112320265 Kontrol Adaptif Pada Katup Exhaust Gas Recirculation
-
Author
cent-aint-jinx -
Category
Documents
-
view
68 -
download
11
Embed Size (px)
Transcript of 112320265 Kontrol Adaptif Pada Katup Exhaust Gas Recirculation

Kontrol dan
SIMULASI KONTROL ADAPTIF PADA KATUP EXHAUST GAS
RECIRCULATION (EGR) UNTUK MENURUNKAN KADAR NOx
DALAM GAS BUANG MESIN DIESEL
Proposal Tugas Akhir
Oleh:
FILDZAH IMANINA
L2F009101
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2012

Proposal Tugas Akhir
SIMULASI KONTROL ADAPTIF PADA KATUP EXHAUST GAS
RECIRCULATION (EGR) UNTUK MENURUNKAN KADAR NOx
DALAM GAS BUANG MESIN DIESEL
Yang diajukan oleh
Fildzah Imanina
L2F009101
Kepada
Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Telah disetujui oleh
Pembimbing I
Dr. Aris Triwiyatno, ST, MTNIP
Tanggal: ____________________
Pembimbing II
Sumardi, ST, MTNIP
Tanggal: ____________________
Mengetahui,
Koordinator Tugas Akhir
Sukiswo, ST, MTNIP
Tanggal: __________________

ABSTRAK
Beberapa kendaraan yang ada di dunia ini menggunakan mesin diesel,
terutama yang membutuhkan tenaga yang besar. Namun, di samping tenaganya
yang besar, mesin diesel memiliki kekurangan pada kualitas emisi gas buang yang
dihasilkan. Gas buang yang dihasilkan mesin diesel mengandung bahan-bahan
yang berbahaya terhadap kesehatan, terutama NOx. Exhaust Gas Recirculation
(EGR) adalah teknik yang paling efektif saat ini untuk mengurangi emisi NOx
pada internal combustion engines. Pada EGR terdapat katup EGR yang berfungsi
mengalirkan sebagian gas buang agar masuk kembali ke dalam silinder.
Katup EGR perlu untuk dikontrol agar dapat memaksimalkan fungsi EGR
dalam mengurangi kadar NOx dalam gas buang. Bukaan katup EGR dikontrol
dengan metode kontrol adaptif.

1. Judul: Simulasi Kontrol Adaptif pada Katup Exhaust Gas Recirculation
(EGR) untuk Menurunkan Kadar NOx dalam Gas Buang Mesin Diesel
2. Konsentrasi Keilmuan: Teknik Kontrol dan Instrumentasi
3. Latar Belakang Masalah
Beberapa kendaraan yang ada di dunia ini menggunakan mesin diesel.
Kendaraan-kendaraan yang menggunakan mesin diesel biasanya adalah
kendaraan yang memerlukan tenaga yang besar seperti kereta api, truk, bus,
kapal laut, mobil penumpang, excavator, bulldozer, dan lain-lain [2].
Di samping tenaganya yang besar, mesin diesel memiliki kekurangan
pada kualitas emisi gas buang yang dihasilkan. Gas buang yang dihasilkan
mesin diesel mengandung CO2, H2O, N2, dan O2 dalam jumlah yang
signifikan secara termodinamik dan CO, THC, NOx, dan jelaga dalam jumlah
yang tidak signifikan secara termodinamik namun jumlah yang berbahaya
terhadap lingkungan. Pada mesin diesel modern, kombinasi kandungan CO2,
H2O, N2, dan O2 yaitu lebih dari 99% dari gas buang dan kandungan CO,
THC, NOx, dan jelaga adalah kurang dari 1% [5]. Oksida Nitrogen (NOx)
merupakan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Diantara berbagai
jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida (NO2) merupakan
gas yang paling beracun. Bagian dari saluran yang pertama kali dipengaruhi
adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat dicapai
oleh NO2 dari paru adalah melalui aliran darah. Percobaan pada manusia
menyatakan bahwa kadar NO2 sebsar 250 μg/m3 dan 500 μg/m3 dapat
mengganggu fungsi saluran pernafasan pada penderita asma dan orang sehat
[9].
Exhaust Gas Recirculation (EGR) adalah teknik yang paling efektif
saat ini untuk mengurangi emisi NOx pada internal combustion engines [4].
Penggunaan EGR dapat mengurangi kadar NOx pada gas buang hingga lebih
dari 400 ppm (jumlah pengurangan kadar NOx bervariasi tergantung dengan
beban mesin) [5].

