Coral Bleaching Ancaman Terbesar Ekosistem Terumbu Karang ...
102452731 Makalah Bleaching
-
Upload
silvia-dwi-gina -
Category
Documents
-
view
98 -
download
2
description
Transcript of 102452731 Makalah Bleaching
MAKALAH ITMKG 3BLEACHING
OLEH:1.Ade Martha Sidauruk 0409 100 4021
2.Tri Septi Utami 0409 100 4022
3. Ayu Jembar Sari 0409 100 4030
4. Elvira Dwijayati 0409 100 4037
5.Indah Tama Romauli 0409 100 4041
6.Rizky Amenta Tarigan 0409 100 4042
7.Lela Helda Sari 0409 100 4043
8.Annisa Citra Utami 0409 100 4054
9. Amelia Monika 0409 100 4058
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
1
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009
BLEACHING
Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai
mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan estetis penderita.
PENYEBAB PERUBAHAN WARNA GIGI
Penyebab perubahan warna gigi terbagi atas dua faktor, yaitu:
A. Faktor intrinsik
Penyebab perubahan warna gigi berasal dari gigi itu sendiri:
Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Adanya gas yang dihasilkan dari pulpa
nekrosis dapat emmbentuk ion sulfida yang berwarna hitam.
Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama
proses pertumbuhan gigi dapat menyebabkan perubahan gigi yang permanen.
Penyakit metabolik yang berat selama fase pertumbuhan gigi, misalnya alkaptonuria
yang menyebabkan warna coklat.
Perdarahan dalam kamar pulpa.
Disebabkan karena terjadinya trauma, aplikasi bahan devitalisasi arsen ataupun
eksterpasi pulpa yang masih vital.
Medikamentasi saluran akar.
Obat teraupetik yang digunakan dalam endodonti dapat menyebabkan perubahan warna
pada gigi, misalnya perak nitrat.
Bahan pengisi saluran akar. Bahan pengisi saluran kar yang dapat mewarnai dentin
adalah iodoform dan semen saluran akar yang mengandung perak atau minyak esensial.
B. Faktor Ekstrinsik
Perubahan warna pada gigi yang berasal dari luar gigi:
Kebersihan mulut yang tidak baik.
2
Perubahan warna pada gigi karena kebersihan mulut yang tidak baik, dapat
menyebabkan gigi berwarna hijau, jingga, kuning, atau coklat.
Pengaruh makanan dan minuman.
Misalnya: kopi, teh, kunyit, dll.
Pengaruh kopi dan tembakau menghasilkan warna coklat sampai hitam pada leher gigi.
Bahan tambalan logam
Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
(Tri Septi Utami)
Diskolorasi akibat hipoplasia email
Diskolorisasi akibat tambalan logam Diskolorisasi akibat tetrasiklin
Diskolorisasi akibat amelogenesis imperfecta Diskolorasi akibat fluorosis
3
Diskolorasi akibat stain Diskolorasi akibat nekrosis pulpa
(Indah Tama Romauli)
MACAM-MACAM BAHAN BLEACHING
Perubahan warna yang terjadi dapat diakibatkan oleh perdarahan karena trauma,
preparasi kavitas ruang pulpa yang tidak baik, obat-obatan sterilisasi saluran akar, bahan
pengisi saluran akar, maupun penggunaan bahan tumpatan Bahan pemutih melalui intra korona
merupakan oksidator / reduktor yang kuat karena daya penetrasi yang kuat untuk menembus
bahan organik pada tubuli dentin dan interprismatik enamel Sifat self limiting dan tidak
residual yang dipakai yaitu Hidrogen Peroksida, Sodium Perborat dan Karbamid Peroksida.
Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol
dan peroksida, dengan rumus kimia H2O2, pH 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak
berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan
sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan
mengalami dekomposisi secara perlahan dan melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat
larut dalam air dan menyebabkan suasana asam, dan pH dipengaruhi oleh konsentrasinya,
untuk pH 1 % larutan adalah 5.0-6.0. Hidrogen peroksida dapat terurai menjadi air dan oksigen
secara spontan dengan reaksi sebagai berikut :
2 H2O2 → 2 H2O + O2 + Energi
Bahan pemutih ini yang paling sering digunakan, tidak berwarna, viskositas rendah, merupakan
oksidator kuat sehingga dalam penggunaannya harus hati-hati, jangan tertelan / terinhalasi.
Contoh Superoxol, merupakan bahan pemutih yang mengandung 30 % H2O2, , dapat
4
menyebabkan luka kulit Bahan ini dapat rusak / terurai oleh cahaya sehingga perlu tempat
penyimpanan yang sejuk dan kedap cahaya.
Secara keseluruhan bahan pemutih hidrogen peroksida aman digunakan apabila dipakai
dalam batas konsentrasi yang diawasi, waktu yang tidak terlalu lama (bila konsentrasi tinggi)
dan dalam suatu interval waktu perawatan tertentu. Berbagai persyaratan di atas menjadikan
pemutihan gigi vital dapat dilakukan. Hidrogen peroksida dalam berbagai konsentrasi
merupakan bahan utama yang digunakan pada proses pemutihan. Pada teknik in-office untuk
gigi vital dan walking bleach untuk gigi non vital, biasa digunakan hidrogen peroksida dengan
konsentrasi 30-35%. Beberapa produk OTC menggunakan hidrogen peroksida 6% tersedia
dalam bentuk pasta.
