11 Clean Construction Bidang Air Limbah

50
1 CLEAN CONSTRUCTION BIDANG AIR LIMBAH A. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Survey Topografi Survey ini merupakan bagian dari pekerjaan persiapan yang mengawali seluruh rangkaian pekerjaan. Survey topografi meliputi kegiatan: • Pengecekan ulang elevasi rencana • Menyebarkan titiktitik panduan diseluruh wilayah kerja • Menentukan titiktitik (koordinat) posisi manhole. Gambar 1. Penentuan Titik Koordinat Posisi Manhole a. Pemeriksaan ulang elevasi rencana Pemeriksaan ulang elevasi rencana perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam rentang waktu antara perencanaan dengan pelaksanaan sekaligus memeriksa kebenaran/akurasi survey perencanaan. Gambar 2. Pemeriksaan Ulang Elevasi Rencana Dalam pelaksanaan survey topografi digunakan titik acuan yang ditentukan oleh perencana dan menggunakan titik Benchmark (BM) yang tersebar di seluruh wilayah survey. Titik referensi

description

air limbah konstruksi

Transcript of 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

Page 1: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

1  

CLEAN CONSTRUCTION BIDANG AIR LIMBAH

A. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Survey Topografi Survey ini merupakan bagian dari pekerjaan persiapan yang mengawali seluruh rangkaian pekerjaan. Survey topografi meliputi kegiatan: • Pengecekan ulang elevasi rencana • Menyebarkan titik‐titik panduan diseluruh wilayah kerja • Menentukan titik‐titik (koordinat) posisi manhole.

Gambar 1. Penentuan Titik Koordinat Posisi Manhole

a. Pemeriksaan ulang elevasi rencana Pemeriksaan ulang elevasi rencana perlu dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam rentang waktu antara perencanaan dengan pelaksanaan sekaligus memeriksa kebenaran/akurasi survey perencanaan.

Gambar 2. Pemeriksaan Ulang Elevasi Rencana

Dalam pelaksanaan survey topografi digunakan titik acuan yang ditentukan oleh perencana dan menggunakan titik Benchmark (BM) yang tersebar di seluruh wilayah survey. Titik referensi

Page 2: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

2  

utama adalah Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615 yang ditetapkan oleh Badan Koordinator Survey dan Pemetaan Nasional (BAKORSURTANAL) serta benchmark yang ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) 13.

Gambar 3. Titik Benchmark (BM) dan Benchmark Titik Tinggi Geodesi (TTG) 1615

b. Penyebaran titik panduan di seluruh wilayah kerja dan menentukan titik (koordinat)

posisi manhole Tujuan dari penyebaran titik‐titik panduan bantuan ini adalah bila di suatu lokasi hendak dilakukan pemasangan pipa, maka titik panduan bantuan tersebut dapat dipergunakan sebagai acuan dalam menentukan elevasi invert saluran.

Gambar 4. Penyebaran Titik Panduan Di Wilayah Kerja Dan Penentuan Titik Koordinat Manhole Titik lokasi manhole dan titik panduan bantuan tersebut harus dilengkapi informasi mengenai nomor, koordinat, elevasi invert, dan elevasi permukaan jalan. 2. Test Pit Test pit adalah kegiatan untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah permukaan tanah. Utilitas tersebut berupa pipa PDAM, kabel PLN dan Telkom, serta utilitas lainnya yang mungkin ada. Bila ternyata dalam test pit ditemukan adanya utilitas yang menghalangi jalur pipa, maka jalur pipa tersebut harus disesuaikan.

Page 3: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

3  

Gambar 5. Diagram Alir Survey Topografi dan Penentuan Posisi Manhole di Lapangan

Penyesuaian dengan memindahkan posisi pipa (dari tepi jalan ke tengah jalan atau sebaliknya). Atau bila ternyata memungkinkan, perubahan yang dilakukan adalah memindahkan utilitas yang bersangkutan tentunya dengan berkoordinasi dengan instansi terkait.

Gambar 6. Penyesuaian Posisi Pipa Dengan Utilitas Yang Ada

Page 4: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

4  

Gambar 7. Diagram Alir Test Pit

7. 3. Pemeriksaan Kondisi Bangunan Existing Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor perlu melakukan pemeriksaan terhadap kondisi existing bangunan yang ada di sekitar lokasi kegiatan, seperti adanya retak pada bangunan, tembok atau dinding dan sebagainya. Hal tersebut ditujukan agar di kemudian hari apabila ada keluhan dari pemilik bangunan bisa diketahui apakah kerusakan tersebut diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan atau sudah terjadi sebelumnya ataupun ada sebab lainnya. Semua dokumentasi haruslah dilengkapi dengan foto.

Gambar 8. Pemeriksaan Bangunan Existing

Page 5: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

5  

A. PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA 1. Karakteristik Pipa

Pipa primer dan sekunder/tersier terbuat dari beton bertulang (RC Pipe) dengan bahan dari semen anti sulfat. Kedua jenis pipa tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu mengalirkan air limbah secara gravitasi. Pipa forcemain berfungsi untuk mengalirkan air limbah dengan pemompaan, jenis pipa yang digunakan pipa baja (steel pipe) diameter 500 mm dan 600 mm, serta pipa PVC diameter 150 mm dan 200 mm.

Gambar 9. Karakteristik Pipa Yang Akan Digunakan

Spesifikasi pipa beton ( RC Pipe ) : Mutu beton : K‐350 ( sebelum proses spinning ) K‐550 ( setelah proses spinning ) Mutu baja tulangan : • Tegangan leleh > 4.500 kg/cm2 • Tegangan tarik ≥ 5.000 kg/cm2

Tabel 1. Jenis Pipa Yang Akan Digunakan

Page 6: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

6  

Langkah‐langkah kerja pemasangan pipa baja bertekanan lebih sederhana dari pemasangan pipa beton. Karena kemiringan pipa bertekanan bukan merupakan faktor penting, walaupun tidak boleh diabaikan, dan kedalaman galian tidak terlalu dalam (timbunan minimum di atas pipa 1,50 m). Hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian adalah penyambungan pipa baja. Penyambungan dilakukan dengan pengelasan yaitu las listrik dan harus dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman agar diperoleh hasil yang sempurna.

