11 bab ix strategi maritim

34
PERSPEKTIF EI Strategi Maritim IFt EBAGAI negara kepulauan terbesar di duni4 dengan luas \wilayah 5,8 juta km persegi dan panjang garis pantai 81'000 km lJpersegi, sudah sepatutnya brdonesia memiliki strategi maritim yang baik. Hal tersebut mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya politi( keamanan dan pertal-ranan. Jika dipetakan di belahan bumi lain, luas wilayah Nusantara sama dengan jarak antara Irak hingga Irrggris (Timur-Barat) atau Jerman hi.88u Aliazait (Utara-Selatan). Letaknya yang seksi, ditopang potensi sumber daya alam berlimpah, membuat negara-negara yang berkepentingan tergoda menguasai kekayaan atam bumi khatulistiwa. Tak heran, ancarn;U:I dan gangguan terus menerpa Negara Kesatuan Republik Lrdonesia (NI(RI). Dalam mengatasi tantangan tersebut, seluruh komponen bangsa harus segera membangkitkan maritime domain aloareness, atav kesadaran lingkungan maritim. Hal itu dibutuhkan karena b*8- sa Indonesia sekarang tidak lagi memiliki budaya bahari. Sehing- ga, perlu dibangurt kembali uPaya penyadaran. Upaya ini harus sampai pada penyadaran efektif terhadap segala sesuatu yang me- nyangkut lingkungan maritim merupakan hal vital bagi keamanary keselamatan, ekonomi dan lingkungan hidup bangsa Indonesia, serta menunjang upaya menegakkan harga diri bangsa. Menyadarkan bahwa laut adalah aspek alamirh y*g Paling memPe- ngaruhi kehidupan poleksosbudhankam nasional merupakan isu yang palingutama dan menarik perhatian. Di sini pemerintahharus menjadi 9 Per#hdf M@ui! Mae Dep.n M.ildm tndorccs | 4O3

Transcript of 11 bab ix strategi maritim

Page 1: 11 bab ix strategi maritim

PERSPEKTIF EI

Strategi Maritim

IFt EBAGAI negara kepulauan terbesar di duni4 dengan luas

\wilayah 5,8 juta km persegi dan panjang garis pantai 81'000 km

lJpersegi, sudah sepatutnya brdonesia memiliki strategi maritim

yang baik. Hal tersebut mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya

politi( keamanan dan pertal-ranan. Jika dipetakan di belahan bumi

lain, luas wilayah Nusantara sama dengan jarak antara Irak hingga

Irrggris (Timur-Barat) atau Jerman hi.88u Aliazait (Utara-Selatan).

Letaknya yang seksi, ditopang potensi sumber daya alam berlimpah,

membuat negara-negara yang berkepentingan tergoda menguasai

kekayaan atam bumi khatulistiwa. Tak heran, ancarn;U:I dan gangguan

terus menerpa Negara Kesatuan Republik Lrdonesia (NI(RI).

Dalam mengatasi tantangan tersebut, seluruh komponen bangsa

harus segera membangkitkan maritime domain aloareness, atav

kesadaran lingkungan maritim. Hal itu dibutuhkan karena b*8-sa Indonesia sekarang tidak lagi memiliki budaya bahari. Sehing-

ga, perlu dibangurt kembali uPaya penyadaran. Upaya ini harus

sampai pada penyadaran efektif terhadap segala sesuatu yang me-

nyangkut lingkungan maritim merupakan hal vital bagi keamanary

keselamatan, ekonomi dan lingkungan hidup bangsa Indonesia,

serta menunjang upaya menegakkan harga diri bangsa.

Menyadarkan bahwa laut adalah aspek alamirh y*g Paling memPe-

ngaruhi kehidupan poleksosbudhankam nasional merupakan isu yang

palingutama dan menarik perhatian. Di sini pemerintahharus menjadi

9 Per#hdf M@ui! Mae Dep.n M.ildm tndorccs | 4O3

Page 2: 11 bab ix strategi maritim

STRATEGI MARITIM

ujung tombak, dan untuk itu pemerintah Indonesia perlu segera

menetapkan sebuah Nafib nal Nlmitime P olicy dalamrangka pemanfaatanlaut bagi kemakmuran bangs4 sekaligus untuk mengembangkankembali budaya bahari bangs4 yang tujuan akhimya perLguasaan lautnasional yang dapat menegakkan harga diri bangsa.

Pakar hukum laut internasionaf Prof Hasjim Djalal, menyatakan

sudah sepatutnya Indonesia memiliki konsep negara maritirn(maritime poliry). Menurut Hasyim, konsep maritim yang dimak-sud adalah negara mampu nremanfaatkan dan menjaga laut untukmensejahterakan rakyatnya. "Tapi, sayang kita sebagai negara ke-

pulauan terbesar di dunia, negara belum mampu memanfaatkanpotensi sumberdaya laut" kata Hasjim.

Secara hukum intemasional dan Undang-undan& memang hrdonesia

sebagai negara kepulauan. Tapu belum maksimal memanfaatkan

kekayaan yang ada di laut. Maka itu diperlukan konsep strategi

negara maritim yang tangguh danberdaulat. Menurut tokoh maritimur! negara maritim adalah n€'gara yang mampu memanfaatkan dan

menjaga lautrya. Banyak negara ke-pulauan tapi buka4 negara maritim,ada negara yang lautnya sedikit tapi memiliki predikat negara maritim.Hasjim memberi contoh seperti China dan Amerika. Ada juga negara

yang tidak memiliki laut tapi menguasai laut, seperti Belanda menjajah

hrdonesia 350 tahun karena mereka mampu menguasai laut.

Hasjim juga menyoroti kebijakan pemerintah yang kurang serius

terhadap perkembangan isu laut. Menurutrya, perhatian pemerintahmasih rendah, padahal Inclonesia sebagai negara kepulauan.Perhatian pemerintah terhadap laut masih rendah. Padahal, kita ininegara kepulatran terbesar," fukasnya.

Hasjirn menilai pemimpin bangsa kurang memaknai perjuanganDjuanda atau yang dikenal Deklarasi Djuanda 1957. Menurut

4O4 | g rbEpehrif M.nulu M6. O.pan Maritim tndon6l.

Page 3: 11 bab ix strategi maritim

sTRATEGI MARIITM

Hasyim, secara visi Deklarasi Djuanda bagus. Tapi, keresapan

kejiwaan itu yang sejak dulu sudah pahit sampai sekarang ada

gejala sudah tidak baik"

Menurutnya Deklarasi Djuanda ide pokoknya mempersatukan

Nusantara tidak melihat laut Jawa, Sulawesi, Maluku sebagai lautbebas. Tidak mudah memperjuangkan itu. Seluruh dunia ketika itumemprotes. Tapi beliau melihat itu sebagai salah satu yang harusdiperjuangkan dengan sabar, dan bertahun tahun. Itu dari sisi

kesatuan bangsa. Deklarasi Djuanda pada dasamya memperluaskekayaan alam Indonesia untuk keperluan bangsa lndonesia.kanIndonesia 50 Thhun ke Depan oleh

Setelah 50 tahun Deklarasi Djuand4 ke mana bangsa kita mau

pergi. Pada tahun 1957 penduduk Indonesia masih sekitar 80 jutajiwa, sekarang240 jutajiwa. Untuk 50 tahun yang akan datang ke

mana mau kita bawa lagi bangsa ini. Djuanda dulu membawanyakepada Kesatuan Nusantara.

Hasjim juga menyarankan kepada pemerintah untuk memikirkanmasa depan bangsa untuk 50 tahun yang akan datang. Selama ini,pemerintah hanya memikirkan jangka pendek saja. Pemerintahsudah harus memikirkan program jangka panjang. Bangsa ini mau

di bav,zah kemana. jangan 5 tahun saja pada pemilu.

Sementara, pengamat Pertahanan LIPI, Jaleswari Pramodhawardani

rnengingatkan tantangan krdonesia sebagai negara kepulauan di era

globalisasi. Menurutrya, definisi pertahanan dan kemanan maritimsejauh ini belum ada yang defentif. S"putti misalnya definisi PBB dan

ASEAN Maritime Forum. Untuk mengantisipasi perkembanganglobalisasi, sebagai negara kepulauan, Indonesia memerlukansebuah strategi maritirn dalam bentuk Maritime Policy, yang hinggasaat ini belum tuntas.

gPqshdf M6ulu MH uparfcri&n lndoch | 4O5

Page 4: 11 bab ix strategi maritim

STRATEGI MARITIM

Dekan Fakultan Ilmu Perikanan dan Kelautan (FPIK) InstitutPertanian Bogor, Prof Indra ]aya, menambahkaru salah satukekurangan bangsa ini sebagai negara kepulauan adalah dibidangsains dan teknologi. Indonesia memang negara yang luas. Untukmenjadi Negara Maritim, ada tiga bidang yang bisa rnewujudkanrnenjadi Negara Maritim, pertama adalah sumber kehidupar;perdagangan dan kekuatan laut.

