1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/68088/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman...
Transcript of 1.1 Latar Belakangeprints.umm.ac.id/68088/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman...
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TNBKDS) dengan luas sekitar ±
944.086,80 hektar yang terletak di kabupaten Kapuas Hulu provinsi Kalimantan Barat ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Kehutanan nomor 467/Kpts-II/1995 tertanggal 5 September 1995.
Kemudian diperbaharui pada tahun 2014 dengan luas ± 816.693.40 Ha (SK Menhut No.
3075/Menhut-VII/KUH/ 2014). Dan Danau Sentarum yang ditunjuk pada tahun 1999 dengan luas
± 132.000 Ha dan ditetapkan pada tahun 2014 dengan luas ± 127.393.4 Ha (SK Menhut No. /4815
Menhut-VII/KUH/ 2014, tanggal 30 Juni 2016). Yang dalam pengelolaanya berada di bawah Unit
Pelaksana Tugas Taman Nasional yaitu Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau
Sentarum (BBTNBKDS) berdasarkan SK. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0 /1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional.1
Cagar biosfer didefinisikan dalam UU No. 5 tahun 1990 sebagai suatu kawasan yang
terdiri dari ekosistem asli dan ekosistem unik. Selain daripada itu juga merupakan ekosistem yang
telah mengalami degradasi yang keseluruhan unsur alamnya dilindungi dan dilestarikan bagi
kepentingan penelitian dan pendidikan. Keunikan dari cagar biosfer adalah bahwa kawasan ini
1Sadam Husen, Rita Rahmawati dkk, Implementasi Kebijakan Pemanfaatan Pariwisata Taman Nasional Betung
Kerihun dan Danau Sentarum (TNBKDS) Kalimantan Barat, diakses dalam
https://ojs.unida.ac.id/JGS/article/view/942/pdf (31/8/2019, 12:17 WIB)
https://ojs.unida.ac.id/JGS/article/view/942/pdf
-
2
secara internasional diakui sebagai kawasan konservasi yang dapat mempromosikan
keseimbangan hubungan antara manusia dan alam.2
Cagar biosfer sebagai kawasan konservasi memiliki zonasi wilayah yang memiliki fungsi
sesuai peruntukannya, zona tersebut ialah zona inti, zona penyangga dan zona transisi. Zona inti
sebagai kawasan lindung dengan luas yang memadai, mempunyai perlindungan hukum jangka
panjang, untuk melestarikan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya, zona penyangga
berfungsi untuk melindungi area inti dari dampak negatif kegiatan manusia, dimana hanya
kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tujuan konservasi yang dapat dilakukan, dan zona transisi
yang berfungsi untuk mempromosikan model-model pembangunan yang berkelanjutan.3
United Nations of Educational, Scientific and Cultural Organization atau UNESCO
adalah suatu organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan dari Perserikatan Bangsa
Bangsa atau PBB. Badan khusus PBB ini didirikan pada 16 November 1945 di London yang
bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi perdamaian dan keamanan di dunia. Sebanyak 44
negara pada saat itu menghadiri konferensi penandatanganan organisasi tersebut. Organisasi ini
bertujuan untuk mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar
negara. Hingga saat ini UNESCO memiliki anggota sebanyak 191 negara dan bermarkas pusat di
Paris. Program utama UNESCO disebarluaskan melalui pendidikan, ilmu alam, ilmu sosial
manusia, budaya serta komunikasi informasi.4
Pada 25 Juli 2018, Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum
serta Kabupaten Kapuas Hulu telah dikukuhkan sebagai Cagar Biosfer oleh Man and Biospehere
2 Retno Larasati, Tania Junie, dkk, Peran Cagar Biosfer Cibodas Dalam Penyerapan CO2, Jurnal Penelitian Sosial
dan Ekonomi Kehutanan Vol. 9 No. 2 Juni 2012, Bogor, hal. 66 3 Ibid. 4 Humaniora, 1945 : UNESCO berdiri, diakses dalam https://mediaindonesia.com/read/detail/77550-1945-unesco-
berdiri (18/10/2018, 11:40 WIB)
https://mediaindonesia.com/read/detail/77550-1945-unesco-berdirihttps://mediaindonesia.com/read/detail/77550-1945-unesco-berdiri
-
3
(MAB) UNESCO. Pengukuhan ini menjadikan Indonesia memiliki cagar biosfer baru yang
bernama Cagar Biosfer Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu atau BKDS. Penetapan Ini
dilakukan dalam sidang ke-30 International Coordinating Council (ICC).5 Pengukuhan cagar
biosfer BKDS menjadi bukti bahwa Kapuas Hulu telah berhasil dalam upayanya untuk menjaga
kelestarian lingkungan.