Sodium Perborat, bentuk granular NaBO3
Natrium perborat dengan rumus kimia NaBO3 berwarna putih, tidak berbau dan dapat
larut dalam air. Natrium perborat digunakan sebagai bahan pemutih untuk pemutihan gigi non
vital secara intrakoronal. Bahan ini juga memiliki sifat antiseptik dan dapat bertindak sebagai
disinfektan. Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan ini bersifat alkali,
lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat. Natrium perborat
mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Ketika natrium perborat bereaksi
dengan air akan membentuk sebuah basa kuat dengan reaksi sebagai berikut :
NaBO3.H2O2 + H2O2 + H2O------- NaOH + HBO2 + H2O2Hidrogen peroksida sebagai bahan pemutih dan pengurai yang membebaskan oksigen, reaksinya sebagai berikut :
2H2O2 ---------2H2O + O2Penggunaan bahan campuran superoxol dengan sodium perborat, lebih efektif efeknya untuk
pemutihan gigi. Komplikasi penggunaan bahan pemutih yang ceroboh, menimbulkan iritasi pada
gingival dan akan menyebabkan resorbsi akar external dan kebocoran mikro pada restorasi
komposit
Karbamid Peroksida / Urea hidrogen Peroksida
5
Karbamid peroksida, juga dikenal sebagai hidrogen peroksida urea, perhydrol urea dan
perhydelure. dengan rumus kimia CH6N2O3, atau CH4N2O.H2O2 dapat diperoleh dalam berbagai
konsentrasi antara 3 sampai 15%. Preparat komersial yang terkenal mengandung kira-kira 10%
karbamid peroksida dengan pH rata-rata 5 sampai 6,5. Karbamid peroksida merupakan kristal
yang berwarna putih, tidak toksik. Kandungan bahan pemutih gigi yang utama adalah karbamid
peroksida sebagai unsur aktif 10-15%, dan sisanya sekitar 85% adalah unsur non aktif terdiri
dari glyserin atau propilen glikol, sodium stannate, bahan penyegar dan lain-lain. Karbamid
peroksida dapat mengandung karbopol (polimer karboksipolimetilen) sebagai
campuran. Bahan ini dapat menambah kekentalan dan daya lekat serta memperlambat proses
pelepasan oksigen dari karbamid sehingga memungkinkan oksigen bereaksi lebih lama dengan
bahan yang menyebabkan pewarnaan. Sejumlah asam akan ditambahkan untuk mengurangi pH
antara 5.0-6.5 yang akan meningkatkan shelf life. Rendahnya pH ini diperdebatkan karena
meningkatkan kemungkinan rusaknya email dan dentin. Batas pH kritis yang ditetapkan untuk
etsa email adalah 5.2-5.8 sedangkan untuk dentin 6.0-6.8.
Karbamid peroksida memiliki struktur formula sebagai berikut
6
Dalam beberapa preparat, ditambahkan carbopol, suatu resin yang larut dalam air, untuk
memperlama pelepasan peroksida aktif dan meningkatkan masa penyimpanannya. Karbamid
peroksida 10% akan terurai menjadi urea, amonia, karbondioksida, dan sekitar 3,5% hidrogen
peroksida. Dalam 10 % larutan encer carbamid peroxide paling banyak digunakan pada home
bleaching. Bahan ini dapat dipecah lagi menjadi 3,35 % larutan hydrogen peroxide ( H2O2)
dan 6,65 % larutan ure (CHN2O). Untuk produk karbamid peroksida dengan konsentrasi lebih
dari 10% dianjurkan tidak digunakan di luar tempat praktek dokter gigi berdasarkan faktor
keamanan dan efektifitas oleh ADA. Pemutihan gigi menggunakan karbamid peroksida 10%
juga telah disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Canada (FDA) dan Eropa
(SCCNFP) karena lebih aman, murah dan efektif untuk pemutihan gigi vital. Beberapa
penelitian mengenai karbamid peroksida 10% menyatakan bahwa bahan ini membutuhkan
waktu lebih lama tetapi akan memutihkan gigi sama dengan konsentrasi tinggi, tanpa perubahan
ireversibel terhadap pulpa. Penggunaan bahan dengan konsentrasi 30%-50% untuk in office
bleaching, ternyata efektif, sedangkan pada konsentrasi10%-16% diginakan untuk pemutihan
ekstra korona Efektivitas bahan pemutih intra korona dipengaruhi oleh pH, konsentrasi, suhu,
waktu dan penyimpanan. Pada pH basa, proses oksidasi lebih aktif. Penggunaan bahan dengan
konsentrasi tinggi prosesnya lebih cepat namun perlu hati-hati kemungkinan dapat
menyebabkan kaustik pada jaringan lunak. Pengaruh adanya kenaikan suhu tinggi atau
pemanasan / energi cahaya menyebabkan reaksinya lebih cepat. Adanya kontak bahan pemutih
yang lama hasilnya lebih baik.
Sistem karbamid peroksida digunakan pada pemutihan eksterna dan dikaitkan dengan berbagai
kerusakan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya ( biasanya ringan). Material ini dapat
mempengaruhi kekuatan resin komposit serta penutupannya dan meningkatkan proses korosi
amalgam. Oleh karena itu, material ini harus dipakai dengan sangat hati-hati, biasanya dibawah
pengawasan ketat dokter gigi.
sumber ( Martin Dunitz. Bleaching technigues in restorative dentistry. Alih bahasa Linda
Greenwall. Cetakan 1, London,2004 :30 – 44)
• Bahan-bahan Bleaching
Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan preparat yang
tersedia adalah oksidator. Macam-macam bahan-bahan pemutih gigi adalah sebagai berikut
(Grossman, 1998; Walton & Torabinejab, 1996) :
1. Hidrogen peroksida
7
Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam
berbagai konsentrasi, yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh larutan
hidrogen peroksida adalah superoxol, perhidrol. Cairan ini merupakan cairan bening tidak
berwarna dan tidak berbau.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
1. Bahan organik tertentu, seperti alcohol.
2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan
10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
2. Pirozon
Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %. Larutan ini bersifat kaustik,
mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa mual pada pasien.
3. Natrium perborat
Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih baru mengandung
kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat alkali, lebih mudah dikontrol
dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat.
