11 BAB 2 LANDASAN TEORI -...
Transcript of 11 BAB 2 LANDASAN TEORI -...
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
Untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliable, setiap penelitian hendaknya
menyertakan teori.teori yang telah ada sebelumnya. Teori dapat membantu peneliti
untuk mengorganisasikan pikiran-pikirannya dan menjadi kerangka untuk
menganalisis persoalan yang diteliti.
Landasan teori yang disusun oleh penulis di bab 2 terbagi atas dua bagian
utama, yakni kerangka teori dan kerangka pikir. Kerangka teori secara umum terdiri
atas dua bagian besar yaitu teori-teori umum, yang berisi teori-teori utama yang
digunakan dalam penelitian, dan teori-teori khusus, berisi teori-teori spesifik yang
relevan dengan topik penelitian. Teori-teori khusus ini dapat berupa bagian-bagian
spesifik dari teori umum yang telah dicantumkan sebelumnya seperti yang peneliti
cantumkan di bagian ini.
Bagian kedua adalah kerangka pikir. Kerangka pikir dimaksudkan sebagai
panduan bagi pembaca dan peneliti sendiri agar lebih memahami korelasi antara hal-
hal yang diteliti dengan permasalahan dan analisis yang akan dilakukan. Dengan
demikian tidak akan terjadi kesalahpahaman karena framework (kerangka pikir) yang
terbentuk di kepala pembaca dalam menilai suatu topik akan sama dengan peneliti.
Hal ini peneliti rasakan penting mengingat penelitian kualitatif bergantung
sepenuhnya pada intepretasi pembacanya.
11
12
2.1 Teori Umum Penelitian
2.1.1 Marketing
2.1.1.1 Definisi
Marketing. Sebuah istilah yang sangat sering terdengar dimanapun kita
berada. Segala bentuk perdagangan, mulai dari ukm paling sederhana hingga
korporasi raksasa dunia, semua menerapkan marketing di dalam pelaksanaan
bisnisnya. Kotler dan Armstrong (Kotler & Armstrong, 2008; 5) menjelaskan bahwa
istilah marketing banyak disalahartikan sebagai sales atau advertising. Marketing
memiliki dimensi dan tujuan yang jauh lebih besar daripada sekedar menjual dan
mengenalkan produk. ‘Satisfying customer needs’, kebutuhan kosumen harus menjadi
prioritas utama dalam menyusun stategi pemasaran modern.
American Marketing Association (AMA), dikutip dalam jurnal yang dimuat
dalam European Journal of Marketing (Balmer, 2011) mendefinisikan marketing
sebagai “An organizational function and a set of processes for creating,
communicating, and delivering value to customers and for managing customer
relationships in ways that benefit the organization and its stakeholders” (Sebuah
fungsi organisasi dan sekumpulan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,
dan menyampaikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan dengan
pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan publiknya).
Definisi ini mirip dengan yang disebut Kotler dan Armstrong yakni “The
process by which companies creates value for customers and build strong customer
13
relationships in order to capture value from customers in return” (Kotler &
Amstrong, 2008: 5) (Proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi konsumen dan
membangun hubungan yang kuat dengan konsumen untuk mendapatkan keuntungan
timbal balik)
Peneliti menyimpulkan beberapa poin penting,dari kedua definisi di atas,
yakni pentingnya menciptakan nilai-nilai yang sesuai dengan kebutuhan konsumen
dan manajemen customer relationship yang kuat, dan jarak di antara keduanya harus
dijembatani oleh strategi komunikasi yang kompeten.
2.1.1.2 Customer Markets
Secara umum, konsumen di pasar bisnis terbagi menjadi 5 kategori: (Kotler &
Armstrong, 2008:62)
1. Consumer Markets : pembeli produk/ jasa dengan tujuan penggunaan pribadi
2. Business Markets : pembeli produk/ jasa untuk digunakan di dalam bisnis
mereka atau produksi lebih lanjut
3. Reseller Markets : pembeli yang menjual kembali produk/ jasa dengan profit
4. Government Markets : lembaga pemerintah yang menggunakan produk/ jasa
untuk kepentingan umum.
5. International Markets : pembeli di negara lain, dapat terdiri dari empat
kategori di atas
Menilik kategori-kategori di atas, maka konsumen yang dimiliki oleh PT
JobStreet Indonesia terdiri atas Consumer Markets yakni para Jobseekers dan
Employers di dalam Business Markets. Dikarenakan perusahaan merupakan
14
perusahaan multinasional, terdapat juga sebagian konsumen dari International
markets.