Dalam hal ini, Man and Biosphere (MAB) sendiri adalah sebuah program dari UNESCO
yang dibentuk pada 1968. Program ini memiliki tujuan untuk mempromosikan serta
mendemontrasikan keseimbangan hubungan diantara manusia dan alam melalui pendekatan
bioregional. Diharapkan melalui program MAB oleh UNESCO kesimbangan dapat diwujudkan
diantara pelestarian keanekaragaman hayati juga peningkatan pembangunan sosial dan ekonomi
serta untuk menjaga dan memelihara nilai-nilai yang terkait dengan budayanya. Konsep Biosphere
Reserve atau Cagar Biosfer kemudian dikembangkan pada 1974. Pada 1976 jaringan Cagar Biosfer
Dunia pada akhirnya diluncurkan hingga mengalami perkembangan.6
MAB-UNESCO menciptakan jaringan cagar biosfer dunia dengan tujuan untuk
menyalurkan kontribusinya kepada visi dari agenda 21 dan Konvesi Keanekaragaman Hayati.
Konvesi tersebut adalah Convention on Biological Diversity yang merupakan hasil dari 1992
United Nation Conference on Environment and Development atau KTT Bumi pada 1992.7 Program
MAB mengenai cagar biosfer diharapkan mampu menjawab serta mengantisipasi segala
permasalahan lingkungan yang akan atau yang telah muncul seiring dengan perkembangan
5 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Batang Kerihun, Danau Sentarum dan Kapuas Hulu, Resmi
Dikukuhkan menjadi Cagar Biosfer Baru, diakses dalam
https://www.wwf.or.id/ruang_pers/berita_fakta/?67283/Betung-Kerihun-Danau-Sentarum-Kapuas-Hulu-Resmi-
Dikukuhkan-menjadi-Cagar-Biosfer-Baru (18/10/2018, 11:37 WIB) 6Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Man and Biosphere (MAB), diakses dalam
https://kniu.kemdikbud.go.id/?page_id=452 (25/4/2019, 21:46 WIB) 7United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization, Cagar Biosfer di Indonesia, diakses dalam
http://www.mab-indonesia.org/tentang.php?i=biosfer (30/8/2019, 12:19 WIB)
https://kniu.kemdikbud.go.id/?page_id=452http://www.mab-indonesia.org/tentang.php?i=biosfer
-
4
jamannya. Terlebih lagi di masa pembangunan ekonomi serta era otonomi daerah dan reformasi
sehingga lingkungan lebih harus diperhatikan kelestariannya.
Di Indonesia sendiri rencana mengenai Nation Branding sudah ada sejak tahun 2009 yang
diajukan oleh Mari Elka Pangestu yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Perdagangan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan citra sebuah negara dan diharapkan mampu menciptakan
investasi, turis, penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan ekspor.8 Disini dapat disimpulkan
bahwa Indonesia telah mengenal konsep Nation Branding dengan baik sejak 9 tahun yang lalu.
Sehingga dapat dipastikan bahwa Indonesia akan terus mengupayakan potensi sumber daya alam
yang dimilikinya menjadi suatu branding di dunia internasional. Tentunya, branding sumber daya
alam yang ada di Indonesia tersebut akan menghasilkan keuntungan yang besar bagi kepentingan-
kepentingan yang dimiliki oleh negara.
Oleh karena itu, Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya, dalam
hal ini adalah Taman Nasional Betung Kerihun Danau Sentarum, akan menjadikan kekayaan alam
negara tersebut sebagai Nation Branding. Tujuan dari pembentukan Nation Branding dari Taman
Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum adalah untuk membangun citra positif yang
dimiliki Indonesia sebagai negara yang sadar akan kondisi lingkungan, dan mengembangkan
potensi alam yang dimiliki Indonesia, salah satunya adalah hutan yang sudah dikukuhkan sebagai
cagar biosfer oleh UNESCO.9
8Retno Budi Lestari dan Rini Aprilia. Membangun Nation Branding Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Sektor
Pariwisata Indonesia, diakses dalam https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/pesat/article/view/1225/1084
(30/8/2019, 12:30 WIB) 9Gita Rifani, Pengaruh Gastrodiplomacy Terhadap Nation Branding Dan Perkembangan Ekonomi Kreatif
Indonesia, diakses dalam http://repository.unpas.ac.id/27524/ (30/8/2019, 12:45 WIB)
https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/pesat/article/view/1225/1084http://repository.unpas.ac.id/27524/
-
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana Proses Nation Branding Indonesia pada Taman Nasional Betung Kerihun dan
Danau Sentarum sebagai Cagar Biosfer oleh Man and Biosphere (MAB) UNESCO?
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses dari Nation Branding yang dilakukan
oleh Indonesia pada Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum sebagai cagar biosfer
oleh Man and Biosphere (MAB) UNESCO.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini memiliki manfaat untuk mengetahui serta menjelaskan tentang bagaimana
proses Nation Branding Indonesia pada Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum
sebagai cagar biosfer oleh MAB UNESCO. Penelitian ini menjadi dasar dari tindakan yang
dilakukan oleh Indonesia melalui cagar bisofer TNBKDS.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dimana pada penelitian ini berkaitan dengan
bagaimana nation branding yang dilakukan oleh Indonesia pada Taman Nasional Betung Kerihun
dan Danau Sentarum sebagai cagar biosfer oleh MAB UNESCO.
