11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

34
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 MANAJAMEN KEUANGAN 2.1.1 Pengertian Manajemen Istilah Manajemen bukanlah hal yang asing lagi bagi kita. Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Untuk itu, agar lebih jelasnya akan dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian manajemen. Di bawah ini akan diuraikan pendapat-pendapat para ahli mengenai definisi manajemen , yaitu sebagai berikut : Menurut Hasibuan (2008:1) dalam bukunya Manajemen Keuangan menyatakan bahwa : Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” Hasibuan (2008:3) hal 3 menyatakan bahwa: Management is general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resouces of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or serviceSehingga dari teori teori diatas dapat kita simpulkan bahwa : 1. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai 2. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni 3. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, kooperatif, dan terintegritas dalam memanfaatkan unsur-unsurnya (6M).

Transcript of 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

Page 1: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 MANAJAMEN KEUANGAN

2.1.1 Pengertian Manajemen

Istilah Manajemen bukanlah hal yang asing lagi bagi kita. Manajemen

merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang

baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan

masyarakat. Dengan manajemen daya guna dan hasil guna unsur-unsur

manajemen akan dapat ditingkatkan. Untuk itu, agar lebih jelasnya akan

dikemukakan pendapat para ahli tentang pengertian manajemen. Di bawah

ini akan diuraikan pendapat-pendapat para ahli mengenai definisi

manajemen , yaitu sebagai berikut :

Menurut Hasibuan (2008:1) dalam bukunya Manajemen Keuangan

menyatakan bahwa :

“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber

lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.”

Hasibuan (2008:3) hal 3 menyatakan bahwa:

“ Management is general refers to planning, organizing,

controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and

decision making activities performed by any organization in order

to coordinate the varied resouces of the enterprise so as to bring an

efficient creation of some product or service”

Sehingga dari teori teori diatas dapat kita simpulkan bahwa :

1. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai

2. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni

3. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi,

kooperatif, dan terintegritas dalam memanfaatkan unsur-unsurnya

(6M).

Page 2: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

12

4. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih

melakukan kerja sama dalam organisasi.

5. Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan

tanggung jawab.

6. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi.

7. Manajamen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen

adalah suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara

efisien melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya

lainnya.

2.1.2 Pengertian Manajemen Keuangan

Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan suatu

usaha dalam perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah kondisi

manajemen keuangan. Oleh karena itu perusahaan harus memberi perhatian

khusus terhadap kemajuan keuangannya demi tercapainya tujuan

perusahaan.

Manajemen keuangan merupakan hal yang yang berkaitan dengan

kebijakan kebijakan yang akan diambil dalam usaha pengendalian keuangan

perusahaan agar biaya biaya yang dikeluarkan atas investasi dapat efektif.

Berikut pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian

dari manajemen keuangan.

Manajemen keuangan menurut Agus Sartono (2008:6) menjelaskan

bahwa manajemen keuangan ialah:

“Manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian

dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun

usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau

pembelanjaan secara efisien”.

Manajemen keuangan menurut Bambang Riyanto (2009: l4) me

ngemukakan bahwa:

“Manajemen keuangan sebagai keseluruhan aktivitas perusahaan

yang bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang

diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat-syarat yang

Page 3: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

13

paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana

tersebut seefisien mungkin”.

Teori tersebut menyatakan bahwa manajemen keuangan merupakan

suatu kegiatan yang penting dilakukan bagi suatu perusahaan agar dapat

diketahui bagaimana keadaan keuangan perusahaan, baik itu mengenai

keputusan investasi perusahaan, pendanaan perusahaan, maupun aktiva

perusahaan.

2.1.3 Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi manajemen keuangan secara garis besar digambarkan dengan

memperhatikan peran dalam organisasi, hubungannya dengan ekonomi dan

akuntansi, aktivitas utama dari manajer keuangan dan peran manajer

keuangan dalam manajemen kualitas total.

Meanajamen keuangan merupakan bagian penting dari manajemen

perusahaan, seperti yang dikemukakan oleh Suad Husnan dan Enny

Pujiastuti (2009:10) bahwa Manajemen keuangan mempunyai fungsi

sebagai berikut: “Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan,

kegiatan analisis dan pengendalian perkembangan keuangan”.

Manajer keuangan selayaknya dapat melakukan fungsi manajemen

keuangan dengan baik, karena fungsi ini mempunyai kontribusi yang sangat

besar bagi perkembangan perusahaan. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan

inge Berlian (2008:65) Aktivitas utama manajer keuangan adalah :

1. Membuat perencanaan dan analisa keuangan.

2. Membuat keputusan investasi = pengelolaan asset.

3. Membuat keputusan pembiayaan investasi = pengelolaan hutang dan

modal.

2.1.4 Tujuan Manajemen Keuangan

Tujuan Manajemen keuangan secara normatif tujuan keputusan

keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan

merupakan harga yang biasa dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan

tersebut dijual. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal,

harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai

perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan (atau harga saham) tidak

Page 4: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

14

identik dengan memaksimumkan data per lembar saham (earning per share,

EPS). Hal ini disebabkan karena (1) memaksimumkan EPS mengabaikan

nilai waktu uang, dan (2) tidak memperhatikan faktor resiko.

Dengan demikian menaikkan nilai perusahaan tidak identik dengan

memaksimumkan laba, apabila laba diartikan sebagai laba akutansi.

Sebaliknya, memaksimumkan nilai perusahaan akan identik dengan

memksimumkan laba dalam pengertian ekonomi (economic profit). hal ini

disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang

bisa dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan tersebut menjadi

lebih miskin. Sayangnya konsep keuntungan ekonomi ini akan sulit

diterapkan, sehingga kalau kita mendengar istilah laba dalam lingkup

perusahaan, bisa dipastikan pengertiannya adalah pengertian akutansi.