Pakar keamanan Negara maritim, Laksa TNI Purnawirawary RobertMangindaan dalam tulisannya di Quarterdeck, bahwa agendaSecurity Sector Reform tidak membawa kepentingan pihak-pihaklain yang tujuarrrya adalah mengkerdilkan "otot" militer Indonesia,yang sebetulnya sudah sedemjkian "kerdil".

Banyak pakar mengatakan bahrva milenium ketiga adalah era pasifik,dan pandangan tersebut disikapi oleh negara-negara kawasandengan memperkuat "otot" militemya. Padahal, dengan usainyaperang dunia dan menguatnya keinginan masyarakat intemasionaluntuk mewujudkan dunia yang aman, damai dan stabil, sepertinyatidak mudah direalisasikan, sekalipun sudah menjadi acuan bersama,misalnya Agenda for peace yang gencar dipromosikan oleh PBB.

Robert melaanjutkan bahwa pgrly diakui benar adanya perampinganstruktur kekuatan militer berlangsung di kawasan Asia Pasifik, akantetapi pada prakteknya adagiu.m ciais pacem parabellum, justru diterapkansecara utuh. Malah ada pihak yang menaikkan belanja pertahanan secara

signifikan, misalrrya China dengan budget 33 miliar dolarAS begitu puladengan Amerika Serikat yang secara tegas mengatakan peningkatananggaran belanja pertahanan setiap tahuru:rya.

Belakangan ini,'ada beberapa inisiati{ yang gencar dikernbangkandi kawasan ini, yaitu Regional Maritime Security lnitiathtes (RMSI),Proliferation Security Initiatives (PSI), ada pula Maritime Securtiy

4O6 | e earspetnifUenuiu Masa Oepan Madtim lndonesia

Page 5: 11 bab ix strategi maritim

STRATEGI MARITIM

Oprations (MSO) dan Pasifik Defense. Tujuannya adalah mengenaikemanan maritim kawasan untuk menghadapi berbagai ancarnan,

terutama menyangkut mencegah proliferasi senjata pemusnah massal,

maritime terrorism, dan pula menjangkau sea robbety and piracy.

Dari perspektif Indonesia, cntical uncertaintes yang perlu diperhatikanialah semua bentuk operasi yang berkaitan dengan beberapa hal,

yaitu pertama upaya internasional untuk mengamankan chokepoints, kedua humanitarian nssistance yang mengarah pada daerah-daerah yang berrnasalah, ketiga provokasi untuk "mendatangkan"peacekeeping operation, yang sangat mungkin erat terkait denganintra-state conflict. Semua bentuk operasi tersebut, nantinya akansama artinya dengan memberikan akses kepada kekuatan luar (yanglebih superior) untuk masuk ke daerah-daerah yang mekanismepertahanannya belum mapan.

Masih dijelaskan oleh Robert, bahwa masalah kemanan maritimyang akan dihadapi ke depary masih akan berkisar pada sea robbery

and piracy, illegal fishing, trnnsnational threat, illicit trfficking inweapon of mass destruction and related materials, pelanggaran wilayah,lalu lintas di laut yang terkait dengan gerakan separatis dan sangatmungkin ancaman maritime terrorism. Diperkirakan pula bahwaancaman tersebut akan semakin meningkat yang diukur dariintensitas, penggunan teknologi maju dan pengembangan modusoperandi.

Karena Indonesia berada di wilayah ring of fire, dan tiga patahanbenua, yaitu Eurasi4 Australia dan Pasifik Barat, maka ancaman benca

alam patut dihindari dan diantisipasi. Tidak hanya itu penyelanggarankemanan maritim, perlu bekerjasama dengan pihak-pihak lain denganberpegangan pada beberapa hal, yaitu wadah y*g tepat, salingmenguntungkan, dan ada kesungguhan. Kesannya memang sederhana

sekalf akan tetapi justru di sana ada titik terangnya.

9 PeEpehtit M€nuiu Mas. Depan M..irm lndones;a | 4O7

Page 6: 11 bab ix strategi maritim

ASPE( SOSIAL DAN BUDAYA

I\SPEK SOSIAL DAN BUDAYA

Dari aspek kehidupan sosial dan budaya, sejarah menunjukkanbahwa bangsa Lndonesia pada masa lalu memiliki pengaruh besar

,di wilayah Asia Tenggara. Terutama melalui kekuatan maritim dibawah Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Tak heran, wilayah lautIndonesia dengan luas dua pertiga nusantara diwarnai banyakpergumulan kehidupan di laut. Dalam catatan sejarah terekambukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasailautan besar. Bahkan, mampu mengarungi samudera luas hinggake pesisir Madagaskar, Afrika Selatan.

Penguasaan lautan baik di masa kejayaan Kerajaan SriwijayaMajapahit maupun kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar, lebih me-rupakan penguasaan de facto daripada penguasaan atas suatukonsepsi kewilayahan dan hukum. Namuru sejarah telah me-nunjukkan bangsa Indonesia mencintai laut dan menjadi bagianmasyarakat bahari. Tetapi pada masa penjajahan kolonial, bangsaIndonesia digiring hidup di daratan. Hal ini mengakibatkanmenurunnya jiwa bahari. Padahal, nenek moyang masyarakatIndonesia telah memahami dan menghayati arti dan kegunaanlaut sebagai sarana yang menjamin kepentingan bangsa, sepertiperdagangan dan komunikasi.

Pada sekitar abad ke-14 dan permulaan abad ke-1.5 terdapatlima jaringan perdagangan (commercial zones). Pertama, jaringanperdagangan Teluk Bengal, yang melipu.ti pesisir Koromandel diIndia Selatan, Sri Lanka Burma (Myanmar), serta pesisir utara danbarat Sumatera. Kedua, jaringan perdagangan Selat Malaka. Ketiga,jaringan perdagangan yang meliputi pesisir timur Semenanjung

Malaka Thailand, dan Vietnam Selatan. Jaringan ini juga dikenalsebagai jaringan perdagangan Laut China Selatan. Keempat,

4OB I e eeagenUfUenuiu Mre O€pan Madtlm lndonGia

Page 7: 11 bab ix strategi maritim

ASPEK SOSIAL DAN EUDAYA

jaringan perdagangan Laut Sulu, yang meliputi pesisir baratLuzon,Mindoro, Cebu, Mindanao, dan pesisir utara Kalimantan (Brunei

Darussalam). Kelima jaringan Lautlawa, yang meliputi kepulauan

Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, pesisir barat Kalimantatr, lawa,dan bagian selatan Sumatera. Jaringan perdagangan ini berada di

bawah hegemoni Kerajaan Majapahit.

Selain itu, banyak bukti pra sej arah di Pulau Muna, Seram dan Arguniyang diperkirakan budaya manusia sekitar 10.000 tahun sebelum

masehi. Bukti sejarah tersebut berupa gua yang dipenuhi lukisan

perahu layar. Ada pula peninggalan sejarah sebelum masehi berupa

bekas kerajaan Marina yang didirikan perantau dari Nusantara diwilayah Madagaskar. Pengaruh dan kekuasaan tersebut diperoleh

bangsa Indonesia karena kemampuannya membangun kapal dan

armada yang mampu berlayar lebih dari 4'000 mil.

Dalam strategi besar Majapahit mernpersatukan wilayah Indonesia

melalui Sumpah Amukti Palapa dari Mahapatih Gaiah Mada.

Kerajaan Majapahit telah banyak mengilhami pengembangan dan

perkembangan nilai-nilai luhur kebudayaan Bangsa Indonesia

sebagai manifestasi sebuah bangsa bahari yang besar. Sayang,

setelah mencapai kejayaan, Indonesia terus mengalami kemun-

duran. Terutama setelah masuknya VOC dan kekuasaan kolonialBelanda ke Indonesia. Perjanjian Giyanti pada1755 antara Belanda

dengan Raja Surakarta dan Yogyakarta mengakibatkan kedua

raja tersebut harus menyerahkan perdagangan hasil wilayahnyakepada Be1anda.

Sejak itu, terjadi penuruntln semangat dan jiwa bahari bangsa

Indonesia, dan pergeseran nilai budaya, dari budaya bahari ke

budaya daratan. Namun, budaya bahari Indonesia tidak boleh

hilang karena alamiah Indonesia sebagai negara kepulauan terus

menginduksi, dan membentuk budaya maritim bangsa Indonesia.