Pada EGR terdapat katup EGR yang berfungsi mengalirkan sebagian
gas buang agar masuk kembali ke dalam silinder. Selain dapat mengurangi
kadar NOx dalam gas buang, teknik ini juga dapat menghemat penggunaan
bahan bakar. Katup EGR juga perlu untuk dikontrol. Karena jika terlalu
banyak gas buang yang bercampur dengan udara yang masuk ke intake
manifold akan menurunkan tenaga mesin dan meningkatkan emisi particulate
matter (PM) pada gas buang [11].
Penelitian ini perlu dilakukan untuk memaksimalkan penggunaan EGR
sehingga dapat mengurangi kadar NOx dalam gas buang yang dihasilkan oleh
mesin diesel dengan menggunakan kontrol adaptif.
4. Batasan Masalah
Agar tidak menyimpang dari permasalahan, maka pembatasan masalah
tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1) Mesin yang digunakan adalah mesin diesel (Compression Ignited Engine)
yang merupakan mesin pembakaran dalam (Internal Combustion Engine)
4 langkah.
2) Katup EGR yang digunakan adalah katup EGR elektronik.
3) Metode kontrol yang digunakan adalah kontrol adaptif.
4) Tugas akhir ini merupakan simulasi, tidak diaplikasikan langsung pada
mesin diesel.
5. Tujuan Penelitian
Tugas akhir ini bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan EGR
dengan menggunakan kontrol adaptif untuk mengatur bukaan katup EGR
dengan tujuan mengurangi kadar NOx dalam gas buang mesin diesel.

6. Kajian Pustaka
6.1 Kajian Hasil Penelitian Terdahulu
Adaptive Control of Exhaust Gas Recirculation at Nonroad Vehicle Diesel
Engine oleh Andrzej Bieniek, Mariusz Graba, dan Andrzej Lechowicz. Opole
University of Technology, Department of Mechanical Engineering, Opole,
Polandia.
6.2 Landasan Teori
6.2.1 Mesin Diesel
Mesin diesel adalah sejenis mesin pembakaran dalam, yaitu sebuah
mesin pemicu kompresi yang bahan bakarnya dinyalakan oleh suhu tinggi
gas yang dikompresi dan bukan oleh alat berenergi lain (seperti busi) [1].
Mesin ini ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel yang
menerima paten pada 23 Februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin
untuk dapat digunakan dengan bebagai macam bahan bakar termasuk debu
batu bara. Ia menunjukkannya pada Exposition Universelle (Pameran Dunia)
tahun 1900 dengan menggunakan minyak kacang. Kemudian diperbaiki dan
disempurnakan oleh Charles F. Kettering [1].
6.2.1.1 Prinsip Kerja Mesin Diesel
Mesin diesel adalah mesin kalor yang memiliki prinsip kerja
dengan menggunakan siklus diesel [6]. Motor diesel dikategorikan dalam
motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam (internal combustion
engine). Prinsip kerja motor diesel adalah merubah energy kimia menjadi
energy mekanis. Energi kimia didapatkan melalui proses reaksi kimia
(pembakaran) dari bahan bakar (solar) dan oksidiser (udara) di dalam
silinder (ruang bakar) [3].
Perbedaan utama antara motor diesel dan motor bensin yang nyata
adalah terletak pada proses pembakaran bahan bakar, pada motor bensin
pembakaran bahan bakar terjadi karena adanya loncatan api listrik yang
dihasilkan oleh dua elektroda busi (spark plug), sedangkan pada motor
diesel pembakaran terjadi karena kenaikan termperatur campuran udara