-
6
1.4 Penelitian Terdahulu
Dalam tulisan Peranan Kebudayaan dalam Pencitraan Pariwisata Bali oleh Fatmawaty
Malik10 menjelaskan tentang bagaimana kebudayaan Bali berperan besar dalam pariwisata yang
ada di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa pariwisata yang ada di Indonesia berkembang pesat
dikarenakan oleh adanya kebudayaan Bali. Kemasyhuran Bali terkenal hingga ke ranah
internasional dan mengantarkan Bali dengan sebutan the Island of Paradise, the Island of Gods
dan lain sebagainya. Kemajuan pariwisata Bali terlihat dari pembangunan Bali Hotel pada 1930.
Menyusul pada tahun 1950-an kesenian Bali ditampilkan di gedung kesenian Belanda
membawa kebudayaan Bali untuk dipertunjukkan ke dunia internasional. Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan pendekatan yang bersifat eksplorasi dengan menggunakan metode
kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan ini, penulis dapat mengumpulkan segala bentuk
informasi yang dapat menguatkan pencitraan pasiwisata dan fungsi kebudayaan Bali dengan
dilakukan pendekatan historis, budaya dan berbagai pendekatan interdisipliner
Kebudayaan Bali berkembang pesat menjadi sebuah destinasi parwisata yang mendunia.
Sejalan dengan proses yang sudah dilewati mengantarkan Bali menjadi citra atau branding dari
pariwisata yang ada di Indonesia. Dalam hal ini kebudayaan Bali yang telah terkenal di ranah
internasional tidak terlepas dari pengaruh adat istiadat atau kebiasaan yang dibangun oleh
masyarakat Bali di lingkungan keluarga, masyarakat hingga pemerintah. Kesuksesan pariwisata
Bali menjadi pedoman bagi berbagai daerah lain yang ada di Indonesia untuk mengembangkan
10 Fatmawaty Malik, Peranan Kebudayaan dalam Pencitraan Pariwisata Bali, diakses dalam
http://www.kemenpar.go.id/userfiles/04_%20JKI_%20Vol_%2011%20No_%201%20Juni%202016_%20Farmawati
%20Malik_%20Pencitraan%20Pariwisata%20Bali(1)(1).pdf (21/11/2018, 10:39 WIB)
http://www.kemenpar.go.id/userfiles/04_%20JKI_%20Vol_%2011%20No_%201%20Juni%202016_%20Farmawati%20Malik_%20Pencitraan%20Pariwisata%20Bali(1)(1).pdfhttp://www.kemenpar.go.id/userfiles/04_%20JKI_%20Vol_%2011%20No_%201%20Juni%202016_%20Farmawati%20Malik_%20Pencitraan%20Pariwisata%20Bali(1)(1).pdf
-
7
pariwisatanya. Branding yang diperankan oleh kebudayaan Bali untuk Indonesia pada akhirnya
mampu mengangkat tagline wonderful Indonesia di ranah internasional.
Dalam penelitian yang berjudul Persepsi National Branding Sebagai Upaya Meningkatkan
Kinerja Ekspor ke Jepang dan Australia oleh Sri Rahayu dan Reni Kristina Arianti11, menjelaskan
tentang bagaimana gambaran dari sudut pandang masyarakat Jepang serta Australia tentang
national branding Indonesia dari sudut pandang budaya. Dalam hal ini penulis menggunakan
konsep national branding. Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi sumber daya alam
sehingga Indonesia mampu menjadi salah satu negara pengekspor terbesar di dunia. Penulis
memfokuskan national branding yang dilakukan oleh Indonesia dalam sudut pandang budaya.
Pada penelitian yang dilakukan, masyarakat Jepang dan Australia menilai national
branding Indonesia melalui nilai-nilai budaya dan sejarahnya. Sehingga pada dasarnya Indonesia
sudah memiliki modal besar dalam mengangkat national brandingnya di ranah internasional.
Responden dalam hasil suvey menyatakan bahwa cerminan Indonesia adalah diverse, progressive
dan friendly. Responden yang ada memberikan kemudahan pada pemerintah untuk lebih
meningkatkan kinerjanya dalam perihal kemajuan ekspor negara. Bukan tidak mungkin akan ada
persepsi negatif yang muncul namun pemerintah akan selalu mengambil langkah-langkah untuk
meminimalisirnya.