4. Karbamid peroksida
Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh dalam berbagai
konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH 5-6,5% dan mengandung
kira-kira 10 % karbamid peroksida, biasanya mengandung gliserin atau propilen glikol, natrium
stannat, asam fosfat atau asam sitrat dan aroma.
5. Larutan Mc. Innes
Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen peroksida 30 % dan 1
bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda pada kasus fluorosis.
8
6. Natrium peroksiborat monohidrat
Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak daripada natrium
perborat, diindikasikan untuk pemutihan gigi secara internal.
(Lela Helda Sari dan Indah Tama Romauli)
MEKANISME PEMUTIHAN GIGI
1. Mekanisme pemutihan gigi dengan bahan golongan peroksida
Pewarnaan ekstrinsik disebabkan penimbunan materi yang bersifat kromogen yaitu dapat
diubah menjadi pigmen atau pewarna sehingga memberikan warna pada pemukaan gigi.
Protein saliva yang terikat pada gigi melaui ikatan kalsium membentuk pelikel. Pelikel
merupakan suatu lapisan organik yang akan terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan
gigi yang bersih berkontak dengan saliva. Pembentukan pelikel pada dasarnya merupakan
proses perlekatan protein saliva yaitu proline-rich proteins (PRPs) dan glikoprotein pada
permukaan gigi. PRPs terdapat banyak di dalam saliva cair yang disekresikan dari kelenjar
parotis dan glikoprotein banyak di dalam saliva kental yang disekresi dari kelenjar sublingual.
Gambar 1: Pembentukan pelikel
a) pelikel dibentuk oleh protein saliva dan produk bakteri seperti glucans
melaui ikatan kalsium pada permukaan gigi.
b) Permukaan email gigi engalami diskolorisasi.
Pada tahap awal pewarnaan, kromogen berikatan dengan pelikel melaui ikatan hidrogen.
Pada tahap ini pewarnaan dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi. Paparan kromogen
yang terus menerus menyebabkan ikatan hidrogen pada permukaan luar gigi semakin kuat
sehingga warna gigi semakin gelap dan tidak dapat dihilangkan dengan hanya menyikat gigi.
9
Perawatan pemutihan gigi pada tahap ini dapat memberikan hasil yang lebih optimal dan
memuaskan.
Reaksi oksidasi-reduksi (redoks) yang terjadi selama proses pemutihan gigi, oksidator
seperti hidrogen peroksida mempunyai radikal bebas dengan elektron yang tidak berpasangan,
dimana elektron ini akan dilepaskan dan diterima oleh reduktor. Dengan adanya pertukaran
elektron ini, makan proses oksidasi terjadi dan gigi mengalami pemutihan.
Gambar 2: Reaksi redoks hidrogen peroksida
2. Mekanisme dari hidrogen peroksida
Pada proses pemutihan gigi, hidrogen peroksida berdifusi melalui prisma email dan
bereaksi dengan komponen organik yang berada pada struktur gigi sehingga terjadinya reduksi
warna. Hidrogen peroksida berfungsi sebagai oksidator kuat yang dapat menghasilkan radikal
bebas yang sangat reaktif yaitu O (active oxygen) dan HO2 (perhydroxil). Senyawa tersebut
mampu merusak molekul-molekul zat warna satu atau lebih ikatan rangkap dalam ikatan
konjugasi dengan mengoksidasi ikatan konjugasi tersebut sehingga warna menjadi netral dan
memberikan efek pemutihan.
Active oxygen merupakan radikal bebas lemah yang lebih banyak dihasilkan dibandingkan
HO2 yang merupakan radikal bebas kuat. Radikal bebas yang dihasilkan ini tidak mempunyai
pasangan, bersifat elektrofilik dan sangat tidak stabil. Elektrofilik bearti hanya memiliki suatu
elektron pada susunan kimianya dan berusaha mendapatkan kestabilan. Radikal bebas ini dapat
berikatan hampir dengan semua komponen organik untuk menstabilkan elektronnya dan
menghasilkan radikal bebas lainnya.
Setelah terbentuk HO2 dalam jumlah yang besar dengan cara bahan ini harus dibuat basa
pada pH optimum 9,5-10,8, maka radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan ganda dari
cincin karbon yang terpigmentasi. Oxgen aktive (O) akan tertarik kepada daerah yang kaya
dengan ikatan ganda, sehingga menghasilkan konjugasi elektron serta memutuskan ikatan
tersebut menjadi ikatan yang lebih sederhana dan menyebabkan terjadi perubahan berat
molekul komponen organik gigi. Dengan terbentuknya molekul yang lebih kecil maka semakin
sedikit gelombang cahaya spesifik penyebab diskolorisasi. Hal ini menyebabkan berkurangnya
pigmen yang mengabsorpsi cahaya sehingga secara visual tampak peruabhan warna gigi
10
menjadi lebih cerah. Proses ini terjadi apabila oksidator (hidrogen peroksida) bereaksi dengan
komponen organik yang terletak di celah kristal di dalam struktur email. Proses pemutihan
akan terjadi apabila pada bahan peroksida dilakukan perubahan Ph, suhu dan cahaya.
3. Mekanisme dari karbamid peroksida
Karbamid peroksida merupakan turunan dari hidrogen peroksida dengan komposisi
sepertiga hidrogen peroksidadari konsentrasi karbamid peroksida. Karbamid peroksida akan
terurai menjadi hidrogen peroksida dan urea di dalam prisma email. Awalnya, karbamid
peroksida akan terpecah menjadi hidrogen peroksida, kemudian akan melakukan reaksi dengan
mekanisme hidrogen peroksida. Urea dalam karbamid peroksida akan menstabilkan hidrogen
peroksida yang terurai. Adanya kontak yang lama dari bahan pemutih ini pada gigi akan
memberikan reaksi pemutihan yang lebih sempurna. Hal ini disebabkan semakin banyaknya
ikatan konjugasi yang dirusak ketika radikal bebas bereaksi dengan molekul zat warna.
