11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...
Transcript of 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 MANAJAMEN KEUANGAN
2.1.1 Pengertian Manajemen
Istilah Manajemen bukanlah hal yang asing lagi bagi kita. Manajemen
merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang
baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Dengan manajemen daya guna dan hasil guna unsur-unsur
manajemen akan dapat ditingkatkan. Untuk itu, agar lebih jelasnya akan
dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian manajemen. Di bawah
ini akan diuraikan pendapat-pendapat para ahli mengenai definisi
manajemen , yaitu sebagai berikut :
Menurut Hasibuan (2008:1) dalam bukunya Manajemen Keuangan
menyatakan bahwa :
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.”
Hasibuan (2008:3) hal 3 menyatakan bahwa:
“ Management is general refers to planning, organizing,
controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and
decision making activities performed by any organization in order
to coordinate the varied resouces of the enterprise so as to bring an
efficient creation of some product or service”
Sehingga dari teori teori diatas dapat kita simpulkan bahwa :
1. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai
2. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni
3. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi,
kooperatif, dan terintegritas dalam memanfaatkan unsur-unsurnya
(6M).
12
4. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih
melakukan kerja sama dalam organisasi.
5. Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan
tanggung jawab.
6. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi.
7. Manajamen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
adalah suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efisien melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya.
2.1.2 Pengertian Manajemen Keuangan
Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan suatu
usaha dalam perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah kondisi
manajemen keuangan. Oleh karena itu perusahaan harus memberi perhatian
khusus terhadap kemajuan keuangannya demi tercapainya tujuan
perusahaan.
Manajemen keuangan merupakan hal yang yang berkaitan dengan
kebijakan kebijakan yang akan diambil dalam usaha pengendalian keuangan
perusahaan agar biaya biaya yang dikeluarkan atas investasi dapat efektif.
Berikut pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian
dari manajemen keuangan.
Manajemen keuangan menurut Agus Sartono (2008:6) menjelaskan
bahwa manajemen keuangan ialah:
“Manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian
dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun
usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau
pembelanjaan secara efisien”.
Manajemen keuangan menurut Bambang Riyanto (2009: l4) me
ngemukakan bahwa:
“Manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas perusahaan
yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang
diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang
13
paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana
tersebut seefisien mungkin”.
Teori tersebut menyatakan bahwa manajemen keuangan merupakan
suatu kegiatan yang penting dilakukan bagi suatu perusahaan agar dapat
diketahui bagaimana keadaan keuangan perusahaan, baik itu mengenai
keputusan investasi perusahaan, pendanaan perusahaan, maupun aktiva
perusahaan.
2.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi manajemen keuangan secara garis besar digambarkan dengan
memperhatikan peran dalam organisasi, hubungannya dengan ekonomi dan
akuntansi, aktivitas utama dari manajer keuangan dan peran manajer
keuangan dalam manajemen kualitas total.
Meanajamen keuangan merupakan bagian penting dari manajemen
perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Suad Husnan dan Enny
Pujiastuti (2009:10) bahwa Manajemen keuangan mempunyai fungsi
sebagai berikut: “Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan,
kegiatan analisis dan pengendalian perkembangan keuangan”.
Manajer keuangan selayaknya dapat melakukan fungsi manajemen
keuangan dengan baik, karena fungsi ini mempunyai kontribusi yang sangat
besar bagi perkembangan perusahaan. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan
inge Berlian (2008:65) Aktivitas utama manajer keuangan adalah :
1. Membuat perencanaan dan analisa keuangan.
2. Membuat keputusan investasi = pengelolaan asset.
3. Membuat keputusan pembiayaan investasi = pengelolaan hutang dan
modal.
2.1.4 Tujuan Manajemen Keuangan
Tujuan Manajemen keuangan secara normatif tujuan keputusan
keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan
merupakan harga yang biasa dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan
tersebut dijual. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal,
harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai
perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan (atau harga saham) tidak
14
identik dengan memaksimumkan data per lembar saham (earning per share,
EPS). Hal ini disebabkan karena (1) memaksimumkan EPS mengabaikan
nilai waktu uang, dan (2) tidak memperhatikan faktor resiko.
Dengan demikian menaikkan nilai perusahaan tidak identik dengan
memaksimumkan laba, apabila laba diartikan sebagai laba akutansi.
Sebaliknya, memaksimumkan nilai perusahaan akan identik dengan
memksimumkan laba dalam pengertian ekonomi (economic profit). hal ini
disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang
bisa dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan tersebut menjadi
lebih miskin. Sayangnya konsep keuntungan ekonomi ini akan sulit
diterapkan, sehingga kalau kita mendengar istilah laba dalam lingkup
perusahaan, bisa dipastikan pengertiannya adalah pengertian akutansi.
(http://turunanilmu.blogspot.com/2010/12/,diakses pada tanggal 30
Maret 2015)
2.2 KINERJA KEUANGAN
2.2.1 Kinerja Keuangan Perusahaan
Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi
keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai
bagi setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
dayanya. Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan
perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas
perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut
IAI (2008) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam
mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya. Menurut
Fahmi (2012:239) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan
untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi
standar ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan atau GAAP
(General Accepted Accounting Principle), dan lainnya.