Gambar 10. Detil Pemasangan Pipa Baja Bertekanan

1. Metoda Pemasangan Pipa Dengan Metode Clean Construction

Clean Construction adalah prinsip kerja pemasangan pipa yang bersih, rapi dan tertib sehingga dapat mengurangi gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.

Page 7: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

7  

Gambar 11. Diagram Alir Pemasangan Pipa Baja Bertekanan

• Penggalian dan pemasangan pipa untuk tiap

segmen sepanjang 50 m.

• Tanah galian langsung diangkut dengan dump

truck ke tempat pembuangan sementara untuk

digunakan kembali nantinya

• Tidak diperkenankan menaruh material di

jalan/trotoar kecuali dalam area di tempat kerja

• Dilengkapi pagar pengaman dan rambu lalu lintas

yang memadai. Untuk pekerjaan pada malam hari

dilengkapi dengan lampu penerangan / pengaman

• Penyiraman dengan air di sekitar tempat kerja

dilakukan setiap hari untuk menghindari debu

Gambar 12. Pekerjaan Penggalian Dengan Metode Clean Construction

Page 8: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

8  

2. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa

Tahapan pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa seperti pada diagram alir berikut ini:

Gambar 13. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pemasangan Pipa

a. Penandaan Jalur Pipa dan Pemotongan Permukaan Jalan Bila pekerjaan pemasangan pipa akan dilakukan, terlebih dulu dilakukan penentuan jalur pipa yang akan dipasang. Hal ini perlu dilakukan karena sering kali posisi jalur pipa yang tergambar di gambar rencana perlu penyesuaian atau perubahan. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya adalah jalan ternyata tidak benar‐benar lurus seperti pada gambar rencana dan terdapat utilitas atau bangunan yang menghalangi jalur pipa. Penandaan jalur pipa pada permukaan jalan dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan sebagai batas pekerjaan galian. Posisi jalur pipa disesuaikan dengan kondisi jalan dan utilitas yang ada di bawah jalan. Selain sebagai penanda jalur pipa, tanda pada permukaan jalan juga berfungsi untuk memberi arah dan batas galian. Permukaan jalan yang telah ditandai kemudian dipotong dengan mesin sampai kedalaman 5‐7 cm. Pemotongan ini dimaksudkan agar lapis permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak karena aktivitas penggalian. Pemotongan permukaan jalan sampai kedalaman 5‐7 cm dengan mesin dimaksudkan agar lapisan permukaan jalan di luar batas galian tidak ikut rusak karena aktivitas penggalian.

Page 9: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

9  

Gambar 14. Proses Penandaan Jalur Dan Pemotongan Permukaan Jalan

2. Pekerjaan galian Jalur pipa yang telah siap kemudian digali. Metode pelaksanaan galian disatu lokasi dengan lokasi lain adakalanya tidak sama. Terdapat beberapa hal penting yang menjadi faktor utama dalam menentukan metode pelaksanaan penggalian. Yaitu : a. Lebar daerah milik jalan (Damija) b. Jenis tanah c. Elevasi muka air tanah dan d. Kepadatan lalu lintas

Berdasarkan lebar Damija, metode pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu secara manual (tenaga manusia) dan dengan mesin gali (excavator). Bahan galian langsung diangkut ke tempat pembuangan. Di lokasi – lokasi tertentu penggalian dilakukan dengan mesin dan manual. Bagian atas, dilakukan secara manual untuk menghindari kerusakan utilitas, dan selanjutnya dengan excavator.

Gambar 15. Pekerjaan Galian

Gambar 16. Pengupasan Permukaan Jalan

Page 10: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

10  

Gambar 17. Pekerjaan Penggalian Secara Manual Dan Penggunaan Mesin

a. Pemasangan Turap

Berdasarkan jenis karakteristik tanah, metode

pelaksanaan terbagi menjadi 2 yaitu galian dengan

turap dan tanpa turap. Secara umum jenis tanah yang

dikategorikan yaitu tanah yang tidak runtuh (butiran

padat) dan tanah yang mudah runtuh (butiran lepas).

Penggalian tanpa turap umumnya dilaksanakan untuk

pemasangan pipa dengan diameter kecil, galian tidak

terlalu dalam dan kondisi tanah stabil. Untuk tanah

yang mudah runtuh, maka penggunaan turap sangat

diperlukan untuk memastikan galian tetap pada

kondisi yang diharapkan. Jenis turap yang digunakan

antara lain turap kayu, sheeting plate dan sheet pile. Gambar 18. Pemasangan Turap

Page 11: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

11  

Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat dipergunakan sebagai material untuk turap karena bila sheet pile tersebut dirangkai dengan sheet pile lainnya, maka akan diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang galian.

Gambar 20. Turap dengan menggunakan material dari kayu

Gambar 21. Pemasangan Sheeting Pile

Sheet pile seperti terlihat pada gambar di samping dapat

dipergunakan sebagai material untuk turap karena bila sheet

pile tersebut dirangkai dengan sheet pile lainnya, maka akan

diperoleh permukaan turap yang dapat menahan runtuhan

tanah juga menahan masuknya air tanah ke dalam lubang

galian.

Gambar 19. Sheet Pile

Page 12: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

12  

 

Gambar 22. Pemasangan Sheeting Plate

b. Dewatering

Berdasarkan elevasi muka air tanah, pekerjaan galian harus disertai dengan usaha membuang air (dewatering) bila elevasi air tanah lebih dangkal dari dasar galian. Artinya tanah galian terendam air sehingga mengganggu proses penggalian dan pemasangan pipa. Pada galian tanah yang dalam, dengan muka air tanah tinggi, mudah terhanyutkan oleh aliran air bawah tanah, maka galian harus diamankan dengan penggunaan turap yang kedap air (sheet pile). Air dipompa ke saluran terdekat atau dengan menggunakan tempat penampungan.