Bali menjadi destinasi daerah yang paling sering dikunjungi. Responden menyatakan
bahwa mereka sangat senang dan ingin kembali lagi suatu saat nanti karena di Indonesia berhasil
memberikan pengalaman yang menyenangkan. Berdasarkan kepada nilai-nilai ekonomis, produk
ekspor dari Indonesia mampu bersaing dari sisi kualitas dan ketahanan jika disandingkan dengan
11 Sri Rahayu dan Reni Kristina Arianti, Persepsi National Branding Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Ekspor
ke Jepang dan Australia, diakses dalam http://jurnal.kemendag.go.id/index.php/bilp/article/view/82/48 (21/11/2018,
11:25 WIB)
http://jurnal.kemendag.go.id/index.php/bilp/article/view/82/48
-
8
pesaing bisnisnya. Berdasarkan SWOT, national branding Indonesia memiliki nilai positif pada
sudut pandang Jepang dan Australia berdasarkan dari representasi produk ekspornya. Meskipun
terdapat juga sisi negatif yaitu ketenaran dari produk ekspor Indonesia yang dinilai masih lemah
dikarenakan oleh promosi yang kurang mengenai keunggulan-keunggulan produk yang dilakukan
oleh Indonesia.
Dalam tulisan yang berjudul Diplomasi Indonesia Terhadap UNESCO dalam Meresmikan
Subak Sebagai Warisan Budaya Dunia oleh Gusti Randa J.12 menjelaskan tentang bagaimana
upaya Indoensia dalam melakukan diplomasi untuk meresmikan Subak sebagai warisan budaya
dunia melalui UNESCO. Subak merupakan masyarakat hukum adat berkarakter sosio-agraris-
religius. Masyarakat tersebut adalah perkumpulan para petani yang mengelola air irigasi di lahan
sawah. Berdasarkan dari peraturan daerah pemerintah provinsi Bali No. 02PD/DPRD/1972
menjelaskan pengertian Subak berdasarkan penjabaran diatas dalam pernyataannya.
Subak merupakan suatu warisan budaya Bali yang berupa suatu sistem pengelolaan irigasi
yang mengatur pembagian pengelolan airnya berdasarkan pada pola pikir harmoni dan
kebersamaan yang berlandaskan pada aturan-aturan formal dan nilai-nilai agama. Dalam hal ini
Subak adalah organisasi pengairan tradisional dalam bidang pertanian berdasarkan daripada seni
dan budaya. Seni dan budaya tersebut diwariskan secara turun temurun oleh penduduk Dewata,
subak ini memiliki fungsi sebagai pengairan sawah Bali serta banyak manfaat lain yang terdapat
didalamnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang relevan dengan pembahasan
permasalahan, perspektif dan tingkat analis yang digunakan untuk membahas permasalahan ini
yaitu prespektif realis.
12 Gusti Randa J., Diplomasi Indonesia Terhadap UNESCO dalam Meresmikan Subak Sebagai Warisan Budaya
Dunia, diakses dalam https://media.neliti.com/media/publications/32430-ID-diplomasi-indonesia-terhadap-unesco-
dalam-meresmikan-subak-sebagai-warisan-buday.pdf (22/11/2018, 12:02 WIB)
https://media.neliti.com/media/publications/32430-ID-diplomasi-indonesia-terhadap-unesco-dalam-meresmikan-subak-sebagai-warisan-buday.pdfhttps://media.neliti.com/media/publications/32430-ID-diplomasi-indonesia-terhadap-unesco-dalam-meresmikan-subak-sebagai-warisan-buday.pdf
-
9
Dalam memperjuangkan Subak agar menjadi salah satu warisan budaya dunia, Indonesia
dan seluruh kalangan baik pemerintah maupun masyarakat lokal yang berkerjasama dengan
Lembaga Swadaya Masyarakat yaitu Persatuan Petani Subak. Setelah melalui beberapa tahap-
tahap penyeleksian, penyaringan dan kelayakan objek yang memakan waktu hingga kurang lebih
10 tahun yang pada akhirnya dinyatakan disetujui untuk menjadi warisan budaya dunia pada mei
2012 dalam sidang UNESCO ke-36 di Petersurg, Rusia dengan sebutan “The Cultural Landscape
of Bali Province : Subak System as a Manifestation of the Tri Hita Karana”.
Dalam penelitian yang berjudul Diplomasi Pariwisata Sebagai Nation Branding Indonesia
Di Tingkat Global yang ditulis oleh Harits Dwi Wiratma yang menggunakan metode studi
kepustakaan (Library Research) dengan mengumpulkan data-data serta informasi melalui buku-
buku, majalah, jurnal dan situs-situs internet yang relevan dengan permasalahan yang dibahas,
serta sumber-sumber lain yang mendukung penelitian ini. Standar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah standar penulisan ilmiah dengan tambahan data kuantitaif berupa tabel dengan
maksud untuk menjaga validitas penulisan dan sarana pembuktian argument utama namun tetap
pada koridor menjaga keaslian tulisan.