Gambar 3. Reaksi karbamid peroksida menjadi urea dan hydrogen peroksida
4. Mekanisme golongan Borat (Natrium perborat)
Natrium perborat dengan rumus kimia NaBO3 . Natrium perborat terdiri atas beberapa
bentuk yaitu monohidrat NaBO3·H2O, trihydrat NaBO3·3H2O dan tetrahydrat NaBO3·4H2O.
Bahan ini mengandung kira-kira 95% perborat dalam 9,9% oksigen. Hidrogen peroksida diurai
dari natrium perborat dengan reaksi kimia berikut
Gambar 4. Reaksi natrium perborat menjadi hydrogen peroksida
Sumber : Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal
dari Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.
( Anissa Citra Utami)
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN BAHAN PEMUTIH GIGI PEROKSIDA
11
H2NCONH2 . H2O2 H2NCONH2 + H2O2
Karbamid peroksida urea + hydrogen peroksida
Na2[B2(O2)2(OH)4] + 2H2O 2NaBO3 + 2H2O2
Hidrogen peroksida
12
No Keuntungan Kerugian1 Jumlah kunjungan relatif singkat Bila digunakan dalam jangka waktu lama
harus berhati hati karena bahan tersebut
merupakan senyawa radikal bebas yang
berbahaya bagi tubuh
2 Perlengkapan yang diperlukan
sederhana
Peroksida memiliki efek buruk terhadap
jaringan keras gigi (pengikisan) karena
bersifat asam dan menyebakan sensitivitas
pada pulpa
3 Biaya perawtan relatif rendah Menyebabkan pelepasan merkuri pada
restorasi amalgam bila digunakan dalam
janga panjang4 Bahan pemutih hidrogen peroksida
30%-35% memberikan hasil
pemutihan gigi lebih cerah
Dapat menurunkan kekuatan antara bahan
restorasi dengan email dan dentin
5 Bahan dengan konsentrasi rendah
sedikit mengiritasi gingiva dan
jaringan lunak sekitar
Bahan dengan konsentarasi tinggi dapat
memberikan efek buruk pada mukosa
sehingga harus hati-hati dalam
penggunaanya.
Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal dari
Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.
(Tri Septi Utami)
TEKNIK BLEACHING (PEMUTIHAN) GIGI
Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching secara eksternal
yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan bleaching secara internal,
dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran akar dengan baik.
A. Teknik Bleaching secara Eksternal
Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin dan faktor
ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial. Yang termasuk teknik bleaching
secara Eksternal :
1. Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin
Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna karena
tetrasiklin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning. Tekniknya bleaching secara
eksternal, sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) :
1. Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta pelindung
mulut,pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss) pada
gigi yang akan dirawat.
2. Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida pada
bagian labial dan palatinal gigi.
3. Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat controlled
Photoflood yang diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau
dengan hand-held thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan
ujung alat ini pada permukaan gigi yang telah diberi gulungan kapas yang
13
dibasahi dengan superoxol.
4. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak 3
kali.
5. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss, lepaskan
Karet isolator, bersihkan sisa pasta pelindung mulut.
6. Suruh pasien menyikat gigi kemudian lakukan pemolesan.
7. Pasien disuruh datang 1 minggu kemudian, bila belum memuaskan prosedur
bleaching diulang
2. Bleaching Teknik Mouthguard
Teknik ini biasanya dipakai pada perubahan yang ringan, dianjurkan sebagai
teknik pemutihan di rumah, biasa disebut juga teknik pemutihan dengan matriks.
Teknik ini dapat dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital
bleaching atau dipakai pada siang hari.Prosedur mouthguard bleaching adalah sebagai
berikut (Walton & Torabinejab,1996) :
1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama
perawatan.
2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die
diulaskan pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan
pemutih.
3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting
sampai 1mm melewati tepi ginggiva.
4. Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan
Ke dalam ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian
Mouthguard dipasang atas gigi dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi
dibuang.
5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari
dan bahan pemutih diisi kembali setiap 30-60 menit.
6. Perawatan dilanjutkan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2 minggu.
3. Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warng karena Fluorosis
Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah
teknik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut teknik pumis asam.
14
Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu teknik
dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton &
Torabinejab, 1996).
(Ayu Jembar Sari)
B. Teknik Bleaching secara Internal
Pemutihan gigi intra korona pada gigi non vital dipakai teknik termokatalitik
atau walking bleach. Adanya oksigen yang bebas akan mendorong zat warna keluar
dari tubulus dentin.
1. Teknik Walking Bleach
Teknik ini dilakukan dengan cara menempatkan pasta campuran superoxol dan
sodium perborat dalam kamar pulpa. Prosedur meliputi pengontrolan warna gigi,
pemolesan permukaan email, aplikasi petroleum jeli pada gingiva dan pemasangan
rubberdam untuk isolasi dan untuk menghindari iritasi, preparasi akses kavitas,
perawatan saluran akar, keluarkan guttap point 2 mm dari orifice dan tanduk pulpa
dibersihkan, beri basis 2 mm diatas guttap, menghilangkan smearlayer dengan
menggunakan EDTA, pembilasan dengan sodium hipoklorit & air, mengeringkan
kavitas, masukkan pasta dengan baik, letakkan butiran kapas yang mengandung
superoxol, tutup orifice dengan ZnOP cement/ IRM, pasien kembali 3 sampai 7 hari.
2. Teknik Termokatalitik
Teknik ini dilakukan dengan bantuan cahaya dan panas. Caranya dengan
meletakkan bahan oksidator Hidrogen Peroksida dalam kamar pulpa dan dipanaskan
dengan menggunakan lampu atau alat yang dipanaskan atau alat pemanas listrik
hingga menghasilkan oksigen bebas yang aktif.
