117730246 Pbl Skenario 1 Blok Neuro Kejang Disertai Demam
-
Upload
witrisyah-putri -
Category
Documents
-
view
97 -
download
8
description
Transcript of 117730246 Pbl Skenario 1 Blok Neuro Kejang Disertai Demam
1
KEJANG DISERTAI DENGAN DEMAM
Wanita berusia 60 tahun, saat sedang melaksanakan wukuf di arafah tiba-
tiba mengalami kejang selama 5 menit kemudian tidak sadarkan diri. Dari
alloanamnesis dengan anggota jamaah lainnya di dapatkan informasi bahwa
pasien telah mengalami demam disertai nyeri kepala sejak 3 hari yang lalu. Pada
riwayat penyakit dahulu didapatkan keluhan kejang demam saat usia 3 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan GCS (Glasgow Coma Scale) E3M5V2 dan
tanda rangsang meningeal kaku kuduk (+). Dokter setempat mendiagnosis pasien
dengan meningoensefalitis suspek bakterial. Untuk membantu menegakkan
diagnosis, dokter melakukan lumbal pungsi setelah sebelumnya memastikan tidak
adanya peningkatan tekanan intrakranial melalui funduskopi.jamaah lain
mempertanyakan bagaimana keabsahan ibadah haji pasien tersebut.
2
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis dan mikroskopis meninges
2. Memahami dan menjelaskan fisiologi cairan cerebrospinal
3. Memahami dan menjelaskan meningitis
4. Memahami dan menjelaskan kejang demam
5. Memahami dan menjelaskan tinjauan islam tentang keabsahan haji
3
1. Memahami dan menjelaskan anatomi makroskopis dan mikroskopis meninges
A. Makroskopis
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf
yang bersiaft non neural. Meningen terdiri dari jarningan ikat berupa
membran yang menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan
medula spinalis.
Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater.
a. Piameter merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak
yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada sulkus-sulkus dan fisura-
fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan medula spinalis,
terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus
vertebra.
b. Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan
dengan piameter, tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara
arakhnoid dan piameter disebut ruang subrakhnoid, yang berisi cairan
serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah. Karena arakhnoid tidak
mengikuti lekukan-lekukan otak, maka di beberapa tempat ruang
subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah
siterna magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme
oblongata. Lainnya adalah sisterna pontis di permukaan ventral pons,
sisterna interpedunkularis di permukaan venttralmesensefalon, sisterna
siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan
lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini
berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna
ambiens.
Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna
magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis
sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus
atau teka lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada
waktu pungsi lumbal.
c. Durameter terdiri dari lapisan luar durameter dan lapisan dalam
durameter. Lapisan luar dirameter di daerah kepala menjadi satu dengan
periosteum tulang tengkorak dan berhubungan erat dengan
endosteumnya.
Ruang Epidural
Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat
yang mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan
disebut ruang epidural
Ruang Subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung
sedikit cairan, mengisi suatu ruang disebut ruang subdural
B. Mikroskopis
Meninges adalah lapisan jaringan ikat yang mengelilingi otak, sumsum
tulang belakang, dan akar saraf perifer. Pia mater (P) adalah lapisan
jaringan ikat halus yang melekat langsung ke materi putih dari sumsum
tulang belakang. Para dura mater (D) adalah lapisan jaringan tebal ikat. Ini
adalah yang paling dangkal dari tiga lapisan meningeal. Para arakhnoid
(membran arachnoid) yang melekat pada permukaan dalam duramater (A).
4
Arachnoid trabekula (panah) memperpanjang dari arakhnoid ke pia mater.
Ruang subaraknoid (tanda bintang), antara arachnoid mater dan pia,
dibatasi oleh fibrocytes datar dan berisi cairan serebrospinal.
Meninges
Susunan saraf pusat dilindungi oleh tengkorak dan kolumna vertebralis.Ia
juga dibungkus membrane jaringan ikat yang disebut meninges.Dimulai
dari lapisan paling luar, berturut-turut terdapat dura mater, araknoid, dan
piamater.Araknoid dan piamater saling melekat dan seringkali dipandang
sebagai satu membrane yang disebut pia-araknoid.
a. Dura mater
Dura mater adalah meninges luar, terdiri atas jaringan ikat padat yang
berhubungan langsung dengan periosteum tengkorak. Dura mater yang
membungkus medulla spinalis dipisahkan dari periosteum vertebra oleh
ruang epidural, yang mengandung vena berdinding tipis,jaringan ikit
longgar, dan jaringan lemak.