15
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh
perusahaan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
laba, sehingga dapat melihat prospek pertumbuhan, dan potensi
perkembangan perusahaan.
Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat
digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi
mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja
perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang
tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk
menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham atau
dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai
perusahaan.
2.2.2 Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan,
pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas,
fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur serta
stakeholder lainnya. Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholder
digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan kepentingan mereka terhadap perusahaan.
Kepentingan terhadap perusahaan tersebut berkaitan erat dengan harapan
kesejahteraan yang mereka peroleh.
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting
bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk
menyusun sistem imbalan dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi
perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk
memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting
mengenai asset yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk
membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan.
16
2.2.3 Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan
Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda karena itu
tergantung kepada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Adapun tahap-
tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum,
yaitu:
1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan, tujuannya
agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan
penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia
akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
2. Melakukan perhitungan, menyesuaikan dengan kondisi dan
permasalahan yang sedang di lakukan sehingga hasil dari
perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai
dengan analisis yang diinginkan.
3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitung yang telah
diperoleh, dalam melakukan perbandingan ada dua metode yaitu
time series analysis dan cross sectional approach yang nantinya
akan dibuat suatu kesimpulan yang menyatakan posisi
perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik,
sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.
4. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai
permasalahan yang ditemukan, melihat apa-apa saja
permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan
tersebut.
5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution)
terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.
2.3 LAPORAN KEUANGAN
2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimilki oleh
perusahaan/badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi
17
yang diperoleh pada balancesheet (neraca), income statement (laporan laba
rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas). Laporan keuangan sangat
diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari
waktu ke waktu dan mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai
tujuannya. Bahwa laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut, sehingga
laporaan keuangan memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu
posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Menurut Kasmir (2008:7) dalam bukunya Analisis Laporan
Keuangan memaparkan bahwa
“Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukan
kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode
tertentu. Laporan keuangan merupakan aspek penting bagi
setiap perusahaan. Laporan keuangan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan bagi investor, laporan keuangan yang
disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak
terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemegang
saham dan laporan arus kas”.
Definisi lain menurut Sutrisno (2012:9) adalah sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses
akuntansi yang meliputi dua laporan utana yakni neraca dan
laporan laba rugi, yang disusun dengan maksud untuk
menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan di
dalam mengambil keputusan”.
Dari penjelasan di atas secara sederhana laporan keuangan adalah
alat untuk mengukur, menginformasikan kondisi keuangan pada suatu
periode dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi, ikhtisar laba ditahan dan
laporan posisi keuangan sebagai gambaran kinerja perusahaan dan
digunakan juga dalam pengambilan keputusan.
Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas yang
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang
mungkin dikendalikan. Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan
18
perusahaan, informasi kinerja, dan perubahan posisi keuangan perusahaan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu
memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan
ekonomi yang bersifat financial.
Menurut Khasmir (2012:11) tujuaan pembuatan atau penyusunan
laporan keuangan yaitu:
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)
yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan
modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan
yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya
yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang
terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan..
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan
dalam suatu periode.
2.3.3 Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan
Pembuatan laporan keuangan ini ditujukan untuk pihak-pihak yang
berkepentingan, disamping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu
sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan/ lembaga keuangan bank akan memberikan manfaat kepada
berbagai pihak.
Menurut Khasmir (2012:282) pihak - pihak yang memiliki
kepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan atau bank adalah:
1. Pemegang Saham/Pemilik
Pemilik pada saat ini adalah mereka yang memiliki usaha tersebut.
Hal ini tercermin dari kepemilikan saham yang dimilikinya.
19
Kepentingan bagi para pemegang saham yang merupakan pemilik
perusahaan terhadap hasil laporan keuangan yang telah dibuat adalah
1) Untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini.
2) Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam
suatu periode. Kemajuan dilihat dari kemampuan manajemen
dalam menciptakan laba dan pengembangan aset perusahaan.
3) Untuk menilai kinerja manajemen atas target yang telah
ditetapkan. Artinya penilaian diberikan untuk manajemen
perusahaan ke depan, apakah perlu pergantian manajemen atau
tidak.
2. Manajemen
Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai
kinerja manajemen bank dalam mancapai target-target yang telah
ditetapkan dan juga untuk menilai kinerja manajamen dalam
mengelola sumber daya yang dimilikinya. Ukuran keberhasilan ini
dapat dilihat dari pertumbuhan laba yang diperoleh dan
pengembangan aset-aset yang dimilikinya. Pada akhirnya, laporan
keuangan ini juga merupakan penilaian pemilik untuk memberikan
kompensasi dan karir manajemen serta mempercayakan pihak
manajemen untuk memimpin bank pada periode berikutnya.
3. Pemerintah
Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank pemerintah
maupun bank swasta memiliki nilai penting atas laporan keuangan.