9 P.Ep€trdf Menuiu M.o o:pen Martdn lndorer | 4O9

Page 8: 11 bab ix strategi maritim

ASPEK EKONOMI

Catatan pentirrg sejarah rnaritim ini menunjukkan, dibandingkannegara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, Indonesia me-miliki keunggulan budaya bahari secara alamiah. Berkurangnyabudaya bahari lebih disebabkan berkurangnya perhatian pemerintahterhadap pembangunan rnariti m.,

Paradigma bangsa telah bergeser yang dulu sangat kental dengansemangat maritim, telah luntur akibat peran kolonial yang telahmerampas dan merampok segala bentuk kehidupan yang sangatkental ,dengan lautan. Kolonialisme telah merubah cara hidupdan cara pandang bangsa Indcrnesia dari lautan ke daratan untukmemenuhi ambisi mereka untuk memperoleh rempah-rempahuntuk kepentingan negara para kaum kolonial kejam tersebut.Berb4g4i cara dilakukan merel<a untuk menghacurkan kekuatan-kekuatan maritim kerajaan di seluruh nusantara.

Kondisi tersebut berlangsung berabad-abad dan berlangsungdari generasi ke generasi. Akibatnya, saat ini bangsa Indonesiamasih sangat kental dengan paradigma rlaratan bahkan orientasipembangu4er-r pun sangat kental dengan land base oriented. Tentukondisi ini tak boleh dibiarkan terus berlangsung, diperlukanberbagai upaya dari semua tapisan masyarakat untuk segeramerubah paradigma bangsa ini rrntuk kembali ke cara pandang yangkental dengan strategi maritim. Pemerintah pun harusnya segeramemiliki kesadaran ruang bahu,a kitahidup di sebuah negara yangdominan laut, sudah sepantasnya jika negara ini dibangun dengankebijakan yang berorientasi pada maritime bqse oriented.

ASPEK EKONOMI

Laut Indonesia ditaksir menyimpan potensi ke|<ayaan yang dapatdieksploitasi 156 miliar dolar AS per tahun atau sekitar Rp1.456

4lO I rfrerpetOfUenuiu Masa Degan Madrim lndonesi.

Page 9: 11 bab ix strategi maritim

ASPEK EKON'OMI

triliun. Walau demikian, kontribusi sektor kelautan terhadap PDB

nasional dinilai masih rendah. Pada 1998 sektor kelautan hanya

menyumbang 20,06 persen terhadap PDB, itupun sebagian besar

atau 49,78 persen disumbang subsektor pertambangan minyak

dan gas bumi di laut. Ini menunjukkan bahwa kekayaan laut

Indonesia yang sangat besar masih disia-siakan. Berbeda dengan

negara maritim lain, seperti RRC, AS, dan Norwegia, yang sudah

memanfaatkan laut sedemikian rupa hingga memberikan kontribusi

di atas 30 persen terhadap PDB nasional mereka.

Sebagai suatu negara dengan kekuatan ekbnomi yang terus berkem-

bang, kelanjutan kemajuan Indonesia akan semakin bergantung

pada perdagangan dan angkutan laut dan ketersediaan energi, serta

pada ekploitasi sumber ciaya laut dan bawah laut serta membangun

industri maritim yang tangguh. Karena itu, sangat jelas Indonesia

rnemiliki kepentingan nasional yang sangat besar di laut. Sebagai

hal yang mendasari kepentingan Indonesia di laut, lndonesia ha-

rus memiliki kemerdekaan atau kebebasan menggunakan lautwilayahnya untuk memperjuangkan tujuan nasionalnya, serta

mempunyai strategi untuk menjaga kepentingan maritimnya dalam

segala situasi.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah Indonesia surlah memilikikemampuan untuk mernanfaatkan lautrya bagi sebesar-besamya ke-

makmuran rakyat dan kepentingan masyarakat intemasional? Rasanya

masih jauh panggang dari api. Jangankan memiliki kemampuan ma-

ritim yang memadai, usaha-ttsaha ke arah itupun belum tampak jelas.

Bahkan trndonesia belum secara tegas menyatakan kepentingan nasio-

nalnya di laut dan belum menetapkan National Maritirnc Policy. Pada

dasamya ada tiga kepentingan nasional Indonesia di laut'

Dari sisi pembangunan ekonomi maritim, Indonesia iuga masih

rnenghadapi banyak kendala. Sektor perhubungan laut yang dapat

9Pe6pehilf MenuiuMaiaO.penMadlimlndohde | 4ll

Page 10: 11 bab ix strategi maritim

ASPEK EKONOMI

menjadi multiplier effect karena perkemburgannya akan diikutipembangunan dan pengembangan industri dan jasa maritimlainnya masih dikuasai kapnl niaga asing. Asas cahotage sepertiyang diamanatkan UU RI No 1712008, tentang Pelayaran masihperlu diperjuangkan agar dapat diterapkan dengan baik. Kendalayang dihadapi adalah masih kurangnya kapasitas kapal nasional,sedangkan pembangunan kapal baru dihadang tidak adanyakeringanan paiak, sulitrya kredig serta tingginya bunga kredituntuk usaha di bidang maritirn mengingat usaha jenis ini memilikitingkat resiko ti"Sg, darts,low yielding.

Unfuk angkutan domestik, armada nasional baru mampu. mengang-kut sekitar 60 persen. Peranan armada nasional dalam angkutan lautintemasional baik ekspor maupun impor menunjukkan kenyataanyang lebih memprihatinkan, J<arena pemberlakuan prinsip Freighton Board (FoB), bukan Cost and Freight (C.,F). Dari ekspor dan impornasional, armada Indonesia hanya kebagian jatah sekitar 10 perserqmengakibatkan kerugian devisa sebesar 40 miliar dolar AS.

Memprihatinkan melihat kondisi pelabuhan nasional yang belumtertata secara konseptual tentang pelabuhan utama ekspor-impor danpengumpan. Selain itu, keamanan dan efisiensi pelabuhan lrdonesiamasih diragukan, terutama bila dihadapkan pada pemenuhanpersyaratan International Ship and Port Safeg (ISPS) Code.

Kecelakaan laut yang menimpa angkutan antar pulau memakankorban jiwa besar masih terus terjadi, mengingat kapal yangdigunakan adalahkapal tua tidak dilengkapi peralatan keselamatan,bahkan tidak layak laut.

Sisi lain dari liut yang memberikan peluang kesejahteraan dankemakmuran, sekaligus buah pertikaian pada masa depan adalahsumber daya laut dan bawah laut. lrdonesia memiliki Zona Eko-

412 | e r<rymf uenuiu Ma$ DeFn Maridm tndonest.

Page 11: 11 bab ix strategi maritim

ASPEK EKONOMI

nomi Eksklusif yang terbentang seluas 2,7 juta krn persegi dankeberhasilan untuk mengekploitasi wilayah ini dapat membantu

.. mengangkat Indonesia keluar dari keterbelakangan ekonomi.Namun disadari bahwa Indonesia kekurangan kemampuan tek-nologr untuk memanfaatkan kekayaan bawah lautnya. Hal inidiiebabkan karena kurangnya survei, research dan sumber daya

"]'manusia di bidang maritim.

Indonesia bahkan masih mengalami kesulitan memanfaatkan

wilayah lautnya yang kaya dengan sumber daya perikanan.Illegal,.(lnregulated and Unreported Fishing masih terjadi secara luag karena

Indonesia belum mampu memperkuat armada pbrikanan nasional

dan belum mampu mengawasi serta mengendalikan lauktya secara

optimal. Diperkirakan Indonesia membutuhkan sekitar 22.000 kapalikan dengan kapasitas masing-masing di atas 100 ton. Junlah initerlihat besar, namun sesungguhnya merupakan estimasi minimal.Sebagai perbandingan, Thailand memiliki sekitar 30.000 kapal ikanyang resmi dan konon sekitar 20.000 yang tidak terdaftar.

Dari uraian pembangunan ekonomi maritim ini terlihat jelas bahwakekuatan armada pelayaran niaga dan perikanan adalah uiungtombak dan tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi atau

industri maritim nasional. Asas cabotage yang telah secara tegas

diatur untuk diterapkan adalah kebijakan fundamental untukpembangunan ekonomi industri maritim karena multiplier effect-

nya sangat luas. Intiny+ untuk membangun ekonomi ataii industrimaritim, pemerintah harus segera menerapkan kebijakan insentifkredit dan pajak untuk pengadaan, pengoperasian dan pemeliharaan

kipal sebagairnana diterapkan pemerintah dari negara-negara lain

yang menjadi saingan armada pelayaran niaga. Inpres V/2005 dan LIURI No 1712008, tentang Pelayaran telah mengatur masalah tersebut.Apabila hal ini diberikan perhatian lihusus dan sungguh+ungguhpemerintah, pembangunan industri maritim akan menggeliat.

