.000.000,00

2.500.000.000,00

Contoh Modal Inti

Page 23: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

PT ABC pada tanggal 1 April 2008 menerima pesanan untuk saham sebanyak 10.000 lembar, nominal Rp 1.000,00; dengan harga Rp 9.000,00 per lembar.

Pada saat pemesanan, diterima uang muka sebesar 50%. Sisanya dilunasi pada 1 Mei 2008,

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pesanan saham:

Tgl Keterangan Ref Debit Kredit

2011

Jan

2

Kas

Piutang Pesanan Saham

Modal Saham Pesanan

Tambahan Modal Disetor

Rp 45.000.000,00

45.000.000,00

Rp 10.000.000,00

80.000.000,00

Contoh Modal Inti (Saham Pesanan)

Page 24: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pelunasan pesanan saham:

Tgl Keterangan Ref Debit Kredit

2011

Jan

2

Kas

Modal Saham Pesanan

Piutang Saham Pesanan

Modal Disetor - Modal Saham

Rp 45.000.000,00

10.000.000,00

Rp 45.000.000,00

10.000.000,00

Page 25: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

DSM yang dinyatakan memenuhi ketentuan permodalan akan direklasifikasi dari:

Kewajiban (DSM – Kewajiban) ke Ekuitas (DSM – Ekuitas) sebesar jumlah dana yang memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku.

Dana Setoran Modal (Pengakuan dan Pengukuran)

Page 26: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

DSM – Ekuitas disajikan dalam pos tersendiri setelah pos modal.

Pengungkapan

1. Rincian DSM dan pemilik dana.

2. Proses yang telah dilakukan atas DSM sampai dengan tanggal pelaporan.

3. DSM yang telah digunakan oleh BPR.

Dana Setoran Modal (Penyajian dan Pengungkapan)

Page 27: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Pada saat DSM – Kewajiban dinyatakan telah memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku:

Jurnal Dana Setoran Modal

Tgl Keterangan Ref Debit Kredit

2011

Jan

2

DSM - Kewajiban

DSM - Ekuitas

Rp xxxxx

Rp xxxxx

Pada saat DSM – Ekuitas telah didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku:

Tgl Keterangan Ref Debit Kredit

2011

Jan

2

DSM – Ekuitas

Modal Disetor

Rp xxxxx

Rp xxxxx

Page 28: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Definisi

Selisih nilai wajar surat berharga dalam kategori tersedia untuk dijual pada tanggal neraca dengan nilai tercatat.

Pengakuan dan Pengukuran

1. Diakui pada tanggal pelaporan.

2. SBI diukur pada nilai wajar.

3. Diakui langsung dalam ekuitas.

Penyajian

Disajikan sebagai pos terpisah dalam Ekuitas.

Laba/Rugi yang belum direalisasi

Page 29: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Definisi

Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat aset tetap sebelum dilakukan revaluasi.

Pengakuan dan Pengukuran

1. Dalam hal BPR melakukan penilaian kembali aset tetap dan inventarisnya, maka selisih antara nilai revaluasi dengan nilai tercatat sebelum dilakukan revaluasi dicatat pada pos Surplus Revaluasi Aset Tetap.

2. Surplus Revaluasi Aset Tetap akan direklasifikasi ke Saldo Laba pada saat penghentian-pengakuan.

3. Reklasifikasi Surplus Revaluasi Aset Tetap ke Saldo Laba melalui laporan perubahan ekuitas, bukan laporan laba rugi.

Penyajian : Disajikan sebagai pos tersendiri dalam Ekuitas

Surplus Revaluasi Aset Tetap

Page 30: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Saldo Laba adalah akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen, koreksi laba rugi periode lalu dan reklasifikasi surplus revaluasi aset tetap.

Saldo laba dikelompokkan menjadi:

1. Cadangan Tujuan, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba neto setelah pajak yang tujuan penggunaannya telah ditetapkan.

2. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari laba neto setelah pajak yang dimaksudkan untuk memperkuat modal, dan

3. Saldo Laba yang belum ditentukan tujuannya, terdiri dari laba rugi periode lalu yang belum ditetapkan penggunaannya dan laba rugi periode berjalan.

Saldo Laba

Page 31: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Pengakuan dan Pengukuran

1. Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laba rugi tahun berjalan.

2. Pembagian dividen diakui sebagai pengurang saldo laba ketika dividen dideklarasikan.

3. Saldo laba yang belum ditentukan tujuannya direklasifikasi ke cadangan tujuan atau cadangan umum ketika dilakukan pembentukan cadangan sebesar jumlah yang ditentukan

Penyajian

Saldo laba disajikan tersendiri dalam bentuk cadangan tujuan, cadangan umum dan saldo laba yang belum ditentukan tujuannya.

Saldo Laba

Page 32: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Modal Pelengkap (Tier 2)

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetuan dari Dirjen Pajak.

2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya.

Modal Pelengkap (Tier 2)

Page 33: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

3. Modal Pinjaman (Modal Kuasi/hybrid debt/equity capital instrument) adalah pinjaman yang didukung dengan menggunakan instrumen yang disebut capital assets, loan stock, atau warkat lain yang dipersamakan dan mempunyai sifat seperti modal.

Sifat Modal Pinjaman:

Dalam perhitungan CAR modal pinjaman termasuk komponen modal pelengkap.

Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan

Telah dibayar penuh.