Bahkan pemerintah melalui Departemen Keuangan mewajibkan
kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan keuangan
perusahaan secara periodik. Arti penting laporan keuangan bagi
pemerintah adalah memulai kejujuran perusahaan dalam melaporkan
seluruh keuangan perusahaan yang sesungguhnya serta untuk
mengetahui kewajiban perusahaan terhadap negara dari hasil laporan
keuangan yang dilaporkan.
20
4. Investor
Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu
perusahaan. Jika suatu perusahaan memerlukan dana untuk
memperluas usaha atau kapasitas usahanya di samping memperoleh
pinjaman dari lembaga keuangan seperti bank dapat pula diperoleh
dari para investor melalui penjualan saham. Bagi Investor yang ingin
menanamkan dananya dalam suatu usaha sebelum memutuskan untuk
membeli saham, perlu mempertimbangkan banyak hal secara matang.
Dasar pertimbangan investor adalah dari laporan keuangan yang
disajikan perusahaan yang akan ditanamnya. Dalam hal ini investor
akan melihat prospek keuntungan usaha yang diperoleh baik berupa
dividen maupun capital gain sekarang dan yang akan datang.
5. Masyarakat Luas
Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu
jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh
dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada
di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan pemilik dana
dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan sehingga masih
tetap mempercayakan dananya disimpan di bank yang bersangkutan
atau tidak.
2.3.4 Jenis Jenis Laporan Keuangan
Sama seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis
laporan keuangan yang disajikan:
Menurut Khasmir (2012:28) Jenis-jenis laporan keuangan bank yang
dimaksud sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank
pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi
aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan
komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh
tempo.
21
2. Laporan Komitmen dan Kontijensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa
janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus
dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.
Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan
atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repushace Aggrement (Repo),
sedangkan laporan keuangan kontinjensi merupakan tagihan atau
kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau
tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.
Penyajian laporan komitmen dan kontijensi disajikan tersendiri tanpa pos
lama.
3. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang
menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam
laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan
serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek
yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung
maupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun
berdasarkan konsep kas selama periode laporan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Devisa
Neto, menurut jenis mata uang dan aktiva lainnya.
6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang- cabang
yang bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri,
sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang
bersangkutan dengan anak perusahaannya.
22
2.3.5 Syarat-Syarat Laporan Keuangan
Syarat-syarat laporan keuangan menurut Veithzal Rivai Dkk,
(2013:312) adalah sebagai berikut:
1. Relevan: data yang diolah, ada kaitannya dengan transaksi.
2. Jelas dan dapat dipahami: informasi yang disajikan, harus
ditampilkan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan
dimengerti oleh semua pembaca laporan keuangan.
3. Dapat diuji kebenarannya: data dan informasi yang disajikan
harus dapat ditelusuri kepada bukti asalnya.
4. Netral: Laporan keuangan yang disajikan dapat dipergunakan
oleh semua pihak.
5. Tepat Waktu: Laporan keuangan harus dimiliki periode
pelaporan, waktu penyajian harus dinyatakan dengan jelas dan
disajikan dalam batas waktu yang wajar.
6. Dapat diperbandingkan: Laporan keuangan yang disajikan harus
dapat diperbandingkan dengan periode-periode sebelumnya.
7. Lengkap: Data yang disajikan dalam informasi akuntasni, harus
lengkap sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan
bagi para pemakai laporan keuangan.
2.4 Good Corporate Governance
2.4.1 Definisi Good Corporate Governanca
Tata Kelola perusahaan (Corporate Governance) merujuk pada
sistem manajemen dan pengendalian manajemen, Menurut Ismanto
(2009:262) definisi GCG (Good Corporate Governnce) yaitu:
“Good Corporate Governance merupakan sistem yang mengatur
bagaimana perusahaan dikelola dan dikendalikan sistem
tersebut mengarahkan berbagai hubungan antara para
pemegang saham perusahaan, dewan direksi, serta para
manajemen senior”.
Menurut Forum for Corporate Governance in indonesia (FCGI),
dalam penelitian Restie ningsaptiti, Universitas Diponegoro yang berjudul
23
ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN MEKANISME
GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA
(2010:26) Good Corporate Governance yaitu:
“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengurus (pengelola), pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern
dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan”.
Sedangkan menurut peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara Nomor : Per – 01/MBU/2011 Tentang penerapan tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha
Milik Negara, bahwa Tata Kelola Perisahaan yang baik (Good Corporate
Governance), yang selanjutnya disebut dengan GCG adalah:
“Prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme
pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-
undangan dan etika berusaha”.
Berdasarkan definisi yang sudah dipaparkan di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa pada dasarnya Good Corporate Governance adalah
sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti
sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan
direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.
2.4.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip merupakan salah satu hal yang penting dalam
pengembangan corporate governance. Prinsip prinsip dasar ini berperan
sebagai pedoman bagi perusahaan dalam memilih dan menetapkan aktivitas
yang harus dijalankan dalam penerapan corporate governance.