Dura mater selalu dipisahkan dari araknoid oleh celah sempit, ruang
subdural. Permukaan dalam dura mater, juga permukaan luarnya pada
medulla spinalis, dilapisi epitel selapis gepeng yang asalnya dari
mesenkim.
b. Araknoid
Araknoid mempunyai 2 komponen: lapisan yang berkontak dengan
dura mater dan sebuah system trabekel yang menghubungkan lapisan
itu dengan piamater.Rongga diantara trabekel membentuk ruang
Subaraknoid, yang terisi cairan serebrospinal dan terpisah sempurna
dari ruang subdural.Ruang ini membentuk bantalan hidrolik yang
melindungi susunan saraf pusat dari trauma.Ruang subaraknoid
berhubungan dengan ventrikel otak.
Araknoid terdiri atas jaringan ikat tanpa pembuluh darah.Permukaannya
dilapisi oleh epitel selapis gepeng seperti yang melapisi dura
mater.Karena dalam medulla spinalis araknoid itu lebih sedikit
trabekelnya, maka lebih mudah dibedakan dari piamater.
Pada beberapa daerah, araknoid menerobos dura mater membentuk
julursn-juluran yang berakhir pada sinus venosus dalam dura
mater.Juluran ini, yang dilapisi oleh sel-sel endotel dari vena disebut
Vili Araknoid. Fungsinya ialah untuk menyerap cairan serebrospinal ke
dalam darah dari sinus venosus.
c. Pia mater
Pia mater terdiri atas jarinagn ikat longgar yang mengandung banyak
pembuluh darah. Meskipun letaknya cukup dekat dengan jaringan saraf,
ia tidak berkontak dengan sel atau serat saraf.Di antara pia mater dan
elemen neural terdapat lapisan tipus cabang-cabang neuroglia, melekat
erat pada pia mater dan membentuk barier fisik pada bagian tepi dari
susunan saraf pusat yang memisahkan SSP dari cairan brospinal.
Piamater menyusuri seluruh lekuk permukaan susunan saraf pusaf dan
menyusup kedalamnya untuk jarak tertentu bersama pembuluh darah.
pia mater di lapisioleh sel-sel gepeng yang berasal dari mesenkim.
Pembuluh darah menembus susunan saraf pusat melalai torowongan
yang dilapisi oleh piamater ruang perivaskuler.
5
2. Memahami dan menjelaskan fisiologi sirkulasi cairan cerebrospinal
a. Definisi
Cerebrospinal Fluid (CSF) merupakan cairan yang mengelilingi ruang
subarakhnoid sekitar otak dan medulla spinalis, serta mengisi ventrikel
dalam otak. Cerebrospinal Fluid merupakan cairan tidak berwarna
yang melindungi otak dan spinal cord dari cedera yang disebabkan
oleh faktor kimia dan fisika. Cairan ini mengangkut oksigen, glukosa,
dan bahan kimia yang dibutuhkan dari darah ke neuron dan neuroglia.
Volume total dari CSF adalah 80-150ml.
b. Penghasil
Cairan CSF dibentuk rata-rata sekitar 500 ml setiap hari. Sebanyak 2/3
CSF dihasilkan dari plexus choroideus dan 1/3-nya dihasilkan dari sel
ependim yang ada di permukaan ventrikel. Darah yang masuk ke
dalam otak mengalami ultrafiltrasi pada plexus choroid dan diubah
menjadi CSF.
CSF dihasilkan oleh :
Plexus choroid : jaring-jaring kapiler berbentuk bunga kol yang
menonjol dari piamater pada ventrikel ke-3 dan ke-4.