Prosedur yang dilakukan meliputi, persiapan sama dengan teknik walking bleach,
sepotong kapas diletakkan pada labial dan lainnya pada kamar pulpa, kapas dibasahi
superoxol, diberi pencahayaan hingga 6,5 menit, larutan ditambahkan lagi kapas
dengan Superoxol / Sodium Perborat, ditumpat sampai kunjungan lagi
3. Teknik Pemutihan Intrakoronal dengan Karbamid Peroksida 10%
Cara pertama dengan menggunakan trayyang diisi karbamid peroksida 10%
tetapi akses orifice terbuka dan diisi karbamid peroksida. Pasien tidur dengan
menggunakan tray. Pada pagi hari gigi diirigasi dan ditutup cotton pellet. Proses ini
diulang sampai warna yang dikehendaki, tumpat sementara, penumpatan dengan
komposit setelah 2 minggu. Cara kedua dengan Karbamid Peroksida diinjeksikan setiap
15
2 jam
(Elvira Dwijayati)
isolasi gigi
cocokkan warna gigi dibawah sinar terang
Tray diisi dengan karbamid peroksida10%
Pasangkan pada gigi pasien Pasien tidur dengan menggunakan tray. Pada pagi hari
gigi diirigasi dan ditutup cotton pellet.
Proses ini diulang sampai warna yang dikehendaki.
Sumber Gambar : www.google.com ( Indah Tama Romauli)
16
4. Teknik Kombinasi
Teknik kombinasi ialah cara bleaching yang menggabungkan teknik walking
bleach dengan teknik termokatalitik secara bergantian,sehingga hasilnya lebih cepat
dan memuaskan.
Prosedur teknik kombinasi adalah langkah pertama sama dengan teknik
termokatalitik, setelah dilakukan pemanasan, kapas yang telah dibasahi hidrogen
peroksida dalam kamar pulpa dikeluarkan lalu gigi dikeringkan. Kemudian pasta hasil
pencampuran superoxol dengan bubuk natrium perborat diletakkan dalam kamar
pulpa.Tindakan selanjutnya seperti teknik walking bleach (Walton & Torabinejab,
1996).
5. Teknik Foto Oksidasi Ultra Violet
Lampu ultraviolet diletakkan pada permukaan labial gigi yang akan diputihkan.
Cairan hidrogen peroksida 30-35 % diletakkan di dalam kamar pulpa dengan kapas, lalu
disinari dengan lampu ultraviolet selama 2 menit. Diduga hal ini mengakibatkan
penglepasan oksigen sama dengan pemutihan teknik termokatalitik. Cara ini kurang
efektif dibandingkan dengan teknik walking bleach serta memerlukan waktu yang lebih
banyak (Walton & Torabinejab, 1996).
(Ayu Jembar Sari)
Sumber Gambar : www.google.com
( Indah Tama Romauli)
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
17
Indikasi Non vital Bleaching
Beberapa kasus perubahan warna yang disebabkan oleh:
• Perdarahan karena trauma
• Preparasi kavitas ruang pulpa yang tidak baik
• Obat sterilisasi saluran akar
• Bahan pengisi saluran akar
• Bahan tumpatan amalgam
Kontra Indikasi Non Vital Bleaching
• Gigi dengan karies yang besar
• Gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak baik
• Gigi dengan pengisian Ag Point
• Kekurangan non vital Bleaching kemungkinan terjadi eksternal cervical root
• Resorbtion
• Rediscoloration
(Elvira Dwijayati)
Bleaching intrakoronal
Indikasi:
• Gigi yang telah dilakukan perawatan endodonti.
Kontraindikasi:
• Ada karies atau restorasi yang besar.
• Gigi dengan pengisian saluran akar yang tidak sempurna.
Bleaching ekstrakoronal
Indikasi:
• Dilakukan pada gigi yang masih vital.
• Pewarnaan yang terjadi di sebabkan oleh tetrasiklin atau plak.
Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
( Tri Septi Utami)
18
KONTRAINDIKASI BLEACHING
Kontraindikasi bleaching ada 2 jenis diantaranya :
Kontraindikasi general (karena kondisi fisik)
• Wanita hamil
Karena jika bleaching dilakukan pada wanita hamil, dapat meningkatakan efek
emetik (muntah)
• Anak – anak
Biasanya anak – anak tidak kooperatif dengan operator atau tim medis, sehingga
menyusahkan untuk membuka mulut terlalu lama, dan berujung pada tidak
lancarnya proses bleaching.
• Perokok Berat
Karena mudah relaps (kembali seperti semula warna giginya) atau tidak berhasil
dalam proses bleaching karena oral hygiene yang tidak dijaga.
• Peminum Berat
Proses bleaching tidak mudah berhasil karena oral hygiene yang tidak dijaga,
serta menyebabkan relaps.
Kontraindikasi Lokal
• Resesi Gingiva
Resesi gingiva (menurunnya gingiva dikarenakan tekanan, scalling, atau
prosedur perawatan) menyebabkan tidak adanya sulcus gingiva pada jaringan
periodontal. Hal ini menyebabkan dentin terbuka. Kalsium peroksida yang
berpaparan langsung dengan dentin menyebabkan efek abrasi yang iritatif,
karena langsung masuk ke tubulus dentin. Sehingga menyebabkan gigi ngilu
berlebihan.
• Terdapat sariawan, gingivitis, dan periodontitis
Bahan bleaching mengandung Natrium perbonat yang bersifat alkali sehingga
bersifat iritatif jika digunakan pada kasus periodontitis atau kelainan mukosa
lainnya.
• Karies Sekunder
Karies sekunder memperburuk keadaan karena efeknya bertolak belakang
dengan bleaching. Bleaching dilakukan dengan maksud pemutihan pada gigi,
19
tetapi karies sekunder yang berlangsung terus menerus justru mengubah warna
gigi dan sebagai sumber bakteri (oral hygiene buruk)
• Lesi pada email
Lesi pada email menyebabkan perubahan warna gigi yang terus menerus (white
spot and black spot) sehingga proses bleaching tidak berjalan dengan baik.