Peraturan pemerintah menetapkan prinsip – prinsip yang diharapkan
perusahaan menerapkannya di setiap aspek bisnis dan di semua jajarn
perusahaan. Berikut ini lima asas yang tercantum dalam peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per – 01/MBU/2011 Tentang
24
penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
Pada Badan Usaha Milik Negara, bahwa Tata Kelola Perusahaan yang baik
(MBU,2011) :
1. Transparansi (transparency)
Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan. Perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
2. Akuntabilitas (accountability)
Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
Perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara
benar dan sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
3. Pertanggungjawaban (responsibility)
Yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat. Perusahaan harus mematuhi peraturan perundnag-undangan
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan
lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
jangka panjang.
4. Kemandirian (independency)
Yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing masing organ tidak saling
mendominasi.
25
5. Kewajaran (fairness)
Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak
Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang undangan. Perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan.
2.4.3 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance
Menurut Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa tujuan
dilaksanakannya prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada setiap
perusahaann yaitu:
1. Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya
saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional,
sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup
berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN.
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan
efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian Organ Persero/Organ Perum;
3. Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat
keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang
tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan,
serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN
terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian
lingkungan di sekitar BUMN.
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi
nasional.
26
2.4.4 Fungsi Pokok Good Corporate Governance
Fungsi Corporate Governance terdiri dari berbagai fungsi dengan
maksud dan tujuan corporate governace tercapai. Terdapat lima fungsi
pokok Corporate Governance berdasarkan Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI:2009), yaitu:
1. Oversight (Perhatian secara bertanggung jawab). Fungsi ini
dimaksudkan agar penerapan Corporate Governance selalu
memperoleh perhatian utama, dan jika terjadi kegagalan maka
harus ada pertanggungjawaban yang jelas
2. Enforcement (Penegakan). Fungsi ini dimaksudkan agar
penerapan Corporate Governance ditegakkan berdasarkan
prinsip-prinsip dasar.
3. Advisory (Pemberian saran). Fungsi ini dimaksudkan agar
penerapan Corporate Governance dilakukan berdasarkan
pertimbangan yang hati-hati, terutama melalui keerlibatan pihak
eksternal yang independen.
4. Assurance (Penjaminan). Fungsi ini dimaksudkan agar penerapan
Corporate Governance dievaluasi dan diuji berdasar kriteria-
kriteria yang ditetapkan.
5. Monitoring (Pemantauan). Fungsi ini dimaksdkan agar
penerapan Corporate Governance dipantau oleh pihak-pihak
terkait yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam
operasi perusahaan.
2.4.5 Strategi Mengembangkan dan Menerapkan Good Corporate
Governance
Penerapan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai
suatu perusahaan, dengan cara meningkatkan kinerja keuangan,
perusahaan dapat mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh
dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan
umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan
investor. Sedangkan Corporate Governance yang buruk dapat
27
menurunkan tingkat kepercayaan para investor, lemahnya praktik Good
Corporate merupakan salah satu faktor yang memperpanjang krisis
ekonomi di Negara kususnya Indonesia
Penerapan Good Corporate Governance tidak dapat dilakukan
secara parsial, dibutuhkan pendekatan holistic dan mendasar. Selain
kerja ekonomi, penerapan Good Corporate Governance dipengaruhi
oleh kerangka kerja legal. (Sedarmayanti 2012:60&62)
Upaya yang actual yaitu bagaimana secara konseptual
memberdayakan korporasi-korporasi, sehingga tata kelola perusahaan
menjadi sehat, dipercaya investor, mampu bersaing dan bermanfaat
bagi semua pihak terkait, yaitu Penerapan GCG. Penerapan GCG ini
tidak mungkin dapat dilaksanakan apabila korporasi-korporasi
dimaksud berada di lingkungan perusahaan yang tidak baik, Dengan
demikian secara rasional penerapan praktek Good Corporate
Governance di lingkungan perusahaan akan memberi suatu nilai
perusahaan dalam arti seluas luasnya, baik dalam meningkatkan kinerja
keuangan, maupun memperkecil risiko perusahaan yang akan timbul,
sehingga meningkatkan kepercayaan investor, stakeholder dan
masyarakat (Sedarmayanti 2012:65)
2.5 Laba (Earnings) Perusahaan
Chariri dan Ghozali (2009:25) dalam penelitian Resti Ningsaptiti
yang berjudul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan DAN Mekanisme
Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba” (2010;25) menyatakan
bahwa laba adalah
“laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran
pendapatan dan biaya. Menurut Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC) No. 1, informasi laba memiliki
manfaat dalam menilai kinerja manajemen, membantu
mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam
jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir risiko
dalam investasi”.
Laba mengandung makna bersih atau neto yaitu sebagai net income
atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba menunjukkan keuntungan
28
yang diperoleh perusahaan dan tercantum dalam laporan laba rugi. Laporan
laba rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan
biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk periode tertentu. Selisih antara
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya merupakan laba yang diperoleh
atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Secara umum, informasi keuangan
yang tercantum dalam laporan laba rugi bermanfaat untuk (1) menilai
keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dan efisiensi manajemen,
(2) membuat taksiran jumlah laba di masa yang akan datang, (3) menilai
rentabilitas atau profitabilitas modal yang ditanamkan oleh pemilik.
2.6 Kualitas Laba
Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal harga saham
yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Laba
yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja
manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini
digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka
laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Bagi
investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis
saham yang diterbitkan oleh emiten (Boediono:2008).