3. Pemasangan Pipa

Pemasangan pipa sangat terkait dengan pemasangan manhole. Data yang sangat diperlukan diawal pemasangan pipa adalah elevasi invert manhole awal dan akhir (pipa terpasang dari manhole ke manhole). Elevasi ini menentukan kemiringan pipa karena terjadi beda tinggi antara invert awal dan akhir. Berdasarkan data‐data tersebut, surveyor yang terlibat dalam pemasangan pipa harus mengawasi dan mengecek elevasi dari masing‐masing pipa karena pipa dipasang satu per satu.

Gambar 23. Pekerjaan Dewatering

Gambar 24. Manhole

Page 13: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

13  

Gambar 25. Pekerjaan Pemasangan Manhole

Pada prinsipnya pipa dipasang setelah manhole selesai dipasang namun kenyataan dilapangan, seringkali jaringan pipa dipasang terlebih dahulu. Pemasangan pipa seperti ini biasanya akan berhenti menjelang manhole dengan menyisakan 2 batang pipa. Pemasangan 2 pipa terakhir tersebut akan dilakukan dalam rangkaian pemasangan manhole. Cara ini dipilih karena manhole memiliki lebar galian yang lebih besar dari galian pipa dan terutama untuk manhole yang posisinya pada persimpangan jalan, potensi untuk menimbulkan kemacetan arus lalu lintas sangat besar sehingga diperlukan konsentrasi dan penanganan khusus. Hal yang penting dalam pelaksanaan pemasangan pipa adalah penyambungan, pengukuran elevasi/kemiringan, dan pengukuran kelurusan pipa. Ketiga hal tersebut di atas bila tidak dapat terlaksanakan dengan benar, maka jaringan pipa akan berisiko bocor, terjadi genangan atau endapan, dan bahkan tidak mengalir. a. Penyambungan pipa Pipa diturunkan dengan penggantung dan diletakkan di atas tumpukan karung yang diisi pasir. Maksud dari tumpukan karung pasir adalah agar pipa memperoleh dudukan yang baik dan stabil. Dengan demikian saat pipa disambung dan ditimbun secara keseluruhan, elevasi dapat dipertahankan. Penyambungan pipa berikutnya dapat dimulai dari spigot ataupun socket.

 

Page 14: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

14  

Gambar 26. Diagram Alir Pemasangan/Penyambungan Pipa

Page 15: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

15  

Gambar 27. Proses Penyambungan Pipa

b. Pengukuran elevasi/kemiringan pipa Pipa yang diturunkan dan sudah disambung, harus diperiksa elevasi/kemiringannya. Pengecekan ini dilakukan pada dua titik yaitu pada titik sambungan (sekaligus untuk mengetahui apakah ada perubahan setelah disambung) dan pada ujung lainnya. Bila kedua titik tersebut telah sesuai kemiringannya, maka pipa dapat disambung dengan pipa lainnya.

Gambar 28. Pengukuran Elevasi Dan Kemiringan Pipa c. Pengukuran kelurusan pipa Selain elevasi/kemiringan pipa harus benar, kelurusan pipa secara keseluruhan juga harus benar. Apabila pipa tidak tepat lurus, maka akan berpengaruh pada posisi manhole dan pengaturan jaringan pipa berikutnya. Pengukuran kelurusan dilakukan dengan cara menarik benang as pipa dari manhole ke manhole. Benang ini berada di atas galian. Untuk memastikan apakah pipa sudah

Page 16: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

16  

lurus, harus ditarik garis tegak lurus dari benang tersebut ke permukaan pipa atau dapat juga menggunakan rantai penggantung pipa. Dapat juga menggunakan batang kayu atau aluminium yang diberi tanda pada bagian tengahnya. Dengan demikian, kelurusan pipa dapat diperiksa dari tanda pada tengah batang kayu atau aluminium tersebut.

Keterangan: A dan B. Pengukuran Dengan alat bantu selain benang

C. Dengan alat bantu benang

Gambar 29. Pengukuran Kelurusan Pipa 4. Timbunan Dan Pengaspalan Timbunan kembali dilakukan secara bertahap lapis demi lapis. Masing‐masing tahapan harus dipadatkan. Timbunan kembali dimulai dengan timbunan pasir dan diikuti oleh timbunan dengan material pilihan dan agregat kelas A & B. Timbunan berhenti pada ketinggian minus 90 mm dari permukaan jalan. Tujuannya adalah untuk diisi/dilapisi dengan Asphalt Treatment Base (ATB) setebal 50 mm serta lapisan aspal (AC) setebal 40 mm. Tahapan penimbunan kembali dilakukan seperti alur kegiatan di samping berikut ini. a. Timbunan / urugan pasir Proses penimbunan pasir dibantu dengan mengalirkan air pada pasir timbunan.Tujuan dari memberikan aliran air adalah agar pasir ikut hanyut dan mengisi celah-celah antara pipa dengan tanah. Timbunan pasir tidak dipadatkan dengan alat bantu mekanis tetapi hanya disiram air dan ditusuk‐tusuk dengan kayu. Pemadatan dengan alat bantu mekanis pada timbunan pasir (sand bedding) tidak dibenarkan karena dapat merusak pipa.