(http://turunanilmu.blogspot.com/2010/12/,diakses pada tanggal 30

Maret 2015)

2.2 KINERJA KEUANGAN

2.2.1 Kinerja Keuangan Perusahaan

Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi

keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai

bagi setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari

kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber

dayanya. Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan

perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas

perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut

IAI (2008) Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam

mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya. Menurut

Fahmi (2012:239) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan

untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.

Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi

standar ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan atau GAAP

(General Accepted Accounting Principle), dan lainnya.

Page 5: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

15

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh

perusahaan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan

laba, sehingga dapat melihat prospek pertumbuhan, dan potensi

perkembangan perusahaan.

Bagi investor, informasi mengenai kinerja perusahaan dapat

digunakan untuk melihat apakah mereka akan mempertahankan investasi

mereka di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lain. Apabila kinerja

perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Dengan nilai usaha yang

tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk

menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham atau

dapat dikatakan bahwa harga saham merupakan fungsi dari nilai

perusahaan.

2.2.2 Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan,

pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas,

fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur serta

stakeholder lainnya. Penilaian kinerja perusahaan oleh stakeholder

digunakan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan kepentingan mereka terhadap perusahaan.

Kepentingan terhadap perusahaan tersebut berkaitan erat dengan harapan

kesejahteraan yang mereka peroleh.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting

bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut digunakan sebagai dasar untuk

menyusun sistem imbalan dalam perusahaan, yang dapat mempengaruhi

perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk

memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting

mengenai asset yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk

membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan.

Page 6: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

16

2.2.3 Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan

Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-beda karena itu

tergantung kepada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Adapun tahap-

tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum,

yaitu:

1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan, tujuannya

agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan

penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia

akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan

tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

2. Melakukan perhitungan, menyesuaikan dengan kondisi dan

permasalahan yang sedang di lakukan sehingga hasil dari

perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai

dengan analisis yang diinginkan.

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitung yang telah

diperoleh, dalam melakukan perbandingan ada dua metode yaitu

time series analysis dan cross sectional approach yang nantinya

akan dibuat suatu kesimpulan yang menyatakan posisi

perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik,

sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.

4. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan, melihat apa-apa saja

permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan

tersebut.

5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution)

terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.

2.3 LAPORAN KEUANGAN

2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimilki oleh

perusahaan/badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi

Page 7: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

17

yang diperoleh pada balancesheet (neraca), income statement (laporan laba

rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas). Laporan keuangan sangat

diperlukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari

waktu ke waktu dan mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai

tujuannya. Bahwa laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara

data keuangan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut, sehingga

laporaan keuangan memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu

posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.

Menurut Kasmir (2008:7) dalam bukunya Analisis Laporan

Keuangan memaparkan bahwa

“Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukan

kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode

tertentu. Laporan keuangan merupakan aspek penting bagi

setiap perusahaan. Laporan keuangan menjadi dasar dalam

pengambilan keputusan bagi investor, laporan keuangan yang

disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak

terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemegang

saham dan laporan arus kas”.

Definisi lain menurut Sutrisno (2012:9) adalah sebagai berikut:

“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses

akuntansi yang meliputi dua laporan utana yakni neraca dan

laporan laba rugi, yang disusun dengan maksud untuk

menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan di

dalam mengambil keputusan”.

Dari penjelasan di atas secara sederhana laporan keuangan adalah

alat untuk mengukur, menginformasikan kondisi keuangan pada suatu

periode dalam bentuk neraca, laporan laba-rugi, ikhtisar laba ditahan dan

laporan posisi keuangan sebagai gambaran kinerja perusahaan dan

digunakan juga dalam pengambilan keputusan.

Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk

menyediakan informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas yang

diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang

mungkin dikendalikan. Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan

Page 8: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

18

perusahaan, informasi kinerja, dan perubahan posisi keuangan perusahaan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan dalam

pengambilan keputusan.

2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu

memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan

ekonomi yang bersifat financial.

Menurut Khasmir (2012:11) tujuaan pembuatan atau penyusunan

laporan keuangan yaitu:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan

yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya

yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang

terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan..

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan

dalam suatu periode.

2.3.3 Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan

Pembuatan laporan keuangan ini ditujukan untuk pihak-pihak yang

berkepentingan, disamping pihak manajemen dan pemilik perusahaan itu

sendiri. Begitu juga dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu

perusahaan/ lembaga keuangan bank akan memberikan manfaat kepada

berbagai pihak.

Menurut Khasmir (2012:282) pihak - pihak yang memiliki

kepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan atau bank adalah:

1. Pemegang Saham/Pemilik

Pemilik pada saat ini adalah mereka yang memiliki usaha tersebut.

Hal ini tercermin dari kepemilikan saham yang dimilikinya.

Page 9: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

19

Kepentingan bagi para pemegang saham yang merupakan pemilik

perusahaan terhadap hasil laporan keuangan yang telah dibuat adalah

1) Untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini.

2) Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam

suatu periode. Kemajuan dilihat dari kemampuan manajemen

dalam menciptakan laba dan pengembangan aset perusahaan.

3) Untuk menilai kinerja manajemen atas target yang telah

ditetapkan. Artinya penilaian diberikan untuk manajemen

perusahaan ke depan, apakah perlu pergantian manajemen atau

tidak.