Menurut surifah dalam (Jurnal Ekonomi, Manajemen &
Akuntansi Vol. 8 No. 2 Mei - Agustus 2010 31-47 yang berjudul
“Kualitas laba dan Pengukurannya” ) mengungkapkan bahwa kualitas
laba (earnings quality) merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam
dunia akuntansi karena berdasar kualitas laba tersebut profesi akuntansi
dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya
mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan,
apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat di andalkan maka para
pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi.
(https://surifah.files.wordpress.com/2013/08/surifah-2010-kompetensi-
kualitas-laba-dan-pengukurannya), diakses pada tanggal 30 Maret 2015.
29
Perlu dipahami bahwa laporan laba memiliki dua peranan. Pertama,
sebagai atribut dasar (fundamental attributes), dan kedua sebagai atribut
pelaporan keuangan (financial reporting attributes).. Kualitas laba
menunjuk pada seberapa cepat dan tepat laba yang dilaporkan
mengungkapkan laba fundamental. Semakin tinggi kualitas laba, maka
semakin cepat dan tepat laba yan dilaporkan menyampaikan nilai sekarang
dari dividen yang diharapkan. Kualitas laba menjadi perhatian para
pengguna laporan keuangan, karena laba berperan penting dalam pembuatan
perjanjian dan keputusan investasi.
2.7 Nilai Perusahaan
Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value
(EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan
konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar
menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Nurlela dan Islahuddin
(2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual.
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh
suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun,
yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini.
Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan
keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan,
maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat.
Menurut Nirawati dikutip dari Cahyaningsih (2010) sebagai
berikut:
“Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar
oleh calon investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Nilai
perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka
panjang mengalami kenaikan. Semakin tinggi harga saham maka semakin
tinggi nilai perusahaan”.
30
Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan
dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah:
1. Pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau
price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba
2. Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas
3. Pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen
4. Pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva
5. Pendekatan harga saham
Dari beberapa definisi yang dijelaskan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap
perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Karena dengan
harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi.
Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, maka
perusahaan mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan
terbaik bagi perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga
kemakmuran pemilik atau pemegang saham dapat tercapai. Indikator-
indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah (Susanti,
2010:33):
a. PER (Price Earning Ratio)
PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan
antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang
diperoleh para pemegang saham. Faktor-faktor yang
mempengaruhi PER adalah:
1. Tingkat pertumbuhan laba
2. Dividend Payout Ratio
3. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal
b. PBV (Price Book Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
31
perusahaan yang terus tumbuh (Brigham (1999) dalam Susanti,
2010:35).
Ada beberapa alasan mengapa investor menggunakan rasio harga
terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi: pertama, nilai buku
sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang percaya terhadap estimasi
arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk
membandingkannya. Kedua, adanya praktik akuntansi yang relatif standar
diantara perusahaan-perusahaan menyebabkan PBV dapat dibandingkan
antar berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal apakah
nilai perusahaan under atau over valuation. Terakhir, pada kasus perusahaan
yang memiliki earnings negatif maka tidak memungkinkan untuk
mempergunakan PER, sehingga penggunaan PBV dapat menutupi
kelemahan PER yang ada pada PER dalam kasus ini (Murhadi, 2009:148).
Namun ada beberapa kekurangan sehubungan dengan penggunaan
rasio PBV yakni: pertama, nilai buku sangat dipengaruhi oleh kebijakan
akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Apabila penggunaan standar
akuntansi yang berbeda di antara perusahaan-perusahaan maka ini akan
mengakibatkan rasio PBV tidak dapat diperbandingkan. Kedua, nilai buku
mungkin tidak banyak artinya bagi perusahaan berbasis teknologi dan jasa
karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak memiliki asset nyata yang
signifikan. Ketiga, nilai buku dari ekuitas akan menjadi negatif bila
perusahaan selalu mengalami earnings yang negatif sehingga akan
mengakibatkan nilai rasio PBV juga negatif (Murhadi, 2009:148).
Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini akan
menggunakan price to book value pada periode yang telah ditentukan.
Menurut Prayitno dalam Wulandari (2009), Price to book value (PBV)
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek
perusahaan tersebut dan semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja
perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di
perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV
semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan,
32
maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli saham tersebut,
sehingga permintaan akan naik, kemudian mendorong harga saham naik
(Wulandari, 2009). Hal ini dihitung dengan membagi harga penutupan
saham saat ini dengan nilai buku kuartal terkini per saham. Juga dikenal
sebagai "rasio harga-ekuitas".
Dihitung sebagai berikut:
Dalam realitas banyak sekali variasi tentang PBV. Tim BEI (2010)
menyebutkan bahwa:
Harga pasar mencerminkan harga ekspektasi dari investor. Jika
ekspektasi investor terhadap satu jenis saham tinggi, maka permintaan
terhadap saham tersebut juga tinggi sehingga harga dipasar juga relatif
tinggi. Harga pasar juga bisa rendah dari nilai bukunya. Harga saham yang
berubah setiap saat di pasar ditentukan oleh fakor seperti: likuiditas saham
di pasar, jumlah floating share, dan lainnya. Sehingga harga saham di pasar
tidak mencerminkan nilai buku yang sebenarnya.