Dalam penelitian ini penulis menjelaskan bagaimana Indonesia melakukan diplomasi
pariwisata di tingkat global mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki potensi yang luar
biasa dalam segi sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Jumlah penduduk Indonesia
sampai saat ini diperkirakan mencapai 250 juta jiwa, hal tersebut dapat menjadi salah satu
pendukung dalam mengembangkan berbagai sektor untuk menunjang Indonesia dalam
menghadapi persaingan global. Hal itu juga dapat membantu Indonesia dalam memajukan industry
-
10
pariwisata Indonesia agar nantinya sektor pariwisata Indonesia dapat bersaing ditingkat
internasional.13
Dalam penelitian yang berjudul Upaya Promosi Jazz Sebagai Bentuk Nation Branding
Amerika Serikat di Era Perang Dingin oleh Muhammad Irhan Diaz ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang upaya promosi Jazz oleh Amerika Serikat di era perang dingin
sebagai bentuk Nation Branding. Dalam penelitian ini, penulis mencoba memberikan pandangan
lain dari sikap Amerika Serikat dalam mempromosikan Jazz yang sebelumnya dipandang sebagai
suatu bentuk Diplomasi. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mencoba memberikan
pandangan baru dari sikap Amerika Serikat melalui sudut pandang Nation Branding. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode Library Research dan sumber sekunder yang berkaitan
dengan upaya promosi Jazz Amerika Serikat dan mengaitkannya dengan konsep Nation Branding.
Dalam penelitian tersebut, penulis telah berupaya mencari beberapa atribut dalam konsep
Nation Branding berdasarkan kategori yang dibuat oleh Szondi. Upaya yang dilakukan Amerika
Serikat dalam mempromosikan Jazz memiliki kecocokan sebagai bentuk dari Nation Branding,
hal itu terlihat dari beberapa atribut seperti tujuan, peran pemerintah, konteks, sasaran, arah serta
strateginya. Oleh karenanya dalam hal ini, sikap Amerika dalam mempromosikan Jazz tidak hanya
dapat dikatakan sebagai bentuk Diplomasi, melainkan juga dapat dilihat sebagai bentuk dari
Nation Branding.14
13 Harist Dwi Wiratma, Diplomasi Pariwisata Sebagai Nation Branding Indonesia Di Tingkat Global, diakses dalam
https://www.researchgate.net/publication/325048961_Tourism_Diplomation_as_Indonesia's_Nation_Branding_in_
Global_Level/fulltext/5af3530daca2720af9c4658f/325048961_Tourism_Diplomation_as_Indonesia's_Nation_Brand
ing_in_Global_Level.pdf (14/12/2018, 22:35 WIB) 14 Muhammad Irhan Diaz, Upaya Promosi Jazz Sebagai Bentuk Nation Branding Amerika Serikat di Era Perang
Dingin diakses dalam http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahidb95fcf442full.pdf (14/12/2018, 22:55
WIB)
https://www.researchgate.net/publication/325048961_Tourism_Diplomation_as_Indonesia's_Nation_Branding_in_Global_Level/fulltext/5af3530daca2720af9c4658f/325048961_Tourism_Diplomation_as_Indonesia's_Nation_Branding_in_Global_Level.pdfhttps://www.researchgate.net/publication/325048961_Tourism_Diplomation_as_Indonesia's_Nation_Branding_in_Global_Level/fulltext/5af3530daca2720af9c4658f/325048961_Tourism_Diplomation_as_Indonesia's_Nation_Branding_in_Global_Level.pdfhttps://www.researchgate.net/publication/325048961_Tourism_Diplomation_as_Indonesia's_Nation_Branding_in_Global_Level/fulltext/5af3530daca2720af9c4658f/325048961_Tourism_Diplomation_as_Indonesia's_Nation_Branding_in_Global_Level.pdfhttp://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahidb95fcf442full.pdf
-
11
Tabel 1.1 Posisi Penelitian
NNO. NAMA DAN JUDUL
PENELITIAN
ALAT
ANALISIS/TIPE
PENELITIAN
HASIL
11. Peranan Kebudayaan
dalam Pencitraan
Pariwisata Bali oleh
Malik Fatmawati
Metode Kualitiatif Branding yang diperankan
oleh kebudayaan Bali
untuk Indonesia pada
akhirnya mampu
mengangkat tagline
wonderful Indonesia di
ranah internasional
22. Persepsi National
Branding Sebagai
Upaya Meningkatkan
Kinerja Ekspor ke
Jepang dan Australia
oleh Sri Rahayu dan
Reni Kristina Arianti
Nation Branding Berdasarkan SWOT,
national branding
Indonesia memiliki nilai
positif pada sudut pandang
Jepang dan Australia
berdasarkan dari
representasi produk
ekspornya. Meskipun
-
12
terdapat juga sisi negatif
yaitu ketenaran dari produk
ekspor Indonesia yang
dinilai masih lemah
dikarenakan oleh promosi
yang kurang mengenai
keunggulan-keunggulan
produk yang dilakukan
oleh Indonesia.
33. Diplomasi Indonesia
Terhadap UNESCO
dalam Meresmikan
Subak Sebagai
Warisan Budaya
Dunia oleh Gusti
Randa J.
Perspektif Realis Pada mei 2012 dalam
sidang UNESCO ke-36 di
Petersurg, Rusia dengan
sebutan “The Cultural
Landscape of Bali
Province : Subak System as
a Manifestation of the Tri
Hita Karana”
-
13
44. Diplomasi Pariwisata
Sebagai Nation
Branding Indonesia Di
Tingkat Global yang
ditulis oleh Harits Dwi
Wiratma.