• Alergi Peroksida
Peroksida merupakan bahan oksidator kuat. Bahan ini mudah menguap dapat
menyebabkan efek mual, emetik (muntah) pada pasien. Sehingga proses
bleaching tidak berlangsung dengan baik.
(Ayu Jembar Sari)
EFEK SAMPING BLEACHING
Ada 2 efek samping yang paling sering terjadi yaitu gigi sensitif dan iritasi pada gingiva. Selain
itu, sakit tenggorokan, rasa perih pada jaringna rongga mulut dan sakit kepala merupakan efek
sampaing tetapi jarang dilaporkan. Ketika efek samping pada seseorang trejadi secara kebetulan
selama proses bleaching, proses ini harus dihentikan. Bagi kebanyakan orang efek samping
yang mereka rasakan tidak pernah terlalu signifikan dibandingkan dengan proses bleachingnya.
Umumnya efek samping ringan pada seseorang yang dapat ditoleransi selama proses bleaching
akan menurun dalam beberapa hari setelah mereka menyalesaikan perawatannya.
1. Gigi sensitif
Kemungkinan efek samping paling banyak yang orang sadari pada saat proses bleaching adalah
gigi sensitif. Beberapa pasien mempunyai riwayat gigi sensitif setelah sekali pengaplikasian
dari bahan bleaching. Gigi menjadi lebih sensitif terhadap udara, air panas dan dingin dan
sensitif terhadap makanan dan minuman yang manis. Bahan bleaching ini merusak prisma rod
enamel, kerusakan prisma rod enamel ini dapat menyebabkan tresingkapnya dentin secara
mikroskopis. Hydrogen peroxide dalam bentuk gel dan pasta, secara kimia memiliki sifat
hypertonic dibandingkan cairan pada struktur gigi dan jaringan sekitarnya. Kondisi tersebut
menyebabkan terjadinya penyerapan air dari tekanan yang lebih rendah.Dalam hal ini dari
email, tubulus dentin dan lapisan epitel mukosa atau gusi. Proses dehidrasi tersebut
menyebabkan rasa ngilu dan sensitif.
20
Gambar menunjukkan variasi foto dari enamel selama prosedur bleaching yang menggunakan
bahan carbamid peroxide. Terlihat perubahan poreus yang meningkat (kerusakan prisma
enamel) terjadi pada saat waktu bleaching ditingkatkan. Kerusakan yang menyeluruh pada
prisma rod enamel menjadikan gigi sensitif setelah bleaching.
2. Iritasi gingiva
Selama proses bleaching jaringna gingiva dapat menjadi iritasi. Iritasi gingiva dapat emluas
dihubungkan dengan konsentrasi peroxide yang ditemukan pada bahan bleaching. Bisa juga
dikarenakan tray mendorong melawan gingiva selama proses bleaching yang menyebabkan
trauma mekanis. Larutan bleaching dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan trauma
khemis. Hal-hal ini dapat menyebabkan resesi gingiva secara permanen.
3. Resorpsi eksternal
Pada laoran klinis dan pemeriksaan secara histologis menunjukkan bahwa pemutihan secara
eksternal biasanya merangsang resorpsi akar daerah serviks. Bahan oksidator, terutama
hydrogen peroxyde 30 % mungkin penyebabnya. Akan tetapi mekanisme yang tepat mengenai
dirusaknya periodontium atau sementum belum dapat dijelaskan secara lengkap. Bisa jadi
21
bahan iritasi kimia masuk melalui tubulus dentin. Bahan kimia yang dikombinasikan dengan
panas tampaknya menyebabkan nekrosis sementum, inflamasi ligamen periodontium dan
resorpsi akar. Proses ini kemungkinan besar meningkat dengan adanya bakteri.
Foto periapikal resorpsi servikal
4. Perubahan morfologi enamel
Carbamide peroxide menyebabkan sedikit perubahan morfologi dari permukaan enamel pada
level ph yang beragam. Menurut penelitian Rosalina Tjandrawinata merendam sampel email
dalam Carbamide peroxide dan hydrogen peroxide menunjukkan hasil yang sama yaitu adanya
perubahan gambaran email menjadi lebih kasar, berpori-pori dan adanya bercak berwarna putih
akibat penggunaan bahan tersebut dilihat secara mikroskopis. Terdapat satu laporan kasus
mengenai perusakan non reversible yang signifikan pada struktur gigi yang sebelumnya sehat
setelah penggunaan asam yang berlebihan pada sistem home bleaching selaam 2 bulan.
5. Mengurangi perlekatan
Carbamide peroxide juga dapat mempengaruhi gigi secara signifikan dengan mengurangi
kekuatan perlekatan sistem RK untuk perawatan enamel dan dentin. Telah diketahui bahwa sisa
peroxide pada perumakaan dentin dan enamel menghambat polimerisasi sistem rensin bonding.
Dari hasil scanning electron microscope memperlihatkan adanya perubahan topografi
permukaan email treutama dengan carbamid peroxide yang pHnya rendah yaitu berupa pitting
atau erosi.
6. Masalah dengan material restorasi gigi
Pemeriksaan laboratorium membuktikan efek bahan bleachingpada material gigi menunjukkan
perubahan yang secara klinis tidak signifikan terhadap kebanyakan material restorasi gigi
setelah bleaching. Gel Carbamide peroxide meningkatkan pelepasan merkuri dari amalgam gigi
dan menyebabkan perubahan warna menjadi lebih buram.
7. Sakit pada tenggorokan
22
Bahan bleaching dapat tertelan. Hal ini tidak dapat dihindari selama proses bleaching. Ketika
bahan tersebut tertelan, dapat menyebabkan iritasi pada jaringan mukosa pada tenggorokan.
(Amelia Monika)
Efek samping bahan bleaching terhadap jaringan keras gigi dan pulpa (Biokompetibel)
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat perubahan morfologi email dan
dentin terhadap karbamid peroksida 10%, juga terhadap hidrogen peroksida. Hidrogen
peroksida memiliki potensi yang berpengaruh pada email, karena pH-nya yang asam.
Konsentrasi 30% dapat menurunkan kekerasan email dan dentin, yaitu 5 menit pada dentin dan
15 menit pada email. Dengan penambahan waktu kontak selama satu minggu, terbukti dapat
menurunkan rasio kalsium dan phosphor di email, dentin dan sementum sehingga
mengindikasikan terjadinya demineralisasi.Beberapa penelitian menyatakan bahwa terjadi
sedikit perubahan morfologi email pada pH yang bervariasi. Penelitian secara in vitro yang
menguji bahan pemutih hydrogen peroksida 6% terhadap email menyatakan bahwa pengikisan
email akibat penggunaan bahan tersebut masih dapat diterima. Karbamid peroksida secara
signifikan tidak memberikan pengaruh pada jaringan email dan dentin. Karbamid peroksida
10% menurunkan kekuatan mikrodentin tetapi meningkat kembali setelah 14 hari akibat
remineralisasi saliva.Efek terhadap dentin dan sementum dipengaruhi juga oleh waktu kontak
dan konsentrasi. Hidrogen peroksida 30% dapat merubah struktur kimia dentin dan sementum
sehingga menjadikannya lebih mudah untuk kehilangan komponen organik. Pemakaian
hidrogen peroksida dapat menyebabkan perubahan sel-sel enzim di dalam pulpa yang mungkin
dapat menyebabkan timbulnya sensitifitas pada pulpa.
Pengamatan secara klinis terhadap bahan pemutih karbamid peroksida dan hydrogen peroksida
memperlihatkan tingkat yang bervariasi dalam sensitivitas gigi yang timbul pada 24-48 jam
setelah pemutihan.Peroksida terdeteksi di dalam pulpa 15 menit setelah email terpapar hidrogen
peroksida 10%, 15% dan 30% sehingga menimbulkan terganggunya kerja enzim22. Sementara
pada penelitian secara in vivo pada karbamid peroksida 10% dengan teknik home bleaching,
ternyata tidak didapat perubahan pulpa ireversibel.
Efek terhadap restorasi
Penelitian terhadap restorasi memperlihatkan bahwa pemakaian karbamid peroksida 10% dan
hidrogen peroksida 10% pada tambalan amalgam selama 14 dan 28 hari menimbulkan
pelepasan merkuri yang signifikan. Pemakaian bahan pemutih dalam jangka panjang dapat
23
menyebabkan perubahan mikrostruktur permukaan amalgam yang dapat menyebabkan pasien
terpapar merkuri.
Hidrogen peroksida dapat berefek pada ikatan antara dentin dan glass ionomer. Penelitian
terhadap glass ionomer yang diaplikasikan pada dentin yang sebelumnya
telah diberi hidrogen peroksida selama 30-60 menit, secara signifikan memperlihatkan
penurunan kekuatan ikat semen terhadap dentin. Hal ini disebabkan karena hydrogen peroksida
mempengaruhi proses pengerasan glass ionomer.
Karbamid peroksida secara nyata menurunkan kekuatan ikat antara bahan resin komposit
dengan email dan dentin. Hal ini terjadi karena adanya residu peroksida di dalam dentin dan
email yang dapat menghambat polimerisasi resin komposit, sehingga dianjurkan untuk
menunda restorasi selama dua minggu setelah proses pemutihan. Pemberian sodium askorbat
sebagai anti oksidan pada gigi yang diputihkan sebelum restorasi komposit, dapat mengurangi
residu peroksida sehingga restorasi resin komposit dapat dilakukan lebih cepat.
Efek terhadap mukosa
Penelitian terhadap mukosa mulut tikus wistar strain LMR dengan menggunakan bahan
pemutih karbamid peroksida yang dijual bebas menyatakan bahwa bahan ini dapat
menyebabkan peradangan kronis pada mukosa rongga mulut. Pada penelitian karbamid
peroksida 10% dengan teknik home bleaching pengaruh terhadap mukosa pada hari ke 1, 14
dan 6 bulan tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap pengukuran vitalitas pulpa, gingival
index dan evaluasi jaringan lunak dan attached gingiva.
Efek sistemik
Pada konsentrasi tinggi bahan pemutih gigi dapat bersifat bakteriostatik dan pada
konsentrasi sangat tinggi dapat bersifat mutagenik dan memungkinkan untuk menyebabkan
kerusakan pada ikatan DNA. Bagaimanapun, tubuh memiliki mekanisme untuk perbaikan
secara langsung terhadap kerusakan, sedangkan kemampuan hidrogen peroksida untuk
menimbulkan efek karsinogenik lebih disebabkan karena derivat peroksida dan mekanisme lain
untuk meregulasi hydrogen peroksida. Sebagai oksidan, hidrogen peroksida dihubungkan
dengan pengaruhnya terhadap resiko karsinogenesis, mutagenesis dan toksisitas. Pengaruh
hydrogen peroksida banyak dikaitkan dengan dihasilkannya radikal oksigen yang reaktif, yaitu
radikal hidroksil (OH).