dan bahan bakar akibat kkompresi torak hingga mencapai temperature
nyala. Karena prinsip penyalaan bahan bakarnya akibat tekanan maka
motor diesel disebut juga compression ignition engine sedangkan motor
bensin disebut spark ignition engine [3].
Ketika udara dikompresi suhunya akan meningkat (seperti
dinyatakan oleh Hukum Charles), mesin diesel menggunakan sifat ini
untuk proses pembakaran Udara disedot ke dalam ruang bakar mesin
diesel dan dikompresi oleh piston yang merapat, jauh lebih tinggi dari
rasio kompresi dari mesin bensin. Beberapa saat sebelum pison pada posisi
Titik Mati Atas (TMA) atau BTDC (Before Top Dead Center), bahan
bakar diesel disuntikkan ke ruang bakar dalam tekanan tinggi melalui
nozzle supaya bercampur dengan udara panas yang bertekanan tinggi.
Hasil percampuran ini menyala dan membakar dengan cepat.
Penyemprotan bahan bakar ke ruang bakar mulai dilakukan saat piston
mendekati (sangat dekat) TMA untuk menghindari detonasi. Ledakan
tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang pembakaran mengembang
dengan cepat, mendorong piston ke bawah dan menghasilkan tenaga
linear. Batang penghubung (connecting rod) menyalurkan gerakan ini ke
crankshaft dan oleh crankshaft tenaga linear tersebut diubah menjadi
tenaga putar yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan [1].
Untuk meningkatkan kemampuan mesin diesel, umumnya
ditambahkan komponen berikut:
Turbocharger atau supercharger untuk memperbanyak volume udara
yang masuk ke ruang bakar karena udara yang masuk ruang bakar
didorong oleh turbin pada turbocharger atau supercharger.
Intercooler untuk mendinginkan udara yang akan masuk ruang bakar.
Udara yang panas volumenya akan mengembang begitu juga
sebaliknya, maka dengan didinginkan bertujuan supaya udara yang
menempati ruang bakar bisa lebih banyak.
Penambahan turbocharger atau supercharger ke mesin bertujuan
meningkatkan jumlah udara yang masuk dalam ruang bakar dengan
demikian pada saat kompresi akan menghasilkan tekanan yang tinggi dan

pada saat penyalaan atau pembakaran akan menghasilkan tenaga yang
besar [1].
Mesin diesel sulit untuk hidup pada saat mesin dalam kondisi
dingin. Beberapa mesin menggunakan pemanas elektronik kecil yang
disebut busi menyala (spark/glow plug) di dalam silinder untuk
memanaskan ruang bakar sebelum penyalaan mesin. Lainnya
menggunakan pemanas “resistive grid” dalam “intake manifold” untuk
menghangatkan udara masuk sampai mesin mencapai suhu operasi [1].
Pada cuaca yang sangat dingin, bahan bakar diesel mengental dan
meningkatkan viskositas dan membentuk kristal lilin atau gel. Hal ini
dapat mempengaruhi system bahan bakar dari tangki sampai nozzle,
membuat penyalaan mesin dalam cuaca dingin menjadi sulit. Cara umum
yang dipakai adalah memanaskan penyaring bahan bakar dan jalur bahan
bakar secara elektronik [1].
6.2.1.2 Tipe Mesin Diesel
Mesin diesel dibedakan menjadi dua, yaitu mesin diesel 4 tak dan
mesin diesel 2 tak.
a. Mesin Diesel 4 Tak [6]
1) Langkah pertama, disebut dengan suction stroke
Gambar 2.1 Langkah pertama mesin diesel 4 tak.
Udara murni akan tersedot oleh piston yang bergeser ke bawah.
2) Langkah kedua, disebut dengan langkah kompresi

Gambar 2.2 Langkah kedua mesin diesel 4 tak.
Piston akan memampatkan udara ke atas.
3) Langkah ketiga, disebut dengan power stroke
Gambar 2.3 Langkah ketiga mesin diesel 4 tak.
Pada bagian atas yang tertutup, udara dalam kondisi terkompresi
secara maksimal. Tekanan dan suhu menjadi sangat tinggi.
Kemudian fuel injector menyuntikkan bahan bakar ke dalam udara
yang panas. Sehingga pada suhu bahan bakar yang tinggi bias
menekan piston ke bawah. Proses ini dilakukan bersama dengan
bagian crankshaft.
4) Langkah keempat, disebut dengan langkah pembuangan

Gambar 2.4 Langkah keempat mesin diesel 4 tak.
Gas yang dihasilkan dari proses pembakaran akan dikeluarkan dari
silinder melalui katup kedua oleh piston yang kemudian akan
bergerak ke atas lagi.
b. Mesin Diesel 2 Tak [6]
Gambar 2.5 Langkah kerja mesin diesel 2 tak.

