100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf
-
Upload
abdul-joshua-oh-mandai -
Category
Documents
-
view
69 -
download
4
Transcript of 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf
UU PERENCANAAN KOTA DI INDONESIA
STUDI KASUS : KOTA MEDAN, SUMATRA UTARA
Oleh :
Nama: Benfri Yudika Matondang
NIM : 100406085
Email : [email protected]
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
PERATURAN PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG PERENCANAAN KOTA
(Peraturan Kementerian Pembangunan No.49 Tanggal 25 Agustus 1969)
Revisi Akhir: Peraturan Kementerian Pertanahan, Prasarana
dan Transportasi No.63 Tanggal 23 April 2003
BAB I. KETENTUAN-KETENTUAN UMUM (Pasal 1 – Pasal 16)
BAB II. PERENCANAAN KOTA
Bagian 1. Substansi Perencanaan Kota (Pasal 7 – Pasal 9)
Bagian 2. Keputusan, dsb mengenai Rencana Kota (Pasal 10 – Pasal 14)
BAB III. BATASAN-BATASAN, DSB DALAM PERENCANAAN KOTA
Bagian 1. Peraturan-Peraturan Pembangunan dsb. (Pasal 15 – Pasal 38)
Bagian 1 -2. Peraturan-Peraturan mengenai Bangunan, dsb. pada Area yang
Ditetapkan, dsb (Pasal 38-2 – Pasal 38-5)
Bagian 2. Peraturan-Peraturan mengenai Bangunan, dsb pada Area Sarana Perencanaan
Kota, dsb (Pasal 39 – Pasal 43-6)
Bagian 3. Peraturan-Peraturan mengenai Bangunan, dsb pada Area Rencana Kawasan
(Pasal 43-7 – Pasal 43-11)
Bagian 4. Upaya Tata Guna Lahan, dsb pada Area Peningkatan Tata Guna Lahan Tak
Terpakai (Pasal 43-12 dan Pasal 43-13)
BAB IV. PROYEK-PROYEK PERENCANAAN KOTA (Pasal 44 – Pasal 57)
BAB V. KETENTUAN-KETENTUAN LAINNYA (Pasal 58 – Pasal 60)
KETENTUAN-KETENTUAN UMUM
BAB I. KETENTUAN-KETENTUAN UMUM
(Hal-hal yang Patut Diperhitungkan pada Saat Merancang Area Perencanaan Kota)
Pasal 1 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementerian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi sesuai Pasal 5 Ayat 1.
Pasal 2 Proposal konsultasi sesuai Pasal 5Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota harus
dibuat dengan sesuai dengan hal-hal berikut:
(1) Nama area perencanaan kota;
(2) Luas lahan yang tercakup dalam perencanaan kota;
(3) Alasan perancangan, revisi atau abolisi.
Gambar dan dokumen berikut harus dilampirkan pada pertimbangan tertulis diatas:
(1) Gambar-gambar yang menunjukkan lokasi area perencanaan kota dan yang
menunjukkan luas lahan yang tercakup dalam perencan aan kota;
(2) Gambar-gambar yang menunjukkan area taman nasional,kawasan peningkatan
pertanian, kawasan pengembangan perdesaan dan area-area lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi;
(3) Gambar-gambar dan dokumen yang menunjukkan kondisi dan tren penduduk saat ini, tata
guna lahan dan volume transportasi pada area perencanaan kota, situasi jalan-jalan
utama dan rel kereta api saat ini, hal-hal yang yang menunjukkan karakteristik kota ter kait
dan hubungannya dengan kota-kota sekitar;
(4) Dalam hal dimana terdapat hutan, area pinggiran air atau area-area sejenis
lingkungan alam yang membentuk lingkungan alam yang n yaman, ditunjukkan
dengan gambar-gambar dan dokumen yang memaparkan kondisi lahan tersebut saat ini;
(5) Dalam hal dimana terdapat suatu hal yang ditunjukkan pada Pasal 2 Tata Pelaksanaan
Undang-Undang Perencanaan Kota dan hal tersebut bermaksud mendapatkan persetujuan
perancangan sebagai suatu area perencanaan kota, ditunjukkan dengan dokumen-dokumen
yang memaparkan fakta ini;
(6) Dalam hal dimana terdapat hal yang bermaksud mendapatkan persetujuan untuk
perancangan area perencanaan kota menurut Pasal 5 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan
Kota, ditunjukkan dengan gambar yang memaparkan fakta ini;
(7) Dokumen-dokumen yang melaporkan pendapat-pendapat dari dewan pertimbangan
perencanaan kota di tingkat kota madya dan propinsi terkait.
Pasal 3 Pengumuman kepada publik sebagaiman a yang diatur dalam Pasal 5 Ayat 5
(1) Dalam hal perancangan area perencanaan kota, nama area perencanaan kota dan area lahan
yang tercakup dalam area perencanaan kota;
(2) Dalam hal perbaikan area perencanaan kota, nama area perencanaan kota yang
dipengaruhi oleh perbaikan dan area lahan yang dipengaruhi oleh perbaikan; dan
(3) Dalam hal abolisi area perencanaan kota, nama area perencanaan kota yang dipengaruhi
oleh abolisi dimaksud.
Pasal 3-2 Pengumuman yang ditetapkan dalam Pasal 5-2 Ayat 3
(1) Dalam hal perancangan area semi perencanaa kota, nama area semi perencanaan kota dan
area lahan yang tercakup dalam area semi perencanaan kota;
(2) Dalam hal perbaikan area semi perencanaan kota, nama area semi perencanaan kota yang
dipengaruhi oleh perbaikan dan area lahan yang dipengaruhi oleh perbaikan;
(3) Dalam hal abolisi area semi perencanaan kota, nama area semi perencanaan kota yang
dipengaruhi oleh abolisi dimaksud.
Pasal 4 Survei dasar yang berk aitan den gan rencana kota sebagaimana yang ditetapkan
dalam Pasal 6 Ayat 1 Pasal 5 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementerian
Pertanahan, Prasarana dan Transportasi sesuai Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang
Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:
1. Distribusi harga tanah;
2. Jumlah pembentukan bidang usaha, jumlah pegawai, nilai pabrik
pengiriman, dan nilai jual komersial;
3. Skala orang yang bekerja sesuai dengan klarifikasi pekerjaan;
4. Jumlah rumah dan rumah tangga, skala rumah dan kondisi-kondisi rumah lainnya;
5. Tujuan penggunaan, struktur, luas bangunan dan luas total bangun an;
6. Lokasi, kondisi penggunaan dan keadaan perkembangan sarana perkotaan;
7. Lokasi, kawasan, area dan kondisi penggunaan lahan milik negara dan lahan umum;
8. Keadaan lingkungan alam;
9. Kondisi perkembangan lahan hunian dan keadaan arsitektur yan g dinamis;
10. Kondisi pencemaran dan terjadinya bencana;
11. Kondisi pelaksanaan proyek-proyek perencanaan kota;
12. Lokasi dan kondisi penggunaan sarana rekreasi; dan
13. Hal-hal yang dipandang perlu dalam hal perencanaan kota menurut
karakteristik setempat.
Pasal 6 Berkaitan dengan pengumuman sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 6 Ayat 2
Undang-Undang Perencanaan Kota
Pasal 6-2 Survei dasar mengenai rencana kota sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 6
Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota
(1) Jumlah rumah dan rumah tangga, skala rumah dan kondisi-kondisi rumah lainnya;
(2) Tujuan penggunaan, struktur, luas bangunan dan luas total bangun an;
(3) Lingkungan alam lahan;
(4) Kondisi perkembangan lahan hunian dan keadaan arsitektur yan g dinamis;
(5) Kondisi terjadinya pencemaran; dan
(6) Hal-hal yang dipdanang perlu dalam hal peren canaan kota menurut karakteristik
setempat.
BAB II. PERENCANAAN KOTA
Bagian 1. Substansi Perencanaan Kota
Pasal 7 Rincian tipe dan struktur yang ditetapkan dalam Peraturan Kementerian
Pertanahan, Prasarana dan Transportasi Pasal 6 Ayat 2 Tata Pelaksanaan
Perencanaan Kota harus ditunjukkan dalam hal-hal berikut:
(1) Jenis jalan: jalan kendaraan bermotor, jalan arteri, jalan kawasan atau jalan khusus;
(2) Struktur jalan: jumlah lajur (kecuali jalan khusus dan jalan lainnya tanpa lajur ),
lebar, perbedaan antara jenis timbul, jenis bawah tanah, jenis tanah galian atau jenis
permukaan dan perbedaan antara perlintasan penyebrangan bertingkat/ ban yak
tingkat yang terkait dengan persimpangan dengan rel kereta api, jalan k endaraan
bermotor atau jalan arteri di bagian permukaan;
(3) Struktur ruang parkir: tingkat di atas tanah dan dibawah tanah;
(4) Tipe terminal kendaraan bermotor: terminal truk atau terminal bus;
(5) Tipe taman: taman blok, taman setempat, taman kawasan, taman umum, taman olahraga,
taman dengan area yang luas atau taman khusus;
(6) Struktur jalan cepat perkotaan: perbedaan antara tipe timbul, tipe bawah tanah, tipe tanah
tergali, atau tipe permukaan dan perb edaan perlintasan penyebrangan bertin gkat/ banyak
tingkat yang terkait dengan persimpangan dengan rel kereta api, jalan kendaraan bermotor
atau jalan arteri di bagian permukaan; dan
(7) Struktur sarana perkotaan yang ditunjukkan pada Pasal 11 Ayat 1 Butir 4 Undang-Undang
Perencanaan Kota: Perbedaan antara struktur galian dan/ atau timbunan dan perbedaan
antara bagian tunggal atau bagian yang banyak.
Pasal 8 Area tanah yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasaran a
dan Transportasi sesuai dengan tanah yang dikotakan dalam Pasal 8 Butir 1 Tata Pelaksanaan
Undang-Undang Perencanaan Kota
(1) Area tanah dimana terdapat kepadatan penduduk kurang lebih 40 orang/ Ha (dihitung
kasar berdasarkan luas area tidak lebih dari 50 Ha), dan dimana populasi di area yang
dimaksud adalah 3.000 atau lebih; dan
(2) Area tanah yang berbatasan dengan area di atas, dimana laporan luas total area tanah
untuk gedung dan bangunan similar untuk sepertiga dari total area (dihitung kasar berdasarkan
luas area tidak lebih dari 50 Ha).
Pasal 8-2 Area tanah yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertan ahan, Prasarana
dan Transportasi menurut Pasal 8 Ayat 2 Butir 2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang
Perencanaan Kota
(1) Area hutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Pelestarian
Lingkungan Alam (Undang-Undang No.85 Tahun 1972), dan daerah khusus seperti yang
ditetapkan dalam Pasal 25 Ayat 1 Undang-Undang yang sama;
(2) Area hutan yang ditetapkan sebagai hutan konservasi dinyatakan sesuai dengan ketetapan
Pasal 30 atau Pasal 30-2 Undang-Undang Kehutanan (Undan g-Undan g No.249 Tahun
1951); sarana keamanan di daerah tujuan menu rut ketetapan Pasal 41 Undang-Undang
yang sama, atau daerah yang ditetapkan sebagai sarana keamanan d aerah dinyatakan
menurut ketetapan Pasal 30 yang diberlakukan sama pada Pasal 44 Undang-Undang yang
sama;
(3) Area hutan dimana direncan akan sebagai tujuan hutan konservasi dalam rencana
pengembangan konservasi hutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Butir 1 Peraturan
Sementara Undang-Undang Pengembangan Konservasi Hutan (Undang-Undang No.84
Tahun 1954).
Pasal 9 Gambaran umum yang ditetapkan dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang
Perencanaan Kota merupakan peta topografi yang menunjukkan fakta-fakta di
bawah ini tentang rencana kota seperti yang ditentukan dalam hal-hal berikut dalam
skala 1:25.000 atau lebih.
Dalam hal ini, rencana kota yang digambarkan dalam Pasal 15 berkaitan dengan
pembagian area peningkatan dan area pen gendalian fungsi perkotaan seperti yang
dijelaskan dalam Bagian 5 Ayat yan g sama akan ditunjukkan dengan gambar
tunggal; dan rencana kota yang berkaitan dengan sarana perkotaan sesuai yang
dijelaskan dalam Bagian 5 Ayat yang sama, dan rencana kota yan g dijelaskan
dalam Bagian 6 dan 7 Ayat yang sama akan ditunjukkan lebih jauh lagi dalam gambar
tunggal:
(1) Rencana kota yang berkaitan dengan pembagian area peningkatan dan pengendalian
fungsi perkotaan: area umum;
(2) Rencana kota yang berkaitan dengan pembagian zona: lokasi umum dalam hal luas area
kurang dari 10 Ha, dan area umum dalam hal luas area 10 Ha atau lebih;
(3) Rencana kota yang berkaitan dengan area peningkatan: area umum;
(4) Rencana kota yang berkaitan dengan sarana perkotaan: lokasi umum dalam hal sarana
usaha perumahan, administrasi pemerintahan dan sarana umum perkantoran, atau distribusi
fisik lahan dengan luas area 10 Ha atau lebih, dan lokasi umum dalam hal sarana perkotaan
lainnya;
(5) Rencana kota yang berkaitan dengan p royek pengembangan perkotaan: area pelaksanaan
umum;
(6) Rencana kota yang berkaitan dengan area yang ditetapkan dalam proyek pengembangan
perkotaan, dsb: area umum;
(7) Rencana kota yang berkaitan dengan perencanaan daerah, perencanaan daerah
peningkatan blok-blok pengendalian bencana, p erencanaan daerah peningkatan tepi jalan,
dan perencanaan daerah pedesaan dan dusun kecil: area umum.
Gambar proyek yang dijelaskan dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan
Kota merupakan gambar tampak datar (dalam hal dimana gambar tiga dimensi
untuk pengembangan sarana perkotaan telah dibuat dalam rencana kota berdasarkan pada
ketetapan Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota, potongan yang diperlukan
dalam gambar tampak datar, gambar profil dan gambar potongan) dalam skala
1:2.500 atau lebih. Rencana proyek tertulis yang dijelaskan dalam Pasal 14 Ayat 1
Undang-Undang Perencan aan Kota akan menetapkan hal-hal perencanaan kota
menurut ketetapan dalam Undang-Undang Perencanaan Kota dan Tata Pelaksanaan
Undang-Undang Perencanaan Kota dan segala alasan yang patut dipertimbakan untuk
membuat rencan kota.
Bagian 2. Keputusan, dsb dalam Rencana Kota (Pasal 10 – Pasal 14)
Pasal 10 Pengumuman-pengumuman menurut ketetapan Pasal 17 Ayat 1 Undang-Undang
Perencanaan Kota
(1) Tipe rencana kota;
(2) Area tanah dimana renana kota akan dibangun; dan
(3) Tempat dikeluarkannya p engumuman publik tentang konsep rencana kota.
Pasal 11 Proposal-proposal konsultasi menurut Pasal 18 Ayat 3 (termasuk hal-hal yang
diberlakukan sama pada Pasal 21 Ayat 2) Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat
dengan mempresentasikan pertimbangan-pertimbangan tertulis dan konsep rencana kota
yang terkait.
Dokumen yang menguraikan sejarah pembuatan rencana kota harus dilampirkan dalam
pertimbangan-pertimbangan tertulis di atas.
(Area yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi
pada Tabel Ditunjukkan pada Pasal 14-2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan
Kota).
Pasal 11-2 Area yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasaran a dan
Transportasi yang ditunjukkan dalam kolom-kolom di bawah kepala Tabel rencana kota
(tidak termasuk daerah pengendalian fungsi perkotaan yang dipilih), rencana
daerah pengembangan blok-blok pengendalian bencana, dan rencana daerah tepi jalan
dalam Tabel yang ditunjukkan dalam Pasal 14-2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang
Perencanaan Kota merupakan area-area pelaksanaan berikut ini:
(1) Area sarana perencanaan kota (terbatas pada sarana perkotaan yang ditetapkan dalam
Pasal 9 Ayat 2 Butir 2 sampai 5, Ayat 7 (tidak termasuk bagian pipa-pipa drainasi,
gorong-gorong drainasi, dan sarana drainasi lain) dan Butir 9 sampai 12);
(2) Area pelaksanaan proyek pengemban gan perkotaan (terbatas pada rencana kota
terkait yang menyinggung tentang proyek pengembangan fungsi perkotaan dibuat
oleh Gubernur Propinsi);
(3) Area-area pada area yang ditentuk an untuk proyek p engembangan perkotaan, dsb.
Pasal 12 Gubernur Propinsi dan Kepala Kotamadya, dalam hal dimana mereka mengeluarkan
keputusan atau revisi ren cana kota, atau dimana mereka men erima pengiriman gambar dan
dokumen sesuai dengan Pasal 20 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk
hal-hal yang diberlakukan sama pada Pasal 21 Ayat 2 Undang-Undang yang sama),akan
segera menempatkan gambar dan dokumen yang ditetapkan dalam Pasal 14 Ayat 1
Undang-Undang Perencanaan Kota pada Pertunjukan Publik, memberitahukan tempat
Pertunjukan Publik, dan menggunakan cara-cara lain untuk melakukan Pemberitahuan kepada
Publik.
