110741408-Fraktur-Mandibula

49
Yhoga Timur Laga FK UPN ‘Veteran” Jakarta Pembimbing : dr. Yantoko. SpBP

description

vhhnj

Transcript of 110741408-Fraktur-Mandibula

Yhoga Timur LagaFK UPN ‘Veteran” Jakarta

Pembimbing : dr. Yantoko. SpBP

Identitas pasienNama : Tn. Ahmad FahrulUsia : 23 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAlamat : Kampung Rawa RT 04/03

Pondok Kopi Jakarta TimurNo. RM : 1370333Tanggal masuk : 8 Juli 2012Ruang rawat : Bedah kelas

AnamnesaAuto dan alloanamnesa dengan keluarga

pada tanggal 17 Juli 2012.Keluhan utama : Tidak bisa mengunyah sejak 1

minggu SMRSKeluhan tambahan : Nyeri pada rahang bawah

Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan tidak bisa mengunyah sejak

1 minggu SMRS. 1 minggu yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.

Saat itu pasien mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang (± 60 km/jam), pasien menghindari tembok yang ada di depannya.

Pasien kemudian menabrak tembok dan masuk ke selokan di sisi tembok.

Menurut pasien, dia terjatuh dengan bagian wajah sebelah kiri membentur tembok dan dinding selokan.

Saat kejadian, pasien tidak menggunakan helm.

Pasien tidak memiliki riwayat pingsan setelah kejadian. Riwayat muntah tanpa didahului mual tidak ada.

Riwayat keluar darah dari mulut tidak ada. Keluar darah dari telinga dan hidung disangkal.

Pasien juga merasa nyeri pada rahang bawah dan mulut tidak bisa digerakkan serta tidak bisa merapatkan mulutnya. Keluhan baal pada dagu disangkal.

Riwayat penyakit dahuluRiwayat alergi obat-obatan disangkal. Riwayat

DM, hipertensi, dan asma disangkal.

Pemeriksaan fisikKeadaan Umum : Tampak sakit sedangGCS : E4V5M6 15

Tanda - Tanda VitalTekanan Darah : 120 / 80 mmHgFrekuensi Nadi : 88 x/menitFrekuensi Nafas : 20 x/menitSuhu : 36.7O celcius

Kepala : Normocephal, terdapat vulnus laceratum di frontal kiri telah terjahit dengan ukuran 3x1 cm.

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/- Mulut : Sianosis (-), maloklusi (+), nyeri tekan

mandibula (+), false movement (+). Telinga : Sekret (-), darah (-), hematom preaurikuler (-), nyeri

tekan(-). Hidung : Darah (-), sekret (-), hematom (-), simetris KGB : Tidak ada pembesaran Leher : Jejas (-), deviasi trakea (-) Paru : Vesikuler +/+ , rhonki -/- , wheezing -/- Jantung: BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-, CRT < 2”.

Status neurologisNn. Cranialis : Tidak ada kelainanMotorik : 5/5/5/5Sensorik : Tidak ada kelaianan

Status Lokalis kepala dan wajahI : Asimetri wajah (+), Vulnus laceratum telah terjahit

P: NT (+), maloklusi (+), false movement (+) pada mandibular.

Pemeriksaan penunjangPemeriksaan laboratorium

CT Scan

Diagnosis kerjaFraktur segmental simfisis mandibula

PenatalaksanaanIVFD RL 500 cc/8 jamCeftriaxon 2x1 grKetorolac 3x30 mgBethadine gurgle 3x sehariDiet cair per oralORIF dengan miniplatePersiapan operasi:

SIOPuasa 6 jam pre op

Laporan operasiPasien dalam GA, dilakukan intubasi nasalA dan antiseptik daerah operasi dan sekitarnyaPasang arch bar atasInsisi melalui luka lama di dagu diatas fr kiri,

insisi baru di sisi kanan, reposisi dan fiksasi di regio inferior dengan plate 2.0 non rigid 6 hole, screw 8 cm sebanyak 4 buah.

Pasang arch bar bawah dan reposisiPasang plate 2.0 6 hole dengan screw 10 cm 2

buah dan 8 cm 2 buahPasang plate 2.0 rigid 6 hole dengan screw 1 cm

2 buah dan 8 cm 2 buahPasang plate 2.0 rigid 6 hole dengan screw 1 cm

2 buah dan 8 cm 2 buahJahit luarOperasi selesai

Instruksi post opIVFD DL : D5 1:2/24 jamDiet cairCeftriakson 1x2 gr IVKetorolac 3x30 mg IVBila muntah miringkan ke kiri atau kanan

PrognosisQuo ad vitam : dubia ad bonamQuo ad functionam : dubia ad bonamQuo ad sanationam : dubia ad bonam

DefinisiFraktur adalah discontinuitas dari jaringan

tulang yang biasanya disebabkan oleh adanya kecelakaan yang timbul secara langsung.

Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), yang diakibatkan trauma oleh wajah ataupun keadaan patologis, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar

KlasifikasiBerdasarkan regio anatomis

Menunjukkan regio-regio pada mandibula yaitu : badan, simfisis, sudut, ramus, prosesus koronoid, prosesus kondilar, prosesus alveolar.

Berdasarkan ada tidaknya gigiDengan adanya gigi, penyatuan fraktur dapat

dilakukan dengan jalan pengikatan gigi dengan menggunakan kawat

Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada

fraktur kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada gigi)

Fraktur kelas 2 : gigi hanya terdapat di salah satu fraktur

Fraktur kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada

keadaan ini dilakukan melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw, atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation.