Metode
kepustakaan
(Library Research)
Beberapa peta sebaran
yang dicantumkan penulis
sebagai bukti keseriusan
Indonesia dalam menata
dan mengembangkan
industri pariwisata.
55. Upaya Promosi Jazz
Sebagai Bentuk Nation
Branding Amerika
Serikat di Era Perang
Dingin oleh
Muhammad Irhan
Diaz
Nation Branding,
Library Research
Sikap Amerika dalam
mempromosikan Jazz tidak
hanya dapat dikatakan
sebagai bentuk Diplomasi,
melaikan juga dapat dilihat
sebagai bentuk dari Nation
Branding karena memiliki
kecocokan dengan atribut-
atribut Nation Branding
yang telah dibuat oleh
Szondi.
1.5 Landasan Konsep
1.5.1 Konsep Nation Branding
-
14
Simon Anholt mengibaratkan dunia sebagai satu pasar yang besar dimana negara menjadi aktor
yang berperan untuk menggerakan pasar global tersebut melalui perdagangan, investasi, pariwisata
hingga kegiatan ekspor-impor. Pada akhirnya dari sinilah Simon Anholt merumuskan tentang
Identitas Kompetitif untuk menjelaskan kompetisi yang terjadi diantara para aktor internasional di
pasar global. Identitas Kompetitif menjadikan suatu negara harus memiliki sebuah produk untuk
dijadikan nation branding. Konsep nation branding diciptakan pada tahun 1996 oleh Simon
Anholt. Pada masa itu konsep tersebut bertujuan untuk membantu membentuk berbagai kebijakan,
inovasi, serta strategi dan investasi bagi negara-negara yang ada di dunia.15
Dalam hal ini nation branding berdampak kepada peningkatan daya saing bangsa. Bagi
suatu negara, nation branding akan merepresentasikan diri suatu negara secara keseluruhan.
Tujuan dari representasi diri tersebut adalah guna menciptakan modal reputasional yang dilakukan
dengan cara mempromosikan diri kepada ketertarikan ekonomi, sosial dan politik. Pentingnya
reputasi dari suatu negara sangat dibutuhkan khususnya pada masa meningkatnya arus globalisasi.
Negara-negara di dunia saling berinteraksi untuk melakukan kegiatan ekonomi serta sosial dan
budaya.16
Nation branding yang dilakukan oleh suatu negara akan meningkatkan reputasi negara
tersebut menjadi lebih baik di ranah internasional. Selain daripada itu, nation branding juga akan
berpengaruh kepada meningkatnya kepercayaan yang diberikan oleh negara-negara lainnya
sehingga mereka akan dengan mudah diajak berkerjasama. Dalam hal ini negara yang melakukan
nation branding pada akhirnya mendapatkan kemudahan untuk mencapai kepentingan negaranya
di ranah internasional. Negara tersebut juga akan dengan mudah mendapatkan kesuksesan karena
15 Irwansyah, Menginisiasi Nation Branding Indonesia Menuju Daya Saingi, diakses dalam
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/305 (31/10/2018, 11:28 WIB) 16 Ibid,
http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/305
-
15
citra yang melekat dari negaranya mampu mempermudah dalam menyelesaikan berbagai urusan
serta mudah dalam mengembangkan potensi negaranya.
Dilain sisi, Szondi menyatakan bahwa ada beberapa makna tentang konsep nation
branding yaitu …”the strategic self-presentation of a country with the aim of creating reputational
capital through economic, political and social interest promotion at home and abroad”… Disini
Fan juga menyebutkan bahwa …”nation branding concerns applying branding and marketing
communications techniques to promote a nation’s image”… Pendapat dari Fan ini dikembangkan
lebih lanjut oleh Dong-Hun. Dong Hun memberikan pernyataan bahwa dalam nation branding
ada aspek pemberian merek dan penerapan teknik komunikasi pemasaran untuk mempromosikan
citra suatu negara.17
Anholt memiliki tiga komponen dalam menjelaskan proses dari nation branding. Ketiga
komponen tersebut adalah strategi, substansi dan aksi simbolis.18 Penjabaran ketiga komponen
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Strategy
Dalam istilahnya, strategi didasarkan kepada kesadaran akan negara itu sebagai “siapa”
dan “dimana” posisi negara tersebut sekarang. Kedua kesadaran tersebut baik dalam realita
maupun menurut persepsi dari internal serta eksternal. Mereka mengetahui kemana tujuan mereka
serta mengetahui bagaimana upaya yang ditempuh untuk mendapatkan tujuan tersebut. Komponen
strategi dalam perkembangannya memiliki dua kesulitan utama yaitu yang pertama adalah
merekonsiliasi kebutuhan serta keinginan dari berbagai aktor nasional yang berbeda menjadi satu
17 Ibid, 18 Simon Anholt, Beyond the Nation Brand : The Role of Image and Identity in International Relations, diakses
dalam https://surface.syr.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1013&context=exchange (21/4/2019, 22:31 WIB)
https://surface.syr.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1013&context=exchange
-
16
arah atau satu tujuan tunggal. Kesulitan yang kedua adalah untuk menemukan satu tujuan yang
tepat dikarenakan oleh adanya keinginan yang saling bertentangan.