Disekresikan oleh sel-sel ependimal : single layer yang mengitari
pembuluh darah cerebral dan melapisi kanal sentral medulla
spinalis. Sel-sel ependimal ini pun menutupi choroid plexus
sebagai blood-brain barrier sehingga berfungsi untuk mengatur
komposisi CSF.
c. Sirkulasi CSF
Keterangan:
Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular
(Munro) → menuju ventrikel ke-3 otak (tempat cairan semakin banyak
karena ditambah oleh plexus koroid) → melalui aquaductus cerebral
6
(Sylvius) menuju ventrikel ke-4 (tempat cairan ditambahkan kembali
dari pleksus koroid) → melalui tiga lubang pada langit-langit ventrikel ke-
4 → bersirkulasi melalui ruang subarakhnoid, di sekitar otak dan medulla
spinalis → direabsorsi di vili arakhnoid (granulasi) → ke dalam sinus
vena pada duramater kembali ke aliran darah tempat asal produksi
cairan tersebut.
d. Fungsi CSF
Menyokong dan melindungi otak dan spinal cord
Sebagai shock absorber antara otak dan tulang cranium (otak
dan CSF memiliki gaya berat spesifik yang kurang-lebih sama
sehingga otak dapat dengan aman terapung dalam cairan ini)
Menjaga agar otak dan spinal cord tetap basah sehingga
memungkinkan pertukaran zat antara CSF dan sel saraf
Mempertahankan tekanan intracranial
Transportasi nutrisi bagi jaringan saraf mengangkut produk sisa
Sebagai buffer / lingkungan yang baik bagi jaringan saraf
7
Menjaga hemeostatis dengan cara:
Mechanical protection (sebagai bantalan untuk jaringan
lunak otak & medulla spinalis.)
Sirkulasi (sebagai tempat pertukaran nutrien dan zat
buangan antara darah dan jaringan saraf)
Chemical protection (melindungi otak & medulla
spinalis dari bahan kimia yang berbahaya)
e. Normal performance of CSF
Jernih (tidak berwarna) seperti air.
Ditemukan sel-sel mononuclear (limfosit 2 – 5 sel/ml dan
monosit).
Tidak ditemukan mikroorganisme
Sifatnya basa / alkali
Tidak berbau
f. Perubahan performa CSF karena infeksi
Infeksi bakteri bakteri mengeluarkan zat kimia yang sesuai
dengan reseptor pada neutrofil neutrofil tertarik kadar
neutrofil dalam CSF meningkat
Infeksi bakteri bakteri menggunakan glukosa sebagai bahan
bakar energi kadar glukosa dalam CSF menurun
Infeksi bakteri terjadi peradangan permeabilitas sawar
darah otak terganggu protein berukuran besar dapat masuk
terjadi peningkatan kadar protein dalam CSF
Infeksi bakteri terjadi pendarahan warna CSF akan
berubah
g. Konstituen CSF
Komposisi dari CSF menyerupai plasma darah dan cairan interstitial,
mengandung glukosa, protein, asam laktat, urea, kation (Na+, K
++,
Ca2+
, Mg2+
), anion (Cl-, HCO3
-), sel darah putih, tetapi tidak
mengandung protein.
Protein Normal : sedikit protein, karena sawar darah otak
tidak bisa ditembus oleh protein yang molekulnya besar (akan
meningkat bila terjadi penurunan permeabilitas BBB)
Glukosa Normal : 40-70mg/dl (2/3 gula darah).
Asam laktat Normal : 10 -20 mg/dl (akan meningkat bila
terjadi perombakan glukosa)
Ureum Normal : 10-15 mg/dl, hampir sama dengan darah
Glutamine Normal : 20 mg/dl
Enzim enzim yang terdapat dalam serum(seperti : LDH,
ALT, dan AST) juga terdapat dalam CSF dengan jumlah lebih
rendah
Zat-zat lain :
Konsentrasi Na sama dengan pada plasma
Konsentrasi Cl 15 % lebih besar daripada plasma
Konsentrasi K 40 % lebih kecil daripada plasma
Sedikit ion bikarbonat.
8
Tabel Karakteritik CSF Dewasa Normal kadar CSF relatif terhadap kadar plasma
- Tekanan
- pH
- Protein total
- Imunoglobin
- Albumin / globulin
- Glukosa
- Asam Laktat
- Urea (sebagai nitrogen urea)
- Glutamin
- Limfosit
75-200 mmH2O
7,32-7,35
15-45 mg/dl
0,75-3,5 mg/dl
8 : 1
40-70 mg/dl
10-20 mg/dl
10-15 mg/dl
< 20 mg/dl
2-5/ml
Sedikit lebih rendah
0,2-0,5 %
< 0,1 %
3-4 kali lebih tinggi
50-80 % dari kadar dalam
darah 30-60 menit sebelumnya
Hampir sama
Hampir sama
Hampir sama
9
3. Memhami dan menjelaskan meningoensefalitis
4. Memahami dan menjelaskan kejang demam
a. Definisi
Kejang Demam (KD) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal di atas suhu 380 C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium.
