115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

35
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMYELITIS DISUSUN OLEH : Kadek Eddy Kurniwanan (C1109017) Putu Raka Widia Paramita (C1109032)

Transcript of 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

Page 1: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMYELITIS

DISUSUN OLEH :

Kadek Eddy Kurniwanan (C1109017)

Putu Raka Widia Paramita (C1109032)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI

MANGUPURA

2012

Page 2: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum

dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau

hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257).

Osteomyelitis adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik

(Overdoff, 2002:571).

Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang

disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi

bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis

jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90).

Menurut Price (1995:1200). Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang.

Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeksi

lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan oleh Escherichia coli,

staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes (Tucker, 1998:429).

Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan

tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri

piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan

dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan

dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang

tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200).

Page 3: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

B. Insidensi

Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian

seluruh usia bisa saja berisiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya

kasus ini banyak terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 2:1.

C. Etiologi

Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme

penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus

(Overdoff, 2002:571).

Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan

keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau

memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang

berdarah merupakan akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang

tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat

melukai tulang pokok sering menyebabkan traumatik osteomyelitis.

Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua karena factor

penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).

D. Patofisiologi

Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus.

Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan

pneumococcus. Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena.

Tulang terinfeksi oleh bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di

dekatnya atau secara langsung selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal

menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar ke

bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan abses superiosteal. Suquestra

Page 4: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

tulang yang mati terbentuk. Pembentukan tulang baru dibawah perioteum yang

terangkan diatas dan disekitar jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang

memungkinkan pus keluar (Overdoff, 2002:541, Rose, 1997:90).

Page 5: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

E. Pathway

F. Klasifikasi

G.

Proses penuaan, Luka tekanan, trauma

jaringan lunak, trauma luka tembus, nekrose

berhubungan dengan keganasan, terapi radiasi serta

luka bakar

Staphylococcus aureus

Kuman masuk

Metafisis tulang

Reaksi inflamasi

Pertahanan tubuh menurun

Osteomyelitis

Faktur compound, prosedur operasi, luka tusuk yang melukai tulang

Kerusakan jaringan tulang

Infeksi berlebihan

Abses tulang

Nekrosis tulangpembentukansquestrum)

Perubahan bentuk(ankylosing)

Fungsi tulangMenurun

Kemampuan melakukanpergerakan menurun

Operasi (Pembedahan)

Terputusnyakontinuitas

jaringan

Merangsangsyaraf mieline

Alarm nyeri

Terputusnyakontinuitas

jaringan

Merangsangsyaraf mieline

Alarm nyeri

Insisipembedahan

Port de’entry

Kuman masuk

Pertahanansekunder menurun

Gerak terbatas

Imobilisasi

Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Risti Penyebaran Infeksi

Gangguan Mobilitas Fisik

Hospitaslisasi

kesalahan interpretasi

Pasien banyak bertanya

Kurang Pengetahuan

Page 6: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (1995:463-464)

yaitu :

1) Osteomyelitis piogenik hematogen

Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik hematogen

terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh

bacillus colli. Kecuali samonela, osteomyelitis hematogen biasanya

bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam sistemik akut yang disertai

dengan gejala nyeri setempat, perasaan tak enak, kemerahan dan

pembengkakan.

2) Osteomyelitis tuberculosis

Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi.

Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari ekstremitas

dan tulang belakang. Osteomyelitis tuberkulosis dapat menyebabkan

deformitas yang serius (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan

perubahan sumbu tulang belakang dari posisi normalnya.

H. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis osteomielitis berkembang secara progenesis penyakit, antara

lain :

1. Osteomyelitis akut berkembang secara progresif atau cepat.

Pada keadaan ini, mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakteri pada

kulit dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan pada

daerah infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota

gerak yang bersangkutan. Gejala umum timbul akibat bakteremia dan

septikemia yang berupa panas tinggi, malaise, serta nafsu makan

Page 7: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

berkurang. Pada orang dewasa, lokasi infeksi biasanya pada daerah torako

lumbal yang terjadi akibat torako sintesis atau prosedur urologis dan

dapat ditemukan adanya riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-

obatan atau pengobatan dengan imunosupresif. Oleh karena itu, riwayat

tentang hal tersebut perlu ditanyakan.