Pasal 13 Masalah-masalah yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,
Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 15 Butir 2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang
Perencanaan Kota akan menjadi hal-hal penting yang ditunjukkan seperti berikut
ini untuk setiap rencana kota:
(1) Rencana kota yang menyinggung masalah pembagian ar ea peningkatan dan pen gendalian
fungsi perkotaan: perubahan area yang terjadi bersamaan dengan perubahan lokasi jalan
kereta api dan fasilitas lain, sungai, lembah dan masalah topografi lainnya, atau struktur
(tidak termasuk perubahan lokasi tepi danau dan pantai yang disebabkan oleh
reklamasi bangunan air) yang membentuk batasan tanah ntuk pembagian area
peningkatan dan pengendalian fungsi perkotaan, dimana total area tanah yang dipengaru hi
oleh perubahan-perubahan di atas kurang dari 4 Ha;
(2) Rencana kota yang menyinggung pembagian zona (di luar daerah yang dibahas
dalam Pasal 8 Ayat 1 Butir 10, 11 dan 12 Undang-Undang Peren canaan Kota, tidak termasuk
daerah konservasi zona hijau khusus pinggiran kota sesuai dengan Pasal 4 Ayat
2 Butir 3 Undang-Undang yang berkaitan dengan Konservasi Zona Hijau di Pinggiran
Kota dalam Wilayah Ibu Kota Nasional (Undang-Undang No.101 Tahun 1966) dan
Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang yang berkaitan dengan Konservasi Area
Pemeliharaan di Wilayah Kinki (Undang-Undang No.103 Tahun 1967);
a. Perubahan lokasi, area tanah dan ukuran yang sepadan den gan perubahan lokasi jalan,
jalan kereta api, terminal kendaraan, bandara, taman, area hijau, makam, sistem
pembuangan limbah, sungai dan saluran air yang membatasi area lain,
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perubahan area yang dibahas dalam
Butir 3 sampai 9 seperti yang telah disebutkan di atas, atau perubahan lokasi lembah,
masalah topografi lainnya, atau struktur (tidak termasuk perubah an lokasi tepi danau
dan pantai yang disebabkan oleh reklamasi bangunan air);
b. Perubahan lokasi, area tanah dan ukur an seperti yang dib ahas dalam Pasal 8 Ayat 1
Butir 1 Undang-Undang Perencan aan Kota, dimana dikenal sebagai area tanah terlarang
dari area peningkatan fungsi perkotaan sesuai dengan p erubahan dalam pembagian area
peningkatan dan pengendalian fungsi perkotaan, diabaikan dari segala p etimbangan.
(3) Perubahan-perubahan lokasi dan area dalam rencana kota tentang jalan di atas:
Bagaimanapun juga, berkaitan dengan masalah-masalah yang dibah as dalam Butir a. dan
b., area-area yang termasuk dalam hal dimana merupakan area antar-bagian bertingkat
banyak dengan lalu lintas alun-alun, jalan atau jalan kereta api dalam bagian yang direvisi
akan diabaikan.
a. Perubahan lokasi atau area yang sepadan dengan perubahan alinyemen, dimana deviasi
garis tengah kurang dari 100 m dan bagian yang terkena d ampak perubahan tersebut
kurang dari 1,000 m panjang (kecuali apabila menyeb abkan perubahan dari titik awal
sampai dengan akhir, tidak termasuk kasus dimana jalan memotong empat kali atau
lebih pada titik awal atau akhir sebelum revisi, dan jarak perpindahan titik awal atau
akhir adalah 100 m atau lebih);
b. Perubahan lokasi atau area yang sepandan dengan pelebaran, dimana bagian yang
terkena dampak perubahan tersebut kurang dari 1.000 m panjang;
c. Perubahan-perubahan lain di lokasi atau area jalan yang sepadan den gan
perubahan-perubahan tersebut pada titik awal dan akhir jalan mewakili perubahan yang
ditentukan dalam Butir a. atau b. di atas (tidak termasuk kasus dimana terdapat jarak
perpindahan dari titik awal sampai dengan akhir adalah 100 m atau lebih)
d. Perubahan-perubahan di lokasi atau area yang sepadan d engan perubahan bentuk
kemiringan atau struktur pendukung jalan yang lainnya.
(4) Rencana kota yang menyinggung tentang sistem transportasi kereta api perpindahan cepat
di perkotaan.
a. Perubahan-perubahan di lokasi atau area yang sepadan dengan perubahan alin yemen
yang tidak memerlukan perubahan pada titik awal atau akhir, dimana deviasi garis
tengah kurang dari 100 m dan bagian yang terkena dampak oleh perubah an kurang dari
1.000 m panjang (tidak termasuk kasus dimana pos atau stasiun dimasukkan dalam
bagian terkait);
b. Perubahan-perubahan di lokasi atau area yang sepadan d engan pelebar an area yang
tidak mengandung pos atau stasiun, dimana bagian yang terkena dampak oleh
perubahan kurang dari 500 m panjang;
c. Perubahan-perubahan di lokasi atau area tanah pos atau stasiun, dimana jaraknya
dipindahkan oleh batas area, kur ang dari 20 m.
(5) Rencana kota yang menyinggung tentang terminal kendaraan: perub ahan-perubahan di
lokasi, area atau ukuran tanah, dimana total area yang terkena dampak perub ahan kurang
dari 2.500 m2 dan lain daripada itu adalah ku rang dari 20% dari area sebelum perubahan;
(6) Rencana kota yang menyinggung masalah bandar udar a: perub ahan-perubahan di lokasi,
area dan ukuran tanah, dimana total area yan g terkena dampak perubah an adalah kurang
dari 4.500 m2 dan lain daripada itu adalah ku rang dari 20% dari area sebelum perubahan;
(7) Rencana kora yang menyinggung masalah taman, area hijau dan kuburan/ makam:
perubahan-perubahan lokasi berikut, area dan ukuran tanah. Bagaimanapun juga, dalam hal
rencana kota yang menyinggung tentan g taman dan area hijau, misalnya dimana area
terkait terpotong oleh jalan kereta api, jalan atau sungai adalah tidak termasuk:
a. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah yang tidak memerlukan perubahan ukuran
area;
b. Perluasan ukuran area dan perubahan lokasi dan area yan g sep adan, dimana total area
yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 20% dari area sebelum perubahan;
dan
c. Perubahan-perubahan lokasi, area atau ukur an tanah yang diimplementasikan dalam
peraturan memperbaiki batas area, dimana total area yang terkena d ampak adalah
kurang dari 2.500 m2 dan selain daripad a itu adalah kurang dari 20% dari area sebelum
perubahan.
(8) Rencana kota yang menyinggung tentang sistem pembuangan limbah:
a. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah pada saluran pembuangan di area jalan; dan
b. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah untuk sarana pen golahan limbah dan
pompa, dimana total area yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 2.500 m2
dan selain itu kurang dari 20% dari area sebelum perubahan.
(9) Rencana kota yang menyinggung masalah sungai:
a. Perubahan-perubahan lokasi dan area tan ah yang sepadan dengan perubahan alin yemen
yang tidak memerlukan perubahan pada titik awal dan akhir, dimana jarak yang
dipindahkan oleh batas area adalah kurang dari 100 m dan bagian yang terk ena dampak
perubahan adalah kurang dari 1.000 m panjang; dan
b. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah yang sep adan dengan pelebaran area,
dimana bagian yang terkena dampak perubah an adalah kuran g d ari 500 m panjang;
(10) Rencana kota yang menyinggung tentan g sarana perumahan umum:
a. Perubahan-perubahan lokasi, area dan ukuran tanah, dimana total area yang terkena
dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang dari 10% dari area
sebelum perubahan;
b. Perubahan-perubahan dalam jumlah unit perumahan yan g ditentukan berdasar pada
tingkat rendah, sedang, atau tinggi, dimana jumlah total unit perumahan yang terkena
dampak perubahan adalah kurang dari 200 unit; dan
c. Perubahan-perubahan dalam susunan kebijakan tentang sarana publik, sarana
keuntungan publik atau rumah, yang tidak memerlukan perubahan dalam hal sarana
publik atau sarana keuntungan publik.
(11) Rencana kota yang menyinggung tentan g ko mplek kantor pemerintahan:
a. Perubahan-perubahan lokasi, area dan ukuran tanah, dimana total area yang terkena
dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang dari 10% dari area
sebelum perubahan; dan
b. Perubahan-perubahan dalam susunan kebijakan tentang sarana publik, sarana
keuntungan publik atau rumah, yang tidak memerlukan perubahan dalam hal sarana
publik atau sarana keuntungan publik.
(12) Rencana kota tentang pembagian tanah milik untuk bangunan (secara fisik):
perubahan-perubahan lokasi atau area tanah, dimana total area yang terken a dampak
perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kuran g 10% dari ar ea sebelum perubahan.
(13) Rencana kota yang menyinggung masalah proyek pengembangan perkotaan:
perubahan-perubahan di area pelaksanaan dan ukuran area, diman a total ar ea yan g terkena
dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang 10% dari area sebelum
perubahan.
Pasal 13-2 Hal-hal yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 15 Butir 3 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
merupakan hal-hal penting yang dinyatakan berikut ini untuk setiap rencana kota:
(1) Rencana kota yang menyinggung area yan g dibahas dalam Pasal 8 Ayat 1 Butir 1
Undang-Undang Perencanaan Kota: perubahan-perubahan yan g terjadi di lokasi, tanah dan
ukuran area dari area keseluruhan, dimana hal ini telah diakui bahwa tanah area tersebut
tidak termasuk dalam area peningkatan fungsi perkotaan bersamaan d engan perubahan
pada pembagian kedalam area peningkatan fungsi perkotaan dan pen gendalian fungsi
perkotaan, dihilangkan dari area sementara.
(2) Rencana kota yang menyinggung tentang sarana perumahan umum:
a. Perubahan-perubahan pada jumlah unit perumahan berdasar pada tingkat rendah,
sedang, atau tinggi, dimana jumlah total unit perumahan yang terkena dampak
perubahan adalah kurang dari 200 unit dan selain itu kurang dari 10% dari jumlah total
unit perumahan semula; dan
b. Perubahan-perubahan dalam susunan kebijakan tentang sarana publik, sarana
keuntungan publik atau rumah, yang tidak memerlukan perubahan dalam hal sarana
publik, sarana keuntungan publik atau rumah.
Pasal 13-3 Pihak-pihak yang bermaksud untuk mengusulkan rencana-rencana menurut
petunjuk dalam Pasal 21-2 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota harus mengisi nama
dan alamat mereka (dalam hal gabungan atau grup, harus mengisi nama dan
alamat kantor utama) di proposal tertulis dan mengumpulkannya bersama dengan
dokumen-dokumen berikut ke propinsi atau kotamadya:
(1) Konsep pendahuluan rencana kota; dan
(2) Dokumen yang men yatakan bahwa ijin yang ditetapkan dalam Pasal 21-2 Ayat 3 Butir 2
Pasal 14 Formulir yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan , Prasarana dan
Transportasi Pasal 18 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
tercantum dalam Formulir Terlampir No.1.
BAB III. BATASAN-BATASAN, DSB DALAM PERENCANAAN KOTA
Bagian 1. Peraturan dalam Pengembangan, dsb (Pasal 15 – Pasal 38)
Pasal 15 Hal-hal yang ditentukan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 30 Ayat 1 Butir 5 Undang-Undang Perencanaan Kota
(1) Jadwal kerja yang ditentukan pada awal sampai dengan pen yelesaian pekerjaan;
(2) Perbedaan antara aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk membangun
sebagian besar perumahan sebagai tempat tinggal pribadi, aktivitas pengembangan
yang dimaksudkan untuk melaksanakan konstruksi atau pembangunan struktur khusus
diluar perumahan untuk tempat kerja pribadi, atau aktivitas pengembangan lainnya;
(3) Dalam halaktivitas pengembangan yang dilaksanakan dalam area pengendalian
fungsi perkotaan, Butir tersebut dalam Pasal 34 Undang-Undang Perencanaan Kota
yang sesuai dengan aktivitas pengembangan dalam pertanyaan dan alasan; dan
(4) Rencana pembiayaan
Pasal 16 Orang yang bermaksud memperoleh perijinan yang tercantum dalam Pasal 29
Ayat 1 atau 2 Undang-Undang Perencanaan Kota
1 Desain yang disebutkan dalam Pasal 30 Ayat 1 Butir 3 Undang-Undang Perencanaan
Kota harus dibuat sesuai dengan penjelasan desain tertulis dan gambar desain (hanya untuk
gambar desain aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk membangun sebagian
besar perumahan sebagai tempat tinggal pribadi).
2 Penjelasan desain tertulis di atas harus menyatakan lebih spesifik tentang konsep desain,
kondisi tanah di area pengembangan sekarang (bagian area pengembangan dan area kerja
jika
pengembangan area dibagi menjadi bagian kerja; berlaku sama pada Ayat berikut
dan Pasal selanjutnya), rencana tata guna lahan, dan rencana pengembangan sarana
publik (termasuk hal yang berkaitan dengan pihak yang memenuhi syarat sebagai
manajer sarana publik dan hak hukum/ yurisdiksi tanah yang digunakan untuk sarana
publik); dan
3 Gambar desain yang disebutkan dalam Ayat 2 harus dipersiapkan menurut tabel berikut
ini. Bagaimanapun juga, dalam hal aktivitas pengembangan yang dimaksudkan
untuk membangun sebagian besar perumahan sebagai tempat tinggal pribadi, gambar
mpak datar tentang rencana akan ditiadakan.
Tipe Gambar Hal-hal yang Ditetapkan Pengurangan Skala Keterangan
Pasal28-2 Butir 1 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, dan bagian
galian permukaan tanah dan timbunan seperti yang tercantum dalam Bagian 2 Pasal
yang sama, di dalam atau di sekitar area pengembangan. 1: 2.500 atau lebih
(1) Garis kontur menunjukkan perbedaan ketinggian sebesar 2 m.
(2) Kondisi pepohonan atau kumpulan pohon dan permukaan tanah ditetapkan untuk aktivitas
pengembangan dalam skala 1 Ha atau lebih (atau skala terpisah yang ditetapkan
oleh Gubernur berdasarkan ketetatapan Pasal 23-3 Tata Pelaksanaan Undang-Undang
Perencanaan Kota).
Gambar Rencana Tata Guna Lahan Batas area pengembangan, lokasi dan
bentuk sarana publik, kondisi lapangan bangunan tetap, dsb, tujuan penggunaan
ban gunan tetap, dsb di lapangan, lokasi sar ana publik, lokasi pepohonan dan
kumpulan pohon, dan lokasi dan kondisi zona pen yangga. 1: 1.000 atau lebih
Gambar Tampak Datar Reklamasi Batas area pengembangan, lokasi tanah
galian atau bagian timbunan, lembah/ jurang (diluar kasus dimana permukaan tanah
membentuk sudut horisontal lebih dari 30 derajat dan terbentuk dari batu
keras (tidak termasuk batu yang terkikis); berlaku sama dalam sisa Ayat tersebut, Pasal
23, Pasal 27 Ayat 2, dan Pasal 34 Ayat 2) dan dinding penahan, dan lokasi dan kondisi, lebar
dan tinggi jalan. 1: 1.000 atau lebih. Dalam hal tanah perbaikan dan hak-hal
lain yang d iambil dari bagian tanah dimana galian atau timbunan dilakukan, bagian
tersebut ak an ditunjukkan.
Gambar Potongan Reklamasi Tanah Tanah datar sebelum dan setelah ada bagian
galian atau timbunan. 1: 1.000 atau lebih Menyiap kan bagian gelombang ekstrim
Gambar Tampak Datar Rencana
Fasilitas Drainasi
Batas wilayah drainasi, lokasi, tipe, material, kondisi, dimensi dalam, tinggi, ar ah aliran
air, posisi outlet dan nama tujuan keluarnya air pada fasilitas drainasi.
1: 500 atau lebih
Tampak Datar Rencana Sarana
Persediaan Air
Lokasi, kondisi, dimensi dalam, metode pengambilan air dan posisi pemadam
kebakaran pada sarana persediaan air. 1: 500 atau lebih Hal ini dapat ditampilkan
secara bersamaan dalam tampak datar rencana sarana drainasi.
Gambar Potongan Lembah/ Jurang
Tinggi lembah/ jurang, kecuraman dan tipe tanah (dimana terdapat 2 atau lebih tipe
tanah, nama tiap tipe dan ketebalan tiap lapisan ), tanah datar sebelum dan
setelah bagian galian atau timbunan, dan metode perlindungan dinding lembah/ jurang.
1: 500 atau lebih (1) Men yiapkan gambar potongan lembah/ jurang dimana
tingginya terbentuk dari galian tanah lebih dari 2 m, timbunan lebih dari 2 m,
dan terbentuk dari galian dan timbunan tanah lebih dari 2 m secara bersamaan. (2) Untuk
dinding lembah/ jurang yang dilindungi oleh dinding penahan, tidak perlu menampilkan
hal-hal yang berkaitan dengan tipe tanah.
Gambar Potongan Dinding Penahan
Dimensi dan tinggi dinding penahan, tipe dan dimensi material dinding penahan,
dimensi beton pengisi, lokasi lapisan tembus air, tipe tanah datar dan pondasi
sebelum dan setelah ada dinding penahan, dan lokasi, material dan dimensi tiang pan cang.
1: 500 atau lebih
Pasal 17 Gambar dan dokumen yang ditetapkan dalam Peraturan Depratemen
Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 30 Ayat 2 tentang
Undang-Undang Perencanaan Kota
(1) Peta lokasi area pengembangan;
(2) Peta area pengembangan;
(3) Dokumen yang menjelaskan bahw perijinan telah diperoleh dari orang banyak yang
ditetapkan dalam Pasal 3 Ayat 1 Butir 14 Undang-Undang Perencanaan Kota;
(4) Dokumen anjeng menjelaskan bahwa o rang yang mempersiapkan gambar desain
diharuskan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 19; dan
(5) Dokumen yang menjelaskan bahwa orang yang membuat pengumuman yang
ditetapkan dalam Pasal 34 Butir 9 Undang-Undang Perencanaan Kota, dalam hal
dimana seseorang tersebut bermaksud untuk memperoleh perijinan pengembangan,
memiliki hak lain disamping hak-hak kepemilikan tentang tata guna lahan untuk
tujuan konstruksi bangunan tempat tinggal pribadi atau perusahaan pribadi atau pun
bangunan struktur khusus kategori
1. Untuk tempat kerja pribadi, pada saat rencana kota yang menyinggung
pembagian terhadap area peningkatan fungsi perkotaan dan area pengendalian
fungsi perkotaan telah diputuskan atau di saat area pen gendalian fungsi
perkotaan telah diputuskan atau saat r encana kota direvisi untuk mengijinkan
adanya ekspansi dalam area pengendalian fungsi perkotaan.