9 tuBp.hrlf Menulu M.e Depan M.dtim lndon€h | 413

Page 12: 11 bab ix strategi maritim

ASPEK PERTAHANAN DAN KEAMANAN

ASPEK PERIAHANAN DAN KEAI\4ANAN

Kini, sudah saatnya bangsa Indonesia membangkitkan kembalikesadaran bahwa laut harus dipandang sebagai kesatuan wilayah,sumber kehidupan, media perrhubungan utama, wahana merebutpengaruh politik dan wilayah utama penyanggah pertahanan.

Kedudukan Indonesia pada posisi silang perdagangaru memilikiempat dari sembilan Sea Lines of Communication dunia mengakibat-kan Indonesia mempunyai kewajiban yang sangat besar menjaminkeselamatan dan keamanan pelayaran intemasional di Selat Ma-laka-Singapura, serta tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI).Indonesia. belum mempunyai kemampuan pertahanan dan ke-amanan laut yang memadai. Apalagi untuk menjaga kedaulatan diseluruh wilayah laut yurisdikr;inya.

Sepanjang berkaitan dengan kebijakan pertahanan nasionaf padadasamya Indonesia adalah negara yang cinta damai dan tidak me-miliki ambisi menguasai negara atau wilayah bangsa lain. Tetapi,Lrdonesia memiliki pulau-pulau yang jauh terutama di Laut Natunadan Sulawesi, dan masih ada wilayah perbatasan yang belum di-tetapkan serta wilayah sengketa. Karena ih.1 Lrdonesia harus tetap me-waspadai ad'anya kemungkinan kontingensi. Indonesia harus memilikikesiagaan dan kemampuan untuk dapat mengendalikan lautnya danmemproyeksikan kekuatannya melalui laut dalam rangka memeliharastabilitas dan integritas Negara Kesatuan Republik [rdonesia.

Dalam kepentingan menjaga keselamatary keamanan dan per-tahanan Negara di laut TNI AL sebagai tulang punggung upa-ya pertahanan.dan keamanan di laut masih belum memiliki ke-mampuan yang memadai untuk melakukan penguasaan laut dibawah yurisdiksi nasional. Kasus Ambalat dan yang terakhir,penangkapan petugas Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi

414 | rnerpehrifUenuiu Masa OeFn Meddm Indonesia

Page 13: 11 bab ix strategi maritim

ASPEK PERTAHANAN DAN KEAMANAN

KepulauanRiauoleh Polisi LautDiraja Malaysiahanyalahbeberapacontoh, bagaimana resiko yang harus diterima bila Indonesia tidakmemiliki armada perang yang kuat dan kemampuan pengamananlaut yang handal. Dari kebutuhan sekitar 300 kapal kombatan,TNI AL hanya memiliki sekitar 130 kapal dengan komposisidah kemampuan yang dirasa belum memadai. Kekuatan TNIAL tertinggal dari negara-negara tetangga, terutama dari sisi

teknologi, karena masih merrgandalkan kapal-kapal tua. Thailandsaja memiliki kapal induk, sedangkan kapal kombatan Indonesiamasih terbatas sampai jenis Koroet.

Pembangunan TNI AL seharusnya lebih bersifat outward looking,yaitu berdasarkan kebutuhan pengendalian laut nasional sampai ke

batas wilayahZona Ekonomi Eksklusif (ZEE), bukan hanya untukmendukung pertahanan di darat. Perlu pula mempertimbangkanstrategi pertahanan yang bersifat deterrent dan denial. Jika musuhbisa ditangkal dan dicegah di laut, kita tidak perlu berperang didarat. Sebagai contoh, Singapura menganut doktrin pertahanan

forward defence, yang jelas bersifat offensiae. Selain itu, sesuai dengan

UNCLOS 1982, kewenangan penegakan hukum di laut oleh kapalpemerintah atau government ship masih lemah karena tersebar pada

beberapa instansi. Maritime security arrangement Indonesia perluditata kembali agar lebih efisien dengan membentuk lndonesian

Sea qnd Coast Guard, sebagai single agency dengan multi task yang

memiliki kemampuan penegakan hukum di laut yang mumpuni,serta memperkuat kemampuan dan posisi TNI-AL yang-memilikifungsi diplomasi, polisional dan militer.

Kepentingerr mengamankan kegiatan ekonomi dan kedaulatan di lautyurisdiksi Indonesia yang sangat luas membuhrhkan sistem yang pro-fesion{ efektif dan efisien. Contohnya kewenangan menegakkan hu-kum dilautyangditangani 13 instansiperlu ditinjau ulang. Untukmen-capai itu diperlukan strategi maritim yang mencakup berbagai bidang.

Page 14: 11 bab ix strategi maritim

IWU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

[rd.onesia merupakan negara kr-'pulauan yang merniliki sumber daya

alam sangat besar. Namun, dalam pengelolaan dan pemanfaatankekayaan yang dimiliki masih kurang maksimal. lni karena

rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Berdasarkan Deklarasi ]uanda 1952 wilayah laut Negara Kesatuan

Republik hrdonesia (NIGI) adalah sekitar 3,L juta kilometer persegi.

Setelah diterimanya Konvensi Hukum Laut PBB (LJNCLOS) 198e

wilayah laut NKRI bertambah luas dari ZEE 2,7 juta kilometerpersegl menjadi total sekitar 118 juta kilometer persegt. Indonesia

mendapatkan hak-hak berdaulat atas kekayaan alam diZEE sejauh

200 mil dari garis pangkal lurus Nusantara atau sampai ke batas

continmtal mmgin jika masih ada kelanjutan alamiah pulau-pulauhrdonesia di dasar samudra.

Masalah utamanya, apakah setelah berhasil mengklaim teritoriwilayah laut ini, kita telah nrelakukan langkah-langkah konkretuntuk mengelohrya? Seperti yang diamanahkan UUD 1941 Pasal 33

ayat (3) yang menyatakanbahwa kekayaan sumber daya alarn harus

dikelola sebesar-tiesarnya untuk kemakmuran rakyat.

Sampai saat ini, perhatian semua pihak terhadap wilayah lautmasih kurang intensif dibandingkan dengan wilayah daratan.

Secara kewilayahan belum semua kewenangan yang termakfubdalam UNCLOS 1982 ditindaklanjuti. Sebagai contotr, batas wilayahperairan pedalaman (internal waters) yang status hukumnya sama

dengan wilayah daratan belum juga ditetapkan batas-batasnya.

Penetapan wilayah laut pedalaman ini membatasi ruang penetrasi

kapal asingkewilayahlautlndonesia karena semua pihak asing tidakboleh memasuki wilayah perairan pedalaman tersebut tanpa izin

416 | gkEpehdf Menuiu M.sa Depan Madtim lndffii.

Page 15: 11 bab ix strategi maritim

ItMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Indone-sia, termasuk unfuk inno cent p assage atau lewat secara damai.

Kekayaan alam yang terkandung dalam wilayah laut Indonesia juga

belum marnpu diinventarisasi secara baik. Banyak potensi sumber

day3 kelautan yang mungkin kita miliki, tetapi sesungguhnya belum

mampu dipahami nilai kemanfaatan ekonomi dan ekologinya'

Lebihfautr, ada kemungkinanbahwa sebagian potensi sumber daya

kelautan tersebut belum kita ketahui eksistensi keberadaannya di

wilayah laut Nusantara.

Ketidakmampuan Indonesia memahami potensi apalagi untuk

mengelola sumber daya kelautan karena rendahnya tingkat

penguasaan teknologi maritim' Ironis memzrnS, sebuah negara

maritinr seperti Indonesia tidak bisa memprioritaskan pengembangan

teknologi kelautan.

OGean

lltadtlme

Mrrlne

9E0

179'

3,13

0,60

Madns

Itrlarlne Conservruon

Marlne

o,ntl

0,27

i0r2lo,ll9

0,0t

Sea liiilpoiltitl.oll

0,o,

0,11

2;2s

10q.00

Sumier Data base SclVem Scopus, dlunduh22uol2ol2

ISunarill

Tabel 1: Aktivltas RlsetSumber Daya Kelautan 2001-2011

hidonosla

9 P*p.htif Menriu Mae D€pan Marlrim lndffita | 417

Page 16: 11 bab ix strategi maritim

Data Thbel 1, menjadi indikasi terbatasnya kegiatan peneliti hrdonesiamaupun peneliti asing yang melakukan kegiatan riset terkait sumberdaya kelautan. Jurnlahnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan yangdilakukan di wilayah daratan. Perlu dicatat, bahwa; (a) tidak semua risetyang dilakukan telah dipublikasikan pada jumal bersirkulasi global,dda yang dipublikasi pada media dengan sirkulasi yang terbatas dankemungkinan lebih banyak lagi kegiatan riset yang tidak dipublikasikansama sekali atau hanya berakhil pada laporan pelaksanaan kegiatan; (b)data base SciVerse Smpus walaupun sudah mencakup lebih dari 18.500jurnal 340 buku seial, 4,9 juta prosiding seminal, dan berbagai bentukpublikasi lainnya ftondisi lli4et 2012), narnun tetap belum mencakupsemua referensi akademik yang diterbitkan secara global; (c) tidaksemua publikasi tentang sumber daya kelautan yang terjaring melaluikata kunci pada tabel tersebuf sehingga sangat mr.rngkin masih adapublikasi yang tidak tercakup pada Tabel 1.