2. Manajemen

Laporan keuangan bagi pihak manajemen adalah untuk menilai

kinerja manajemen bank dalam mancapai target-target yang telah

ditetapkan dan juga untuk menilai kinerja manajamen dalam

mengelola sumber daya yang dimilikinya. Ukuran keberhasilan ini

dapat dilihat dari pertumbuhan laba yang diperoleh dan

pengembangan aset-aset yang dimilikinya. Pada akhirnya, laporan

keuangan ini juga merupakan penilaian pemilik untuk memberikan

kompensasi dan karir manajemen serta mempercayakan pihak

manajemen untuk memimpin bank pada periode berikutnya.

3. Pemerintah

Bagi pemerintah, laporan keuangan baik bagi bank pemerintah

maupun bank swasta memiliki nilai penting atas laporan keuangan.

Bahkan pemerintah melalui Departemen Keuangan mewajibkan

kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan keuangan

perusahaan secara periodik. Arti penting laporan keuangan bagi

pemerintah adalah memulai kejujuran perusahaan dalam melaporkan

seluruh keuangan perusahaan yang sesungguhnya serta untuk

mengetahui kewajiban perusahaan terhadap negara dari hasil laporan

keuangan yang dilaporkan.

Page 10: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

20

4. Investor

Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu

perusahaan. Jika suatu perusahaan memerlukan dana untuk

memperluas usaha atau kapasitas usahanya di samping memperoleh

pinjaman dari lembaga keuangan seperti bank dapat pula diperoleh

dari para investor melalui penjualan saham. Bagi Investor yang ingin

menanamkan dananya dalam suatu usaha sebelum memutuskan untuk

membeli saham, perlu mempertimbangkan banyak hal secara matang.

Dasar pertimbangan investor adalah dari laporan keuangan yang

disajikan perusahaan yang akan ditanamnya. Dalam hal ini investor

akan melihat prospek keuntungan usaha yang diperoleh baik berupa

dividen maupun capital gain sekarang dan yang akan datang.

5. Masyarakat Luas

Bagi masyarakat luas laporan keuangan bank merupakan suatu

jaminan terhadap uang yang disimpan di bank. Jaminan ini diperoleh

dari laporan keuangan yang ada dengan melihat angka-angka yang ada

di laporan keuangan. Dengan adanya laporan keuangan pemilik dana

dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan sehingga masih

tetap mempercayakan dananya disimpan di bank yang bersangkutan

atau tidak.

2.3.4 Jenis Jenis Laporan Keuangan

Sama seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis

laporan keuangan yang disajikan:

Menurut Khasmir (2012:28) Jenis-jenis laporan keuangan bank yang

dimaksud sebagai berikut:

1. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan bank

pada tanggal tertentu. Posisi keuangan yang dimaksudkan adalah posisi

aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan

komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh

tempo.

Page 11: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

21

2. Laporan Komitmen dan Kontijensi

Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa

janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus

dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.

Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan

atau pembelian aktiva bank dengan syarat Repushace Aggrement (Repo),

sedangkan laporan keuangan kontinjensi merupakan tagihan atau

kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau

tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.

Penyajian laporan komitmen dan kontijensi disajikan tersendiri tanpa pos

lama.

3. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang

menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam

laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan

serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan semua aspek

yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung

maupun tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun

berdasarkan konsep kas selama periode laporan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Devisa

Neto, menurut jenis mata uang dan aktiva lainnya.

6. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi

Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang- cabang

yang bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri,

sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang

bersangkutan dengan anak perusahaannya.

Page 12: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

22

2.3.5 Syarat-Syarat Laporan Keuangan

Syarat-syarat laporan keuangan menurut Veithzal Rivai Dkk,

(2013:312) adalah sebagai berikut:

1. Relevan: data yang diolah, ada kaitannya dengan transaksi.

2. Jelas dan dapat dipahami: informasi yang disajikan, harus

ditampilkan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan

dimengerti oleh semua pembaca laporan keuangan.

3. Dapat diuji kebenarannya: data dan informasi yang disajikan

harus dapat ditelusuri kepada bukti asalnya.

4. Netral: Laporan keuangan yang disajikan dapat dipergunakan

oleh semua pihak.

5. Tepat Waktu: Laporan keuangan harus dimiliki periode

pelaporan, waktu penyajian harus dinyatakan dengan jelas dan

disajikan dalam batas waktu yang wajar.

6. Dapat diperbandingkan: Laporan keuangan yang disajikan harus

dapat diperbandingkan dengan periode-periode sebelumnya.

7. Lengkap: Data yang disajikan dalam informasi akuntasni, harus

lengkap sehingga tidak memberikan informasi yang menyesatkan

bagi para pemakai laporan keuangan.

2.4 Good Corporate Governance

2.4.1 Definisi Good Corporate Governanca

Tata Kelola perusahaan (Corporate Governance) merujuk pada

sistem manajemen dan pengendalian manajemen, Menurut Ismanto

(2009:262) definisi GCG (Good Corporate Governnce) yaitu:

“Good Corporate Governance merupakan sistem yang mengatur

bagaimana perusahaan dikelola dan dikendalikan sistem

tersebut mengarahkan berbagai hubungan antara para

pemegang saham perusahaan, dewan direksi, serta para

manajemen senior”.

Menurut Forum for Corporate Governance in indonesia (FCGI),

dalam penelitian Restie ningsaptiti, Universitas Diponegoro yang berjudul

Page 13: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

23

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN MEKANISME

GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA

(2010:26) Good Corporate Governance yaitu:

“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

pemegang saham, pengurus (pengelola), pihak kreditur,

pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern

dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan”.

Sedangkan menurut peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor : Per – 01/MBU/2011 Tentang penerapan tata kelola

perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha

Milik Negara, bahwa Tata Kelola Perisahaan yang baik (Good Corporate

Governance), yang selanjutnya disebut dengan GCG adalah:

“Prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme

pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-

undangan dan etika berusaha”.

