11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

56
Kuncoro [email protected] 08122953788 GEOLOGI INDERAJA Jurusan Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta

description

pemetaan geologi inderaja

Transcript of 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

Page 1: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

[email protected]

08122953788

GEOLOGI INDERAJA

Jurusan Teknik GeologiUniversitas Pembangunan Nasional

(UPN) “Veteran” Yogyakarta

Page 2: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

TAHAPAN SEBELUM KERJA LAPANGAN (Pre Field Work)

Tahap sebelum kerja lapangan terdiri atas tahap persiapan dan interpretasi

Tahap Persiapan:

1.Mendapatkan citra, bisa diperoleh melalui : a. Bakosurtanal, Lapan, P3G, atau Puspics, dllb. Perusahan swasta dibidang pengindraan jauh.

2.Pemilihan citra dengan memperhatikan:a. Skala.b. Jenis citra sesuai tujuan.

Page 3: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

• Jumlah citra atau foto udara. Untuk foto udara, jumlah foto yang diperlukan dapat ditentukan dengan rumus :

LE

N =

L• N = Jumlah foto yang diperlukan• LE = Luas daerah efektif, yaitu LE = (1-X) (1-Y). A2

• dimana, X = tampalan depan (forward overlap)

Y = tampalan samping (side lap)

A2= jarak sesungguhnya dilapangan yaitu jarak satu sisi pada foto udara.

L = Luas daerah penyelidikan.

Page 4: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

• Studi pustaka untuk menyiapkan data penunjang, antara lain mempelajari pustaka, laporan peneliti terdahulu, dan peta-peta (peta topografi peta geologi) yang terkait dengan daerah dan tujuan penelitian. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kemampuan penafsiran citra agar memperoleh hasil maksimal.

• Mengurus perijinan, menghubungi instansi/pihak terkait mulai dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan bahkan sampai Kecamatan.

• Menyiapkan peralatan dan perlengkapan penafsiran, meliputi bahan dan alat penafsiran.

• Mosaik adalah serangkaian foto daerah penelitian yang disusun menjadi satu lembar foto yang bertampalan, dimaksudkan untuk menggambarkan daerah penelitian secara keseluruhan.

Page 5: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

Interpretasi

1.Pengamatan , pengenalan, dan penentuan.2.Penggambaran, sekaligus pemberian kode dan simbol.3.Pengukuran objek pada foto udara.4.Analisa dan deduksi sebagai method of reasoning untuk

menyimpulkan sesuatu dari hal bersifat umum ke khusus.5.Klasifikasi berdasarkan pengetahuan khusus yang dikuasai

penafsir dengan melakukan penerapan yang tepat dari informasi yang diperoleh untuk kepentingan pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

6.Pembuatan peta-peta geo-informasi tentatif, yaitu yang bersifat sementara, tanpa kajian lapangan.

7.Penentuan rencana lintasan, lokasi pengamatan, dan lokasi pengambilan contoh.

8.Ulasan sementara.

Page 6: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

TAHAPAN KERJA LAPANGAN

1. Kerja lapangan (Field work) dimaksudkan untuk menguji kebenaran hasil penafsiran (Field check), juga untuk menguji hal-hal yang masih diragukan selama penafsiran, dan menambah data yang belum diperoleh dari hasil penafsiran.

2.Pengamatan lapangan untuk :a. Pengumpulan data macam-macam batuan, ketebalan, struktur sedimen, profil singkapan, dan dokumentasi singkapan.b. Pengukuran kedudukan perlapisan, foliasi dan struktur geologi.c. Pengambilan contoh untuk dianalisa di laboratorium (petrografi. Paleontologi, dan sedimentologi). Hasil analisis laboratorium penting untuk menyakinkan kebenaran penyebaran litologi dan jenis litologi, juga untuk penentuan hubungan stratigrafi masing-masing satuan batuan, umur batuan, dan lingkungan pengendapannya.

Page 7: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

TAHAP SETELAH KERJA LAPANGAN (Post Field Work)

Interpretasi ulang• Dilakukan untuk membetulkan hal-hal yang

ternyata tidak tepat saat penafsiran dan sekaligus melengkapi data dari hasil kerja lapangan.

• Memasukan hasil analisa dari laboratorium.

Penyusunan Laporan• Pembuatan laporan disesuaikan dengan

kebutuhan atau tujuan penelitian yang sedang dilaksanakan.