Page 17: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

17  

Gambar 30. Diagram Alir Proses Penimbunan

Gambar 31. Potongan Timbunan/Urugan Pasir

Page 18: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

18  

Keterangan: (A) Penurunan pasir dari truck (B) Meratakan timbunan pasir (C) Penyiraman timbunan pasir

Gambar 32. Pekerjaan Penimbunan Pasir

b. Timbunan/urugan material pilihan Timbunan pasir dilanjutkan dengan timbunan menggunakan material pilihan. Material yang digunakan adalah tanah hasil galian yang memenuhi syarat material pilihan. Urugan dengan material pilihan harus dipadatkan lapis per lapis setiap tebal lapisan 20 cm. Selanjutnya adalah pengisian dengan agregat A dan B. Pemadatan urugan material pilihan menggunakan alat pemadat mekanis. A

B Gambar 33. Pekerjaan Penimbunan Dengan Material Tanah (A) dan Agregat Kelas A (B)

Untuk mendapatkan kepadatan yang optimal pada pekerjaan timbunan kembali, perlu iperhatikan teknik pemadatannya dan alat yang digunakan. Kepadatan yang kurang baik akan menimbulkan rongga antar butiran yang berukuran besar dan dalam jumlah yang banyak. Rongga‐rongga tersebut bila dibiarkan akan mengakibatkan turunnya permukaan jalan dikemudian hari. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kadar air material timbunan. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan tanah timbunan tidak padat karena butiran selalu bergerak bersama gerakan hidrostatik air. Kadar air yang kurang juga akan menyebabkan pemadatan tidak optimal karena tanah timbunan sulit bergerak dan hanya mengakibatkan padat permukaan saja. Kadar air yang

Page 19: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

19  

baik adalah kadar air optimal sesuai dengan hasil pengujian laboratorium. Kondisi inilah yang seharusnya diterapkan di lapangan, namun kenyataannya sering kali tidak dilakukan. Untuk mendapatkan kadar air yang cukup kontraktor melakukan penyiraman atau menggenangi timbunan dengan air untuk keesokan harinya dipadatkan dengan alat bantu mekanis. Peralatan yang memadai juga berperan untuk menghasilakan pemadatan yang baik. Penggunaan alat pemadat mekanis seperti stamper, tendem, baby roller sangat membantu menghasilkan pemadatan yang baik. Selain itu jumlah lintasan alat pemadat juga harus cukup dan merata. Pemadatan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan permukaan jalan di tempat bekas galian sehingga membahayakan kendaraan / pengguna jalan

Gambar 34. Proses Pemadatan Timbunan

d. Pengaspalan Pengembalian kondisi permukaan jalan yang dilalui pipa sewer DSDP dibedakan dalam 2 tipe penanganan sesuai kelas jalan sebaga berikut : 1. Jalan negara, pengembalian kondisi dengan hot mix ATB tebal 5 cm dan AC tebal 4 cm hanya

selebar galian pipa . 2. Jalan provinsi dan jalan kota, pengembalian kondisi dengan ATB tebal 5 cm selebar galian

pipa sewer dan AC tebal 4 cm selebar perkerasan aspal jalan tersebut. Adapun proses penghamparan hot mix (ATB & AC) sebagai berikut :

• Hot mix diproduksi pada instalasi pencampur aspal (AMP) sesuai proporsi material job mix formula yang sudah disetujui.

• Persiapan lahan hamparan dengan alat compressor untuk membersihkan permukaan hamparan dari debu dan kotoran sampah

• Aspal prime coat dengan volume + 0,8 liter/m² disemprotkan di atas permukaan agregat A sebagai perekat hamparan ATB, dilanjutkan proses pemadatan ATB dengan alat roda bagi tandem seberat 5-8 ton pada suhu (110-125)°C dengan jumlah lintasan 1-2 PP. Kemudian dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)°C dengan jumlah lintasan 12‐16 PP.

• Asphalt take coat dengan volume + 0,3 ltr / m² disemprotkan di atas permukaan perkerasan aspal lama sebagai perekat hamparan AC baru, dilanjutkan proses pemadatan AC dengan

Page 20: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

20  

alat roda besi tandem (5-8 ton) pada suhu (110‐125)°C dengan lintasan 1-2 PP. Kemudian dilanjutkan dengan mesin pemadat roda karet (tire roller) pada suhu antara (95-110)°C dengan jumlah lintasan 12-16 PP.

• Pada hari berikutnya dilakukan pengambilan sampel hamparan ATB & AC di lapangan untuk uji laboratorium dengan core drill. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain untuk mengetahui kepadatan lapangan yaitu minimal 98 % dari kepadatan laboratorium ( JMF ) dan tst Extraksi( Kadar aspal dan gradasi agregat ).

• Setelah hamparan AC berumur minimal 2 minggu dilanjutkan dengan pembuatan marka jalan sesuai marka yang lama.

Gambar 35. Pekerjaan Pengaspalan

5. Pengaturan Area Kerja Ruang kerja yang dimaksud adalah kecukupan ruang untuk melakukan aktivitas tanpa terhalangi. Selain untuk keperluan aktivitas, ruang kerja juga berfungsi sebagai media K3 (keselamatan dan keamanan kerja) bagi masyarakat umum yang melintas di sekitar lokasi kerja. Besaran ruang kerja ini dipengaruhi oleh metode kerja yang digunakan. Penggalian dengan menggunakan alat mekanis seperti excavator akan membutuhkan ruang yang lebih besar dibandingkan dengan galian manual. Selain untuk kecukupan kerja alat, ruang kerja juga dipergunakan untuk menempatkan bahan/material, dan material hasil galian. Pembatas antara ruang kerja dengan ruang public digunakan barikade. Barikade merupakan dinding yang bersifat sementara yang terbuat dari seng

Page 21: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

21  

dan diberi warna yang mencolok agar pada malam hari dapat mudah dikenali. Khusus pada malam hari, pembatas ruang juga perlu dilengkapi dengan lampu isyarat.

Gambar 36. Pengaturan Area Kerja

Gambar 37. Ruang Kerja Pemasangan Pipa Dengan Metode Galian Terbuka Di Tepi Jalan

Page 22: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

22  

Gambar 38. Ruang kerja pemasangan pipa dengan metode galian terbuka di tengah jalan (jalan ditutup sementara untuk kendaraan)

Gambar 39. Ruang Kerja Pemasangan Pipa dengan Metode Galian Terbuka pada Jalan Dengan

Lebar Lebih Dari 7 m 6. Pengaturan Lalu Lintas Semakin banyak kendaraan yang melintas pada jalan di lokasi pemasangan pipa, maka dibutuhkan usaha yang semakin kompleks dalam mengatasinya seperti pemasangan rambu dan penempatan orang yang mengatur lalu lintas (signal man). Semakin sempit jalan, maka semakin rumit karena harus mengatur penempatan hasil galian, persediaan pipa dan material timbunan. Di satu sisi, jalan tidak boleh ditutup total. Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak

Page 23: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

23  

kontraktor, konsultan supervisi dan proyek berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para stake holder atau tokoh masyarakat setempat Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada masyarakat dan pihak‐pihak terkait sebelum kegiatan dimulai.