Strategi dari pemerintah Indonesia adalah dengan mengembangkan TNBKDS sedemikian
rupa hingga memenuhi persyaratan untuk menjadi sebuah cagar biosfer. Pemerintah Indonesia
dalam hal ini adalah pemerintah Kalimantan Barat beserta instansi yang terkait dengan Taman
Nasional Betung Kerihun Danau Sentarum sadar akan posisinya sebagai daerah yang memiliki
potensi cagar biosfer dunia sehingga mereka melakukan upaya guna menjadikan TNBKDS sebagai
cagar biosfer. Mereka menyadari bahwa mereka berada di negara Indonesia yang telah menjadi
anggota dari jaringan cagar biosfer dunia sehingga ini memudahkan strategi untuk menjadikan
TNBKDS sebagai cagar biosfer.
b. Substance
Substansi merupakan implementasi atau pelaksanaan yang efektif dari strategi.
Implementasi tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan ekonomi, hukum, politik, sosial, budaya
dan pendidikan. Dalam hal ini pengaplikasian dari substansi seperti inovasi nyata, struktur,
perundang-undangan, reformasi, investasi, lembaga dan kebijakan yang akan membawa kemajuan
yang diinginkan. Pada komponen substansi, penerapan strategi untuk menjadikan TNBKDS
menjadi cagar biosfer dilakukan oleh pemerintah daerah serta masyarakat sehingga perolehan
status cagar biosfer didapatkan.
c. Symbolic actions
Tindakan simbolis merupakan bagian-bagian dari komponen substansi yang memiliki
unsur-unsur komunikatif yang mampu memperkuat strategi yang tengah dijalankan. Tindakan
simbolis ini misalnya diwujudkan dengan sebuah inovasi, struktur, undang-undang, reformasi,
investasi, lembaga atau kebijakan yang sugestif serta mudah diingat bahkan bersifat dramatis. Dan
-
17
yang terpenting adalah mereka merupakan sebuah lambang dari komponen strategi. Pada akhirnya
dalam komponen aksi simbolis, pemerintah mengajukan TNBKDS menjadi cagar biosfer setelah
memenuhi persyaratan dari UNESCO dan berhasil mendapatkan status sebagai cagar biosfer
hingga dikukuhkan secara simbolik oleh UNESCO.
Penetapan cagar biosfer Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum menjadi
upaya dari pemerintah Indonesia dalam melakukan nation branding. Tujuan dari nation branding
ini adalah untuk menjadikan citra Indonesia sebagai negara yang sadar akan kelestarian lingkungan
serta kekayaan sumber daya alam yang ada di dalamnya. Indonesia menginginkan dunia
memandang bahwa negaranya masih layak dan mampu untuk disebut sebagai paru-paru dunia.
Jika Indonesia dapat mempertahankan cagar biosfer tersebut maka citra Indonesia sebagai sebuah
negara yang memiliki kekayaan dari sumber daya alam akan memberikan dampak berupa
mudahnya urusan Indonesia dalam memenuhi kepentingan nasional.
Cagar biosfer memiliki tujuan sebagai sarana penunjang pendidikan dan penelitian yang
mampu berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan ini sangat
dibutuhkan oleh Indonesia mengingat negara kita merupakan negara berkembang yang sangat
membutuhkan berbagai macam cara untuk menunjang segala aspek kemakmuran dan
kesejahteraan penduduknya. Jika Indonesia menambah cagar biosfer dan telah diakui oleh
UNESCO maka nation branding Indonesia sebagai negara paru-paru dunia akan menjadi salah-
satu kemudahan untuk Indonesia memenuhi kepentingan nasionalnya terutama yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan dan penelitian.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
-
18
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah merupakan jenis penelitian yang menggunakan metode analisis. Penulis akan melakukan
analisis terlebih dahulu berdasarkan dari fenomena sosial yang terjadi dari latar belakang yang
sudah dijelaskan diatas. Jenis penelitian kualitatif tergolong efektif karena mampu
mengidentifikasi faktor-faktor yang dirasa kurang jelas. Dalam artian kurang jelas disini misalnya
seperti status sosial dan ekonomi, peran gender serta agama.19 Penelitian ini berfokus kepada
alasan dari upaya nation branding yang dilakukan oleh Indonesia melalui cagar biosfer Taman
Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum
Dalam penelitian, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Pengertian dari
metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang memiliki tujuan untuk menggambarkan suatu
fenomena yang sedang berlangsung sekarang atau yang telah terjadi di masa lampau. Berdasarkan
pendapat Furchan karaktersitik dari penelitian deskriptif adalah suatu fenomena yang digambarkan
bersifat apa adanya. Hal ini dilakukan melalui penelaahan yang terstruktur atau teratur, cermat
serta mengutamakan obyektivitas. Kemudian penelitian deskriptif juga tidak memiliki perlakuan
yang dikendalikan.20
1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.2.1 Batasan Waktu
Batasan penelitian ini dimulai sejak keluarnya surat nomor : 525/657/SETDA/UM-A
tanggal 25 november 2016 oleh bupati Kapuas Hulu H. AM Nasir sampai ditetapkannya Taman
19 Family Health International, Qualitative Research Methods : A Data Collector’s Field Guide, diakses dalam
http://www.ccs.neu.edu/course/is4800sp12/resources/qualmethods.pdf (22/3/2017, 19.13 WIB)
20AM Saifullah, Metode Penelitian, diakses dalam http://eprints.walisongo.ac.id/1648/4/063511009_Bab3.pdf
(4/7/2019, 1:30 WIB)
http://www.ccs.neu.edu/course/is4800sp12/resources/qualmethods.pdfhttp://eprints.walisongo.ac.id/1648/4/063511009_Bab3.pdf
-
19
Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum sebagai cagar biosfer oleh UNESCO pada tanggal
25 juli 2018.