Berdasarkan definisi yang sudah dipaparkan di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa pada dasarnya Good Corporate Governance adalah

sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti

sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan

direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.

2.4.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Prinsip-prinsip merupakan salah satu hal yang penting dalam

pengembangan corporate governance. Prinsip prinsip dasar ini berperan

sebagai pedoman bagi perusahaan dalam memilih dan menetapkan aktivitas

yang harus dijalankan dalam penerapan corporate governance.

Peraturan pemerintah menetapkan prinsip – prinsip yang diharapkan

perusahaan menerapkannya di setiap aspek bisnis dan di semua jajarn

perusahaan. Berikut ini lima asas yang tercantum dalam peraturan Menteri

Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : Per – 01/MBU/2011 Tentang

Page 14: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

24

penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

Pada Badan Usaha Milik Negara, bahwa Tata Kelola Perusahaan yang baik

(MBU,2011) :

1. Transparansi (transparency)

Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi

material dan relevan mengenai perusahaan. Perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang

mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas (accountability)

Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban

Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

Perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara

benar dan sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

3. Pertanggungjawaban (responsibility)

Yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap

peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat. Perusahaan harus mematuhi peraturan perundnag-undangan

serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam

jangka panjang.

4. Kemandirian (independency)

Yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional

tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Perusahaan harus dikelola

secara independen sehingga masing masing organ tidak saling

mendominasi.

Page 15: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

25

5. Kewajaran (fairness)

Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak

Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan

perjanjian dan peraturan perundang undangan. Perusahaan harus

senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan

kesetaraan.

2.4.3 Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance

Menurut Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa tujuan

dilaksanakannya prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada setiap

perusahaann yaitu:

1. Mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya

saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional,

sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup

berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN.

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan

efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan

kemandirian Organ Persero/Organ Perum;

3. Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat

keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang

tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan,

serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN

terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian

lingkungan di sekitar BUMN.

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.

5. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi

nasional.

Page 16: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

26

2.4.4 Fungsi Pokok Good Corporate Governance

Fungsi Corporate Governance terdiri dari berbagai fungsi dengan

maksud dan tujuan corporate governace tercapai. Terdapat lima fungsi

pokok Corporate Governance berdasarkan Forum for Corporate

Governance in Indonesia (FCGI:2009), yaitu:

1. Oversight (Perhatian secara bertanggung jawab). Fungsi ini

dimaksudkan agar penerapan Corporate Governance selalu

memperoleh perhatian utama, dan jika terjadi kegagalan maka

harus ada pertanggungjawaban yang jelas

2. Enforcement (Penegakan). Fungsi ini dimaksudkan agar

penerapan Corporate Governance ditegakkan berdasarkan

prinsip-prinsip dasar.

3. Advisory (Pemberian saran). Fungsi ini dimaksudkan agar

penerapan Corporate Governance dilakukan berdasarkan

pertimbangan yang hati-hati, terutama melalui keerlibatan pihak

eksternal yang independen.

4. Assurance (Penjaminan). Fungsi ini dimaksudkan agar penerapan

Corporate Governance dievaluasi dan diuji berdasar kriteria-

kriteria yang ditetapkan.

5. Monitoring (Pemantauan). Fungsi ini dimaksdkan agar

penerapan Corporate Governance dipantau oleh pihak-pihak

terkait yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam

operasi perusahaan.

2.4.5 Strategi Mengembangkan dan Menerapkan Good Corporate

Governance

Penerapan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai

suatu perusahaan, dengan cara meningkatkan kinerja keuangan,

perusahaan dapat mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh

dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan

umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan

investor. Sedangkan Corporate Governance yang buruk dapat

Page 17: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

27

menurunkan tingkat kepercayaan para investor, lemahnya praktik Good

Corporate merupakan salah satu faktor yang memperpanjang krisis

ekonomi di Negara kususnya Indonesia

Penerapan Good Corporate Governance tidak dapat dilakukan

secara parsial, dibutuhkan pendekatan holistic dan mendasar. Selain

kerja ekonomi, penerapan Good Corporate Governance dipengaruhi

oleh kerangka kerja legal. (Sedarmayanti 2012:60&62)

Upaya yang actual yaitu bagaimana secara konseptual

memberdayakan korporasi-korporasi, sehingga tata kelola perusahaan

menjadi sehat, dipercaya investor, mampu bersaing dan bermanfaat

bagi semua pihak terkait, yaitu Penerapan GCG. Penerapan GCG ini

tidak mungkin dapat dilaksanakan apabila korporasi-korporasi

dimaksud berada di lingkungan perusahaan yang tidak baik, Dengan

demikian secara rasional penerapan praktek Good Corporate

Governance di lingkungan perusahaan akan memberi suatu nilai

perusahaan dalam arti seluas luasnya, baik dalam meningkatkan kinerja

keuangan, maupun memperkecil risiko perusahaan yang akan timbul,

sehingga meningkatkan kepercayaan investor, stakeholder dan

masyarakat (Sedarmayanti 2012:65)

2.5 Laba (Earnings) Perusahaan

Chariri dan Ghozali (2009:25) dalam penelitian Resti Ningsaptiti

yang berjudul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan DAN Mekanisme

Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba” (2010;25) menyatakan

bahwa laba adalah

“laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran

pendapatan dan biaya. Menurut Statement of Financial

Accounting Concept (SFAC) No. 1, informasi laba memiliki

manfaat dalam menilai kinerja manajemen, membantu

mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam

jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir risiko

dalam investasi”.

