10308067

download 10308067

of 14

Transcript of 10308067

  • 1

    SISTEM KONTROL BASE ISOLATION UNTUK

    PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA

    1Debby Rahmawati ([email protected]) 2Sulardi, ST., MT. ([email protected])

    1,2Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

    Universitas Gunadarma, Jakarta

    ABSTRAK

    Sistem kontrol base isolation berfungsi sebagai kontrol pasif getaran yang dapat

    meningkatkan fleksibilitas bangunan dan memperkecil amplitudo getaran yang diterima

    struktur atas sehingga resiko kerusakan dapat diminimalisir. Penelitian ini

    menggunakan base isolation tipe High Damper Rubber Bearing Soft (HDS) dalam

    mereduksi gaya gempa gedung perpustakaan 5 lantai dan dibandingkan dengan struktur

    fixed base. Struktur dimodelkan sebagai portal 3 dimensi melalui program ETABS

    dengan analisis gempa 3D statik ekuivalen yang dapat digunakan karena bentuk

    struktur dan ketinggiannya yang memenuhi syarat. Hasil analisis menunjukkan waktu

    getar arah x struktur fixed base sebesar 1,48 detik sedangkan pada struktur base

    isolation sebesar 2,73 detik (memenuhi syarat FEMA 450) dengan story drift lantai 5

    arah x sebesar 12,8 mm (fixed base) dan 9,60 mm (struktur base isolation).

    Kata Kunci: Struktur Fixed Base, Base Isolation System, High Damping Rubber

    Bearing Soft (HDS), Analisis Statik Ekuivalen.

    Control of base isolation system works as a passive vibration control which increase

    flexibility of building and decrease vibration amplitude received by upper structure so

    the risk of damage can be minimized. This research using base isolation bearings type

    High Damping Rubber Bearing Soft (HDS) to reduce the earthquake forces on the

    library with five floors and compared to the fixed base structure. The structure is

    modeled as a three dimensional portal using ETABS program and for seismic analysis

    using 3D static equivalent which can be used for structural shape and height are

    eligible. The analysis showed the vibration time for x direction of the fixed base

    structure is 1.48 seconds while the base isolation structure showed 2,73 seconds

    (qualified FEMA 450) with the story drift of fifth floor (x direction) is 12.8 mm (for

    fixed base) and 9.60 mm (base isolation structure). The result of planning base

    isolation structure includes plate, beams, columns, beam column joint with supported

    by seven types of footing foundation.

    Keywords: Fixed Base Structure, Base Isolation System, High Damping Rubber

    Bearing Soft (HDS), Equivalent Static Analysis.

    PENDAHULUAN Pada perencanaan bangunan, parameter gempa bumi yang mempengaruhi perencanaan

    secara langsung adalah percepatan tanah yang ditimbulkan gelombang seismik yang bekerja

    pada massa bangunan. Sehingga di dalam menunjang pembangunan gedung-gedung sangat

    penting diperhitungkan perencanaan konstruksi yang liat untuk struktur bangunan tahan gempa

    yaitu konstruksi yang mampu mengalami lendutan plastis yang besar dan tidak runtuh bila

    terkena gempa besar karena mampu menyerap dan memancarkan energi, mengingat sebagian

    besar wilayah Indonesia terletak dalam wilayah gempa dengan intensitas moderat hingga tinggi,

  • 2

    hanya wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah saja yang kurang berpotensi gempa

    (Yosafat,2006).

    Salah satu metode yang kini banyak digunakan dalam pembangunan untuk melindungi

    struktur bangunan dari gempa adalah dengan meningkatkan kinerja bangunan melalui

    penggunaan sistem kontrol dalam mengontrol respon struktur yang menerima pembebanan

    gempa dengan mendisipasi energi gempa. Alat pengontrol respons struktur terbagi atas kontrol

    aktif dan semi aktif, kontrol pasif, serta sistem base isolation. Sistem base isolation memiliki

    karakteristik fleksibilitas untuk meningkatkan periode getaran dan mengurangi respons gaya

    pada struktur atas disamping kelebihannya yang sederhana dalam desain, pemasangan, dan

    pemeliharaan sehingga akan digunakan dalam perencanaan gedung ini.