Page 8: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

MOSAIK FOTO

Menurut Sutanto(1989), mosaik adalah sejumlah foto yang bertampalan untuk menggambarkan suatui daerah tertentu secara utuh. Lembaran utuh ini dibuat dengan menghilangkan tampalan dan menyambung tiap foto secara cermat.Foto Mosaik mempunyai beberapa kelebihan terhadap peta, antara lain :1.Menyajikan sejumlah besar objek yang secara relatif sesuai dengan letak planimetrinya.2.Objeknya lebih mudah dikenali karena tergambar secara piktoral.3.Biaya pembuatan mosaik untuk daerah yang luas dan untuk berbagai tujuan akan jauh lebih murah, dibanding biaya pembuatan peta tanpa menggunakan foto udara.

Page 9: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

Karena objeknya lebih mudah dikenali, maka foto mosaik sangat berguna untuk menjelaskan kondisi sesaat atau rencana pembangunan kepada pihak yang terbiasa dengan peta. Kelemahan foto mosaik antara lain karena ia bukan merupakan gambaran planimetrik yang benar.

Kegunaan foto mosaik selain untuk kepentingan survey geologi berikut bidang terapannya, maka yang paling banyak adalah dalam bidang perencanaan penggunaan lahan dan perencanaan rekayasa. Mosaik menyajikan gambaran lengkap secara komprehensif dan dapat dibuat dengan cepat. Perujudan-perujudan yang diperlukan untuk proyek dan juga perujudan yang akan mempengaruhi proyek itu dapat segera ditafsirkan. Alternatif rencana dapat disiapkan sehubungan dengan jenis tanah, pola pengaliran, perujudan geologi, dan penggunaan lahannya. Dengan dimungkinkannya kajian rinci ini, maka dapat dipilih rencana menyeluruh yang tebaik.

Page 10: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

MOSAIK FOTO

Foto mosaik dapat dibedakan atas tiga jenis (Wolf, 1983 dan Ligterink, 1972 dalam Sutanto, 1989) :

1.Mosaik terkontrol.

2.Mosaik tak terkontrol.

3.Mosaik setengah terkontrol.

Page 11: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

MOSAIK TERKONTROL

• Mosaik terkontrol memenuhi spesifikasi tertentu tentang ketelitian peta dan dapat digunakan sebagai peta dalam penyadapan data jarak dan luas. Ia merupakan mosaik yang paling teliti diantara jenis mosaik diatas. Mosaik terkontrol dibuat dari foto udara vertikal yang telah mengalami proses rektifikasi dan penisbahan. Rektifikasi dimaksudkan untuk menghilangkan kesalahan oleh kemiringan pesawat, sedang penisbahan dimaksudkan untuk menyeragamkan skala diseluruh bagian foto. 

• Pada daerah datar, mosaik terkontrol umumnya dibuat berdasarkan metoda keping berlubang (islotted template). Penyusunan berpedoman pada titik ikat yang disesuaikan dengan titik kontrol medan. Koordinat titik ikat ini digambarkan pada lembaran tersendiri berdasarkan dengan skala yang dikehendaki. Kemudian negatif fotonya direktifikasi, yaitu dengan menyesuaikan terhadap kordinat titik ikat itu. Dengan menggunakan alat yang disebut rectifer, gambaran titik tertentu yang diberi tanda pada negatif dibuat berimpit dengan titik yang telah ditentukan kordinatnya. Bila bahan ini diganti dengan emulsi fotografik yang bahannya tidak mengkerut, maka akan diperoleh positif yang proyeksinya vertikal. Dengan demikian berarti dihilangkannya perbedaan skala antara tiap negatif dan juga kesalahan oleh kemiringan pesawat. Mosaik terkontrol dibuat dengan memadukan positif yang telah dikoreksi ini.

• Bagi daerah pegunungan, cara keping berlubang kurang memadai untuk penyusunan mosaik terkontrol. Pada umumnya terpaksa digunakan instrumen rumit yaitu orthophotoscope untuk menghilangkan kesalahan oleh kemiringan pesawat dan relief pada tiap foto.

• Bila pada mosaik terkontrol diberi sistem grid dan huruf, mosaik ini disebut peta foto. Pada peta foto sering digambarkan perujudan tertentu seperti jalan, jalan kereta api, dan perujudan lain yang penting.

Page 12: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

MOSAIK TAK TERKONTROL

Mosaik tak terkontrol dibuat memotong dan menyusun foto suatu daerah tanpa penyesuaian skala serta ukuran lainnya. Untuk itu tidak diperlukan titik kontrol medan dan tidak dilakukan reftifikasi terlebih dahulu terhadap foto yang akan digunakan dalam penyusunan mosaik. Mosaik tak terkontrol dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum daerah yang bersangkutan, tetapi tidak dapat digunakan untuk pengukuran. Pergeseran letak oleh relief sering menimbulkan deformasi yang serius dan kadang menyebabkan kekosongan dibeberapa tempat. Mosaik tak terkontrol yang kualitasnya memadai hanya dapat diperoleh bagi daerah datar yang fotonya benar-benar vertikal.