2. Peta lokasi tentang area pengembangan ditetapkan dalam Butir 1 Ayat sebelumnya
merupaka peta topografi yang menunjukkan lokasi area pengembangan dalam
skala 1: 50.000 atau lebih.
3. Peta area dalam area pengembangan ditetapkan dalam Butir 2 Ayat sebelumnya harus
menunjukkan batas propinsi, batas kotamadya, kota atau isi aturan batas dalam area
kotamadya, batas area perencanaan kota, jumlah dan bentuk kavling tanah dalam hal
area pengembangan yang perlu ditampilkan secara jelas dalam skala 1: 2.500 atau
lebih.
Pasal 18 Pekerjaan yeang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana
dan Transportasi menurut Pasal 31 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota
Pasal 19 Persayaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Per tanahan,
Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 31 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota
adalah sebagai berikut:
(1) Dalam hal aktivitas pengemban gan dimana area pen gembangan mencakup 1
Ha dan kurang dari 20 Ha, pihak-pihak yang memenuhi persyaratan adalah berikut ini:
a. Telah menyelesaikan pendidikan dan lulus dar i pendidikan regular teknik
sipil, arsitektur, perencanaan kota atau perencanaan taman di universitas (tidak termasuk
pendidikan sarjana muda) berdasarkan pada Undang-Undang Pendidikan Sekolah
(Undang-Undang No.26 Tahun 1947) atau univeritas berdasark an Peraturan Lama
Universitas (Peraturan No.388 Tahun 1919), dan yang telah mendapatkan
minimal 2 tahun pengalaman praktek teknologi
pengembangan tanah permukiman;
b. Telah menyelesaikan pendidikan dan lulus dari 3 tahun pendidikan (tidak
termasuk yang diadakan di malam hari) dari pendidikan regular teknik sipil,
arsitektur, perencanaan kota atau peren canaan taman untuk pendidikan sarjana
muda berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Sekolah, dan yang telah mendapatkan
minimal 3 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman;
c. Tidak termasuk pihak-pihak yang sesuai dengan syarat-syar at di atas; telah
menyelesaikan dan lulus pendidikan regular teknik sipil, arsitektur, perencanaan kota
atau perencanaan taman untuk pendidikan sarjana muda atau sekolah teknik
berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Sekolah atau sekolah kejuruan berdasarkan
Peraturan Lama Sekolah Kejuruan (Pendidikan No.61 Tahun 1901), dan yang
telah mendapatkan minimal 4 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan
tanah permukiman;
d. Telah menyelesaikan dan lulus pendidikan regular teknik sipil, arsitektur, perencanaan kota
atau perencan aan taman di SMA atau SMP berdasarkan Undang-Undang Pendidikan
Sekolah atau SMP berdasarkan Peraturan Lama Sekolah Menen gah Pertama (Per
aturan No.36 Tahun 1943), dan yang telah mendapatkan minimal 7 tahun
pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman;
e. Telah lulus dari jurusan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanahan, Prasar ana
dan Transportasi diluar Ujian Negara dibawah Undang-Undang Teknisi
(Undang-undang No.124 Tahun 1957), dan yang telah mendapatkan minimal 2
tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman;
f.Telah memiliki pendidikan bersertifikat pertama arsitektur Undang-Undang
Arsitek (Undang-undang No.202 Tahun 1950), dan yang telah mendapatkan
minimal 2 tahun pengalaman praktek teknologi pengmbangan tan ah permukiman;
g. elah mendapatkan p engalaman inimal 0 tahun engalaman praktek di bidang teknik
sipil, arsitektur, perencanaan kota atau perencanaan taman, termasuk 7 tahun pengalaman
praktek teknologi pengembangan tanah permukiman, dan yang telah menyelesaikan
pendidikan yang ditunjukkan oleh Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi; dan
h. Telah diakui Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi dalam mendapatkan
pengalaman yang sama atau lebih tinggi dengan kualifikasi pada butir a. sampai dengan
g. di
atas.
Pihak Pelaksana Pendidikan Nama Alamat Kantor Pusat Pendidikan
Pasal 20 Lebar jalan yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana
dan Transportasi menurut Pasal 25 Butir 2 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang
Perencanaan Kota
Pasal 20-2 Jalan yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasana dan
Transportasi Menurut Ketetapan Pasal 25 Butir 2 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Und ang
Perencanaan Kota merupakan jalan yang sesuai dengan kondisi sebagai berikut:
(1) Dimana bukan merupakan jalan yang b aru dibangun di dalam area
pengembngan, jalan yang berbatasan dengan area pengemban gan sementara; dan
(2) Lebar jalan adalah 4 m atau lebih. (Kriteria Pembangunan Taman, dsb.)
Pasal 21 Dalam hal aktivitas pengembangan dimana area pen gembangan adalah
5 Ha atau lebih, taman (atau taman, area hijau atau alun-alun dimana
bangunan tidak digunakan untuk rumah; hal yang sama diberlakukan pada sisa
Pasal tersebut) harus dibangun menurut ketetapan berikut ini di lokasi tersebut
untuk melindungi penggunaan lahan yan g efektif bagi pengguna tanah.
(1) Area taman minimal 300 m2 per taman, dan total area taman terhitung minimal 3%
dalam area pengembangan; dan (2) Dalam hal aktivitas pengembangan dimana area
pengembangan minimal 20 Ha, terdapat
paling tidak 1 aman seluas 1.000 m2 atau lebih, dan dalam hal aktivitas pengembangan
dimana area pengembangan adalah 0 Ha atau lebih, terdapat minimal 2 taman
seluas 1.000
m2 atau lebih.
(Area Kemiringan dan Bagian Pipa Drainasi)
Pasal 2 Area kemiringan dan bagian pipa drainasi harus dibuat untuk
memindahkan pola
curah hujan secara efektif yang dihitung menggunakan nilai intensitas curah hujan yang
lebih tinggi dari yang biasanya sekali dalam 5 tahun, dan model aliran pembuan gan kotoran
yang dihitung dari aliran air limbah dari buangan akitivitas domestik dan
industri serta dan aliran air tanah.
(Perlindungan Dinding Lembah/ Jurang)
Pasal 23 Tinggi dindin g lembah/ jurang yang terbentuk dari galian tanah
lebih dari 2 m,
timbunan tanah lebih dari 2 m, dan yang terbentuk oleh keduanya secara
bersamaan harus dilindungi oleh dinding penahan. Meskipun begitu, hal ini
tidak dapat diberlakukan sama terhadap lembah/ juran g atau bagian lembah/
jurang yan g terbentuk dari galian dan atau seperti deskripsi di bawah ini.
(1) Lembah/ jurang dengan kualitas tanah sesuai dengan salah satu deskripsi yang diberikan
dalam Tabel berikut dan kemiringannya tidak lebih dari yang terdapat dalam kolom tengah
untuk jenis tanah.
Kualitas Tanah Batas atas dimana dinding penahan disyaratkan
Batas bawah dimana dinding penahan disyaratkan
Pasal 23-2 Skala yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 28-2 Butir 1 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang
Perencanaan Kota adalah 5 m tinggi dan luas area 300 m2.
(Lebar Zona Penyangga)
Pasal 23-3 Lebar yang ditetapka dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 28-3 tentang Tata Pelaksanaa Undang-Undang Perencanaan
Kota adalah 4 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 1.0 – 1.49Ha, adalah 5 m
dimana skala aktivitas pengemban gan adalah 1.5 – 4.9 Ha, 10 m dimana skala
aktivitas pengembangan adalah 5.0 – 14.9 Ha, 15 m dimana skala aktivitas pengembangan
adalah 15.0 – 24.9 Ha, dan 20 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 25.0 Ha atau
lebih.
(Informasi Teknik tentang Jalan)
Pasal 24 Diluar infromasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Tata Pelaksanaan
Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal tentang jalan adalah berikut:
(1) Jalan akan diperkeras dengan kerikil dan mempunyai struktur yang tidak
mengurangi keamanan dan kelancaran arus lalu lintas, dan akan dibentuk dengan
kemiringan melintang yang sesuai.
(2) Jalan akan dilengkapi dengan saluran air tepi, selokan dan sarana penting lain yang
dapat mengalirkan air hujan secara efektif, dsb.
(3) Kemiringan membujur jalan tidak lebih dari 9%. Meski begitu, perlu dipertimbangkan
untuk mengacu pad kondisi topografi, dsb atau kemiringan membujur akan mencapai
12% atau lebih pada bagian-bagian kecil.
(4) Jalan tidak diperbolehkan disusun dalam bentuk tingkatan. Meski begitu, hal
ini tidak dapat diberlakukan sama terhadap jalan yang digunakan hanya untuk
pejalan kaki pada saat dimungkinkan tidak ada halangan sebagai perlintasan yang aman.
(5) Jalan tidak diperbolehkan menjadi perlintasan tersamar. Meski begitu, hal ini
tidak dapat diberlakukan sama dalam kasus dimana perluasan atau perhubungan jalan
sementara engan jalan lain telah ditetapkan, kasus dimana pembentukan lapangan atau
evakuasi koridor disediakan, dan kasus lain dimana tidak ada halangan untuk proses evakuasi
atau perlintasan kendaraan.
(6) Jalan tanpa perkerasan trotoar untuk pejalan kaki harus berpotongan pada elevasi yang
sama; atau alternatif lain, adalah menghubungkan titik-titik atau kurva pada jalan tanpa
perkerasan trotoar untuk pejalan kaki menjadi potongan sudut yang sesuai dengan
panjang jalan.
(7) Perkerasan trotoar ntuk pejalan kaki harus dipisahkan dari jalan perlintasan
dengan pembatas jalan, pagar atau struktur yang similar.
(Informasi Teknik tentang Taman)
Pasal 25 Diluar informasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 2 9
Undang-Undang Tata Pelaksanaan Perencanaan Kota, hal-hal berikut adalah yan g b erkaitan
dengan taman:
(1) Dalam hal luas area taman adalah 1.000 m2 atau lebih, minimal 2 pintu masuk dan keluar
disediakan.
(2) Dalam hal dimana taman berhubungan dengan jalan, dsb dan terdapat volume arus
lalu lintas kendaraan yang sangat padat, pagar atau dinding pemisah harus
dibangun dan ukuran keamanan lainnya harus digunak an demi keamanan pengguna jalan.
(3) Taman harus didesain sesuai dengan bentuk, ukuran yang memadai dan
kemiringan memfasilitasi lokasi taman, peralatan bermain dan sarana lainnya untuk
ditempatkan dengan efektif.
(4) Taman harus dilengkapi dengan sarana yang sesuai untuk mengalirkan air
hujan secara efektif, dsb.
(Informasi Teknik tentang Sarana Drainasi)
Pasal 26 Diluar informasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Tata
Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal berikut yang berkaitan
dengan sar ana drainasi adalah:
(1) Sarana drainasi harus merupakan struktur yang kuat dan tahan lama.
(2) Sarana drainasi harus dibuat dari beton, batu bata dan material tah an air
lainnya, dan tangga-tangga harus dipastikan dapat menahan k ebocoran seminimal mungkin.
(3) Sarana drain asi yang dimaksudkan untuk penggunaan publik harus dibangun
di tempat yang tidak menyebabkan gangguan pada jalan dan pemeliharaan sar ana drainasi.
(4) Diluar tujuan sarana drainasi untuk penggunaan umum, berkaitan dengan struktur
bagian pipa tertutup, diameter bagian dalam atau lebar dalam adalah 20 cm atau lebih.
(5) Diluar tujuan sarana drainasi untuk penggunaan umum, bagian-bagian struktur pipa
tertutup di bawah ini akan disesuaikan dengan saluran air atau selokan:
a. Bagian dimana saluran pembuangan yang dimaksudkan untuk publik dimulai;
b.Bagian dimana arah, kemiringan atau p ersilangan saluran pembuangan berubah
secara signifikan; meski begitu, hal tersebut tidak dapat diberlakukan sama pada
kasus dimana tidak ada gangguan pada pembersihan saluran pembuangan; dan
c.Bagian penting untuk pemeliharaan saluran pembuangan melebihi bagian dimana
panjang saluran tidak lebih dari 120 kali diameter dalam atau lebar.
(6) Berkaitan dengan saluran air atau selokan bagian bawah, dalam hal saluran
hanya digunakan untuk mengalirkan air hujan, kolam lumpur dengan kedalaman
15 cm atau lebih harus dibangun, dan dalam hal lain tentang saluran air atau
selokan, berlawanan dengan ukuran lebar yang besar menurut diameter dalam
atau lebar saluran penghubung harus dibangun.
(Informasi Teknik tentang Dinding Penahan)
Pasal 27 Diluar informasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Tata
Pelaksanaan Undang-Undang Peren canaan Kota, hal-hal berikut yang berkaitan d
engan dinding penahan adalah:
(1) Struktur dinding penahan harus disesuaikan dengan kriteria-kriteria berdasarkan pada
hitungan dan uji coba struktur, dsb:
a. Dinding penahan tidak akan han cur karena daya tekan tanah, air dan ter (dalam hal ini
disebut tekanan tanah, dsb pada sisa Butir tersebut);
b. Dinding penahan tidak akan roboh karena tekanan tanah, dsb;
c. Pondasi dinding penahan tidak akan ambles karena tekan an tanah, dsb; dan
d. Dinding penahan tidak akan mengalami penurunan karen a tekanan tanah, dsb.
(2) Dinding penah an harus mempunyai lubang saluran air untuk menin gkatkan
drainasi di bagian belakang, dan lapisan tahan air dari kerikil, dsb yang dibuat
di bagian belakang dinding di sekitar lubang drainasi dan hal-hal penting lainnya.
Meskipun begitu, hal tersebut di atas tidak dapat diberlakukan sama pada dinding
batu kering dan struktur lain yang dapat secara efektif mengalirkan air lewat
belakang.
Pasal 27-3 Penguatan batasan-batasan yan g ditetapkan dalam in informasi teknik dalam Pasal
23-3 akan dilaksanakan diluar ukuran lebar minimal Zona Penyangga yang akan
dibangun tidak lebih dari 6.5 m dimana skala aktivitas pengemban gan 1.0 – 1.49 Ha, 8 m
dimana skala aktivitas pengemban gan 1.5 – 4.9 Ha, 15 m dimana skala aktivitas
pengembangan 5.0 – 14.9 Ha, dan 20 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 15.0
Ha atau lebih.
Pasal 27-4 Kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana
dan Transportasi menurut Pasal 29-2 Ayat 1 Butir 12 tentang Tata Pelaksanaan
Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:
(1) Batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terdapat dalam Pasal 24,
Pasal 25 Butir 2, Pasal 26 Butir 4 dan Pasal 27 akan dilaksanakan diluar ukuran yang tidak
melebihi batasan penting untuk melindungi lingkungan, mencegah bencana dan
meningkatkan kenyamanan.
(2) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang
terdapat dalam Pasal 24, dimana hal ini dianggap penting menurut iklim
lingkungan, obyek lokal, karakter yang unik dan kondisi tanah pada area
terkait, akan dilaksanakan dengan mebuata criteria yang berbeda dari yang terdapat
pada Butir dalam Pasal yang dimaksud.
(3) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terdapat
dalam Pasal 25 Butir 2, dimana hal ini dianggap penting untuk memberikan rasa
aman bagi pengguna taman, adalah mensyaratkan bahwa pagar dan dinding yang dibangun
dan ukuran tingkat keamanan lain adalah perlu demi keamanan pengguna.
(4) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang diberikan dalam
Pasal 26 Butir 4 akan dilaksanakan berkitan dengan diameter dalam atau
lebar dalam pada bagian struktur saluran tertutup diluar sarana drainasi yang dimaksudkan
untuk penggunaan publik.
(5) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terd apat dalam
Pasal 27 akan dilaksanakan dimana, berkenaan dengan iklim lingkungan, obyek
lokal dan karakteristik geografi yang unik pada area sementara, hal ini dianggap sulit untuk
melindungi kerusakan lembah/ jurang atau meningkatkan aliran sedimentasi dari aktivitas
pengembangan yang semata-mata dengan hanya mengandalkan ketetapan yang ada
di setiap Butir dalam Pasal tersebut di atas.
(Hal-hal yang Diumumkan oleh Pemegang Hak Saham Saat Ini)
Pasal 28 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,
Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 34 Butir 9 tentang Undang-Undang
Perencanaan Kota adalah sebagai berikut (1) Profesi pihak yang diumumkan (atau
muatan pekerjaan dalam hal pihak yang bekerja sama);
(2) Lokasi, jumlah kavling, kategori tanah dan batas-batas tanah ;
(3) Maksud dan tujuan pihak yang diumumkan dalam memegang saham diluar
hak kepemilikan yang berkaitan dengan tanah atau tata guna lahan pada saat
rencana kota yang menyangkut masalah pembagian terhadap area peningkatan
fungsi perkotaan dan area pengendaian fungsi perkotaan telah diputuskan atau
pada saat area pengendalian fungsi perkotaan dimana rencana kota direvisi telah diper
luas; dan
(4) Tipe dan isi hak-hak diluar hak kepemilikan yang dibuat oleh pihak yang
diumumkan berkaitan dengan penggunaan tanah.
(Masukan Formulir Aplikasi untuk Revisi Perijinan)
Pasal 28-2 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,
Prasaran a dan Transportasi menurut Pasal 35-2 Ayat 2 tentang Undang-Und ang
Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:
(1) Hal-hal yang berkaitan dengan revisi;
(2) Alasan revisi; dan
(3) Jumlah perijinan dalam perijinan pengembangan.