Penjelasan:
KD terjadi pada 2 – 4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian
kejang demam kembali tidak termasuk dalam KD.
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan
tidak termasuk KD.
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
mengalami kejang di dahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama
demam.
b. Epidemiologi
KD adalah penyebab demam tersering pada anak – anak. Angka kejadian
KD diperkirakan 2 – 4% di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Di
Asia dilaporkan angka kejadiannya lebih tinggi dari 10 – 15%. Peak
incidence pada usia 14 – 18 bulan. KD agak lebih sering dijumpai pada
anak laki daripada perempuan, dengan perbandingan 1,4 : dan 1,2 : 1.
Predisposisi genetic diperkirakan berperan pada penderita KD yang
memiliki saudara kandung dan orang tua dengan riwayat KD. Gen yang
diperkirakan memiliki peranan penting adalah gen pada kromosom 19p
dan 8q13-21. Pola pewarisannya adalah secara autosomal dominan.
c. Etiologi dan Faktor Risiko
KD adalah kejang yang timbul pada suhu badan yang tinggi (demam).
Demamnya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti demam
yang disebabkan oleh infeksi (terutama), demam setelah imunisasi.
Demam oleh infeksi biasanya disebabkan oleh penyakit tonsillitis dan/atau
faringitis, OMA, enteritis/gastroenteritis dengan atau tanpa dehidrasi,
bronchitis, bronkopneumonia, morbili, varisela, dengue, tidak diketahui.
Demam setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi pertusis
(DPT) dan campak.
d. Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. KD sederhana
Berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umumnya berhenti
sendiri
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal
10
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
KD sederhana merupakan 80% di antara seluruh KD
2. KD kompleks
Bila ada salah satu ciri berikut:
Kejang lama > 15 menit
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang
didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Penjelasan:
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung > 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan
kejang anak tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% KD.
Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari,
di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang
terjadi pada 16% KD.
e. Patofisiologi
Prichard and Greal mengutarakan suatu hipotesis, yaitu anoksia relatif
(keadaan kekurangan oksigen) yang terjadi sewaktu demam mungkin
menjadi penyebab kejang. Mereka mengutarakan bahwa peningkatan suhu
sebesar 1 derajat Fahrenheit akan meningkatkan metabolisme basal sekitar
7%. Rasio sirkulasi serebral terhadap sirkulasi tubuh seluruhnya jauh lebih
tinggi pada anak dibandingkan pada dewasa.
Pada orang dewasa sekitar 18% dari sirkulasi total tubuh didistribusikan ke
otak. Pada anak 3 tahun, angka ini jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 65%.
Pada anak yang lebih muda mungkin lebih tinggi lagi. Bila suhu
meningkat beberapa, aliran darah harus pula ditingkatkan untuk menjaga
agar pasokan oksigen dan glukosa ke otak cukup. Bila peningkatan aliran
darah tidak mencukupi, maka terdapat anoksia relatif yang mungkin
memicu kejang.
Dalam keadaan normal, membran sel neuron lebih permeable terhadap ion
Kalium (K+) dibandingkan terhadap ion Natrium (Na
+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K
+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedangkan di luar sel neuron
terjadi keadaan sebaliknya. Oleh karena perbedaan jenis dan konsentrasi
ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang
disebut potensial membrane sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan channel Na+
dan K+ di permukaan sel.
Pada keadaan anoksia relatif, kejang dapat terjadi akibat adanya perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi
difusi ion Na+ dan K
+ yang menyebabkan depolarisasi sel neuron, lalu
terbentuklah potensial aksi dalam bentuk arus listrik yang diteruskan
sampai ke otak sehingga akhirnya menimbulkan kejang.
Kejang pada umumnya akan berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak
tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik /
menit kemudian anak akan terbangun dan tersadar kembali tanpa defisit
neurologis. KD simpleks umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Sedangkan kejang yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan kerusakan permanen pada otak.
