110977380-Laporan-Akhir-Amonium-Saya.pdf
Transcript of 110977380-Laporan-Akhir-Amonium-Saya.pdf
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
AMMONIUM
OLEH:
NAMA : AMAMIL KHAIRA
NO. BP : 1010942028
HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SABTU / 08 OKTOBER 2011
KELOMPOK : I (SATU)
REKAN KERJA : 1. RAGIL NUR P. (1010941010)
2. IHSANDRI J. (1010942013)
3. JEFRI KURNIAWAN (1010942015)
4. MUTIA WILANDARI (1010942020)
ASISTEN:
CHAIRIL SYAM
UTAMI LANGGA SARI HASIBUAN
LABORATORIUM AIR
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan pratikum ammonium ini adalah untuk menentukan konsentrasi ammonium
dalam air.
1.2 Metode Percobaan
Metode yang digunakan adalah spektrofotometri.
1.3 Prinsip Percobaan
NH4+
dalam suasana basa dengan pereaksi Nessler membentuk senyawa komplek
yang berwarna kuning sampai coklat. Intensitas warna yang terjadi diukur
absorbannya pada panjang gelombang 420 nm.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati
berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau ammonia). Walaupun
ammonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, ammonia
sendiri adalah senyawa kaustik (menimbulkan iritasi/rangsangan) dan dapat
merusak kesehatan (Anonymous A, 2011).
Ammonia adalah bahan kimia dengan formula kimia NH3. Yang mempunyai bentuk segi
tiga. Titik leburnya ialah -75 °C dan titik didihnya ialah -33.7 °C. Amonia umumnya
bersifat basa (pKb=4.75), namun dapat juga bertindak sebagai asam yang amat lemah
(pKa=9.25). Pada suhu dan tekanan yang tinggi, Ammonia adalah gas yang tidak
mempunyai warna dan lebih ringan daripada udara. 10% larutan ammonia dalam air
mempunyai pH 12 (Anonymous A, 2008).
Ammonia sangat berbahaya, jika terhirup dapat merusak saluran pernapasan
terutama saluran pernapasan bagian atas. Saluran pernapasan yang terangsang
amoniak akan membengkak, hingga pernapasan terganggu karena penyempitan
saluran pernapasan itu. Lebih parah lagi, saluran lendir yang terangsang akan
mengelurkan sekret (cairan getah) sehingga pernapasan pun terhambat, dan
korban akan mengalami sesak napas. Bila tidak ditolong maka korban akan
pingsan. Lebih jauh, bila jaringan yang terangsang mengalami kerusakan, akan
terjadi pendarahan di sepanjang saluran pernapasan dan darah akan keluar
bersama batuk (Anonymous A, 2010).
Selain dampak yang ditimbulkan tersebut, ammonia sangat sesuai digunakan
sebagai bahan penyejuk udara, karena ammonia mudah menukar bentuk cair
dalam tekanan. Oleh sebab itu, ammonia digunakan dalam hampir semua
penyejuk udara sebelum penciptaan penyejuk udara yang menggunakan freon.
Freon tidak merangsangkan dan tidak toksik, tetapi Freon dapat menyebabkan
penipisan lapisan ozon. Sekarang, penggunaan ammonia sebagai bahan penyejuk
udara meningkat lebih banyak dibandingkan dengan Freon (Anonymous A, 2008).
Ammonia mudah terbakar. Jika ditelan, ammonia menyebabkan diare dan pusing.
Larutan padat ammonia menyebabkan sakit mata dan kulit. Jika keracunan
ammonia juga dapat merusak pernapasan. Menghirup senyawa ini pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan saluran pernapasan.
Terkena ammonia pada konsentrasi 0,5 % (v/v) selama 30 menit dapat
menyebabkan kebutaan (Sindhu Hermanto, 2007).
Ammonium kation juga dikenal sebagai ammonia terionisasi karena sifatnya
bermuatan listrik., yakni positif bermuatan poliatomik, kation dari rumus kimia
NH4+
, memiliki berat rumus 18,05 dab dibentuk oleh protonasi dari ammonia
(NH3). Ion yang dihasilkan memiliki pKa = 9,25 (Anonymous B, 2010).
Ammonia adalah bahan kimia yang paling banyak dihasilkan. Sebelum Perang
Dunia Pertama, ammonia diperoleh dengan menyulingkan sayur dan hewan
bernitrogen, atau pereputan garam-garam ammonium dengan hidrooksida alkali.