(Gambar dan Dokumen Terlampir untuk Revisi Aplikasi Perijinan)
Pasal 28-3 Diluar gambar dan dokumen yang ditetapkan dalam Pasal 30 Ayat 2
Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal yang dirubah sesuai dengan
perubahan pada aktivitas pengembangan harus dilampirkan pada formulir aplikasi
yang ditetapkan dalam Pasal 35-2 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota. Dalam
kasus tersebut, ketetapan dalam Pasal 17 Ayat 2 dan 3 akan diberlakukan sama.
(Perubahan Singkat)
Pasal 28-4 Perubahan singkat yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,
Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 35-2 Ayat 1 tentang Undang-Undang Perencanaan
Kota adalah sebagai berikut:
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 204 –
(1) Diluar revisi desain, perubahan kondisi lapangan pada bangunan yang ditentukan, dsb;
meski begitu, tidak termasuk hal-hal berikut ini:
a. Perubahan yang memerlukan pertamb ahan atau pengu rangan 1/10 atau lebih dari skala
bangunan yang ditentukan di lapangan, dsb; dan
b. Perubahan yang memerlukan pertambahan pada skala bangunan di lapangan di luar
bangunan rumah dan struktur khusus kategori 1, dimana ukuran lapangan tersebut mencapai
1.000 m atau lebih;
(2) Perubahan pada pelaksana proyek; meski begitu, dimana aktivitas pengembangan yang
dimaksudkan untuk membangun gedung yang pada umumnya untuk tempat tinggal pribadi,
atau aktivitas pengembangan yang dimaksudkan u ntuk membangun gedung atau konstruksi
gedung atau struktur khusus diluar gedung yang digunakan untuk tempat kerja pribadi (tidak
termasuk hal dimana area pengembangan adalah 1 Ha atau lebih), hal ini harus dibatasi
terhadap perubahan pada nama dan alamat pelaksana pekerjaan; dan (3) Perubahan terhadap
waktu yang telah dijadwalkan dalam awal mulainya pekerjaan hingga waktu penyelesaian.
(Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan) Pasal 29 Pengumuman menurut ketetapan dalam
Pasal 36 Ayat 1 Undang-Undang
Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan
seperti yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.4 pada saat aktivitas pengembangan
selesai, dan Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan Sarana Publik yang ditunjukkan
pada Formulir Terlampir No.5 saat pekerjaan yang berkaitan dengan sarana publik diluar
akitivas pengembangan telah selesai.
(Bentuk Sertifikat Penyelesaian Inspeksi)
Pasal 30 Bentuk sertifikat penyelesaian inspeksi yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 2
Undang-Undang Perencanaan Kota terdapat pada Formulir Terlampir No.6 dalam
hal sertifikat penyelesaian inspeksi pekerjaan, dan Formulir Terlampir No.7 dalam
hal sertifikat penyelesaian inspeksi pekerjaan yang berkaitan dengan sarana publik diluar
pekerjaan aktivitas pengembangan.
(Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan)
Pasal 31 Pengumuman penyelesaian pekerjaan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 36
Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dilaksanakan dengan metode yang
dibuat oleh Gubernur Propinsi, dan hal ini akan menjelaskan nama daerah dengan spesifik
yang termasuk dalam area pengembangan atau bagian pekerjaan, dan nama dan alamat pihak
yang telah terjamin perijinan pengembangan dalam hal dimana pekerjaan berkaitan dengan
aktivitas pengembangan telah selesai, dan nama daerah yang termasuk dalam area
pengembangan atau bagian pekerjaan, tipe, lokasi dan area sarana publik, dan nama dan
alamat pihak yan g telah terjamin perijinan pengembangan dalam hal dimana pekerjaan
berkaitan dengan aktivitas
pengembangan telah selesai.
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 205 –
(Pengumuman Pembatalan Pekerjaan tentan g Pen gembangan Aktivitas)
Pasal 32 Pengumuman tentang pembatalan pekerjaan yang berkaitan d engan apa yang
ditetapkan dalam Pasal 38 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan
Pengumuman Pembatalan Pekerjaan tentang Aktivitas Pengembangan yang
ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.8.
(Dokumen tentang Diskusi Beban Biaya)
Pasal 33 Dokumen yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasaran a dan
Transportasi menurut Pasal 33 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencan aan
Kota merupakan dokumen yang menjelaskan hal-hal berikut, dokumen yang men
yatakan bahwa orang yang ingin mendapatkan beban biaya, memiliki tanah terkait
pada saat pengumuman seperti yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 3 Undang-Undang
Perencanaan Kota, dan gambar yang menjelaskan secara spesifik lokasi dan area tanah
terkait:
(1) Alamat dan nama orang yang ingin mendapatkan beban biaya;
(2) Jumlah beban yang diisyaratkan;
(3) Alamat, jumlah kavling, kategori tanah dan area tanah dimana beban biaya diisyaratkan
pada saat pengumuman seperti yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 3 Undang-Undang
Perencanaan Kota; dan
(4) Jumlah dan dasar penghitungan biaya yang diperlukan dalam mendapatkan tanah dengan
beban biaya yang diisyaratkan.
(Aplikasi Perijinan untuk Konstruksi Baru, dsb Bangunan )
Pasal 34 Aplikasi untuk perijinan yang ditetapkan dalam Pasal 43 Ayat 1 Undang-Undang
Perencanaan Kota akan d ibuat sesuai dengan Aplikasi untuk Konstruksi Baru, Pembangunan
Kembali atau Perubahan untuk Tujuan Penggunaan Bangunan atau Konstruksi Baru Struktur
Khusus Kategori 1 seperti yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.9.
2 Gambar berikut ini (dimana perijinan yan g diisyaratkan seperti yan g d apat
diaplikasikan sesuai dengan Pasal 36 Ayat 1 Butir 3 Sub Butir d. Tata Pelak sanaan
Undang-Undang Perencanaan Kota, dokumen yang menjelaskan tentang pihak yang berusaha
menerima gambar berikut dan memiliki hak dilua hak kepemilikan berkaitan dengan
tanah atau penggunaan tanah untuk pembangunan gedung sebagai tempat tinggal pribadi atau
gedung sturktur khusus kategori 1 sebagai tempat kerja pribadi, pada saat rencana kota yang
menyinggung pembagian terhadap area peningkatan fungsi perkotaan dan area pen gendalian
fungsi perkotaan telah diputuskan or saat rencana kota direvisi untuk mengijinkan adanya
perluasan pada area p engendalian fungsi perkotaan.
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 206 –
Tipe Gambar Hal-hal yang perlu dijelaskan secara spesifik
Sketsa Area Lokal Daya dukung tanah, lokasi lapangan dan area dekat sarana publik
Gambar Lapangan Kondisis Sekarang Dalam hal konstruksi baru atau pembangunan kembali
suatu bangun an atau konstruksi baru untuk struktur khusus kategori 1 Batas lapangan, lokasi
bangunan atau struktur khu sus kategori 1. lokasi lembah/ jurangs dan dinding penahan, lokasi
dan tipe saran drainasi, arah aliran air, lokasi outlet , dan nama penentuan debit
Dalam hal revisi tujuan penggunan bangunan Batas lapangan, lokasi bangunan, lok asi dan
tipe saran fasilitas, arah aliran air, lokasi outlet , dan nama penentuan debit
(Masukan untuk Pengembangan Pendaftaran, dsb) Pasal 35 Hal-hal yang ditetapkan dalam
Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 47 Ayat
1 Butir 6 tentan g Undan g-Undang Perencanaan Kota adalah
alamat dan nama pihak-pihak yang mewarisi posisi berdasarkan pada perijinan
pengembangan menurut ketetapan Pasal 45 Undang-Undang Perencanaan Kota.
(Persiapan Pengembangan Pendaftaran) Pasal 36 Pengembangan pendafataran (dalam hal
ini disebut pendaftaran) h arus dikumpulkan dengan rekaman hasil wawancara dan gambar.
2 Gambar merupakan gambar tata guna lahan yang ditetapk an dalam Pasal 16 Ayat 4.
(Penutupan Pendaftaran) Pasal 37 Gubernur Propinsi, dalam hal dimana pengumuman
pembatalan aktivitas pengembangan diterima menurut Pasal 38 Undang-Undang
Perencanaan Kota, harus menutup pendaftaran tanpa penundaan.
(Pendaftaran Pertunjukan Publik)
Pasal 38 Gubernur Propinsi harus menyediakan perluasan tempat untuk pendaftar an
pertunjukan publik pada saat pendaftaran untuk pertunjukan publik.
2 Gubernur Propinsi, dalam hal dimana menyediakan tempat pertunjukan menurut
ketetapan sebelumn ya, harus membuat aturan-aturan pertunjukan di lapangan
dan memberikan pengumuman tentang tempat dan aturan pertunjukan di lapangan.
Bagian 1-2. Peraturan tentang Bangunan, dsb dalam Area yang Ditentukan
untuk Proyek Pengembangan Perkotaan, dsb.
(Hal-hal yang Diumumkan oleh Pelaksana Penetapan Proyek)
Pasal 38-2 Hal-hal yang harus diumumkan oleh pelaksana penetapan proyek menurut Pasal
52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 207 –
(1) Tipe dan nama area yang ditentukan untuk area pro yek pengembangan perkotaan, dsb;
(2) Nama dan alamat pelaksana proyek yang ditetapkan; dan
(3) Lokasi tanah didalam area yang ditetapkan untuk area proyek pengembangan perkotaan,
dsb.
(Informasi Aturan tentang Kepemilikan Tanah dan Bangunan Sebelumn ya, dsb
dalam Penetapan Area untuk Proyek Pengembangan Perkotaan, dsb)
Pasal 38-3 Aturan penting yang terkait dengan pemegang hak yang ditetapkan dalam Pasal
52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:
(1) Tampilan isi batasan pada nilai pemindahan bawah tangan (
transfer-for-counter ) tanah dan bangunan di tanah yang sesuai di dalam atau di sekitar area
yang ditetapk an untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb.
(2) Menginformasikan kepada pemilik tanah dan bangunan, dsb tentang, atau
mengiklankan diKoran, isi batasan pada nilai pemindahanbawah tangan (
transfer-for-counter ) tanah dan bangunan.
2 Tampilan isi yang ditetapkan dalam Butir 1 pada Ayat sebelumnya harus dilanjutkan
sampai pada hari dimana rencana kota yang berkaitan dengan area yang ditetapkan
untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb kehilangan nilainya menurut ketetap an Pasal
12-2 Ayat 5 Undang-Undang Perencanaan Kota, atau pada hari saat pelaksana proyek yang
ditetapk an menperoleh hak-hak yang penting untuk semua tanah dan bangunan, dsb di dalam
area yang ditentukan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb.
(Hal-hal yang Diumumkan, dsb tentang Nilai Pemindahan Bawah Tangan Tanah
( Transfer-for-Counter ))
Pasal 38-4 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanah an, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 52-3 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan
Kota
merupakan
tipe dan isi hak-hak diluar hak kepemilikan tanah dan bangunan yang ada, dsb dan nama dan
alamat pihak pemegang hak-hak tersebut.
2 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 52-3 Ayat 2 Undang-Undan g Perencanaan
Kota harus dibuat dengan menunjukkan Formulir Pengumuman Nilai Pemindahan Bawah
Tangan ( Transfer-for-Counter ) Tanah dan Bangunan, dsb yang ada pada Formulir Terlampir
No.9-3 kepada pelaksana proyek yang ditetapkan.
(Prosedur untuk Menuntut Pembelian Tanah)
Pasal 38-5 Pihak yang bermaksud menuntut pembelian tanah menurut ketetapan Pasal 52-4
Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan menunjukkan kepada pelaksana pro yek yang
ditetapkan Formulir Penuntutan Pembelian yang terdapat pada Formulir Terlampir No.9-4
bersama dengan dokumen yan g menyatakan hak-hak kepemilikan tanah terkait.
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 208 –
Bagian 2. Peraturan tentang Bangunan, dsb dalam Area Sarana Perencanaan
Kota, dsb.
(Aplikasi Perijinan Bangunan dalam Area Sarana Perencanaan Kota dan Area Pelaksanaan
dalam Proyek Pengembangan Perkotaan ) Pasal 39 Aplikasi untuk perijinan yang tercantum
dalam Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan
formulir aplikasi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.10. 2 Gambar dan
dokumen berikut ini harus dilampirkan pada formulir aplikasi tersebut:
(1) Gambar yang menunjukkan lokasi bangunan di area lap angan dengan skala 1:500 atau
lebih;
(2) Gambar tampak potongan bangunan yang dilihat dari 2 sudut pandang dengan skala 1:200
atau lebih; dan
(3) Gambar dan dokumen yang menunjukkan hal-hal yang relevan.
(Pengumuman Penunjukan, dsb Tempat Proyek)
Pasal 40 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 4 Undang-Undang Perencanaan
Kota akan dilaksanakan berkaitan den gan hal-h al berikut, dengan men ggun akan metode
ang dibuat oleh Gubernur Propinsi dalam setiap kasus:
(1) Pada saat menentukan tanah di area sarana p erencanaan kota menurut ketetapan Pasal 55
Ayat 1, tipe dan nama sarana perkotaan yang terkait dan area tanah yang terkena dampak oleh
penentuan tersebut;
(2) Pada saat membentuk pihak lain untuk membuat penawaran pembelian tanah menurut
ketetapan Pasal 56 Ayat 1 dan memberikan pengumuman menurut ketetapan dalam kalimat
utama pada Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota, nama dan alamat pihak lain
yang terkait, area tan ah dimana pen awaran atau pengumuman akan dib uat untuk pihak lain,
dan tipe dan nama sarana perencanaan kota atau proyek pengembangan perkotaan
development pada area tersebut.
2 Penunjukkan aea tanah seperti yang disebutkan dalam Ayat sebelumn ya dipastikan
bahwa pihak pemegang saham dapat melihat dengan mudah apakah tanah yang
dilindungi oleh hak kepemilikan mereka termasuk dalam area tersebut.
(Hal-hal yang Diumumkan oleh Gubernur Propinsi)
Pasal 41 Hal-hal yang harus diumumkan oleh Gubernur Propinsi (dimana pihak-pihak yang
diumumkan sebagai pihak lain pada pengumuman berdasarkan ketetapan Pasal 57 Ayat 2
Undang-Undang Perencanaan Kota menu rut ketetapan Pasal 55 Ayat 4 Undang-Undang
yang sama, adalah kemudian pihak-pihak yang sama) menurut ketetapan Pasal 57 Ayat 1
Undang-Undang Perencanaan Kota sebagai berikut:
(1) Tipe dan nama sarana proyek pengembangan perkotaan dan perencanaan
kota ditunjukkan
menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 1;
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 209 –
(2) Nama dan alamat pihak lain pada pengumuman yang dibuat menur ut
ketetapan pada pokok kalimat Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota; dan
(3) Alamat tanah yang disyaratkan dalam pengumuman. (Informasi Aturan tentang
Kepemilikan Tanah dan Bangunan Sebelumnya dalam Penetapan
Area Proyek) Pasal 42 Aturan penting untuk menginformasikan pemeganga hak-hak yang
terkait yang
ditetapkan dalam Pasal 57 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah:
(1) Tampilan isi batasan tentang nilai pemindahan bawah tangan ( transfer-for-counter ) pada
tanah dan bangunan di tanah yang sesuai di dalam atau di sekitar area proyek pengembangan
perkotaan atau sarana perencanaan kota yang ditunjuk menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 1
Undang-Undang Perencan aan Kota. (2) Menginformasikan kepada pemilik tanah dan
bangunan, dsb tentang, atau mengiklankan di Koran, isi batasan pada nilai pemindahan
bawah tangan ( transfer-for-counter ) tanah.
2 Tampilan yang ditetapkan dalam Butir 1 dalam Ayat sebelumnya harus dilanjutkan
dalam 10 hari setelah pengumuman yang ditetapkan dalam Pasal 66 Undang-Undang
Perencanaan Kota, atau sampai pada hari Gubernur Propinsi atau pihak yang
diumumkan sebagai pihak lain pada penawaran pembelian tanah menurut ketetapan
asal 56 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota dan pengumuman menurut
ketetapan pada pokok kalimat dalam Pasal 57 Ayat 2 Undang- Undang
Perencanaan Kota mendapatkan hak-hak penting untuk semua tanah
dalam area yang ditetapkan.
(Hal-hal yang Diumumkan, dsb tentang Nilai Pemindahan Bawah Tangan Tanah
( Transfer-for-Counter ))
Pasal 43 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 57 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan
Kota adalah sebagai berikut:
(1) Tipe dan isi hak-hak diluar hak kepemilikan yang ada pada tanah terkait dan nama dan
alamat pemegang hak-hak tersebut; dan
(2) Dimana bangunan dan struktur lain yan g ada pada tanah, isi struktur dan nama dan alamat
pemegang hak kepemilikan struktur di atas. 2 Pengumuman menurut ketetapan pada kalimat
utama dalam Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota harus dibuat dengan
menunjukkan Formulir engumumanNilai Pemindahan Bawah Tangan ( Transfer-for-Counter
) Tanah dan Bangunan, dsb yang terdapat pada Formulir Terlampir No.11. (Hal-hal yang
Diumumkan oleh Pelaksana Penjadwalan Proyek)
Pasal 43-2 Berkaitan dengan hal-hal yang harus diiumumkan oleh pelaksana proyek yan g
ditetapkan menurut Pasal 52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota diberlakukan sama
dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang sama, ketetapan dalam Pasal 38-2 akan diberlakukan
sama pula. Dalam hal, istilah „area yang ditetapkan untuk proyek pengembangan
perkotaan,
dsb‟
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 210 –
Pada Butir 1 Pasal tersebut di atas akan dibaca „sarana perencanaan kota atau proyek
pengembangan perkotaan yang telah ditetapkan oleh pelaksana proyek‟, dan
„dalam area yang ditetapkan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb‟ p ada
Butir 3 Pasal tersebut di atas akan dibaca „dalam area sarana perencan aan kota dan
area pelaksanaan proyek pengembangan perkotaan yang ditetapkan pelaksana proyek‟.
(Informasi Aturan tentang Kepemilikan Tanah dan Bangunan Sebelumnya, dsb dalam Area
Sarana Perencanaan Kota yang telah Ditetapkan Pelaksana Pro yek)
Pasal 43-3 Berkaitan dengan atruan penting untuk menginformasikan pemegang hak-hak
terkait yang ditentukan dalam Pasal 52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota
diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang dimaksud, ketetapan dalam Pasal
38-2 akan diberlakukan sama pula. Dalam hal, istilah „dalam area yang
itetapkan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb‟ pada Butir 1 Pasal tersebut di atas
akan dibaca „dalam area sarana perencanaan kota dan area pelaksanaan proyek
pengemban gan perkotaan yang ditetapkan pelaksana pro yek‟. 2 Tampilan yang
ditetapkan menurut ketetapan Pasal 38-3 Ayat 1 Butir 1 diberlakukan
sama dalam Ayat sebelumn ya harus dilanjutkan dalam 10 hari setelah pengumuman yang
ditentukan dalam Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota, atau sampai pada pelaksana
proyek mendapatkan hak-hak penting untuk tanah dan bangunan, dsb dalam area sarana
perencanaan kota dan area pelaksanaan pro yek pengembangan perkotaan yang ditetapkan
pelaksana pro yek. (Hal-hal yang Diumumkan, dsb tentang Nilai Pemindahan Bawah Tangan
Tanah ( Transfer-for-Counter ))
Pasal 43-4 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanah an, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 52-3 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota
diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang sama merupakan hal-hal yang
ditetapkan dalam Pasal 38-4 Ayat 1.
2 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 52-3 Ayat 2 Undang-Undan g Perencanaan
Kota diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yan g sama harus dibuat dengan
menunjukkan Formulir Pengumuman Nilai Pemindahan Bawah Tan gan (
Transfer-for-
Counter )
Tanah dan Bangunan, dsb yang terdapat pada Formulir Terlampir No.9-3 kepada p elaksana
proyek yang ditetapkan. (Prosedur untuk Menuntut Pembelian Tanah)
Pasal 43-5 Pihak yang bermaksud menuntut pembelian tanah menurut ketetapan Pasal 52-4
Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota diberlakukan sama d engan Pasal 57-5
Undang-Undang yang sama akan menunjukkan kepada pelaksana proyek yang ditetapkan
Formulir Penuntutan Pembelian yang terdap at pada Formulir Terlampir No.9-4
dengan dokumen yang menyatakan hak-hak kepemilikan tanah terkait.
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 211 –
(Pengumuman tentang Tidak Adan ya Aplikasi Perijinan atau Persetujuan)
Pasal 43-6 Pengumuman yan g ditetapkan dalam Pasal 60-2 Ayat 2 Undang-Undang
Perencanaan Kota harus dibuat sesuai dengan yang terdapat dalam Koran
pemerintah, Lembaran resmi dan metode penunjukan lainnya.
Bagian 3. Peraturan tentang Bangunan, dsb dalam Area Perencanaan Daerah
(Aktivitas yang Ditetapkan dalam Peratur an Kementrian Pertanahan, Prasarana
dan Transportasi Busway)
Menurut Pasal 38-7 Bagian 3 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencan aan Kota)
Pasal 43-7 Aktivitas yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 38-7 Butir 3 tentang Tata Pelaksanaan
Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:
(1) Aktivitas tentang konstruksi baru, pembangunan kembali, pemeliharaan, perbaikan atau
pemulihan bencana pada jalan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang
Jalan Raya (Undang-Undang No.180 Tahun 1952);
(2) Aktivitas tentang konstruksi atau manajemen kendaraan umum jalan sebagaimana
ditetapkan pada Pasal 2 Ayat 8 Undang-Undang Transportasi Jalan (Undang-Undang No.183
Tahun 1951) atau jalan kendaraan khusus (terbatas pada jalan yang digunakan untuk
penumpang kendaraan umum jasa pelayanan transportasi seperti yang ditetapkan dalam Pasal
3 Butir 1 Undang-Undang yang sama atau kendaraan angkutan barang umum jasa
pelayanan transportasi seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Jasa
Pelayanan Kendaraan Angkutan Barang (Undang-Undang No.83 Tahun 1988));
(3) Aktivitas tentang pelaksanaan pekerjaan peningkatan sungai dan man ajemen dilakukan
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Persungaian (Und ang-Und ang No.167
Tahun 1961);
(4) Aktivitas tentang pekerjaan yang dilaksanak an oleh Badan Umum Pengembangan
Sumber Daya Air sebagaimana tercantum pada Pasal 18 Ayat 1 (tidak termasuk Bagian 4
Ayat yang sama) dan Ayat 2 (tidak termasuk Butir 3 Ayat yang sama) Undang-Undang
Badan Umum Pengembangan Sumber Daya Air (Undang-Undang No.218 Tahun 1961);
(5) Aktivitas tentang pelaksanaan proyek peningkatan tanah menurut Undang-Undang
Peningkatan Tanah (Undang-Undang No.195 Tahun 1949);
(6) Aktivitas tentang pekerjaan yang dilaksanak an oleh Badan Sumber Daya Penghijauan
sebagaimana ditetapkan pada Pasal 19 Ayat 1 Butir 1, 4 dan 6 Undang-Undang Badan
Pengembangan Tanah Pertanian (Undang-undang No.43 Tahun 1974) sebelum adanya abolisi
menurut rekomendasi dalam Ketetapan Tambahan Pasal 8 Undang-Undang Revisi Sebagian
dalam Undang-Undang Badan Pengembangan Hutan ( Undan g- Undang No. 70 Tahun
1999), berdasarkan pada rekomendasi dalam Ketetapan Tambahan Pasal 13 Ayat 1
Undang-Undang Badan Pengembangan Penghijauan (Undang-Undang No. 85 Tahun 1956);
(7) Aktivitas tentang pelaksanaan proyek penting oleh personal atau organisasi
yang berkaitan dalam bidang pertanian terutama tentang peningkatan struktur pertanian;
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 212 –
(8) Aktivitas tentang pembangunan atau peningkatan jalan hutan yang dibangun
dalam rencana wilayah hutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 5 Undang-Undan g Hutan
(Undang-Undang No.249 Tahun 1951);
(9) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen saran taman seperti yang
ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Taman Perkotaan (Undang-Und ang No.7 9
Tahun 1956);
(10) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen sarana untuk penan ganan secara umum
permintaan pelayanan jalan kereta api atau rel oleh operator kereta api menurut
Undang-Undang Jasa Pelayanan Perkereta-Apian (Undang-Undang No.92 Tahun 1986);
(11) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen rel kereta api menurut Undang-Undan g
Rel Kereta Api (Undang-Undang No.76 Tahun 1922); (12) Aktivitas tentang
pembangunan dan manajemen sarana seperti yang ditetapkan dalam Pasal 5 Ayat 2
Butir 2 Undang-Undang Industri Jaringan Perminyakan (Undang-Undang No.105 Tahun
1972);
(13) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen; 1) saran a yang digunakan oleh
penumpang kendaraan umum secara bersamaan jasa pelayanan transportasi menurut Pasal 3
Butir 1 Sub Butir a. Undang-Undang Transp ortasi Jalan dan jasa pelayanan kendaraan umum
angkutan barang menurut Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Jasa Pelayanan Transportasi
Kendaraan Angkutan Barang (tidak termasuk transportasi angkutan barang khusus seperti
yang ditetapkan dalam Ayat 6 Pasal yang sama), dan 2) terminal kendaraan umum seperti
yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 5 Undang-undang Terminal Kendaraan (Undang-Undang
No.136 Tahun 1959);
(14) Aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dilaksanakan oleh Biro Dermaga
dan Pelabuhan Laut menurut Pasal 12 Ayat 1 Undang-Undang Dermaga dan Pelabuhan Laut
(Undang-Undang No.218 Tahun 1950);
(15) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen bandar u dara untuk
penggunaan publik menurut Undang-Undang Penerbangan (Undang-Undang No.231
Tahun 1952) atau fasilitas keamanan penerbangan untuk penggunaan publik menurut Pasal
2 Ayat 4 Undang-Undang yang sama;
(16) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana un tuk meninjau dan
melaporkan fenomena meteorologi, kelautan d an daratan, banjir dan fenomena lain yang
similar;
(17) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana yang
digunakan dalam pekerjaan dilaksanakan oleh para ahli telekomunikasi tingkat pertama
seperti yang ditetapkan dalam Pasal 12 Ayat 1 Undang-Undang Industri Telekomunikasi
(Undang-Undang No.86 Tahun 1984);
(18) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen peralatan penyiaran (tidak
termasuk bangunan) yang digunakan untuk jasa penyiaran menurut Undang-Undang
Penyiaran (Undang-Undang No.32 Tahun 1950);
(19) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen struktur listrik seperti yan g
ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 1 Butir 12 Undang-Undang Penggunaan Listrik
(Undang-Undang No.170 Tahun 1964) untuk penggunaan listrik menurut Pasal 2 Ayat 1
Butir 7 Undang-Undang yang sama, dan struktur gas seperti yan g ditetapkan dalam Pasal 2
Ayat 10 Undang-Undang Penggunaan Gas (Undan g- Undan g No.51 Tahun 1954) (terbatas
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 213 –
pada struktur yang digunakan secara umum seperti yang ditetapkan dalam Ayat 1 Pasal yang
sama dan penggunaan sederh ana gas seperti yan g ditetapkan dalam Ayat 3 Pasal yang sama);
(20) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana penggunaan air
seperti yang ditetapkan dalam Pasal3Ayat 8Undang-Undang Ban gunan Air (Undang-Undang
No.177 Tahun 1957) untuk pelayanan bangunan air dan distribusi airnya menurut Pasal 3
Ayat 2 dan 4 Undang-Undang yang sama, sarana industri bangunan air seperti yang ditetapkan
dalam Pasal 2 Ayat 6 Undang-Undang Industri Bangunan Air (Undang-Undang No.84 Tahun
1958), dan sarana penggunaan publik sistem pembuangan limbah menurut Pasal 2 Butir 3
Undang-Undang Bangunan Pembuangan Limbah (Undang-Undang No.79 Tahun 1958),
sistem tangki pembuangan limbah menurut Bagian 4 Pasal yang sama, dan saluran
pembuangan limbah perkotaan menurut Bagian 5 Pasal yang sama; (21) Aktivitas yang
berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana penyediaan tenaga panas seperti yang
ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 4 Undang-Undang Pelayanan Penyediaan Tenaga Panas
(Undang-Undang No.88 Tahun 1972);
(22) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana un tuk pengendalian
bencana banjir oleh asosiasi pengendalian bencana banjir; (23) Aktivitas yang berkaitan
dengan konstruksi atau manajemen sarana un tuk penelitian oleh Institut Penelitian Tenaga
Atom Jepang;
(24) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana untuk
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Institut Pengembangan Siklus Nuklir Jepang seperti yang
ditetapkan dalam Pasal 24 Ayat 1 Butir 1 Undang-Undang Institut Pengembangan Siklus
Nuklir Jepang (Undang-Undang No.73 Tahun 1967);
(25) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana untuk
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Ruang Angkasa Nasional Jepang
seperti yang ditetapkan dalam Pasal 22 Ayat 1 Butir 1 dan 2 Undang-Undang Badan
Pengembangan Ruang Angkasa Nasional Jepang (Undang-Undang No.50 Tahun 1969); dan
(26) Aktivitas yang berkaitan dengan oleh Kerjasama Perminyakan Nasional Jepang
seperti yang ditetapkan d alam Pasal 19 Ayat 1 Butir 6, 8 dan 13 Undang-Undang Kerjasama
Perminyak an Nasional Jepang (Undang-Undang No.99 Tahun 1967).
(Pengumuman tentang Aktivitas Area Perencanaan Daerah)
Pasal 43-8 Hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 58-2 Ayat 1 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota
merupakan dari yang dijadwalkan untuk penyelesaian aktivitas. Pasal 43-9 Pengumuman
menurut ketetapan Pasal 58-2 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai
dengan yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.11-2.
2 Gambar dan dokumen berikut ini harus dilampirkan dalam formulir aplikasi yang
disebutkan diatas:
(1) Dalam hal perubahan karakter zona tanah, adalah:
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 214 –
a. Gambar yang menunjukkan area tana diman a aktivitas dilakukan dan sarana publik ada
pada dan sekitar area tersebut dalam skala 1:1.000 atau lebih; dan
b. Gambar desain dalam skala 1:100 atau lebih.
(2) Dalam hal konstruksi bangunan gedung, struktur (struktur selain gedun g; dalam hal ini
dianggap sama), dan perubahan untuk pen ggunaan bangun an gedung atau struktur, adalah:
a. Gambar yang menunjukkan lokasi bangunan gedung atau struktur di dalam tanah lapang
dalam skala 1:100 atau lebih;
b. Profil bangunan gedung dan struktur minimal dalam 2 aspek dan tampak datar lantai
(untuk gedung saja) dalam skala 1:50;
3) Dalam hal revisi bentuk dan desain bangunan atau struktur, gambar ditunjukkan dalam
butir a. di atas dan profil minimal dalam 2 aspek dalam skala 1:50;
(4) Dalam hal penebangan pohon dan bambu, gambar sebagai berikut:
a. Gambar yang menunjukkan area tanah diman a aktivitas dilakukan dalam skala 1:1.000
atau lebih; dan b. Gambar yang menjelaskan secara spsifik metode pelaksanaan pada aktivitas
yan g
disebutkan di atas dalam skala 1:100 atau lebih; dan
(5) Gambar dan dokumen yang menunjukkan hal-hal lainnya sebagai refer ensi.
(Pengumuman Revisi)
Pasal 43-10 Diluar desain atau metode pelaksanaan, hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan
Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 58-2 Ayat 2 tentang
Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan hal-hal dimana arti revisinya adalah aktivitas
yang berkaitan dengan pengumuman tersebut ditetapkan dalam Pasal 58-2 Ayat 1
Undang-Undang Perencanaan Kota termasuk aktivitas yang diberikan dalam Ayat yang sama.
Pasal 43-11 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-2 Ayat 2 akan dilak sanakan sesuai
dengan Pengumuman Revisi yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.11-3.
2 Ketetapan Pasal 43-9 Ayat 2 berlaku sama sesuai dengan pengumuman yang
ditetapkan dalam Ayat sebelumnya.
Bagian 4. Aturan Tata Guna Lahan, dsb dalam Area Peningkatan Tata Guna
Lahan Tak Terpakai
(Pengumuman tentang Tanah Tak Terpakai)
Pasal 43-12 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-6 Ayat 1 akan dilak sanakan sesuai
dengan Pengumumana Revisi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.11-4.
(Pengumuman tentang Rencana untuk Tanah Tak Terpak ai)
Pasal 43-13 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-7 akan dilaksanakan dengan sesuai
dengan Pengumuman Revisi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.11-5.
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 215 –
BAB IV. PROYEK – PROYEK PERENCANAAN KOTA
(Hal-hal tentang Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb)
Pasal 44 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi berdasarkan Pasal 60 Ayat 1 Butir 4 tentang Undang-Undang Perencan aan Kota,
merupakan nama proyek-proyek perencanaan kota.
(Formulir Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb)
Pasal 45 Formulir permohonan ijin seperti yang ditentukan dalam Pasal 60 Ayat 1
Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk hal-hal yang diberlakuk an sama
dengan Pasal 63 Ayat 2 Undang-Undang yang sama) akan disertakan dalam Formulir
Terlampir No. 12.
(Dokumen Terlampir Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb)
Pasal 46 Gambar dan dokumen yang tercantum dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,
Prasarana dan Transportasi berdasark an Pasal 60 Ayat 3 Butir 5 tentan g Undang-Undan g
Perencanaan Kota, merupakan dokumen yang berisi hal-hal sebagai berikut:
(1) Tipe dan nama fasilitas perkotaan yang termasuk dalam proyek perencanaan kota dan
rencana kota yang berkaitan dengan pro yek pengembangan perkotaan; dan
(2) Dalam hal daerah yang bukan kotamadya, dipertimbangkan untuk p ermohonan ijin.
2 Dalam hal proyek baru pengembangan perkotaan dan perumah an dilaksanakan oleh
pengawas proyek berdasarkan pada ketetapan Pasal 45 Ayat 1 Undang-Undang
Pembangunan
Kota Perumahan (Undang- Undang No. 134 Tahun 1963), gambar dan dokumen
yang tercantum
dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi berdasarkan
Pasal 60 Ayat 3
Bagian 5 tentang Undang-Undang Perencan aan Kota akan diikutsertakan sebagai
tambahan dari bagian sebelumnya:
(1) Berkaitan dengan proyek b aru pemb angunan kota perumahan dalam penggunaan lahan
untuk sarana publik dihubungkan dengan pemilik lahan yaitu pihak yang bermaksud untuk
melaksanakan proyek pembangunan perumahan baru tersebut, dokumen pernyataan tentang
hal tersebut di atas telah disetujui oleh para manajer fasilitas umum yan g b ersangkutan;
(2) Dokumen pernyataan tentang hak-hak kepemilikan penggunaan lahan untuk pelaksanaan
proyek baru pembangunan kota perumahan (tidak termasuk penggunaan lah an untuk saran a
publik); dan (3) Dokumen penetapan pembagian harga dan jumlah hitungan kasar untu k
reklamasisarana
publik, dsb tercantum dalam Pasal 2 Ayat 9 Undang-Undang Pembangunan Baru Kota
Perumahan, serta metode-metode penghitungan seluruh gamb ar tersebut. Pasal 47
Dokumen-dokumen yang terlampir dalam permohonan ijin dicantumkan dalam Pasal 60
Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk hal-hal yang diberlakukan
sama dengan Pasal 63 Ayat 2) berdasarkan Pasal 60 Ayat 3 Undang-Und ang yang sama, akan
dipersiapkan menurut ketetapan tiap bagian di bawah ini; dan dalam hal
gambar dan dokumen yang ditentukan dalam Ayat 3 Butir 1 dan 2 Pasal yang sama, 1 (satu)
dokumen asli dan dokumen salinan sesuai dengan jumlah propinsi dan kotamadya yang
tercakup dalam area Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota
(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)
– 216 –
proyek akan dipresentasikan, dan gambar dan dokumen yang ditentukan dalam
Butir 3 sampai 5 Ayat yang sama, 1 (satu) dokumen asli akan dipresentasikan pula:
(1) Gambar-gambar berikut ini menunjukkan bahwa lahan proyek harus dipersiapkan:
a. Peta topografi skala 1:50.000 atau lebih harus menunjukkan lokasi lahan proyek;
b. Gambar hasil survei lokasi skala 1:2.500 akan mengilustrasikan lah an proyek den gan
warna kuning terang, lokasi proyek yang telah digunakan den gan hijau terang dan
hal-hal utama lain tentang kepemilikan tanah di lokasi proyek. Apabila k epemilikan
tanah atau kepemilikan tanah yan g merupakan hak pokok akan diambil alih atau
digunakan, maka bagian dari kepemilikan tanah yang masih ada diilustrasikan dengan
warna merah terang.
(2) Gambar dan dokumen menunjukkan tentang skema desain yang harus dipersiapkan sesuai
dengan hal-hal berikut:
a. Untuk pro yek-proyek yang berkaitan dengan p embangunan fasilitas per encan aan kota,
lokasi dan substansi dari fasilitas utama akan ditunjukkan dengan gamb ar tampak datar
dengan skala 1:2.500 atau lebih; dan
b. Untuk proyek-proyek pembangunan perkotaan, batas-batas antara zona permukiman dan
blok-blok, dan lokasi proyek, bentuk dan tipe sarana utama akan ditunjukkan dalam
gambar tampak datar dengan skala 1:2.500 atau lebih.
(3) Rencana pembiayaan akan dipersiapkan secara jelas sesuai dengan saldo anggaran.
Dalam hal ini, jumlah biaya yang terk ait dengan pendapatan tertentu akan disesuaikan den
gan
pendapatan yang terdapat dalam anggaran, dan pengeluaran diperhitungkan
berdasar pada kriteria yang rasional harus disesuaikan dengan p engelu aran yang terdapat
dalam anggaran.
(Metode Pemberitahuan kepada Publik tentang Permohonan Ijin, dsb Proyek
Perencanaan Kota , dsb)
Pasal 48 Pemberitahuan kepada Publik seperti yang ditetapk an dalam Pasal 62 Ayat 1
(termasuk hal-hal yang diberlakukan sama dengan Pasal 63 Ayat 2) Undang-Undang
Perencanaan Kota akan d icantumkan dengan benar pada Koran pemerintah yang dikeluarkan
oleh Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi dan metode yan g dipilih akan
dikeluarkan oleh Gubernur masing-masing propinsi.
(Pengumuman Pertunjukan Publik tentang Gambar, dsb yang Menunjukkan Lah an Proyek)
Pasal 49 Pada saat Kepala Kotamadya/ Gubernur menerima gambar dan dokumen
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 62 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk
hal-hal yang diberlakukan sama dengan Pasal 63 Ayat 2 Undan g-Undang yang
sama), mereka harus menempatkan gambar dan dokumen tersebut secepatnya ke
dalam Pertunjukan Publik, dan memberitahukan tempat pertunjukan tersebut serta
menggunakan cara lain untuk
mengumumkankepada publik.
(Perubahan Singkat pada Skema Desain)
Pasal 50 Perubahan singkat pada skema desain seperti yang tercantum dalam
Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi berdasarkan pada
Pasal 63 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota akan direvisi ke dalam
skema desain pro yek berkaitan dengan pembangunan fasilitas perencanaan kota
dan penyertaan hak/ otoritas atau persetujuan dari pembangunan saran a perencanaan
kota yang lain.
(Persetujuan terhadap Rangkaian Posisi berdasarkan Otoritas)
Pasal 51 Persetujuan berdasarkan Pasal 64 Ayat 1 Undang-Undang Peren
canaan Kota akan dilaksanakan dengan menyajikan bentuknya pad a Formulir Terlampir
No. 13.
(Hal-hal tentang Pemberitahuan kepada Publik terhadap Pelaksan a Proyek)
Pasal 52 Hal-hal yang seharusnya termasuk dalam pemberitahuan kepada p ublik oleh
pelaksana pro yek menurut ketetapan Pasal 66 Un dang-Undang Perencanaan Kota mengikuti
hal-hal sebagai berikut:
(1) Tipe dan nama yang ada pad a proyek perencanaan kota;
(2) Nama pelaksana proyek;
(3) Alamat kantor; dan
(4) Alamat kantor proyek di lapangan.
(Informasi tentang Peraturan yang Berk aitan dengan Kepemilikan Tanah d an Gedung
Sebelumnya, dsb dalam Area Proyek)
Pasal 53 Berhubung pentingnya peraturan tersebut untuk diinformasikan kepada
pihak-pihak terkait yang tercantum dalam Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota,
ketetapan yang dicantumkan dalam Pasal 38-3 Ayat 1 ak an dimasukkan
secara tertulis.
Dalam hal ini, istilah „dalam penetapan area p royek pengembangan perkotaan, dsb‟ di Butir
1 Pasal yang dimaksud semestin ya dibaca „dalam proyek area‟.
(Penjelasan Proyek, dsb)
Pasal 54 Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penjelasan kepada
masyarakat menurut Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan perwujudan
dari penjelasan
rapat yang dijabarkan lebih lanjut di bawah ini. Meskipun begitu, dalam hal
tidak dimungkinkann ya penjelasan rapat pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan
sebelumnya karena penduduk tidak bersedia untuk berku mpul atau karena alasan
lain yang bukan merupakan tanggung jawab pelaksana proyek, metode lain yang terpisah
dari penjelasan rapat dapat digunakan.
(1) Lokasi rapat ditentukan berdasarkan pertimbangan keamanan dan kenyamana
yang memungkinkan untuk diadakannya pertemuan dengan penduduk di sekitar
lokasi proyek (dalam Pasal ini disebut sebagai „penduduk‟)
(2) Waktu dan tempat rapat akan diberitahukan kepada p enduduk dan
diberitakan di Koran seminggu sebelumnya.
(3) Daftar hadir pegawai daerah atau kepala dinas terkait kotamadya atau
propinsi (daerah khusus kabupaten dalam hal ap abila kotamadya dalam bentuk
blok-blok) akan diminta pada saat rapat.
Pasal 55 Hal-hal yang tercantum dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan
Transportasi menurut Pasal 67 Ayat 1 tentang Undang-Undang Perencanaan
Kota dapat dilihat juga dalam Pasal 38-4 Ayat 1.
Pasal 56 Pihak yang membeli tanah sesuai den gan ketetapan Pasal 68 Ayat 1 Undang-Undang
Perencanaan Kota akan memberikan Tagihan Pembelian k epada pelaksana proyek dengan
dokumen yang menyatakan hak-hak kepemilikan tanah yang bersangkutan, formulir tagihan
pembelian dapat dilihat pada Formulir Terlampir No.9-4.
(Formulir Petisi untuk Prosedur Sistem Skors)
Pasal 57 Petisi menurut ketetapan Pasal 72 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan
dibuat berdasarkan formulir petisi yang ditunjukkan dalam Fo rmulir Terlampir No.16.
BAB V. KETETAPAN LAIN-LAIN
(Tampilan Isi, dsb Pengumuman Resmi)
Pasal 58 Tampilan isi menurut ketetapan Pasal 42 Ayat 2 Tata Pelaksanaan
Undang-Undang Perencanaan Kota, dimana pengumuman resmi yang dibuat menurut Pasal
52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota, akan dilanjutkan sesuai dengan jadwal
perencanaan kota
yang berkaitan dengan proyek pengembangan perkotaan
Pasal 59 Tampilan yang tercantum dalam Pasal 42 Ayat 3 Tata Pelaksanaan
Undang-Undang Perencanaan Kota dimana pengumuman resmi dibuat menurut
Pasal 81 Ayat 3 Undang-Undang yang sama akan dilanjutkan dalam 10 (sepuluh) hari
sejak pengumuman.
(Metode Pemberitahuan kepada Publik)
Pasal 59-2 Metode-metode yang ditentukan dalam Peraturan Depratemen Pertanahan,
Prasarana dan Transportasi dalam Pasal 81 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan
Kota akan diinformasikan dalam koran pemerintah berkaitan dengan tata
peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi,
dan Lembaran Negara tentang tata peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur setiap
propinsi.
PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN
NOMOR : ......... TAHUN 2009
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN
TAHUN 2008 – 2028
DENGAN RAHMAD TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA MEDAN,
Menimbang :
a. bahwa untuk mengarahkan pemanf aatan ruang di Kota Medan secara
aman , nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional, perlu disusun Rencana Tata
Ruang Wiayah Kota Medan;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar
sektor, daerah, dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah
merupakan rencana struktur dan pola ruang yang akan dilaksanakan
oleh Pemerintah, Masyarakat, dan/dunia Usaha;
c. bahwa telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, huruf b, dan
huruf c, serta sebagai Pelaksanaan Undang-undan g Nomor 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang. Dipandang perlu menetapkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan den gan Peraturan Daerah.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 25 Tahun 2004);
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lemb aran Negara Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Repu blik Indonesia Tahun 20 04 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Repu blik Indonesia Tahun 20 04 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4725);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan dan Pen yelengaraan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4593);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahu n 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833);
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang daerah.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MEDAN
dan WALIKOTA MEDAN
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN TENTANG RENCANA
TATA
RUANG WILAYAH KOTA MEDAN TAHUN 2028-2028
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
PENGERTIAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yan g dimaksud den gan :
1. Daerah adalah Kota Medan.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.
3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Medan.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang d arat, ruang laut, dan ruan g ud ara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatu an wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat per mukiman dan sistem jaringan
prasarana dan saran a yang berfun gsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Penyelenggaraan penataan ru ang adalah kegiatan yang meliputi pen gaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
11. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan p emerintah an negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik In donesia
Tahun 1945.
12. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daer ah.
13. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan huku m bagi
Pemerintah, pemerintah daerah, d an masyarakat d alam penataan ruang.
14. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
15. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang
melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pen gendalian
pemanfaatan ruang.
16. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan pen ataan ruang
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
17. Perencanaan tata ruang ad alah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruan g.
18. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
19. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
20. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
21. Wilayah adalah ruang yan g merupak an kesatu an geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan asp ek administratif dan/atau
aspek fungsional.
22. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangk auan
pelayanan pada tingkat wilayah.
23. Sistem internal perkotaan adalah struktur ruan g dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
24. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.
25. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
26. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
27. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
28. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada
wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam
tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
29. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
30. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan
perkotaan yang mberdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di
sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem
jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan
sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. 31. Kawasan megapolitan adalah kawasan
yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih
kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah
sistem.
32. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruan gn ya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap ked aulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan,
termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
33. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan.
34. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pen garuh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
35. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupu n yang sengaja ditanam.
36. Izin pemanfaatan ruang ad alah izin yang dipersyaratkan d alam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perund angundangan.
37. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
38. Menteri adalah menteri yang menyelenggarak an urusan pemerintahan dalam bidang
penataan ruang.
Bagian Kedua
MUATAN RTRW KOTA MEDAN
Pasal 2
Muatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, mencakup:
1. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota Medan;
2. Rencana Struktur Wilayah Kota Med an, memuat pengembangan dan kriteria sistem
perkotaan wilayah Kota Medan, pengembangan dan kriteria sistem jaringan tranportasi,
pengembangan dan kriteria sistem jaringan energi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan
telekomunikasi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan sumber daya air, muatan
rencana struktur ru ang sistem Kota Medan.
3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Medan, memuat peruntukan dan rencana pengelolaan
kawasan lindung, peruntukan dan rencana p engelolaan k awasan budidaya wilayah Kota
Medan.
4. Penetapan Kawasan Strategis Kota Medan, memuat kawasan stretegis pertahanan
keamanan, kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial dan budaya,
serta kawasan strategis fungsi dan daya du kung lingkung hidup Kota Medan.
5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat arahan pengemb ngan
infrastruktur, arahan pengembangan wilayah, arahan penatagunaan sumber daya alam Kota
Medan, dan Indikasi program utama. 6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah
Kota Medan, memuat indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif
sisentif, dan arahan sanksi.
7. Pengawasan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat pengawasan terhadap kinerja
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, fungsi dan manfaat, dan pemenuhan standar pelayanan
minimal bidang penataan ruang, pemantauan dan evaluasi, pelaporan serta hak, kewajiban dan
peran serta masyarakat
Bagian Ketiga
FUNGSI DAN MANFAAT RTRW KOTA MEDAN
Pasal 3
1. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, adalah:
a. Menjaga konsistensi perkembangan Kota Medan dengan strategi perkotaan nasional dan
arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara dalam jangka panjang;
b. Menciptakan keserasian perkembangan Kota Medan dengan wilayah sek itarnya;
c. Menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.
2. Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, ad alah sebagai pedoman untuk:
a. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di Wilayah Kota Medan;
b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan dan keserasian
antar sektor;
c. Penetapan lokasi investasi yan g dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di
Kota Medan (rujukan bagi penerbitan ijin lokasi bagi pembangunan);
6
d. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Medan;
e. Pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan.
Bagian Keempat
LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN RTRW KOTA MEDAN
Pasal 4
Lingkup wilayah perencanaan dalam kegiatan penyusunan Penyempurnaan RTRW Kota
Medan ini, meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Medan d engan 21 Kecamatan dan
151 Kelurahan dengan luas 26.510 Ha serta Mebidang dengan Struktur Umum
Bagian Kelima
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Pasal 5
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang dalam wilayah
administrasi Kota dengan jangka waktu perencanaan 20 tahun, yaitu mulai dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2028.
Pasal 6
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan digambarkan dalam peta wilayah Kota Medan
dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 : 20.000, yang merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
WILAYAH KOTA MEDAN
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan
Pasal 7
Tujuan Penataan Ruang Kota Medan yang akan dituju sesuai dengan visi Kota Medan
adalah: “Mewujudkan wilayah Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan
investasi”
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan
Pasal 8
Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka k ebijakan pen ataan ruang
Kota Medan adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berk elanjutan melalui
pembangunan kota yang berkeadilan;
2. Mewujudkan perekonomian kota yang tangguh dan dinamis, melalui peningkatan d aya
saing dan daya tarik yang tinggi sebagai daerah tujuan investasi;
3. Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metrop olitan dan sekaligus sebagai Pusat
Kegiatan Nasional melalui pembangunan sarana dan prasarana kota yang modern,
handal dan asri; 7
4. Mewujudkan masyarakat Kota Medan yang berilmu pengetahu an, men guasai
teknologi, beriman, bertaqwa serta mandiri.
Srategi Penataan Ruang Wilayah Kota Medan
Pasal 9
Strategi penataan ruang untuk mendukung kebijak an penataan ruang yang ditetapkan
adalah, sebagai berikut:
1). Memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk semua aktifitas yang
memberikan nilai tambah yang positif bagi Pembangunan Kota Med an.
2). Mengembangkan pemanfaatan ruang kota untuk mendukung b erlan gsungnya berbagai
kegiatan sesuai dengan fungsi utama Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, Pusat
Perdagangan d an Jasa Regional dan Internasional, Pusat Kegiatan Industri, Pusat Pelayanan
Sosial dan Pusat Kegiatan Transportasi Regional dan Internasional.
3). Pengembangan kawasan permukiman yan g aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan;
4). Tersedian ya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota yang memad ai, meliputi:
a. Pengembangan RTH Publik seperti taman, lapangan olahraga, hutan kota, taman tempat
bermain, RTH yang bersatu dengan fasilitas (konsep KDB), jalur hijau (daerah industri, jalur
kereta api, gas, kubur an, dll) dan RTH privat; b. Pengembangan RTH konservasi (lindung) di
Kota Medan berupa daerah resapan, sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan hutan
mangrove, dll.
5). Pengembangan kawasan eks Bandara Polonia sebagai Cental Business Distrik
(CBD), meliputi:
a. Pengembangan kawasan perkantoran pemerintah provinsi dan kota;
b. Pengembangan kawasan jasa dan perdagangan skala regional dan internasional;
c. Pusat pelayanan umum.
6). Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota (KSK)
dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang memiliki pelayanan
regional dan internasional, antara lain:
a. Pengembangan pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan hub internasion al;
b. Pengembangan pelabuhan penumpang (TOD), pelabuhan laut peti kemas
internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi, xport Processing
Zone (EPZ) dan pusat permukiman.
c. Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri high
technology (KEK), pusat permukiman industri, perlindungan kawasan dan bangunan
bersejarah, water front city , dan theme park;
d. Pelabuhan perikanan Samudera.
7). Pengembangan kawasan Utara harus berwawasan lingkungan/konservasi dan estetika,
yaitu dengan menerapkan konsep waterfront city , penguatan ekosistem bakau (hutan bakau
dan penanaman bakau d alam petak tambak), penataan ruang terbuka hijau dan zona hijau (
buffer zone ). 8
8). Pengembangan sistem sarana transportasi massal untuk mendukung Kota Medan sebagai
Kota Metropolitan, yang meliputi bus line , busway , monorail, LRT atau heavy rail;
9). Pengembangan sistem jaringan drainase dan utilitas kota yang memiliki kapasitas yang
sangat besar untuk mengantisipasi bahaya banjir. 10) Mengembangkan jaringan jalan baru
untuk mengurangi beban p ada pusat kota.
Pengembangan jalan baru tersebut antara lain:
a. Pengembangan jalan lingkar luar, jalan lingkar paling luar, jalan lingkar
Mebidangro, jalan lingkar pesisir utara dan jalan lingkar kawasan utara medan;
b. Pengembangan jalan tol Medan – Medan dan Medan Kuala Namo;
c. Peningkatan jalur kereta api Medan – Belawan, Medan – Medan d an
pembangunan jalur kereta api baru Medan – Ku ala Namo;
11). Mengarahkan pengembangan kegiatan permukiman (terutama ke arah Utara) dan
membatasai perkembangan permukiman ke arah selatan sebagai kawasan konservasi; 12).
Mengembangkan Kawasan USU (Universitas Sumatera Utara) dan Kampus USU yang baru
di Kuala Bekala sebagai kawasan pendidikan, penelitian dan pelatihan yang memiliki skala
pelayanan regional. Sedangkan kawasan pendidikan tinggi lainnya yang sudah ada
dikembangkan dengan pendekatan intensifikasi lahan.
BAB III
RENCANA STRUKTUR WILAYAH KOTA MEDAN
Bagian Pertama
U m u m
Pasal 10
Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Medan, terdiri dari:
1. Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan;
2. Rencana Sistem Jaringan Transportasi;
3. Rencana Sistem Jaringan Utilitas;
Bagian Kedua
Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan
Pasal 11
Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan Kota Medan, terdiri atas:
1. Pusat Primer Utara, terletak di antara Kecamatan Medan Labuhan dan Medan
Marelan, tepatn ya disekitar Mesjid Raya Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan.
2. Pusat Primer di Pusat Kota, meliputi 7 (tujuh Kecamatan) di Pusat Kota Medan antara
lain:
a. Kecamatan Medan Polonia;
b. Kecamatan Medan Maimun;
9
c. Kecamatan Medan Baru (Kelurah an Darat dan Petisah Hulu);
d. Kecamatan Medan Petisah (Kelurah an Petisah Tengah dan Sekip);
e. Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas);
f. Kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu);
g. Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan
Mesjid).
3. Pusat Sekunder Belawan terletak di Kecamatan Medan Belawan, tepatnya di
Kelurahan Belawan Lama.
4. Pusat Sekunder Medan Labuhan, terletak di Kecamatan Medan Labuhan, tepatnya di
persimpangan jalan Marelan Raya dan Jalan Yos Sudarso, diantar a Kelurah an Pekan
Labuhan dengan Kelurahan Martubung;
5. Pusat Sekunder Medan Marelan, terletak di Kecamatan Medan Marelan, tepatnya
dipersimpangan Jalan Marelan Raya dan Jalan Rahmad Budin (Kelurahan Terjun);
6. Pusat Sekunder Medan Perjuangan, terletak di Kecamatan Medan Tembung tepatnya
disekitar aksara;
7. Pusat Sekunder Medan Area, terletak di Kecamatan Medan Amplas tepatnya di
sekitar persimpangan terminal Amplas, Kelurahan Timbang Deli;
8. Pusat Sekunder Medan Helvetia, terletak di antara Kecamatan Medan Helvetia dan
Kecamatan Medan Petisah tepatnya di Gaperta;
9. Pusat Sekunder Medan Selayang, terletak di Kecamatan Medan Selayang tepatn ya di
sekitar simpang Pemda;
10. Pusat Sekunder Medan Timur, terletak Kecamatan Medan Timur tep atnya disekitar
Pulo Brayan;
Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 12
Rencana sistem jaringan transportasi Kota Medan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (2), terdiri atas:
1. Angkutan Jalan Raya, terdiri atas:
a. rencana dan fungsi jaringan jalan;
b. rencana terminal;
c. trayek angkutan umum;
d. jaringan pejalan kaki; dan
e. ruang evakuasi;
2. Angkutan Kereta Api;
3. Angkutan Laut;
4. Angkutan Sungai, Danau dan Pen yeberangan;
5. Angkutan Udara
Pasal 13
1. Rencana dan fungsi jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)
huruf a, terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan
jalan arteri sekunder dan jaringan jalan kolektor sekunder;
2. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan arteri Primer antara lain:
a. Jalan lingkar luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Tritura, Jalan A.H Nasution, Jalan Ngumban
Surbakti, Jalan Gagak Hitam (Simpang Setia Budi – Pondok Kelapa), Jalan Asrama, Jalan
Kapten Sumarsono, Jalan Cemara, Jalan Jamin Ginting (Simpang Pos-ke arah Berasyagi), dan
Jalan Yos Sudarso (Fly Over – hingga Belawan). Lebar jalan yang direncanakan minimal 33
meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18 meter.
b. Jalan lingkar luar paling luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Rahmad Buddin, Jalan Kelambir
Lima, Jalan Pinang Baris, Jalan Terusan Pinang Baris (Pinang Baris – Simpang Melati) dan
Jalan Plamboyan Raya. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis
Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.
c. Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera). Lebar jalan yang
direncanakan minimal 100 meter den gan Garis Sempadan Bangunan ( GSB)
sekitar 52 meter.
d. Rencana Jalan Tol Medan – Binjai. Lebar jalan yang direncanakan minimal 50
meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 26 meter.
e. Rencana Jalan Lingkar Luar Paling Luar bagian selatan (jalan perbatasan Kota
Medan) yaitu meliputi ruas: Simpang Kuala Bekala, Jalan Bunga Rampai 3, Jalan
Bunga Rampai, Jalan Stasiun, Jalan Bajak II, Jalan Sumber Utama 2, Jalan Supir,
dan Jalan Bendungan. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan
Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.
3. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder, yaitu: Jalan Marelan Raya
dan Jalan Sicanang. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis
Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.
4. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder antara lain: jalan Brigjen
Katamso dan Jalan Letda Sujono. Lebar jalan yan g direncanakan minimal 26 meter dengan
Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.
5. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Kolektor Sekunder antara lain:
a. Jalan Pancing dan Jalan Sunggal. Lebar jalan yang direncanakan minimal 33
meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18 meter;
b. Jalan Tengku Amir Hamzah, Jalan Bambu, Jalan Pelita II, Jalan Bangau, Jalan Suka Ria,
Jalan A.R Hakim, Jalan Halat, Jalan Juanda, Jalan Mongonsidi, Jalan Jamin Ginting (Simpang
Dr. Mansyur – Simpang Pos), Jalan Rawe, Jalan Kasuari, Jalan Kawat 4, dan Jalan Alfaka 7.
Lebar jalan yang direncan akan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB)
sekitar 14 meter.
c. Jalan Dr Mansyur, Jalan Setia Budi (Simpang Dr. Mansyur- Simpang Batang Hari), dan
Jalan Kapten Muslim. Lebar jalan yang direncanakan minimal 20 meter dengan Garis
Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 12 meter;
Pasal 14
1. Rencana Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huru f b, adalah dengan
membangun terminal terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api
dan terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal Belawan,
Terminal Pinang Baris dan Terminal W. Iskandar.
2. Untuk mendukung pengembangan kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan
dibangun sebuah terminal yan g terintegrasi dengan Stasin Kereta Api, yaitu terminal
Labuhan.
Pasal 15
1.Trayek Angkutan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c, adalah
Penataan rute angkutan umum dalam rangka meningkatkan distribusi pelayanan serta efisiensi
penggun aan jalan adalah sebagai berikut: a. Memisahkan antara moda angkutan dalam kota
dan luar kota. Moda angkutan luar kota (AKAP dan AKDP) tidak diijinkan memasuki pusat
kota. Bagi Bus AKAP dan AKDP yang melintasi Kota Medan hanya diijinkan melintasi pada
jalan Lingkar Luar, yaitu jalan Tritura, Jalan AH Nasution dan Jalan Ngumban Surbakti.
b. Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang dapat mengangkut
penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi secara cepat, nyaman, aman, terjadwal dan
berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor utama (jalur primer) berbasis
rel atau jalan raya.
Pasal 16
1. Jaringan Pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d, adalah
penataan jalur khusus untuk pejalan kaki yang aman dan nyaman;
2. Pengembangan sarana pejalan kaki lebih diprioritaskan pada jalan-jalan utama kota yang
masih belum ban yak terisi bangunan, sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai jalur
khusus pejalan kaki, seperti jalan lingkar luar dan jalan arteri yang dibuat pemisah antara jalur
cepat, jalur lambat dan jalur khusus pejalan kaki.
Pasal 17
1. Ruang evakuasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf e, adalah: jalur
penyelamatan ( escape road ) adalah jalan-jalan kota yang dikembangkan/ direncanakan
sebagai jalur pelarian k e bangunan/bukit penyelamatan dan wilayah yang aman apabila
terjadi bencana alam (gempa atau tsunami);
2. Jalan-jalan yang dapat dikembangk an sebagai jalur penyelamatan (escape road) di
Kota Medan antara lain : jalan Yos Sudar dan Jalan Tol, Jalan-jalan disekitar Lapangan
Merdeka, Lapangan Benteng, Stadion Teladan dan jalan-jalan yang mengarah ke lapangan
terbuka lainnya.
Pasal 18
1. Angkutan Kereta Api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2 ), terdiri atas
pengembangan jaringan rel kereta api dan stasiun kereta api;
2. Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan dimasa mendatang
adalah ;
a. Jalur Medan – Medan – Tanjung Pura – Hingga Banda Aceh;
b. Jalur Medan – Tebingtingg- Rantauprapat- hingga Pekanbaru;
c. Jalur Medan – Kuala Namo;
3. Beberapa Stasiun Kereta Api yang dapat dikembangkan lagi antara lain :
a. Stasiun Kereta Api Polu Brayan;
b. Stasiun Kereta Api Labuhan, dan;
c. Stasiun Kereta Api di Kecamatan Helvetia.
Pasal 19
Angkutan Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), adalah pengembangan
pelabuhan laut Belawan menjadi Pelabuhan Hub Internasional.
Pasal 20
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4),
adalah rencana pengembangan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang dapat
dikembangkan di Kota Medan seperti pelabuhan Sungai di Kecamatan Medan Labuhan
Kelurahan Nelayan Indah).
Pasal 21
Angkutan Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5), adalah; rencana pemindahan
Bandara Polonia ke Bandara Kuala Namo.
Bagian Keempat
Rencana Sistem Jaringan Utilitas
Pasal 22
Rencana sistem jaringan utilitas Kota Medan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (3), terdiri atas:
1. Rencana sistem jaringan energi dan kelistrikan;
2. Rencana sistem jaringan telekomunkasi;
3. Rencana sistem jaringan gas
4. Rencana sistem jaringan air bersih;
5. Rencana sistem jaringan pembuangan air hujan;
6. Rencana sistem jaringan air limbah;
7. Rencana sistem persampahan
Pasal 23
1. Rencana sistem jaringan energi dan kelistrikan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(1), terdiri atas: bangunan pembangkit, gardu induk dan jaringan transmisi; 2. Bangunan
pembangkit yang ada di Kota Medan saat ini hanya satu unit, yaitu Bangunan Pembangkit
Listrik di Sicanang. 3. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET), yang terdapat di
wilayah Sumatera Utara baru terdapat 2 (dua) unit, yaitu; GITET Kuala Tanjung dan GITET
Tebingtinggi.
4. Gardu Induk, memiliki tegangan 150 KV, yang ada saat ini di Kota Medan terdapat sekitar
10 unit.
Pasal 24
Rencana sistem jaringan telekomunikasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2),
terdiri atas: rumah kabel dan jaringan distribusi yang dikembangkan secara terus menerus
untuk memberikan pelayanan jasa telekomunikasi di seluruh wilayah Kota
Medan.
Pasal 25
Rencana sistem jaringan gas, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3), terdiri atas: brik
gas dan jaringan distribusi yang dikembangkan secara terus menerus untuk emberikan
elayanan gas di seluruh wilayah Kota Medan.
Pasal 26
Rencana sistem jaringan air bersih, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4), terdiri
atas: bangunan pengolahan, jaringan transmisi dan jaringan distribusi yang dikembangkan
secara terus menerus untuk memberikan pelayanan air bersih di seluruh wilayah Kota Medan.
Pasal 27
1. Rencana sistem jaringan air hujan, seb agaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5), terdiri
atas: sistem primer, sistem sekunder dan sistem tersier;
2. Saluran primer, terdiri dari; Sungai Bad era, Sungai Belawan, Sungai Deli, Sungai Babura
dan Sungai Percut.3. Saluran drainase sekunder, terdiri dari : anak-anak sungai yang ad a di
Kota Medan; 4. Saluran drainase tersier, terdiri dari; saluran drainase perumahan dan saluran
drainase permukiman.
Pasal 28
Rencana sistem jaringan air limbah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6), terdiri
atas: instalasi pengolahan air limbah dan jaringan air limbah yang dikembangkan secara
terus menerus untuk memberikan pelayanan air limbah di seluruh wilayah Kota Medan.
Pasal 29
Rencana sistem persampahan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (7), terdiri
atas: TPA, TPS dan sarana pengangkutan sampah yang dikembangkan secara terus
menerus untuk memberikan pelayanan persampahan di seluruh wilayah Kota Medan.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN
Bagian Pertama
Kawasan Lindung
Pasal 30
Kawasan Lindung di Kota Medan, terdiri dari:
1. Hutan Rawa Sekunder (Hutan Manggrove Sekunder);
2. Sempadan Sungai;
3. Sempadan Danau;
4. Sempadan Rel Kereta api, dan
5. Jalur Hijau SUTET.
Pasal 31
Hutan Rawa Sekunder (Hutan Manggrove Sekun der), sebagaimana imaksud dalam Pasal 30
ayat (1), terdiri atas: Kawasan Pantai Berhutan Bakau (Hutan Mangrove) di wilayah
Kecamatan Medan Belawan seluas 1.029 Ha yang berfungsi menjaga kelestarian lingkungan
serta menjaga ekosistem ikan dan mencegah abrasi pantai.
Pasal 32
Sempadan sungai, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2), adalah jalur disisi kiri
dan kanan sungai yang ditetapkan sebesar:
a. Sungai Belawan 15 m.
b. Sungai Percut 15 m.
c. Sungai Deli 15 m.
d. Sungai Babura 15 m.
e. Sungai Sei Selayang 15 m.
f. Parit Emas 5 m.
g. Sungai-sungai kecil 5 m.
Pasal 33
Sempadan Danau, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3), adalah: daratan epanjang
tepian danau buatan/bendungan yang lebarnya propo rsional den gan bentuk dan kondisi fisik
anau buatan/bendungan antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. encana
kawasan lindung danau buatan/bendungan direncanakan di Danau Siombak yang
diperkirakan sebesar 26,4 Ha.
Pasal 34
Sempadan rel kereta api, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (4), adalah: kawasan di
isi kiri dan kanan rel kereta api dengan jarak sekur angkurangnya 18 meter.
Pasal 35
Jalur Hijau SUTET, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (5), adalah: kawasan di sisi
kiri dan kanan saluran udara tegangan ekstr a tinggi dengan jarak sekurang kurangnya 60
meter.
Bagian Kedua
Kawasan Budidaya
Pasal 36
Kawasan Budidaya di Kota Medan, terdiri dari:
1. Kawasan Perumahan dan Permukiman
2. Kawasan Komersial
3. Kawasan industri
4. Fasilitas pelayanan
5. Kawasan khusus
6. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota,
7. Kawasan Pertanian
Pasal 37
1. Kawasan perumahan dan permukiman, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1), adalah: lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial;
2. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman terutama diarahkan ke arah Utara
kota, yaitu di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan;
Pasal 38
1. Kawasan Komersial, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2), terdiri dari: kegiatan
perdagangan, niaga, bisnis, perkantoran pemerintah dan swasta, dan kegiatan informal;
2. Arahan lokasi untuk kgiatan jasa tersebut adalah:
a. BWK Pusat Kota (CBD Polonia) yang terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan;
b. Kawasan Pelabuhan Belawan;
c. Pusat Primer Utara dan setiap Pusat Sekunder.
Pasal 39
1. Kawasan industri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), terdiri dari:
kawasan industri, pergudangan dan kawasan ekonomi khusus (KEK);
2. Pengembangan kawasan industri di Kota Medan adalah kawasan industri di
Kecamatan Medan Labuhan (Lamhotma) dan area industri di KIM di Kecamatan
Medan Deli.
Pasal 40
1. Kawasan fasilitas pelayan an, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4), ad alah:
kawasan pelayanan sosial-budaya, seperti pendidikan, kesehatan, eribadatan, olahraga dan
fasilitas sosial lainnya.
2. Lokasi kawasan pelayanan sosial-budaya tersebar di seluruh kawasan budidaya dan
dipusatkan di pusat-pusat pelayanan sesuai dengan skala pelayanannya (fungsional,
kecamatan dan kelurahan)
Pasal 41
1. Kawasan khusus, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (5), adalah: kegiatankegiatan
yang memiliki fungsi tertentu dan tidak semua orang bisa masuk secara bebas (kawasan
terbatas);
2. Kawasan-kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan khusus di Kota Medan
antara lain:
a. Kawasan Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan dengan kegiatan utama,
pelabuhan penumpang, pelabuhan peti kemas, dan perikanan samudera; b. Kawasan militer; c.
Kawasan depot pertamina di Kecamatan Medan Labuhan; d. Bangunan Pembangkit listrik
PLN di Sicanang Kecamatan Medan Belawan
Pasal 42
1. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (6),
adalah: ruang-ruang dalam kota atau wilayah yan g lebih luas baik bentuk area/kawasan
maupun dalam bentuk area memanjang/jalur diman a dalam penggunaannya lebih bersifat
terbuka yan g p ada dasarn ya tanpa bangunan;
2. Untuk memenuhi kebutuhan RTH Kota sebesar 7.953 Ha (30%) maka arahan lokasi RTH
yang akan dikembangkan diluar kawasan lindung (hutan manggrove dan jalur hijau), antara
lain:
a. Kawasan Wisata
b. RTH Hutan kota,
c. RTH Taman kota
d. RTH Tempat Pemakaman Umum.
e. RTH Jalur Hijau Jalan
3. Kawasan wisata yang dapat dikembangkan sekaligus berfungsi sebagai RTH adalah
kawasan wisata di Utara Medan (Kecamatan Medan Marelan), yang meliputi: Theme
Park, Water Front City, dan danau Siobak;
4. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Hutan Kota di Kota Medan antara
lain adalah Taman Beringin dan Eks Kebun Binatang Medan;
5. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Taman Kota di Kota Medan antara
lain adalah Taman Tingkat RW, Taman Lingkungan, Taman Kelurah an, dan Taman
Kecamatan;
6. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Tempat Pemakaman Umum adalah
TPU kristen dengan luas lebih kurang 6 ha dan TPU Muslim dengan luas lebih kurang
10 Ha di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan;
7. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Jalur Hijau jalan adalah
penempatan tanaman antara 20–30% dari ru ang milik jalan (rumija) sesuai dengan
klas jalan
8. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH ruang pejalan kaki adalah ruang
yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman.
Pasal 43
Kawasan pertanian, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (7), adalah: kawasan
agropolitan yang terdapat di Kecamatan Medan Marelan dengan luas 200 Ha.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA MEDAN
Pasal 44
Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah:
1. kawasan strategis dari sudut kepentingan p ertah anan dan k eamanan,
2. kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi,
3. kawasan strategis dari sudut sosial dan budaya,
4. kawasan strategis dari sudut pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi
tinggi,
5. kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Pasal 44
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keaman an, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), adalah: kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil
terdepan, dan kawasan latihan militer;
2. Lokasi-lokasi strategis untuk kegiatan pertahanan dan keamanan, antara lain:
a. Kawasan Pelabuhan Belawan, merupakan p antai yang relatif landai dan berada
pada jalur pelayaran internasional yang padat, rawan terhadap invasi pihak asing, karena
letaknya yang langsung berhadapan dengan Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran
internasional paling padat di dunia. Kawasan Pantai Belawan juga rawan terhadap
penyelundupan barang-barang dari luar negeri.
b. Pada lokasi-lokasi pintu masuk dan keluar dari wilayah Kota Medan, seperti Pinang Baris,
Amplas dan Tuntungan juga merupakan lokasi yang strategis untuk menjaga keamanan dan
ketenteraman Kota Medan.
Pasal 45
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 ayat (2), adalah: kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan
pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan
pelabuhan bebas
2. Kawasan Strategis Kota (KSK) Medan yang dapat dikembangkan sebagai Kawasan
Strategis Pertumbuhan Ekonomi, antara lain:
a. Kawasan Metropolitan, di Kota Medan meliputi 7 (tujuh) kecamatan di Pusat Kota yang
ditetapkan sebagai Pusat Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu Kecamatan Medan
Polonia, Medan Maimun, Medan Barat, Medan Petisah, Medan Baru, Timur dan Medan Kota.
b. Kawasan ekonomi khusus, yang akan di kembangkan adalah di Kecamatan Medan
Labuhan;
c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, meliputi: Kecamatan Medan
Belawan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Deli, Pusat Kota (CBD
Polonia) dan Kecamatan Amplas.
d. Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas, meliputi : Kawasan Pelabu han
Belawan di Kecamatan Medan Belawan dan Pusat-Pusat Primar dan Sekunder.
Pasal 46
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (3), adalah: kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya,
termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia;
2. Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan seb agai kawasan
strategis soaial budaya adalah:
a. Kawasan Medan Polonia;
b. Kawasan Kota Lama Labuhan Deli (Toapekong Labuhan, Rumah-rumah Toko
Pekong, Rumah-rumah Melayu, Mesjid Raya Labuhan, Bangunan Eks Bea Cukai
dan Stasin Kereta Api Belawan).
c. Kawasan Perumahan dan Pergudangan Eks DSM di Pulo Brayan;
d. Kawasan Istana Maimun;
e. Kawasan Kampung Keling;
f. Kawasan Kesawan;
Pasal 47
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4), adalah: kawasan
pertambangan minyak dan gas bumi termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas
pantai, serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir; 2. Kawasan-kawasan di
Kota Medan yang dapat dikatagorikan seb agai kawasan strategis dari sudut kepentingan pend
ayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi adalah tidak ada.
Pasal 48
1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (5), adalah: kawasan pelindungan dan pelestarian
lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman
Nasional;
2. Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan seb agai kawasan strategis dari
sudut kepentingan fungsi dan d aya dukung lingkungan hidup, adalah:
a. Kawasan Agropolitan di Kecamatan Medan Marelah;
b. Kawasan Hutan Manggrove dan rawa di Kecamatan Medan Belawan;
c. Kawasan Wisata ( Theme Park dan Natural Park ) di Kecamatan Medan Marelan;
d. Kawasan rencana pengembangan waduk-waduk buatan yang menyebar di
Kecamatan Medan Labuhan.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN
Pasal 49
1. Pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola
ruang.
2. Pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaann ya.
3. Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 50
1. Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) disusun
berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yan g ditetapkan dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
2. Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta, dan/atau kerja
sama pendanaan.
3. Kerja sama sendana andilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
WILAYAH KOTA MEDAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 51
1. Arahan pengendalian pemanfaatan ru ang wilayah Kota Medan digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kota Medan.
2. Arahan pengendalian pemanfaatan ru ang terdiri atas:
a. indikasi arahan peraturan zonasi;
b. arahan perizinan;
c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.
Bagian Kedua
Indikasi Arahan Peraturan Zonasi
Pasal 52
1. Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2)huruf a
digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Medan dalam menyusunperaturan zonasi.
2. Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2)
huruf a, terdiri dari:
a. Pemanfaatan ruang yang diijinkan dalan peraturan zonasi
b. Pemanfaatan ruang yang diijinkan secara terbatas dalan peraturan zonasi
c. Pemanfaatan ruang yang diijinkan bersyarat dalan peratu ran zonasi
d. Pemanfaatan ruang yang dilarang dalan peraturan zonasi
3. Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2)huruf a,
disusun berdasarkan klasifikasi penggunaan lahan dan sub katagoripenggunaan lahan yang
ditetapkan dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.
Bagian Ketiga
Arahan Perizinan
Pasal 53
1. Arahan Perizinan Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Medandilaksanakan
melalui mekanisme perizinan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
2. Iizin pemanfaatan uang diberikan oleh pemerintah Kota Medan sesuai
wewenangnyaapabila sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan;
3. Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan izin sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memenuhi peraturan zonasi yang berlaku di lokasi kegiatan pemanfaatan
ruang tersebut.
Bagian Keempat
Arahan Insentif dan Disinsentif
Pasal 54
1. Untuk mendorong pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan yang sesuai dengan
Peraturan Daerah ini dikembangkan peran gkat insentif dan disinsentif;
2. Insentif dan disinsentif diberikan Pemerintah kepada pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.
Pasal 55
1. Insentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta yan g
melaksanakan pembangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Medan;
2. Disinsentif dibebankan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan/atau swasta
yang melaksanakan pembangunan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruan g
Wilayah Kota Medan.
Pasal 56
Insentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta dalam bentuk:
1. keringanan pajak;
2. pemberian kompensasi;
3. imbalan;
4. sewa ruang;
5. urun saham;
6. penyediaan infrastruktur;
7. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
8. penghargaan.
Pasal 57
Disinsentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta dalam
bentuk:
1. pengenaan pajak yang tinggi;
2. pembatasan penyediaan infrastruktur;
3. pengenaan kompensasi; dan/atau
4. penalti.
Bagian Kelima
Arahan Pengenaan Sanksi
Pasal 58
Arahan Pengenaan Sanksi diberikan apabila pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana struktur ruang d an pola ru ang wilayah Kota Medan, meliputi:
1. pelanggaran ketentuan arahan per atuan zonasi;
2. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yan g diterbitkan berdasarkan RTRW
Kota Medan;
3. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW Kota Medan;
4. pelanggaran ketentuan yan g ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota Medan;
5. pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
6. peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
7. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedu r yang tid ak benar.
Pasal 59
1. pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif
dan/atau sanksi pidana;
2. sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan k epada o rang perseoran gan
dan/atau korporasi yang melakukan pelanggaran sesuai dengan k etentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VIII
PENGAWASAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA
Bagian Kesatu
Pemantauan dan Evaluasi
Pasal 60
1. Pemantauan adalah usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa
dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan.
2. Pemantauan merupakan dasar dalam melakukan kegiatan pelaporan.
3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh dinas teknis, seperti Bappeda, Dinas Tata
Kota dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan dengan kelembagaan
yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan.
Pasal 61
1. Evaluasi adalah usaha untuk menilai kemajuan kegiatan p eman faatan ruang dalam
mencapai tujuan rencana tata ruang.
2. Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh dinas teknis, seperti Bappeda, Dinas Tata Kota
dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan dengan k elembagaan yang
ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan.
3. Untuk dapat melakukan evaluasi sejauhmana simpangan pemanfaatan ruang
terhadap rencana yang ditetapkan, perlu diperhatikan kriteria bahwa p emanfaatan
ruang kota din yatakan sesuai atau tidak terjadi simpangan apabila terpenuhi :
a. RTRW Kota Medan telah ditetapkan sebagai peraturan daerah dan terdiseminasi
ke instansi pemerintah daerah dan masyarakat luas;
b. RTRW Kota Medan benar-benar dijadikan acuan pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang memanfaatkan ruan g sehingga RTRW Kota Medan
merupakan dukumen resmi dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Daerah seperti
halnya dokumen rencana tata ruang dan rencana pembangunan daerah lainnya
(RPJP maupun RPJM Daerah);
c. Struktur dan pola pemanfatan ruang yang diwujudkan benar -benar sesuai dengan
arahan dalam RTRW Kota Medan;
22
d. RTRW Kota Medan menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruan g rinci
kawasan di bawahnya (RDTR dan RTR Kawasan);
e. RTRW Kota Medan tidak menimbulkan konflik kepentingan antar sektor atau
tumpang tindih alokasi kegiatan antar sektor;
Bagian Kedua
Pelaporan
Pasal 62
1. Pelaporan adalah berupa kegiatan memberi informasi secara objektif
mengenaipemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesu ai dengan rencana
tataruang.
2. Pelaporan didasarkan pada hasil pemantauan terhadap perubahan kualitas tata ruang dan
lingkungan.
3. Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh dinas teknis seperti Bappeda, Dinas Tata Kota dan
Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan dengan k elembagaan yang ada di
lingkungan Pemerintah Kota Medan.
4. Sistem pelaporan pemanfaatan ruang dilaksanakan berupa pemberian laporan secara
periodik dan berjenjang. Laporan secara periodik, yaitu penyampaian informasi pemanfaatan
ruang secara rutin dalam jangka waktu tertentu. Laporan berjenjang, yaitu penyampaian
laporan pemanfaatan ruang yang dilaksanakan secara bertahap,dimulai dari tingkat
pemerintahan terkecil menyampaikan laporan ke tingkat diatasnya.
5. Penyampaian laporan pemanfaatan ruang dimulai dari tingkat desa, secara rutin
setiap tiga bulan sekali kepala desa menyampaikan laporan kepada camat. Camat
selanjutnya meneruskan laporan ini ke Walikota Medan melalui Kantor Bappeda atau
Dinas Tata Kota dan Tata Ban gun an dan Walikota akan membentuk Tim Tata Ruang
untuk menindaklanjuti laporan.
6. Materi laporan adalah ruang lingkup laporan yang perlu diinformasikan. Materi laporan
sekurang-kurangnya berisi mengenai :
a. Perkembangan perubahan fungsi dan perubahan peruntukan;
b. Perkembangan pembangunan fisik dan ijin mendirikan bangunan;
c. Perkembangan perubahan hak atas tanah;
d. Masalah-masalah yang perlu segera diatasi;
e. Masalah-masalah yang akan muncul dan perlu diantisipasi;
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Pertama
Pelaksanaan Kewajiban Masyarakat
Pasal 63
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kota Medan, setiap oran g wajib :
1. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
2. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruan g dari pejabat yang
berwenang;
23
3. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
4. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan p erundangundan gan
din yatakan sebagai milik umum.
Pasal 64
Setiap orang yang melanggar ketentuan, dikenai sanksi administratif.
Pasal 65
Sanksi administratif dapat berupa:
1. peringatan tertulis;
2. penghentian sementara kegiatan;
3. penghentian sementara pelayanan umum;
4. penutupan lokasi;
5. pencabutan izin;
6. pembatalan izin;
7. pembongkaran bangunan;
8. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
9. denda administratif.
Pasal 66
Pelaksanaan kewajiban masyarak at dalam penataan ruan g, dilaksan akan denganmematuhi
dan menerapkan kriteria, kaidah, dan baku mutu sesuai dengan nilaikebenaran ilmiah serta
turan-aturan penataan ruang yang ditetap kan dengan peraturanperundang-undangan.
1. mengetahui rencana tata ruang;
2. menikmati pertambahan nilai ruang
3. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
4. mengetahui secara terbuka peren canaan penataan ruang wilayah provinsi, ruang wilayah
kabupaten/kota dan rencana detail lainnya;
5. menikmati manfaat ruang atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari pembangunan
dan penataan ruang;
6. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan perencanaan ruang.
Pasal 67
1. untuk mengetahui perencanaan penataan ruang, masyarakat dapat melihat dan empelajari
dokumen penataan ruang, dan men getahui dari pengumuman ataupenyebarluasan atau
informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
2. pengumuman atau penyebarluasan informasi tata ruan g seb agaimana dimaksud padaayat
(1), dapat diketahui masyarakat di kantor-kan tor yang secara fungsional menangani kegiatan
penataan ruang atau melalui media massa dan internet (Web Site).
Pasal 68
Masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam
yangterkandung di dalamnya yang dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan,
ataupemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
ataupunatas hukum adat atau kaidah yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.
Pasal 69
1. hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan statussemula
yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan Penataan Ruangdiselenggaraan
dengan cara musyawarah antara pihak-pihak yang berkepentingan.
2. dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengen ai penggantian yang layak
sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), maka penyelesaiannya dilakukan dengan
peraturanperundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat
Pasal 70
Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta masyarakat dapat dilakukan, antara lain
melalui:
1. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
2. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
3. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 71
1. tata cara peran serta masyarak at dalam pemanfaatan ruang di daerah, dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan denganmemperhatikan tata
nilai, paradigma, dan adat istiadat setempat.
2. pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dikoordinasikan oleh Walikota.
Pasal 72
Dalam pengendalian pemanfaatan ruan g, p eran serta masyarakat dapat berbentuk :
1. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan, termasuk pemberian
informasi atau laporan pelaksanaan p emanfaatan ruang dimaksud;
2. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan
ruang.
Pasal 73
Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruan g, dapat disampaikan
secara lisan atau tertulis kepada Kepala Daerah d an pejabat yang berwenang.
Pasal 74
Apabila terjadi konflik tata ruang antara pihak-pihak yang berkepentin gan (stakeholder)maka
penyelesaiannya diupayakan melalui musyawarah muf akat berdasarkan
eraturanperundang-undangan yang berlaku dan apabila tidak tercapai kesepakatan antara
pihak yang berkepentingan, maka penyelesaiannya dilak ukan melalui Pengadilan Negeri
setempat.
BAB X
PENYIDIKAN
Bagian Pertama
Penyelidikan
Pasal 75
1. Penyelidikan atas tindak pidana terhadap p elanggaran pemanfaatan ru ang dilakukan oleh
penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Medan yang pengangkatannya
sesuai dengan peraturan perund angan yang berlaku.
2. Dalam melaksanakan tugas penyidikan,PenyidikPegawai Negeri Sipil sebagaimanatersebut
pada ayat 1 pasal ini berwenang :
a. Menerima laporan akan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melukan pemeriksaan.
c. Men yuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat.
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.
f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara.
h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak
terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum tersangka atau
keluarganya.
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertan ggun g jawabkan.
3. Penyidik Pengawai Negeri Sipil membuat berita acar a setiap tindakan tentang :
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Pemasukan rumah;
c. Penyitaan benda;
d. Pemeriksaan surat;
e. Pemeriksaan saksi;
f. Pemeriksaan ditempat kejadian; dan mengirimkannya kepada Pejab at Penyidik
Polisi Negara Republik Indonesia
Bagian Kedua
Ketentuan Pidana
Pasal 76
1. Setiap orang yang memanfaatkan ruan g tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
dari pejabat yang berwenang dipidana dengan pidana penjara palin g lama 3 (tiga)tahun dan
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
3. Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau
kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara p aling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling ban yak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
4. Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidanadengan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
BAB XI
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH
Pasal 77
1. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpan gan dalam pelaksanaan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Medan ak an dilakukan peninjuaan kembali (evaluasi) secara
berkala setiap lima tahun sekali.
2. Apabila diadakan revisi setelah peninjauan (evaluasi) sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal
ini maka revisi tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundangan
yang berlaku
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 78
1. Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan
dengan penataan ruang yan g telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan
belum diganti berdasarkan peraturan daerah ini.
2. Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka semua rencana terkait pemanfaatan ruang dan
sektoral yang berkaitan dengan pen ataan ruang Daerah tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan RTRW Kota Medan.
Pasal 79
Pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 80
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Medan Nomor ....
Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 1995-2005,
din yatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 81
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pen gundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lemb aran Daerah Kota Medan.
Ditetapkan di Medan
Pada tanggal............2008
WALIKOTA MEDAN
Afifuddin Lubis
Diundang di Medan
Pada tanggal ....................2009
SEKRETARIS DAERAH KOTA MEDAN
……………………………………
LEMBARAN DAERAH KOTA MEDAN TAHUN 2009
NOMOR……………