Walaupun ada tiga catatan di atas dalam penggunaan data basepublikasi sebagai penaksir intensitas kegiatan riset dan disadaribahwa jumlah absolut dan intensitas kegiatan riset terkait sumberdaya kelautan hampir mustahil untuk diketahui secara pasti,

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

I Grafik t

Melibatkan lndonesia

o 89o/oTidak Melibatkanlndonesia

Grafik 1. Peran institusilndonesia dalam kegiatan riset

dan pengembangan sumberdaya kelautan.

418 | e nmpenrif uenuiu Masa OeFn Maridm tndonesia

Page 17: 11 bab ix strategi maritim

ILMU PENGETAHUAN DANTEKNOLOGI

namun paling tidak indikasi tersebut (Tabel 1) sudah cukup untukdijadikan justifikasi bahwa saat ini ada ketimpangan yang sangat

serius antara kegiatan riset terkait surnber daya kelautan dan

sumber daya teresterial.

]ikh ditelusuri lebih mendalam, terindikasi bahwa dari jumlah ak-

tiviias riset sumber daya kelautan di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) yang tidak terlalu banyak tersebut

ternyata hanya 11 persen yang diperankan oleh institusi dalam

negeri yang melaksanakan kegiatan riset. Termasuk perguruan

tinggi, Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK), atau badan

penelitian dan pengembangan pada berbagai kementerian (Grafik

1). Negara asing yang paling menunjukkan minat dalam melakukan

penelitian kemaritiman di Indonesia adalah Jepang. Indonesia

sebagai maritime continent yang unik justru menarik minat banyak

lembaga riset asing untuk melakukan riset di wilayah ini.

r\.Y(Ef\,t9I

Wo@Tidak MelibatkanPeneliti lndonesia

Grafik 2. Peran penelitiIndonesia dalam kegiatanriset dan pengembangansumber daya kelautan.

1N/oTidak MelibatkanPeneliti lndonesia

9 PerspehtifMenliu Masa oepan uarftim lndonesla | 419

Page 18: 11 bab ix strategi maritim

ILMU PENGETAHUAI,I DAN TEKNOLOGI

Bila dicermati lebih lanjut rnaka ternyata keterlibatan penelitiIndonesia dalam riset kemaritiman di wilayah NKRI ada jugayang tidak membawa bendera institusi riset Indonesia" sehinggaketerlibatan individual peneliti lebih tinggi dibandingkan denganketerlibatan institusi (Gr#ik 2). Kemungkinan hal ini terjadi karenap'eneliti hrdonesia pada saat terlibat dalam kegiatan riset yangdipublikasikan masih berstabus sebagai mahasiswa perguruanti^gg asing atau ditugaskan pada lembaga riset asing.

Jika dipetakan dalam persoalan yang lebih makro, dimana secara

nasional produktivitas ilmiah komunitas akademisi dan penelitiIndonesia yang secara urnurn masih tergolong sangat rendah, makaketerpurukan dalam penguasaan teknologi kemaritiman semakindirasakan memprihatinkan. Jika dibandingkan dengan kinerja aka-

demik neg.ra-negara ASEAN, maka produktivitas ilmiah Indonesiajauh tertinggal dibandingkan Singapura Malaysi4 dan Thailand(Grafik 3). Produktivitas individual peneliti/akademisi hrdonesia baikdihitung berdasarkan head count maupun setelah dikonversi menjadifull time equivalence, juga tergolong sangat rendah, lebih rendah tidakhanya jika dibandingkan dengan tiga negara ASEAN kelornpok yangproduktif (Singapura/ Malaysi4 dan Thailand) tetapi juga lebih rendahdibandingkan dengan peneliti Filipina dan Vietnam.

Ada tiga lapis persoalan yang dihadapi untuk membangun keman-dirian Lrdonesia dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, yakni: (a)

Mendorong agar perreliti/akademisi lrdonesia agar mampu berperanlebih dominan dalam kegiatan riset kemaritiman di wilayah NKRI,sementara ini lupakan dulu keinginan menjadi peneliflakademisi kelasdunia di bidang ini; (b) Meningkatkan intensitas dan produktivitasriset di bidang kelautan agar lebih sebanding dengan riset di wilayahdaratan; dan (c) Meningkatkan relevansi riset dengan realita kebutuhandarVatau persoalan nyata di sektor kelautan agar dapat meningkatkanperan dan dalam pe'mbangrrnan ekonomi, sehingga ber-

42O | 9 FeBp€Hf Msuiu k$ olFn Matrm lndoErr

Page 19: 11 bab ix strategi maritim

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

peluang untuk ikut mensejahterakan rakyat dan memakmurkan bang-

s4 sebagaimana yang diamanahkan konstitusi.

Keragaman biologi kelautan trdonesia yang kaya telah. menarik

perhatian dunia. Penemuan spesies ikan purba Coelacanth (l-atimeria

Mcnadou,sis, ymg sebelumnya diperkirakan sudah punah) di perairan

dekat Bunalien juga telah menjadi magnet bagi banyak pakar biologi

laut di seluruh dunia. Fenomena iklim di wilayah "benua maritim"

Indonesia juga telah menarik minat berbagai pihak, terutama IePan&

untuk melakukan studi prilaku iklim di wilayah Indonesia.

Keunikan posisi geografis lndonesia di antara dua kontinen dan dua

samudra, serta dilintasi garis katulistiwa dan rantai Sunung berapi

(ring of fire),merupakankondisiyang tak ada duanya di planetbumi

ini. Kajian untuk kasus ini hanya dapat dilakukan di Indonesia.

stlt6AP0nE

THAITAI{I)

[{Al-AYSIA

2t02 ?003 200{ 2005 2006 ?@7 1000 ?009 2010 20ll

Grafik 3. Produktivitas ilmiah Indonesia dibandingkan dengan be-

berapa negara ASEAN.

9 k pclrdf kis fra Orga urm rraorrar | 421

Page 20: 11 bab ix strategi maritim

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Keunikan dan berbagai daya tarik tersebrrt memunculkan keinginandunia intemasional untuk menjadikan wilayah laut NKRI sebagai"laboratorium lapangan" dari berbagai disiplin ilmu.

Hal ini perlu diantisipasi secara positif, jangan sampai Indonesiahanya menjadi ladang subur tumbuhkembangnya ilmu pengetahuandan teknologi, tetapi para akademisi dan peneliti negeri ini hanyamenjadi "pemain figuran". Akademisi Indonesia wajib menjadituan di negeri sendiri.

Keunikan geografi s dankekaya anbiodiversitas ekosistem lautlrd.onesiaharus dijadikan modal untuk memperkuat posisi tawar (bargainingposition) Indonesia dalam menjalin kolaborasi dengan berbagai pihakasing. Tetapi tentunya modal alamiah ini perlu dilengkapi denganmodal kecerdasan intelektual yakni penguasaan teknologi.

Penguasaan teknologi kelautan oleh pakar dalam negeri sangatkrusial. Tanpa penguasaan teknologi ini, maka Indonesia tidakakan pemah mengetahui secara tepat dan komprehensif tentang'apa'dan 'berapabanyak'sumber daya yang dimilikinya di wilayahlaut. Ketidakpahaman ini akan menempatkan Indonesia pada posisiyang lemah dalam setiap fonrm diplomasi internasional. Argumenbaik tidak akan mampu dibangun di atas fondasi ilmu pengetahuandan teknologi yang rapuh. Diplomasi untuk memperjuangkanharkatmartabatbangsa juga tak akan dapat dimenangkan jika tanpaamunisi pemahaman tentang potensi sumber daya seluruh wilayahIndonesia dan potensi manusianya. Semoga Indonesia sebagainegara maritim segera mulai secara sungguh-sungguh berupayauntuk meningkatkan rpenguas aaurt tekno-ekologinomi laut.

Ketertinggalan dalam penguasaan teknologi kelautan tak boleh di-biarkan berlarut-larut. Kemampuan penguasaan teknologi kelautanyang menjadi modal nasional untuk mampu mengelola sumber daya

422 | eOctsp"ntirUenuiu M.e Dep.h MadtiB lndmed.

