10451-23735-1-PB.pdf

7
179 Hubungan Fungsi Manajemen Program P2 ISPA dengan Ketercapaian Target Angka Cakupan Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Semarang Relationship between Management Functions of P2 ISPA Program and Target Achievement of Coverage Rate of Pneumonia on Children under Five Years Old at Health Centres in Semarang City Sri Isroyati 1 , Sri Suwitri 2 , Sutopo Patria Djati 3 1 Stikes Muhammadiyah Samarinda, Jl.Ir.H.Juanda 9 Gang Belimbing 5 No 1 Samarinda 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, Semarang 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Angka cakupan pneumonia balita di puskesmas kota Semarang tahun 2012 sebesar 25% dan tahun 2013 sebesar 26%,kondisi ini masih dibawah target yang ditetapkan oleh DKK Kota Semarang yaitu 37 % pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan rendahnya angka cakupan pneumonia balita yang diduga belum optimalnya fungsi manajemen program P2 ISPA. Tujuan penelitian adalah menganalisis fungsi manajemen program P2 ISPA kaitannya dengan angka cakupan pneumonia balita di puskesmas kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Cara pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dan observasi dokumen menggunakan checklist observasi terhadap fungsi manajemen program P2 ISPA. Jumlah sampel 36penanggung jawab program di 37Puskesmas Kota Semarang karena 1 penanggung jawab tidak memenuhi kriteria sampel. Analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan dari puskesmas yang mencapai target cakupan proporsi penanggung jawab program yang memiliki perencanaan baik 87,5%, pengorganisasian baik 87,5%, penggerakan baik 75,0% dan pengawasan baik 87,5%. Dari puskesmas yang tidak mencapai target cakupan proporsi penanggung jawab program yang memiliki perencanaan baik 39,3%, pengorganisasian baik 42,9%, penggerakkan baik 28,6% dan pengawasan baik 46,4%. Puskesmas yang telah mencapai target cakupan sebanyak 22,2%. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara fungsi perencanaan (p value = 0,045) dan penggerakkan (p value = 0,049) dengan ketercapaian target angka cakupan pneumonia balita. Disarankan agar penanggung jawab program mengikutsertakan kader dalam deteksi dini, memotivasi petugas pelaksana teknis agar patuh dalam pendekatan MTBS, sosialisasi dalam tatalaksana standar, membuat laporan 3 bulanan dan 6 bulanan untuk upaya pemantauan rutin . Kata kunci : Fungsi Manajemen P2 ISPA, Cakupan Pneumonia Balita ABSTRACT Coverage rate of pneumonia on children under five years old at health centres in Semarang in 2012 was 25% and in 2013 was 26%. This results were lower than a target released by Semarang City Health Office (CHO) in 2013, namely 37%. This problem might be due to not optimal in conducting management functions of P2 ISPA program. The aim of this study was to analyse management functions relating to coverage rate of pneumonia on children under five years old Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia Volume 03 No. 03 Desember 2015

Transcript of 10451-23735-1-PB.pdf

Page 1: 10451-23735-1-PB.pdf

179

Hubungan Fungsi Manajemen Program P2 ISPA dengan Ketercapaian TargetAngka Cakupan Pneumonia Balita di Puskesmas Kota Semarang

Relationship between Management Functions of P2 ISPA Program and TargetAchievement of Coverage Rate of Pneumonia on Children under Five Years Oldat Health Centres in Semarang City

Sri Isroyati1, Sri Suwitri2, Sutopo Patria Djati3

1Stikes Muhammadiyah Samarinda, Jl.Ir.H.Juanda 9 Gang Belimbing 5 No 1 Samarinda2Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, Semarang

3Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang

ABSTRAKAngka cakupan pneumonia balita di puskesmas kota Semarang tahun 2012 sebesar 25% dan tahun2013 sebesar 26%,kondisi ini masih dibawah target yang ditetapkan oleh DKK Kota Semarangyaitu 37 % pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan rendahnya angka cakupan pneumonia balitayang diduga belum optimalnya fungsi manajemen program P2 ISPA. Tujuan penelitian adalahmenganalisis fungsi manajemen program P2 ISPA kaitannya dengan angka cakupan pneumoniabalita di puskesmas kota Semarang.Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Carapengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dan observasi dokumenmenggunakan checklist observasi terhadap fungsi manajemen program P2 ISPA. Jumlah sampel36penanggung jawab program di 37Puskesmas Kota Semarang karena 1 penanggung jawab tidakmemenuhi kriteria sampel. Analisis bivariat dengan uji chi square.Hasil penelitian menunjukkan dari puskesmas yang mencapai target cakupan proporsi penanggungjawab program yang memiliki perencanaan baik 87,5%, pengorganisasian baik 87,5%, penggerakanbaik 75,0% dan pengawasan baik 87,5%. Dari puskesmas yang tidak mencapai target cakupanproporsi penanggung jawab program yang memiliki perencanaan baik 39,3%, pengorganisasianbaik 42,9%, penggerakkan baik 28,6% dan pengawasan baik 46,4%. Puskesmas yang telah mencapaitarget cakupan sebanyak 22,2%. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara fungsiperencanaan (p value = 0,045) dan penggerakkan (p value = 0,049) dengan ketercapaian targetangka cakupan pneumonia balita.Disarankan agar penanggung jawab program mengikutsertakan kader dalam deteksi dini, memotivasipetugas pelaksana teknis agar patuh dalam pendekatan MTBS, sosialisasi dalam tatalaksana standar,membuat laporan 3 bulanan dan 6 bulanan untuk upaya pemantauan rutin .Kata kunci : Fungsi Manajemen P2 ISPA, Cakupan Pneumonia Balita

ABSTRACTCoverage rate of pneumonia on children under five years old at health centres in Semarang in2012 was 25% and in 2013 was 26%. This results were lower than a target released by SemarangCity Health Office (CHO) in 2013, namely 37%. This problem might be due to not optimal inconducting management functions of P2 ISPA program. The aim of this study was to analysemanagement functions relating to coverage rate of pneumonia on children under five years old

JurnalManajemen Kesehatan Indonesia

Volume 03 No. 03 Desember 2015

Page 2: 10451-23735-1-PB.pdf

180

at health centres in Semarang City.This was an observational study using cross-sectional approach. Data were collected using structuredquestionnaires and document observation using a checklist of management functions of P2 ISPAprogram. Number of respondents were 36 officers in charge of the program at 37 health centres inSemarang City. One officer had not met sample criteria. Data were analysed using Chi-Square test.The results of this research showed that among health centres that achieved the target, most ofofficers in charge of the program had good planning (87.5%), good organising (87.5%), goodactuating (75.0%), and good monitoring (87.5%. In contrast, among health centres that did notreach the target, some of officers in charge of the program had good planning (39.3%), goodorganising (42.9%), good actuating (28.6%), and good monitoring (46.4%). Proportion of healthcentres that had achieved the target was (22.2%). Bivariate analysis indicated that functions ofplanning (p value = 0.045) and actuating (p value = 0.049) had significant relationship with thetarget achievement of coverage rate of pneumonia on children under five years old.As suggestions, officers in charge of the program need to involve cadres in conducting early detection,motivate implementing technical officers in order to use MTBS approach, socialise in implementinga standard, make quarterly report and semester report as a routine monitoring.Keywords : management functions of P2 ISPA; coverage of pneumonia on

children under five years old

PENDAHULUANKota Semarang adalah salah satu wilayah di

provinsi Jawa Tengah dengan jumlah penderitapneuonia yang tinggi. Pola 10 besar penyakitPuskesmas di kota Semarang sejak tahun 2010sampai tahun 2013 selalu mangalami peningkatanjumlah kasus.1Pemerintah mentargetkan angkacakupan pneumonia di kota Semarang tahun 2013sebesar 37%, namun dari 37 jumlah puskesmasyang ada, hanya 8 puskesmas (22%) yang berhasilmencapai target. Sisanya sebanyak 19 puskesmas(78%) belum dapat mencapai target.2 Angkacakupan pneumonia yang rendah berarti banyakkasus pneumonia yang tidak dibawa berobat olehorang tuanya, petugas tidak melaksanakantatalaksana standar, petugas sudah mengertitatalaksana standar namun belum mau mengubahsikap dalam tatalaksana pneumonia, ataukekurangan logistik.3