1) Langkah 1A
Padapermulaan gerakan, piston akan bergerak ke atas sedangkan
LM dan LB dalam keadaan terbuka. Udara bertekanan akan masuk
ke silinder dan meniup sisa gas pembakaran melalui LB.
2) Langkah 1B
Piston akan bergerak ke atas, LM dan LB dalam keadaan tertutup
oleh dinding piston. Udara bersih yang berada dalam silinder akan
dimampatkan. Kemudian bahan bakar disemprotkan dan akan
terjadi ledakan.
3) Langkah 2A
Piston akan bergerak ke bawah dengan dorongan gas yang
diledakkan.
4) Langkah 2B
Pada bagian akhir gerakan, piston akan bergerak ke bawah. LB
sudah terbuka sehingga gas hasil pembakaran mulai keluar karena
efek dari ektivitas pemompaan.
6.2.2 Exhaust Gas Recirculation (EGR)
Berdasarkan peraturan mengenai emisi gas buang, maka kadar NOx
pada gas buang harus dikurangi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan.
Karena NOx dibentuk pada suhu yang tinggi, salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan ini adalah dengan membatasi jumlah udara berlebih
selama pembakaran. Hal ini dilakukan dengan mengarahkan gas buang dari
saluran gas buang ke saluran udara masukan dengan bantuan Exhaust Gas
Recirculation (EGR). Dengan cara ini, campuran udara luar dan gas buang
akan masuk ke silinder, menjaga suhu pembakaran tetap rendah. EGR
memiliki katup dan pendingin. Fungsi pendingin ini dapat digambarkan
sama dengan intercooler [7].
Persentase Exhaust Gas Recirculation (EGR(%)) didefinisikan
sebagai persentase gas buang yang dimasukkan kembali ke silinder. Lebih
dari 30% gas buang dapat diresirkulasi [4].
EGR ( %)=(mEGR /mi)× 100
dimana :

mi=ma+mf +mEGR mi = massa intake mixture
ma = massa udara dalam silinder
mf = massa bahan bakar dalam silinder
mEGR = massa gas buang yang dimasukkan kembali ke dalam silinder
Definisi lainnya dari persentase EGR juga digunakan, berdasarkan
perbandingan antara EGR dan campuran antara bahan bakar dan udara [4]:
EGR ( %)=[mEGR
ma+m f
]× 100
Pada beberapa kasus, rasio EGR juga didefinisikan sebagai
perbandingan volume gas yang diresirkulasi terhadap total intake charge.
Dalam beberapa kasus, rasio EGR dapat mencapai 50% [4].
EGR ( %)=[V EGR
V air+V f +V EGR
]×100
6.2.2.1 Klasifikasi Sistem EGR
Berbagai sistem EGR dapat diklasifikasikan berdasarkan suhu
EGR, konfigurasi, dan tekanan [10].
1) Klasifikasi berdasarkan suhu
a. Hot EGR
Gas buang diresirkulasi tanpa didinginkan, menghasilkan
peningkatan suhu intake charge.
b. Fully cooled EGR
Gas buang didinginkan sebelum bercampur dengan udara masukan
dengan menggunakan air sebagai penukar panas. Dalam kasus ini,
embun yang dihasilkan di dalam gas buang dapat memadatkan dan
menghasilkan tetesan air sehingga menyebabkan efek yang tidak
diinginkan di dalam silinder mesin.
c. Partly cooled EGR
Untuk menghindari pemadatan air, suhu gas buang dijaga agar
tetap di atas suhu titik embun.
2) Klasifikasi berdasarkan konfigurasi

a. Long route system (LR)
Penurunan tekanan di udara masukan dan tekanan stagnasi dalam
aliran gas buang memungkinkan EGR dalam system LR.
Percepatan gas buang membuat tekanan stagnasi kecil yang
dikombinasi dengan tekanan rendah setelah udara masukan,
menimbulkan peningkatan pada perbedaan tekanan untuk
mencapai EGR di seluruh torsi/kecepatan mesin.
b. Short route system (SR)
Sistem ini sebagian besar berbeda dalam metode yang digunakan
untuk menghasilkan perbedaan tekanan yang positif di EGR
circuit.
3) Klasifikasi berdasarkan tekanan
a. Low pressure route system
Lintasan EGR adalah dari muara pada turbin ke sisi hulu pada
compressor. Dengan menggunakan metode ini, memungkinkan
EGR untuk mencapai daerah beban tinggi dengan penurunan NOx
yang signifikan. Bagaimanapun juga, beberapa masalah terjadi,
mempengaruhi ketahanan, suhu keluaran compressor tinggi, dan
penyumbatan intercooler.
b. High pressure route system
EGR dilewatkan dari hulu turbin ke muara compressor. Pada
metode ini, meskipun memungkinkan EGR mencapai daerah beban
tinggi, perbandingan udara berlebih menurun dan konsumsi bahan
bakar meningkat tinggi.
6.2.2.2 Katup EGR
Ada tiga macam katup EGR, yaitu Differential Pressure Feedback
EGR (DPFE), Electronic EGR (EEGR), dan Integral Backpressure
Transducer EGR [8].
DPFE mengontrol laju aliran EGR dengan memonitor secara
langsung tekanan yang melewati orifice. Sensor DPFE kemudian
mengubah sinyal tekanan menjadi tegangan analog yang kemudian dikirim
ke Powertrain Control Module (PCM). PCM mengubah sinyal ke dalam