2. Osteomielitis hematogen subakut.

Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot, nyeri lokal,

sedikit pembengkakan, dan dapat pula lansia menjadi pincang. Terdapat

nyeri pada area sekitar sendi  selama beberapa minggu atau mungkin

berbulan-bulan. Suhu tubuh lansia biasanya normal. Pada pemerikasaan

laboratorium, leukosit umumnya normal, tetapi laju endap darah

meningkat. Pada foto rontgen, biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-

2 cm terutama pada aderah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-

kadang pada daerah diafisis tulang panjang.

3.  Osteomielitis kronis

Lansia sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka sinus

setelah operasi, yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai

demam dan nyeri local yang hilang timbul di daerah anggota gerak

tertentu. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya sinus, fistel, atau

sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan

sekuestrum yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat

fraktur terbuka atau osteomielitis pada lansia.

Page 8: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

I. Pemeriksaan Diagnostik

1. Scan tulang dengan menggunakan nukleotida berlabel radioaktif dapat

memperlihatkan perasangan di tulang (MRI)

2. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah lengkap

dan laju endap darah yang mengisyaratkan adanya infeksi yang sedang

berlangsung. Neutrofil meningkat (N: 2,2 - 7,5 109/L). LED

meningkat(N: 1-10 mm/jam)

3. Aspirasi, untuk memperoleh pus dari subkutis, subperiost atau fokus

radang di metafisis

4. Complement Reactive Protein (CRP) meningkat (N:<5 mg/L). CRP dan

LED yang tinggi sering dijumpai pada awal infeksi.

J. Penatalaksanaan

Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi lokal

dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan

lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian

terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden

osteomielitis pascaoperasi.

Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang

memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi

akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan

menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.

Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan

dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama

20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.

Page 9: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi,

Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi

organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh

lebih dari satu patogen.

Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika

intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka

terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol

infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya

trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat

penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi.

Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan

bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah

terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.

Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama

makanan.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang

yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik

diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis

steril. Tetapi antibitika dianjurkan.

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen

bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya

ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan

pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan

Page 10: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan

mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau

dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting

dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol

hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal

selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi

ini.

Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk

merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi

dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot

diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).

Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan

darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.

Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan

penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian

memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat

penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

Page 11: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor

register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.

2. Keluhan Utama

Alasan yang menyebabkan lansia masuk ke rumah sakit. Biasanya karena

adanya gangguan pada sistem muskoloskletal.

3. Genogram

Mengkaji silsilah keluarga yang berkaitan dengan penyakit osteomyelitis.

4. Riwayat Kesehatan Sekarang

Sejak kapan timbul keluhan, apakan ada riwayat trauma. Hal-hal yang

menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbulnya

untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada-

tidaknya gangguan pada sistem lainnya. Kaji lansia untuk mengungkapkan

alasan lansia memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan,

keluhan utama pasien dan gangguan muskuloskeletal meliputi :

a) Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan

pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri

apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya

berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan

Page 12: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang.

Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakan.

Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian.

Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada

sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan

setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu

dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam

hari. Inflamasi pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam

hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyerinya dapat

diatasi dengan obat tertentu.

b) Kekuatan sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan,

lamanya kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan.

Beberapa kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan

beberapa kali sehari. Pada penyakit degenarasi sendi sering terjadi

kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur

(inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu

dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi.

Suhu panas biasanya menurunkan spasme otot.

c) Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga

disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera

pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak

pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri.

Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips.

