100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

62
UU PERENCANAAN KOTA DI INDONESIA STUDI KASUS : KOTA MEDAN, SUMATRA UTARA Oleh : Nama: Benfri Yudika Matondang NIM : 100406085 Email : [email protected] DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Transcript of 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Page 1: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

UU PERENCANAAN KOTA DI INDONESIA

STUDI KASUS : KOTA MEDAN, SUMATRA UTARA

Oleh :

Nama: Benfri Yudika Matondang

NIM : 100406085

Email : [email protected]

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Page 2: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

PERATURAN PELAKSANAAN

UNDANG-UNDANG PERENCANAAN KOTA

(Peraturan Kementerian Pembangunan No.49 Tanggal 25 Agustus 1969)

Revisi Akhir: Peraturan Kementerian Pertanahan, Prasarana

dan Transportasi No.63 Tanggal 23 April 2003

BAB I. KETENTUAN-KETENTUAN UMUM (Pasal 1 – Pasal 16)

BAB II. PERENCANAAN KOTA

Bagian 1. Substansi Perencanaan Kota (Pasal 7 – Pasal 9)

Bagian 2. Keputusan, dsb mengenai Rencana Kota (Pasal 10 – Pasal 14)

BAB III. BATASAN-BATASAN, DSB DALAM PERENCANAAN KOTA

Bagian 1. Peraturan-Peraturan Pembangunan dsb. (Pasal 15 – Pasal 38)

Bagian 1 -2. Peraturan-Peraturan mengenai Bangunan, dsb. pada Area yang

Ditetapkan, dsb (Pasal 38-2 – Pasal 38-5)

Bagian 2. Peraturan-Peraturan mengenai Bangunan, dsb pada Area Sarana Perencanaan

Kota, dsb (Pasal 39 – Pasal 43-6)

Bagian 3. Peraturan-Peraturan mengenai Bangunan, dsb pada Area Rencana Kawasan

(Pasal 43-7 – Pasal 43-11)

Bagian 4. Upaya Tata Guna Lahan, dsb pada Area Peningkatan Tata Guna Lahan Tak

Terpakai (Pasal 43-12 dan Pasal 43-13)

BAB IV. PROYEK-PROYEK PERENCANAAN KOTA (Pasal 44 – Pasal 57)

BAB V. KETENTUAN-KETENTUAN LAINNYA (Pasal 58 – Pasal 60)

KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

(Hal-hal yang Patut Diperhitungkan pada Saat Merancang Area Perencanaan Kota)

Pasal 1 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementerian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi sesuai Pasal 5 Ayat 1.

Pasal 2 Proposal konsultasi sesuai Pasal 5Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota harus

dibuat dengan sesuai dengan hal-hal berikut:

(1) Nama area perencanaan kota;

(2) Luas lahan yang tercakup dalam perencanaan kota;

(3) Alasan perancangan, revisi atau abolisi.

Gambar dan dokumen berikut harus dilampirkan pada pertimbangan tertulis diatas:

(1) Gambar-gambar yang menunjukkan lokasi area perencanaan kota dan yang

menunjukkan luas lahan yang tercakup dalam perencan aan kota;

(2) Gambar-gambar yang menunjukkan area taman nasional,kawasan peningkatan

pertanian, kawasan pengembangan perdesaan dan area-area lainnya yang ditetapkan oleh

Page 3: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi;

(3) Gambar-gambar dan dokumen yang menunjukkan kondisi dan tren penduduk saat ini, tata

guna lahan dan volume transportasi pada area perencanaan kota, situasi jalan-jalan

utama dan rel kereta api saat ini, hal-hal yang yang menunjukkan karakteristik kota ter kait

dan hubungannya dengan kota-kota sekitar;

(4) Dalam hal dimana terdapat hutan, area pinggiran air atau area-area sejenis

lingkungan alam yang membentuk lingkungan alam yang n yaman, ditunjukkan

dengan gambar-gambar dan dokumen yang memaparkan kondisi lahan tersebut saat ini;

(5) Dalam hal dimana terdapat suatu hal yang ditunjukkan pada Pasal 2 Tata Pelaksanaan

Undang-Undang Perencanaan Kota dan hal tersebut bermaksud mendapatkan persetujuan

perancangan sebagai suatu area perencanaan kota, ditunjukkan dengan dokumen-dokumen

yang memaparkan fakta ini;

(6) Dalam hal dimana terdapat hal yang bermaksud mendapatkan persetujuan untuk

perancangan area perencanaan kota menurut Pasal 5 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan

Kota, ditunjukkan dengan gambar yang memaparkan fakta ini;

(7) Dokumen-dokumen yang melaporkan pendapat-pendapat dari dewan pertimbangan

perencanaan kota di tingkat kota madya dan propinsi terkait.

Pasal 3 Pengumuman kepada publik sebagaiman a yang diatur dalam Pasal 5 Ayat 5

(1) Dalam hal perancangan area perencanaan kota, nama area perencanaan kota dan area lahan

yang tercakup dalam area perencanaan kota;

(2) Dalam hal perbaikan area perencanaan kota, nama area perencanaan kota yang

dipengaruhi oleh perbaikan dan area lahan yang dipengaruhi oleh perbaikan; dan

(3) Dalam hal abolisi area perencanaan kota, nama area perencanaan kota yang dipengaruhi

oleh abolisi dimaksud.

Pasal 3-2 Pengumuman yang ditetapkan dalam Pasal 5-2 Ayat 3

(1) Dalam hal perancangan area semi perencanaa kota, nama area semi perencanaan kota dan

area lahan yang tercakup dalam area semi perencanaan kota;

(2) Dalam hal perbaikan area semi perencanaan kota, nama area semi perencanaan kota yang

dipengaruhi oleh perbaikan dan area lahan yang dipengaruhi oleh perbaikan;

(3) Dalam hal abolisi area semi perencanaan kota, nama area semi perencanaan kota yang

dipengaruhi oleh abolisi dimaksud.

Pasal 4 Survei dasar yang berk aitan den gan rencana kota sebagaimana yang ditetapkan

dalam Pasal 6 Ayat 1 Pasal 5 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementerian

Pertanahan, Prasarana dan Transportasi sesuai Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang

Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:

1. Distribusi harga tanah;

2. Jumlah pembentukan bidang usaha, jumlah pegawai, nilai pabrik

pengiriman, dan nilai jual komersial;

3. Skala orang yang bekerja sesuai dengan klarifikasi pekerjaan;

4. Jumlah rumah dan rumah tangga, skala rumah dan kondisi-kondisi rumah lainnya;

5. Tujuan penggunaan, struktur, luas bangunan dan luas total bangun an;

Page 4: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

6. Lokasi, kondisi penggunaan dan keadaan perkembangan sarana perkotaan;

7. Lokasi, kawasan, area dan kondisi penggunaan lahan milik negara dan lahan umum;

8. Keadaan lingkungan alam;

9. Kondisi perkembangan lahan hunian dan keadaan arsitektur yan g dinamis;

10. Kondisi pencemaran dan terjadinya bencana;

11. Kondisi pelaksanaan proyek-proyek perencanaan kota;

12. Lokasi dan kondisi penggunaan sarana rekreasi; dan

13. Hal-hal yang dipandang perlu dalam hal perencanaan kota menurut

karakteristik setempat.

Pasal 6 Berkaitan dengan pengumuman sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 6 Ayat 2

Undang-Undang Perencanaan Kota

Pasal 6-2 Survei dasar mengenai rencana kota sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 6

Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota

(1) Jumlah rumah dan rumah tangga, skala rumah dan kondisi-kondisi rumah lainnya;

(2) Tujuan penggunaan, struktur, luas bangunan dan luas total bangun an;

(3) Lingkungan alam lahan;

(4) Kondisi perkembangan lahan hunian dan keadaan arsitektur yan g dinamis;

(5) Kondisi terjadinya pencemaran; dan

(6) Hal-hal yang dipdanang perlu dalam hal peren canaan kota menurut karakteristik

setempat.