Gambar 40. Pengaturan Lalu Lintas Pada Pekerjaan Pemasangan Pipa Air Limbah

Sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan pihak kontraktor, konsultan supervisi dan proyek berkoordinasi secara intensif dengan polisi dan para stake holder atau tokoh masyarakat setempat Jadwal pelaksanaan pekerjaan diinformasikan pada masyarakat dan pihak‐pihak terkait sebelum kegiatan dimulai. C. METODE JACKING

Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan dibuang ke tempat penampungan / pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan dibuang ke tempat penampungan/pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum.

Page 24: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

24  

Gambar 42. Ilustrasi Situasi Di Sekitar Lokasi Departure Shaft

Jacking adalah suatu metode pemasangan pipa dengan melakukan pemboran tanah di bawah permukaan jalan lalu mendorongkan pipa dengan menggunakan tekanan hidrolis. Metode ini merupakan salah satu metode pemasangan pipa yang dipergunakan pada proyek DSDP. Metode jacking yang digunakan adalah tipe slurry. Lumpur (tanah bercampur air) yang dihasilkan dibuang ke tempat penampungan / pengolahan, dimana tanah yang terendap dapat ditimbun dengan baik dan airnya dibuang ke saluran umum

Gambar 41. Lokasi Shaft Di Ruas Jalan

Keterangan: A. Lalu lintas masih dapat melintas di sekitar

shaft B. Lubang shaft yang tertutup check plate dapat

dilalui kendaraan

Page 25: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

25  

1. Latar Belakang Penggunaan Metode Jacking

Proses ini dilakukan dengan tujuan menghindari pekerjaan galian terbuka yang cukup dalam untuk memasang pipa yang dapat mengakibatkan gangguan ekstrim pada lingkungan dan pada struktur atas atau permukaan jalan, berkenaan dengan arus lalu lintas, geometri jalan dan kondisi sosial masyarakat. Dengan menggunakan metode jacking, diharapkan persoalan‐persoalan tersebut dapat teratasi atau diminimalkan karena ruang publik yang dimanfaatkan proyek dapat direduksi, tingkat kebisingan dapat ditekan, tingkat kebersihan lokasi dapat ditingkatkan dan tidak diperlukan penutupan jalan secara total.

2. Karakteristik Pipa Untuk Jacking

Gambar 43. Karakteristik Pipa Untuk Jacking

3. Metode Pelaksanaan

Langkah kerja pemasangan pipa dengan metode jacking seperti diagram alir berikut:

Page 26: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

26  

Gambar 44. Diagram Alir Langkah Kerja Pelaksanaan Metode Jacking

Tahap persiapan pelaksanaan pekerjaan sama dengan pemasangan pipa dengan metode galian terbuka. Jalur pipa yang terletak di tengan jalan dan memiliki kedalaman hingga 6,0 m, sangat jarang terhalangi oleh utilitas kecuali pada galian shaft. Dengan demikian test pit cukup dilakukan di posisi shaft. 3.1 Pembuatan Shaft Jacking Pekerjaan jacking memerlukan 2 buah shaft (departure dan arrival) sehingga jacking akan efektif bila shaft diposisikan pada posisi manhole. Dengan demikian galian shaft sekaligus galian untuk manhole. Selain itu, departure shaft sebaiknya digunakan untuk dua arah. Dan bila ternyata terdapat lebih dari satu manhole, arah tujuan, pada posisi garis lurus, maka dapat saja jacking

Page 27: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

27  

diteruskan sampai manhole berikutnya. Dengan catatan mesin jacking mampu menekan pipa hingga manhole berikutnya.

Gambar 45. Ilustrasi Arah Jacking

3.2. Karakteristik Shaft Kegiatan pemasangan pipa dengan Jacking dilakukan di bawah permukaan tanah, namun masih diperlukan kegiatan galian untuk pembuatan shaft. Shaft merupakan suatu lubang yang digunakan untuk menempatkan peralatan jacking dan sebagai tempat berakhirnya pipa. Terdapat dua buah shaft yaitu departure shaft dan arrival shaft. Departure shaft adalah tempat yang didisain sebagai awal dari jacking dan merupakan ruang kontrol pelaksanaan jacking. Dalam departure shaft terdapat mesin jacking dan segala perlengkapan untuk kegiatan jacking.

Gambar 46. Tipikal Departure Shaft

Page 28: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

28  

Gambar 47. Profil Sheet Pile yang digunakan pada Shaft Jacking Arrival shaft adalah suatu lubang tempat berakhirnya pipa jacking dan digunakan untuk demobilisasi mesin bor jacking. Arrival shaft dan departure shaft memiliki perbedaan dimensi. Departure shaft memiliki dimensi yang lebih besar karena banyak digunakan peralatan jacking dan alat lainnya. Sedangkan arrival shaft dimensinya lebih kecil dan hanya berfungsi untuk mengeluarkan mata bor jacking. Untuk kedalaman, disesuaikan dengan kebutuhan elevasi pipa.

Gambar 48. Tipikal Arrival Shaft 3.3 Konstruksi Shaft Untuk meminimalisasi penggunaan lahan dan kemacetan lalu lintas disekitar area shaft, digunakanlah deck beton bertulang sebagai penutup lubang galian sehingga ruang publik yang dipergunakan lebih kecil dan kendaraan dapat melintas di atas lubang yang tertutup deck dengan baik. Penggunaan tutup deck beton bertulang disesuaikan dengan kegiatan:

a. Pada arrival shaft: setelah seluruh pekerjaan pembuatan lubang shaft selesai, lubang akan ditutup dengan deck beton bertulang. Tutup deck beton bertulang akan dibuka hanya pada saat mesin jacking telah sampai dan siap dikeluarkan.

b. Pada departure shaft: tutup deck beton akan digunakan untuk menutup sebagian lubang shaft sehingga penggunaan ruang publik dapat seminimal mungkin. Pembukaan tutup deck

Dimensi aktual yang di lapangan selalu lebih besar dari kebutuhan. Ini disebabkan sheer pile yang digunakan memiliki dimensi 40 cm dan jumlahnya selalu kelipatan 40 cm agar didapat jumlah sheet pile yang pas.