Modal Pelengkap (Tier 2)

Page 34: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan Bank Indonesia.

Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba ditahan dan cadangan-cadangan yang termasuk modal inti.

Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.

Page 35: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

4. Pinjaman Subordinasi, sumber dana yang kedudukannya sama dengan modal bank, karena jangka waktunya sangat panjang dan mempunyai hak tagih paling akhir.

atau pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.

Pinjaman Subordinasi dalam perhitungan komponen CAR adalah sebesar 50% dari modal inti.

Page 36: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Sifat Pinjaman Subordinasi:

Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman

Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Bank mengajukan permohonan persetujuan harus menyampaikan program pembayaran kembali pinjaman subordinasi tersebut.

Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah dibayar penuh.

Jangka waktu pinjaman minimal 5 tahun.

Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank yang bersangkutan tetap sehat.

Hak tagihnya berlaku paling akhir dalam hal terjadi likuidasi (kedudukannya sama dengan modal bank).

Page 37: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Saat penerbitan atau penjualan warkat

Jurnal Modal Pinjaman

Debit Giro bank-bank lain Rp xxxx

Debit Biaya penerbitan modal pinjaman dibayar di muka xxxx

Kredit Modal pinjaman Rp xxxx

Saat amortisasi biaya penerbitan

Debit Biaya penerbitan modal pinjaman Rp xxxx

Kredit Biaya penerbitan modal pinjaman dibayar di muka Rp xxxx

Page 38: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Saat penyesuaian bunga

Debit Biaya bunga Rp xxxx

Kredit Bunga modal pinjaman yang masih harus dibayar Rp xxxx

Saat pembayaran bunga

Debit Bunga modal pinjaman yang masih harus dibayar Rp xxxx

Kredit Kas/Giro bank-bank lain/Giro BI Rp xxxx

Page 39: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Saat pelunasan pokok pinjaman

Debit Modal Pinjaman Rp xxxx

Kredit Kas/Giro bank-bank lain/Giro BI Rp xxxx

Page 40: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Saat dimulainya pinjaman subordinasi dilaksanakan, dibuat rekening administratif rupiah

Jurnal Pinjaman Subordinasi

Debit RAR Fasilitas Pinjaman Subordinasi disetujui dan belum direalisasi

Rp xxxx

Kredit RAR Kontra fasilitas Pinjaman Subordinasi disetujui dan belum direalisasi

Rp xxxx

Saat pinjaman subordinasi direalisasi

Debit RAR Kontra fasilitas Pinjaman Subordinasi disetujui dan belum direalisasi

Rp xxxx

Kredit RAR Fasilitas Pinjaman Subordinasi disetujui dan belum direalisasi

Rp xxxx

Page 41: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Debit Giro BI Rp xxxx

Kredit Pinjaman Subordinasi Rp xxxx

Saat penyesuaian bunga akhir setiap akhir periode

Debit Biaya Bunga Rp xxxx

Kredit Bunga yang masih harus dibayar Rp xxxx

Page 42: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Saat pembayaran bunga setelah penyesuaian bunga

Debit Bunga yang masih harus dibayar Rp xxxx

Kredit Giro BI/Giro bank-bank lain Rp xxxx

Saat pelunasan pinjaman subordinasi

Debit Pinjaman Subordinasi Rp xxxx

Kredit Giro BI/Giro bank-bank lain Rp xxxx

Page 43: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)

1. Bank dapat memperhitungkan Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) untuk tujuan perhitungan Kebutuhan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR) secara individual dan atau secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak.

2. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) dalam perhitungan KPMM hanya dapat digunakan untuk memperhitungkan Resiko Pasar.

3. Pos yang dapat diperhitungkan sebagai Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) adalah Pinjaman Subordinasi Jangka Pendek yang memenuhi kriteria:

(a). Tidak dijamin oleh Bank atau Perusahaan Anak yang bersangkutan dan telah dijamin penuh.

Modal Pelengkap Tambahan (Tier 3)

Page 44: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

(b). Memiliki jangka waktu perjanjian sekurang-kurangnya 2 tahun.

(c). Tidak dapat dibayar sebelum jadwal waktu yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman kredit dengan persetujuan Bank Indonesia.

(d). Terdapat klausula yang mengikat (lock-in clause) yang menyatakan bahwa tidak dapat melakukan pembayaran pokok atas bunga, termasuk pembayaran pada saat jatuh tempo, apabila pembayaran dimaksud dapat menyebabkan KPMM secara individual atau secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

(e) terdapat perjanjian pinjaman yang jelas termasuk jadwal pelunasannya.

(f). Memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia.

Page 45: 11a. Hari II -Akuntansi Ekuitas

4. Modal Pelengkap Tambahan untuk memperhitungkan Resiko Pasar hanya dapat digunakan dengan memenuhi kriteria:

(a). Tidak melebihi 250% dari bagian Modal Inti yang dialokasikan untuk memperhitungkan Resiko Pasar.

(b). Jumlah Modal Pelengkap (tier 2) dan Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) paling tinggi sebesar 100% dari Modal Inti.

5. Modal Pelengkap (tier 2) yang tidak digunakan dapat ditambahkan untuk Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) dengan memenuhi persyaratan pada poin 4.

6. Pinjaman Subordinasi dengan ketentuan melebihi 50% Modal Inti, dapat digunakan sebagai Modal Pelengkap Tambahan selama tetap memenuhi persyaratan nomer 4 di atas.