    Di dalam analisis gempa, cara paling sederhana yang dapat digunakan untuk

    menentukan pengaruh dari beban gempa bumi terhadap struktur bangunan adalah dengan

    analisis statis yang dapat digunakan untuk syarat gedung tertentu dimana untuk struktur

    bangunan lainnya yang tidak begitu mudah diperkirakan perilakunya terhadap pengaruh gempa,

    yaitu struktur bangunan tidak beraturan, harus dilakukan dengan analisis dinamis.

    Pada jurnal ini akan dibandingkan perilaku struktur bangunan tahan gempa 5 lantai

    bersistem base isolation seismic bearing dengan struktur fixed base dan menggunakan analisis

    statik ekuivalen sehingga hasilnya dapat dilihat story drift yang lebih kecil hasil penggunaan

    sistem base isolator.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat penggunaan base isolation

    berupa seismic bearing jenis high damping rubber bearing dalam meredam gaya gempa yang

    terjadi bila dibandingkan dengan gedung tanpa base isolation di wilayah 3 gempa.

    METODE PENELITIAN Secara umum metode dan tahapan perencanaan yang digunakan dalam perencanaan

    gedung 5 lantai beton bertulang dengan base isolation system ini adalah sebagai berikut:

    1. Pengumpulan Data Data perencanaan, dalam tahap ini terdiri dari deskripsi umum bangunan, denah dan sistem

    struktur bangunan, wilayah gempa dimana bangunan berada, data pembebanan, data tanah,

    mutu bahan yang digunakan, metode analisis dan desain struktur, standar dan referensi yang

    dipakai dalam perencanaan.

    2. Preliminary Design Tahap pertama dalam perencanaan gedung yaitu membuat desain yang memberikan

    estimasi gambaran bangunan secara lebih detail dan terukur, namun belum mengarah pada

    hal-hal yang lebih detail.

    3. Analisis Gempa Perhitungan struktur gedung yang digunakan dalam perencanaan ini adalah perencanaan

    gedung dengan menggunakan perhitungan analisis statis dimana gaya geser yang bekerja

    didistribusikan pada setiap lantai berdasarkan porsi berat lantai dan ketinggiannya dan

    beban-beban didistribusikan bekerja pada pusat massa yang telah ditambah eksentrisitas.

    4. Kontrol Waktu Getar dan Simpangan Waktu getar alami fundamental (T1) dibatasi berdasarkan koefisien gempa dan jumlah

    tingkatan dalam gedung dimana tidak boleh melebihi batas dalam persamaan 2.13.

    Simpangan maksimum struktur dan story drift yang terjadi harus memenuhi syarat kinerja

    batas layan (s) dan batas ultimit (m). 5. Penambahan Base Isolation System

    Penambahan sistem base isolation berupa penggunaan seismic bearing jenis high damping

    rubber bearing soft (HDS) yang digunakan untuk mereduksi gaya gempa yang terjadi pada

    bangunan dipasang pada batas antara struktur atas dan struktur bawah yaitu di antara

    pondasi dan pelat lantai dasar.

  • 3

    6. Pembebanan Gaya-gaya yang diperhitungkan berupa gaya gravitasi dari beban mati dan beban hidup

    serta gaya lateral gempa.

    7. Kombinasi Pembebanan Setelah ditentukan besarnya beban-beban yang bekerja pada struktur maka diperhitungkan

    kombinasi pembebanan berdasarkan pasal 11.2 SNI 03-2847-2002 berupa kombinasi beban

    mati, beban hidup, dan gempa.

    8. Gaya-Gaya Dalam Hasil dari kombinasi pembebanan akan menghasilkan gaya-gaya dalam untuk setiap

    kombinasi yang dilakukan.

    9. Penulangan Hasil gaya-gaya dalam yang memberikan nilai terbesar dari kombinasi pembebanan

    akan menjadi acuan untuk menentukan penulangan. Penulangan yang dilakukan yaitu

    penulangan pelat, kolom, balok, beam-column joint, dan pondasi.