11
f. Diagnosis
1. Anamnesis
Tanyakan mengenai:
Identitas pasien
Kejadian sebelum kejang
Suhu sebelum kejang
Dilakukan apa saja
Yang dilakukan anak
Sudah berapa lama demam
Sebelum kejang anak masih mau makan minum tidak
Sifat kejang
Suhu tubuh sesaat dan sesudah kejang
Onset, durasi, interval, frekuensi kejang
Tingkat kesadaran sewaktu dan sesudah kejang
Apakah kejang timbul pertama kali atau sudah pernah
sebelumnya
Riwayat kejang demam sebelumnya
Riwayat epilepsi dalam keluarga
Riwayat perkembangan anak
2. Pemeriksaan Fisik
TTV
Tingkat kesadaran
Rangsang meningeal
Pemeriksaan neurologis
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dikerjakan secara rutin
Dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi dengan demam
Pemeriksaan yang dilakukan misalnya darah perifer,
elektrolit, dan gula darah
Pungsi Lumbal
Pemeriksaan CSF dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis (risiko terjadinya
meningitis bakterialis adalah 0,6% - 6,7%.
Pada bayi kecil sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena MK tidak jelas. OKI, LP
dianjurkan pada:
Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
Bayi antara 12 – 18 bulan dianjurkan
Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu
dilakukan LP
EEG
12
Tidak direkomendasikan karena tidak dapat
memprediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan
kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien KD.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada keadaan KD
yang tidak khas. Misalnya KD kompleks pada anak
usia lebih dari 6 tahun, atau KD fokal.
Pencitraan
CT scan dan MRI jarang sekali dikerjakan, dikerjakan hanya
atas indikasi seperti:
Kelainan neurologic fokal yang menetap (hemiparesis)
Paresis N. VI
Papiledema
g. Diagnosis Banding
Epilepsi (Walaupun gejalanya sama yaitu kejang berulang, namun
pada anak dengan epilepsi, episode kejang tidak disertai demam)
Kelainan dalam otak karena infeksi, misalnya meningitis,
ensefalitis, abses otak
h. Tatalaksana
1. Tatalaksana awal
Memastikan jalan nafas tidak tersumbat
Pemberian O2 melalui face mask
Bila pasien datang dalam keadaan kejang, harus hentikan
kejang terlebih dahulu. Diberikan diazepam 0,5 mg/kg per
rectal. Jika telah terpasang infus, diberikan 0,3 – 0,5 mg/kg
perlahan – lahan dengan kecepatan 1 – 2 mg/menit atau dalam
waktu 3 – 5 menit dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat praktis yang dapat dapat diberikan orang tua atau di
rumah adalah diazepam rektal dengan dosis 0,5 – 0,75mg/kg
atau:
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan BB < 10kg
diazepam rektal 10 mg untuk anak dengan BB > 10 kg
diazepam rektal 5 mg untuk anak < 3 tahun
diazepam rektal 7,5 mg untuk anak > 3 tahun
Bila setelah pemberian diazepam rectal masih kejang, dapat
diulang diazepam rectal dengan interval 5 menit.
Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rectal masih kejang,
dianjurkan dibawa ke RS. Di RS dapat diberi diazepam IV
dosis 0,3 – 0,5 mg/kg.
Bila kejang tetap belum berhenti, beri fenitoin IV dengan dosis
awal 10 – 20 mg/kg/kali. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya 4 – 8 mg/kg/ hari dimulai 12 jam setelah dosis
awal. Bila kejang tidak berhenti dengan fenitoin, pasien harus
dirawat di ruang intensif segera.
2. Pemberian Obat Saat Demam
Antipiretik
13
Antipiretik boleh diberikan. Dosis parasetamol 10 – 15
mg/kg/kali diberi 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
Ibuprofen 5 – 10 mg/kg/kali, 3 – 4 kali sehari.
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30 – 60%
kasus. Begitu juga dengan diazepam rectal dosis 0,5 mg/kg
tiap 8 jam pada suhu > 38,50 C.
Fenobarbital, karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam
tidak berguna untuk mencegah KD
i. Komplikasi
Kecacatan sebagai komplikasi KD tidak pernah dilaporkan. Perkembangan
mental dan neurologis umumnya normal. Kelainan neurologis pernah
dilaporkan pada kasus KD lama atau kejang berulang baik umum maupun
fokal. Kematian tidak pernah dilaporkan
j. Prognosis
Kemungkinan berulangnya KD bila ada FR:
Riwayat KD dalam keluarga
Usia < 12 bulan
Temperatur yang rendah saat kejang
Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh FR ada kemungkinan berulang KD adalah 80%,
sedangkan bila tidak ada FR kemungkinan berulangnya hanya 10 –
15%. Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama.