2.1.1.3 Customer Analyses
Analisis yang dilakukan kepada konsumen sebelum menyusun startegi
pemasaran harus menghasilkan data-data berikut (Ferrel & Hartline, 2011:95):
1. Konsumen potensial dan yang ada pada saat ini
2. Kebutuhan utama dari konsumen perusahaan
3. Fitur-fitur dasar dari produk/ jasa yang ditawarkan oleh perusahaan maupun
kompetitor yang dianggap konsumen telah memenuhi kebutuhan mereka
4. Antisipasi perubahan di dalam kebutuhan konsumen
Kotler dan Armstrong juga menyebut konsep The Societal Marketing
Concept. Perusahaan diharuskan untuk memperhatikan bukan hanya kondisi saat ini,
namun juga harus dipikirkan mengenai kepentingan konsumen dan lingkungan dalam
jangka panjang. Dalam perusahaan jasa, kepentingan konsumen dalam jangka
panjang bisa diperoleh dengan meningkatkan skills dan pengetahuan konsumen
melalui pelatihan atau seminar (Kotler & Armstrong, 2008: 11)
15
2.1.1.4 Marketing Strategies
2.1.1.4.1 Customer Driven Marketing Strategy (Strategi Marketing Berbasis
Konsumen)
Proses analisis kebutuhan konsumen terbagi atas tahap-tahap berikut:
1. Segmentation (Segmentasi Pasar)
“The process of dividing a market into distinct groups of buyers who have
different needs, characterictics, or behaviors, who might require separate
products or marketing programs” (Proses pemisahan pasar menjadi
kelompok-kelompok pembeli khusus yang memiliki kebutuhan, karakteristik,
atau perilaku yang berbeda, yang mungkin akan memerlukan produk atau
program pemasaran yang berbeda pula) (Kotler & Armstrong, 2008:46)
Segmentasi dapat dibagi dari sisi geografis, demografis, psikografis, atau
perilaku. Tuntutan pasar dan jumlah konsumen yang semakin tinggi
menyebabkan mass marketing yang menyasar keseluruhan pembeli di pasar
dengan satu produk atau satu strategi saja tidak efektif lagi.
Segmentasi pasar yang baik akan memberikan beberapa keuntungan kepada
perusahaan, mulai dari presisi yang lebih tinggi untuk pemenuhan kebutuhan
konsumen, peningkatan profit, menjadi market leader di segmen tertentu,
menjaga loyalitas konsumen, dan terakhir perusahaan akan dapat
memfokuskan strategi komunikasi pemasaran yang akan mereka pilih
(Drummond, Ensor, & Ashford, 2008:49-50)
16
2. Targetting (Target Pasar)
Targetting adalah proses pemilihan segmen mana yang akan dimasuki oleh
sebuah perusahaan. Targetting yang berhasil “will have identified a market
segment or segment that are in alignment with the company’s asses and
competencies and is also compatible with the wider organizational issues”
(Dapat mengidentifikasi segmen pasar yang sejalan dengan penilaian dan
kompetensi serta sejalan dengan isu-isu organisasi yang lebih luas)
(Drummond, Ensor, & Ashford, 2008:189).
Pada intinya, targetting ditujukan untuk mencegah perusahaan menjual
produk yang salah kepada kelompok konsumen yang salah melalui program
pemasaran yang salah bidik pula.
3. Differentiation (Diferensiasi Pasar)
Perusahaan harus dapat menawarkan nilai-nilai superior yang tidak dimiliki
pesaing kepada konsumen. Jasa, produk, informasi, hingga pengalaman yang
hanya bisa didapatkan melalui perusahaan.
4. Positioning (Penempatan Diri)
Positioning berhubungan dengan usaha menempatkan posisi perusahaan di
benak konsumen melalui atribut-atribut terntentu yang berbeda atau lebih
baik dibandingkan dengan kompetitor.
17
Jobber, seperti dikutip oleh Drummond, Ensor, & Ashford (2008:190)
menyebut 4 faktor penting untuk menentukan keberhasilan positioning
perusahaan:
• Credence (Kredibilitas): Kredibilitas produk/ jasa yang ditawarkan. PT
JobStreet Indonesia berusaha menjaga kredibilitas yang dimiliki. Quality
control (unit pengendalian) dilakukan secara ketat terhadap setiap pencari
kerja, mulai dari filter pendidikan hingga latar belakang lainnya.
• Competitiveness (Kompetitif): Keunggulan khusus yang tidak dimiliki
pesaing. PT JobStreet Indonesia fokus bukan hanya menyediakan pencari
atau lowongan pekerjaan, tetapi peningkatan skills melalui seminar dan
pelatihan gratis. Sebuah competitive advantage yang tidak dimiliki situs
pencari kerja lain di Indonesia.
• Consistency (Konsistensi): Konsistensi pesan yang disampaikan kepada
konsumen. Sejak awal berdiri, JobStreet secara konsisten memasang
tagline Quality Jobseekers, Quality Employers.
• Clarity (Kejelasan): Statement positioning perusahaan haruslah singkat,
jelas, mudah diingat dan dipahami. Tagline Quality Jobseekers, Quality
Employers adalah salah satu dari beberapa atribut yang paling sering
disebut konsumen dalam riset brand awareness yang dilakukan oleh
JobStreet Indonesia.