DiagnosisAnamnesis

Pada kasus trauma, pemeriksaan penderita dengan kecurigaan fraktur mandibula harus mengikuti kaidah ATLS

Pada penderita trauma dengan fraktur mandibula harus diperhatikan adanya kemungkinan obstruksi jalan nafas yang bisa diakibatkan karena fraktur mandibula itu sendiri ataupun akibat perdarahan intraoral yang menyebabkan

aspirasi darah dan bekuan darah.

Perlu diketahui riwayat trauma. Mekanisme trauma merupakan informasi yang

penting sehingga dapat menggambarkan tipe fraktur yang terjadi.

Bila trauma ragu-ragu atau tidak ada maka kemungkian fraktur patologis tetap perlu dipikirkan

Pemeriksaan fisikInspeksi

Inspeksi dimulai dari ektraoral kemudian ke intraoral. Perhatikan adanya deformitas.

Pembengkakan preaurikular sering menunjukkan adanya fraktur kondilus.

Dilihat juga apakah terdapat gigi yang hilang. Perhatikan juga apakah terdapat maloklusi.

Palpasi Penderita disuruh buka-tutup mulut, menilai ada

tidaknya nyeri, deformitas atau dislokasi Dilakukan evaluasi false movement dengan kedua

ibujari di intraoral

Pemeriksaan penunjangPemeriksaan rontgen

Untuk mengetahui pola fraktur yang terjadi.Pemeriksaan dapat dimulai dengan foto AP,

Towne, dan oblik.CT Scan

CT scan dapat digunakan untuk mengidentifikasi fraktur kondilus kompleks.

PenatalaksanaanPrinsip penanganan fraktur mandibula

pada langkah awal bersifat kedaruratan seperti jalan nafas (airway), pernafasan

(breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan syok (circulaation),

penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak.

kedua adalah penanganan fraktur secara definitifreduksi/reposisi fragmen fraktur (secara

tertutup (close reduction)secara terbuka (open reduction)

Reposisi tertutupAdapun indikasi untuk reposisi tertutup di antaranya:

Fraktur displace atau terbuka derajat ringan sampai sedang.

Fraktur kondilus Fraktur pada anak Fraktur komunitif berat atau fraktur dimana suplai darah

menurun. Fraktur eduntulous mandibula Fraktur mandibula yang terdapat hubungan dengan

fraktur panfacial Fraktur patologis

Tehnik yang digunakan pada terapi fraktur mandibula secara closed reduction Fiksasi intermaksiler.

Fiksasi ini dipertahankan 3-4 minggu pada fraktur daerah condylus

4-6 minggu pada daerah lain dari mandibula

Teknik fiksasi Ivy loop

Penempatan Ivy loop menggunakan kawat 24-gauge antara 2 gigi yang stabil, dengan penggunaan kawat yang lebih kecil untuk memberikan fiksasi maxillomandibular (MMF)

Teknik arch bar Indikasi pemasangan arch bar antara lain gigi

kurang/ tidak cukup untuk pemasangan cara lain, disertai fraktur maksila,

didapatkan fragmen dentoalveolar pada salah satu ujung rahang yang perlu direduksi sesuai dengan lengkungan rahang sebelum dipasang fiksasi intermaksilaris

Reposisi terbuka Indikasi reposisi terbuka di antaranya:

Fraktur terbuka atau displace derajat sedang sampai berat

Fraktur yang tidak tereduksi dengan reposisi tertutup

Unfavorable fracture

Wiring (kawat) Kawat dibuat seperti mata, kemudian mata tadi

dipasang disekitar dua buah gigi atau geraham dirahang atas ataupun bawah.

Rahang bawah yang patah difiksasi pada rahang atas melalui mata di kawat atas dan bawah.

Jika perlu ikatan kawat ini dipasang di berbagai tempat untuk memperoleh fiksasi yang kuat.

Plating Pemasangan plat bertujuan untuk memberi tahanan

pada daerah fraktur, sehingga dapat menyatukan bagian fraktur dengan alveolus superior.

KomplikasiKomplikasi yang paling umum terjadi pada

fraktur mandibula adalah infeksi atau osteomyelitis, yang nantinya dapat menyebabkan berbagai kemungkinan komplikasi lainnya.

Tulang mandibula merupakan daerah yang paling sering mengalami gangguan penyembuhan frakturHal ini akan memberi keluhan berupa rasa sakit

dan tidak nyaman yang berkepanjangan pada sendi rahang

Terlebih jika pasien mengkompensasikan atau memaksakan mengunyah dalam hubungan oklusi yang tidak normal

Pasien datang dengan keluhan tidak bisa mengunyah sejak 1 minggu SMRS. 1 minggu yag lalu pasien mengalami kecelakaan

lalu lintas. Tanda fraktur basis kranii tidak didapatkan. Tidak ada riwayat pingsan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan GCS 15 dan

tidak ditemukan adanya defisit neurologis.

Pasien juga mengeluh adanya nyeri pada rahang bawah dan mulut tidak bisa digerakkan serta tidak bisa merapatkan mulutnya.

Mekanisme trauma menurut pasien, dia terjatuh dengan bagian wajah sebelah kiri membentur tembok dan dinding selokan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya asimetris pada wajah dan VL pada frontal kiri yang telah terjahit. Selain itu, pada pemeriksaan mulut juga ditemukan adanya

maloklusi pada rahang, nyeri tekan pada mandibula, dan false movement pada mandibula.

Untuk mengetahui letak fraktur, maka dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan adanya fraktur segmental pada simfisis mandibula

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka dapat disimpulkan diagnosis kerja pasien ini adalahFraktur segmental simfisis mandibula

Adapun penatalaksanaan dari pasien ini adalah penanganan fraktur secara definitif.

Penatalaksanaan definitif berupa reposisi terbuka dengan pemasangan mini plate.