Page 13: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut

menunjukkan adanya inflamasi, infeksi atau cedera.

d) Deformitas dan imobilitas : tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba

atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin

memburuk dengan aktivits, apakah dengan posisi tetentu makin

memburuk. Apakah lansia menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, dll)

e) Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian

tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan

dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat

bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan

genetik yang perlu diidentifikasi misalnya (penyakit diabetes melitus yang

merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia,

osteomielitis, dll)

6. Riwayat Lingkungan Hidup

Pengkajian terhadap lingkungan hidup lansia. Seperti lingkungan keluarga,

tetangga, dan lain-lain.

7. Riwayat Rekreasi

Pengkajian terhadap seberapa seringnya lansia melakukan rekreasi.

8. Sumber/Sistem Pendukung

Pengkajian terhadap siapa saja sistem pendukung pada lansia, seperti

pasangan, anak, teman, saudara, atau tetangga.

9. Deskripsi Hari Khusus

Page 14: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

Pengkajian terhadap hari khusus yg di miliki oleh lansia.

10. Riwayat Kesehatan dahulu

Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data tentang adanya efek

langsung atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat

trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat artritis dan osteomielitis.

11. Pemeriksaan Fisik (Tinjauan Sistem)

Pemeriksaan Fisik secara umum (keadaan umum, integument, kepala, mata,

telinga, hidung dan sinus, mulut dan tenggorokan, leher, payudara,

pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal, perkemihan, muskuloskletal,

sistem saraf pusat, sistem endokrin, reproduksi) tidak mengalami gangguan

sehingga tidak menjadi pengkajian secara khusus. Namun biasanya pada

sistem muskuloskeletal perlu dikaji lebih mendalam.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji pada skelet tubuh, yaitu :

1) Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh

penyakit sendi

2) Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya

tumor tulang.

3) Pemendekan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak

sejajar secara anatomis

4) Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakan pada titik bukan

sendi, teraba krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan

adanya patah tulang.

Page 15: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

Pengkajian Tulang Belakang

Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan

yaitu :

1) Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang)

o Bahu tidak sama tinggi

o Garis pinggang yang tidak simetris

o Skapula yang menonjol

Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan

kongenital, atau akibat kerusakan otot para-spinal, seperti

poliomielitis.

2) Kifosis (kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada).

Sering terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakti

neuromuskular.

3) Lordosis (membebek, kurvantura tulang bagian pinggang yang

berlebihan. Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil

Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas

untuk melihat seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksan

kurvantura tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan

dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan berdiri di

belakang pasien, perhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista

iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Kesimetrisan bahu,

pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa dalam posisi pasien

berdiri tegak dan membungkuk ke depan.

Page 16: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

Pengkajian Sistem Persendian

Pengkajian sistem perssendian dengan pemeriksaan luas gerak sendi

baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas dan adanya benjolan.

Pemeriksaan sendi menggunakan alat goniometer, yaitu busur derajat

yang dirancang khusus untuk evakuasi gerak sendi.

1) Jika sendi diekstensikan maksimal namun masih ada sisa

fleksi, luas gerakan ini diangap terbatas. Keterbatasan ini

dapat disebabkan oleh deformitas skeletal, patologik sendi,

kontraktur otot dan tendon sekitar.

2) Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus

diperiksa adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi),

pembengkakan dan inflamasi. Tempat yang paling sering

terjadi efusi adalah pada lutut.

Palpasi sendi sambil sendi digerakkan secara pasif akan memberi

informasi mengenai integritas sendi. Suara “gemeletuk”dapat

menunjukkan adanya ligamen yang tergelncir di antara tonjolan

tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi yang tidak rata

ditemukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat

benjolan yang khas ditemukan pada pasien :

1) Artritits reumatoid, benjolan lunak di dalam dan sepanjang

tendon.

2) Gout, benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi

3) Osteoatritis, benjolan keras dan tidak nyeri merupakan

pertumbuhan tulang baru akibat destruksi permukaan kartilago

Page 17: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

pada tulang dalam kapsul sendi, biasanya ditemukan pada

lansia.