Dapat menjadi epilepsi. FR nya adalah:
Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum
KD pertama
KD kompleks
Riwayat epilepsy pada ortu atau saudara kandung
Masing – masing FR meningkatkan kemungkinan kejadian
13pilepsy 4 – 6 %, kombinasi FR tersebut kemungkinan
13pilepsy menjadi 10 – 49%. Kemungkinan 13pilepsy tidak
dapat dicegah dengan pemberiatan obat rumat pada KD.
14
5. Memahami dan menjelaskan tinjauan islam tentang keabsahan haji
a. Definisi Haji
Secara etimologis, haji berarti pergi menuju tempat yang diagungkan.
Secara terminologis berarti beribadah kepada Allah dengan melaksanakan
manasik haji, yaitu perbuatan tertentu yang dilakukan pada waktu dan
tempat tertentu dengan cara yang tertentu pula. Definisi ini disepakati
oleh seluruh mazhab.
b. Hukum dan Dalilnya
Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu,
wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam.
Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur‟an, As Sunnah
dan ijma‟ (kesepakatan para ulama).
1. Dalil Al Qur‟an
Allah Ta’ala berfirman,
ان غي ع ه للاه كفر فإ اصتطاع إنيه صبيلا وي عهى انهاس حج انبيت ي ولله ي عان
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali
Imron: 97).
Ayat ini adalah dalil tentang wajibnya haji. Kalimat dalam ayat
tersebut menggunakan kalimat perintah yang berarti wajib. Kewajiban
ini dikuatkan lagi pada akhir ayat (yang artinya), “Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. Di sini, Allah
menjadikan lawan dari kewajiban dengan kekufuran. Artinya,
meninggalkan haji bukanlah perilaku muslim, namun perilaku non
muslim.
2. Dalil As Sunnah
Dari Ibnu „Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
، وإقاو انصه ا رصىل للاه دا ه ه يح وأ ال إنه إاله للاه ش شهادة أ لة ، وإيتاء بى اإلصلو عهى خ
كاة ، وانحج ، وصىو ريضا انزه
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan
yang berhak disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah
utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan
berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no.
16). Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun
Islam. Ini berarti menunjukkan wajibnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
ىا » عهيكى انحجه فحج فضكت «. أيها انهاس قد فرض للاه فقال رجم أكمه عاو يا رصىل للاه
ا اصتطعتى نى قهت » -صهى للا عهيه وصهى-حتهى قانها ثلثاا فقال رصىل للاه عى نىجبت ون
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di
tengah-tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, Allah
telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti
berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga
kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,
15
“Seandainya aku mengatakan „iya‟, maka tentu haji akan diwajibkan
bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup.” (HR.
Muslim no. 1337). Sungguh banyak sekali hadits yang menyebutkan
wajibnya haji hingga mencapai derajat mutawatir (jalur yang amat
banyak) sehingga kita dapat memastikan hukum haji itu wajib.
3. Dalil Ijma‟ (Konsensus Ulama)
Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur
hidup bagi yang mampu. Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al
ma’lum minad diini bidh dhoruroh (dengan sendirinya sudah
diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan
kafir.
c. Syarat Sah Haji
1. Islam
2. Berakal
3. Miqot zamani, artinya haji dilakukan di waktu tertentu (pada
bulan-bulan haji), tidak di waktu lainnya. „Abullah bin „Umar,
mayoritas sahabat dan ulama sesudahnya berkata bahwa waktu
tersebut adalah bulan Syawwal, Dzulqo‟dah, dan sepuluh hari
(pertama) dari bulan Dzulhijjah.
4. Miqot makani, artinya haji (penunaian rukun dan wajib haji)
dilakukan di tempat tertentu yang telah ditetapkan, tidak sah
dilakukan tempat lainnya. Wukuf dilakukan di daerah Arafah.