Proses Haber (dikenali sebagi ‘Haber-Bosch Process’ dalam Bahasa Inggeris)
diciptakan oleh dua orang ahli sains Jerman, Fritz Haber dan Carl Bosch pada
1909. Pada Perang Dunia Pertama, tentera Jerman menggunakan cara ini untuk
menghasilkan ammonia. Ammonia kemudiannya digunakan untuk menghasilkan
asid nitrit, yang digunakan untuk menghasilkan bahan letupan. Proses ini
menggunakan sedikit bahan. Bahannya adalah hidrogen serta nitrogen yang
didapatkan di atmosfer dan gas asli (Anonymous B, 2010).
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) + Δ
Proses ini dilakukan dalam keadaan 200 atm (152000 mmHg), pada suhu tinggi 723 K
(450 °C). Proses Haber boleh berlaku dalam dua arah. Jika reaksi ini dilakukan dalam
suhu rendah, nitrogen, N2, dan hidrogen, H2, akan berpadu menjadi ammonia, NH3 dan
membebaskan haba. Kalau reaksi ini dilakukan dalam suhu tinggi, ammonia, NH3, akan
terlerai setelah menyerap haba serta membentuk , nitrogen, N2, dan hidrogen, H2. Jika
suhu terlalu rendah, kadar reaksi menurun. Jadi, suhu yang sesuai adalah suhu yang
membenarkan penghasilan ammonia, dan pada masa yang sama menyokong reaksi.
Tekanan tinggi menghasiklan molekul ammonia (Anonymous A, 2008).
Ion ammonium adalah asam sedikit, bereaksi dengna basis Bronsted untuk
kembali ke molekul ammonium bermuatan: NH4+ + B → HB + 3NH. Dengan
demikian, pengobatan solusi terkonsentrasi garam ammonium dengan basa kuat
memberikan ammonia. Ketika ammonia dlarutkan dalam air, sejumlah kecil itu
diubah menjadi ion ammonium: H3O+NH3 → H2O + NH4
+ (Anonymous D, 2010).
Ion ammonium adalah produk limbah dari metabolisme pada hewan. Dalam
invertebrata ikan dan air, senyawa ini dikeluarkan langsung ke dalam air. Pada
mamalia, hiu, dan amfibi, ia diubah dalam siklus urea untuk urea karena urea
kurang beracun dan dapat disimpan lebih efisien (Anonymous C, 2010).
Ammonium merupakan sumber penting dari nitrogen untuk banyak jenis
tanaman, terutama yang tumbuh di tanah hipoksia. Namun, juga beracun untuk
jenis tanaman yang paling dan jarang digunakan sebagai sumber nitrogen utama
(Anonymous C, 2010).
Ammonia cair terkenal dengan sifat mudah larut. Ia dapat melarutkan logam alkali
dengan mudah untuk membentuk larutan yang berwarna dan dapat mengalirkan
elektrik dengan baik. Ammonia dapat larut dalam air. Larutan dalam air
mengandung sedikit ammonim hidroksida (NH4OH). Ammonia tidak
menyebabkan kebakaran dan tidak terbakar kecuali dicampur dengan oksigen.
Nyala ammonia kalau dibakar adalah berwarna hijau kekuningan, dan meletup
jika dicampur dengan udara. Ammonia dapat digunakan untuk pembersih,
pemutih dan mengurangi bau busuk. Larutan pembersih yang dijual kepada
konsumen menggunakan larutan ammonia hidroksida cair sebagai pembersih
utama, tetapi dalam penggunaanya harus berhati-hati, karena penggunanan untuk
jangka waktu yang lama dapat menggangggu pernapasan (Anonymous B, 2008).
Ammoniak mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Anonymous C, 2011):
1. Titik beku -77,74 ºC dan titik didih -35,50 ºC;
2. Pada suhu dan tekanan biasa bersifat gas dan tidak berwarna, beratnya lebih
ringan, dan baunya merangsang;
3. Ammoniak memiliki sifat biasa, larutan ammoniak yang dekat mangandung
28% - 29% ammoniak pada suhu 25 ºC;
4. Pada pH rendah, ammoniak menjadi NH4;
5. Kontak dengan kulit menimbulkan luka bakar dan kulit melepuh;
6. Larutan ammoniak yang tertelan dapat menimbulkan gejala patologis pada
hati, ginjal, dan komplikasi lain.
Ammonium yang terkandung pada air laut umumnya berasal dari metabolisme
hewan dan hasil dekomposisi bahan organik oleh bakteri. Sumber ammonia di
perairan adalah hasil pemecahan nitrogen organik (protein dan urea). Jika
kadar ammonium pada air laut tinggi, berarti telah terjadi penemaran pada air itu.