Kadang-kadang ukuran sendi menonjol akibat artrofi otot di

proksimal dan distal sendi sering terlihat pada artritis reumatoid sendi

lutut.

Pengkajian Sistem Otot

Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi,

kekuatan dan koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot.

Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai kondisi seperti

polineuropati, gangguan elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis dan

distrofi otot.

Palpasi otot dilakukan ketika ekstrimitas rileks dan digerakkan secara

pasif, perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur

dengan meminta pasien menggerakkan ekstrimitas dengan atau tanpa

tahanan. Misalnya, otot bisep yang diuji dengan meminta klien

meluruskan lengan sepenuhnya, kemudian fleksikan lengan melawan

tahanan yang diberikan oleh perawat.

Tonus otot (kontraksi ritmik otot) dapat dibangkitkan pada

pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat, atau

tangan dengan ekstensi pergelangan tangan.

Lingkar ekstrimitas harus diukur untuk memantau pertambaan ukuran

akibat edema atau perdarahan, penurunan ukuran akibat atrofi dan

dibandingkan ekstrimitas yang sehat. Pengukuran otot dilakukan di

Page 18: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

lingkaran terbesar ekstrimitas, pada lokasi yang sama, pada posisi

yang sama dan otot dalam keadaan istirahat.

Gradasi Ukuran Kekuatan Otot

0 (zero) Tidak ada kontraksi saat palpasi, paralisis

1 (trace) Terasa adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan

2 (poor) Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat

melakukan gerakan sendi (range of motion, ROM)

secara penuh

3 (fair) Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh

dengan melawan gravitasi, tetapi tidak dapat melawan

tahanan

4 (good) Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat

melawan tahanan tingkat sedang

5 (normal) Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh

dan dapat melawan gravitasi dan tahanan

12. Pengkajian Psikososial dan Spiritual

a. Psikososial

Kemampuan sosialisasi lansia pada saat sekarang, sikap lansia dengan

orang lain dan harapan lansia dalam melakukan sosialisasi.

b. Identidikasi Masalah Emosional

Pertanyaan tahap 1 dan 2.

Masalah emosional (+) atau Negatif (-)

c. Spiritual

Page 19: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyakinan tentang kematian.

13. Pengkajian Fungsional Lansia

a. Indeks kata

b. Modifikasi dari Barthel Indeks

14. Pengkajian Status Mental Gerontik

a. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Portable Mental Status

Questioner (SPSMQ)

b. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan

MMSE (Mini Mental Status Exam)

15. Skala Psikologis

Menentukan skala depresi pada lansia.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan rentang

gerak

3. Risiko Terhadap Perluasan Infeksi berhubungan dengan pembentukan abses

tulang.

4. Kurang Pengetahuan tentang pengobatan

Page 20: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1 Nyeri b/d inflamasi dan pembengkakan

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang Kriteria Hasil : - Skala nyeri 0-4 - Grimace (-) - Gerakan melokalisir nyeri (-)

1. Pantau tingkat dan intensitas nyeri

2. Lakukan imobilisasi dengan bidai

3. Tinggikan ekstrimitas yang nyeri

4. Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)

5. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai program terapi

1. Tingkat dan intensitas nyeri merupakan data dasar yang dibutuhkan perawat sebagai pedoman pengambilan intervensi, sehingga setiap perubahan harus terus dipantau.

2. Imobilisasi dapat membantu meringankan tugas tulang dalam mempertahankan postur tubuh sehingga tidak terjadi kekakuan daerah sekitar yang menyebabkan nyeri.

3. Peninggian ekstrimitas dapat membantu meningkatkan aliran balik vena yang menyebaban pembengkakan berkurang sehingga penekanan daerah cedera menurun.