18
2.1.1.4.2 Integrated Marketing Mix (Bauran Pemasaaran)
Bauran pemasaran (Marketing Mix) yang dikenal dengan salah satu konsep
paling terkenal dalam pemasaran modern. Integrasi dari keempat elemen tersebut
akan menghasilkan berbagai macam strategi pemasaran untuk konsumen. Konsumen
sendiri akan melihat ke empat hal tersebut sebagai nilai yang dibeli dari perusahaan.
(Kotler & Armstrong, 2008: 48-49)
4Ps 4Cs
Product Customer Solutions
Promotion Communication
Price Customer Cost
Place Convenience
Selain keempat P di atas, banyak ahli pemasaran yang menambahkan elemen-
elemen lain ke dalam 4P. Paling sering terdengar adalah 7P di mana 4P awal
ditambah dengan People (Manusia), Physical Evidence (Gedung, Seragam), dan
Process (metode produksi, penyampaian, dan konsumsi produk/ jasa) (Smith &
Taylor, 2004:18)
Dalam perusahaan jasa seperti PT JobStreet, selain bauran dari keempat
elemen utama di atas, unsur people (manusia) menjadi unsur yang penting. Sumber
daya manusia dari perusahaanlah yang menentukan dalam proses pembentukan
hubungan dengan konsumen. Kemampuan berbicara, menulis, dan menghadapi krisis
seperti yang dimiliki pekerja public relations penting untuk menunjang hubungan
tersebut
19
2.1.2 Public Relations
2.1.2.1 Definisi
Definisi Public Relations yang paling terkenal mungkin berasal dari Cutlip
dan Center (Cutlip, Center, & Broom, 2009: 25) yakni “The planned and sustained
effort to establish and maintain goodwill and mutual understanding between an
organization and its publics” (Usaha-usaha yang terencana dan berkelanjutan untuk
menciptakan dan menjaga nama baik serta saling pengertian antara organisasi dan
publiknya)
Denny Griswold, mantan editor dari Public Relations News, menyimpulkan
bahwa “Public relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi perilaku
publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur organisasi dengan keinginan publik,
dan melaksanakan program tindakan (komunikasi) untuk mendapatkan pemahaman
dan pengertian publik (Rumanti, 2005; 9)
Definisi-definisi di atas secara umum telah menjelaskan fungsi public
relations dengan baik. tetapi dengan teknologi yang semakin modern dan globalisasi
yang terus berlangsung, fungsi serta praktek public relations juga terus berkembang,
menjadi semakin kompleks. Setiap organisasi harus beradaptasi, keluar dari kerangka
public relations tradisional, berusaha semakin kreatif dalam menjalankan fungsi-
fungsinya.
20
2.1.2.2 Kegiatan Public Relations
Komponen atau kegiatan public relations sangat beragam dan mencakup
berbagai fungsi dan tingkatan manajemen. Secara umum, berikut adalah komponen-
komponen (kegiatan-kegiatan) public relations yang ada menurut PRSA (Wilcox dan
Cameron, 2009: 10)
1. Counseling – memberi konsultasi mengenai kebijakan manajemen
2. Research – menentukan perilaku publik yang digunakan untuk merancang
strategi public relations
3. Media relations – bekerjasama dengan media massa untuk mendapatkan
publisitas demi kepentingan perusahaan
4. Publicity – penyebaran pesan-pesan organisasi melalui media yang dipilih
secara selektif
5. Employee/ member relations – merespon masalah, memberi informasi, dan
memotivasi karyawan dalam organisasi
6. Community relations – aktivitas-aktivitas terencana yang berhubungan
dengan komunitas sekitar, baik internal maupun external, yang
menguntungkan organisasi dan lingkungan
7. Public affairs/lobbyist – berhubungan dengan kebijakan-kebijakan publik
dan perusahaan.
8. Government affairs – berhubungan dengan legislasi dan birokrasi yang
berurusan dengan pemerintah
21
9. Issues management – identifikasi dan pemecahan isu-isu yang timbul di
public yang mempengaruhi organisasi
10. Financial relations – berhubungan dengan pendanaan, investor, pemegang
saham, dan pemangku kepentingan lainnya yang berurusan dengan masalah
finansial
11. Industry relations – hubungan dengan organisasi lain dalam industri
12. Fundraising – demonstrasi kebutuhan dan dukungan kepada publik untuk
mendukung organisasi
13. Multicultural relations – komunikasi dengan komunitas mutikultural
14. Special events – acara-acara khusus yang terencana yang ditujukan untuk
menarik minat publik terhadap individu, produk, atau organisasi tertentu.
15. Marketing communications – kombinasi kegiatan bauran komunikasi untuk
menjual produk, atau jasa, atau ide.
Kegiatan public relations yang dijalankan oleh setiap perusahaan tentu
berbeda-beda sesuai dengan kepentingan perusahaan sendiri. Dari elemen-elemen di
atas, PT JobStreet Indonesia memiliki agenda dominan yang cukup bervariasi, mulai
dari media relations, publicity, government relations, hingga special events.
Keempat elemen di atas menjadi nadi dari program kerja corporate marketing
PT JobStreet Indonesia, dan karenanya juga menjadi topik bahasan utama dari
penelitian ini. Detail perencanaan program hingga eksekusi oleh akan dibahas secara
detail sehingga akan dapat dianalisis seberapa optimalkah pelaksanaan kegiatan-
kegiatan tersebut di bawah corporate marketing.
22
2.1.2.3 Fungsi Public Relations
Shannon Bowen dan Brad Rowlins dalam An Overview to the Public
Relations Functions (2010; 13) menyimpulkan fungsi public relations sebagai
“Unique management functions that contributes to an organization’s success through
its focus on developing and maintaining relationships with key publics” (Fungsi
manajemen yang secara khusus memfokuskan aktivitasnya dalam pegembangkan
dan pemeliharaan hubungan dengan publik-publik kunci). Publik-publik yang
dimaksud adalah :employees, financial stakeholders or shareholders, communities,
government at many levels, and the media (Bowen and Rowlins, 2010; 13).
Publik-publik yang secara konsisten berinteraksi dengan strategi PT
JobStreet adalah para corporate clients yang mencari tenaga kerja yang berkualitas,
para jobseeker yang mencari pekerjaan berkualitas, dan berbagai bentuk media untuk
publisitas. Fokus dari penelitian ini akan ditujukan pada corporate clients PT
JobStreet Indonesia.
2.1.3 Marketing Communication (Komunikasi Pemasaran)
2.1.3.1 Definisi
Marketing Communication atau komunikasi pemasaran didefinisikan oleh
John Egan (2007:1) sebagai “The means, by which a supplier of goods, services,
values and/or ideas represent themselves to their target audience leading to a better
commercial or other relationship” (Cara-cara yang digunakan oleh penyedia barang,
jasa, nilai, dan atau ide untuk memperoleh hubungan komersial atau hubungan-
hubungan lain dengan target audiensnya). Definisi ini menekankan pada ide tentang
23
cara-cara untuk mencapai audiens, baik di organisasi profit, non-profit, ataupun
lembaga pemerintah.
Definisi lain dari Drummond, Ensor, Ashford (2008:291) menyebut
marketing communications sebagai “The Strategic, coordinated use of promotion to
create one consistent message across multiple channels to ensure maximum
persuasive impact on the firm’s current and potential consumers” (Pemanfaatan
promosi secara strategis dan terkoordinasi untuk menciptakan sebuah pesan yang
konsisten melalui beberapa media untuk memastikan konsumen potensial perusahaan
mendapat pesan persuasi maksimal)
Kesimpulan yang dapat peneliti ambil setelah menggabungkan inti dari kedua
definisi di atas adalah komunikasi pemasaran merupakan serangkaian usaha-usaha
penyampaian pesan, yang terencana dan konsisten, melalui berbagai macam media,
yang ditujukan untuk pembentukan hubungan, baik komersial ataupun non-
komersial, dengan target konsumen. Adanya kata ‘Integrated’ peneliti pahami
sebagai sebuah pelengkap yang semakin menitikberatkan pentingnya kerjasama antar
berbagai media yang ada.
2.1.3.2 Peran Marketing Communication dalam Marketing Strategy
Ferrel & Hartline, dalam Marketing Strategy, 5th Ed (2011:291-295)
menjelaskan bahwa aplikasi komunikasi pemasaran di dalam organisasi terbukti
mendatangkan banyak keuntungan sehingga perkembangan dalam bidang ini sendiri
cukup pesat. Semakin banyak ahli-ahli yang meneliti dan memperdalam khazanah
24
bidang ilmu ini. Salah satu alasan mengapa komunikasi pemasaran disukai adalah
variasi media yang bisa digunakan untuk menyampaikan satu pesan yang konsisten.
Kredibilitas, efektivitas, serta efisiensi berkenaan dengan biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan sangat terbantu oleh hal ini.
Konsistensi adalah kunci untuk menghasilkan strategi komunikasi pemasaran
yang efektif. Konsistensi pesan yang ingin disampaikan kepada konsumen haruslah
konsisten di setiap departemen di dalam perusahaan, seperti layaknya konsistensi di
dalam setiap sarana komunikasi pemasaran yang dipakai. Pesan yang bertubi-tubi
namun saling tumpang tindih dan berkontradiksi satu sama lain akan
membingungkan konsumen, padahal pemahaman konsumen akan pesan yang
disampaikan adalah langkah pertama dari keberhasilan strategi promosional dan
pemasaran.
Tujuan utama dari setiap kampanye promosional yang dilakukan tentu untuk
meningkatkan/ melahirkan pembelian terhadap produk/ jasa yang ditawarkan
perusahaan. Salah satu model strategi yang paling sering digunakan sebagai kerangka
dalam promosi adalah model AIDA, sebagai berikut (Ferrel & Hartline, 2011; 294)
1. Attention
Langkah pertama adalah mendapatkan perhatian dari konsumen yang telah
ditargetkan. Perusahaan tidak akan bisa menjual produk/ jasanya bila
‘potential customers’nya sendiri tidak mengetahui keberadaan program
promosional
25
2. Interest
Menarik perhatian bukan berarti menjual. Perusahaan harus dapat
mendemonstrasikan keunggulan dan fitur dari produk/ jasa.
3. Desire
Sebagian besar konsumen tidak akan perduli dengan produk/ jasa bila
mereka tidak dapat menemukan manfaat secara langsung, betapapun
spektakulernya kampanye promosional yang dilakukan. Adalah tugas
perusahaan untuk meyakinkan konsumen bahwa produk/ jasa mereka
memiliki keuntungan superior dan dapat memenuhi kebutuhan khusus.
4. Action
Setelah berhasil meyakinkan konsumen untuk membeli produk, maka tahap
terakhir adalah mendorong konsumen potensial untuk melakukan pembelian
Setiap tahap di atas memerlukan sarana komunikasi pemasaran yang berbeda.
Semakin spesifik dan personal media yang digunakan untuk mencapai konsumen
potensial, semakin besar pula peluang keberhasilan setiap tahap. Karena itulah
Promotional Mix dikembangkan. Dikenal juga dengan Marketing Communication
Mix atau Integrated Marketing Communication (IMC) Tools, bagian-bagian dari
Marketing Communication Mix juga terus berubah seiring perkembangan jaman,
menyesuaikan dengan kebutuhan pasar yang semakin kompleks dan perkembangan
teknologi.
26
Pada dasarnya, komponen dari IMC terdiri atas:
1. Advertising (Periklanan)
Periklanan mungkin merupakan bentuk komunikasi produk tertua dan paling
banyak dipakai hingga hari ini. Dari banner di pinggir jalan, iklan di media
cetak, iklan di televisi, hingga manusia, semuanya adalah bentuk periklanan.
2. Public Relations (Hubungan Masyarakat)
Publisitas, relasi dengan media, lobby kepada pemerintah, hingga
manajemen isu, semuanya menjadi tanggung jawab dari humas.
3. Personal Selling (Penjualan Pribadi)
Personal selling banyak dilakukan di perusahaan jasa yang memerlukan
komunikasi yang lebih intensif untuk meyakinkan konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian.
4. Direct Marketing (Pemasaran Langsung)
Bentuk pemasaran langsung biasanya ditujukan kepada publik spesifik yang
telah ditentukan sebelumnya, dengan tujuan khusus untuk membentuk relasi
dengan konsumen secara personal (Kotler & Armstrong, 2008; 387)
John Egan dalam Marketing Communications (2007:18) mencatat
perkembangan komponen IMC, dengan Lancaster dan Massingham tahun 1993
pertama kali menyebut keempat komponen di atas. Perkembangan terakhir berubah
menjadi 15 komponen oleh Duncan pada 2002, yaitu Mass Media Advertising, Sales
Promotion, Public Relations, Personal Selling, Merchandising, Point-of-Purchase
(Point-of-Sale), Packaging, Speciality Adverting (Produk Premium), Licensing,
27
Direct (response) Marketing, E-commerce, Internal Marketing, Events and
Sponsorship, Trade Shows (Exhibitions), Customer Service
Dalam Jurnal berjudul ”Marketing Communications for Special Events (Hede
& Kellet, 2011: 1001), Getz dan Fairley menyebut bahwa “Word of mouth is is
important for raising awareness for social events” (Teknik mulut ke mulut penting
untuk meningkatkan kesadaran akan adanya kegiatan khusus) sejalan dengan
Gitelson dan Kerstetter yang menyebut “target markets for special events rely
predominantly on their memories of events experiences and on the recommendation
of other to influence their behaviour to attend or not attend events” (target pasar
untuk kegiatan khusus bergantung sepenuhnya pada pengalaman kegiatan terdahulu
dan rekomendasi orang lain untuk hadir atau tidak pada suatu acara”
2.2 Teori Khusus Penelitian
Peneliti menggunakan dua teori khusus di dalam penelitian ini, yakni teori
corporate marketing dan public relations in corporate organizations yang akan
dijelaskan dalam bagian tersendiri. Untuk memperjelas sudut pandang yang
mendasari peneliti dalam memilih kedua teori tersebut adalah penjelasan mengenai
perbedaan marketing dan public relations di bawah ini.