Page 21: 11 bab ix strategi maritim

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

dan wilayah kelautan Nusantara perlu lebih ditingkatkan, terutama

melalui peningkatan intensitas kegiatan riset dan pengembangan

di sektor-sektor strategis. Perrgelolaan sumber da1'a kelautan perlu

fo,kus pada aktivitas memanfaatkan kekayaan sumber daya yang

dimiliki untuk menseiahterakan rakyat, Yffi1 diimbangi dengan

upaya menjaga keberlanjutannya dengan mematuhi kaidah-kaidah

ekologis. Teknologiyang dikembangkan perlu menjaga keseimbangan

antara kepentingan ekonomi dengan kearifan ekologi.

Ragam teknologi berasas keseimbangan ekonomi-ekologi perludijadikan asas pokok dalam pengelolaan sumberdaya kelautan,

termasuk untuk teknologi penangkapan ikan, budidaya ikan dan

biota lau! serta teknologi pengoiahannya. Kemudian bioteknologi

untuk memanfaatkan biodiversitas sebagai sumber bahan baku

industri dan sumber tetua untuk Program pemuliaan tanaman dan

ikan atau biota laut lainnya. Selanjutnya, teknologi eksplorasi dan

eksploitasi dg*, bahan tambang lainnya dan sumber daya energi

terbarukan. Teknologi konservasi sumber daya kelautan, yang

dapat juga dilebarkan cakupannya pada potensi pengelolaannya

untuk pariwisata bahari.

Potensi sumber daya laut t:tdonesia meniadi modal dasar dalam

upaya mensejahterakan rakya! termasuk kekayaan sumber daya

perikanan dan biota laut lainnya sebagai bahan pangan atau

untuk flora-fauna hias. Potensi lestari perikanan laut Indonesia

ditaksir sekitar 6,4 juta ton. Isu pokok dalam pengelolaan sumber

daya kelautan dari dahulu sampai sekarang masih berkutat pada

persoalan yang sama, yakni penangkapan ikan ilegal oleh nelayan

asing tindakan perusakan atau ekploitasi berlebihan terhadap

sumber daya kelautan baik oleh nelayan lokal maupun asingpencemaran lau! penyelundupan, perdagangan ilegal di laut, dan

sengketa batas wilayah teritorial dengan negara tetangga mauPun

batas wilayah antar-provinsi atau kabupaten.

9 PGpGHf Menuiu Mao oepan uarf*t tnaoneaa | 423

Page 22: 11 bab ix strategi maritim

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Kompleksitas persoalan pengelolaan sumber daya kelautan ini tidakdiimbangi dmgan peningkatan kapasitas lembaga dan personelyang memadai, serta regulasi dan kebijakan publik yang tegas danimplementatif. Berdasarkan publikasi Morgan (1982) kapasitas armada

dan personel aparatur pengamanan laut [rdonesia tergolorrg lebihbaik dibandingkan denganbeberapa negaraASEAN pada era L970-an,

namun sekarang peta kekuatan tersebut di ASEAN telah berubah.

Dalam konsepsi wawas;m nusantara, wilayah laut adalah garda

terdepan NKRI. Perbatasan trdonesia dengan neg.ra tetangga lebihpanjangdiwilayahlautdibandingkan dengandaratan. Tetapikekuatanpertahanan dan keamanan Indonesia saat ini masih sangat timpang.Kekuatan personel, sarana dan pftrsarana rrnfuk mengamankanwilayah laut masih sangat terbatas, jauh lebih kecil dibandingkandengan kekuatan di wilayah darat. Tidak mengherankan jikapmangkapan ikan secara ilegal penyelundupan, dan tindak kriminallainnya di wilayah laut nusantara sulit dikendalikan.

Selain persoalan lemahnya kapasitas pengamanan wilayah ke-lautan, saat ini transportasi laut juga perlu mendapat perhatian,terutama terkait dengan cukup tingginya frekuensi musibah sarana

transportasi laut baik angkutan or.Ing maupun barang. Tingginyatingkat kecelakaan transportasi laut ini perlu menjadi perhatiansemua pihak, tidak hanya pemilik kapal atau perusahaan pelayaran,tetapi juga instansi dan aparatur pemerintah yang bervrrenang,, sertamasyarakat luas. Penyebab utama musibah tersebut umurrnyaterkait dengan kelebihan muatan.

Persoalan menulr.rnnya potensi sumber daya perikanan juga telahdilaporkan oleh berbagai pihak pada beberapa wilayah perairanIndonesia, misalnya untuk kawasan perairan Kepulauan Raja

Ampat. Berdasarkan persepsi nelayan lokal, populasi biota laut dikawasan Raja Ampat telah mengalami penurunan.

424 | 9 P.EpchdfMsuru Ma3a Depil Madiln ln.hocda

Page 23: 11 bab ix strategi maritim

sDM MARITIM

Wilayah konservasi laut Raja Ampat tentu perlu diproteksi, na-

mun keterbatasan sara:ta dan personel aparafur pengamanan laut

di satu sisi, dan maha luasnya wilayah perairan NKRI di sisi lain-

ny+ membuka altematif bagi aktor lain untuk berperan dalam

upaya konservasi wilayah laut Indonesia. Botema dan Bush (20L2)

mengevaluasi peran dan kinerja lembaganon-pemerintah dalam me-

lakukan konservasi wilayah laut yang ditindungi, yakni Yayasan Ka-

rang Lestari dalam kegiatan restorasi karang di Pemuteran, pantai

utara Bali dan pengelola taman wisata laut di Gili Trawangan,

Lombok. Evaluasi ini menyimpulkanbahwa pihak swasta mamPu me-

ningkatkan kesadaran wisatawan dan komunitas masyarakat pantai,

memt'uka peluang sumber pendapatan altematif bagi masyarakat,

serta mampu meningkatkan kapasitas finansial untuk membiayai

aktivitas konservasi laut. Namun, semua kontribusi swasta ini tidak

akan terealisasi jika tanpa dukungan pemerintah setempat.

SDM MARITIM

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian terpenting dalam

merrjalankan roda perekonomian bangsa. sebagai negara dengan sumber

daya laut yang besar, peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam

pengelolaan sumber daya pesisir dan laut mutlak hams diprioritaskan

dalam perhmbuhan ekonomi. Salah satu faktor paling Pentingdalam menggerakkan roda ekonomi yang bersumber dari laut adalah

ketidaktersediaan sumber daya manusia yang andal dan profesional.

Di era globalisasi, persaingan di berbagai lini semakin kompetitif.

Dukungan profesionalisme sangat dibutuhkan. Di samping demi

perkembangan industri di sektor maritim, profesionalisme akan

memberikan keunggulan tersendiri bagi individu yang bekerja pada

sektor tersebut, dan di sektor manapun. hrdividu tersebut akan lebih

dihargai karena mamPu meningkatkan pendapatan.

9 PryHf M6uiuM.*Dcpn Maritimlmh | 425

Page 24: 11 bab ix strategi maritim

5DM MARITIM

Lemahnya kapasitas surnber daya manusia Indonesia di bidangmaritim diduga berkaitan dengan sistem pendidikan yang dite-rapkan selama ini. Secara terminologis, seluruh rakyat Indonesiadapat dikatakan sebagai SDM maritim. Namun, melihat kenyataantelalr miss orientasi pembangunan, SDM maritim perlu dibentukdan diubah paradigmanya (cara pandangnya dari land based

sosio economic developrnent menjadi marine sosio economic de-velopment). Untuk itu, pemerintah melalui para aparaturnyadituntut harus mampu merumuskan kebijakan tentang manajemenkelautan dan kemaritiman yang tepat guna.

Laode Kamalauddin (Pembangunan Ekonomi Maritim di Lrdonesia2002) menyebutkan, SDM yang bekerja di sektor maritim dapat

dikelompokkan dalam tujuh katego4 yaitu (1) sebagai pelaut kapalniaga domestik maupun asing; (2) sebagai penangkap ikan di kapaldomestikmaupunasing; (3) sebagai pelautpadapelayaranrakyaf dan (4)

nelayan; (5) tenaga kerja pada eksplorasi lautlepas pantai; (6) karyawanyang bekerja di ekoturisme; dan (7) karyawan di bidang kepelabuhanan.

Ditaksir total pendapatan yang cliperoleh dari seluruh kegiatan inimencapai Rp 12 7 triliun. Namun, pendapatan yang dihasilkan SDMmasih akan meningkat dengan asumsi, pertam4 apabila jurnlahtenaga kerja profesional bertambah melalui pendidikan kepelautandan pendidikan kemampuan ternga atrli dalam negeri pada eksplorasi

laut. Kedu4 adanya penambahan jumlah kapal penangkapan, kapalpenumpang maupun kargo laut. Ketiga pengurangan tenaga kerjaasing. Keempat peningkatan kemampuan dan modemisasi peralatannelayan dan pelayaran rakyat. Kelima, pendidikan kepelautan yangprofesional seperti penyiapan nakhoda yang andal.