Page 29: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

29  

beton pada departure shaft hanya dilakukan saat memasukkan pipa beton yang akan dijacking.

Gambar 49. Konstruksi Shaft

3.4 Metode Pelaksanaan Jacking Pipa Tipe jacking yang digunakan adalah slurry karena tipe ini lebih cepat dan lebih tidak merusak struktur di atas (permukaan tanah) lokasi jacking dari pada tipe yang lainnya (Earth Pressure Balance Jacking and Tuyure Jacking). Alur pekerjaan secara garis besar sebagai berikut: a. Pelaksanaan Jacking Mekanisme Jacking metode slurry:

1. Mesin bor (shield machine) pada bagian depan (bulkhead) mulai bekerja dengan mengebor tanah. Tanah hasil bor akan masuk ke dalam shield machine dan dicampur dengan cairan slurry agar larut sehingga dapat dialirkan keluar melalui pipa‐pipa slurry. Dalam melakukan pemboran, besarnya tekanan slurry dalam mesin bor harus disesuaikan dengan tekanan tanah dan air tanah tujuannya agar diperoleh tingkat kestabilan yang cukup dalam melaksanakan pemotongan (pengeboran) tanah.

Page 30: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

30  

Gambar 50. Diagram Alir Konstruksi Shaft

Page 31: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

31  

Gambar 51. Garis Besar Pekerjaan Jacking

2. Cairan slurry yang bercampur tanah akan dikeluarkan dari shaft dengan pompa slurry dan dikontrol dengan valve. Cairan tanah dan slurry akan dialirkan melalui pipa vertikal dan akan dipisahkan kembali sebagai cairan slurry dan tanah menggunakan mesin proses slurry yang dipasang di luar shaft.

3. Cairan slurry yang telah dipisahkan tadi kemudian dialirkan kembali ke mesin bor tanah sedangkan tanah hasil pemboran akan ditampung sementara di truk tangki untuk diangkut ke tempat pembuangan bila sudah penuh. Sirkulasi sistem tersebut akan berlangsung selama jacking dan membutuhkan alat pengendali berupa dial pengukur tekanan, katup‐katup dan pompa‐pompa.

4. Sementara itu pada saat yang bersamaan hydraulic jack akan menekan pipa masuk ke dalam tanah yang telah digali/dibor.

5. Untuk memastikan bahwa kegiatan berlangsung sesuai dengan rencana, maka akan dilakukan pemantauan pada ruang kontrol.

Gambar 52. Ilustrasi Pelaksanaan Jacking Pipa

Page 32: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

32  

3.5. Monitoring Kelurusan dan Kemiringan Pipa Jacking Kontrol terhadap kelurusan dan kemiringan pipa dilakukan dengan menetapkan mesin jacking sebagai target dalam menentukan arah pemboran tanah. Mengetahui apakah arah pemboran sudah tepat dengan menempatkan perlengkapan survey berupa laser transit di departure shaft. Hasil survey elevasi dan poligonnya harus menjadi acuan dalam melakukan monitoring ini.

Gambar 53. Kegiatan Monitoring Pada Kegiatan Jacking Pipa (A) Mesin Monitoring; (B) Laser Beam

Gambar 54. Skema Monitoring Pipa Jacking

Page 33: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

33  

Gambar 55. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (1)

Page 34: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

34  

Gambar 55. Dokumentasi Proses Pelaksanaan Pipa Jacking (2) 3.6. Pipa Service Air Limbah Pipa utama (main sewer) yang dipasang dengan metode jacking harus dilengkapi dengan pipa service. Hal ini dikarenakan tidak dimungkinkan untuk memasang pipa lateral pada pipa yangdi‐jacking. Pipa service ini berfungsi mengalirkan air limbah dari sambungan rumah. Air limbah yang masuk ke dalam pipa service akan dialirkan ke pipa utama melalui manhole. Sebagai pipa service digunakan pipa beton dengan diameter 200 mm (sama dengan pipa sekunder).

Page 35: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

35  

Gambar 56. Ilustrasi Sambungan Rumah (Pipa Service) Dan Jacking Pipa Utama

D. PIPA LATERAL

1. Karakteristik PIpa

Pipa lateral adalah pipa yang menghubungkan jaringan pipa air limbah dengan box sambungan rumah. Material pipa yang dipergunakan untuk pipa lateral adalah polyvinyl chloride (PVC) untuk air limbah dengan dimensi (diameter) 150 mm. Sebagai aksesoris pelengkap dari pipa lateral adalah rubber ring, elbow, dan socket.

Tabel 2. Karakteristik Pipa PVC

Page 36: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

36  

2. Metode Pelaksanaan

Pipa lateral dipasang setelah jaringan pipa selesai dipasang, dan penimbunan kembali dilakukan setelah pipa lateral terpasang. Secara umum pemasangan pipa lateral terbagi atas dua teknik yaitu socket penyambung telah terpasang dan socket penyambung belum terpasang pada badan pipa. Perbedaan yang paling nyata dari kedua teknik tersebut adalah pada penempatan box sambungan rumah. Jika socket lateral telah terpasang pada badan pipa, maka posisi kotak sambungan rumah akan ditentukan oleh posisi socket. Tetapi bila socket lateral belum terpasang, maka posisi box sambungan rumah dapat ditentukan berdasarkan kehendak pemilik properti atau sesuai dengan situasi rumah dan posisi socket menyesuaikan.