    YA

    Analisis Gempa

    Kontrol Waktu Getar

    dan Simpangan

    Ubah Dimensi

    Struktur

    TIDAK

    MULAI

    Preliminary Design

    Pengumpulan Data

    SELESAI

    Gambar 1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Gedung Tanpa Base Isolation (Kiri) dan

    Struktur Gedung dengan Base Isolation (Kanan)

    1T n

    Y A

    A n a l i s i s G e m p a

    K o n t r o l W a k tu G e ta r

    d a n S im p a n g a n

    U b a h D im e n s i

    S t r u k tu r

    T I D A K

    S E L E S A I

    M U L A I

    P r e l im in a r y D e s ig n

    P e n g u m p u la n D a ta

    S i s t e m B a s e I s o la t io n

    K o n t r o l W a k tu G e ta r

    d a n S im p a n g a n

    ( F E M A 4 5 1 )

    U b a h S p e s i f i k a s i

    B a s e I s o la to r

    T I D A K

    Y A

    1T n

  • 4

    HASIL & PEMBAHASAN Denah struktur bangunan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

    Gambar 2. Denah Bangunan

    Gambar 3. Potongan As 1 (Kiri) dan Potongan As A (Kanan)

    Gambar 4. Hasil Pemodelan Elemen Struktur 3 Dimensi Fixed Base (Kiri)

    dan Struktur Base Isolation (Kanan)

  • 5

    Data-data struktur yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Data Umum Struktur:

    a. Jenis Struktur : Gedung Beton Bertulang (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah)

    b. Material Utama Struktur : Beton Bertulang c. Kategori Bentuk Bangunan : Beraturan d. Tinggi Bangunan Keseluruhan : 21,5 m e. Tinggi Bangunan per Lantai

    Tinggi Lantai 1 : 5,50 m

    Tinggi Lantai 2-5 : 4,00 m

    Data Material Struktur:

    Material Beton 1) Kuat tekan beton 28 hari

    Balok, Pelat, dan Kolom : K300 (c

    f ' = 24,90 MPa)

    2) Modulus elastisitas ( Ec ) 4700 'c cE f

    K300 (24,90 MPa) : Ec = 23.453 MPa

    3) Angka poissons ratio ( ) Angka poisson ratio pada beton adalah = 0,2

    Baja Tulangan

    1) Tegangan leleh untuk perencanaan Besi tulangan D 13 : Baja U40 (fy = 400 MPa) Besi tulangan D 12 : Baja U24 (fy = 240 MPa)

    2) Modulus elastisitas baja tulangan ( Es ) Ec = 200.000 MPa

    3) Angka poisson ratio ( ) Angka poisson ratio pada baja adalah = 0,3

    Material Base Isolator Seismic Bearing

    1) Jenis Base Isolator : Elastomeric Rubber Bearing 2) Tipe : High Damping Rubber Bearing Soft (HDS) 3) Diameter Elastomer : 600 mm 4) tebal Elastomer (te) : 96 mm 5) Tinggi Base Isolator : 228 mm 6) Vmax : 3500 kN 7) Simpangan Ijin Maksimum : 200 mm

    Analisis Gempa Statik Ekuivalen Struktur Tanpa Base Isolation

    Berdasarkan hasil pemodelan struktur pada ETABS maka dapat diketahui berat lantai bangunan:

    Tabel 1. Berat Lantai Bangunan

    Lantai Massa (Kg) g (m/s2) Berat (Kg)

    5 40.947,6 9,81 401.696

    4 109.036,5 9,81 667.952

    3 182.160,9 9,81 717.351

    2 258.810,2 9,81 751.929

    1 338.367,3 9,81 780.456

    929.322,5 3.319.384

    Melalui rumus empiris Method A dari UBC Section 1630.2.2, waktu getar alami gedung adalah:

  • 6

    3 / 4

    1

    3 / 4

    .

    = 0, 0731 21, 5

    = 0, 730 detik

    t nT C h

    x

    dan untuk wilayah gempa 3, nilai pembatasan waktu getar alami yaitu:

    = 0,18 5

    = 0, 90 detik

    T n

    x

    Sehingga karena T1 = 0,730 detik < T = 0,9 detik OK Beban geser dasar nominal statik ekuivalen yang bekerja pada struktur tersebut dapat dihitung:

    1

    0, 452 1 3.319.384 =

    5, 5

    272.874, 2 kg

    tC IW

    VR

    x x

    Setelah diketahui gaya geser dasar nominal yang akan terjadi di dasar gedung ketika gempa

    berlangsung, lalu dihitung distribusi gaya geser horisontal gempa dalam arah x dan y gempa

    sepanjang tinggi gedung dan beban gempa rencana yang akan ditanggung keseluruhan

    komponen struktur pada Tabel 2.