Laba mengandung makna bersih atau neto yaitu sebagai net income

atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba menunjukkan keuntungan

Page 18: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

28

yang diperoleh perusahaan dan tercantum dalam laporan laba rugi. Laporan

laba rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan

biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk periode tertentu. Selisih antara

pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya merupakan laba yang diperoleh

atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Secara umum, informasi keuangan

yang tercantum dalam laporan laba rugi bermanfaat untuk (1) menilai

keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dan efisiensi manajemen,

(2) membuat taksiran jumlah laba di masa yang akan datang, (3) menilai

rentabilitas atau profitabilitas modal yang ditanamkan oleh pemilik.

2.6 Kualitas Laba

Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal harga saham

yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Laba

yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja

manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini

digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka

laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Bagi

investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis

saham yang diterbitkan oleh emiten (Boediono:2008).

Menurut surifah dalam (Jurnal Ekonomi, Manajemen &

Akuntansi Vol. 8 No. 2 Mei - Agustus 2010 31-47 yang berjudul

“Kualitas laba dan Pengukurannya” ) mengungkapkan bahwa kualitas

laba (earnings quality) merupakan sesuatu yang sentral dan penting dalam

dunia akuntansi karena berdasar kualitas laba tersebut profesi akuntansi

dipertaruhkan. Investor, kreditor dan para pemangku kepentingan lainnya

mengambil keputusan salah satunya berdasar pada laporan keuangan,

apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat di andalkan maka para

pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi pada profesi akuntansi.

(https://surifah.files.wordpress.com/2013/08/surifah-2010-kompetensi-

kualitas-laba-dan-pengukurannya), diakses pada tanggal 30 Maret 2015.

Page 19: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

29

Perlu dipahami bahwa laporan laba memiliki dua peranan. Pertama,

sebagai atribut dasar (fundamental attributes), dan kedua sebagai atribut

pelaporan keuangan (financial reporting attributes).. Kualitas laba

menunjuk pada seberapa cepat dan tepat laba yang dilaporkan

mengungkapkan laba fundamental. Semakin tinggi kualitas laba, maka

semakin cepat dan tepat laba yan dilaporkan menyampaikan nilai sekarang

dari dividen yang diharapkan. Kualitas laba menjadi perhatian para

pengguna laporan keuangan, karena laba berperan penting dalam pembuatan

perjanjian dan keputusan investasi.

2.7 Nilai Perusahaan

Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value

(EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan

konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar

menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Nurlela dan Islahuddin

(2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang

bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual.

Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh

suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap

perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun,

yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini.

Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan

keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan,

maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat.

Menurut Nirawati dikutip dari Cahyaningsih (2010) sebagai

berikut:

“Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar

oleh calon investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Nilai

perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka

panjang mengalami kenaikan. Semakin tinggi harga saham maka semakin

tinggi nilai perusahaan”.

Page 20: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

30

Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan

dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah:

1. Pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau

price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba

2. Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas

3. Pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen

4. Pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva

5. Pendekatan harga saham

Dari beberapa definisi yang dijelaskan maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap

perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Karena dengan

harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi.

Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik

perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran

pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, maka

perusahaan mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan

terbaik bagi perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga

kemakmuran pemilik atau pemegang saham dapat tercapai. Indikator-

indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah (Susanti,

2010:33):

a. PER (Price Earning Ratio)

PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan

antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang

diperoleh para pemegang saham. Faktor-faktor yang

mempengaruhi PER adalah:

1. Tingkat pertumbuhan laba

2. Dividend Payout Ratio

3. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal

b. PBV (Price Book Value)

Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada

manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah

Page 21: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

31

perusahaan yang terus tumbuh (Brigham (1999) dalam Susanti,

2010:35).

Ada beberapa alasan mengapa investor menggunakan rasio harga

terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi: pertama, nilai buku

sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang percaya terhadap estimasi

arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk

membandingkannya. Kedua, adanya praktik akuntansi yang relatif standar

diantara perusahaan-perusahaan menyebabkan PBV dapat dibandingkan

antar berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal apakah

nilai perusahaan under atau over valuation. Terakhir, pada kasus perusahaan

yang memiliki earnings negatif maka tidak memungkinkan untuk

mempergunakan PER, sehingga penggunaan PBV dapat menutupi

kelemahan PER yang ada pada PER dalam kasus ini (Murhadi, 2009:148).

Namun ada beberapa kekurangan sehubungan dengan penggunaan

rasio PBV yakni: pertama, nilai buku sangat dipengaruhi oleh kebijakan

akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Apabila penggunaan standar

akuntansi yang berbeda di antara perusahaan-perusahaan maka ini akan

mengakibatkan rasio PBV tidak dapat diperbandingkan. Kedua, nilai buku

mungkin tidak banyak artinya bagi perusahaan berbasis teknologi dan jasa

karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak memiliki asset nyata yang

signifikan. Ketiga, nilai buku dari ekuitas akan menjadi negatif bila

perusahaan selalu mengalami earnings yang negatif sehingga akan

mengakibatkan nilai rasio PBV juga negatif (Murhadi, 2009:148).

Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini akan

menggunakan price to book value pada periode yang telah ditentukan.

Menurut Prayitno dalam Wulandari (2009), Price to book value (PBV)

menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu

perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek

perusahaan tersebut dan semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja

perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di

perusahaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tinggi PBV

semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan,

Page 22: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

32

maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli saham tersebut,

sehingga permintaan akan naik, kemudian mendorong harga saham naik

(Wulandari, 2009). Hal ini dihitung dengan membagi harga penutupan

saham saat ini dengan nilai buku kuartal terkini per saham. Juga dikenal

sebagai "rasio harga-ekuitas".