Kualitas pelayanan kesehatan yang rendahmembutuhkan dukungan manajemen yang kuatsehingga diharapkan program pelayanankesehatan dapat mencapai tujuannya secaraefektif dan efisien. Angka cakupan pneumoniabalita di kota Semarang yang masih rendahmungkin disebabkan oleh fungsi manajemenyang belum berjalan baik. Belum optimalnyafungsi manajemen pada program P2 ISPA dapat

dilihat dari masing-masing fungsi manajemenyang diterapkan dalam program P2 ISPA yangmeliputi fungsi perencanaan, fungsipengorganisasian, fungsi penggerakkan danfungsi pengawasan.

Terkait dengan fungsi perencanaan, hasilwawancara menunjukkan bahwa fungsiperencanaan program P2 ISPA masih belumoptimal. Kegiatan perencanaan hanya dilakukanoleh pihak DKK sebagai manajer puncak yaituperencanaan dalam penentuan target cakupan.Petugas di Puskesmas hanya sebatas pelaksanaprogram dan tidak melakukan perencanaan.Mengacu pada Modul Tatalaksana Pneumonia,masing-masing Puskesmas seharusnyamerencanakan tatalaksana pneumonia balita,antara lain dengan membuat target cakupanpneumonia per bulannya berdasarkan targetDKK Kota Semarang dengan menggunakanPemantauan Wilayah Setempat (PWS)Pneumonia Balita per Bulan/Desa.

Terkait dengan fungsi pengorganisasian,hasil wawancara menunjukkan bahwa petugaspelaksana program di Puskesmas terdiri daribidan, perawat, dan dokter, namun dalammelaksanakan tugasnya mereka masih rangkapjabatan. Dalam Rencana Tahunan Puskesmas(RTP) menyebutkan bahwa uraian tugas perawat

Page 3: 10451-23735-1-PB.pdf

181

lebih fokus pada kegiatan keperawatan. Kegiatandalam MTBS ataupun khusus untuk tatalaksanapneumonia merupakan tugas integrasi denganpetugas lain. Hasil observasi di tiga Puskesmasmenunjukkan bahwa uraian tugas yangtercantum di RTP khususnya untuk perawat yangditugasi sebagai penanggung jawab pneumoniajustru tidak sesuai dengan realisasi kegiatan .

Terkait dengan fungsi penggerakkan, hasilobservasi menunjukkan bahwa fungsipenggerakkan program P2 ISPA di Puskesmasbelum berjalan maksimal. Hal tersebut terlihatdari kurangnya komunikasi dan kerjasama antarapetugas pelaksana program dengan kaderkesehatan. Petugas pelaksana program tidakmelibatkan peran kader di posyandu sepertidalam deteksi dini kasus maupun untukkunjungan rutin ke rumah warga. Kurangnyamotivasi terlihat dari petugas pelaksana programyaitu tidak semua petugas patuh terhadappenggunaan bagan alur Manajemen TerpaduBalita Sakit (MTBS), sehingga penemuan kasushanya berdasarkan pada pasien yang berkunjungke puskesmas dan rujukan dari kader posyandujika bayi terlihat sakit.

Terkait dengan fungsi pengawasan, hasilwawancara dengan penanggungjawab programmenyebutkan bahwa kegiatan pengawasan dipuskesmas dilakukan melalui loka karya minidan laporan tahunan. Hal tersebut menunjukkanbahwa fungsi pengawasan di puskesmas belumberjalan maksimal. Program hanya melakukanevaluasi sekali dalam setahun. Evaluasi tahunanini sudah terlambat untuk intervensi pada targetprogram yang telah ditentukan pada tahun yangsedang berjalan, sehingga kegiatan pemantauansangat diperlukan khususnya pemantauancakupan di tingkat Puskesmas. Dengandemikian, perlu dilakukan penelitian tentangHubungan Fungsi Manajemen Program P2 ISPADengan Angka Cakupan Pneumonia Balita DiPuskesmas Kota Semarang. Penelitian inibertujuan untuk menganalisisfungsi manajemenprogram P2 ISPA puskesmas yang meliputifungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian,fungsi penggerakkan dan fungsi pengawasanyang berhubungan dengan angka cakupanpneumonia balita di puskesmas kota Semarang.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

observasional dengan pendekatan crosssectional.Populasi dalam penelitian ini yaituseluruh penanggung jawab program P2 ISPA diPuskesmas Kota Semarang yang berjumlah 37Puskesmas. Sampel dalam penelitian ini di ambildari jumlah seluruh populasi. Dalam penelitianini sampel yang digunakan sebesar 37 orang.Penelitian ini disebut juga dengan penelitianpopulasi yaitu suatu penelitian dimana penelitiingin meneliti semua elemen yang ada dalamwilayah penelitian. Jenis penelitian ini hanyadapat dilakukan bagi populasi terhingga dansubjeknya tidak terlalu banyak. Selain itu,sampel yang digunakan dalam penelitian inidipilih berdasarkan kriteria inklusi dan kriteriaeksklusi.4,5

Pengumpulan data primer dilakukan melaluiwawancara dan observasi langsung denganpenanggung jawab program P2 ISPA diPuskesmas Kota Semarang denganmenggunakan kuesioner terstruktur berisipertanyaan tentang fungsi perencanaan, fungsipengorganisasian, fungsi penggerakkan danfungsi pengawasan yang sudah diuji validitas danreliabilitas dan data sekunder diperoleh darilaporan bulanan dan laporan tahunan Puskesmasserta data dari Dinas KesehatanKota Semarang.Setelah pengumpulan data selesai dilakukanmaka data di analisis secara bivariat dengan ujiChi Square dan analisis multivariat dengan ujiregresi logistik.6,7

HASILRata-rata umur responden adalah 37 tahun,

umur termuda 26 tahun dan umur tertua 53 tahun.Lama kerja responden rata-rata 4,53 tahun,mayoritas berpendidikan DIII dengankompetensi perawat.

Tabel 1 menunjukkan bahwa Puskesmasyang tercapai angka cakupan pneumonia balitasebesar 8 puskesmas (22,2%) lebih sedikitdaripada puskesmas yang tidak tercapai angkacakupan pneumonia balita yaitu 28 puskesmas(77,8%). Fungsi manajemen yang dilakukan olehpenanggung jawab program belum maksimalyaitu 50% penanggung jawab programmelakukan fungsi perencanaan kurang baik,

Page 4: 10451-23735-1-PB.pdf

182

47,2% melakukan fungsi pengorganisasiankurang baik, 61,6% melakukan fungsipenggerakkan kurang baik dan 44,4%penanggung jawab program melakukan fungsipengawasan kurang baik.

Gambar 1. Hubungan fungsi perencanaandengan ketercapaian target angka cakupan

pneumonia balita

Puskesmas yang tidak mencapai target angkacakupan pneumonia balita lebih banyakmempunyai perencanaan kurang baik (94,4%)dibandingkan perencanaan baik. Pengujianhipotesis variabel fungsi perencanaan dilakukandengan menggunakan uji Chi square dandiperoleh p value = 0,045 dengan nilai RR =1,545 yang berarti terdapat hubungan antaraperencanaan program P2 ISPA dengan angkacakupan pneumonia balita di Puskesmas KotaSemarang dimana fungsi perencanaan yang

kurang baik berpeluang untuk tidak tercapaitarget cakupan 1,5 kali dibandingkan fungsiperencanaan yang baik.

Gambar 2. Hubungan fungsi pengorganisasiandengan ketercapaian target angka cakupan

pneumonia balita

Puskesmas yang tidak mencapai target angkacakupan pneumonia balita lebih banyak memilikifungsi pengorganisasian kurang baik (94,1%)dibandingkan pengorganisasian baik.Pengujianhipotesis variabel fungsi pengorganisasiandilakukan dengan menggunakan uji Chi squarediperoleh p value = 0,067 dengan nilai RR =1,490 yang berarti tidak terdapat hubungan antarafungsi pengorganisasian program P2 ISPAdengan angka cakupan pneumonia balita diPuskesmas Kota Semarang dimana fungsipengorganisasian yang kurang baik berpeluang

No Variabel F % 1 Angka Cakupan Pneumonia Balita

Tidak tercapai Tercapai

28 8

77,8 22,2

2 Fungsi Perencanaan a. Kurang baik b. Baik

18 18

50 50

3 Fungsi Pengorganisasian a. Kurang baik b. Baik

17 19

47,2 52,8

4 Fungsi Penggerakkan a. Kurang baik b. Baik

22 14

61,1 38,9

5 Fungsi Pengawasan a. Kurang baik b. Baik

16 20

44,4 55,6

Tabel 1. Kategori Angka Cakupan Pneumonia Balita, fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian,fungsi penggerakkan dan fungsi pengawasan

Page 5: 10451-23735-1-PB.pdf

183

untuk tidak tercapai target cakupan 1,5 kalidibandingkan fungsi pengorganisasian yang baik

Gambar 3. Hubungan fungsi penggerakkandengan ketercapaian target angka cakupan

pneumonia balita

Puskesmas yang tidak mencapai targetcakupan lebih banyak memiliki fungsipenggerakkan yang kurang baik (90,90%)daripada penggerakkan yang baik.Pengujianhipotesis variabel fungsi penggerakkanmenggunakan uji Chi square dan diperoleh pvalue = 0,049 dengan nilai RR= 1,591 yangberarti terdapat hubungan antara fungsipenggerakkan program P2 P2 ISPA denganketercapaian target angka cakupan pneumoniabalita di Puskesmas kota Semarang dimanafungsi penggerakkan yang kurang baikberpeluang untuk tidak tercapai target cakupan1,6 kali dibandingkan fungsi penggerakkan yangbaik.

Gambar 4. Hubungan fungsi pengawasandengan ketercapaian target angka cakupan

pneumonia balita

Puskesmas yang tidak mencapai targetcakupan pneumonia balita lebih banyak memiliki

fungsi pengawasan kurang baik (93,8%) daripadapengawasan yang baik.Pengujian hipotesisvariabel fungsi pengawasan menggunakan ujiChi square dan diperoleh p value = 0,097 dengannilai RR=1,442 yang berarti tidak terdapathubungan antara fungsi pengawasan program P2P2 ISPA dengan angka cakupan pneumonia balitadi Puskesmas kota Semarang dimana fungsipengawasan yang kurang baik berpeluang untuktidak tercapai target cakupan 1,4 kalidibandingkan fungsipengawasan yang baik

PEMBAHASANPuskesmas dengan angka cakupan

pneumonia balita tidak tercapai 77,8% lebihbesar dari pada puskesmas dengan angkacakupan pneumonia balita tercapai. Masihbanyaknya puskesmas yang tidak dapat mencapaitarget cakupan dapat dilihat dari belummaksimalnya fungsi manajemen yang dilakukanoleh penanggung jawab program P2 ISPA yaituperencanaan yang kurang baik, pengorganisasianyang kurang baik, penggerakkan yang kurangbaik dan pengawasan yang kurang baik.

Perencanaan kurang baik terlihat dari tidakditentukannya tujuan program secara jelas, tidakadanya kegiatan yang diprioritaskan, tidaktersedianya logistik yang mencukupi, tidaktercukupinya petugas pelaksana teknis yangterlatih, data kelompok sasaran seperti data ISPAakibat polusi udara dan data faktor risiko ISPAtidak lengkap serta penyajian data kuranginformatif. Perencanaan adalah suatu prosesuntuk menentukan program kegiatan dimanaperencanaan akan selalu berkaitan dengan tujuan.Perencanan yang baik akan menjadikan programmampu mencapai tujuan secara efektif danefisien Ada tujuh prinsip dan petunjuk untukmenyusun perencanaan yang baik yaitu rencanaharus memiliki tujuan yang khas, ada kegiatanyang diprioritaskan, melibatkan semua orang,perencanaan hendaknya telah diperhitungkanpelaksanaan fungsi manajemen lainnya, rencanaharus selalu diperbaiki karena situasi dan kondisimemang selalu berubah, ada penanggung jawabperencanaan, rencana harus memiliki keluwesanterhadap perubahan yang ada.8

Pengorganisasian kurang baik terlihat daripetugas tidak maksimal dalam melakukan

Page 6: 10451-23735-1-PB.pdf

184

deteksi dini kasus, tidak aktif melibatkan kaderdalam mendatangi sasaran, tidak maksimaldalam memberikan penyuluhan, kurangkoordinasi dengan sektor terkait, tidak maksimaldalam melakukan supervisi dan bimbinganteknis, tidak membuat laporan 3 bulana dan 6bulanan. Pengorganisasian adalah penentuansumber daya dan kegiatan yang akan dibutuhkanuntuk mencapai tujuan organisasi.9 Seluruhsumber daya yang dimiliki organisasi akan diaturpenggunaannya secara efektif dan efisien. Halyang diorganisasikan pada program P2 ISPA dipuskesmas terdiri dari penanggung jawabprogram dan tenaga pelaksana program sertakegiatan program.

Penggerakkan kurang baik terlihat darirendahnya motivasi petugas dalam melakukanpembinaan teknis pada petugas pelaksana teknis,rendahnya motivasi dalam melakukanpembinaan teknis pada kader, rendahnyamotivasi dalam memberikan penyuluhanmasyarakat, rendahnya motivasi dalamsosialisasi pada toma/toga, kurangnya kerjasamadengan pihak terkait, kurangnya komunikasidengan camat/lurah/RT/RW dalam upayapenanggulangan faktor resiko. Penggerakkanyang dilakukan oleh penanggung jawab programterdiri dari upaya motivasi penanggung jawabprogram dalam rangka memberikan bimbingandan arahan kepada petugas pelaksana teknis,usaha untuk menciptakan iklim kerjasamadiantara petugas pelaksana program serta upayamenjalin komunikasi.10

Pengawasan kurang baik terlihat dari tidakadanya supervisi terkait laporan 3 bulanan dan 6bulanan, tidak adanya monev jumlah petugaspelaksana teknis yang terlatih, tidak adanyamonev kepatuhan petugas dalam pendekatanMTBS, tidak adanya monev cakupan pedomanISPA, tidak adanya monev pemanfaatan ARIsound timer, serta tidak adanya monev tingkatprogram. Pengawasan adalah melakukanpenilaian sekaligus koreksi terhadap penampilanpegawai untuk mencapai tujuan seperti yangtelah ditetapkan dalam rencana.11

Analisis statistik dari nilai RR pada masing-masing variabel tersebut menunjukkan bahwapeluang dari fungsi manajemen cenderung lebihkecil untuk tercapainya target cakupan. Hal

tersebut menunjukkan ada faktor lain yang dapatmempengaruhi ketercapaian target angka cakupanpneumonia balita dimana fungsi manajementerutama faktor-faktor tata laksana pelayanandipuskesmas adalah faktor resiko tambahan yangdapat meningkatkan insiden pneumonia.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap angkacakupan pneumonia balita yaitu sistemmanajemen MTBS. Hasil wawancara denganpenanggung jawab program dan observasi padapoli KIA menunjukkan bahwa beberapapuskesmas mengaku belum mempunyai ruangkhusus MTBS, formulir MTBS yang terbatasbahkan beberapa petugas tidak menggunakanformulir MTBS serta tatalaksana pelayananMTBS yang memakan waktu lama menjadialasan para petugas kurang patuh dalampendekatan MTBS. Kondisi ini sejalan denganpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya yangmenyatakan adanya hubungan antara saranapendukung MTBS dengan kejadian pneumoniabalita dengan p value= 0,018.