    Tabel 2. Distribusi Gaya Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung

    Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka didapatkan besarnya gaya gempa untuk analisis

    statik ekuivalen 3D kemudian dilakukan pengecekan waktu getar alami fundamental Rayleigh

    dimana hasilnya menunjukkan nilai menyimpang lebih dari 20% Tempiris = 0,73 detik sehingga

    distribusi gempanya perlu dihitung kembali menggunakan waktu getar dari persamaan Rayleigh

    yaitu:

    Tabel 3. Distribusi Beban Gempa Berdasarkan Waktu Getar T-Rayleigh

    Lantai Fix Fiy

    (kg) (kg)

    5 63.724,86 62.644,89

    4 86.249,53 84.787,82

    3 71.456,07 70.245,07

    2 52.707,68 51.814,42

    1 31.672,65 31.135,88

    305.810,78 300.628,08

    Lantai Zi (m) Wi (Kg) Fix,y (Kg)

    5 21,5 401.696 56.861,5

    4 17,5 667.952 76.960,2

    3 13,5 717.351 63.760,1

    2 9,5 751.929 47.030,9

    1 5,5 780.456 28.261,4

    3.319.384 272.874,2

  • 7

    1) Gaya gempa arah x yang terdiri dari 100% Fix dan 30% Fiy Tabel 4. Distribusi Akhir Gaya Geser Horisontal Gempa Fx

    Struktur Tanpa Sistem Base Isolation

    FX

    Lantai 100% Fix 30% Fiy

    STORY 5 63.724,86 18.793,47

    STORY 4 86.249,53 25.436,35

    STORY 3 71.456,07 21.073,52

    STORY 2 52.707,68 15.544,33

    STORY 1 31.672,65 9.340,76

    2) Gaya gempa arah y yang terdiri dari 30% Fix dan 100% Fiy Tabel 5. Distribusi Akhir Gaya Geser Horisontal Gempa Fy

    Struktur Tanpa Sistem Base Isolation

    Fy

    Lantai 30% Fix 100% Fiy

    STORY 5 19.117,46 62.644,89

    STORY 4 25.874,86 84.787,82

    STORY 3 21.436,82 70.245,07

    STORY 2 15.812,30 51.814,42

    STORY 1 9.501,79 31.135,88

    dan didapatkan deformasi struktur fixed base sebagai berikut:

    Tabel 6. Deformasi Tiap Lantai

    Tingkat Zi

    (m)

    FX FY

    x y x y

    5 21,5 86,0 25,5 25,8 85,1

    4 17,5 73,2 21,9 22,0 73,0

    3 13,5 54,5 16,9 16,3 56,3

    2 9,5 34,1 11,4 10,2 38,0

    1 5,5 14,7 5,5 4,4 18,3

    Setelah didapatkan deformasi tiap lantainya, maka perlu dicek kembali nilai waktu getar alami

    fundamentalnya dengan menggunakan rumus Rayleigh.

    Berdasarkan data tersebut, maka waktu getar bangunan dengan cara T-Rayleigh adalah sebagai

    berikut:

    9

    7

    9,72 106, 3

    9.810 1,80 10

    1, 481 detik

    xx

    xT

    x x

    Maka didapatkan nilai Txx = 1,481 detik (menyimpang 0,001% dari 1,48 detik OK!)

    8

    6

    9,08 106, 3

    9.810 1,62 10

    1, 511 detik

    xy

    xT

    x x

    Maka didapatkan nilai Txy = 1,51 detik (menyimpang 0,001% dari 1,51 detik OK!)

  • 8

    Sedangkan untuk perhitungan waktu getar alami akibat gempa FY yaitu:

    8

    6

    8, 75 106, 3

    9.810 1,61 10

    1, 479 detik

    yx

    xT

    x x

    Maka didapatkan nilai Tyx = 1,479 detik (menyimpang 0,01% dari 1,480 detik OK!)

    10

    7

    1, 01 106, 3

    9.810 1,80 10

    1, 51 detik

    yy

    xT

    x x

    Maka didapatkan nilai Tyy = 1,51 detik (menyimpang 0,02% dari 1,505 detik OK!) Setelah analisis waktu getar T-Rayleigh dilakukan dan memenuhi persyaratan dalam

    SNI 03-1726-2002 yaitu menyimpang tidak lebih dari 20% waktu getar sebelumnya, maka akan

    diperiksa syarat kinerja batas layan (s) pada struktur gedung. Berikut perhitungan batas layan simpangan antar tingkat yang diijinkan untuk lantai 1:

    1

    0,03s = atau 30 m m (yang terkecil)

    R

    0,03 = 5, 5

    5,5

    30 m m

    ih

    m

    Hasil analisis kinerja batas layan struktur fixed base dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 7. Analisis s Akibat Gempa FX Struktur Fixed Base

    Zi Arah x (mm) Arah y

    (m) x syarat

    s (mm)

    Ket y syarat

    s (mm)

    Ket.