Dihitung sebagai berikut:

Dalam realitas banyak sekali variasi tentang PBV. Tim BEI (2010)

menyebutkan bahwa:

Harga pasar mencerminkan harga ekspektasi dari investor. Jika

ekspektasi investor terhadap satu jenis saham tinggi, maka permintaan

terhadap saham tersebut juga tinggi sehingga harga dipasar juga relatif

tinggi. Harga pasar juga bisa rendah dari nilai bukunya. Harga saham yang

berubah setiap saat di pasar ditentukan oleh fakor seperti: likuiditas saham

di pasar, jumlah floating share, dan lainnya. Sehingga harga saham di pasar

tidak mencerminkan nilai buku yang sebenarnya.

2.8 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan

Pemahaman terhadap kepemilikan perusahaan sangat penting karena

berkaitan dengan pengendalian operasional perusahaan. Hal ini sesuai

dengan sistem pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria : (a) perusahaan

dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-manager); (b) perusahaan yang

dipimpin oleh manajer non pemilik (non-owner-manager). Dua kriteria ini

akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer

akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap

metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.

Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham

oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan suatu nilai

perusahaan (Boediono, 2009). Dengan meningkatkan kepemilikan saham

oleh manajer, diharapakan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan

para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja.

Page 23: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

33

(Siallagaan & Mas’ud, 2010) menyatakan bahwa dengan kepemilikan

manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk

berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan

untuk kepentingannya sendiri. Sensitivitas manajemen terhadap pengaruh

para pemegang saham akan tergantung pada tingkat kontrol kepemilikan

manajerial. Sebagaimana dikemukakan oleh Sedarmayanti (2012: 67) :

Kepemilikan manajerial atau kepemilikan kemudian dipandang

sebagai mekanisme control yang tepat untuk mengurangi suatu konflik.

Dalam hal ini kepemilikan insider dapat menyamakan kepentingan

antara pemilik dan manajer sehingga semakin tinggi kepemilikan maka

akan semakin tinggi pula nilai suatu perusahaan insider atau Semakin

besar proporsi kepemilikan saham manajemen pada perusahaan, maka

manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan

pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri.

2.9 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan

Melalui kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber

daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang

dihasilkan serta memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak

manajemen melalui proses monitoring secara efektif. Persentase saham

tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan

laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi

sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, 2005)

Shleiver dan Vishny (2011:120) berpendapat bahwa tingkat

kepemilikan institusional dalam proporsi yang cukup besar akan

mempengaruhi nilai Perusahaan. Dasar Argumentasi ini adalah semakin

besar tingkat kepemilikan saham yang oleh institusi maka semakin efektif

pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Argumentasi tersebut

didukung oleh (wahyudi & Pawestri, 2008) bahwa nilai perusahaan akan

meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring yang efektif.

Page 24: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

34

2.10 Proporsi Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan

Board independent atau dewan komisaris independen adalah jumlah

dewan komisaris independen dalam perusahaan. Jumlah dewan komisaris

independen yang semakin banyak menandakan bahwa dewan komisaris

independen melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam

perusahaan yang semakin baik. Dewan komisaris memegang peranan

penting dalam perusahaan terutama dalam pelaksanaan GCG. Dewan

komisaris merupakan inti dari good corporate governance yang ditugaskan

untuk menjamin strategi perusahaan, mengawasi manajer dalam mengelola

perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Kusumawati

dan Riyanto (2005), berpendapat dengan adanya asumsi bahwa cross

directorships dewan akan menguntungkan bagi perusahaan untuk dapat

meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Hubungan antara jumlah

anggota dewan dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi

service dan control yang dapat diberikan oleh dewan. Fungsi service

menyatakan bahwa dewan (komisaris) dapat memberikan konsultasi dan

nasehat kepada manajemen dan direksi. Fungsi kontrol yang dilakukan

oleh dewan (komisaris) diambil dari teori agensi. Dari perspektif teori

agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk

mengontrol perilaku opportunistic manajemen sehingga dapat membantu

menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer. Ujiyanto &

Pramuka 2012: 243, mengemukakan bahwa :

“Perusahaan yang memiliki proporsi komisaris independen yang

tinggi dapat mengontrol manajemen secara lebih baik sehingga

dapat meningkatkan kinerja mnajamen. Peningkatan kinerja

manajemen perusahaan akan direspon positif oleh investor

malalui kenaikan harga saham. Kenaikan harga saham akan

berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan.

Maka dapat disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen yang

tinggi dalam dewan akan meningkatkan nilai suatu perusahaan. sehingga

proporsi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan”

Page 25: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

35

2.11 Pengaruh (Earnings) Laba Terhadap Nilai Perusahaan

Laba merupakan indikator dari kualitas informasi keuangan.

Kualitas informasi keuangan yang tinggi berasal dari tingginya kualitas

pelaporan keuangan surifah (2010), mendefinisikan kualitas laba sebagai

kemampuan laba dalam merefleksikan kebenaran laba perusahaan dan

membantu memprediksi laba yang akan datang, dengan mempertimbangkan

stabilitas dan persistensi laba. Laba yang akan datang merupakan indikator

kemampuan membayar deviden masa mendatang. Besarnya laba yang

dimasukan dalam cadangan selain tergantung kepada besarnya laba yang

diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung kepada “dividend policy”

yang dijalankan oleh perusahaan yang bersangkutan. Untuk mengukur besar

tidak nya hasil keuntungan dari sebuah perusahaan dapat digunakan dengan

rasio ROI (Return on Investment) atau ROA (Return On Asset) dimana rasio

ini menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan

perusahaan. serta suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam

mengelola investasinya. Semakin besar/tinggi nilai laba yang dihasilkan

perusahaan maka akan semakin naik terhadap produktivitas dari seluruh

kinerja/nilai perusahaan. Dengan demikian maka akan mempengaruhi

terhadap nilai suatu perusahaan. sebagaimana diungkapkan oleh Kasmir

(2011:202)

“Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik demikian

sebaliknya bahwa semakin besar (tinggi) rasio yang dihasilkan maka

semakin baik terhadap kinerja suatu perusahaan”.