2.8 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan
Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena
berkaitan dengan pengendalian operasional perusahaan. Hal ini sesuai
dengan sistem pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria : (a) perusahaan
dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-manager); (b) perusahaan yang
dipimpin oleh manajer non pemilik (non-owner-manager). Dua kriteria ini
akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer
akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap
metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.
Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham
oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan suatu nilai
perusahaan (Boediono, 2009). Dengan meningkatkan kepemilikan saham
oleh manajer, diharapakan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan
para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja.
33
(Siallagaan & Mas’ud, 2010) menyatakan bahwa dengan kepemilikan
manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk
berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan
untuk kepentingannya sendiri. Sensitivitas manajemen terhadap pengaruh
para pemegang saham akan tergantung pada tingkat kontrol kepemilikan
manajerial. Sebagaimana dikemukakan oleh Sedarmayanti (2012: 67) :
Kepemilikan manajerial atau kepemilikan kemudian dipandang
sebagai mekanisme control yang tepat untuk mengurangi suatu konflik.
Dalam hal ini kepemilikan insider dapat menyamakan kepentingan
antara pemilik dan manajer sehingga semakin tinggi kepemilikan maka
akan semakin tinggi pula nilai suatu perusahaan insider atau Semakin
besar proporsi kepemilikan saham manajemen pada perusahaan, maka
manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan
pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri.
2.9 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan
Melalui kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber
daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang
dihasilkan serta memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif. Persentase saham
tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan
laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi
sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005)
Shleiver dan Vishny (2011:120) berpendapat bahwa tingkat
kepemilikan institusional dalam proporsi yang cukup besar akan
mempengaruhi nilai Perusahaan. Dasar Argumentasi ini adalah semakin
besar tingkat kepemilikan saham yang oleh institusi maka semakin efektif
pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Argumentasi tersebut
didukung oleh (wahyudi & Pawestri, 2008) bahwa nilai perusahaan akan
meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif.
34
2.10 Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan
Board independent atau dewan komisaris independen adalah jumlah
dewan komisaris independen dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris
independen yang semakin banyak menandakan bahwa dewan komisaris
independen melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam
perusahaan yang semakin baik. Dewan komisaris memegang peranan
penting dalam perusahaan terutama dalam pelaksanaan GCG. Dewan
komisaris merupakan inti dari good corporate governance yang ditugaskan
untuk menjamin strategi perusahaan, mengawasi manajer dalam mengelola
perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Kusumawati
dan Riyanto (2005), berpendapat dengan adanya asumsi bahwa cross
directorships dewan akan menguntungkan bagi perusahaan untuk dapat
meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Hubungan antara jumlah
anggota dewan dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi
service dan control yang dapat diberikan oleh dewan. Fungsi service
menyatakan bahwa dewan (komisaris) dapat memberikan konsultasi dan
nasehat kepada manajemen dan direksi. Fungsi kontrol yang dilakukan
oleh dewan (komisaris) diambil dari teori agensi. Dari perspektif teori
agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk
mengontrol perilaku opportunistic manajemen sehingga dapat membantu
menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer. Ujiyanto &
Pramuka 2012: 243, mengemukakan bahwa :
“Perusahaan yang memiliki proporsi komisaris independen yang
tinggi dapat mengontrol manajemen secara lebih baik sehingga
dapat meningkatkan kinerja mnajamen. Peningkatan kinerja
manajemen perusahaan akan direspon positif oleh investor
malalui kenaikan harga saham. Kenaikan harga saham akan
berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan.
Maka dapat disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen yang
tinggi dalam dewan akan meningkatkan nilai suatu perusahaan. sehingga
proporsi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan”
35
2.11 Pengaruh (Earnings) Laba Terhadap Nilai Perusahaan
Laba merupakan indikator dari kualitas informasi keuangan.
Kualitas informasi keuangan yang tinggi berasal dari tingginya kualitas
pelaporan keuangan surifah (2010), mendefinisikan kualitas laba sebagai
kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan
membantu memprediksi laba yang akan datang, dengan mempertimbangkan
stabilitas dan persistensi laba. Laba yang akan datang merupakan indikator
kemampuan membayar deviden masa mendatang. Besarnya laba yang
dimasukan dalam cadangan selain tergantung kepada besarnya laba yang
diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung kepada “dividend policy”
yang dijalankan oleh perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengukur besar
tidak nya hasil keuntungan dari sebuah perusahaan dapat digunakan dengan
rasio ROI (Return on Investment) atau ROA (Return On Asset) dimana rasio
ini menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan
perusahaan. serta suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam
mengelola investasinya. Semakin besar/tinggi nilai laba yang dihasilkan
perusahaan maka akan semakin naik terhadap produktivitas dari seluruh
kinerja/nilai perusahaan. Dengan demikian maka akan mempengaruhi
terhadap nilai suatu perusahaan. sebagaimana diungkapkan oleh Kasmir
(2011:202)
“Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik demikian
sebaliknya bahwa semakin besar (tinggi) rasio yang dihasilkan maka
semakin baik terhadap kinerja suatu perusahaan”.
2.12 Penelitian Terdahulu
Dibawah ini terdapat hasil penelitian terdahulu yang penenliti
dapatkan yaitu sebagai berikut :
1. Agrraeni Niken Susanti, Rahmawati, dan Anni Aryani (2010),
dengan judul penelitian “Analisis pengaruh mekanisme corporate
terhadap nilai perusahaan dengan kualitas laba sebagai variabel
intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
indonesia”. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kepemilikan
manajerial (KM) berpengaruh terhadap kualitas laba. Dilihat dari
36
koefisiennya yang positif, dapat diinterpretasikan sebagai indikasi
bahwa relevansi dan reliabilitas laba merupakan fungsi positif dari
kepemilikan manajerial.
2. Agrraeni Niken Susanti, Rahmawati, dan Anni Aryani (2010)
Hasil penelitian menyatakan bahwa kualitas laba yang diproksikan
dengan ERC (Earnings Response Coefficient) berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini didukung dengan hasil
penelitian Siallagan dan Machfoedz (2009), yang menyatakan bahwa
kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Dengan demikian, semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan,
maka akan melahirkan sentimen positif yang sangat kuat pada para
investor, sehingga nilai perusahaan juga akan meningkat relatif besar.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Soliha dan Taswan
(2007), Sujoko dan Soebiantoro (2007), dan Teyfoer (2008), yang
juga menemukan bukti bahwa kualitas laba mempunyai pengaruh
positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Vinolla Herawaty (2008), dengan judul “Peran Praktek Corporate
Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings
Management Terhadap Nilai Perusahaan” Hasil Penelitian variabel
praktek corporate governance berpengaruh secara signifikan dengan
arah yang berbeda, dimana Kepemilikan Institusional berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini membuktikan praktek
corporate governance sebagai moderating variabel atas hubungan
earning management terhadap nilai perusahaan. Koefisien earning
management yang positif diperlemah.
4. Mochammad Ridwan dan Ardi Gunardi (2013), dengan
penelitiannya yang berjudul Peran Mekanisme Corporate Governance
sebagai Pemoderasi Praktik Earning Management terhadap Nilai
Perusahaan (2013). Hasil penelitian variabel moderator Komisaris
inependen yang merupakan variabel interaksi ternyata tidak signikan
37
terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
komisaris independen bukan merupakan variabel moderating. Hal ini
tidak mendukung penelitian Herawaty (2008) bahwa perusahaan
memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila memiliki
dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar
kemungkinannya memiliki Chief Executif Oficer (CEO) yang
merangkap menjadi chairman of board. Hal ini berarti tindakan
memanipulasi akan berkurang jika struktur dewan direksi berasal dari
luar perusahaan. Jika fungsi independensi dewan direksi cenderung
lemah, maka ada kecenderungan terjadinya moral hazard yang
dilakukan oleh para direktur perusahaan untuk kepentingannya melalui
pemilikan perkiraan-perkiraan akrual yang berdampak pada
manajemen laba. Dapat dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris
yang terdiri dari anggota yang berasal dari luar perusahaan mempunyai
kecenderungan mempengaruhi manajemen laba. Fama dan Jensen
(2008) menyatakan bahwa non-executive director (komisaris
independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan
yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan
manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris
independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi
monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.
Variabel ini ditunjukan dengan persentase jumlah komisaris
independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan
dewan komisaris perusahaan sample.
5. Werner R. Murhadi (2009), melakukan pengujian dengan praktek
Good Corporate Governance And Earning Management kasus di
Indonesia. Secara garis besar dengan. Variabel dependen dewan
komisaris independen dan mengendalikan keberadaan pemegang
saham variabel independen seperti komisaris independen dan komite
audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dua variabel
berpengaruh signifikan terhadap praktek earning manajement yaitu
38
dewan komisaris independen dan pengendalian keberadaan pemegang
saham .Variabel independen lainnya seperti komisaris independen dan
komite audit dan juga koalisi pemegang saham luar pemegang saham
pengendali tidak memiliki engaruh untuk mendapatkan praktek
manajemen di perusahaan.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Angraheni Niken
susanti, SE, Prof.
Dr. Hj Rahmawati
,M.si, Ak, dan
Dra. Y Anni
Aryani, M. Pof.