1.6.2.2 Batasan Materi
Penelitian ini terfokus pada bagaimana proses Nation Branding Indonesia pada Taman
Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum sebagai cagar biosfer oleh MAB UNESCO.
1.6.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian, penulis menggunakan penelitian yang berdasarkan dari library research
atau kepustakaan. Informasi serta data-data yang dikumpulkan akan dipergunakan sebagai bahan
dari dasar penelitian. Dalam hal ini data-data tersebut didapatkan melalui berbagai literatur seperti
arsip-arsip, jurnal, media massa cetak maupun elektronik serta digital juga artikel dan laporan
tahunan.
1.6.4 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisa data induktif. Pengertian dari teknik analisa data
induktif adalah penelitian aktif dalam mengembangkan konsep yang digunakan. Penulis akan
menjelaskan fenomena yang terjadi, menganalisis serta mengumpulkan data dan informasi hingga
kemudian didapatkan sistematika pola di dalamnya.
1.7 Argumen Pokok
-
20
Upaya Nation Branding dilakukan oleh Indonesia melalui Cagar Biosfer Taman Nasional
Betung Kerihun dan Danau Sentarum. Sebelumnya Cagar Biosfer TNBKDS telah dikukuhkan
secara resmi oleh MAB UNESCO pada tanggal 25 Juli 2018. Pengukuhan dilakukan dalam sidang
ke-30 ICC MAB UNESCO. Pada akhirnya Nation Branding melalui Cagar Biosfer TNBKDS
tersebut mengantarkan Indonesia kepada keuntungan yaitu Indonesia memiliki pengaruh dari
status atau posisinya sebagai anggota dari Cagar Biosfer Dunia oleh MAB UNESCO.
Bagan 1.1 Korelasi rumusan masalah dengan Nation Branding21
21 Diolah oleh penulis
rumusan masalah
Bagaiamana proses Nation
Branding Indonesia pada
TNBKDS sebagai Cagar Biosfer oleh Man and
Biosphere (MAB) UNESCO?
Konsep Nation
Branding
Strategy
substance
symbolic actions
Nation Branding Indonesia melalui TNBKDS sebagai Cagar Biosfer oleh
MAB UNESCO memiliki
keuntungan bagi Indonesia karena
Indonesia memperoleh
pengaruh dari status atau
posisinya sebagai anggota dari Cagar Biosfer Dunia oleh MAB UNESCO.
-
21
1.8 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Akademis
1.3.2.2 Manfaat Praktis
1.4 Penelitian Terdahulu
1.5 Landasan Teori
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.2.1 Batasan Waktu
-
22
1.6.2.2 Batasan Materi
1.6.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.6.4 Teknik Analisis Data
1.7 Argumen Pokok
1.8 Sistematika Penulisan
BAB II Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum sebagai
Cagar Biosfer Dunia
2.1 Pengertian dan Kriteria dari Cagar Biosfer oleh UNESCO
2.1.1 Pengertian Cagar Biosfer
2.1.2 Kriteria Wilayah untuk Menjadi Cagar Biosfer
2.2 Cagar Biosfer Yang Ada Di Indonesia
2.3 Gambaran Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau
Sentarum sebagai Cagar Biosfer
2.3.1 Letak Geografis Taman Nasional Betung Kerihun dan
Danau Sentarum
2.3.2 Sumber Daya Alam yang Dihasilkan oleh Taman
Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum
2.4 Upaya Indonesia dalam Menjadikan TNBKDS sebagai
Cagar Biosfer
BAB III Nation Branding dan Indonesia melalui Taman Nasional Betung
Kerihun dan Danau Sentarum
-
23
3.1 Nation Branding Indonesia Melalui Cagar Biosfer
TNBKDS
3.1.1 Strategy
3.1.2 Substance
3.1.3 Symbolic Actions
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran