10E01010

111
Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010. 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA KESEJAHTERAAN KARYAWAN PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN OLEH NAMA : CHAIRUNNISA DAMAYANTI NIM : 050503180 DEPARTEMEN : AKUNTANSI Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi 2009

Transcript of 10E01010

Page 1: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING ATAS BIAYA

KESEJAHTERAAN KARYAWAN PADA

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV

(PERSERO) MEDAN

OLEH

NAMA : CHAIRUNNISA DAMAYANTI

NIM : 050503180

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

2009

Page 2: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

2

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan

Tax Planning atas Biaya Kesejahteraan Karyawan pada PT Perkebunan Nusantara

IV (Persero) Medan” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud

belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam

konteks penulisan skripsi Program Reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang

diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila di kemudian

hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan

oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 6 November 2009 Yang membuat pernyataan, Chairunnisa Damayanti NIM: 050503180

Page 3: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

3

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan,

kesempatan, dan kekuatan kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Judul skripsi ini adalah “Analisis Penerapan

Tax Planning atas Biaya Kesejahteraan Karyawan pada PT Perkebunan Nusantara

IV (Persero) Medan”.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, dukungan,

doa dan bimbingan dari berbagai pihak. Secara khusus penulis persembahkan

ucapan terima kasih yang terdalam kepada orang-orang yang paling berjasa dalam

hidup penulis yaitu Ayahanda (alm.) Abdul Chair Hood dan Ibunda Wardiah N.

Terima kasih untuk semua kasih sayang, doa yang tak pernah putus, didikan serta

dukungan yang selalu diberikan untuk Ananda. Penulis dengan hati yang tulus

juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia

Page 4: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

4

Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Arifin Hamzah, M.M, Ak selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M, Ak dan Bapak Drs. Sucipto, M.M, Ak selaku

Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah banyak membantu penulis

melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh karyawan Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV (persero)

Medan atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepada saudara-saudaraku yang sangat kusayangi yang selalu memberikan

doa, kasih sayang dan dukungannya Rizka Chairiah, M. Rizki Chaiwar,

Chairidani Purnamawati, M. Nawawi, M. Fajar Azwandi juga untuk Kak

Pinta, Bang Fian, Kak Sari serta ponakanku Tama dan Azka.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini yang

disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan

dalam penulisan skripsi-skripsi selanjutnya. Akhir kata penulis berharap agar

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 6 November 2009

Penulis,

Chairunnisa Damayanti NIM: 050503180

Page 5: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

5

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tax planning atas biaya kesejahteraan karyawan yang dapat meminimalkan beban pajak perusahaan. Jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh bersumber dari bagian keuangan dan bagian lainnya. Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan telah berupaya menerapkan perencanaan pajak dengan baik, yaitu dengan memaksimalkan biaya-biaya kesejahteraan karyawan yang dapat mengurangi penghasilan bruto perusahaan untuk meminimalkan beban pajaknya tanpa melanggar undang-undang yang berlaku. Kata kunci: Beban pajak, Kesejahteraan karyawan, Perencanaan pajak

Page 6: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

6

ABSTRACT

This research is a descriptive research. It aims to find out the tax planning implementation of fringe benefits which can minimize the company tax burden. Data types used are primary and secondary data. The datas are got from finance department and other departments. This research had been held in PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan. The data collection was done by interviewing, documenting and doing library research. Based on the research result, it can make conclusion that PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan has implemented tax planning well, that is by maximizing deductible expenses of employee fringe benefits to deduct the company gross income so that it can minimize company tax burden without violating any prevailing laws. Key words : Tax burden, Employee fringe benefits, Tax planning

Page 7: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

7

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iv

ABSTRACT ................................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 5

C. Batasan Penelitian .................................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ................................................................... 6

F. Kerangka Konseptual ............................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis...................................................................... 9

1. Pajak .................................................................................. 9

2. Pengaruh Pajak terhadap Perusahaan .................................. 10

3. Manajemen Pajak ............................................................... 11

4. Perencanaan Pajak (Tax Planning) ..................................... 12

Page 8: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

8

5. Pemberian dalam Bentuk Kesejahteraan Karyawan atau

Natura dan Kenikmatan (Fringe Benefits) .......................... 23

6. Laporan Keuangan Komersial Vs Laporan Keuangan

Fiskal ................................................................................. 37

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 43

B. Jenis Data dan Sumber Data ..................................................... 43

C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 44

D. Metode Analisis Data ............................................................... 44

E. Lokasi dan Jadwal Penelitian ................................................... 44

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian......................................................................... 46

1. Gambaran Umum PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) Medan ................................................................. 46

2. Struktur Organisasi Perusahaan .......................................... 48

3. Unsur-unsur Pendapatan dan Biaya pada

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan................... 54

4. Laporan Keuangan Perusahaan........................................... 55

5. Kebijakan Perusahaan dalam Pemberian

Kesejahteraan Karyawan .................................................... 61

Page 9: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

9

B. ........................................................................................... Ana

lisis Hasil Penelitian................................................................. 63

1. Memberikan Tunjangan PPh Pasal 21 ................................ 63

2. Memberikan Tunjangan Kesehatan .................................... 69

3. Pembayaran Premi Asuransi untuk Karyawan .................... 72

4. Membayar Biaya Iuran Pensiun/Santunan Hari Tua ........... 74

5. Rumah Dinas Karyawan ..................................................... 76

6. Transportasi untuk Karyawan ............................................. 79

7. Pakaian Kerja Karyawan .................................................... 81

8. Makanan dan Natura Lainnya ............................................. 83

9. Bonus dan Jasa Produksi .................................................... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. ........................................................................................... Kes

impulan.................................................................................... 90

B. ........................................................................................... Sar

an............................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 95

Page 10: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

10

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Contoh Tunjangan Bentuk Natura Diganti Tunjangan

Bentuk Uang ......................................................................... 36

Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu .............................................. 40

Tabel 3.1 Jadwal Penyelesaian Skripsi .................................................. 45

Tabel 4.1 Neraca PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan................................................................................... 55

Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan................................................................................... 56

Tabel 4.3 Perhitungan Lumpsum PPh Badan PT Perkebunan

Nusantara IV (Persero) Medan .............................................. 59

Tabel 4.4 Alternatif Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan .... 68

Tabel 4.5 Ikhtisar dari Take Home Pay, Biaya Fiskal dan

Biaya Komersial ................................................................... 68

Tabel 4.6 Fasilitas Dokter dan Obat ...................................................... 70

Tabel 4.7 Tunjangan Kesehatan ............................................................ 71

Tabel 4.8 Tidak Membayar Biaya Premi Asuransi (Jamsostek)............. 72

Tabel 4.9 Membayar Biaya Premi Asuransi (Jamsostek)....................... 73

Tabel 4.10 Tidak Membayar Biaya Iuran Pensiun/SHT .......................... 75

Tabel 4.11 Membayar Biaya Iuran Pensiun/SHT .................................... 75

Tabel 4.12 Fasilitas Rumah Dinas .......................................................... 77

Page 11: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

11

Tabel 4.13 Tunjangan Perumahan........................................................... 78

Tabel 4.14 Fasilitas Kendaraan Dinas ..................................................... 79

Tabel 4.15 Tunjangan Transportasi ......................................................... 80

Tabel 4.16 Tidak Memberi Pakaian Kerja............................................... 81

Tabel 4.17 Memberi Pakaian Kerja ........................................................ 82

Tabel 4.18 Tunjangan Bentuk Natura ..................................................... 83

Tabel 4.19 Tunjangan Bentuk Uang ....................................................... 84

Page 12: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

12

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ............................................................ 7

Gambar 2.1 Tujuan Manajemen Pajak ...................................................... 12

Page 13: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

13

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) Medan ................................................................... 97

Lampiran 2 Surat Izin Riset ...................................................................... 98

Lampiran 3 Berita Acara Bimbingan Skripsi ............................................ 99

Page 14: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penerimaan pajak dari tahun ke tahun terus meningkat dan memberi andil

besar dalam penerimaan negara. Penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan

merupakan primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Sedangkan

penerimaan dari migas, yang dahulu selalu menjadi andalan penerimaan negara,

sekarang sudah tidak bisa diharapkan sebagai sumber penerimaan keuangan

negara yang terus menerus karena sifatnya yang tidak dapat diperbaharui (non

renewable resources). Penerimaan migas pada suatu waktu akan habis sedangkan

dari pajak selalu dapat diperbaharui sesuai dengan perkembangan ekonomi di

masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu pajak harus dikelola dengan baik dan

benar. Salah satu sumber utama yang kontribusinya sangat besar dalam

penerimaan pajak adalah dari Pajak Penghasilan (PPh).

Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan

digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun

pengeluaran pembangunan. Sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan beban

yang akan mengurangi laba bersih. Keputusan bisnis sebagian besar dipengaruhi

oleh pajak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keputusan bisnis yang

baik jika berhubungan dengan pajak bisa menjadi keputusan bisnis yang kurang

baik, begitu juga sebaliknya.

Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara Wajib Pajak

dengan pemerintah. Wajib Pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil

Page 15: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

15

mungkin karena dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan

ekonomis Wajib Pajak. Di lain pihak pemerintah memerlukan dana untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan, yang sebagian besar berasal dari

penerimaan pajak. Adanya perbedaan kepentingan ini menyebabkan Wajib Pajak

cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun

ilegal. Hal ini dimungkinkan jika ada peluang yang dapat dimanfaatkan, baik

karena kelemahan peraturan pajak maupun sumber daya manusia (fiskus).

Dalam praktik bisnis, umumnya pengusaha mengidentikkan pembayaran pajak

sebagai beban sehingga akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna

mengoptimalkan laba. Bagi perusahaan, pajak yang dikenakan terhadap

penghasilan yang diterima atau diperoleh dapat dianggap sebagai biaya/beban

(expense) dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan maupun distribusi

laba kepada pemerintah. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing

maka perusahaan wajib menekan biaya seoptimal mungkin. Demikian pula

dengan kewajiban membayar pajak, karena biaya pajak akan menurunkan laba

setelah pajak (after tax profit), tingkat pengembalian (rate of return), dan arus kas

(cash flow).

Dalam ketentuan perpajakan, masih terdapat berbagai celah (loopholes) yang

dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah pajak yang dibayar oleh

perusahaan optimal dan minimum (secara keseluruhan). Arti dari optimal di sini

yaitu perusahaan tidak membayar sesuatu (pajak) yang semestinya tidak harus

dibayar, membayar pajak dengan jumlah yang ‘paling sedikit’ namun tetap

dilakukan dengan cara legal yang tidak menyalahi ketentuan yang berlaku.

Page 16: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

16

Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari

yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang

melanggar peraturan perpajakan. Upaya minimalisasi pajak secara eufimisme

sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning) atau tax sheltering.

Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan

transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal

tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun perencanaan pajak juga

dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan

secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan

sumber daya.

Perencanaan pajak (tax planning) menekankan pada pengendalian setiap

transaksi yang memiliki konsekuensi pajak. Kondisi tersebut bertujuan untuk

mengendalikan jumlah pajak sehingga mencapai angka minimum, yang dapat

berupa penghematan pajak (tax saving), penghindaran pajak (tax avoidance)

ataupun penyelundupan pajak (tax evasion). Tax avoidance menunjuk kepada

rekayasa tax affairs yang masih tetap dalam bingkai ketentuan perpajakan

(lawful), sedangkan tax evasion berada di luar bingkai peraturan perpajakan

(unlawful).

Karyawan merupakan unsur yang sangat penting yang berperan aktif di dalam

kegiatan organisasi atau perusahaan. Karyawan memberikan prestasi kerja yang

baik bagi kemajuan perusahaan, sedangkan perusahaan memberikan program

kesejahteraan sebagai penghargaan atas prestasi kerja yang baik yang sudah

diberikan karyawan kepada perusahaan. Salah satu peluang melakukan efisiensi

Page 17: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

17

pajak bagi perusahaan adalah dengan pengelolaan transaksi yang berhubungan

dengan pemberian kesejahteraan karyawan tersebut dalam bentuk natura dan

kenikmatan. Imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan

perusahaan dapat dibedakan dalam bentuk:

1. Uang secara langsung (tunjangan).

2. Bukan uang (natura dan kenikmatan), yaitu:

a. Beras, gula, dan sejenisnya.

b. Penggunaan mobil, rumah dinas, fasilitas pengobatan, dan sejenisnya.

Tujuan sebuah perusahaan didirikan adalah untuk tujuan ekonomi. Salah satu

tolok ukur keberhasilan sebuah perusahaan secara ekonomi adalah pencapaian

laba setelah pajak (after tax profit) yang tinggi. Laba bersih yang tinggi tentu

diawali dengan pencapaian target penjualan yang tinggi, kemudian diikuti dengan

pengeluaran biaya-biaya yang efisien, dan pembayaran pajak yang optimal,

sehingga akan dicapai laba bersih setelah pajak yang maksimal. Ketika penjualan

mencapai target, namun biaya yang dikeluarkan jauh lebih tinggi, maka secara

ekonomi hal tersebut hanya akan menjadi sebuah pencapaian yang sia-sia.

Demikian pula ketika laba bersih (secara komersial) sudah mencapai angka yang

optimal, karena didukung dengan pencapaian target penjualan yang maksimal dan

pengeluaran yang minimal, bisa jadi akan menjadi sia-sia ketika ternyata laba

habis tergerus beban pajak yang tidak seharusnya. Misalnya karena banyaknya

biaya yang merupakan kriteria non deductable expenses.

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan atau PTPN IV (Persero) adalah

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha

Page 18: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

18

agroindustri. Sampai dengan akhir tahun 2007, PTPN IV (Persero)

mempekerjakan karyawan tetap dan honorer sebanyak 32.325 orang. Dengan

dukungan ribuan karyawan tersebut, PTPN IV (Persero) telah menunjukkan

pertumbuhan kinerja yang konsisten. Sebagai sebuah perusahaan yang

berorientasi keuntungan (profit motive), PTPN IV (Persero) bertujuan mendapat

keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya sekecil-kecilnya, tetapi juga tanpa

mengorbankan kepentingan para karyawannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan

suatu perencanaan pajak (tax planning) atas biaya kesejahteraan karyawan yang

baik dan benar agar perusahaan tidak hanya dapat mencapai laba setelah pajak

(after tax profit) yang tinggi, tetapi kesejahteraan karyawan juga tercapai.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tax planning dapat

menekan beban perusahaan secara legal. Tax planning juga mendukung kinerja

perusahaan secara umum di mana sasarannya sejalan dengan tujuan perusahaan

yang menitikberatkan pada peningkatan laba. Oleh karena itu penulis tertarik

membahasnya pada suatu skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan Tax

Planning atas Biaya Kesejahteraan Karyawan pada PT Perkebunan

Nusantara IV (Persero) Medan”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah, secara sederhana dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti yaitu apakah penerapan tax planning atas biaya

kesejahteraan karyawan dapat meminimalkan beban pajak terhutang wajib pajak

badan pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan?

Page 19: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

19

C. Batasan Penelitian

Agar ruang lingkup permasalahan pada penelitian ini tidak menjadi luas, maka

batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Data yang digunakan adalah data tahun 2007.

2. Data utama diperoleh berdasarkan data sekunder yaitu laporan keuangan, serta

data pendukung berupa dokumentasi dan wawancara terstruktur.

3. Undang-undang pajak yang digunakan adalah UU PPh Nomor 17 Tahun 2000.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui penerapan tax planning atas biaya kesejahteraan

karyawan pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis

mengenai penerapan tax planning atas biaya kesejahteraan karyawan pada PT

Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.

2. Bagi pihak yang diteliti (PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan),

sebagai masukan dalam menerapkan penerapan tax planning atas biaya

kesejahteraan karyawannya.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi, bacaan yang

bermanfaat, dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

Page 20: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

20

F. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori

yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan

tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan

merupakan tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui

bagan alur berikut yang disertai penjelasan kualitatif.

Gambar 1.1

Kerangka Konseptual

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan

Penghasilan Wajib Pajak Badan

Penerapan Tax Planning atas Biaya

Kesejahteraan Karyawan

Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan

Page 21: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

21

Keterangan gambar:

Penghasilan Wajib Pajak Badan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan dikenakan pajak sesuai dengan tarif yang berlaku. Untuk meminimalkan

beban pajaknya, maka PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan menerapkan

tax planning, yaitu atas biaya kesejahteraan karyawan. Setelah itu, maka diperoleh

pajak terhutang Wajib Pajak Badan yang harus dibayar perusahaan kepada negara.

Page 22: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pajak

a. Pengertian Pajak

Dalam bukunya Pengantar Singkat Hukum Pajak (1992) menurut Soemitro,

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan Undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara”.

Sedangkan dalam Prabowo (2004: 2) menurut Adriani,

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara harus menyelenggarakan pemerintahan”.

Ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak menurut Waluyo dan Ilyas

(2002: 6) adalah:

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

Page 23: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

23

b. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari

berbagai definisi, maka terlihat adanya dua fungsi pajak, yaitu:

a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh: Dimasukkannya pajak dalam

APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

b. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di

bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang

lebih tinggi terhadap minuman keras sehingga konsumsi minuman keras dapat

ditekan. Demikian juga terhadap barang mewah.

2. Pengaruh Pajak terhadap Perusahaan

Asumsi pajak sebagai biaya akan mempengaruhi laba (profit margin),

sedangkan asumsi pajak sebagai distribusi laba akan mempengaruhi rate of return

on investment. Status perusahaan yang go public atau belum akan mempengaruhi

kebijakan pembagian dividen. Perusahaan yang sudah go public umumnya

cenderung high profile daripada perusahaan yang belum go public. Agar harga

pasar sahamnya meningkat, manajer perusahaan go public akan berusaha tampil

sebaik mungkin, sukses dan membagi dividen yang besar. Demikian juga dengan

pembayaran pajaknya akan diusahakan sebaik mungkin. Namun apapun

asumsinya, secara ekonomis pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia

untuk dibagi atau diinvestasikan kembali oleh perusahaan.

Page 24: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

24

3. Manajemen Pajak

Pemerintah saat ini melakukan upaya habis-habisan dalam bidang perpajakan.

Karena itu, pengusaha harus menanggapinya dengan cara habis-habisan juga,

yaitu dengan menempuh manajemen pajak. Bagaimanapun pajak bagi perusahaan

tetap sebagai “biaya”. Artinya sekecil apapun pajak yang harus dibayar oleh

perusahaan, tetap saja akan mengurangi laba yang diterima oleh perusahaan. Jika

pengelolaan pajak tidak dilakukan dengan baik, kemungkinan di kemudian hari

perusahaan terpaksa gulung tikar.

Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan

melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa legalitas manajemen pajak

tergantung dari instrumen yang dipakai. Legalitas baru dapat diketahui secara

pasti setelah ada putusan pengadilan.

Lumbantoruan dalam buku Akuntansi Pajak (1996: 483),

Tujuan manajemen pajak pada dasarnya serupa dengan manajemen keuangan yaitu sama-sama bertujuan untuk memperoleh likuiditas dan laba yang cukup. Manajemen pajak sebagai memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Dengan demikian, di kemudian hari tidak terjadi restitusi pajak atau kurang bayar yang mengakibatkan denda dan sebagainya. Manajemen pajak merupakan bagian dari manajemen keuangan. Manajemen

keuangan yang efisien membutuhkan suatu tujuan dan sasaran yang akan

digunakan sebagai patokan dalam memberikan penilaian atas efisiensi keputusan

keuangan. Dengan demikian tujuan manajemen pajak harus sejalan dengan tujuan

manajemen keuangan, yaitu memperoleh likuiditas dan laba yang memadai.

Page 25: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

25

Gambar 2.1 Tujuan Manajemen Pajak

Cara mencapai

Dicapai dengan

4. Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Strategi

penghematan pajak disusun pada saat perencanaan. Karena itu, pada tahap ini

dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat

diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.

Tujuan pokok yang seharusnya dicapai oleh para eksekutif perusahaan adalah

memberikan keuntungan yang maksimum untuk jangka panjang (long-term

return) kepada para pemodal atau pemegang saham yang telah menginvestasikan

kekayaan dan mempercayakan pengelolaannya kepada perusahaan. Keuntungan

tersebut harus diperoleh dengan mematuhi peraturan atau ketentuan perpajakan,

baik pajak daerah maupun pajak pusat, bahkan ketentuan pajak internasional.

Sebagai Wajib Pajak, setiap perusahaan harus mematuhi dan melaksanakan

Cara Mencapai

Dicapai dengan

Tujuan Manajemen Keuangan: a. Mencapai laba b. Likuiditas

Tujuan Manajemen Pajak: a. Melakukan kewajiban

perpajakan. b. Usaha efisiensi untuk

mencapai laba.

Fungsi Manajemen Pajak: a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Pembayaran

Page 26: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

26

kewajiban-kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang

berlaku.

Pada umumnya, ukuran kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan biasanya

diukur dan dibandingkan dengan besar kecilnya penghematan pajak (tax saving),

penghindaran pajak (tax avoidance) dan penyelundupan pajak (tax evasion) yang

kesemuanya itu bertujuan untuk meminimalkan beban pajak, melalui beberapa

cara antara lain melalui pengecualian-pengecualian, pengurangan-pengurangan,

insentif pajak, penghasilan yang bukan objek pajak, penangguhan pengenaan

pajak, pajak ditanggung negara sampai kepada kerja sama dengan aparat

perpajakan, suap-menyuap dan pemalsuan-pemalsuan.

a. Pengertian Tax Planning

Pengetahuan tentang akuntansi sangat diperlukan oleh Wajib Pajak untuk

dapat mematuhi peraturan dan/atau ketentuan perpajakan. Pemahaman tentang

Undang-undang dan peraturan perpajakan mutlak diperlukan untuk bisa membuat

kewajiban membayar pajak yang sekecil mungkin tanpa harus melanggar atau

tidak mematuhi Undang-undang dan peraturan perpajakan, sehingga dapat

memberikan keuntungan yang tinggi kepada para pemodal.

Para eksekutif perusahaan atau manajemen harus mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan peraturan atau ketentuan-ketentuan pajak, yang memungkinkan terlaksananya transaksi-transaksi yang hemat pajak atau bahkan bebas pajak. Proses demikian itu dikenal sebagai perencanaan pajak (tax avoidance atau legitimate tax planning), berbagai upaya untuk menghemat atau menghindari pajak yang dilakukan secara legal dan tidak melanggar etika (Harnanto, 2003: 105). Dalam kaitannya dengan pajak penghasilan, memaksimumkan keuntungan

atau kekayaan para pemilik secara implisit bermakna minimalisasi (pajak

Page 27: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

27

penghasilan) yang menuntut adanya perencanaan pajak yang efektif atau effective

tax planning. Untuk bisa membuat perencanaan pajak yang baik, perusahaan

harus mempekerjakan atau mempunyai orang yang memiliki pengetahuan dan

memahami peraturan perpajakan.

Secara garis besar, menurut Zain dalam buku Manajemen Perpajakan (2003:

43),

Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan baik oleh ketentuan peraturan peundang-undangan perpajakan maupun secara komersial. Jika tujuan dari tax planning adalah merekayasa agar beban pajak (tax burden)

serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda

dengan tujuan pembuat Undang-undang maka tax planning di sini sama dengan

tax avoidance karena secara hakikat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk

memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak

merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan kepada

pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.

Perencanaan pajak adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi. Walaupun kedua cara tersebut kedengarannya mempunyai konotasi yang sama sebagai tindakan kriminal, namun suatu hal yang jelas berbeda di sini, bahwa penghindaran pajak adalah perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sedang penyelundupan pajak jelas-jelas merupakan perbuatan ilegal yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Zain, 2003: 67).

Page 28: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

28

Dari pengertian tersebut terlihat bahwa perencanaan pajak melalui

penghindaran pajak merupakan satu-satunya cara legal yang dapat ditempuh oleh

Wajib Pajak dalam rangka mengefisiensikan pembayaran pajaknya. Ide dasarnya

adalah usaha pengaturan terlebih dahulu semua aktivitas perusahaan guna

menghindarkan impak perpajakan sebanyak mungkin atau dengan perkataan lain

peluang untuk perencanaan pajak yang efektif, terdapat lebih besar

kemungkinannya apabila hal tersebut dipertimbangkan sebelum transaksi tersebut

dilaksanakan, dibandingkan apabila pertimbangannya dilakukan setelah terjadi

transaksi. Dalam hal ini tentunya sangat tergantung kepada para manajer, sampai

sejauh mana para manajer tersebut mewaspadai secara konstan alternatif-alternatif

penghematan pajak pada setiap tindakan yang akan diambilnya.

Dapat disimpulkan bahwa suatu perencanaan pajak yang efektif tidak

tergantung kepada seseorang ahli pajak yang profesional, akan tetapi sangat

tergantung kepada kesadaran dan keterlibatan para pengambil keputusan akan

adanya impak pajak yang melekat pada setiap aktivitas perusahaannya.

b. Penghindaran Sanksi Pajak

Menurut Suandy (2001: 10), setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang harus

diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak (tax planning), yaitu:

1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak (tax planning) ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, buat Wajib Pajak merupakan risiko (tax risk) yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak (tax planning) tersebut.

2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak (tax planning) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh (global strategy) perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek, maka perencanaan pajak (tax planning) yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan itu sendiri.

Page 29: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

29

3. Bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnya dukungan perjanjian (agreement), faktur (invoice) dan juga perlakuan akuntansinya (accounting treatment).

c. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)

Untuk mencapai tujuan manajemen pajak, ada dua hal yang perlu dikuasai dan

dilaksanakan, yaitu:

1. Memahami ketentuan peraturan perpajakan.

Dengan mempelajari peraturan perpajakan seperti Undang-undang, Keputusan

Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Dirjen Pajak, dan Surat

Edaran Dirjen Pajak dapat diketahui peluang-peluang yang dapat

dimanfaatkan untuk menghemat beban pajak.

2. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat.

Pembukuan merupakan sarana yang sangat penting dalam penyajian informasi

keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan dan

menjadi dasar dalam menghitung besarnya jumlah pajak terutang.

d. Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Banyak motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak (tax

planning), namun semua itu bersumber dari adanya 3 unsur perpajakan yaitu:

a. Kebijaksanaan perpajakan (tax policy)

b. Undang-undang perpajakan (tax law)

c. Administrasi perpajakan (tax administration)

Ketiga unsur tersebut terjadi menurut proses sesuai dengan urutan waktu

penyusunan sistem perpajakan.

Page 30: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

30

e. Tahapan dalam Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Dalam arus globalisasi dan tingkat persaingan yang semakin tajam seorang

manajer dalam membuat suatu perencanaan pajak sebagaimana strategi

perencanaan perusahaan secara keseluruhan (global company’s strategy) juga

harus memperhitungkan adanya kegiatan yang bersifat lokal maupun

internasional, maka agar tax planning dapat berhasil sesuai dengan yang

diharapkan, maka rencana itu seharusnya dilakukan melalui berbagai urutan

tahap-tahap berikut:

1. Menganalisis informasi yang ada (Analysis of the existing data base)

Tahap pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis

komponen yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan

menghitung seakurat mungkin beban pajak (tax burden) yang harus ditanggung.

Ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen

dari pajak baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat

dirumuskan sebagai tax planning yang paling efisien. Penting juga untuk

memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan dari suatu proyek dan

pengeluaran-pengeluaran lain di luar pajak yang mungkin terjadi. Untuk itu

seorang manajer perpajakan harus memperhatikan faktor-faktor baik internal

maupun eksternal yaitu:

a. Fakta yang relevan.

b. Faktor pajak.

c. Faktor non-pajak lainnya.

Page 31: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

31

2. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak

(Design of one or more possible tax plan)

Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih atas tindakan-

tindakan berikut:

a. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.

b. Pemilihan negara asing tempat melakukan investasi atau menjadi residen

dari negara tersebut.

c. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.

3. Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak (Evaluating a tax plan)

Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan yang merupakan bagian kecil

dari seluruh perencanaan strategik perusahaan, oleh karena itu perlu dilakukan

evaluasi untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak

terhadap beban pajak (tax burden), perbedaan laba kotor dan pengeluaran selain

pajak atas berbagai alternatif perencanaan. Variabel-variabel tersebut akan

dihitung seakurat mungkin dengan hipotesis sebagai berikut:

a. Bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan

b. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik

c. Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tetapi gagal

Dari ketiga hipotesis tersebut akan memberikan hasil yang berbeda. Dari hasil

tersebut barulah dapat ditentukan apakah perencanaan pajak tersebut layak untuk

dilaksanakan atau tidak.

Page 32: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

32

4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak

(Debugging the tax plan)

Untuk mengatakan bahwa hasil suatu perencanaan pajak baik atau tidak, tentu

harus dievaluasi melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian

keputusan yang terbaik atas suatu perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk

transaksi dan tujuan operasi. Perbandingan berbagai rencana harus dibuat

sebanyak mungkin sesuai bentuk perencanaan pajak yang diinginkan. Kadang

suatu rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan/perundang-

undangan. Tindakan perubahan (up to date planning) harus tetap dijalankan

walaupun diperlukan penambahan biaya atau kemungkinan keberhasilannya

sangat kecil. Sepanjang penghematan pajak (tax saving) masih besar, rencana

tersebut harus tetap dijalankan, karena bagaimanapun juga kerugian yang

ditanggung merupakan kerugian minimal.

Jadi akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai dengan

gambaran/perkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa laba (benefit)

potensial yang akan diperoleh jika berhasil maupun kerugian (loss) potensial jika

terjadi kegagalan.

5. Memutakhirkan rencana pajak (Updating the tax plan)

Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah

berjalan, tetap perlu diperhitungkan setiap perubahan yang terjadi baik dari

undang-undang maupun pelaksanaannya (negara di mana aktivitas tersebut

dilakukan) yang dapat berdampak terhadap komponen suatu perjanjian.

Page 33: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

33

Pemuktahiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan

sebagaimana dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan

perhatian terhadap perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi

saat ini, seorang manajer akan mampu mengurangi akibat yang merugikan dari

adanya perubahan, dan pada saat yang bersamaan mampu mengambil kesempatan

untuk memperoleh manfaat yang potensial.

f. Perencanaan Pajak untuk Mengefisienkan Beban Pajak

Menurut Suandy (2003: 119),

Strategi mengefisienkan beban pajak (penghematan pajak) yang dilakukan perusahaan haruslah bersifat legal, supaya dapat menghindari sanksi-sanksi pajak di kemudian hari. Secara umum penghematan pajak menganut prinsip the least and the latest, yaitu membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada waktu terakhir yang masih diizinkan oleh undang-undang dan peraturan perpajakan. Strategi mengefisienkan beban pajak dari berbagai literatur dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengambil keuntungan dari berbagai pilihan bentuk badan hukum (legal

entity) yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha. Bila dilihat dari perspektif perpajakan kadang pemilihan bentuk badan hukum (legal entities) bentuk perseorangan, firma dan kongsi (partnership) adalah bentuk yang lebih menguntungkan dibanding perseroan terbatas yang pemegang sahamnya perorangan atau badan tetapi kurang 25%, akan mengakibatkan pajak atas penghasilan perseroan dikenakan dua kali yakni pada saat penghasilan diperoleh oleh pihak perseroan dan pada saat penghasilan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham perseorangan atau badan yang kurang dari 25%.

2. Memilih lokasi perusahaan yang akan didirikan. Umumnya Pemerintah memberikan semacam insentif pajak/fasilitas perpajakan khususnya untuk daerah tertentu (misalnya di Indonesia Bagian Timur), banyak pengurangan pajak penghasilan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Di samping itu, juga diberikan fasilitas seperti peyusutan dan amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang lebih lama dari seharusnya.

3. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya atau semaksimal mungkin dari berbagai pengecualian, potongan atau pengurangan atas Penghasilan Kena Pajak yang diperbolehkan oleh undang-undang. Sebagai contoh jika diketahui bahwa Penghasilan Kena Pajak (laba) perusahaan besar dan akan

Page 34: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

34

dikenakan tarif pajak tinggi/tertinggi, maka sebaiknya perusahaan membelanjakan sebagian laba perusahaan untuk hal-hal yang bermanfaat secara langsung untuk perusahaan, dengan catatan tentunya biaya yang dikeluarkan adalah biaya yang dapat dikurangkan (deductible) dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak. Sebagai contoh, biaya untuk riset dan pengembangan, biaya pendidikan dan latihan pegawai, biaya perbaikan kantor, biaya pemasaran dan masih banyak biaya lainnya yang dapat dimanfaatkan. Hal ini tergantung kepada jenis usaha dan peraturan pajak yang berlaku.

4. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha (corporate company) sehingga diatur mengenai penggunaan tarif pajak yang paling menguntungkan antara masing-masing badan usaha (business entity). Hal ini bisa dilakukan mengingat bahwa banyak negara termasuk Indonesia mengatur bahwa pembagian dividen antar-corporate (inter-corporate dividend) tidak dikenakan pajak.

5. Mendirikan perusahaan ada yang sebagai profit center dan ada yang hanya berfungsi sebagai cost center. Dari hal tersebut dapat diperoleh manfaat dengan cara menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan dari beberapa wajib pajak didalam satu grup begitu juga terhadap biaya sehingga dapat diperoleh keuntungan atas pergeseran pajak (tax shifting) yakni menghindari tarif paling tinggi/maksimum. Tentunya proses ini dapat dijalankan apabila sistem tarif pajak yang berlaku progresif dan penghasilan kena pajak sudah melewati tarif yang paling rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan membagi perusahaan dalam beberapa divisi, dimana ada divisi yang menghasilkan laba yang besar dan ada divisi yang hanya berfungsi sebagai pusat biaya.

6. Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau natura dan kenikmatan (fringe benefits) dapat sebagai salah satu pilihan untuk menghindari lapisan tarif maksimum (shift to lower bracket). Karena pada dasarnya pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan (fringe benefits) dapat dikurangkan sebagai biaya oleh pemberi kerja sepanjang pemberian tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan yang dikenakan pajak bagi pegawai yang menerimanya.

7. Pemilihan metode penilaian persediaan. Ada dua metode penilaian yang diizinkan oleh peraturan perpajakan, yaitu metode rata-rata (average) dan metode masuk pertama keluar pertama (first in first out). Dalam kondisi perekonomian yang cenderung mengalami inflasi, metode rata-rata (average) akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi dibanding dengan metode masuk pertama keluar pertama (first in first out). Harga pokok penjualan (HPP) yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba kotor menjadi lebih kecil.

8. Untuk pendanaan aktiva tetap dapat mempertimbangkan sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) di samping pembelian langsung karena jangka waktu leasing umumnya lebih pendek dari umur aktiva dan pembayaran leasing dapat dibiayakan seluruhnya. Dengan demikian,

Page 35: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

35

aktiva tersebut dapat dibiayakan lebih cepat dibandingkan melalui penyusutan jika pembelian dilakukan secara langsung.

9. Melalui pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan perpajakan yang berlaku. Jika perusahaan mempunyai prediksi laba yang cukup besar maka dapat dipakai metode penyusutan yang dipercepat (saldo menurun) sehingga atas biaya penyusutan tersebut dapat mengurangi laba kena pajak dan sebaliknya jika diperkirakan pada awal-awal tahun investasi belum bisa memberikan keuntungan atau timbul kerugian maka pilihannya adalah menggunakan metode penyusutan yang memberikan biaya yang lebih kecil (garis lurus) supaya biaya penyusutan dapat ditunda untuk tahun berikutnya.

10. Menghindari dari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan pada transaksi yang bukan objek pajak. Sebagai contoh: untuk jenis usaha yang PPh Badannya dikenakan pajak secara final, maka efesiensi PPh pasal 21 karyawan dapat dilakukan dengan cara memberikan semaksimal mungkin tunjangan karyawan dalam bentuk natura, mengingat pemberian natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.

11. Mengoptimalkan kredit pajak yang di perkenankan, untuk ini wajib pajak harus jeli untuk memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan. Sebagai contoh PPh Pasal 22 atas pembelian solar dari pertamina bersifat final jika pembeliannya dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang penyaluran ”Migas”, tetapi bila pembeliannya dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang pabrikan maka PPh pasal 22 tersebut dapat dikreditkan dengan PPh Badan. Perkreditan ini lebih menguntungkan ketimbang dibebankan sebagai biaya. Keuntungan yang dapat diperoleh sebesar 70% dari nilai pajak yang dikreditkan (dengan asumsi penghasilan kena pajak telah mencapai jumlah yang dikenakan tarif 30%)

12. Penundaan pembayaran kewajiban pajak dapat dilakukan dengan cara melakukan pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh tempo. Khusus untuk menunda pembayaran PPN dapat dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak sampai batas waktu yang diperkenankan khususnya atas penjualan kredit. Perusahaan dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan penyerahan barang (kep. Dirjen pajak No: 53/PJ/1994)

13. Menghindari pemeriksaan pajak, periksaan pajak oleh Direktorat jenderal pajak dilakukan terhadap wajib pajak yang: a. SPT lebih bayar b. SPT rugi c. Tidak memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT d. Terdapat informasi pelanggaran e. Memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan oleh Dirjen pajak

14. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang berlaku.

Page 36: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

36

5. Pemberian dalam Bentuk Kesejahteraan Karyawan atau Natura dan

Kenikmatan (Fringe Benefits)

Handoko dalam Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia (1985: 135) menyebutkan kesejahteraan karyawan sebagai kompensasi pelengkap, yang sering disebut “fringe benefits” adalah untuk mempertahankan karyawan organisasi dalam jangka panjang. Kompensasi pelengkap ini berbentuk penyediaan paket “benefits” dan penyelenggaraan program-program pelayanan karyawan.

Kesejahteraan karyawan yang juga dikenal sebagai benefit mencakup semua jenis penghargaan berupa uang yang tidak dibayarkan secara langsung kepada karyawan. Penghargaan ini diberikan kepada semua anggota organisasi atas keanggotaannya dan bukan berdasarkan hasil kerjanya. Oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja, namun dapat digunakan untuk menarik karyawan yang berkualitas dan mempertahankannya jika paket tunjangan dan fasilitas tersebut menarik (Panggabean, 2002: 96).

Natura adalah imbalan yang diberikan oleh pemberi kerja kepada

karyawannya, yang pemberiannya bukan dalam bentuk uang, melainkan dalam

bentuk barang atau berbagai fasilitas perusahaan, seperti beras, gula, penggunaan

mobil, rumah, fasilitas pengobatan dan lain sebagainya (Judisseno, 2002: 305).

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak boleh dikurangkan dalam

menentukan Penghasilan Kena Pajak, kecuali penyediaan makanan dan minuman

bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan

kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan

yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan dianggap

bukan merupakan Objek Pajak. Selaras dengan hal tersebut maka dalam ketentuan

ini, penggantian atau imbalan dimaksud dianggap bukan merupakan pengeluaran

yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja. Namun, dalam rangka

Page 37: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

37

menunjang kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah

terpencil, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, penggantian atau imbalan

dalam bentuk natura dan kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan

pelaksanaan pekerjaan di daerah tersebut boleh dikurangkan dari penghasilan

bruto pemberi kerja.

Dalam hal pemberian kepada pegawai berupa penyediaan makanan/minuman

di tempat kerja untuk seluruh pegawai, secara bersama-sama, atau yang

merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan

kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan

peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam),

antar jemput karyawan serta penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya,

walaupun pemberian tersebut bukan merupakan imbalan (kena pajak) karyawan

tetapi boleh dibebankan sebagai biaya pemberi kerja. Hal ini dimaksudkan untuk

dapat meningkatkan kinerja karyawan, efisiensi dan daya saing perusahaan serta

tentunya kesejahteraan karyawan.

Peluang melakukan efisiensi Pajak Penghasilan Badan sangat banyak yang

dapat dilakukan pada biaya-biaya yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan.

Strategi efisiensi PPh Badan yang berkaitan dengan biaya kesejahteraan karyawan

ini, sangat tergantung dari kondisi perusahaan, sebagai berikut:

a. Pada perusahaan yang memperoleh penghasilan kena pajak (tax income) yang

telah dikenakan tarif tertinggi (di atas Rp 100 juta) dan pengenaan PPh

Badannya tidak final, diupayakan seminimal mungkin memberikan

Page 38: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

38

kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan (fringe benefit)

karena pengeluaran ini tidak dapat dibebankan sebagai biaya.

b. Untuk perusahaan yang PPh Badannya dikenakan pajak secara final,

sebaiknya memberikan kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura dan

kenikmatan (fringe benefit), karena pemberian natura dan kenikmatan kepada

karyawan tidak termasuk objek PPh Pasal 21, sedangkan pengeluaran untuk

pemberian natura dan kenikmatan (fringe benefit) tersebut tidak

mempengaruhi besarnya PPh Badan, karena PPh Badan Final dihitung dari

persentase atas penghasilan bruto sebelum dikurangi dengan biaya-biaya.

c. Bagi perusahaan yang masih rugi, pemberian natura dan kenikmatan (fringe

benefit) akan menurunkan PPh Pasal 21 sementara PPh Badan tetap nihil.

Akuntansi mendefinisikan biaya sebagai suatu yang dikorbankan untuk

memperoleh pendapatan atau penghasilan. Jadi, semua usaha, tenaga, dan sumber

yang digunakan untuk memperoleh hasil adalah biaya. Oleh karena itu, semua

pembayaran dalam bentuk natura atau kenikmatan kepada karyawannya adalah

biaya.

Kesejahteraan karyawan yang dapat direkayasa terdiri dari:

1. PPh Pasal 21 Karyawan

PPh Pasal 21 karyawan adalah pajak yang dibebankan pada karyawan atas

penghasilan yang diperoleh dari pemberi kerja. PPh Pasal 21 itu dipungut oleh

pemberi kerja kemudian disetorkan pada pemerintah. PPh Pasal 21 tersebut dapat

dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

Page 39: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

39

a. PPh ditanggung karyawan yang bersangkutan

Dalam hal ini jumlah PPh pasal 21 yang terhutang akan ditanggung oleh

karyawan itu sendiri sehingga benar-benar mengurangi penghasilan.

b. Tunjangan PPh

Jika PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan, maka jumlah tunjangan

tersebut akan menambah penghasilan karyawan dan kemudian baru dikenakan

PPh pasal 21. Dalam hal ini penghitungan PPh dilakukan dengan cara gross

up dimana besarnya tunjangan pajak sama dengan jumlah PPh pasal 21

terhutang untuk masing-masing karyawan. Sepintas lalu kebijakan PPh pasal

21 jenis ini akan terlihat memberatkan perusahaan karena jumlah penghasilan

karyawan akan bertambah besar sebagai akibat dari penambahan tunjangan

pajak. Namun demikian beban perusahaan tersebut akan tereliminasi karena

PPh pasal 21 dapat dibiayakan.

c. PPh ditanggung oleh perusahaan

Dalam hal ini, jumlah Pasal PPh pasal 21 yang terhutang akan ditanggung

oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, gaji yang diterima

oleh karyawan tersebut tidak dikurangi dengan PPh pasal 21 karena

perusahaanlah yang menanggung biaya PPh pasal 21. PPh pasal 21 yang

ditanggung perusahaan tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan

bruto perusahaan.

2. Pengobatan/kesehatan karyawan

Perusahaan biasanya memberikan fasilitas pengobatan atau kesehatan pada

karyawannya, yang dapat dilakukan sebagai berikut:

Page 40: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

40

a. Perusahaan mendirikan klinik sendiri atau bekerja sama dengan pihak rumah

sakit tertentu

Pada kondisi ini, perusahaan menyediakan klinik di daerah lingkungan

perusahaan. Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang

beroperasi di daerah dengan satu “site” operasi atau pabrik yang besar.

Misalnya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam sector pertambangan

minyak, gas bumi, atau pertambangan lainnya yang mempunyai pusat operasi

di daerah. Tetapi hal ini juga banyak dilakukan oleh perusahaan industri besar,

seperti industri pupuk dan hamper semua perusahaan industri semen.

Kemudahaan, kecepatan serta jarak tempuh menjadi alasan yang paling

dominan dilakukan perusahaan dalam melakukan kebijakan ini. Biasanya akan

ada dokter jaga dan perawat yang standby di dalam klinik setiap saat jikalau

terjadi kecelakaan kerja karyawan. Dengan bekerja sama dengan pihak rumah

sakit tertentu maka karyawan yang sakit akan dilayani langsung oleh rumah

sakit tanpa mengeluarkan sepersen pun uang baik jasa kesehatan, cek darah,

rontgen maupun biaya obat-obatan. Rumah sakit akan menagih langsung

kepada perusahaan setiap bulannya atas biaya kesehatan karyawan. Meskipun

dalam prakteknya perusahaan tetap memberlakukan plafon biaya kesehatan

masing-masing karyawan dan keluarganya.

Jika karyawan perusahaan memperoleh fasilitas pengobatan yang tidak

diterima dalam bentuk uang tunai maka menurut keputusan Keputusan

Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal 21 yang

dikecualikan, bagi yang bersangkutan penerimaan kenikmatan ini bukan

Page 41: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

41

penghasilan. Dengan sendirinya menurut UU PPh Pasal 9 Ayat 1 Huruf e

pembayaran kenikmatan tersebut oleh perusahaan tidak dapat dikurangkan

sebagai biaya. Jika biaya pengobatan karyawan dibayarkan langsung kepada

klinik, rumah sakit, dan dokter lain di luar perusahaan, menurut Keputusan

Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal 21 yang

dikecualikan bagi karyawan merupakan kenikmatan yang tidak dikenakan

PPh. Dengan demikian, menurut UU PPh Pasal 6 Ayat 1 Huruf a pembayaran

uang tunai ini dapat dikurangkan sebagai biaya bagi perusahaan.

b. Karyawan diberi tunjangan kesehatan secara rutin baik sakit maupun tidak

Pada kondisi ini, perusahaan memberikan tunjangan dalam bentuk uang yang

menjadi komponen penghasilan bulanan karyawan. Perusahaan tidak

memperhatikan apakah karyawan akan sakit atau tidak dalam jangka waktu

sebulan, atau juga tidak memperhitungkan rata-rata jumlah sakit dalam tahun

lalu yang kemudian menjadi dasar perhitungan berapa nilai tunjangan yang

didapat. Besaran nilainya bervariasi tergantung kebijakan perusahaan dalam

menghitung berapa jumlah tunjangan yang didapat, biasanya tergantung posisi

dan lama bekerja.

Jika hanya pengobatan tersebut diberikan kepada karyawan dalam bentuk

penggantian uang tunai, menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.

281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal 21, bagi karyawan penggantian ini

merupakan penghasilan yang dikenakan PPh. Dengan demikian menurut UU

PPh Pasal 6 Ayat 1 Huruf a, pembayaran uang tunai ini dapat dikurangkan

sebagai biaya bagi perusahaan. Pertambahan penghasilan sebagai akibat

Page 42: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

42

pemberian penggantian ini akan menambah beban PPh karyawan yang

bersangkutan.

c. Karyawan diikutkan asuransi kesehatan, sehingga klaim jika sakit dilakukan

ke perusahaan asuransi

Saat ini cukup banyak perusahaan asuransi yang menawarkan program

asuransi kesehatan kepada perusahaan. Cukup banyak alasan yang ditawarkan

dari kemudahan pelayanan, kemudahan klaim, penghematan biaya pengurusan

dan sebagainya. Salah satu yang menjadi alasan sebagian perusahaan

menggunakan program asuransi kesehatan adalah masalah kepastian berapa

nilai yang harus dikeluarkan setiap bulannya, sehingga dapat diukur dengan

kemampuan perusahaan dalam me-manage cash flow. Program asuransi yang

ditawarkan cukup beragam dari rawat jalan, rawat inap, klaim kacamata,

perawatan gigi, biaya bersalin, operasi dan lain-lain.

Biaya asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan menurut UU PPh Pasal 6

Ayat 1 Huruf a dapat dikurangkan sebagai biaya, dan bagi karyawan menurut

Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal

21 pengeluaran ini diperhitungkan sebagai penghasilan. Apabila ternyata

kemudian ada pembayaran santunan asuransi, menurut Keputusan Direktur

Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal 21 yang

dikecualikan, penerimaan ini bukan penghasilan yang dikenakan pajak.

Dengan demikian perusahaan yang membayar santunan asuransi tidak

memotong PPh tertanggung atas karyawan.

Page 43: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

43

3. Pembayaran premi asuransi untuk karyawan

Karyawan di perusahaan mendapatkan asuransi berupa asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa. Asuransi karyawan dapat

dilakukan sebagai berikut:

a. Premi ditanggung perusahaan

Apabila premi dibayar atau ditanggung oleh pemberi kerja menurut UU PPh

tentang objek PPh Pasal 21 merupakan penghasilan yang dikenakan pajak.

Ketentuan ini dibuat untuk menyelaraskan dengan ketentuan yang ada pada

Pasal 4 Ayat 3 Huruf e yang menyatakan bahwa pembayaran dari perusahaan

asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,

asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa

tidak termasuk sebagai objek PPh.

b. Premi ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan

Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi,

menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang PPh

Pasal 21, dapat dikurangkan sebagai biaya dalam SPT PPh Pasal 21. Pada

waktu yang bersangkutan menerima penggantian atau santunan asuransi,

menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang objek

PPh Pasal 21 yang dikecualikan, penerimaan tersebut bukan merupakan objek

pajak.

Page 44: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

44

c. Premi sebagian ditanggung perusahaan sebagian ditanggung oleh karyawan

Untuk premi yang ditanggung perusahaan, menurut UU PPh Pasal 6 Ayat 1

Huruf a, pembayaran tersebut boleh dibebankan dalam penghasilan kena pajak

perusahaan dan bagi karyawan yang bersangkutan, menurut Keputusan

Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal 21 adalah

penghasilan yang merupakan objek pajak. Premi yang dibayar oleh wajip

pajak orang pribadi menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.

281/PJ/1998 tentang pengurangan yang diperbolehkan dalam menghitung

penghasilan kena pajak PPh 21 dihitung sebagai pengurang bagi wajib pajak

yang bersangkutan.

4. Iuran pensiun dan Iuran Jaminan Hari Tua

Karyawan di perusahaan juga mendapatkan iuran pensiun dan iuran Jaminan

Hari Tua (JHT). Iuran pensiun dan iuran JHT dapat dilaksanakan sebagai berikut:

a. Iuran ditanggung perusahaan

Jika iuran pensiun dan iuran JHT ditanggung oleh perusahaan, maka menurut

Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal

21 yang dikecualikan, bukan merupakan penghasilan bagi karyawan dan

menurut UU PPh Pasal 6 Ayat 1 Huruf c dapat dikurangkan dalam

penghasilan kena pajak bagi perusahaan.

b. Iuran ditanggung oleh karyawan yang bersangkutan

Jika iuran pensiun dan iuran JHT ditanggung oleh karyawan yang

bersangkutan, Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang

pengurangan yang diperbolehkan dalam menghitung penghasilan kena pajak

Page 45: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

45

PPh Pasal 21, iuran tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya dalam SPT PPh

Pasal 21 bagi karyawan yang bersangkutan.

c. Iuran sebagian ditanggung perusahaan sebagian ditanggung oleh karyawan

Jika iuran pensiun dan iuran JHT sebagian ditanggung oleh perusahaan dan

sebagian ditanggung karyawan, maka iuran yang ditanggung sebagian oleh

perusahaan menurut UU PPh Pasal 6 Ayat 1 Huruf e dapat dikurangkan dalam

penghasilan kena pajak perusahaan dan iuran yang ditanggung sebagian oleh

karyawan menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998

tentang pengurang yang diperbolehkan dalam menghitung PPh Pasal 21 dapat

dikurang sebagai biaya dalam SPT PPh Pasal 21.

5. Rumah dinas karyawan

Pemberian fasilitas perumahan untuk karyawan dapat dilakukan sebagai

berikut:

a. Perusahaan menyediakan rumah dinas

Kenikmatan menggunakan fasilitas rumah dinas milik perusahaan tidak

diperlakukan sebagai penghasilan karyawan sehingga perusahaan tidak dapat

mengurangkan biaya tersebut dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.

b. Perusahaan memberikan tunjangan perumahan

Pemberian tunjangan perumahan merupakan penghasilan yang dikenakan

pajak bagi karyawan dan menurut UU PPh Pasal 6 Ayat 1 Huruf a dapat

dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak bagi perusahaan.

Page 46: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

46

6. Transportasi untuk karyawan

Transportasi untuk karyawan diberikan oleh perusahaan untuk membantu

karyawan untuk mengatasi masalah transportasi. Pemberian transportasi untuk

karyawan dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Perusahaan menyediakan mobil dinas

Jika kenikmatan menggunakan sarana transportasi milik perusahaan tidak

diperlakukan sebagai penghasilan karyawan menurut UU PPh Pasal 9 ayat (1)

Huruf e perusahaan tidak dapat mengurangkan biaya yang berkaitan dengan

transportasi biaya penyusutan, eksploitasi, atau pemeliharaan sebagai biaya

dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.

b. Perusahaan memberikan tunjangan transport

Pemberian tunjangan transportasi menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak

No. 281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal 21 merupakan penghasilan yang

dikenakan pajak bagi karyawan dan menurut UU PPh Pasal 6 Ayat 1 Huruf a

dapat dikurangkan dalam Penghasilan Kena Pajak bagi perusahaan.

7. Pakaian kerja karyawan

Di perusahaan ada karyawan yang menggunakan pakaian kerja yang

sehubungan dengan lingkungan kerja dan ada yang menggunakan seragam

karyawan pada umumnya. Untuk itu kebijakan mengenai pakaian kerja karyawan

dapat dilakukan sebagai berikut:

Page 47: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

47

a. Pakaian kerja sehubungan dengan lingkungan kerja, misalnya satpam,

seragam pegawai hotel, pilot, dan lain-lain

Untuk pakaian yang berhubungan dengan lingkungan kerja menurut

Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 213/PJ/2001 Pasal 3 Ayat 1 dapat

dikurangkan dalam penghasilan kena pajak perusahaan. Bila perusahaan

menyeragamkan pakaian karyawannya yang tidak ada hubungannya dengan

lingkungan pekerjaan menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.

213/PJ/2001 Pasal 3 Ayat 2 tidak dapat dikurangkan dalam penghasilan kena

pajak perusahaan.

b. Seragam karyawan pada umumnya

Seragam karyawan pada umumnya yang dimaksud di sini yaitu karyawan

perusahaan memakai pakaian miliknya sendiri seperti karyawan pada

umumnya.

8. Makanan dan natura lainnya

Pemberian makanan dan natura lainnya kepada karyawan dapat dilakukan

sebagai berikut:

a. Perusahaan memberikan beras atau menyediakan katering untuk karyawan

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. 213/PJ/2001 Pasal 2,

penyediaan makanan dan minuman bagi karyawan tidak dianggap sebagai

penghasilan bagi karyawan namun dapat dibebankan sebagai biaya

perusahaan.

Page 48: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

48

b. Tunjangan beras atau uang makan

Pemberian tunjangan beras atau uang makan menurut Keputusan Direktur

Jenderal Pajak No. 281/PJ/1998 tentang objek PPh Pasal 21 merupakan

penghasilan yang kena pajak bagi karyawan dan menurut UU PPh Pasal 6

Ayat 1 Huruf a dapat dikurangkan sebagai biaya bagi perusahaan.

9. Bonus dan jasa produksi

Perusahaan biasanya memberikan bonus dan jasa produksi kepada karyawan.

Pemberian bonus dan jasa produksi dapat dilaksanakan menurut waktu

pembebanan dan bentuknya. Menurut waktu pembebanannya dapat dibedakan

menjadi:

a. Dibebankan dalam tahun berjalan

Bila dibebankan dalam tahun berjalan maka bonus dan jasa produksi diberikan

pada akhir tahun. Bonus akhir tahun akan diberikan pada bulan Desember.

b. Dibebankan pada laba yang ditahan

Bila dibebankan pada laba ditahan maka bonus dan jasa produksi akan

diberikan pada tahun berikutnya.

Contoh penerapan tax planning pemberian natura dan kenikmatan berupa

beras diganti dengan tunjangan beras berupa uang:

Perusahaan mengeluarkan biaya pemberian beras untuk karyawan sebesar Rp

300.000.000 setahun, merupakan biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan dari

penghasilan perusahaan. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat

membebankannya sebagai biaya dari penghasilan bruto maka perusahaan

melakukan tax planning dengan mengganti bentuknya menjadi tunjangan beras

Page 49: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

49

yang dimasukkan ke dalam slip gaji karyawan, seperti terlihat pada perhitungan

berikut ini.

Tabel 2.1

Contoh Tunjangan Bentuk Natura Diganti Tunjangan Bentuk Uang

Natura Tunjangan Beras Pendapatan 1.000.000.000 1.000.000.000 Biaya 500.000.000 500.000.000 Natura dan Kenikmatan (300.000.000) - Tunjangan Beras - 300.000.000 Jumlah Biaya 500.000.000 800.000.000 Penghasilan sebelum Pajak 500.000.000 200.000.000 Pajak Penghasilan Badan 132.500.000 42.500.000 Penghasilan setelah Pajak 367.500.000 157.500.000

Sumber: Mohammad Zain, 2007 Dari hasil perhitungan di atas, ternyata untuk memaksimumkan laba usahanya,

sebaiknya perusahaan membayarkan gaji dan upah karyawannya dengan cara

memberikannya dalam bentuk uang dan bukan natura. Dengan menerapkan tax

planning, perusahaan melakukan penghematan pajak sebesar Rp 132.500.000 –

Rp 42.500.000 = Rp 90.000.000 atau sama dengan 30% x Rp 300.000.000.

Bagi pihak swasta yang memberikan natura sebagai bagian dari imbalan yang

diberikan kepada karyawannya maka natura tersebut tidak boleh dijadikan sebagai

faktor pengurang Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak yag bersangkutan.

Berdasarkan perhitungan di atas ternyata lebih menguntungkan bagi pihak swasta

untuk memberikan uang tunai ketimbang dalam bentuk natura. Sehingga

kesimpulannya, pemberian imbalan untuk daerah-daerah yang tidak diterapkan

oleh Menteri Keuangan, sehingga baiknya tidak diberikan dalam bentuk natura.

Page 50: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

50

6. Laporan Keuangan Komersial Vs Laporan Keuangan Fiskal

Agar hasil suatu usaha dapat diketahui, setiap kurun waktu (periode akuntansi)

tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan

keuangan adalah tahap akhir dalam akuntansi. Laporan keuangan harus memenuhi

beberapa syarat yaitu relevan, dapat dimengerti, dapat diuji, dapat dibandingkan,

dapat dipercaya, lengkap, penyampaian tepat waktu, akurat, dan objektif.

Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan yang meliputi Laporan Laba Rugi, Laporan

Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Sedangkan laporan keuangan

fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan

digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Undang-undang pajak tidak

mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan

pembatasan untuk hal-hal tertentu baik dalam penghasilan maupun biaya.

Akibat dari perbedaan pengakuan ini menyebabkan laba akuntansi dan laba

fiskal dapat berbeda. Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan standar

akuntansi keuangan, kecuali diatur secara khusus dalam undang-undang.

Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi (komersial) dan laporan

keuangan fiskal secara terpisah, atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan

keuangan akuntansi (komersial). Laporan keuangan komersial yang direkonsiliasi

dengan koreksi fiskal akan menghasilkan laporan keuangan fiskal.

a. Penghasilan dan Biaya

Penghasilan diatur dalam Pasal 4 Ayat 1 Undang-undang Pajak Penghasilan,

penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

Page 51: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

51

diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun (Suandy, 2003:

87), termasuk:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk

lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini;

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

3. Laba usaha;

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya;

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi;

8. Royalti;

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah;

Page 52: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

52

12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

14. Premi asuransi;

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

Biaya adalah semua pengurang terhadap penghasilan (Suandy, 2003: 88).

Biaya yang boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak adalah:

1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,

termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau

jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan

yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan,

biaya pengolahan limbah, piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih,

premi asuransi, biaya administras, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;

2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan

amortisasi atau pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain

yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun;

3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan;

4. Kerugian karena penjualan atau penagihan harta yang dimiliki dan

digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan;

Page 53: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

53

5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing;

6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di

Indonesia;

7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat tertentu.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian

Desain Penelitian

Hasil Penelitian

Jabar Partomuan Pasaribu (2004)

Implementasi Tax Planning untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I

Deskriptif 1. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I telah berupaya mengimplementasikan tax planning untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayar perusahaan.

2. Implementasi tax planning pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I telah didukung oleh sistem administrasi yang tertib, rapi, dan teratur sehingga dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana untuk menghasilkan penghematan pajak guna mendukung strategi perusahaan secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kinerja.

3. Implementasi tax planning pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I bertujuan untuk mengelola kewajiban perpajakan

Page 54: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

54

secara lengkap, benar, dan tepat waktu.

Eva Lumbantoruan (2008)

Penerapan Tax Planning untuk Pajak Penghasilan sebagai Upaya Penghematan Pembayaran Pajak Badan pada PT Barata UUM Medan

Deskriptif 1. Tax planning bagi PPh Badan, setidak-tidaknya harus memenuhi berbagai ketentuan dan persyaratan yang berkaitan dengan perhitungan penghasilan kena pajak.

2. Metode penyusutan yang digunakan PT Barata UUM Medan yaitu straight line method ternyata memperbesar jumlah pajak terhutang, lebih efisien jika digunakan declining balance method.

1. Pasaribu (2004)

Judul penelitiannya adalah ”Implementasi Tax Planning untuk Meningkatkan

Kinerja Perusahaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I” untuk

menjelaskan bahwa tax planning yang baik dapat dijadikan suatu upaya dalam

melaksanakan kewajiban perpajakn pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I

secara efektif dan efisien berlandaskan peraturan perpajakan yang berlaku.

Hasilnya adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I telah berupaya

mengimplementasikan tax planning untuk meminimalkan beban pajak yang

harus dibayar perusahaan. Implementasi tax planning pada PT (Persero)

Pelabuhan Indonesia I telah didukung oleh sistem administrasi yang tertib,

rapi, dan teratur sehingga dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana untuk

menghasilkan penghematan pajak guna mendukung strategi perusahaan secara

keseluruhan dalam rangka meningkatkan kinerja. Implementasi tax planning

Page 55: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

55

pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I bertujuan untuk mengelola

kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu.

2. Lumbantoruan (2008)

Judul penelitiannya adalah ”Penerapan Tax Planning untuk Pajak Penghasilan

sebagai Upaya Penghematan Pembayaran Pajak Badan pada PT Barata UUM

Medan” untuk mengetahui penerapan tax planning terhadap beban pajak yang

ditanggung oleh PT Barata UUM Medan. Hasilnya adalah tax planning bagi

PPh Badan, setidak-tidaknya harus memenuhi berbagai ketentuan dan

persyaratan yang berkaitan dengan perhitungan penghasilan kena pajak.

Metode penyusutan yang digunakan PT Barata UUM Medan yaitu straight

line method ternyata memperbesar jumlah pajak terhutang, lebih efisien jika

digunakan declining balance method.

Page 56: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

56

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Menurut Erlina

(2007: 64), “Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap fenomena atau

populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subyek berupa individu,

organisasional, industri atau perspektif lain.” Menurut Sugiyono (2007: 11),

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan,

atau menghubungkan dengan variabel yang lain.”

B. Jenis Data dan Sumber Data

1. Data Primer

Yaitu data yang diambil langsung dari objek penelitian (PT Perkebunan

Nusantara IV (Persero) Medan) yang belum diolah dan perlu dikembangkan

dengan pemahaman sendiri oleh penulis, misalnya hasil wawancara dengan

bagian keuangan dan akuntansi serta karyawan lainnya yang dianggap dapat

memberikan informasi yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari perusahaan sebagai objek penelitian yang

sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan (PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) Medan) yang berupa data laporan keuangan. Biaya-biaya karyawan

Page 57: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

57

yang diambil dari perusahaan dalam penelitian ini adalah data pada tahun

2007.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

1. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan

pihak yang berkaitan dengan penelitian di perusahaan.

2. Dokumentasi, yaitu dengan meneliti bahan-bahan tulisan perusahaan yang

berhubungan dengan penelitian ini, misalnya struktur organisasi, laporan

keuangan dan data biaya-biaya karyawan.

3. Studi kepustakaan, yaitu penelitian ini didasarkan pada bahan-bahan dari

perpustakaan dengan mengumpulkan data berupa teori yang bersumber dari

literatur, artikel, majalah, buku-buku dan bahan-bahan tulisan dan

dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian.

D. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu

dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh

sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah

yang dihadapi.

E. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

yang beralamat di Jl. Letjend. Suprapto No. 2, Medan.

Page 58: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

58

Tabel 3.1 Jadwal Penyelesaian Skripsi

Tahapan Penelitian

Bulan (2009) April Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov

Pengajuan Judul

Penyelesaian Proposal

Pengumpulan Data

Seminar Proposal

Penulisan Skripsi

Penyelesaian Skripsi

Page 59: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

59

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan atau PTPN IV (Persero)

dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1996 tentang

penggabungan kebun-kebun yang berada di wilayah Sumatera Utara dan Akte

Notaris Harun Kamil, SH No. 37 tanggal 11 Maret 1996 dan perubahan Anggaran

Dasar berdasarkan Akte No. 18 dari Notaris Sri Rahayu H. Prasetio, SH tanggal

26 September 2002 kemudian diubah terakhir kali berdasarkan Akte Notaris Sri

Ismiyati, SH No. 11 tanggal 4 Agustus 2008.

PTPN IV (Persero) merupakan penggabungan (merger) dari 3 (tiga) kebun-

kebun yang berada di wilayah Sumatera Utara, yaitu PTPN VI yang

mengusahakan kelapa sawit dan kakao, PTPN VII yang mengusahakan kelapa

sawit, dan PTPN VIII yang mengusahakan teh. PTPN IV (Persero) berkantor

pusat di Jl. Letjend Suprapto No. 2 Medan.

PTPN IV (Persero) memiliki 32 Unit Usaha dan 2 Proyek Pengembangan

yang terletak di 10 Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang

Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Toba Samosir, Tapanuli Utara,

Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal. PTPN IV (Persero) melakukan

restrukturisasi organisasi melalui pengelompokan Unit Usaha ke dalam 6 (enam)

Grup Unit Usaha (GUU) sebagai embrio Unit Usaha Strategis (SBU). Sampai

Page 60: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

60

dengan akhir tahun 2007, PTPN IV (Persero) mempekerjakan karyawan tetap dan

honorer sebanyak 32.325 orang.

Dengan dukungan ribuan karyawan tersebut, PTPN IV (Persero) telah

menunjukkan pertumbuhan kinerja yang konsisten. Konsistensi pertumbuhan

kinerja manajemen PTPN IV (Persero) bagi seluruh karyawan merupakan bekal

dalam menyambut masa depan PTPN IV (Persero). Masa depan tersebut dapat

diungkapkan dalam dua kata: Sehat dan Kelas Dunia.

b. Kegiatan Perusahaan

PTPN IV (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak

pada bidang usaha agroindustri. Komoditas utama yang dikelola PTPN IV

(Persero) yaitu kelapa sawit dan teh. Arah pengembangan kelapa sawit dan teh

dilakukan melalui usaha horisontal dan vertikal. Pengembangan horisontal

melalui perluasan areal. Sedang pengembangan yang bersifat vertikal merupakan

strategi membangun downstream industry di mana di dalamnya terdapat industri

pengolahan CPO, Biodiesel dan pengolahan serbuk batang sawit.

Luas areal yang diusahakan pada saat ini seluas 147.271,11 Ha berupa

tanaman kelapa sawit seluas 141.875,00 Ha (96,34%) terdiri dari Tanaman

Menghasilkan seluas 93.552 Ha, Tanaman Belum Menghasilkan seluas 26.506,00

Ha, Tanaman Ulangan/Baru/Konversi seluas 12.310 Ha, TTAD seluas 7.054 Ha

dan Tanaman Menghasilkan Rehabilitasi 2.453 Ha. Luas areal tanaman teh seluas

5.396,11 Ha (3,66%) yang seluruhnya merupakan Tanaman Menghasilkan.

Di samping mengusahakan perkebunan juga mengusahakan industri hilir

berupa Pabrik Fraksionasi dan Refinasi yang berlokasi di Belawan dengan

Page 61: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

61

kapasitas 300 ton CPO peraturan hari dan produk yang dihasilkan berupa RBD

Olein, Crude Stearine dan Fatty Acids dan industri ini pada tahun 2005 sudah di

spin off dengan PT Pamina salah satu anak perusahaan PTPN IV yang

mengusahakan produk sejenis.

Selain itu, PTPN IV juga mengelola industri hilir Pabrik Pengolahan Inti

Sawit (PPIS) yang berlokasi di Kebun Pabatu dengan kapasitas 400 ton inti sawit

per hari dan produk yang dihasilkan berupa Palm Kernel Oil (PKO) dan Palm

Kernel Meal (PKM). Dalam rangka memanfaatkan limbah padat perusahaan telah

mendirikan dan mengoperasikan 2 unit pabrik kompos berbahan baku tandan

kosong dan limbah cair untuk menghasilkan pupuk kompos yang akan dipakai di

kebun sendiri sebagai pupuk suplemen pada areal TBM dan TM serta sebagian

akan dijual kepada masyarakat petani.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan dan

saling mempengaruhi karena adanya hubungan secara keseluruhan. Secara umum,

unsur-unsur dasar organisasi adalah dua orang atau lebih, adanya maksud

kerjasama, adanya pengaturan hubungan dan adanya tujuan yang hendak dicapai.

Dengan melihat struktur organisasi suatu perusahaan akan dapat diketahui

jenjang, hubungan tugas, wewenang dan tanggung jawab antara masing-masing

bagian terlibat dalam pelaksanaan operasi perusahaan.

Perusahaan yang terdiri dari berbagai bagian aktivitas yang berbeda-beda

harus dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai target dan

sasaran perusahaan dengan kondisi efisien yang tinggi. Pada prinsipnya bentuk

Page 62: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

62

struktur organisasi yang digunakan oleh suatu organisasi tergantung pada ukuran,

sifat dan kerumitan masalah yang timbul dalam organisasi tersebut. Maka untuk

menjalankan organisasinya, PTPN IV (Persero) perlu adanya pembagian tugas,

wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan, yaitu sebagai berikut:

a. Direktur Utama

Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan proses manajemen transformasi dalam rangka terwujudnya

Sustainable Value dan Sustainable Growth.

2. Membangun perusahaan yang berbasis pengetahuan (Knowledge Company).

3. Mensukseskan pembangunan sarana dan prasarana Teknologi Informasi

secara efektif.

4. Mensukseskan pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2000 dan

Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001: 1996 serta Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).

5. Melaksanakan seluruh peraturan yang berlaku terhadap operasional

perusahaan dalam rangka memenuhi kepatutan etika (etika bisnis dan kerja).

6. Mempertanggungjawabkan kinerja perusahaan pada Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS).

b. Direktur Produksi

Tugas dan tanggung jawab Direktur Produksi adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan upaya strategik dan kebijakan Bidang Produksi serta

mengevaluasi pelaksanaanya.

Page 63: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

63

2. Mengevaluasi dan menyempurnakan proses bisnis (work system) Bidang

Produksi untuk mewujudkan Best Practices.

3. Mengendalikan biaya produksi serta investasi sarana/ prasarana produksi pada

tingkat yang efektif dan efisien.

4. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan inovasi di Bidang Produksi.

5. Menterjemahkan kebutuhan pasar menjadi pelaksanaan operasional Bidang

Produksi.

6. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001: 2000 dan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001: 1996.

7. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan Sistem Penilaian Karya

(SPK) bagi SDM bidang produksi.

8. Melaksanakan seluruh program Strategic Initiative Total Quality Management

(TQM), Quest for Innovation (QFI).

c. Direktur Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Direktur Keuangan adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan upaya strategik dan kebijakan Bidang Keuangan/ Akuntansi/

Pemasaran serta mengevaluasi pelaksanaannya.

2. Mengevaluasi dan menyempurnakan proses bisnis (work system) Bidang

Keuangan/ Akuntansi/ Pemasaran untuk mewujudkan The Best Total Cost.

3. Memelihara keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan.

4. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan Assets Management secara

berkesinambungan untuk menghindari erosi kapital.

Page 64: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

64

5. Mengendalikan dan mengevaluasi biaya produksi melalui pemanfaatan

Activity Based Costing (ABC) dengan sasaran harga pokok FOB ≤ 78% dari

nilai penjualan.

6. Memelihara Cash Reserve Requirement sebesar 2 (dua) bulan kebutuhan dana

operasional.

7. Menyediakan sumber dana bagi pengembangan perusahaan dan kebun

masyarakat di sekitar Unit Kerja.

8. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan Sistem Penilaian Karya

(SPK) bagi SDM keuangan/ akuntansi/ pemasaran.

9. Melaksanakan seluruh program Strategic Initiative Digital Business Design

(DBD) dan Operational Excellence (OPEX).

10. Melaksanakan seluruh program Strategic Initiative: Strategic Alliance

Comprehensive Program (SACP) dan Customer Relationship Management

(CRM).

d. Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha

Tugas dan tanggung jawab Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha

adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan upaya strategik dan kebijakan Bidang Perencanaan dan

Pengembangan Usaha, serta mengevaluasi pelaksanaannya.

2. Mengevaluasi dan menyempurnakan proses bisnis (work system) Bidang

Perencanaan dan Pengembangan Usaha untuk meningkatkan kepuasan

pelanggan dan pemasok.

Page 65: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

65

3. Mengembangkan dan membina hubungan dengan mitra bisnis serta mitra

aliansi.

4. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan sistem Perencanaan dan

Pengembangan Usaha.

5. Menghimpun dan mensiasati perkembangan pasar dan perilaku pesaing

(market inteligence).

6. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan pembangunan dan

pembinaan masyarakat lingkungan sekitar Unit Kerja melalui program KKPA,

PUKK dan CD.

7. Menginformasikan kebutuhan pasar secara berkesinambungan kepada

Direktur Produksi.

8. Membangun sistem aliansi dalam pengembangan portofolio bisnis dan

diversifikasi usaha.

9. Mengendalikan biaya Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha pada

tingkat yang efektif dan efisien.

10. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan Sistem Penilaian Karya

(SPK) bagi SDM Bidang Perencanaan dan Pengembangan Usaha.

11. Melaksanakan seluruh program Strategic Initiative: Strategic Alliance

Comprehensive Program (SACP) dan Customer Relationship Management

(CRM).

e. Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum

Tugas dan tanggung jawab Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan

Umum adalah sebagai berikut:

Page 66: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

66

1. Menetapkan upaya strategik dan kewajiban Bidang SDM dan Umum serta

mengevaluasi pelaksanaannya.

2. Mengevaluasi dan menyempurnakan proses bisnis Bidang SDM (HR System)

untuk meningkatkan kompetensi, kepuasan dan kinerja karyawan.

3. Mengevaluasi dan menyempurnakan proses bisnis (work system) Bidang

Umum untuk mewujudkan keamanan lingkungan kerja dan pemenuhan aspek

legalitas.

4. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan Perencanaan Kebutuhan

SDM yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan (HR Strategic Planning).

5. Mengembangkan sistem pendidikan dan pelatihan yang didasarkan atas hasil

mapping personil dan kompetensi profil jabatan serta mengevaluasi

pelaksanaannya.

6. Mengembangkan dan mengevaluasi pelaksanaan program peningkatan

kualitas hidup (Quality of Life) karyawan.

7. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan kesehatan serta Sistem

Manajemen Keselamatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).

8. Mengendalikan biaya pembinaan SDM dan Umum secara efektif dan efisien.

9. Mengimplementasikan dan mereview pelaksanaan Sistem Penilaian Karya

(SPK) bagi SDM/ Umum.

10. Melaksanakan seluruh program Strategic Initiative Competence Based Human

Resorce Management (CBHRM).

Page 67: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

67

3. Unsur-unsur Pendapatan dan Biaya pada PT. Perkebunan Nusantara IV

(Persero) Medan

Pendapatan atas penjualan diakui pada saat risiko dan penyerahan barang

beralih kepada pembeli. Beban atau biaya diakui pada saat terjadinya (accrual

basis). PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan mempunyai beberapa

sumber pendapatan dan beban-beban yang ditanggung oleh perusahaan.

Pendapatan perusahaan terdiri dari:

1. Penjualan:

a. Penjualan ekspor

b. Pungutan ekspor

c. Penjualan lokal

2. Pendapatan lain-lain:

a. Pendapatan lain-lain

b. Penerimaan dividen

c. Penerimaan bunga/jasa giro penerimaan bunga/jasa giro

Sedangkan biaya perusahaan terbagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Biaya usaha:

a. Biaya penjualan

b. Biaya administrasi/umum

2. Biaya lain-lain

a. Rugi selisih kurs

b. Beban bunga

c. Biaya lain-lain

Page 68: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

68

d. Rugi anak perusahaan

4. Laporan Keuangan Perusahaan

Laporan keuangan perusahaan disajikan berikut ini adalah laporan keuangan

yang dibuat oleh perusahaan yang terdiri dari Laporan Laba Rugi dan Laporan

Neraca yang berhubungan dengan hutang pajak perusahaan tahun buku 2007.

Tabel 4.1

Neraca PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN NERACA

Per 31 Desember 2007 (disajikan dalam Rupiah)

AKTIVA

Aktiva Lancar Kas dan Setara Kas 886.046.568.290

Kas 578.037.676 Bank 240.012.709.531 Deposito Berjangka 645.455.821.083

Piutang Usaha 105.948.371.414 Piutang Lain-lain 22.273.545.777 Persediaan 239.687.060.497 Uang Muka dan Biaya Dibayar di Muka 11.989.309.579 Pinjaman Karyawan 1.228.430.363 Tagihan dan Pajak Dibayar di Muka 11.336.348.374

Jumlah Aktiva Lancar 1.278.509.634.294

Aktiva Tidak Lancar Aktiva Pajak Tangguhan 0 Penyertaan Saham 49.634.235.435 Goodwill 0 Aktiva Tetap 2.642.630.476.046 Aktiva Tidak Lancar Lainnya 188.077.240.582

Jumlah Aktiva Tidak Lancar 2.880.341.952.063

TOTAL AKTIVA 4.158.851.586.357

Page 69: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

69

KEWAJIBAN

Kewajiban Lancar 988.015.727.938 Kewajiban Tidak Lancar 1.300.634.214.834 Hak Minoritas 0

Jumlah Kewajiban 2.288.649.942.772

EKUITAS

Modal Saham 975.000.000.000 Tambahan Modal Disetor 0 Penyertaan Modal Negara 0 Bantuan Pemerintah yang Belum Ditentukan Statusnya 0 Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas

Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi 321.944.297 Selisih Nilai Transaksi Antar Ekuitas Sepengendali 0 Keuntungan (Kerugian) yang Belum

Direalisasi dari Tersedia Untuk Dijual 0 Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 0 Akumulasi Rugi sampai Tahun Lalu 0 Cadangan Umum 342.504.344.420 Cadangan Tujuan 0 Laba yang Belum Ditentukan Peruntukannya 552.375.354.868 Modal Saham yang Diperoleh Kembali 0

Jumlah Ekuitas 1.870.201.643.585 TOTAL PASIVA 4.158.851.586.357 Sumber: www.ptpn4.co.id

Tabel 4.2 Laporan Laba Rugi PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN LAPORAN LABA RUGI

Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2007 (disajikan dalam Rupiah)

PENDAPATAN: Penjualan Ekspor 865.839.415.412 Pungutan Ekspor ( 39.759.095.380) Penjualan Lokal 2.491.155.148.202

Jumlah Pendapatan 3.317.235.468.234

Page 70: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

70

HARGA POKOK PENJUALAN: Persediaan Awal 66.603.481.720 Biaya Tak Langsung 215.903.853.419 Biaya Langsung 1.439.530.435.133 Biaya Penyusutan 102.038.892.227 Biaya Pengiriman Ke Industri Hilir 7.668.052.805 Biaya Pengolahan Industri Hilir 21.387.724.550 Persediaan Akhir ( 124.715.167.924)

Jumlah Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930

LABA KOTOR/LABA OPERASIONAL 1.588.818.196.304

BIAYA USAHA: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 628.003.387.683

Jumlah Biaya Usaha 702.023.221.537

LABA USAHA 886.794.974.767

PENDAPATAN (BIAYA) LAIN-LAIN: Selisih Kurs (11.272.019.341) Beban Bunga (80.370.849.861) Biaya Lain-lain (36.159.718.568) Pendapatan Lain-lain 20.862.388.996 Penerimaan Dividen 18.000.000.000 Penerimaan bunga/jasa giro penerimaan bunga/jasa giro 10.218.441.700 Laba (Rugi) Anak Perusahaan ( 4.154.022.902)

Jumlah Pendapatan (Biaya) Lain-lain (82.875.779.976)

LABA SEBELUM PAJAK 803.919.194.791

PAJAK PENGHASILAN: Pajak Kini 225.170.500.400 Pajak Tangguhan

Sumber:

26.373.339.523 Jumlah Pajak Penghasilan 251.543.839.923

LABA (RUGI) BERSIH 552.375.354.868 LABA (RUGI) BERSIH PER LEMBAR SAHAM 566.539

www.ptpn4.co.id

Page 71: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

71

Dari laporan laba rugi perusahaan terlihat bahwa beban/penghasilan pajak

perusahaan terdiri dari :

Pajak kini Rp 225.170.500.400 Pajak tangguhan Rp 26.373.339.523

Jumlah Rp 251.543.839.923

Rekonsiliasi antara laba sebelum beban pajak penghasilan badan, seperti yang

disajikan dalam laporan laba rugi dengan taksiran pajak penghasilan kena pajak

untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut:

Laba akuntansi sebelum pajak penghasilan badan Rp 803.919.194.791 Ditambah (dikurangi)

Beda waktu: Penyusutan dan amortisasi Rp (75.102.084.124) Penyisihan beban manfaat karyawan Rp (13.693.888.510) Penyisihan piutang ragu-ragu Rp 884.840.889

Jumlah beda waktu Rp (87.911.131.745)

Ditambah (dikurangi) Beda tetap:

Beban pensiun Rp 10.611.344.291 Sumbangan Rp 5.515.310.924 Beban pengobatan Rp 5.804.471.474 Beban sosial lainnya Rp 4.867.060.471 Pemeliharaan rumah dan bangunan sosial Rp 2.351.568.553 Beban dan denda pajak Rp 6.055.660.528 Surat kabar dan majalah Rp 1.231.629.799 Beban lain-lain Rp 4.590.267.366 Penghasilan bunga yang sudah dikenakan pajak final Rp (10.218.441.700)

Jumlah beda tetap Rp 30.808.871.706 Taksiran penghasilan kena pajak Rp 746.816.934.752 Taksiran beban pajak penghasilan perusahaan Rp 225.170.500.400 Pajak dibayar di muka oleh perusahaan

Pajak penghasilan: Pasal 22 Rp 2.700.000.000 Pasal 25 Rp 195.730.898.170

Jumlah Rp 198.430.898.170 Taksiran hutang pajak penghasilan

Taksiran hutang (tagihan) pajak penghasilan

Page 72: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

72

Pasal 29 Rp 26.739.602.230 Perhitungan beban pajak tangguhan perusahaan adalah sebagai berikut: Dengan tarif pajak maksimum 30%

Penyusutan dan amortisasi Rp (22.530.625.237) Penyisihan piutang ragu-ragu Rp 265.452.266 Beban manfaat karyawan Rp (4.108.166.552)

PERHITUNGAN LUMPSUM PPH BADAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) MEDAN

TAHUN 2007

Laba menurut RKAP 2007 Rp 505.275.000.000

Jumlah beban pajak tangguhan Rp (26.373.339.523) PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan pada awal tahun menetapkan

besarnya Pajak Penghasilan terutang atas Penghasilan Kena Pajak berdasarkan

Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RKAP) tahun

pajak yang bersangkutan yang telah disahkan, dikurangi dengan pemotongan dan

pemungutan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 dan pasal 23.

Kemudian pada akhir tahun pajak melakukan perhitungan pajak yang terutang

atas seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang

bersangkutan, kecuali atas penghasilan yang telah dipotong pajak bersifat tunai.

Berikut adalah perhitungan Lumpsum PPh Badan yang dibuat oleh PT

Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan pada tahun 2007 yang disusun

berdasarkan RKAP tahun bersangkutan.

Tabel 4.3

Perhitungan Lumpsum PPh Badan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan

- Biaya Pemeliharaan Rumah Rp 3.449.121.500 Beda Tetap:

Page 73: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

73

- Sumbangan Rp 1.301.156.000 - Denda & Sanksi Admie Pajak Rp 3.769.528.000 - Biaya Akomodasi Tamu Rp 1.812.388.400 - Biaya Pensiun Rp 5.672.871.000 - Pelatihan dan Pendidikan Rp 1.303.814.800 - Biaya Ekolem (PKBL) Rp 95.450.000 - Biaya Lain-lain Rp 5.969.704.200 - Bunga Jasa Giro (Rp 2.115.950.000) - (Laba) Rugi Anaki Perusahaan (Rp 3.037.448.000)

Rp 18.220.635.900

- Selisih Penyusutan Fiskal Beda Waktu:

Komersial (Rp 61.591.282.995) - Amortisasi Biaya Ditangguhkan (Rp 4.172.426.847)

Penghasilan Kena Pajak Rp 457.731.926.058 Penghasilan Kena Pajak Pembulatan Rp 457.731.926.000

(Rp 65.763.709.842)

- 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 PPh Terhutang:

- 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 - 30% x Rp 457.631.926.000 =

Rp 137.302.077.800

Rp 137.289.577.800

- PT Padasa Enam Utama

Kredit Pajak: PPh Pasal 23:

(Rp 5.625.000.000) Rp 131.677.077.800

Sumber: PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, 2007

Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2007 setiap bulannya sebesar 1/12 x Rp

131.677.077.800 = Rp 10.973.089.816.

Berdasarkan peraturan perpajakan bahwa penyetoran pajak dilakukan

selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya dan pelaporan dilakukan

selambat-lambatnya tanggal 20 setiap bulannya.

Page 74: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

74

5. Kebijakan Perusahaan dalam Pemberian Kesejahteraan Karyawan

Pelaksanaan tax planning PPh Pasal 21 yang dilakukan PT Perkebunan

Nusantara IV (Persero) Medan yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan

adalah sebagai berikut:

a. PPh Pasal 21 Karyawan

Perusahaan menanggung PPh Pasal 21 karyawan dan tidak memberikan

tunjangan pajak kepada karyawan sehingga karyawan tidak perlu membayar PPh

Pasal 21.

b. Pengobatan/Kesehatan Karyawan

Perusahaan mendirikan klinik di wilayah perusahaan. Klinik tersebut hanya

menyediakan obat-obatan untuk penyakit ringan. Di samping itu, perusahaan juga

mempekerjakan seorang dokter umum untuk mendukung klinik tersebut.

Perusahaan juga bekerja sama dengan pihak rumah sakit tertentu.

c. Pembayaran Premi Asuransi untuk Pegawai

Perusahaan mengikutsertakan seluruh karyawan dalam asuransi tenaga kerja

program Jamsostek atau Jaminan Sosial Tenaga Kerja untuk memberikan

perlindungan dasar bagi tenaga kerja dalam menghadapi risiko-risiko yang timbul

dalam pelaksanaan pekerjaan. Pembayaran premi asuransi untuk pegawai

sebagian ditanggung perusahaan yaitu sebesar 4,24% dan sebesar 2% ditanggung

oleh karyawan.

d. Iuran Pensiun dan Iuran Jaminan Hari Tua

Perusahaan memberikan imbalan jasa masa kerja pensiun kepada karyawan

yang telah mencapai usia pensiun normal pada umur 55-56 dengan

Page 75: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

75

menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti untuk seluruh karyawan tetap

yang dihitung berdasarkan gaji terakhir dan masa kerja karyawan. Perusahaan

menanggung sebagian iuran pensiun dan iuran Jaminan Hari Tua karyawan yaitu

sebesar 7,6% dan sebesar 6% ditanggung oleh karyawan.

e. Rumah Dinas Karyawan

Khusus untuk karyawan yang bekerja di Kantor Pusat Medan perusahaan

memberi tunjangan perumahan, sedangkan untuk karyawan di masing-masing unit

kebun diberi rumah dinas.

f. Transportasi untuk Karyawan

Tunjangan transportasi diberikan kepada karyawan untuk keperluan pergi dan

pulang kantor dan tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerjaan. Perusahaan

menyediakan fasilitas kendaraan dinas bagi Direksi dan jabatan-jabatan tertentu

serta tunjangan transportasi bagi karyawan lainnya.

g. Pakaian Kerja Karyawan

Perusahaan memberikan pakaian kerja sehubungan dengan lingkungan kerja

karyawan, misalnya seragam satpam dan juga memberikan seragam karyawan

pada umumnya.

h. Makanan dan Natura Lainnya

Perusahaan memberikan tunjangan beras atau uang makan. Selain itu,

karyawan juga diberikan dalam bentuk natura yaitu beras.

Page 76: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

76

i. Bonus dan Jasa Produksi

Perusahaan memberikan bonus dan jasa produksi yang dibebankan pada

waktu tahun berjalan. Bonus ditetapkan berdasarkan estimasi manajemen

perusahaan dan disahkan oleh RUPS.

B. Analisis Hasil Penelitian

Pada hakikatnya pengambilan keputusan merupakan proses mengevaluasi

beberapa alternatif yang tersedia. Ditinjau dari segi perpajakan alternatif tersebut,

pada umumnya menyangkut masalah keuntungan dan biaya, dan oleh karena itu

pemilihan alternatif jatuh kepada alternatif yang menjanjikan keuntungan terbesar,

yaitu alternatif yang dapat memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax

profit). Analisis yang dilakukan yang ditinjau dari penerapan tax planning pada

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan yang terdiri dari:

1. Memberikan Tunjangan PPh Pasal 21

Tunjangan dalam bentuk uang yang dimasukkan ke dalam daftar gaji yang

diberikan oleh pemberi kerja pada karyawan untuk membantu karyawan dalam

membayar pajak penghasilan. Sebagai contoh, Ir Budiman adalah wajib pajak

dengan status kawin dengan tiga anak, bekerja sebagai karyawan PT Perkebunan

Nusantara IV (Persero) Medan. Penghasilan Ir Budiman yang diperoleh setiap

bulan adalah sebagai berikut.

Gaji Rp 9.500.000 Tunjangan istri Rp 230.000 Tunjangan anak (setiap anak) Rp 100.000 Tunjangan jabatan Rp 2.375.000 Tunjangan Perumahan Rp 950.000 Biaya pemeliharaan mobil dinas Rp 500.000 Iuran dibayar oleh pemberi kerja

Page 77: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

77

Premi Jamsostek Rp 100.000 Iuran JHT Rp 200.000 Iuran pensiun Rp 180.000 Iuran dibayar oleh Ir Budiman Iuran JHT Rp 180.000 Iuran pensiun Rp 180.000

PPh Pasal 21 karyawan adalah pajak yang dibebankan pada karyawan atas

penghasilan yang diterimanya dari pemberi kerja (perusahaan). PPh Pasal 21 itu

dipungut oleh pemberi kerja kemudian disetorkan pada pemerintah. Ada 3 metode

yang bisa digunakan dalam perhitungan PPh 21, yaitu :

a. Net Method

Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggung pajak

karyawannya.

b. Gross Method

Merupakan metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggung sendiri

jumlah pajak penghasilannya.

c. Gross-Up Method

Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan

tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang akan

dipotong dari penghasilan karyawan.

Page 78: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

78

Perhitungan PPh Pasal 21 menurut ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 4.4

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan PPh Pasal 21

Ditanggung Karyawan/Pemberi

Kerja

Diberikan dalam Bentuk Tunjangan

Pajak

Di Gross Up

Penghasilan Bruto Gaji 9.500.000 9.500.000 9.500.000 Tunjangan Istri 230.000 230.000 230.000 Tunjangan Anak 300.000 300.000 300.000 Tunjangan Jabatan 2.375.000 2.375.000 2.375.000 Tunjangan Perumahan 950.000 950.000 950.000 Tunjangan Pajak - 1.770.917 2.361.222 Iuran yang Dibayar oleh Karyawan: Premi Jamsostek 100.000 100.000 100.000 Jumlah Penghasilan Bruto 13.455.000 15.225.917 15.816.222 Pengurangan: Biaya Jabatan 108.000 108.000 108.000 Iuran yang Dibayar oleh Karyawan: Iuran Pensiun 180.000 180.000 180.000 Jumlah Pengurangan 288.000 288.000 288.000

Page 79: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

79

Penghasilan Neto Sebulan 13.167.000 14.937.917 15.528.222 Penghasilan Neto Setahun 158.004.000 179.255.000 186.338.667 Penghasilan Tidak Kena Pajak 18.000.000 18.000.000 18.000.000 Pengahasilan Kena Pajak 140.004.000 161.255.000 168.338.667 Jumlah PPh Pasal 21 setahun 21.251.000 26.563.750 28.334.667 Jumlah PPh Pasal 21 sebulan 1.770.917 2.213.646 2.361.222 Tunjangan Pajak - 1.770.917 2.361.222 PPh Pasal 21 yang harus disetor/dipotong dari penghasilan karyawan

1.770.917 442.729 0

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009

Page 80: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

80

Oleh karena Penghasilan Kena Pajak (PKP) sebelum Tunjangan Pajak berjumlah

Rp 140.004.000 berada di kelompok penghasilan Rp 100.000.000 dan Rp

200.000.000, maka perhitungan tunjangan pajaknya akan menggunakan rumus

sebagai berikut:

PKP di atas Rp 100.000.000 s.d Rp 200.000.000

Pajak = 1/36 (PKP sebelum Tunjangan Pajak – Rp 55.000.000)

Pajak = 1/36 (Rp 140.004.000 – Rp 55.000.000) = 1/36 x Rp 85.004.000 = Rp 2.361.222 Ada 4 alternatif kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan yang berkaitan

dengan PPh Pasal 21 karyawan, yaitu:

1. PPh Pasal 21 ditanggung karyawan

2. PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan

3. PPh Pasal 21 diberikan dalm bentuk tunjangan pajak

4. PPh Pasal 21 di gross up

Perbandingan antara gaji yang dibawa pulang karyawan (take home pay),

biaya komersial dan biaya fiskal atas pembayaran gaji karyawan, merupakan

faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam rangka pemilihan alternatif

tersebut, seperti terlihat pada perhitungan di bawah ini.

Page 81: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

81

Tabel 4.5 Alternatif Kebijakan Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 Take Home Pay Gaji & Tunjangan 13.355.000 13.355.000 15.125.917 15.716.222 Dikurangi: Iuran Pensiun 180.000 180.000 180.000 180.000 PPh Pasal 21 1.770.917 - 2.213.646 2.361.222 Jumlah 11.404.083 13.175.000 12.732.271 13.175.000 Biaya Fiskal Penghasilan Bruto 13.455.000 13.455.000 15.225.917 15.816.222 Ditambah: Iuran Pensiun 180.000 180.000 180.000 180.000 Biaya Mobil Dinas 250.000 250.000 250.000 250.000 Jumlah 13.885.000 13.885.000 15.655.917 16.246.222 Biaya Komersial Biaya Fiskal 13.885.000 13.885.000 15.655.917 16.246.222 Ditambah: Biaya Mobil Dinas 250.000 250.000 250.000 250.000 PPh Pasal 21 - 1.770.917 - - Jumlah 14.135.000 15.905.917 15.905.917 16.496.222 Selisih Biaya Fiskal dan Biaya Komersial 250.000 2.020.917 250.000 250.000

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Ikhtisar dari Take Home Pay, Biaya Fiskal dan Biaya Komersial serta

selisihnya yang merupakan faktor-faktor penentu pemilihan alternatif dapat

terlihat seperti berikut ini.

Tabel 4.6

Ikhtisar dari Take Home Pay, Biaya Fiskal dan Biaya Komersial

Take Home

Pay Biaya Fiskal

Biaya Komersial

Selisih

PPh Pasal 21 Ditanggung Karyawan 11.404.083 13.885.000 14.135.000 250.000

Page 82: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

82

Ditanggung Pemberi Kerja 13.175.000 13.885.000 15.905.917 2.020.917 Diberikan dalam Bentuk Tunjangan Pajak 12.732.271 15.655.917 15.905.917 250.000 Di Gross Up 13.175.000 16.246.222 16.496.222 250.000

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Berdasarkan ikhtisar alternatif-alternatif di atas, maka alternatif yang paling

baik dipilih oleh perusahaan adalah Alternatif 4 yaitu PPh Pasal 21 karyawan di

gross up. Sebab dari sudut pandang karyawan gaji yang dibawa pulang (take home

pay) merupakan yang terbesar yaitu Rp 13.175.000, dan di pihak lain perusahaan

akan menanggung selisih antara biaya komersial dengan biaya fiskal yang tidak

berbeda dengan alternatif lainnya yaitu Rp 250.000.

Dengan menggunakan metode gross up maka perusahaan dapat membebankan

biaya tunjangan pajak sebagai deductible expense sehingga dapat mengurangi PPh

Badan perusahaan. Tetapi hal ini harus didukung dengan adanya penjurnalan

biaya tunjangan pajak di dalam pembukuan Wajib Pajak serta tunjangan tersebut

harus tercantum dalam slip gaji karyawan.

2. Memberikan Tunjangan Kesehatan

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan mendirikan klinik sendiri yang

didirikan di dalam lokasi perusahaan dan bekerja sama dengan pihak rumah sakit

tertentu.. Klinik ini menyediakan dokter umum dan memberikan obat-obatan

secara cuma-cuma kepada karyawan. Fasilitas yang diterima oleh karyawan tidak

dalam bentuk uang tunai seperti penyediaan dokter dan pemberian obat-obatan

tersebut bagi karyawan yang bersangkutan bukan merupakan penghasilan. Dengan

sendirinya, pembayaran kenikmatan tersebut oleh perusahaan tidak dapat

dikurangkan sebagai biaya, seperti terlihat pada perhitungan di bawah ini.

Page 83: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

83

Tabel 4.7 Fasilitas Dokter dan Obat

Fasilitas Dokter dan Obat Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 557.207.106.328 Dokter dan Obat (70.796.281.355) Jumlah Biaya Usaha 631.226.940.182 Laba Usaha 957.591.256.122 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 874.715.476.146 PPh Terutang 262.397.142.844 Laba setelah Pajak 612.318.333.302 Jumlah Hutang Pajak 262.397.142.844

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan untuk fasilitas dokter dan obat sebesar Rp 70.796.281.355 tidak

dapat dikurangkan ke dalam pendapatan perusahaan, sehingga dilakukan koreksi

fiskal sebesar Rp 70.796.281.355 yang menyebabkan adanya tambahan pajak

sebesar 30% x Rp 70.796.281.355 = Rp 21.238.884.407. Tetapi apabila

penyediaan dokter dan pemberian obat-obatan tersebut diubah menjadi tunjangan

kesehatan, maka berdasarkan UU PPh pasal 4 ayat (1) huruf a tunjangan

kesehatan yang diberikan dalam bentuk uang tersebut merupakan penghasilan

yang akan dipajaki (taxable), dan di lain pihak berdasarkan UU PPh pasal 6 ayat

(1) huruf a biaya tunjangan kesehatan tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto perusahaan (deductible), seperti terlihat pada perhitungan di bawah ini.

Page 84: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

84

Tabel 4.8 Tunjangan Kesehatan

Tunjangan Kesehatan Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 557.207.106.328 Tunjangan Kesehatan 70.796.281.355 Jumlah Biaya Usaha 702.023.221.537 Laba Usaha 886.794.974.767 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 803.919.194.791 PPh Terutang 241.158.258.437 Laba setelah Pajak 562.760.936.354 Jumlah Hutang Pajak 241.158.258.437

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Tunjangan pengobatan diberikan sebesar jumlah biaya yang dipakai untuk

keperluan pengobatan tersebut. Untuk mengetahui jumlah ini, klinik atau rumah

sakit harus membuat catatan besarnya biaya pengobatan masing-masing karyawan

tiap bulan. Perusahaan kemudian memotong kembali tunjangan pengobatan dari

penghasilan karyawan yang telah dikenakan pajak pada tiap akhir bulan.

Dengan melakukan tax planning maka PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp 21.238.884.407 (Rp

262.397.142.844 – Rp 241.158.258.437) atau sama dengan 30% x Rp

70.796.281.355. Sedangkan di sisi karyawan, pemberian tunjangan kesehatan

akan menambah penghasilan kena pajak mereka. Pertambahan penghasilan kena

pajak ini akan menyebabkan PPh Pasal 21 karyawan menjadi lebih besar.

Page 85: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

85

3. Pembayaran Premi Asuransi untuk Karyawan

Program Jamsostek atau Jaminan Sosial Tenaga Kerja merupakan program

pemerintah yang bertujuan memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja

guna menjaga harkat dan martabatnya sebagai manusia dalam menghadapi risiko-

risiko yang timbul. Program Jamsostek memberikan kepastian jaminan dan

perlindungan terhadap risiko sosial ekonomi yang ditimbulkan kecelakaan kerja,

cacat, sakit, hari tua, dan meninggal dunia.

Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang ketenagakerjaan di mana setiap

perusahaan diwajibkan untuk mengikutsertakan karyawannya dalam program

Jamsostek. Pembayaran premi asuransi untuk karyawan di PT Perkebunan

Nusantara IV (Persero) Medan sebagian ditanggung perusahaan yaitu sebesar

4,24% dan sebesar 2% ditanggung oleh karyawan.

Jika perusahaan tidak menanggung biaya premi asuransi untuk karyawan,

maka biaya premi tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan

perusahaan, seperti terlihat pada perhitungan berikut ini.

Tabel 4.9 Tidak Membayar Biaya Premi Asuransi (Jamsostek)

Tidak Membayar Biaya Premi

Asuransi (Jamsostek) Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 613.152.610.406 Jumlah Biaya Usaha 687.172.444.260 Laba Usaha 901.645.752.044

Page 86: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

86

Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 818.769.972.068 PPh Terutang 245.613.491.620 Laba setelah Pajak 573.156.480.448 Jumlah Hutang Pajak 245.613.491.620

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009

Apabila premi asuransi tersebut dibayar atau ditanggung oleh pemberi kerja,

bagi pemberi kerja pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya

(deductible) dan bagi karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan yang

merupakan objek pajak (taxable), seperti terlihat pada perhitungan berikut ini.

Tabel 4.10 Membayar Biaya Premi Asuransi (Jamsostek)

Membayar Biaya Premi

Asuransi (Jamsostek) Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 613.152.610.406

Biaya Premi Asuransi (Jamsostek) 14.850.777.277 Jumlah Biaya Usaha 702.023.221.537 Laba Usaha 886.794.974.767 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 803.919.194.791 PPh Terutang 241.158.258.437 Laba setelah Pajak 562.760.936.354 Jumlah Hutang Pajak 241.158.258.437

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009

Dengan melakukan tax planning maka PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp 4.455.233.183 (Rp

Page 87: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

87

245.613.491.620 – Rp 241.158.258.437) atau sama dengan 30% x Rp

14.850.777.277. Sedangkan di sisi karyawan, premi asuransi yang ditanggung

oleh perusahaan akan menambah penghasilan kena pajak karyawan karena

merupakan objek PPh. Menanggung premi asuransi karyawan merupakan aturan

dari pemerintah mengenai premi asuransi Jamsostek yang mewajibkan pemberi

kerja menanggung premi asuransi karyawan.

4. Membayar Biaya Iuran Pensiun/Santunan Hari Tua (SHT)

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan melakukan program pensiun

manfaat pasti untuk seluruh karyawan tetap yang dihitung berdasarkan gaji

terakhir dan masa kerja karyawan. Dana Pensiun ini dikelola oleh Dana Pensiun

Perkebunan (Dapenbun) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.

KEP-344/KMK/17/1999. Pendanaan Dapenbun berasal dari kontribusi karyawan

dan perusahaan, masing-masing sebesar 6% dan 7,6% dari gaji dasar tahunan

karyawan yang ditentukan berdasarkan hasil perhitungan aktuaria. Metode

penilaian aktuaria yang digunakan adalah Metode Projected Unit Credit. Selain

itu, perusahaan juga memberikan imbalan lainnya berupa Santunan Hari Tua

(SHT), tunjangan masa persiapan pensiun, cuti panjang, dan penghargaan masa

kerja dengan syarat yang telah diputuskan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

antara karyawan dan perusahaan.

Jika perusahaan tidak menanggung biaya iuran pensiun untuk karyawan, maka

biaya tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan perusahaan,

seperti terlihat pada perhitungan berikut ini.

Page 88: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

88

Tabel 4.11 Tidak Membayar Biaya Iuran Pensiun/SHT

Tidak Membayar Biaya Iuran

Pensiun/SHT Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 578.870.036.105 Jumlah Biaya Usaha 652.889.869.959 Laba Usaha 935.928.326.345 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 853.052.546.369 PPh Terutang 255.898.263.911 Laba setelah Pajak 597.154.282.458 Jumlah Hutang Pajak 255.898.263.911

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009

Jika iuran pensiun/Santunan Hari Tua (SHT) ditanggung pemberi kerja maka

berdasarkan UU PPh pasal 6 ayat (1) huruf c biaya tersebut boleh dibebankan

sebagai biaya (deductible) dan berdasarkan UU PPh pasal 4 ayat (3) huruf g bukan

merupakan penghasilan karyawan (non taxable), seperti terlihat pada perhitungan

berikut ini.

Tabel 4.12 Membayar Biaya Iuran Pensiun/SHT

Membayar Biaya Iuran Pensiun/SHT

Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854

Page 89: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

89

Biaya Administrasi/Umum 578.870.036.105 Biaya Iuran Pensiun/SHT 49.133.351.578 Jumlah Biaya Usaha 702.023.221.537 Laba Usaha 886.794.974.767 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 803.919.194.791 PPh Terutang 241.158.258.437 Laba setelah Pajak 562.760.936.354 Jumlah Hutang Pajak 241.158.258.437

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Namun demikian terdapat ketentuan bahwa hanya iuran kepada dana pensiun

yang mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan yang boleh dibebankan

sebagai biaya, dalam hal ini dana pensiun tersebut adalah Dapenbun.

Dengan melakukan tax planning maka PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp 14.740.005.474 (Rp

255.898.263.911 – Rp 241.158.258.437) atau sama dengan 30% x Rp

49.133.351.578. Membayar iuran pensiun/SHT karyawan merupakan aturan dari

pemerintah yang mewajibkan pemberi kerja membayar sebagian iuran

pensiun/SHT karyawan.

5. Rumah Dinas Karyawan

Khusus untuk karyawan yang bekerja di Kantor Pusat Medan, perusahaan

memberikan tunjangan perumahan. Pengeluaran dalam bentuk natura atau

kenikmatan, misalnya fasilitas menempati rumah dinas secara cuma-cuma, tidak

boleh dibebankan sebagai biaya, dan pihak yang menerima atau menikmati yaitu

karyawan bukan merupakan penghasilan, seperti terlihat pada perhitungan berikut

ini.

Page 90: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

90

Tabel 4.13 Fasilitas Rumah Dinas

Fasilitas Rumah Dinas Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 627.788.137.683 Rumah Dinas (215.250.000) Jumlah Biaya Usaha 701.807.971.537 Laba Usaha 887.010.224.767 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 804.134.444.791 PPh Terutang 241.222.833.437 Laba setelah Pajak 562.911.611.354 Jumlah Hutang Pajak 241.222.833.437

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan untuk fasilitas rumah dinas sebesar Rp 215.250.000 tidak dapat

dikurangkan ke dalam pendapatan perusahaan, sehingga dilakukan koreksi fiskal

sebesar Rp 215.250.000 yang menyebabkan adanya tambahan pajak sebesar 30%

x Rp 215.250.000 = Rp 64.575.000. Jika kenikmatan mendiami rumah tidak

diperlukan sebagai penghasilan bagi karyawan maka perusahaan tidak dapat

mengurangkan biaya yang berkaitan dengan rumah (biaya penyusutan, renovasi,

atau pemeliharaan) sebagai biaya dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.

Agar perusahaan dapat mengurangkan pengeluaran tersebut sebagai biaya maka

kepada karyawan harus diberikan tunjangan perumahan minimal sebesar jumlah

penyusutan atau renovasi (pemeliharaan) rumah yang bersangkutan. Bagi pemberi

Page 91: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

91

kerja pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya (deductible) dan bagi

karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan yang merupakan objek

pajak (taxable), seperti terlihat pada perhitungan berikut ini.

Tabel 4.14 Tunjangan Perumahan

Tunjangan Perumahan Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 627.788.137.683 Tunjangan Perumahan 215.250.000 Jumlah Biaya Usaha 702.023.221.537 Laba Usaha 886.794.974.767 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 803.919.194.791 PPh Terutang 241.158.258.437 Laba setelah Pajak 562.760.936.354 Jumlah Hutang Pajak 241.158.258.437

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Dengan melakukan tax planning maka PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp 64.575.000 (Rp

241.222.833.437 – Rp 241.158.258.437) atau sama dengan 30% x Rp

215.250.000. Pertambahan penghasilan sebagai akibat pemberian tunjangan

perumahan ini akan menambah beban Pajak Penghasilan karyawan yang

bersangkutan.

Page 92: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

92

6. Transportasi untuk Karyawan

Perusahaan memberikan fasilitas kendaraan dinas untuk karyawan pada

jabatan atau posisi tertentu seperti direktur, manager, komisaris dan jabatan

tertentu lainnya. Sedangkan untuk karyawan lainnya perusahaan memberikan

tunjangan transportasi. Pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan

termasuk kenikmatan pemakaian kendaraan bermotor perusahaan, tidak boleh

dibebankan sebagai biaya, dan pihak yang menerima atau menikmati yaitu

karyawan bukan merupakan penghasilan. Namun berdasarkan Keputusan Dirjen

Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 biaya yang berkaitan dengan kendaraan dinas

yang digunakan untuk karyawan tertentu karena pekerjaan atau jabatannya hanya

boleh diakui sebesar 50%, seperti terlihat pada perhitungan berikut ini.

Tabel 4.15 Fasilitas Kendaraan Dinas

Fasilitas Kendaraan Dinas Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 623.961.099.781 Kendaraan Dinas (50%) (4.042.287.903) Jumlah Biaya Usaha 697.980.933.635 Laba Usaha 890.837.262.670 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 807.961.482.694 PPh Terutang 242.370.944.808 Laba setelah Pajak 565.590.537.885 Jumlah Hutang Pajak 242.370.944.808

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009

Page 93: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

93

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan untuk fasilitas kendaraan dinas sebesar Rp 8.084.575.805, tetapi

yang dapat dikurangkan ke dalam pendapatan perusahaan hanya 50% sehingga

dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp 4.042.287.903 yang menyebabkan adanya

tambahan pajak sebesar 30% x Rp 4.042.287.903 = Rp 1.212.686.371. Agar

perusahaan dapat mengurangkan seluruh biaya tersebut sebagai biaya pengurang

penghasilan perusahaan maka kepada karyawan harus diberikan tunjangan

transportasi. Bagi pemberi kerja pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai

biaya (deductible) dan bagi karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan

yang merupakan objek pajak (taxable), seperti terlihat pada perhitungan berikut

ini.

Tabel 4.16 Tunjangan Transportasi

Tunjangan Transportasi Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 619.918.811.878 Tunjangan Transportasi 8.084.575.805 Jumlah Biaya Usaha 702.023.221.537 Laba Usaha 886.794.974.767 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 803.919.194.791 PPh Terutang 241.158.258.437 Laba setelah Pajak 562.760.936.354 Jumlah Hutang Pajak 241.158.258.437

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009

Page 94: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

94

Dengan melakukan tax planning maka PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp 1.212.686.371 (Rp

242.370.944.808 – Rp 241.158.258.437) atau sama dengan 30% x Rp

4.042.287.903. Pertambahan penghasilan sebagai akibat pemberian tunjangan

transportasi ini akan menambah beban Pajak Penghasilan karyawan yang

bersangkutan.

7. Pakaian Kerja Karyawan

PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan memberikan tunjangan sosial

dalam bentuk natura seperti pakaian kerja dan alat keselamatan dan kesehatan

kerja. Karyawan diberikan pakaian kerja sehubungan dengan lingkungan kerja,

misalnya seragam pabrik dan seragam hansip/satpam. Ada juga yang diberikan

seragam karyawan pada umumnya.

Jika perusahaan tidak menanggung biaya pakaian kerja untuk karyawan, maka

biaya tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan perusahaan,

seperti terlihat pada perhitungan berikut ini.

Tabel 4.17 Tidak Memberi Pakaian Kerja

Tidak Memberi Pakaian Kerja Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 618.851.535.619 Jumlah Biaya Usaha 692.871.369.473 Laba Usaha 895.946.826.831

Page 95: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

95

Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 813.071.046.855 PPh Terutang 243.903.814.057 Laba setelah Pajak 569.167.232.799 Jumlah Hutang Pajak 243.903.814.057

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009

Pemberian kepada karyawan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang

merupakan keharusan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan, keamanan dan

keselamatan kerja atau yang berkenaan dengan kondisi lingkungan kerja seperti

pakaian seragam satpam, pakaian seragam karyawan serta perlengkapan kerja

untuk keselamatan, seperti helm, sepatu, dsb dapat dikurangkan untuk

mendapatkan Penghasilan Kena Pajak (deductible), tetapi bukan merupakan

penghasilan bagi karyawan (non taxable) walaupun diberikan bukan di daerah

terpencil seperti yang tercantum dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-

213/PJ/2001 pasal 3 ayat (1), seperti terlihat pada perhitungan berikut ini.

Tabel 4.18 Memberi Pakaian Kerja

Memberi Pakaian Kerja Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 618.851.535.619 Biaya Pakaian Kerja 9.151.852.064 Jumlah Biaya Usaha 702.023.221.537 Laba Usaha 886.794.974.767 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 803.919.194.791

Page 96: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

96

PPh Terutang 241.158.258.437 Laba setelah Pajak 562.760.936.354 Jumlah Hutang Pajak 241.158.258.437

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Dengan melakukan tax planning maka PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp 2.745.555.620 (Rp

243.903.814.057 – Rp 241.158.258.437) atau sama dengan 30% x Rp

9.151.852.064.

8. Makanan dan Natura Lainnya

Menurut Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-213/PJ/2001 pasal 1 huruf a

biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja adalah biaya

penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh karyawan secara bersama-sama

termasuk dewan direksi dan dewan komisaris yang diberikan di tempat kerja.

Sedangkan PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan memberikan tunjangan

beras atau uang makan kepada karyawan. Selain itu, perusahaan juga

memberikannya dalam bentuk natura yaitu beras. Maka pemberian

natura/kenikmatan tersebut bukan merupakan penghasilan bagi karyawan dan

tidak bisa dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan, seperti terlihat pada

perhitungan berikut ini.

Tabel 4.19 Tunjangan Bentuk Natura

Tunjangan Bentuk Natura Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854

Page 97: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

97

Biaya Administrasi/Umum 575.285.003.523 Beras (52.718.384.160) Jumlah Biaya Usaha 649.304.837.377 Laba Usaha 939.513.358.927 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 856.637.578.951 PPh Terutang 256.973.773.685 Laba setelah Pajak 599.663.805.266 Jumlah Hutang Pajak 256.973.773.685

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan untuk beras sebesar Rp 52.718.384.160 tidak dapat dikurangkan

ke dalam pendapatan perusahaan, sehingga dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp

52.718.384.160 yang menyebabkan adanya tambahan pajak sebesar 30% x Rp

52.718.384.160 = Rp 15.815.515.248. Agar perusahaan dapat mengurangkan

pengeluaran tersebut sebagai biaya maka kepada karyawan harus diberikan

tunjangan beras. Bagi pemberi kerja pembayaran tersebut boleh dibebankan

sebagai biaya (deductible) dan bagi karyawan yang bersangkutan merupakan

penghasilan yang merupakan objek pajak (taxable), seperti terlihat pada

perhitungan berikut ini.

Tabel 4.20 Tunjangan Bentuk Uang

Tunjangan Bentuk Uang Pendapatan 3.317.235.468.234 Harga Pokok Penjualan 1.728.417.271.930 Laba Kotor 1.588.818.196.304 Biaya Usaha: Biaya Penjualan 74.019.833.854 Biaya Administrasi/Umum 575.285.003.523

Page 98: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

98

Tunjangan Beras (Uang) 52.718.384.160 Jumlah Biaya Usaha 702.023.221.537 Laba Usaha 886.794.974.767 Pendapatan (Biaya) Lain-lain 82.875.779.976 Laba sebelum Pajak 803.919.194.791 PPh Terutang 241.158.258.437 Laba setelah Pajak 562.760.936.354 Jumlah Hutang Pajak 241.158.258.437

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009 Dari hasil perhitungan di atas, ternyata untuk memaksimumkan labanya

perusahaan sebaiknya membayarkan gaji karyawannya dengan cara

memberikannya dalam bentuk uang dan bukan natura.

Dengan melakukan tax planning maka PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp 15.815.515.248 (Rp

256.973.773.685 – Rp 241.158.258.437) atau sama dengan 30% x Rp

52.718.384.160. Pertambahan penghasilan sebagai akibat pemberian tunjangan

beras ini akan menambah beban Pajak Penghasilan karyawan yang bersangkutan.

9. Bonus dan Jasa Produksi

Biasanya perusahaan yang baik akan memperhatikan karyawannya agar

mereka dapat kerja lebih produktif lagi. Hal yang sering dilakukan dalam rangka

memelihara hubungan yang baik ini biasanya dilakukan dengan cara memberikan

bonus. Selain memberikan gaji teratur setiap bulan, PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero) Medan juga memberikan bonus dan jasa produksi kepada karyawan.

Bonus ditetapkan berdasarkan estimasi manajemen perusahaan dan disahkan oleh

RUPS.

Page 99: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

99

Pemberian bonus dan jasa produksi dapat dilaksanakan dengan dua metode,

yaitu:

a. Dibebankan dalam tahun berjalan

Bagi pemberi kerja pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya

(deductible) dan bagi karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan yang

merupakan objek pajak (taxable).

b. Dibebankan pada laba yang ditahan

Biaya yang dikeluarkan perusahaan bukan merupakan biaya untuk

mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, sehingga biaya tersebut

tidak dapat diperlakukan sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak (non

deductible expenses).

Pemberian bonus harus dilakukan dengan cara yang tepat, sehingga baik yang

menerima ataupun yang memberikan bonus sama-sama dapat merasakan

manfaatnya. Untuk itu perlu diperhatikan cara-cara berikut ini dalam pemberian

bonus:

a. Pemberian bonus ditetapkan atas dasar laba kotor.

b. Pemberian bonus ditetapkan atas dasar laba dikurangi bonus dan sebelum

dipotong pajak.

c. Pemberian bonus ditetapkan atas dasar laba dikurangi pemotongan pajak.

d. Pemberian bonus ditetapkan atas dasar laba dikurangi bonus dan pemotongan

pajak.

Diasumsikan pemberian bonus sebesar 15% dari keuntungan.

Page 100: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

100

Mekanismenya:

a. Untuk bonus yang diberikan atas dasar laba kotor, maka besarnya bonus

adalah:

Bonus = 0,15 x Rp 803.919.194.791 = Rp 120.587.879.219

b. Untuk bonus yang diberikan atas dasar laba dikurangi bonus dan sebelum

dipotong pajak, maka untuk mendapatkan besarnya bonus dapat digunakan

cara matematis sebagai berikut:

Misalnya, untuk bonus disingkat B, dan untuk pajak disingkat P.

B = 0,15 x (Rp 803.919.194.791 – B) B = Rp 120.587.879.219 – 0,15 B 1,15 B = Rp 120.587.879.219 B = Rp 104.859.025.408

c. Untuk bonus yang diberikan atas dasar laba dikurangi pemotongan pajak,

besarnya bonus adalah:

B = 0,15 (Rp 803.919.194.791 – P)

Untuk mendapatkan besarnya pajak, dalam hal ini ditetapkan atas dasar 10%

dari besarnya keuntungan setelah dikurangi bonus, yang perhitungannya:

P = 0,10 (Rp 803.919.194.791 – B) = Rp 80.391.919.479 – 0,10 B

Sehingga,

B = 0,15 (Rp 803.919.194.791 - Rp 80.391.919.479 – 0,10 B) = Rp 120.587.879.219 – Rp 12.058.787.922 - 0,015 B = Rp 108.529.091.297 - 0,015 B 0,985 B = Rp 108.529.091.297 B = Rp 110.181.818.575,77

Page 101: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

101

d. Untuk bonus yang diberikan atas dasar laba dikurangi bonus dan pajak, maka

perhitungannya adalah sebagai berikut:

B = 0,15 (Rp 803.919.194.791 – B – P) P = 0,10 (Rp 803.919.194.791 – B)

= Rp 80.391.919.479 - 0,10 B

Sehingga,

B = 0,15 (Rp 803.919.194.791 – B – Rp 80.391.919.479 - 0,10 B) = Rp 120.587.879.219 – 0,15 B – Rp 12.058.787.922 – 0,015 B 1,135 B = Rp 108.529.091.297 B = Rp 95.620.344.755 Konsekuensi Pajak yang Timbul

Jika pemberian bonus dilakukan atas dasar laba kotor, konsekuensi pajaknya akan

mengakibatkan sisa laba sebagai berikut:

Pendapatan Rp 1.588.818.196.304 Bonus untuk Karyawan Rp 120.587.879.219 Penghasilan Neto Rp 1.468.230.317.085 Pajak Penghasilan: 10% x Rp 50.000.000 Rp 5.000.000 15% x Rp 50.000.000 Rp 7.500.000 30% x Rp 1.468.130.317.085

Dengan memberikan bonus dengan cara ini akan diperoleh bonus dengan

jumlah terbesar. Maka laba perusahaan akan berada dalam posisi paling minimal

sehingga perusahaan juga membayar pajak yang paling minimal. Dengan catatan

perusahaan harus membebankan bonus tersebut dalam laba tahun berjalan agar

pembayaran tersebut boleh dibebankan sebagai biaya (deductible) dan bagi

Rp 440.439.095.126 PPh terutang Rp 440.451.595.126 Maka sisa laba perusahaan adalah:

Rp 1.588.818.196.304 - Rp 440.451.595.126 = Rp 1.148.366.601.179

Page 102: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

102

karyawan yang bersangkutan merupakan penghasilan yang merupakan objek

pajak (taxable).

Page 103: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan, yaitu:

1. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan telah berupaya menerapkan tax

planning atas biaya kesejahteraan karyawan tetapi upaya tersebut belum

maksimal karena masih terdapat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan

biaya kesejahteraan karyawan merupakan kategori biaya yang tidak bisa

dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan (non deductible)

sehingga perusahaan tidak dapat mengurangi beban pajaknya.

2. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan menanggung PPh Pasal 21

karyawan sehingga menyebabkan biaya yang dikeluarkan tersebut tidak dapat

dikurangkan (non deductible) dari penghasilan bruto perusahaan yang

mengakibatkan perusahaan tidak dapat mengurangi beban pajaknya.

3. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan mendirikan klinik sendiri atau

bekerja sama dengan pihak rumah sakit tertentu dimana biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan untuk fasilitas penyediaan dokter dan pemberian

obat-obatan untuk karyawan tidak dapat dikurangkan (non deductible) dari

penghasilan bruto perusahaan yang mengakibatkan perusahaan tidak dapat

mengurangi beban pajaknya.

4. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan menanggung sebagian premi

asuransi untuk karyawan dimana biaya yang dikeluarkan tersebut dapat

Page 104: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

104

dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan (deductible) yang

mengakibatkan beban pajak perusahaan berkurang.

5. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan menanggung sebagian iuran

pensiun dan Santunan Hari Tua (SHT) untuk karyawan dimana biaya yang

dikeluarkan tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan

(deductible) yang mengakibatkan beban pajak perusahaan berkurang.

6. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan memberikan tunjangan

perumahan bagi karyawan yang bekerja di Kantor Pusat Medan dimana biaya

ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan (deductible).

Perusahaan juga menyediakan rumah dinas bagi karyawan di masing-masing

unit dimana biaya ini tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

perusahaan (non deductible).

7. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan memberikan fasilitas

kendaraan dinas bagi karyawan dengan jabatan dan posisi tertentu dimana

biaya yang berkaitan dengan kendaraan dinas tersebut hanya 50% yang dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan. Perusahaan juga memberikan

tunjangan transportasi bagi karyawan lainnya dimana biaya ini dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan (deductible).

8. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan memberikan pakaian kerja

untuk karyawan sehubungan dengan lingkungan kerja, misalnya seragam

pabrik dan seragam hansip/satpam. Ada juga yang diberikan seragam

karyawan pada umumnya. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan ini dapat

Page 105: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

105

dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan yang mengakibatkan beban

pajak perusahaan berkurang (deductible).

9. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan memberikan tunjangan beras

atau uang makan kepada karyawan dimana biaya ini dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto perusahaan (deductible). Selain itu, perusahaan juga

memberikannya dalam bentuk natura yaitu beras dimana biaya ini tidak dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan (non deductible).

10. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan membebankan bonus dan jasa

produksi untuk karyawan dalam tahun berjalan dimana biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan

(deductible) yang mengakibatkan beban pajak perusahaan berkurang.

B. Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka

penulis memberikan beberapa saran, yaitu:

1. Sesuai dengan prinsip taxable dan deductible yang merupakan prinsip yang

lazim dipakai dalam tax planning, PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Medan sebaiknya mengubah kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan biaya

kesejahteraan karyawan dari kategori biaya yang tidak bisa dibebankan

sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan (non deductible) menjadi

kategori biaya yang dapat dibebankan sebagai perngurang penghasilan bruto

perusahaan (deductible) atau sebaliknya mengubah penghasilan yang

merupakan objek pajak (taxable) menjadi penghasilan yang tidak objek pajak

(non taxable) dengan konsekuensi terjadinya perubahan pajak terutang akibat

Page 106: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

106

pengubahan tersebut. Dalam hal ini tentunya harus dipertimbangkan mana

yang lebih menguntungkan perusahaan, apakah perubahan jumlah pajak

terutang akan menjadi lebih besar atau lebih kecil atau sama dengan jumlah

pajak terutang akibat koreksi fiskal, apabila tidak dilakukan pengubahan

tersebut.

2. Bagi perusahaan lebih baik memberikan tunjangan pajak kepada karyawan

dengan metode gross up karena perusahaan akan menanggung selisih antara

biaya komersial dengan biaya fiskal yang tidak berbeda dengan alternatif

lainnya dan di sisi lain gaji yang dibawa pulang (take home pay) karyawan

merupakan yang terbesar. Dengan menggunakan metode gross up maka

perusahaan dapat membebankan biaya tunjangan pajak sebagai deductible

expense sehingga dapat mengurangi PPh Badan perusahaan.

3. Dalam hal pengobatan/kesehatan karyawan, sebaiknya fasilitas penyediaan

dokter dan pemberian obat-obatan diganti bentuknya menjadi tunjangan

kesehatan yang dimasukkan ke dalam slip gaji karyawan sehingga semua

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dibebankan sebagai pengurang

penghasilan bruto perusahaan (deductible) sehingga dapat mengurangi PPh

Badan perusahaan. Namun perusahaan tidak boleh mengabaikan keselamatan

karyawan yang tetap membutuhkan klinik yang menyediakan dokter dan obat-

obatan yang akan menangani jika terjadi kecelakaan di tempat kerja.

4. Dalam hal penyediaan rumah dinas bagi karyawan, sebaiknya fasilitas rumah

dinas diganti bentuknya menjadi tunjangan perumahan yang dimasukkan ke

dalam slip gaji karyawan sehingga semua biaya yang dikeluarkan oleh

Page 107: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

107

perusahaan dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto

perusahaan (deductible) sehingga dapat mengurangi PPh Badan perusahaan.

Namun sebaiknya bagi karyawan di setiap unit kebun perusahaan tetap

menyediakan rumah dinas karena sulitnya memperoleh perumahan yang dekat

dengan lokasi perusahaan.

5. Dalam hal penyediaan transportasi bagi karyawan, sebaiknya fasilitas

kendaraan dinas diganti bentuknya menjadi tunjangan transportasi yang

dimasukkan ke dalam slip gaji karyawan sehingga semua biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan

bruto perusahaan (deductible) sehingga dapat mengurangi PPh Badan

perusahaan. Namun bagi karyawan dengan jabatan-jabatan tertentu seperti

direksi dan manajer sebaiknya perusahaan tetap menyediakan kendaraan dinas

untuk memudahkan kegiatannya yang sering berada di luar kantor.

6. Dalam hal pemberian makanan dan natura lainnya, sebaiknya natura dalam

bentuk beras diganti bentuknya menjadi tunjangan beras yang dimasukkan ke

dalam slip gaji karyawan sehingga semua biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto

perusahaan (deductible) sehingga dapat mengurangi PPh Badan perusahaan.

Selain menguntungkan perusahaan, hal ini juga menguntungkan karyawan

karena karyawan dapat menggunakan uang tersebut untuk membeli jenis

makanan yang disukainya.

Page 108: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

108

DAFTAR PUSTAKA

Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Terbitan Pertama, USU Press, Medan.

Gunadi, 2002. Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan, Salemba Empat, Jakarta. Handoko, T. Hani, 1985. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia,

Liberty, Yogyakarta. Harnanto, 2003. Akuntansi Perpajakan, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Judisseno, Rimsky K., 2002. Pajak dan Strategi Bisnis, PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta. Lumbantoruan, Sophar, 1996. Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Grasindo, Jakarta. Mardiasmo, 2002. Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Muljono, Djoko, 2006. Akuntansi Pajak, Andi, Yogyakarta. Panggabean, Mutiara S., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, Ghalia

Indonesia, Bandung. Prabowo, Yusdianto, 2004. Akuntansi Perpajakan Terapan, Grasindo, Jakarta. Resmi, Siti, 2005. Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta. Rusjdi, Muhammad, 2006. PPh Pajak Penghasilan, PT Indeks Kelompok

Gramedia, Jakarta. Setiawan, Agus, 2002. Cara Mudah Menghitung PPh Badan dengan Undang-

Undang Pajak Terbaru, Andi, Yogyakarta. Soemitro, Rochmat, 1992. Pengantar Singkat Hukum Pajak, Eresco, Bandung. Suandy, Erly, 2001. Perencanaan Pajak, Salemba Empat, Jakarta. , 2003. Perencanaan Pajak, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis Cetakan Kedelapan, Alfabeta,

Bandung. Waluyo, Wirawan B. Ilyas, 2002. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Page 109: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

109

Zain, Mohammad, 2003. Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta. , 2007. Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta. www.ptpn4.co.id, di download pada tanggal 3 Oktober 2009.

Page 110: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

110

Lampiran 1

Page 111: 10E01010

Chairunnisa Damayanti : Analisis Penerapan Tax Planning Atas Biaya Kesejahteraan Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara IV(Persero) Medan, 2010.

111

Lampiran 2