Potensi karsinogenisitas
24
penggunaan peroksida sebagai bahan pemutih tetap menjadi kontroversial. Marshal dkk.
melaporkan bahwa konsentrasi rendah hydrogen peroksida (0.7-3%) dapat menghambat dan
menurunkan insidensi terjadinya tumor di mukosa pipi hamster. Penelitian ini diuji kembali
oleh Li dkk. yang menyimpulkan bahwa seluruh bukti memperlihatkan bahan home bleaching
yang mengandung peroksida aman bila digunakan sesuai anjuran.
sumber : jurnal kedokteran gigi UI
http://staff.ui.ac.id/internal/130675261/publikasi/HidrogenVSES006baru.pdf
( Indah Tama Romauli)
Pengaruh tindakan bleaching terhadap perlekatan bracket logam
Perlekatan bracket ke gigi diperoleh karena adanya penguncian mekanikal antara bahan
perekat atau bonding ke gigi. Perlekatan bracket dipengaruhi oleh keadaan enamel bentuk dari
basis bracket dan bahan bonding. Salah satu cara mengevaluasi kekuatan geser perlekatan
bracket adalah uji kekuatan geser. Perlekatan adhesif dilihat dimana terjadi lepasnya
perlekatan. Jika bagian yang patah berada pada interface antara gigi dan bahan bonding disebut
adhesif failure sedangkan jika bagian yang patah berada antara bahan adhesif dan bracket
disebut cohesif failure.
Miranda et al (2005) melakukan penelitian dengan menggunakan karbamid peroksida
dan hidrogen peroksida 35%, hasilnya menunjukkan bahwa pengaplikasian zat pemutih gigi
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan morfologi enamel. Perubahan permukaan enamel
dan derajat perubahannya dapat dihubungkan dengan kalsifikasi kandungan fosfor pada
enamel. Hidrogen peroksida terbukti menurunkan mikrohardness. Hal ini mengindikasikan
terjadinya demineralisasi. Selain itu hidrogen peroksida 30% dapat mengubah struktur kimia
dari enamel sehingga menjadikannya lebih kehilangan struktur organik.
Peningkatan porositas dan deposisi endapan mencirikan erosi enamel. Depresi dalam
bentuk kawah dan kehilangan aprismatik terlihat karena pengaruh zat aktif pemutih gigi.
Menurut Miranda (2004) hidrogen peroksida 38% mengandung hidrogen peroksida yang lebih
banyak dibandingkan dengan karbamid peroksida 35% namun tidak ada perbedaan visual yang
dapat dideteksi dari dua kelompok perlakuan tersebut. Sedangkan menurut Ernst (2005)
karbamid peroksida mengandung urea mampu berpenetrasi ke dalam enamel dan
memperngaruhi daerah aprismatik.
Penurunan kekuatan geser ikatan bracket ini disebabkan perubahan struktur enamel
sebagai akibat hilangnya kandungan mineral, atau kenaikan porositas dan hilangnya struktur
25
intraprismatik. Menurut Dishman et al penurunan kekuatan geser ikatan bracket logam karena
penurunan resin tag dan adanya penetrasi oksigen ke dalam struktur enamel akibat bleaching.
Penurunan kekuatan geser ikatan bracket selain karena meningkatnya porositas dan hilangnya
struktur intraprismatik juga karena hilangnya kalsium, penurunan microhardness, dan
perubahan pada substansi organik dari enamel.
(Ade Martha Sidauruk)
TERAPI DARI EFEK SAMPING BLEACHING
Sebagaimana perawatan gigi yang lain, pemutihan gigi pun harus dilakukan terapi
pemeliharaan yang aplikasinya merupakan kerjasama antara dokter gigi dan pasien. Untuk
mengatasi rasa sensitif pada gigi setelah bleaching dengan pemberian bahan desensitizing
berupa Pottasium nitrate, fluor atau penggunaan bahan pemutih yang mengandung komposisi air
dan fluoride. Meningkatnya konsentrasi ion Potassium ekstraseluler pada kavitas dentin yang
paling dalam dapat memblok tubulus dentin yang terbuka, sehingga dapat mengurangi rasa
sensitif pada gigi. Pasien diinstruksikan untuk menggunakan bahan desensitizing 10-30 menit
sebelum menggunakan bahan pemutih tau dapat juga menggunakan pasta gigi yang mengandung
Potassium nitrate selama 2-3 minggu untuk mengurangi sensitivitas. Jika terjadi iritasi gingiva
setelah bleaching, pada saat tray dimasukkan kedalam mulut pasien maka bahan bleaching yang
keluar dari tray langsung dibersihkan dengan jari atau sikat gigi. Atau dengan pemberian obat
untuk menghilangkan ulser yang disebabkan oleh proses bleaching tersebut. Bleaching juga
sering menyebabkan resorpsi akar daerah serviks. Untuk menghindari hal ini, bahan oksidator
jangan dibiarkan terpapar terhadap kamar pulpa dan dentin lebih dari yang diperlukan agar hasil
klinisnya memuaskan. Perubahan morfologi enamel yang lebih kasar dapat dirasakan oleh lidah,
hal ini terjadi karena hilangnya air dari permukaan gigi. Untuk mengurangi efek yang timbul,
beberapa produk menambahkan kandungan air atau fluor kedalam bahan pemutih.
Apabila akan melakukan prosedur restorasi sebaiknya ditunda setidaknya satu minggu setelah
bleaching untuk menghindari adanya pengurangan perlekatan dari bahan tambalan yang
menghambat polimerisasi dari bahan bonding. Jika ada tambalan amalgam pada gigi yang akan
di bleaching, sebaiknya diganti dengan bahan komposit untuk menghindari terjadinya pelepasan
merkuri pada bahan tambalan amalgam.
(Rizky Amenta Tarigan)
26
REFERENSI
1. Walton & Torabinejad. 1996. Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
2. Grossman. 1998. Teknik Bleaching. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.
3. Milly Armilia, drg. 2002. Bleaching (Pemutihan) pada Gigi yang Mengalami
Perubahan Warna. Makalah. Bandung : Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas
Padjadjaran
4. Sumber: Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC
5. Johari Fahimah Nur .2010. Mekanisme Pemutihan Gigi Diskolorisasi Ekstrakoronal
dari Bahan Pemutih Golongan Peroksida. Medan: Universitas Sumatera Utara.
6. Goldstein and Garber. 1995. Bleaching Mechanism. United States
7. Feinman. 1987. Bleaching Mechanism. Dental School of Illinois.
27