BAB II. PERENCANAAN KOTA

Bagian 1. Substansi Perencanaan Kota

Pasal 7 Rincian tipe dan struktur yang ditetapkan dalam Peraturan Kementerian

Pertanahan, Prasarana dan Transportasi Pasal 6 Ayat 2 Tata Pelaksanaan

Perencanaan Kota harus ditunjukkan dalam hal-hal berikut:

(1) Jenis jalan: jalan kendaraan bermotor, jalan arteri, jalan kawasan atau jalan khusus;

(2) Struktur jalan: jumlah lajur (kecuali jalan khusus dan jalan lainnya tanpa lajur ),

lebar, perbedaan antara jenis timbul, jenis bawah tanah, jenis tanah galian atau jenis

permukaan dan perbedaan antara perlintasan penyebrangan bertingkat/ ban yak

tingkat yang terkait dengan persimpangan dengan rel kereta api, jalan k endaraan

bermotor atau jalan arteri di bagian permukaan;

(3) Struktur ruang parkir: tingkat di atas tanah dan dibawah tanah;

(4) Tipe terminal kendaraan bermotor: terminal truk atau terminal bus;

(5) Tipe taman: taman blok, taman setempat, taman kawasan, taman umum, taman olahraga,

taman dengan area yang luas atau taman khusus;

(6) Struktur jalan cepat perkotaan: perbedaan antara tipe timbul, tipe bawah tanah, tipe tanah

tergali, atau tipe permukaan dan perb edaan perlintasan penyebrangan bertin gkat/ banyak

tingkat yang terkait dengan persimpangan dengan rel kereta api, jalan kendaraan bermotor

atau jalan arteri di bagian permukaan; dan

(7) Struktur sarana perkotaan yang ditunjukkan pada Pasal 11 Ayat 1 Butir 4 Undang-Undang

Perencanaan Kota: Perbedaan antara struktur galian dan/ atau timbunan dan perbedaan

Page 5: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

antara bagian tunggal atau bagian yang banyak.

Pasal 8 Area tanah yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasaran a

dan Transportasi sesuai dengan tanah yang dikotakan dalam Pasal 8 Butir 1 Tata Pelaksanaan

Undang-Undang Perencanaan Kota

(1) Area tanah dimana terdapat kepadatan penduduk kurang lebih 40 orang/ Ha (dihitung

kasar berdasarkan luas area tidak lebih dari 50 Ha), dan dimana populasi di area yang

dimaksud adalah 3.000 atau lebih; dan

(2) Area tanah yang berbatasan dengan area di atas, dimana laporan luas total area tanah

untuk gedung dan bangunan similar untuk sepertiga dari total area (dihitung kasar berdasarkan

luas area tidak lebih dari 50 Ha).

Pasal 8-2 Area tanah yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertan ahan, Prasarana

dan Transportasi menurut Pasal 8 Ayat 2 Butir 2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang

Perencanaan Kota

(1) Area hutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Pelestarian

Lingkungan Alam (Undang-Undang No.85 Tahun 1972), dan daerah khusus seperti yang

ditetapkan dalam Pasal 25 Ayat 1 Undang-Undang yang sama;

(2) Area hutan yang ditetapkan sebagai hutan konservasi dinyatakan sesuai dengan ketetapan

Pasal 30 atau Pasal 30-2 Undang-Undang Kehutanan (Undan g-Undan g No.249 Tahun

1951); sarana keamanan di daerah tujuan menu rut ketetapan Pasal 41 Undang-Undang

yang sama, atau daerah yang ditetapkan sebagai sarana keamanan d aerah dinyatakan

menurut ketetapan Pasal 30 yang diberlakukan sama pada Pasal 44 Undang-Undang yang

sama;

(3) Area hutan dimana direncan akan sebagai tujuan hutan konservasi dalam rencana

pengembangan konservasi hutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Butir 1 Peraturan

Sementara Undang-Undang Pengembangan Konservasi Hutan (Undang-Undang No.84

Tahun 1954).