Page 13: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

MOSAIK SETENGAH TERKONTROL

Penyusunan mosaik setengah terkontrol merupakan gabungan antara spesifikasi mosaik terkontrol dan mosaik tak terkontrol. Ia dapat disusun dengan menggunakan titik kontrol medan, tetapi fotonya tanpa direktifikasi maupun penisbahan. Kombinasi lainnya ialah fotonya direktifikasi, tetapi tanpa kontrol medan. Ketelitiannya terletak antara mosaik terkontrol dan mosaik setengah terkontrol.

Page 14: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

MOSAIK FOTO

Foto mosaik juga dapat dibedakan berdasarkan kegunaannya. Atas dasar ini foto mosaik dibedakan menjadi mosaik indeks dan mosaik jalur, yaitu :

•Mosaik indeks juga sering disebut dengan indeks foto, dibuat secara kasar tanpa pemotongan dan perekatan. Pembuatannya dilakukan dengan menyusun lalu memotretnya menjadi satu lembar foto. Kegunaannya yaitu sebagai pedoman bagi nomor foto dan daerah liputannya dengan mengamati mosaik indeks, maka dapat diketahui foto yang mana yang harus diambil dari arsip untuk maksud tertentu. Mosaik indeks merupakan mosaik tak terkontrol.

•Mosaik jalur merupakan susunan foto dari sepanjang jalur tunggal. Ia sangat bermanfaat untuk perencanaan dan pembuatan desain proyek rekayasa yang memanjang seperti jalan, jalur telekomunikasi, listrik, waduk dll. Mosaik jalur dapat berupa mosaik terkontrol, setengah terkontrol, atau tak terkontrol.

Page 15: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

Bagan Alir Tahapan Interpretasi Foto Udara

Page 16: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 17: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 18: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

Kedudukan interpretasi citra untuk geologi bukan merupakan alternatif dari suatu kerja lapangan, tetapi merupakan suatu teknik (alat) dalam survey geologi untuk memberikan kelengkapan dalam geologi lapangan.

Page 19: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

1. Kerja lapangan mutlak harus tetap dilakukan.

2. Pemakaian citra didalam geologi bersifat membantu dan tidak dapat menggantikan pekerjaan geologi lapangan.

3. Dengan menggunakan citra, maka pekerjaan geologi akan dipercepat, lebih murah, dan lebih teliti.

Page 20: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

Menurut Prof.Dr.Klompe

Hasil optimum yang dicapai di dalam ilmu geologi pada

hakekatnya disebabkan oleh tiga aspek yang harus berimbang, yaitu:• Kajian lapangan untuk korelasi data.• Kajian laboratorium untuk mengolah data.• Kajian pustaka untuk secara kritis membuka

pribadi kita bagi pendapat orang lain.

Page 21: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

TAHAPAN ANALISIS BENTUKLAHAN

1. Analisis dikerjakan secara bertahap

2. Mulailah dari hal yang bersifat umum hingga hal-hal yang bersifat khusus/ detil.

3. Lakukan analisis dari bentuk-bentuk yang paling diketahui (mudah) hingga bentuk-bentuk yang sulit atau belum diketahui

Page 22: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

1a. INTERPRETASI PETA DASAR(PETA TOPOGRAFI)

Awali dengan interpretasi pola pengaliran. Perhatian ditujukan kepada pola pengalir- an dasar/ubahan, penyimpangan aliran, tekstur pengaliran, dan bentuk lembah.

Pada tahap ini telah memberikan petunjuk mengenai bentuklahan, proses geologi, proses fluvial, resistensi batuan, litologi, bidang perlapisan, dan struktur geologi.

Page 23: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

1b. INTERPRETASI PETA DASAR(PETA TOPOGRAFI)

Lakukan pemerian bentuklahan, apakah berupa dataran, lembah, bukit, pegunungan, perbukitan, teras, atau beting dll.

Pada tahap ini aspek morfografi sudah dapat ditentukan.

Page 24: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

1c. INTERPRETASI PETA DASAR(PETA TOPOGRAFI)

Lakukan pengukuran lereng, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, Beda tinggi, bentuk lembah, dan tingkat pengikisan.

Pada tahap ini aspek morfometri sudah dapat ditentukan.

Page 25: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

1d. INTERPRETASI PETA DASAR(PETA TOPOGRAFI)

Perhatikan ciri-ciri garis kontur, bagai-mana pola kerapatannya, pola kemene- rusannya, dan hubungannya dengan pola garis kontur pada sungai/lembah.