bentuk digital dan menghitung aliran EGR yang optimal. Pada system
DPFE, katup EGR menyediakan regulator tekanan bukan alat pengukur
aliran [8].
Pada system EEGR, aliran EGR dikontrol oleh computer melalui
sensor EGR Valve Position (EVP) pada katup. Katup dioperasikan dengan
sinyal dari electronic vacuum regulator yang menggerakkan rongga katup.
Pergerakkan ini memungkinkan gas buang untuk diresirkulasi [8].
Katup Integral Back Pressure EGR mengkombinasikan input back
pressure dan EGR port vacuum menjadi satu unit. Kedua input dibutuhkan
untuk mengoperasikan katup. Sistem Integral Back Pressure Transducer
EGR terdiri dari katup EGR Load Control (WOT) dan Vacuum Control
Valve (VCV) [8].
6.2.2.3
6.2.3 Kontrol Adaptif Katup EGR
6.2.4
7. Metode Penelitian
Beberapa metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Kajian Pustaka
Metode ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku acuan, makalah-
makalah, serta dokumentasi dari Internet yang mendukung penyusunan
Tugas Akhir ini.
2. Perancangan Program
Pada tahapan ini melakukan perancangan perangkat lunak untuk
mensimulasikan kontrol adaptif pada katup EGR pada mesin diesel.
3. Analisis
Pada tahap ini melakukan analisis terhadap hasil penelitian yang telah
dilaksanakan.
4. Penyusunan Laporan
Hasil penelitian dan analisis dituangkan dalam bentuk laporan tugas akhir.
8. Jadwal Penelitian


DAFTAR PUSTAKA
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_diesel -- diakses pada 5 Oktober 2012
[2] http://www.engineeringtown.com/kids/index.php/kamu-harus-tahu/65-
bagaimanakah-cara-kerja-mesin-diesel -- diakses pada 5 Oktober 2012
[3] http://gudangilmu.org/2007/11/24/prinsip-kerja-mesin-diesel/ -- diakses
pada 5 Oktober 2012
[4] Abd-Alla, G.H. 2001. Using Exhaust Gas Recirculation in Internal
Combustion Engines: a Review. Energy Conversion and Management 43
(2002) 1027-1042.
[5] Zheng,Ming; Reader,Graham T.; Hawley,J. Gary.2003. Diesel Engine
Exhaust Gas Recirculation-a Review on Advance and Novel Concepts.
Energy Conversion and Management 25 (2004) 883-900.
[6] http://carapedia.com/kerja_diesel_info2560.html -- diakses pada 5 Oktober
2012
[7] Ramstedt,Magnus. 2004. Cylinder-by-Cylinder Diesel Engine Modelling – A
Torque-based Approach. Master’s Thesis, Dept. of Electrical Engineering,
Linköpings-Universitet.
[8] http://www.autozone.com/autozone/repairguides/Ford-Crown-Victoria-
Grand-Marquis-1989-1998/Emission-Controls/Exhaust-Gas-Recirculation-
System/_/P-0900c152801e4921 -- diakses pada 17 Oktober 2012
[9] Tugaswati, A. Tri. 2004. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan.
[10] Agrawal, Avinash Kumar; Singh, Shrawan Kumar; Sinha, Shailendra;
Shukla, Mritunjay Kumar. 2003. Effect of EGR on the Exhaust Gas
Temperature and Exhaust Opacity in Compression Ignition Engines.
Sādhanā Vol. 29, Part 3, June 2004, pp. 275-284.
[11] Bieniek, Andrzej;Graba, Mariusz; Lechowicz, Andrezej.2011.Adaptive
Control of Exhaust Gas Recirculation at Nonroad Vehicle Diesel Engine.
Journal of KONES Powertrain and Transport, Vol. 18 No. 4 2011.