2.2.1 Perbedaan Marketing dan Public Relations
Pengertian marketing dan public relations sering menimbulkan kebingungan.
Kegiatan public relations sering hanya dianggap sebagai pendukung fungsi kerja
marketing saja. Akibatnya, perusahaan menempatkan prioritas yang lebih tinggi pada
28
divisi marketing, dan public relations hanya dijadikan alat pendukung strategi
marketing saja. Bila hal ini terjadi, maka pada akhirnya public relations hanya akan
fokus pada penjualan produk, dan sangat costumers oriented, padahal customers
hanyalah salah satu dari sekian banyak publik yang harus dilayani oleh public
relations.
Tujuan marketing adalah pemenuhan kebutuhan konsumen melalui servis dan
produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen untuk akhirnya mendapatkan
keuntungan, sementara public relations berusaha membangun hubungan baik untuk
keuntungan yang intangible (tidak terlihat). Perbedaan tujuan inilah yang harus
menjadi dasar ketika membicarakan fungsi marketing dan public relations.
Cara organisasi menempatkan public relations dan marketing sangatlah
beragam, antara lain (Cutlip, Center, & Broom, 2009; 27):
1. Marketing sebagai fungsi untuk berhubungan dengan konsumen hanyalah
salah satu dari banyaknya hubungan-hubungan yang harus dibina oleh
perusahaan. Dalam struktur organisasi, marketing akan menjadi salah satu
bagian dari fungsi public relations yang lebih luas.
2. Marketing sebagai fungsi utama, dan hubungan-hubungan non-customer
(public relations) hanya akan dilaksanakan apabila diperlukan sebagai sarana
pendukung kegiatan marketing. Kegiatan public relations yang paling
dominan dalam kategori ini adalah media relations. Kebalikan dari yang
pertama, dalam kategori ini eksekutif public relations akan berada di bawah
marketing manager.
29
3. Public relations diidentifikasikan sebagai “customer relationship” sehingga
divisi public relations berpindah tugas untuk berkomunikasi dengan
konsumen, menangani mulai dari instruksi pemakaian produk, petunjuk
keselamatan, keluhan konsumen, hingga jasa perbaikan produk.
4. Public relations dan marketing memiliki divisi masing-masing dengan tugas
dan tujuan yang berbeda namun saling tumpang tindih satu sama lain.
Mayoritas perusahaan beroperasi di kategori terakhir, diikuti oleh kategori
kedua. PT JobStreet Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai kelompok perusahaan
golongan kedua, dengan divisi marketing, khususnya corporate marketing, sebagai
fungsi utama yang melaksanakan kegiatan public relations.
Bila merujuk pada teori di atas, maka PT JobStreet Indonesia telah salah
kaprah dalam penempatan public relations, tetapi harus diingat bahwa banyak faktor
yang menentukan mengapa hal ini dapat terjadi. Faktor-faktor tersebut akan
terungkap seiring penelitian ini berlangsung.
Praktek apapun yang dijalankan oleh sebuah organisasi, Cutlip & Center
(Cutlip, Center, & Broom, 2009:28) menekankan pentingnya kedua fungsi, baik
marketing maupun public relations di dalam perusahaan. “Each makes unique but
complimentary contributions to building and maintaining the many relationships
essentials for organizational survival and growth. To ignore one is to risk failure in
the other” (Masing-masing memiliki kontribusi unik namun saling melengkapi untuk
membangun dan menjaga hubungan-hubungan esensial untuk pertumbuhan dan
keberlangsungan perusahaan)
30
2.2.2 Corporate Marketing
2.2.2.1 Konsep Corporate Marketing
Corporate marketing didefinisikan oleh John M.T. Balmer, seorang Profesor
Corporate marketing dari Brunel University, London (Corporate marketing myopia
and the inexorable rise of a corporate marketing logic: Perspectives from identity-
based views of the firm", European Journal of Marketing, Vol. 45 Iss: 9/10, pp.1350)
sebagai
“Corporate marketing is a customer, stakeholder, societal and CSR/ ethical focuses philosophy enacted via an organizational-wide orientation and culture. A corporate marketing rational complements the goods and services logic. It is informed by identity based views of the firm: this is a perspective, which accords importance to corporate identities and to corporate brands. The latter provide distinctive platforms from which multi-lateral, organizational and stakeholder/ societal relationships are fostered to all around advantage” (Corporate marketing adalah filosofi yang berfokus pada pelanggan, stakeholder, dan CSR/etika yang dilaksanakan melalui budaya dan orientasi organisasi. Logika corporate marketing mendukung logika produk dan jasa. corporate marketing bergerak dari pandangan tentang organisasi yang didasarkan atas identitas: sebagai sebuah perspektif; yang secara khusus menekankan pentingnya corporate identity dan corporate brands. Istilah terakhir menyediakan wadah khusus dimana hubungan jamak, organisasional, dan stakeholder/ sosial mendapat keuntungan secara menyeluruh)