Kadar ammonia pada air laut dikatakan tinggi ketika kadar ammoniumnya lebih
besar dari 1,1 mg/l pH 7,5 (Alaerst dan Sartika, 1987).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
1. Labu ukur 100 ml 5 buah;
2. Erlemeyer 100 ml 7 buah;
3. Rak kuvet;
4. Kuvet spektro 8 buah;
5. Bola hisap;
6. Pipet tetes;
7. Kertas saring;
8. Corong;
9. Gelas ukur 50 ml 1 buah;
10. Pipet takar.
3.2 Bahan
1. Merkuri Iodida;
2. Kalium Iodida;
3. NaOH;
4. Kalium natrium Tartat Tetrahidrat;
5. Larutan stock standar NH4 1000 ppm;
6. Aquades.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pengenceran
1. Cara kerja pembuatan larutanstandar adalah sebagai berikut :
2. Dibuat larutan standar NH4 dengan konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 ppm,
dengan cara melakukan pengenceran dari larutan standar NH4 100 ppm;
3. Diambil 25 ml dari masing-masing larutan standar tersebut diatas, kemudian
dikerjakan sama seperti contoh air;
4. Kemudian dibuat kurva kalibrasi antara absorban vs konsentrasi (ppm);
5. Ditentukan slope (ppm/unit absorban).
3.3.2 Sampel
1. Dilakukan proses pengenceran/larutan standar NH4 0,00 sampai 5,00 ppm ;
2. Dimasukkan 25 ml contoh air yang jernih (kalau keruh harus disaring) ke
dalam erlemeyer;
3. Ditambahkan 1-2 tetes pereaksi garam Seignette;
4. Diambahkan 0,5 ml pereaksi Nessler;
5. Dikocok dan dibiarkan selama 10 menit.
6. Warna kuning yang terjadi diukur intensitasnya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 420 mm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Larutan Standar
Konsentrasi (ppm) Absorban
1 0,084
2 0,258
3 0,465
4 0,552
5 0,562
Sampel
Jenis Sampel Konsentrasi (ppm) Absorban
KAL 3 - 0,081
KAL 4 - 0,089
4.2 Perhitungan
4.2.1 Pengenceran
Pengenceran dari 1000 ppm 100 ppm
Rumus Pengenceran M1V1 = M2V2
M2 = 100 ppm
M1V1 = M2V2
1000 ppm × V1 = 100 ppm × 100 ml
V1 = 10 ml
a. M2 = 1 ppm
M1V1 = M2V2
100M × V1 = 1 ppm × 100 ml
V1 = 1 ml
b. M2 = 2 ppm
M1V1 = M2V2
100M × V1 = 2 ppm × 100 ml
V1 = 2 ml
c. M2 = 3 ppm
M1V1 = M2V2
100 m × V1 = 3 ppm × 100 ml
V1 = 3 ml
d. M2 = 4 ppm
M1V1 = M2V2
100M × V1 = 4 ppm × 100 ml
V1 = 4 ml
e. M2 = 5 ppm
M1V1 = M2V2
100 ppm × V1 = 5 ppm × 100 ml
V1 = 5 ml
4.2.2 Regresi Liniear
Konsentrasi (xi) (ppm) Absorban
(yi) xi.yi xi
2
0 0,000 0,000 0
1 0,084 0,084 1
2 0,258 0,516 4
3 0,465 1,395 9
4 0,552 2,208 16
5 0,562 2,81 25
Σ = 15 Σ =1,921 Σ =7,013 Σ = 55
Rumus Regresi Linear kurva :
y = a + bx
Keterangan :
y = Nilai Absorban
x = Konsentrasi Larutan (ppm)
a =
2
i
2
i
iii
2
ii
xxn
yxxxy
b =
2
i
2
i
iiii
xxn
yxyxn
Masukkan nilai x dan y ke dalam persamaan agar didapat nilai a dan b
a =
2
i
2
i
iii
2
ii
xxn
yxxxy
a =
21555.5
013,71555921,1
a = 225275
195,105655.105
a = 0,0092
b =
2
i
2
i
iiii
xxn
yxyxn
b = 21555.5
)921,1)(15(013,7.6
b = 225275
815,28078,42
b = 0,2652
persamaan regresi liniernya:
y = a+bx
y = 0,2652x + 0,0092
y = 0.1263x + 0.0044 R² = 0.9454
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 1 2 3 4 5 6
Ab
sorb
an
Konsentrasi
Kurva Hubungan Konsentrasi dan Absorban
Absorban (yi)
Linear (Absorban (yi))
Dari kurva kalibrasi yang telah dibuat, didapatkan persamaan y =
0,2652x+0,0092, maka dapat dihitung konsentrasi untuk sampel, yaitu :
KAL 3:
y = 0,2652x + 0,0092
0,081 = 0,2652x + 0,0092
0,2652x = 0,081 - 0,0092
0,2652x = 0,0718
x = 0,270 mg/L
maka konsentrasi dari KAL 3 adalah 0,270 x 10 = 2,7 mg/L
KAL 4:
y = 0,26052x + 0,0092
0,089 = 0,26052x + 0,0092
0,2652x = 0,089 – 0,0092
0,2652x = 0,0798
X = 0,300 mg/L
Maka konsentrasi dari KAL 4 adalah 0,300 x 10 = 3,0 mg/L
Jenis
Sampel
Konsentrasi
(ppm)
Absorban Pengenceran Konsentrasi akhir
(ppm)
KAL 3 0,27 0,081 10 2,7
KAL 4 0,30 0,089 10 3,0
4.3 Pembahasan
Pasa partikum amonium ini, kami tidak melakukan sampling, karena sampel telah
disediakan di Laboratorium air, sehingga kami ditugaskan membuat poster
mengenai modul ini.