Indonesia bukan tidak mungkin dapat berkembang sebagai bangsamaritim yang besar jika memilild SDM berkualitas. Bahkan, datastatistik Intemational Seafarers Suppliers 2011, menempatkanIndonesia pada urutan ketiga dari sepuluh negara penyedia pelaut

426 I 9 PersFhdfMenuiu Mae &pan Mat'dm lndonesla

Page 25: 11 bab ix strategi maritim

SDM MARITIM

dunia. Didorong asumsi pasar kerja di bidang maritim yang terus

berkembang mengingat sektor maritim memiliki keterkaitan multisektoral yang sangat kuat, maka potensi pengembangan SDM dibidang kemaritiman diharapkan berjalan lebih maksimal.

Perspektif ekonomi paling sederhana memberikan tuntunan tentang

bagaimana suatu ekonomi bekeria dari tiga kondisi dasar, yaitu apa

yang harus diproduksi, bagaimana berproduksi, dan untuk siapa

produksi tersebut? fawaban dari kombinasi ketiga pertanyaan

tersebut dapat dikaitkan dengan kemampuan Indonesia sebagai

negara kepulauan, terutama membahas apakah pembangunan

hari ini telah menempatkan sektor kelautan sebagai modal

pembangunan yang unggul. Dalam istilah lain, memampukan

bidang kelautan menjadi sektor pemimpin (leading sector) dalam

kegiatan perekonomian nasional.

Pembangunan identik dengan bagaimana suatu negara dapat

menggunakan kapasitas sumber dayanya secara optimal dalam

berproduksi, atau paling tidak dalam menyediakan iklim kerja yang

kondusif bagi kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif. Produksi

sektor kelautan secara kuantitatif barang kali tidak mengalami

nrasalah walaupun kerap ada kesenjangan antara potensi dan

realisasi. Namun, apabila ditelaah lebih seksama pada isu perun-

tukan manfaat, maka sektor kelautan mengalami gangguan. Ter-

utama pada tataran bagaimana, dan siapa yang berproduksi. Hal

ini sedikitnya dapat menjelaskan kenyataan tentang ketimpangan

sosial ekonomi antara penduduk di wilayah daratan dengan

kepulauarl atau secara makro mengaPa kontribusi sektor kelautan

rnasih kurang signifikan dibandingkan dengan sektor-sektor lain

dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam skala

yang lebih luas, isu peruntukan manfaat ini juga berkaitan dengan

faktor-faktor lain seperti daya saing domestik dan kapasitas SDM

bidang kelautan yang rendah.

9 P.@*if M.nuiu Ma* ocpen vrridm haonata | 427

Page 26: 11 bab ix strategi maritim

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBASIS MARITIM

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBASIS MARITIM

Posisi I-ndonesia sebagai negara kepulauan terbesar di duniaseharusnya menjadi kekuatan penting yang dapat dimaksimalkandalam pembangunan. Kekayaan alam yang terkandung di lautmerupakan potensi ekonomi yang mampu rnemberikan kontribusibesar bagi perekonomian Indonr:sia. Berbagai kekayaan laut ini telahdieksploitasi dan dimanfaatkan sejak dahulu hingga sekarang baikmelalui metode produksi tradisional maupun berbasis teknologi.Namury lemahnya kebijakan pemerintah terhadap pembangunanlaut berbasis maritime poliry nrenjadikan pembangunan ekonomibangsa Indonesia tidak maksimal.

Dari berbagai penelitian, nilai ekonomis kekayaan sumber dayaalam laut Indonesia melebihi potensi kekayaan di daratan. Bahkaruada yang menyebutkan kekayaan laut Nusantara tidak akan pernahhabis. Pertanyaannya apakah kekayaan laut tersebut mampudidayagunakan sebagai modal pembangunan untuk mencapaikesejahteraan bangsa, dan kemajuan ekonomi masyarakat?

Deklarasi UNCLOS Itr yang mengukuhkan eksistensi Lrdonesia

sebagai negara Kepulauan patut disyukuri karena hal tersebut secara

substansial berdampak pada semakin luasnya klaim wilayah laut yangdimiliki hrdonesia. Saat ini hrdonesia memiliki luas laut sebesar 5,8 Jutakm2 yang terdiri dari Laut Territorial dengan luas O8 juta km2, LautNusantara seluas 2,3 juta krr2 dar.ZEE sr-luas\7 juta km2. Di sampingitu, Indonesia memiliki pulau sebanyak kurang lebih 17.5&t pulau dangaris pantai sepanjang 81.000 krn. Dengan keunggulan sebagai negara

kepulauan, wajar sekali jika pembangunan ekonomi yang diharapkandapat bertumpu pada sektor kelautan.

Namun, dengan kekayaan larrt yang berlimpah pembangunanekonomi nasionalbelum mampu memberikan dampak positif yang

428 | 9 PeEpehdf Menuiu Me Depan Madiim lndmesia

Page 27: 11 bab ix strategi maritim

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBASIS MARITIM

besar bagi kesejahteraan masyarakat. Gambaran nyata kondisi

ini sejalan dengan pendapat bahwa pengelolaan sektor kelautan

belum digarap dengan penuh perhatian. Ironisme paling terlihat

potret sebagian besar nelayan hrdonesia yang masih bergelut

dengan kemiskinan. Padahal produksi perikanan terus mengalami

peningkatan. Daya saing domestik lemah menyebabkan kegiatan

pengangkutan (transportasi laut) mauPun eksploitasi sumber daya

mineral di wilayah perairan nasional masih lebih banyak dilakukan

pihak asing. Kekalahan dalam kompetisi ekonomi berbasis maritimjuga terjadi di sektor industri dan jasa kelautan mulai dari hulu(upstream) maupun hilir (downstream).

Pertama,belum adanya terobosan kebijakan yang mamPu mengikat

dan memayungi instrumen ekonomi maritim, seperti sektor perikanan,

pertambangan dan energi lepas pantai, pariwisata bahari, transportasi

laut dan kepelabuhanan, serta sumber daya manusia di sektor maritim.

Dampaknya, persepsi tentang ekonomi maritim secara kelembagaan

masih sangat parsial, sehingga tolok ukur ekonomi maritim dilihat

hanya dari satu organisasi kementerian, yaitu Kementerian Kelautan

dan Perikanan (KKP). Padahal dari segi tupoksi dan kewenangan,

kapabilitas departemen ini sangat terbatas untuk mengakomodir

uruseln lintas sektoral dan instansi kelembagaan pemerintah lainnya

dalam mengembangkan ekonomi maritim.

Kedua, kebijakan maritirn (maritime policy) tidak menjadi payung

politik bagi pembangunan ekonomi sehingga kelembagaan yang

terlibat dalam sektor maritim mengalami disorientasi. Padahal,

kepentingan kolektif maritim perlu diorganisir secara terpadu.

Untuk itu, negara perlu berani menegaskan kebijakan maritimsebagai platform pembangunan ekonomi.

Ketiga, teqadtnyaba&rn ash efek secar amassive yang menempatkan sektor

maritim khususnya perikanan sebagai sektor pengurasan sebagai akibat

I P.*hiif M.noiu Mae xpen Medtm tnamu | 429

Page 28: 11 bab ix strategi maritim

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBASIS MARII IM

dari tingkat kebocoran sektoral (sectoral leakages) yang terjadi sehinggamenyebabkan sektor perikanan menjadi kerdil dan marjinal. Kebocoransektoral ini dimaknai dalam dua hal, yaitu (1) Hubungan antara pemilikkapal dengan nelayan, yang cendbrung menempatkan pemilik kapalsebagai pihak yang menikmati benefit lebih banyak dari pada nelayanyang hanya memenuhi standar hidup minimum kebutuhannya; (2)Feedback nilai ekonomi perikanan terhadap perbaikan infraskukturpublik di komunitas nelayan srrlit terjadi.

Keempat, faktor Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)yang diharapkan menjadi s;rluran membagi kemakmuran secaraadil nampaknya masih sulit cliwujudkan karena wajah APBN yangcontinentaloriented, danselalu menempatkansektormaritimtermasukprovinsi berbasis maritim dan pulau-pulau kecilnya termarjinalisasidalam pembagian saruma dan prasarana pembangr-man.