Corporate marketing secara filosofis diartikan sebagai “multi lateral and
beneficial exchange relationships with current and prospective customers,
stakeholders and society at large” (Hubungan transaksional berbagai sisi dan saling
menguntungkan dengan pelanggan, stakeholder, dan lingkungan sosial dalam
lingkup luas) (Balmer, 2011: 1335)
31
Gambar 2.1
Balmer’s Corporate Marketing Mix
Sumber : John M.T. Balmer, (2011) "Corporate marketing myopia and the
inexorable rise of a corporate marketing logic: Perspectives from identity-based
views of the firm", European Journal of Marketing, Vol. 45 Iss: 9/10, pp.1329 - 1352
Dari gambar di atas, Balmer dalam Jurnalnya Corporate marketing myopia
and the inexorable rise of a corporate marketing logic: Perspectives from identity-
based views of the firm (Balmer, 2011;1336) menjelaskan menjelaskan konsep
Corporate Makerting Mix, sebagai berikut:
1. Character (Corporate Identity)
32
Serangkaian atribut yang diciptakan untuk memberikan identitas unik
kepada perusahaan. Identitas inilah yang akan menjadi pengenal bagi
korporasi di mata publik
2. Communications (Corporate Communications)
Cara-cara untuk mengkomunikasikan filosofi perusahaan kepada publik
yang dituju melalui serangkaian media komunikasi
3. Constituencies (Costumers and Stakeholders)
Siapa publik yang akan dilayani oleh perusahaan. Publik-publik ini yang
akan menjadi fokus dari strategi corporate marketing.
4. Covenant (Corporate Brand Identity)
Pemilihan merek produk/ jasa yang diasosiasikan dengan janji dan
ekspektasi terhadap perusahaan.
5. Conceptualisations (Corporate Reputations and Image)
Persepsi perusahaan yang terbentuk dimata konsumen dan stakeholders
6. Culture (Corporate Culture)
Filosofi perusahaan seperti yang dikampanyekan melalui kegiatan-kegiatan
perusahaan yang harus dipegang oleh anggota organisasi.
33
Tabel 2.1
Kunci-kunci Penghubung Elemen Corporate Marketing
Sumber : John M.T. Balmer, (2011) "Corporate marketing myopia and the
inexorable rise of a corporate marketing logic: Perspectives from identity-based
views of the firm", European Journal of Marketing, Vol. 45 Iss: 9/10, pp.1329 - 1352
34
Dua elemen tambahan dalam tabel 1, yakni Context dan Custodianship
cenderung hanya dipakai sebagai tambahan untuk aplikasi corporate marketing pada
level senior managers dan antar industri. Ini berarti kedua elemen tersebut akan
dipakai bila sebuah perusahaan telah berhasil mengimplementasikan corporate
marketing ke dalam manajemen.
Dalam website resmi International Centre for Corporate Marketing and
Brand Management (Corporate-Marketing.Org, 2010) disebutkan bahwa kunci dari
corporate marketing adalah adanya kepentingan untuk membentuk hubungan
transaksional dengan berbagai publik, internal maupun eksternal. Bila diperhatikan,
hal ini mirip dengan tujuan kegiatan public relations, namun corporate marketing
tetaplah sebuah hal yang berdiri sendiri. Bila public relations berfokus pada
pembangunan hubungan baik, maka corporate marketing berusaha memasarkan
perusahaan sebagai satu kesatuan besar.
Balmer menyarankan bahwa corporate marketing seharusnya lebih
dipandang sebagai sebuah filosofi daripada dijadikan sebuah fungsi manajemen.
Konsep pemasaran traidisional harus diperluas ruang lingkupnya agar dapat
mengakomodasi konsep corporate marketing. Dua hal yang disebut Balmer harus
dimiliki perusahaan modern adalah corporate identity dan corporate brand, dengan
orientasi pemasaran tidak lagi pada produk, tapi pada konsumen dan stakeholders
melalui corporate marketing mix. (Balmer, 2011: 1351)
35
2.2.3 Public Relations in Corporate Organizations
Banyak cara untuk memandang posisi public relations di dalam sebuah
organisasi, baik sebagai sebuah fungsi manajemen yang krusial dalam menentukan
keberhasilan perusahaan, atau sebagai pendukung fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Titel dan deskripsi pekerjaan yang diberikan kepada praktisi public relations sangat
beragam, tergantung dari fokus perusahaan.