Faktor lain yang berpengaruh terhadapkejadian pneumonia balita adalah perilaku ibubalita dalam mencari pengobatan. Hasilwawancara dengan penanggung jawab programmenyebutkan bahwa puskesmas di kotaSemarang bukan merupakan satu-satunyapelayanan kesehatan yang dikunjungi oleh orangtua balita ketika hendak berobat. Hal tersebutdidasarkan pada data bahwa sebagian puskesmasmenerima laporan data kesakitan pneumoniabalita dari dokter praktek swasta, klinikkesehatan, praktek dokter spesialis sertabeberapa pelayanan kesehatan lainnya yangberada di wilayah puskesmas yang bersangkutan.Faktor ini sejalan dengan hasil penelitian yangtelah dilakukan sebelumnya yang menyatakanadanya pengaruh antara kepercayaan pengobatanterhadap upaya pencarian pengobatan dalamkasus pneumonia balita dengan p value= 0,003.

Faktor lainya yang berpengaruh terhadapkejadian pneumona balita adalah faktor resikoyang meningkatkan kejadian pneumonia balita.Faktor resiko ini meliputi malnutrisi, BBLR,tidak asi eksklusif, tidak dapat imunisasi campak,polusi udara dalam rumah dan kepadatan.

Page 7: 10451-23735-1-PB.pdf

185

KESIMPULANFungsi manajemen yang terdiri dari fungsi

perencanaan dan fungsi penggerakkanberhubungan dengan angka cakupan pneumoniabalita. Peluang fungsi perencanaan kurang baikuntuk tidak tercapai target cakupan sebesar 1,5kali dibandingkan fungsi perencanaan baik.Peluang fungsi penggerakkan kurang baik untuktidak tercapai target cakupan sebesar 1,6 kalidibandingkan fungsi penggerakkan baik.

DAFTAR PUSTAKA1. DKK Semarang.Profil Kesehatan .

Semarang:Dinas Kesehatan KotaSemarang;2011

2. DKK Semarang.Profil Kesehatan .Semarang:Dinas Kesehatan KotaSemarang;2012

3. Dirjen P2PL. Modul Tatalaksana StandarPneumonia. Jakarta: Kemenkes RI DirjenP2PL; 2012.

4. Notoatmodjo, S. Metodologi PenelitianKesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 1993.

5. Arikunto, S. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktis. Jakarta: PT. RinekaCipta; 2004.

6. Ghozali, I. Aplikasi Analisis MultivariatDengan Program IBM SPSS 19. Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro;2011.

7. Sunyoto, D. Analisis Data Untuk PenelitianKesehatan. Jakarta: Nuha Medika; 2011.

8. Samsudin, S. Manajemen Sumber DayaManusia. Bandung: CV Pustaka Setia; 2006.

9. Handoko, TH. Manajemen Edisi KeduaCetakan Kedelapan Belas. Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta; 2003.

10. Sulaeman, ES. Manajemen Kesehatan TeoriDan Praktek Di Puskesmas. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press; 2011.

11. Azwar, A. Pengantar AdministrasiKesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara; 1996.

12. A’laa Nurul Hidayati BW. PelayananPuskesmas Berbasis Manajemen TerpaduBalita Sakit Dengan Kejadian PneumoniaBalita Di Wilayah Kerja Puskesmas BergasKabupaten Semarang. Jurnal KesehatanMasyarakat. 2011.

13. Hendrawan, H. Faktor-Faktor YangBerhubungan Dengan Perilaku Ibu BalitaDalam Pencarian Pengobatan Pada Kasus-Kasus Balita Dengan Gejala Pneumonia diKabupaten Serang. Media LitbangKesehatan. 2005;Volume XV; Nomor 3.

14. Sopiyudin, D. Analisis Multivariat RegresiLogistik. Jakarta: Epidemiologi Indonesia;2012

15. George, R Terry. Dasar-Dasar Manajemen.Jakarta: PT Bumi Aksara; 2013

16. Siswanto, HB. Pengantar Manajemen.Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara; 2013

17. Nursalim. Konsep dan PenerapanMetodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika; 2003

18. Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta:PT Pustaka: 1989