Kepemirnpinandengan visi ya ng kuat kepada pembangunanberbasismaritim diyakini dapat menjadi jalan keluar untuk mempercepatkemajuan ekonomi nasional. Hal ini sejalan dengan realitas yangmendera sektor sumber daya daratan yang dari waktu ke waktumengalami penurunan nilai ekonomi. Fenomena kompetisi yangsemakin padat terhadap perebutan ekonomi di daratan cenderungsemakin meningkat seiring dengan adanya pertambahan penduduk.Konflikkepentinganyang eksesif terhadap penguasaan sumber dayadi daratan juga telah menyebabkan ketidakseimbangan ekologisyang mengkhawatirkan, yang berujung pada tingginya intensitasbencana alam di daratan seperti banjir, longsor, kekeringan,kebakaran hutan, polusi udara dan wabah penyakit (Laode, ibid).Tersedianya potensi ekonomi laut yang belum digarap denganmaksimal menjadi tantangan strategis yang harus dijawab.

Keprihatinan terhadap sektor kelautan nasional mengharuskan ad anyakebijakan strategis untuk menlpercepat pengembangan keunggulan

43O I gPeEpehtifMenuru MaEa OepanMaridm lndonesia

Page 29: 11 bab ix strategi maritim

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BER8A5I5 MARITIM

di berbagai sub-sektor kelautan. Kesadaran terhadap pergeseran

paradigma pembangunan yang berorientasi kontinental (land-based

development) kepada orientasi laut (ocean-based development)

semestinya dapat diwujudkan dalam bentuk dukungan kebijakan

ya4g bersifat komprehensif dan konkret, sistematis, tidak parsial

apalagr sporadis. Ekonomi kelautan atau berbasis kemaritiman tidak

lagi dijadikan sektor pinggrran, melainkan sebagai arus utama dalam

kebijakan pernbangunan.

Pola pikir pembangunan yang selama ini terlalu dominan secara

kontinentalnyata-nyata tidak mampumembawa kesejahteraan karena

itu diperlukan kepemimpinan yang berani untuk mengaktualisasikan

reorientasi semangat kelautan dalam kebijakan-kebijakan strategis

pembangunan. Dengan demikian, kebangkitan ekonorni maritim tidaklagi menjadi sekedar jargon di setiap pergantian pemerintahan.

Pembangunan ekonomi maritim dapat dimaknai secara paralel

dengan tinjauan perspektif yang diberikan di atas. Dalam definisiyang lebih kontekstual, pembangunan ekonomi maritim inginmenjadikan kekayaan potensi kemaritiman sebagai landasan untukmengadakan ketersediaan infrast.ruktur yang berkualitas terutama

di sektor kemaritiman sehingga iklim bisnis dan investasi maritimyang baik akan berkembang.

Dengan sendirinya, pembangunan ekonomi maritim juga akan

membawa industri pada kebutuharr akan sumber daya manusia

kemaritiman dan inovasi teknologi yang berbasis pada pendidikankemaritiman yang unggul dan modern. ]ika proses ini dapat

berlangsung, maka pembangunan ekonomi maritim dipastikanakan dapat membawa masyarakat ke arah kemakmuran. Sejalan

dengan itu, institusi pendidikan di tanah air hari ini diharapkan

menjadi garda terdepan dalam menjawab tantangan pembangunan

ekonomi di bidang kemaritiman.

gPe$ehtlf Menuiu M.5a Ocpen Madtim lndonela I 431

Page 30: 11 bab ix strategi maritim

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBASIS MARITIM

Rokhmin Dahuri berpendapat pembangunan kelautan hendaknyadiarahkan untuk meraih empat tujuan secara seimbang, yakni: (1)

pertumbuhan ekonomi tingg secara berkelanjutan; (2) peningkatankesejahteraan seluruh pelakr usaha, khususnya para nelayan,

pembudidaya ikan, dan masyarakat kelautan lainnya yang berskala

kecil; (3) terpeliharanya kelestarian lingkungan dan sumberdaya

kelautan; (a) menjadikan laut sebagai pemersatu dan tegaknya

kedaulatan bangsa.

Patut diketahui, bahwa istilah pembangunan kelautan dan maritimmemiliki perbedaan yang empiris. Kelautan merujuk kepada lautsebagai wilayah geopolitik maupun wilayah sumber daya alam,

sedangkan maritim merujuk pada kegiatan ekonomi yang terkaitdengan perkapalan, baik armada niaga maupun militer, serta

kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan itu seperti industrimaritim dan pelabuhan. Atas hal tersebut kebijakan kelautanmerupakan dasar bagi kebijakan maritim sebagai aspek aplikatif.

Terlepas dari rumusan final'u'isi maritim Indonesia, ada beberapa

hal yang perlu dipertimbangkan. Putama, negara perlu mempunyaikebijakan kelautan yang jelas dan bervisi ke depan karena menyangkutgeopolitik bangsa dan dengan demikian berwawasan global dan

menyangkut pula kebijakan-kebiiakan dasar tentang pengelolaan

sumber daya alam di samping sumber daya ekonomi pada umumnya.Demi daya saing bangsa kita perlu berangkat dari keunggulan

kompetitif yang bisa berbasis lokal.

Kedua, kebijakan kelautan adalah kebijakan negara kepulauansehingga variabel keruangan harus lengkap, tidak hanya mono-dimensional laut. Konsep tri-matra (darat-laut-udara), karena

kemajuan ilmu dan teknologi serta peningkatan kesadaran ling-kungan hidup menjadi tidak lengkap untuk sekarang dan masa

depan. Lebih mengena adalah variabel multi-matra (darat termasuk

432 | 9 PrEFhtif Menuiu Ma* Dcpan Maridm ln&reca

Page 31: 11 bab ix strategi maritim

9 PeEpehilfMenulr Masa oepan Marlrim lndonesia | 433

Page 32: 11 bab ix strategi maritim

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBASIS MARITIM

pegunungan; permukaanair darimata air dihulu sampai permukaan

lauU kolom air di sungai, danau mauPun lau! pesisir; dasar laut;

bawah dasar lau! atmosfir; stratosfir dan angkasa luar), jumlahnya

9 matra. Sejak Presiden Soeharto meluncurkan satelit Palapa pada

{ekade l97}-ansebenamya kita telah masuk ke era ruang algkasa,

tidak sekedar tri-matra, demikian juga sekarang ketika kita mulaimerentang kabel telekomunikasi bawah laut, masuk ke matra dasar

laut. Tetapi tetap saja kita menggunakan tri-matra sebagai acuan

keruangary mungkin karena terlanjur menjadi manusia penghafal.

Sezuai kemampuan untuk menrmuskan dan melaksanakan kebijakan

pubtik yang lebih kompleks, serta kemajuan teknologi transportasi dan

komunikasi tentunya variabel keruangan bisa dikembangkan" Dengan

demikian kebijakan kelautan bukanlah pengganti kebijakan masa

lampau yang terkesan kuat dominan berorientasi daratan.

Ketiga, hirarki ruang perlu ditentukan, yaitu ruang di mana kitaberdaulat penuh, dan mempunyai pengaruh eksklusif dalam

kerjasama politik, ekonomi dan pertahanan.

Keempat, pemerintah perlu menuntaskan seluruh kewajiban yang

tercantum dalam UNCLOS, karena penting artinya bagi effektifitas

kedaulatan kita. Adalah ironis bahwa hrdonesia sebagai peloporkonsep negara kepulauan lantas nantinya tertinggal dalam

pengamanan kedaulatan wilayahnya. Sekiranya hal ini terjadi maka

posisi kita secara geopolitik akan lemah, serta memicu berbagai

sengketa di wilayah laut yang sulit kita atasi, apalagi dengan

kekuatan militer maritim yang demikian kecil. Peristiwa Sipadan/Ligitan dan peristiwa Ambalat merupakan peringatan dini terhadap

kemungkinan masalah lebih besar di kemudian hari.

Kelima,jika semua hal di atas sudah jelas arahnya maka visi maritimdapat dibangun, dan kekuatan maritim dapat dibangkitkan sepadan

434 I 9P.Fp€hilf MenutuMa$DeFn Medtlmlndon€sia

Page 33: 11 bab ix strategi maritim

dmgan hrntutan geopolitik bangsa. Hal ini sesuai dengan PersePsi

keniangan, dan persepsi tentang keunggulan kompetitif baik yang

berbasis sumber daya alarn, buday+ ilmu pengetahuan mauPun

geografi. Kebijakan Perkapalan, pelabuhan, transportasi antar matra'

pri"rit* kegiatan ekonomi, pembangunan angkatan berseniata

i-itit"t dan polisi), kebiiakan fiskal, investasi, energi, dirgantar4

pembangunan daerah, serta tatanan kelembagaan dan kebiiakan-p"-Urt

guout sumber daya manusia merriadi turunan dari visi

maritim, yaitu dalarn kebiiakan kelautan.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERBASIS MARITIM

tfr.r-rhttsbosrmml4!E

Page 34: 11 bab ix strategi maritim