Acc. Ak, Ph. D
(2010)
Analisis
Pengaruh
Mekanisme
Corporate
Governance
dengan
kualitas laba
sebagai
variabel
intervening
terhadap nilai
perusahaan
(2010)
Dependen : Nilai
Perusahaan
Independen
:Mekanisme GCG yg
terdiri dari
:Kepemilikan
manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Komposisi komisaris
independe,
Keberadaan komite
audit
Var Intervening :
Kualitas laba
Mekanisme
GCG yang
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
adalah :
Kepemilikan
manajerial dan
Kepemilikan
Konstitusional
Serta variabel
Intervening :
Kualitas laba
2. Mochammad
Ridwan (2013)
Peran
Mekanisme
Good
Corporate
Governanve
sebagai
Pemoderasi
Dependen : Nilai
Perusahaan
Independen :
Mekanisme Good
Corporate
Governance
terdiri dari
Mekanisme
GCG yang
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
adalah
Kepemilikan
39
Praktik
Earning
Management
terhadap Nilai
Perusahaan
(2013)
:Kepemilikan
manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Komposisi komisaris
independen,
Keberadaan komite
audit
dan Eraning Cuality
Management
Institusional,
kepemilikan
manajerial. Serta
Earning Cuality
Management
3. Vinola Herawaty
(2008)
Peran Praktek
Corporate
Governance
Sebagai
Moderating
Variable dari
Pengaruh
Earnings
Management
Terhadap Nilai
Perusahaan
(2008)
Dependen : Nilai
Perusahaan
Independen : Peran
Praktek Good
Corporate
Governance
Komisaris
independen, kualitas
audit
dan kepemilikan
institusional
merupakan variabel
pemoderasi antara
earnings management
dan nilai
perusahaan sedangkan
kepemilikan
manajerial bukan
merupakan variabel
pemoderasi.
Praktek Good
Corporate
Governance
yang
berpengaruh
secara signifikan
terhadap nilai
perusahaan
adalah hanya
variabel
komisaris
independen
dan kepemilikan
institusional.
4. Werner R.
Murhadi
Good
Corporate
Dependednt
Valriables CEO
The result shows
that only two
40
Faculty of
Economics,
Universitas
Surabaya,
Indonesia
(2009)
Governance
And Earning
Management
Practice: An
Indonesia
Cases (2009/
Duality and
controlling
shareholder existence
independent variables
such as independent
commissioner and
audit committee
variables have
significant effect
to Earning
Management
practice which
is CEO Duality
and controlling
shareholder
existence. Other
independent
variables such
as independent
commissioner
and audit
committee and
also shareholder
coalition outside
the controlling
shareholder
don’t have any
effect to earning
management
practice in the
company
5. Hadi Sirat
Khairun
University,
Journal of
Economics,
Business, and
Accountancy
Ventura (2012)
Corporate
Governanve
Practices,
Share
Ownership
Structure, and
Size On
earning
The corporate
governance practices
were measured using
three variables
(quality audit, the
proportion
of independent board,
and the existence of
The practice of
corporate
governance and
institutional
ownership
variable did not
have significant
effect on the
41
Management
(2012)
audit committee) amount of profit
made
by company
management. It
was found that
company size
and family
ownership
have a
significant
influence on the
amount of
earnings
management
Sumber :diolah penulis
2.13 Kerangka Pemikiran
Hadirnya good corporate governance dalam pemulihan krisis di
Indonesia menjadi mutlak diperlukan, mengingat good corporate
governance mensyaratkan suatu pengelolaan yang baik dalam sebuah
organisasi (Hastuti,2008). Menurut teori keagenan untuk mengatasi masalah
ketidakselarasan kepentingan salah satunya adalah melalui pengelolaan
perusahaan yang baik (good corporate governance). Corporate Governance
merupakan suatu mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa
supplier keuangan, misalnya shareholders dan bondholders, dari perusahaan
memperoleh pengembalian dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau
dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan
control terhadap manajer. Tujuan utama perusahaan, adalah meningkatkan
nilai perusahaan. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat
opportunistic manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba.
Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan
keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai
42
perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2008). Informasi
laba sangatlah penting perannya sebagai sinyal kinerja suatu perusahaan
guna pembuatan berbagai keputusan penting oleh pengguna informasi. Laba
yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja
manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini
digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka
laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya
(Boediono, 2009). For Corporate Governance in indonesia (FCGI)
merumuskan tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan
nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).
Corporate governance yang mengandung empat unsur penting yaitu
keadilan, transparansi, pertanggungjawaban dan akuntabilitas, diharapkan
dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan. Dengan
adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan
dinilai dengan baik oleh investor. Ada empat mekanisme corporate
governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai
corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan,
yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial (Rachmawati, 2009).
43
BAGAN
KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 2.1
Penerapan GCG (Good Corporate Governance) Dan Kualitas Laba
(Earnings Quality)) Terhadap Nilai Perusahaan” (Studi pada
perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013)
X1 Kepemilikan
Manajerial
X2 Kepemilikan
Institusional
X3 Proporsi
Dewan
Komisaris
GCG
Agency Theory
Cara Menganalisis
Agency Conflict
X4 (Earnings)
Laba
Konflik Pemilik
dengan Pengelola
Nilai Perusahaan
44
2.14 Perumusan Hipotesis
Atas dasar kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penerapan Good Corporate Governance, dalam hal ini
H1: Kepemilikan manajerial, berpengaruh secara signifikan baik
secara bersama-sama maupun individual terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang
konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Kepemilikan Institusional, berpengaruh secara signifikan baik
secara bersama-sama maupun individual terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang
konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Proporsi dewan komisaris independen, berpengaruh secara
signifikan baik secara bersama-sama maupun individual
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.
H4 : Laba berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumen yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 di Bursa
Efek Indonesia.