2.12 Penelitian Terdahulu

Dibawah ini terdapat hasil penelitian terdahulu yang penenliti

dapatkan yaitu sebagai berikut :

1. Agrraeni Niken Susanti, Rahmawati, dan Anni Aryani (2010),

dengan judul penelitian “Analisis pengaruh mekanisme corporate

terhadap nilai perusahaan dengan kualitas laba sebagai variabel

intervening pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek

indonesia”. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kepemilikan

manajerial (KM) berpengaruh terhadap kualitas laba. Dilihat dari

Page 26: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

36

koefisiennya yang positif, dapat diinterpretasikan sebagai indikasi

bahwa relevansi dan reliabilitas laba merupakan fungsi positif dari

kepemilikan manajerial.

2. Agrraeni Niken Susanti, Rahmawati, dan Anni Aryani (2010)

Hasil penelitian menyatakan bahwa kualitas laba yang diproksikan

dengan ERC (Earnings Response Coefficient) berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini didukung dengan hasil

penelitian Siallagan dan Machfoedz (2009), yang menyatakan bahwa

kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dengan demikian, semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan,

maka akan melahirkan sentimen positif yang sangat kuat pada para

investor, sehingga nilai perusahaan juga akan meningkat relatif besar.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Soliha dan Taswan

(2007), Sujoko dan Soebiantoro (2007), dan Teyfoer (2008), yang

juga menemukan bukti bahwa kualitas laba mempunyai pengaruh

positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Vinolla Herawaty (2008), dengan judul “Peran Praktek Corporate

Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings

Management Terhadap Nilai Perusahaan” Hasil Penelitian variabel

praktek corporate governance berpengaruh secara signifikan dengan

arah yang berbeda, dimana Kepemilikan Institusional berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini membuktikan praktek

corporate governance sebagai moderating variabel atas hubungan

earning management terhadap nilai perusahaan. Koefisien earning

management yang positif diperlemah.

4. Mochammad Ridwan dan Ardi Gunardi (2013), dengan

penelitiannya yang berjudul Peran Mekanisme Corporate Governance

sebagai Pemoderasi Praktik Earning Management terhadap Nilai

Perusahaan (2013). Hasil penelitian variabel moderator Komisaris

inependen yang merupakan variabel interaksi ternyata tidak signikan

Page 27: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

37

terhadap nilai perusahaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

komisaris independen bukan merupakan variabel moderating. Hal ini

tidak mendukung penelitian Herawaty (2008) bahwa perusahaan

memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila memiliki

dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar

kemungkinannya memiliki Chief Executif Oficer (CEO) yang

merangkap menjadi chairman of board. Hal ini berarti tindakan

memanipulasi akan berkurang jika struktur dewan direksi berasal dari

luar perusahaan. Jika fungsi independensi dewan direksi cenderung

lemah, maka ada kecenderungan terjadinya moral hazard yang

dilakukan oleh para direktur perusahaan untuk kepentingannya melalui

pemilikan perkiraan-perkiraan akrual yang berdampak pada

manajemen laba. Dapat dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris

yang terdiri dari anggota yang berasal dari luar perusahaan mempunyai

kecenderungan mempengaruhi manajemen laba. Fama dan Jensen

(2008) menyatakan bahwa non-executive director (komisaris

independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan

yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan

manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris

independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi

monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.

Variabel ini ditunjukan dengan persentase jumlah komisaris

independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan

dewan komisaris perusahaan sample.

5. Werner R. Murhadi (2009), melakukan pengujian dengan praktek

Good Corporate Governance And Earning Management kasus di

Indonesia. Secara garis besar dengan. Variabel dependen dewan

komisaris independen dan mengendalikan keberadaan pemegang

saham variabel independen seperti komisaris independen dan komite

audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dua variabel

berpengaruh signifikan terhadap praktek earning manajement yaitu

Page 28: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

38

dewan komisaris independen dan pengendalian keberadaan pemegang

saham .Variabel independen lainnya seperti komisaris independen dan

komite audit dan juga koalisi pemegang saham luar pemegang saham

pengendali tidak memiliki engaruh untuk mendapatkan praktek

manajemen di perusahaan.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Angraheni Niken

susanti, SE, Prof.

Dr. Hj Rahmawati

,M.si, Ak, dan

Dra. Y Anni

Aryani, M. Pof.