Keseluruhan kegiatan di atas adalah contoh-contoh ideal bagaimana public
relations seharusnya ditempatkan di dalam sebuah perusahaan. Sebagian besar
perusahaan di seluruh dunia telah menempatkan public relations dalam kerangka
tugas yang tepat, namun masih banyak yang belum tepat dalam operasinya
Di Indonesia sendiri mengenai penempatan public relations dalam
perusahaan, dikenal istilah MPR (Marketing Public Relations) dan CPR (Corporate
Public Relations). Rhenald Kesali dalam Yosal Iriantara (2004:59) membedakan
dimensi pekerjaan MPR dan CPR yang dirangkum sebagai berikut:
Tabel 2.2 Ruang lingkup MPR dan CPR
Marketing Public Relations (MPR) Corporate Public Relations (CPR)
1. Memposisikan perusahaan
sebagai “leader” atau “expert”
2. Membangun kepercayaan
konsumen (trust and confident)
3. Memperkenalkan produk baru
4. Menghilangkan, dan
meluncurkan kembali produk
1. Government Relations (Hubungan
dengan Pemerintah)
2. Community Relations (Hubungan
dengan Komunitas)
3. Media Relations (Hubungan Media)
4. Employee Relations (Hubungan
dengan Karyawan)
36
baru yang sudah melewati masa
kedewasaannya
5. Mengkomunikasikan
keuntungan dari produk-produk
yang telah ada
6. Mempromosikan cara pemasaran
baru produk yang sudah dikenal
7. Mengusahakan keterlibatan
publik terhadap produk
perusahaan
8. Menjangkau secondary markets
9. Menekan segmen pasar yang
lemah
10. Memperluas jangkauan iklan
11. Menimbulkan berita (buzz)
sebelum beriklan
12. Membuat iklan menjadi bahan
pembicaraan
13. Menjelaskan product story
secara detail
14. Memperoleh publisitas untuk
produk-produk yang tidak boleh
diiklankan
15. Memperoleh pemberitaan
televisi atas produk-produk yang
tabu untuk diiklankan di televisi
16. Uji coba konsep pemasaran
17. Mengidentifikasikan merek
produk dengan nama perusahaan
18. Memperoleh dukungan
5. Investor Relations (Hubungan dengan
Investor )
6. Banking Relations (Hubungan dengan
Perbankan )
7. Opinion Leaders Relations
(Hubungan dengan Pemimpin Opini)
8. Academic Relations (Hubungan
dengan Akademisi)
9. Crisis Management (Manajemen Isu)
37
konsumen dengan menjelaskan
misi perusahaan
19. Memotivasi sumber daya
penjualan (sales force)
20. Memperoleh dukungan dari
retail
Sumber : Yosal Iriantara (2004: 59)
Perbedaan mendasar antara MPR dan CPR terletak pada penempatan posisi
keduanya dalam organisasi. Penempatan ini akan berimplikasi pada tujuan kegiatan
keduanya, MPR sebagai pendukung strategi pemasaran, sedangkan CPR ditujukan
untuk hubungan-hubungan non-konsumen. Corporate marketing PT JobStreet
Indonesia tidak serta-merta terbagi ke dalam MPR ataupun CPR, namun lebih
merupakan gabungan yang menjalankan kegiatan keduanya sesuai kebutuhan
perusahaan.
38
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang peneliti tuangkan dalam bentuk diagram di bawah
secara simbolik merupakan nyawa dari penelitian ini. Elemen-elemen tersebutlah
yang menjadi dasar dan acuan peneliti untuk kemudian diharapkan dapat memenuhi
tujuan penelitian. Inti penelitian ini bermuara pada satu pertanyaan, yaitu sudah
optimal atau belumkah pelaksanaan kegiatan public relations JobStreet Indonesia
yang dilaksanakan oleh bagian corporate marketing sebagai persiapan event Grand
Opening JobStreet Bali.
Kegiatan corporate marketing JobStreet Indonesia ditujukan untuk terus
menjaga kredibilitas JobStreet di mata para klien dari korporasi (employers) dan juga
meningkatkan pengenalan bisnis dan perusahaan terhadap JobStreet Indonesia .
Berbagai program dicanangkan, mulai dari seminar hingga event dan gathering,
Tahun 2012 fokus program terdapat pada event. Peneliti memfokuskan pada
kegiatan-kegiatan public relations yang dilaksanakan sebagai persiapan event Grand
Opening JobStreet Bali.
Peneliti akan menganalisis bagaimana kegiatan-kegiatan public relations
tersebut dilaksanakan oleh corporate marketing, bagaimana skema penugasan,
pengambilan keputusan, dan kerjasama antar unit hingga eksekusi di lapangan. Dari
sana akan dapat disimpulkan apakah bagian corporate marketing sudah atau belum
optimal dalam melaksanakan kegiatan public relations untuk event Grand Opening
JobStreet Bali.
39
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber : Hasil pemikiran penulis dan kompilasi dari studi literatur
Public Relations in Corporate
Organizations
Marketing
Corporate Marketing
Belum optimal dalam
melaksanakan kegiatan
Public Relations
Optimal dalam
melaksanakan kegiatan
Public Relations
Event Grand Opening JobStreet Bali
Public Relations
Media Relations Publicity Government Relations