Pada tahap ini telah memberi petunjuk mengenai bentuklahan, proses geologi, proses fluvial, resistensi batuan, litologi bidang perlapisan, dan struktur

geologi.

Page 26: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

1e. INTERPRETASI PETA DASAR(PETA TOPOGRAFI)

Setelah tahap 1a-1d selesai, maka aspek

morfogenesa secara tidak langsung sudah dapat diketahui, yaitu melalui interpretasi pola pengaliran dan karakteristik garis kontur.

Kemudian dilakukan delineasi dan sampai tahap ini sudah dihasilkan peta geomorfologi tentatif.

Page 27: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

2a KERJA LAPANGAN

Bertujuan untuk memperoleh data dari setiap satuan bentuklahan, sekaligus menguji peta tentatif hasil tafsiran studio

Data satuan bentuklahan yg diperlukan:1. Pengukuran morfometri di lapangan2. Pengamatan litologi, kedudukan lapisan batuan, struktur geologi, dan proses-proses (fluvial, pelarutan dll)

Page 28: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

3.KERJA STUDIO/LABORATORIUM

1. Melakukan interpretasi ulang terhadap peta tentatif setelah mendapatkan data lapangan secara langsung.

2 Membetulkan hasil tafsiran yang tidak tepat atau menegaskan hal-hal yang masih ragu (batas satuan dll)

Penyusunan laporan pembuatan peta geomorfologi, peta geologi dll

Page 29: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

Klasifikasi bentuklahanKlasifikasi bentuklahan

Menyederhanakan bentuklahan di per-

mukaan bumi yang komplek menjadi satuan-satuan yang mempunyai kesamaan sifat dan karakteristik:

–struktur geologi–proses geomorfologi–kesan topografi (konfigurasi permukaan)

–ekspresi topografi

Page 30: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

Klasifikasi berdasarkan genesa terbentuknya bentuklahan

Berdasarkan: • Morfografi• Morfometri• Morfostruktur Pasif• Morfostruktur Aktif• Morfodinamis• Morfokronologi• Morfoarangement

Page 31: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

ASPEK GEOMORFOLOGI

DATA/FAKTA

SATUAN BENTUKLAHAN

1. Morfografi (konfigu-rasi permukaan)

Datar

DATARAN

ALUVIAL

2. Morfometri 0-2%3. Morfostruktur

pasif (litologi)Material lepas

4. Morfostruktur aktif (struktur geologi)

Lapisan horisontal

5. Morfodinamis (proses-proses)

Fluvial

Page 32: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

ASPEK GEOMORFOLOGI

DATA/FAKTA

SATUAN BENTU

KLAHAN

1. Morfografi (konfigurasi permukaan)

Datar

KIPAS ALUVIA

L

2. Morfometri 0-2%3. Morfostruktur pasif

(litologi)Material lepas

4. Morfostruktur aktif (struktur geologi)

Lapisan horisontal

5. Morfodinamis(proses2)

Fluvial

6. Situs topografi (hubungan sekitar)

Pada kaki gunung

Page 33: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

ASPEK GEOMORFOLOGI

DATA/FAKTA

SATUAN BENTUKLAHAN

1. Morfografi Datar

DATARAN DELTA

2. Morfometri 0-2%3. Morfostruktur

pasif (litologi)Material lepas

4. Morfostruktur aktif (struktur geologi)

Lapisan horisontal

5. Morfodinamis(proses)

Fluvial

6. Situs geografi (morfoasosiasi)

Muara sungai

Page 34: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 35: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

ASPEK POLA PENGALIRA

N

MAKNA GEOLOGI MODEL

Pola pengaliran

Fungsi dari litologi, struktur geologi, dan proses geologi

Howard (1967)

Penyimpangan

aliran

Fungsi dari resistensi batuan, struktur geologi, dan bidang perlapisan

Howard (1967)

Teksturpengaliran

Fungsi dari litologi (ukur an butir & permeabilitas)

Way (1968)

Tempat mengalir

Fungsi dari proses fluvial

Thornbury(1954)

Bentuk lembah

sungai

Fungsi dari litologi (ukuran butir)

(Zuidam (1979)

Page 36: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 37: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja

PERSYARATAN TEKNIS

Penyusun peta geomorfologi nomor SNI

13-6185-1999, maka ada tiga hal utama

Di dalam persyaratan teknis pembuatan

peta geomorfologi, yaitu penyiapan peta,

penyajian peta, dan sImbol.

Page 38: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 39: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 40: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 41: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 42: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 43: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 44: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 45: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 46: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 47: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 48: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 49: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 50: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 51: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 52: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 53: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 54: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 55: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja
Page 56: 11 Tahapan Pemetaan Geologi Berbasis Geo-Inderaja