Pada percobaan ini kami melakukan percobaan terhadapa dua sampel.
Sebelumnya kami melakukan percobaan untuk aqudes sebagai acuan kami dalam
melakukan pratikum untuk kedua sampel. Untuk sampel pertama kami
mendapatkan nilai adsorbannya sebesar 0,081 mg/L. Dan untuk sampel dua kami
mndaptakan nilai adsorbannya sebesar 0,089 mg/L.
Pada sampel yang kami dapatkan tersebut, rentang dua sampel berada pada 0
mg/L sampai 1 mg/L karena warna pada sampel yang didapatkan berada pada
rentang konsentrasi tersebut.
Setelah medapatkan data tersebut, maka dapat dicari nilai regresi linearnya untuk
mendapatkan konsentrasi yang akan dicari. Pada sampel pertama kami
mendapatkan nilai konsentrasinya adalah 2,70 mg/L. Dan pada sampel kedua
kami mendapatkan nilai konsentrasi 3,00 mg/L.
Jika dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air standar baku mutu dari
amonium, nilai konsentrasi yang kami daptakan dari kedua sampel sangat jauh
dari satndar baku mutu,yaitu 0,5 mg/L. Maka dapat dikatakan bahwa sampel yang
telah diuji mengandung kadar amonium yang berlebih, sehingga jika langsung
dibuang ke badan air akan mencemari lingkungan.
Tingkat atau kadar amonium yang tinggi pada perairan khususnya air laut dapat
merusak biota laut yang ada di dalamnya. Bisa saja ikan-ikan mati dalam jumlah
yang banyak. Sebenarnya sumber dari amonia pada air laut itu sendiri berasal dari
metabolisme ikan dan dekomposisi bahan organik, namun ketika kadar amonium pada air
laut tinggi itu berarti telah terjadi pencemaran pada air laut itu. Pencemaran itu dapat
berasal dari air-air sungai yang sudah tercemar yang bermuara ke laut, bisa juga dari
kegiatan manusia di pantai dan di laut yang langsung mencemari laut.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Kadar ammonium pada sampel KAL 3 adalah 2,70 mg/L;
2. Kadar ammonium pada sampel KAL 4 adalah 3,00 mg/L;
3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 menjelaskan bahwa
baku mutu air baku untuk ammonium adalah 0,5 mg/L. Ini berarti bahwa air
sampel yang disediakan melebihi kadar standar baku mutu yang telah
ditetapkan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan setelah melakukan praktikum amonium
adalah:
1. Memahami objek praktikum pada praktikum ammonium;
2. Teliti dalam melakukan praktikum ammonium;
3. Mempersiapkan segala sesuatunya yang behubungan dengan praktikum
sebelum praktikum dimulai;
4. Berhati – hatilah dalam menggunakan alat – alat praktikum;
5. Teliti dan cermat pada saat mengukur absorban dengan menggunakan
spektrofotometer.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous A. 2011. Ammonium. http:// wikipedia.org/ Ammonium. Tanggal akses: 07
Oktober 2011
Anonymous B. 2008. Ammonium. http:// analismendes.blogspot.com. Tanggal akses: 07
Oktober 2011
Anonymous C. 2011. Amonium. http://www.purewatercare.com. Tanggal akses:
07 Oktober 2011
Hermanto, Sindhu. 2007. Bagaimana Menolong Korban Keracunan Bahan Kimia.
http://lib.bsn.go.id/. Tanggal akses: 07 Oktober 2011.