    21,5 12,8 21,8 OK 3,6 21,8 OK

    17,5 18,7 21,8 OK 5,0 21,8 OK

    13,5 20,4 21,8 OK 5,5 21,8 OK

    9,5 19,4 21,8 OK 5,9 21,8 OK

    5,5 14,7 30,0 OK 5,5 30,0 OK

    Kinerja batas ultimit struktur dihitung berdasarkan simpangan antar tingkat struktur akibat

    pembebanan nominal dikalikan dengan suatu faktor pengali dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 8. Analisis m Akibat Gempa FX Struktur Fixed Base

    Lant

    ai

    Arah x Arah y

    Drift

    m (mm)

    syarat

    drift

    m Ket

    Drift

    m (mm)

    syarat

    drift

    m Ket

    5 49,28 80 OK 13,86 80 OK

    4 72,00 80 OK 19,25 80 OK

    3 78,54 80 OK 21,17 80 OK

    2 74,69 80 OK 22,71 80 OK

    1 56,60 110 OK 21,17 110 OK

  • 9

    Struktur dengan Base Isolation

    Setelah perencanaan struktur atas untuk gedung biasa (fixed base) tanpa menggunakan

    bantalan karet (base isolator) selesai direncanakan maka selanjutnya akan dibandingkan hasil

    kinerja struktur dengan perencanaan yang menggunakan sistem base isolation dimana

    seharusnya hasil dari penggunaan sistem base isolation ini dapat mereduksi gaya gempa yang

    terjadi pada struktur atas bangunan sehingga dapat dihasilkan suatu efisiensi dari segi dimensi

    yang seharusnya dibutuhkan untuk struktur atas dengan syarat tetap memenuhi batas ultimit,

    batas layan, story drift yang telah ditetapkan nilai maksimumnya.

    Dengan demikian, setelah perencanaan struktur fixed base selesai direncanakan maka

    akan direncanakan struktur base isolation system yang memiliki komponen struktur atas yang

    berbeda, hal ini memungkinkan karena telah tereduksinya gaya gempa yang seharusnya bernilai

    lebih besar.

    Pemilihan spesifikasi base isolator yang digunakan diambil sebesar 3-5% berdasarkan

    kekakuan kolom lantai paling bawah. Kemudian hasil kekakuan yang didapatkan akan

    digunakan untuk pemilihan ukuran dan spesifikasi base isolator dimana jenis base isolator yang

    digunakan dalam perencanaan ini yaitu High Damping Rubber Bearing tipe Soft yang

    perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:

    1. Inersia Penampang Kolom (K50/65)

    3 3

    4

    1 1(500)(650)

    12 12

    11.442.708.333

    I bh

    m m

    2. Modulus elastisitas kolom (E)

    '4700 4700 0, 83 30

    23.453 M Pa

    cE f x

    3. Kekakuan kolom (K50/65)

    3

    3

    2

    12

    12(23.453)11.442.708.333

    5500

    19.356 M Pa 19, 356 kN /m m

    kolom

    EIK

    h

    4. Kekakuan base isolator

    2

    isolator

    2

    519, 356 kN/mm

    100

    =0,970 kN/mm

    baseK x

    Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan kekakuan efektif yang didapatkan sebesar

    0,970 kN/mm2 sehingga akan digunakan High Dampir Rubber Bearing tipe Soft dengan

    spesifikasi:

    Tipe HDS : HDS 550x88

    Keff : 1,08 kN/mm2

    Smax : 180 mm

    H : 220 mm

    Analisis Statik Ekuivalen Struktur Base Isolation

    Pada desain struktur dengan base isolation system melalui metode analisis statik ekuivalen atau

    pada FEMA disebut Equivalent Lateral Force (ELF) maka diperhitungkan gaya lateral yang

    harus didistribusikan merata di setiap ketinggian lantai pada struktur dengan rumus yang

    ditetapkan oleh FEMA 451.