4. Teknik relaksasi (nafas dalam ) dapat membantu menurunkan tingkat ketegangan sehingga diharapkan tekanan otot-otot sekitar daerah cedera menurun

5. Analgesik berfungsi untuk melakukan hambatan pada sensor nyeri sehingga sensasi nyeri pada klien berkurang.

2 Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, keterbatasan rentang gerak

Tujuan : Setelah dilakukan perawatan, klien dapat melakukan mobilisasi dengan atau tanpa bantuan perawat Kriteria hasil : - Klien dapat

1. Lakukan imobilisasi dengan bidai pada daerah yang mengalami kerusakan.

2. Ajarkan penggunaan alat

1. Imobilisasi dapat mengurangi pergerakan daerah cedera sehingga tidak terjadi kerusakan yang berlanjut, hal ini juga dapat membantu menopang berat tubuh.

2. Klien mungkin baru mengenal dan tidak dapat

Page 21: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

melakukan ROM aktif - Klien dapat berpindah dengan bantuan alat

bantu berpindah

3. Jelaskan pada

pasien tetntang pentingnya pembatasan aktivitas

4. Latihan ROM aktif dan perpindahan maksimal 2 kali dalam sehari

5. Anjurkan partisipasi partisipasi aktif sesuai kemampuan dalam kegiatan sehari-hari

menggunakan alat bantu mobilitas seperti kruk atau walker sehingga peran perawat adalah memberikan pendidikan tentang cara penggunaannya.

3. Klien mungkin tidak mengerti mengenai tujuan pembatasan gerak, sehingga perawat harus memberikan penyuluhan tentang pentingnya pembatasan aktivitas pada pasien cedera. Pemahaman klien memungkinkan peningkatan daya kooperatif.

4. Latihan ROM dapat mencegah penurunan masa otot, kontraktur dan peningkatan vaskularisasi. Sehingga tidak timbul komplikasi yang tidak diharapkan

5. Partisipasi aktif dapat membantu pemulihan kesehatan dan melatih kekuatan otot, sehingga diharapkan klien dapat mempertahankan kekuatannya.

3 Risiko Terhadap Perluasan Infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.

Setelah dilakukan perawatan, tidak terjadi perluasan infeksi pada klienKriteria hasil : - Tidak ada tanda-tanda infeksi - WBC Normal

1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan

2.  Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas

1. Agar gangguan mobilitas fisik dapat berkurang

2. Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien

Page 22: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

yang sakit dan tak sakit

3. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak

4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

5. Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan

6. Ubah posisi secara periodik

7. Kolaborasi dengan Fisioterapi / aoakulasi terapi

3. Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien

4.  Agar klien tidak banyak melakukan gerakan yang dapat membahayakan

5. Mengurangi terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi

6. Mengurangi gangguan mobilitas fisik

7. Kolaborasi interprofesional membantu proses perawatan klien lebih efektif

4 Kurang Pengetahuan tentang pengobatan

Setelah diberikan tindakan keperawatan, diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan, Kriteria Hasil :- Melaporkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami- Menanyakan tentang pilihan terapi yang merupakan petunjuk kesiapan belajar

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.

2. Berikan informasi pada pasien tentang perjalanan penyakitnya.

3. Berikan penjelasan pada pasien tentang setiap tindakan keperawatan yang diberikan.

1. Mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakitnya serta indikator dalam melakukan intervensi.

2. Meningkatkan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan.

3. Mengurangi tingkat kecemasan dan membantu meningkatkan kerjasama dalam mendukung program terapi yang diberikan

Page 23: 115576388 Laporan Pendahuluan Askep Osteomyelitis

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Ester. Daly, John. Elliott, Daug. 2009. Patofisiologi ; Aplikasi pada Praktik

Keperawatan. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Fakultas Kedokteran UI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, editor soelarto reksoprojo,

Tangerang: Binarupa Aksara

Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan

(Konsep, Prosess dan Praktik. Jakarta : EGC

Robbins, Stanley E. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC

Sjamsuhidayat, R. de Jong, Wim. 2004. Buku Ajar llmu Bedah. Jakarta : EGC

Smeltzer, Susane C. Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah

Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Suratun, at all. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri Asuhan

Keperawatan. Jakarta : EGC

Doenges, Marilyn E, dkk,. 2001. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan. Jakarta : EGC