Acc. Ak, Ph. D

(2010)

Analisis

Pengaruh

Mekanisme

Corporate

Governance

dengan

kualitas laba

sebagai

variabel

intervening

terhadap nilai

perusahaan

(2010)

Dependen : Nilai

Perusahaan

Independen

:Mekanisme GCG yg

terdiri dari

:Kepemilikan

manajerial,

Kepemilikan

Institusional,

Komposisi komisaris

independe,

Keberadaan komite

audit

Var Intervening :

Kualitas laba

Mekanisme

GCG yang

berpengaruh

terhadap nilai

perusahaan

adalah :

Kepemilikan

manajerial dan

Kepemilikan

Konstitusional

Serta variabel

Intervening :

Kualitas laba

2. Mochammad

Ridwan (2013)

Peran

Mekanisme

Good

Corporate

Governanve

sebagai

Pemoderasi

Dependen : Nilai

Perusahaan

Independen :

Mekanisme Good

Corporate

Governance

terdiri dari

Mekanisme

GCG yang

berpengaruh

terhadap nilai

perusahaan

adalah

Kepemilikan

Page 29: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

39

Praktik

Earning

Management

terhadap Nilai

Perusahaan

(2013)

:Kepemilikan

manajerial,

Kepemilikan

Institusional,

Komposisi komisaris

independen,

Keberadaan komite

audit

dan Eraning Cuality

Management

Institusional,

kepemilikan

manajerial. Serta

Earning Cuality

Management

3. Vinola Herawaty

(2008)

Peran Praktek

Corporate

Governance

Sebagai

Moderating

Variable dari

Pengaruh

Earnings

Management

Terhadap Nilai

Perusahaan

(2008)

Dependen : Nilai

Perusahaan

Independen : Peran

Praktek Good

Corporate

Governance

Komisaris

independen, kualitas

audit

dan kepemilikan

institusional

merupakan variabel

pemoderasi antara

earnings management

dan nilai

perusahaan sedangkan

kepemilikan

manajerial bukan

merupakan variabel

pemoderasi.

Praktek Good

Corporate

Governance

yang

berpengaruh

secara signifikan

terhadap nilai

perusahaan

adalah hanya

variabel

komisaris

independen

dan kepemilikan

institusional.

4. Werner R.

Murhadi

Good

Corporate

Dependednt

Valriables CEO

The result shows

that only two

Page 30: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

40

Faculty of

Economics,

Universitas

Surabaya,

Indonesia

(2009)

Governance

And Earning

Management

Practice: An

Indonesia

Cases (2009/

Duality and

controlling

shareholder existence

independent variables

such as independent

commissioner and

audit committee

variables have

significant effect

to Earning

Management

practice which

is CEO Duality

and controlling

shareholder

existence. Other

independent

variables such

as independent

commissioner

and audit

committee and

also shareholder

coalition outside

the controlling

shareholder

don’t have any

effect to earning

management

practice in the

company

5. Hadi Sirat

Khairun

University,

Journal of

Economics,

Business, and

Accountancy

Ventura (2012)

Corporate

Governanve

Practices,

Share

Ownership

Structure, and

Size On

earning

The corporate

governance practices

were measured using

three variables

(quality audit, the

proportion

of independent board,

and the existence of

The practice of

corporate

governance and

institutional

ownership

variable did not

have significant

effect on the

Page 31: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

41

Management

(2012)

audit committee) amount of profit

made

by company

management. It

was found that

company size

and family

ownership

have a

significant

influence on the

amount of

earnings

management

Sumber :diolah penulis

2.13 Kerangka Pemikiran

Hadirnya good corporate governance dalam pemulihan krisis di

Indonesia menjadi mutlak diperlukan, mengingat good corporate

governance mensyaratkan suatu pengelolaan yang baik dalam sebuah

organisasi (Hastuti,2008). Menurut teori keagenan untuk mengatasi masalah

ketidakselarasan kepentingan salah satunya adalah melalui pengelolaan

perusahaan yang baik (good corporate governance). Corporate Governance

merupakan suatu mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa

supplier keuangan, misalnya shareholders dan bondholders, dari perusahaan

memperoleh pengembalian dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau

dengan kata lain bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan

control terhadap manajer. Tujuan utama perusahaan, adalah meningkatkan

nilai perusahaan. Konflik keagenan yang mengakibatkan adanya sifat

opportunistic manajemen akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba.

Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan

keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai

Page 32: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

42

perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2008). Informasi

laba sangatlah penting perannya sebagai sinyal kinerja suatu perusahaan

guna pembuatan berbagai keputusan penting oleh pengguna informasi. Laba

yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja

manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini

digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka

laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya

(Boediono, 2009). For Corporate Governance in indonesia (FCGI)

merumuskan tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan

nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Corporate governance yang mengandung empat unsur penting yaitu

keadilan, transparansi, pertanggungjawaban dan akuntabilitas, diharapkan

dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan. Dengan

adanya tata kelola perusahaan yang baik, diharapkan nilai perusahaan akan

dinilai dengan baik oleh investor. Ada empat mekanisme corporate

governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai

corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan,

yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial (Rachmawati, 2009).

Page 33: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

43

BAGAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 2.1

Penerapan GCG (Good Corporate Governance) Dan Kualitas Laba

(Earnings Quality)) Terhadap Nilai Perusahaan” (Studi pada

perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013)

X1 Kepemilikan

Manajerial

X2 Kepemilikan

Institusional

X3 Proporsi

Dewan

Komisaris

GCG

Agency Theory

Cara Menganalisis

Agency Conflict

X4 (Earnings)

Laba

Konflik Pemilik

dengan Pengelola

Nilai Perusahaan

Page 34: 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ...

44

2.14 Perumusan Hipotesis

Atas dasar kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang diajukan

penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penerapan Good Corporate Governance, dalam hal ini

H1: Kepemilikan manajerial, berpengaruh secara signifikan baik

secara bersama-sama maupun individual terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang

konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Kepemilikan Institusional, berpengaruh secara signifikan baik

secara bersama-sama maupun individual terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor barang

konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.

H3 : Proporsi dewan komisaris independen, berpengaruh secara

signifikan baik secara bersama-sama maupun individual

terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sektor

barang konsumen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia.

H4 : Laba berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumen yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 di Bursa

Efek Indonesia.