  • 10

    Tabel 9. Distribusi Beban Gempa Struktur dengan Base Isolation System

    Lan

    tai

    Vx Fix Vy Fiy

    (kg) (kg) (kg) (kg)

    5 155.249 33.722 164.108 35.647

    4 155.249 44.777 164.108 47.332

    3 155.249 35.277 164.108 37.290

    2 155.249 25.630 164.108 27.093

    1 155.249 15.843 164.108 16.748

    155.249 164.108

    Tabel 10. Distribusi Akhir Gaya Geser Horisontal Gempa Fx Struktur dengan Sistem Base Isolation

    FX

    Lantai 100% Fix 30% Fiy

    STORY 5 33.722,262 10.693,987

    STORY 4 44.776,689 14.199,562

    STORY 3 35.276,699 11.186,930

    STORY 2 25.630,073 8.127,796

    STORY 1 15.843,390 5.024,248

    Tabel 11. Distribusi Akhir Gaya Geser Horisontal Gempa Fy

    Struktur dengan Sistem Base Isolation

    Fy

    Lantai 30% Fix 100% Fiy

    STORY 5 10.116,679 35.646,625

    STORY 4 13.433,007 47.331,873

    STORY 3 10.583,010 37.289,766

    STORY 2 7.689,022 27.092,655

    STORY 1 4.753,017 16.747,494

    dan dihasilkan deformasi tiap lantai struktur sebagai berikut:

    Tabel 12. Deformasi Tiap Lantai Struktur dengan Base Isolation

    Ting

    kat

    Zi

    (m)

    FX FY

    x (mm) y

    (mm)

    x

    (mm) y (mm)

    5 21,5 124,60 35,50 37,40 118,40

    4 17,5 115,00 33,00 34,50 110,10

    3 13,5 102,10 28,70 30,60 95,70

    2 9,5 85,50 23,90 25,70 79,60

    1 5,5 67,10 19,20 20,10 64,10

    base 0 41,00 13,30 16,60 44,80

    Berdasarkan data tersebut, maka waktu getar bangunan dengan cara T-Rayleigh adalah sebagai

    berikut:

    Txx = 2,73 detik

    Txy = 2,58 detik

    Tyx = 2,73 detik

  • 11

    Tyy = 2,58 detik

    Tabel 13. Analisis s Akibat Gempa FX Struktur Base Isolation

    Lan

    tai

    Zi Arah x Arah y

    (m) x syarat

    s (mm)

    Ket y syarat

    s (mm)

    Ket.

    5 21,5 9,6 21,82 OK 2,5 21,8 OK

    4 17,5 12,9 21,82 OK 4,3 21,8 OK

    3 13,5 16,6 21,82 OK 4,8 21,8 OK

    2 9,5 18,4 21,82 OK 4,7 21,8 OK

    1 5,5 26,1 30,00 OK 5,9 30,00 OK

    base 0 41,0 180 OK 13,3 180,0 OK

    Tabel 14. Analisis m Akibat Gempa FX Struktur dengan Base Isolation

    Lanta

    i

    Arah x Arah y

    Drift

    m (mm)

    syarat

    drift

    m (mm)

    Ket

    Drift

    m (mm)

    syarat

    drift

    m (mm)

    Ket

    5 37,0 80 OK 9,6 80 OK

    4 50,0 80 OK 16,5 80 OK

    3 63,9 80 OK 18,5 80 OK

    2 70,8 80 OK 18,1 80 OK

    1 100,5 110 OK 22,7 110 OK

    base 157,9 160 OK 51,2 160 OK

    sehingga didapatkan hasil perbandingan story drift setiap lantai antara struktur fixed base dan

    struktur dengan base isolation HDS550x88 seperti pada gambar 5-8 berikut ini.

    1) Analisis Kinerja Batas Layan Fx

    Gambar 5. Analisis Story Drift Kinerja Batas Layan Fx pada Arah X

    0

    10

    20

    30

    0 10 20 30 40 50 Ke

    tin

    ggia

    n (

    m)

    Story Drift (mm)

    Story Drift Akibat Gempa Fx pada Arah X

    fixed base

    base isolation

  • 12

    Gambar 6. Analisis Story Drift Kinerja Batas Layan Fx pada Arah Y

    2) Analisis Kinerja Batas Layan Fy

    Gambar 7. Analisis Story Drift Kinerja Batas Layan Fy pada Arah X

    Gambar 8. Analisis Story Drift Kinerja Batas Layan Fy pada Arah Y

    Sehingga berdasarkan hasil perbandingan grafik diatas maka dapat terlihat bahwa perbandingan

    struktur fixed base memiliki nilai story drift yang rata-rata lebih besar dibandingkan struktur

    dengan base isolation.