Thowaf dilakukan di sekeliling Ka‟bah. Sa‟i dilakukan di jalan
antara Shofa dan Marwah. Dan seterusnya
d. Syarat Wajib Haji
Syarat wajib haji adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang
sehingga dia diwajibkan untuk melaksanakan haji, dan barang siapa yang
tidak memenuhi salah satu dari syarat-syarat tersebut, maka dia belum
wajib menunaikan haji. Adapun syarat wajib haji adalah sebagai berikut :
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Merdeka
5. Mampu
Sehat jasmani dan rohani tidak dalam keadaan tua renta, sakit
berat, lumpuh, mengalami sakit parah menular, gila, stress
berat, dan lain sebagainya. Sebaiknya haji dilaksanakan
ketika masih muda belia, sehat dan gesit sehingga mudah
dalam menjalankan ibadah haji dan menjadi haji yang
mabrur.
Memiliki uang yang cukup untuk ongkos naik haji (onh)
pulang pergi serta punya bekal selama menjalankan ibadah
haji. Jangan sampai terlunta-lunta di Arab Saudi karena tidak
punya uang lagi. Jika punya tanggungan keluarga pun harus
tetap diberi nafkah selama berhaji.
Keamanan yang cukup selama perjalanan dan melakukan
ibadah haji serta keluarga dan harta yang ditinggalkan selama
16
berhaji. Bagi wanita harus didampingi oleh suami atau
muhrim laki-laki dewasa yang dapat dipercaya.
e. Rukun Haji
Yang dimaksud rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam
ibadah haji, dan jika tidak dikerjakan hajinya tidak sah. Adapun rukun
haji adalah sebagai berikut :
1. Ihram
Ihram, yaitu pernyataan mulai mengerjakan ibadah haji atau
umroh dengan memakai pakaian ihram disertai niat haji atau
umroh di miqat.
2. Wukuf
Wukuf di Arafah, yaitu berdiam diri, dzikir dan berdo'a di Arafah
pada tanggal 9 Zulhijah.
3. Tawaf Ifadah
Tawaf Ifadah, yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali,
dilakukan sesudah melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10
Zulhijah.
4. Sa'i
Sa'i, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah
sebanyak 7 Kali, dilakukan sesudah Tawaf Ifadah.
5. Tahallul
Tahallul, yaitu bercukur atau menggunting rambut setelah
melaksanakan Sa'i.
6. Tertib
Tertib, yaitu mengerjakan kegiatan sesuai dengan urutan dan tidak
ada yang tertinggal.
f. Wajib Haji
Wajib Haji adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah
haji sebagai pelengkap Rukun Haji, jika salah satu dari wajib haji ini
ditinggalkan, maka hajinya tetap sah, namun harus membayar dam
(denda). Yang termasuk wajib haji adalah :
1. Niat Ihram, untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, dilakukan
setelah berpakaian ihram.
2. Wukuf di Arafah
3. Mabit (bermalam) di Muzdalifah, pada tanggal 9 Zulhijah (dalam
perjalanan dari Arafah ke Mina).
4. Melontar Jumrah Aqabah, pada tanggal 10 Zulhijah yaitu dengan
cara melontarkan tujuh butir kerikil berturut-turut dengan
mengangkat tangan pada setiap melempar kerikil sambil berucap,
“Allahu Akbar, Allahummaj „alhu hajjan mabruran wa zanban
magfura(n)”. Setiap kerikil harus mengenai ke dalam jumrah
jurang besar tempat jumrah.
5. Mabit di Mina, pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah).
6. Tawaf Wada', yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum
meninggalkan kota Mekah.
7. Mencukur atau memotong rambut, mencukur lebih afdal
g. Sunnah Haji
17
Menurut mazhab Syafi'i Sunah adalah semua pekerjaan yang
diperintahkan Allah tetapi tidak bersifat jazim (tegas), diberi pahala orang
yang melaksanakannya, tidak disiksa orang yang meninggalkannya.
Sunah, mandub, mustahab dan tathawwu' adalah kata-kata sinonim yang
memiliki satu arti.
Sunah Haji :
1. Mandi ketika hendak ihram
2. Membaca talbiah
3. Tawaf qudum buat pelaku haji ifrad atau qiran
4. Bermalam di Mina pada malam Arafah
5. Lari kecil dan membuka bahu kanan ketika tawaf qudum
18
Daftar Pustaka
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-meningitis.html
Brunner / Suddarth,( 2000). Buku saku keperawatan medikal bedah,EGC
Jakarta
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Kapita Selekta Kedokteran FKUI, (1999) Media Aesculapius, Jakarta