Keterangan: A = Mesin bor untuk membuat lubang pada badan pipa dan pipa diameter 200 mm yang telah dipasangi socket lateral B = Pipa diameter 1000 mm yang telah dipasangi socket lateral C = Pengeboran badan pipa yang telah terpasang untuk pemasangan socket lateral

Gambar 57. Pelaksanaan Pemasangan Sambungan Pada Pipa Lateral Karena pemasangan pipa lateral mempengaruhi kapan penimbunan kembali galian jaringan pipa dilakukan, maka biasanya pemasangan pipa lateral dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah menyambungkan socket lateral pada badan pipa dan memasang pipa lateral sejarak 2‐3 m.

Gambar 58. Pemasangan Pipa Lateral Tahap 1

Page 37: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

37  

Tahap kedua adalah menyambung pipa yang telah terpasang tersebut hingga ke posisi box sambungan rumah. Dengan demikian saat tahap pertama selesai, timbunan kembali dapat dilakukan dan tahap kedua dapat dimulai setelah pemasangan jaringan pipa selesai.

Keterangan: A & B = Galian dari jaringan pipa ke arah posisi box sambungan rumah melintasi saluran tepi jalan C = Pipa lateral yang dimasukkan ke dalam lubung dan galian terbuka

Gambar 59. Pekerjaan Pemasangan Sambungan Pipa Sambungan Rumah Ke Pipa Lateral Hal yang sangat penting dilakukan adalah memberi tanda di mana posisi pipa lateral berakhir karena pipa lateral tersebut akan disambung di lain hari. Bila tidak diberi tanda, maka pada saat pelaksanaan penyambungan akan mengalami kesulitan mencari ujung pipa yang berakibat pekerjaan menjadi terlambat. Pemasangan pipa lateral tahap II: Penandaan posisi sambungan rumah dan pipa lateral untuk lanjutan pemasangan pipa lateral tahap II

Gambar 60. Penandaan Posisi Untuk Pemasangan Pipa Lateral Tahap II

Page 38: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

38  

Gambar 61. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Pipa Lateral Tahap II

Page 39: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

39  

Gambar 62. Diagram Alir Tahapan Pemasangan Sambungan Pipa Lateral Dan Kotak SR

Page 40: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

40  

3. Sambungan Pipa Lateral Ke Jaringan Pipa Dengan Atau Tanpa Halangan

Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Ai r

Limbah (1)

Page 41: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

41  

Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Ai r Limbah (2)

Page 42: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

42  

E. PEKERJAAN SAMBUNGAN RUMAH (HOUSE CONNECTION)

Sambungan rumah merupakan suatu rangkaian pemasangan pipa air limbah rumah tangga sampai dengan bak kontrol, selanjutnya dihubungkan dengan pipa lateral ke jaringan pipa air limbah. Pemasangan sambungan rumah haruslah dengan persetujuan dari pemilik rumah (properti). Bila pemilik setuju, maka ditindak lanjuti dengan survey sambungan rumah.

Gambar 64. Diagram Alir Tahapan Pekerjaan Sambungan Rumah

Gambar 63. Bentuk Sambungan Pipa Sambungan Rumah Dengan Pipa Jaringan Pengumpul Air Limbah (3)

Page 43: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

43  

1. Survey Sambungan Rumah Survey Sambungan Rumah bertujuan untuk : − Mengetahui posisi sumber air limbah seperti kamar mandi, wastafel, dapur dan lain‐lain. − Menentukan jalur pipa dan posisi bak kontrol. − Mengidentifikasi kondisi semula sistem pembuangan air limbah

Hasil survey berupa gambar denah rumah dan rencana jalur pipa yang dilengkapi dengan ukurannya. Hasil survey tersebut harus ditanda tangani oleh pemilik rumah sebagai bukti persetujuannya.

Gambar 65. Denah Sambungan Rumah (Tanpa Skala)

Gambar 66. Kegiatan Pengukuran Elevasi Lantai Rumah

Page 44: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

44  

Gambar 67. Penandaan Titik Bak Kontrol Dan Penjelasan Kepada Pemilik Rumah

2. Pemasangan Sambungan Rumah Pelaksanaan sambungan rumah dikerjakan setelah survey selesai dilakukan dan pemilik rumah telah menyetujui untuk dilakukan pemasangan sambungan rumah tersebut. Pemasangan sambungan rumah secara garis besarnya dibagi menjadi 2 jenis pekerjaan yaitu pemasangan pipa air limbah dan pemasangan bak kontrol. Pekerjaan pemasangan pipa air limbah menggunakan pipa PVC dengan diameter 100 mm dengan kelas untuk air limbah. Sedangkan bak control terbuat dari pasangan batu bata yang disusun membentuk box yang bagian dasarnya dibentuk invert sesuai dengan diameter pipa air limbah. Bak control tersebut diberi tutup pada bagian atasnya yang terbuat dari beton bertulang. Bentuk bak kontrol ada 2 yaitu segi empat dan lingkaran. Bak kontrol berbentuk segi empat terbuat dari batu bata sedangkan yang lingkaran adalah fabrikasi beton bertulang (seperti buis beton). Pemasangan bak kontrol fabrikasi dimaksudkan untuk mempercepat waktu pemasangan di lapangan.

Gambar 68. Ilustrasi Pemasangan Pipa Sambungan Rumah

Page 45: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

45  

.

Gambar 70. Bentuk Bak Kontrol Pada Sambungan Rumah 2.1. Metode pelaksanaan Pengerjaan sambungan rumah diusahakan seminimal mungkin mengganggu kenyamanan penghuni dan berusaha agar pembongkaran interior sesedikit mungkin. Selain itu, waktu untuk mengerjakan sambungan rumah harus dilakukan secepat mungkin.