    0

    10

    20

    30

    0 5 10 15 Ke

    tin

    ggia

    n (

    m)

    Story Drift (mm)

    Story Drift Akibat Gempa Fx pada Arah Y

    fixed base

    base isolation

    0

    10

    20

    30

    0 5 10 15 20

    Ke

    tin

    ggia

    n (

    m)

    Story Drift (mm)

    Story Drift Akibat Gempa Fy pada Arah X

    fixed base

    base isolation

    0

    10

    20

    30

    0 10 20 30 40 50

    Ke

    tin

    ggia

    n (

    m)

    Story Drift (mm)

    Story Drift Akibat Gempa Fy pada Arah Y

    fixed base

    base isolation

  • 13

    SIMPULAN & SARAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan

    sebagai berikut:

    1) Struktur dengan base isolation dapat mereduksi gaya gempa yang terjadi pada struktur atas sebesar 47% dan penggunaan sistem ini dapat memperkecil dimensi komponen struktur.

    Distribusi gaya geser maksimum yang terjadi pada lantai 5 arah x:

    a. Struktur fixed base (tanpa base isolation) : 63.724,86 kg b. Struktur dengan base isolation : 33.722,262 kg

    2) Struktur dengan base isolation memiliki perbedaan story drift yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur fixed base. Simpangan antar tingkat (story drift) pada lantai 5 arah x yang

    terjadi yaitu sebesar:

    a. Struktur fixed base : 12,80 mm b. Struktur dengan base isolation : 9,60 mm dengan batasan syarat layan dan batas ultimit yang diijinkan.

    3) Penggunaan sistem base isolation pada struktur bangunan dapat meningkatkan periode waktu getar alami struktur menjadi lebih besar. Waktu getar alami yang terjadi pada arah x:

    a. Struktur fixed base : 1,48 detik b. Struktur dengan base isolation : 2,73 detik Waktu getar alami yang terjadi pada arah y:

    a. Struktur fixed base : 1,51 detik b. Struktur dengan base isolation : 2,58 detik dan telah memenuhi aturan dalam FEMA 450 dan 451 yang membatasi waktu getar struktur

    dengan base isolation sebesar 2-3 detik.

    Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai

    berikut:

    1) Untuk memperkenalkan teknik yang baru seperti Base Isolation dapat dipertimbangkan suatu metode analisis yang sederhana dan realistis dengan tetap memperhatikan batasan

    struktur apa saja yang diperbolehkan menggunakan cara analisis sederhana.

    2) Untuk lebih menyesuaikan penggunaan sistem base isolation di Indonesia, perlunya segera dibuat standar nasional yang dapat menyesuaikan kondisi daerah Indonesia dengan zona

    gempa yang ada.

    DAFTAR PUSTAKA BSN. 2002. SNI 03 2847 2002. Tata Cara Perhitungan Beton untuk Struktur Bangunan

    Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

    BSN. 2002. SNI 03 1726 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

    D. Symans, Michael. 2011. Seismic Protective System Seismic Isolation, Instructional Material

    Complementin FEMA 451, Design Examples.

    Building Seismic Safety Council. 2004. FEMA 451: Design Examples - Recommended

    Provisions for Seismic Regulations for New Building and Other Structures. Washington:

    Federal Emergency Management Agency (FEMA).

    Building Seismic Safety Council. 2003. FEMA 450: Recommended Provisions for Seismic

    Regulations for New Building and Other Structures. Washington: Federal Emergency

    Management Agency (FEMA).

    Iswandi Imran, dkk. 2009. Prinsip-Prinsip Perencanaan Struktur untuk Keselamatan Bangunan

    Tahan Gempa, Konstruksi Indonesia 2009. Departemen Pekerjaan Umum.

    Kusuma, Gideon dan Takim Andriono. 1994. Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di

    Daerah Rawan Gempa. Jakarta: Erlangga.

    Pamungkas, A. dan Erny Harianti. 2009. Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya:

    ITS Press.

  • 14

    Purwono, Rachmat. 2010. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa. Surabaya: ITS

    Press.

    Yulianti, Ria Catur. 2011. Rekayasa Gempa. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas

    Mercubuana.

    www.nibs.org/client/assets/files/bssc/Topic15-7-SeismicIsolation.pdf