Page 46: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

46  

Untuk mengurangi proses pembongkaran interior bangunan, sambungan dilakukan di luar bangunan dengan menyambung pipa yang keluar dari sumber air limbah (kamar mandi, WC, dapur, dsb). Dengan demikian bagian yang dibongkar adalah bagian luar rumah seperti taman dan rabatan tepi rumah. Untuk sambungan pada septic tank, sambungan dilakukan pada pipa inlet sehingga tidak perlu membongkar septic tank. 2.2. Pengurasan Dan Pembubuhan Desinfektan Pada Septic Tank

Tujuan dari sambungan rumah adalah untuk menyalurkan air limbah ke jaringan air limbah kota. Dengan demikian keberadaan septic tank tidak diperlukan lagi. Setelah tersambung dengan jaringan pipa air limbah kota, dilakukan pengurasan septic tank yang dilakukan dengan mobil tangki penguras. Septictank kemudian dibilas dengan cara mengisi kembali dengan air bersih yang kemudian disedot kembali. Pembuangan lumpur tinja harus di IPLT ( Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ) yang telah mendapatkan izin resmi. Septic tank yang telah kosong harus disemprot atau diisi larutan desinfektan agar bersih dari kuman. Bahan yang digunakan adalah kaporit [Ca(OCl)2] dengan kandungan chlorine minimal 60%. Porsi penggunaannya adalah 50 gr/m3 untuk setiap septic tank. Kaporit dicampur dengan air hingga homogen dengan alat pengaduk, kemudian dimasukkan ke dalam septictank selama minimal 1 jam kemudian dikeluarkan dan dibuang ke tempat yang aman. Agar septic tank tersebut tidak digunakan lagi, maka harus dilakukan penutupan pada inlet septic tank.

Gambar 71. Pengurasan Tangki Septik

F. BIAYA PEMASANGAN PIPA

Biaya pekerjaan pemasangan pipa air limbah dengan metode clean construction, meliputi biaya untuk:

• Pekerjaan persiapan • Pekerjaan galian dan pengangkutan tanah galian • Pekerjaan pemasangan pipa dan manhole

Page 47: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

47  

• Pekerjaan timbunan kembali • Pekerjaan perbaikan jalan, kecuali untuk pekerjaan pengaspalan (overlay) dimasukkan dalam

jenis pekerjaan tersendiri. Unit biaya pemasangan pipa dikelompokkan berdasarkan: • Diameter pipa • Kedalaman pipa terpasang Kedalaman pemasangan pipa dan kondisi tanah setempat serta tinggi muka air tanah akan menentukan metode pelaksanaan di lapangan, demikian pula lebar jalan dan kondisi lapangan akan menentukan jenis, tipe, dan kapasitas peralatan yang digunakan, dimana hal tersebut akan mempengaruhi besarnya biaya pemasangan. Pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran pipa terpasang di lapangan, dari pusat mainhole ke mainhole berikutnya. Secara ringkas biaya pemasangan untuk setiap meter panjang pipa seperti terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Gambaran Biaya Pemasangan Pipa

Catatan : 1. Biaya di atas tidak termasuk biaya sewa tempat tanah galian.

2. Biaya pemasangan pipa dengan metode clean construction sedikit lebih tinggi (± 10%) dibandingkan dengan biaya pemasangan pipa tanpa clean construction.

G. SOSIALISASI

Kegiatan sosialisasi memegang peranan cukup penting dalam pembangunan sistem perpipaan air limbah suatu kota, karena di Indonesia sistem ini baru ada di beberapa kota. Tidak mudah

Page 48: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

48  

memberi pemahaman pada masyarakat maupun pihak–pihak terkait tentang pentingnya penanganan air limbah, untuk itu sosialisasi perlu dilaksanakan secara menerus mengikuti tahapan kegiatan sebagai berikut: • Tahap perencanaan (pra konstruksi) • Tahap konstruksi/pelaksanaan • Tahap operasional (pasca konstruksi) 1. Tahap Perencanaan Kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh pimpinan proyek dibantu konsultan dengan kegiatan antara lain berupa :

• Penjelasan dan diskusi dengan instansi – instansi terkait, DPRD, tokoh – tokoh masyarakat • Pertemuan dengan masyarakat langsung di banjar – banjar • Kunjungan ke sistem serupa di kota lain yang sudah beroperasi • Dialog interaktif di stasiun radio dan televisi setempat • Penyebaran materi sosialisasi berupa brosur, poster, dsb.

Gambar 72. Sosialisasi Tahap Perencanaan

Page 49: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

49  

2. Tahap Konstruksi Kegiatan dilaksanakan bersama-sama oleh konsultan, kontraktor dan tim proyek. Kegiatan lebih terfokus pada kelancaran pelaksanaan di lapangan, di antaranya berupa:

• Koordinasi dengan instansi yang terkait langsung di lapangan seperti polisi, PDAM, Telkom, dll

• Koordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat, para kelian banjar, sehubungan dengan jadwal, metode pelaksanaan, dll

• Sosialisasi door to door untuk kegiatan khusus seperti penempatan sambungan rumah dan kegiatan yang terkait langsung di lokasi

• Dialog interaktif di stasiun radio dan televisi setempat • Penyampaian informasi melalui radio setempat mengenai waktu pelaksanaan pekerjaan di

lapangan terkait dengan gangguan lalu lintas, dsb

Gambar 73. Sosialisasi Tahap Konstruksi

3. Tahap Operasional Kegiatan dilaksanakan oleh konsultan dan badan pengelola. Kegiatan lebih ditekankan pada operasional dan perawatan sistem yang sudah terbangun, termasuk biaya pelayanan dengan cara:

Page 50: 11 Clean Construction Bidang Air Limbah

50  

• Sosialisasi door to door untuk memberi penjelasan tentang operasional dan perawatan system perpipaan air limbah, juga disampaikan informasi tentang benda-benda yang tidak boleh dibuang ke dalam saluran yang akan mengganggu system

• Sosialisasi pada anak-anak tingkat sekolah dasar dengan mengajak mereka untuk menjadi “polisi limbah” di dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal

• Penyebaran materi berupa brosur, penempatan poster di tempat-tempat umum • Penyebaran informasi melalui media televisi dan radio

Gambar 74. Sosialisasi Tahap Operasional

Gambar 75. Bahan Sosialisasi Jaringan Air Limbah Kepada Masyarakat