Pasal 9 Gambaran umum yang ditetapkan dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang

Perencanaan Kota merupakan peta topografi yang menunjukkan fakta-fakta di

bawah ini tentang rencana kota seperti yang ditentukan dalam hal-hal berikut dalam

skala 1:25.000 atau lebih.

Dalam hal ini, rencana kota yang digambarkan dalam Pasal 15 berkaitan dengan

pembagian area peningkatan dan area pen gendalian fungsi perkotaan seperti yang

dijelaskan dalam Bagian 5 Ayat yan g sama akan ditunjukkan dengan gambar

tunggal; dan rencana kota yang berkaitan dengan sarana perkotaan sesuai yang

dijelaskan dalam Bagian 5 Ayat yang sama, dan rencana kota yan g dijelaskan

dalam Bagian 6 dan 7 Ayat yang sama akan ditunjukkan lebih jauh lagi dalam gambar

tunggal:

(1) Rencana kota yang berkaitan dengan pembagian area peningkatan dan pengendalian

fungsi perkotaan: area umum;

(2) Rencana kota yang berkaitan dengan pembagian zona: lokasi umum dalam hal luas area

Page 6: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

kurang dari 10 Ha, dan area umum dalam hal luas area 10 Ha atau lebih;

(3) Rencana kota yang berkaitan dengan area peningkatan: area umum;

(4) Rencana kota yang berkaitan dengan sarana perkotaan: lokasi umum dalam hal sarana

usaha perumahan, administrasi pemerintahan dan sarana umum perkantoran, atau distribusi

fisik lahan dengan luas area 10 Ha atau lebih, dan lokasi umum dalam hal sarana perkotaan

lainnya;

(5) Rencana kota yang berkaitan dengan p royek pengembangan perkotaan: area pelaksanaan

umum;

(6) Rencana kota yang berkaitan dengan area yang ditetapkan dalam proyek pengembangan

perkotaan, dsb: area umum;

(7) Rencana kota yang berkaitan dengan perencanaan daerah, perencanaan daerah

peningkatan blok-blok pengendalian bencana, p erencanaan daerah peningkatan tepi jalan,

dan perencanaan daerah pedesaan dan dusun kecil: area umum.

Gambar proyek yang dijelaskan dalam Pasal 14 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan

Kota merupakan gambar tampak datar (dalam hal dimana gambar tiga dimensi

untuk pengembangan sarana perkotaan telah dibuat dalam rencana kota berdasarkan pada

ketetapan Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota, potongan yang diperlukan

dalam gambar tampak datar, gambar profil dan gambar potongan) dalam skala

1:2.500 atau lebih. Rencana proyek tertulis yang dijelaskan dalam Pasal 14 Ayat 1

Undang-Undang Perencan aan Kota akan menetapkan hal-hal perencanaan kota

menurut ketetapan dalam Undang-Undang Perencanaan Kota dan Tata Pelaksanaan

Undang-Undang Perencanaan Kota dan segala alasan yang patut dipertimbakan untuk

membuat rencan kota.

Bagian 2. Keputusan, dsb dalam Rencana Kota (Pasal 10 – Pasal 14)

Pasal 10 Pengumuman-pengumuman menurut ketetapan Pasal 17 Ayat 1 Undang-Undang

Perencanaan Kota

(1) Tipe rencana kota;

(2) Area tanah dimana renana kota akan dibangun; dan

(3) Tempat dikeluarkannya p engumuman publik tentang konsep rencana kota.

Pasal 11 Proposal-proposal konsultasi menurut Pasal 18 Ayat 3 (termasuk hal-hal yang

diberlakukan sama pada Pasal 21 Ayat 2) Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat

dengan mempresentasikan pertimbangan-pertimbangan tertulis dan konsep rencana kota

yang terkait.

Dokumen yang menguraikan sejarah pembuatan rencana kota harus dilampirkan dalam

pertimbangan-pertimbangan tertulis di atas.

(Area yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi

pada Tabel Ditunjukkan pada Pasal 14-2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan

Kota).

Page 7: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Pasal 11-2 Area yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasaran a dan

Transportasi yang ditunjukkan dalam kolom-kolom di bawah kepala Tabel rencana kota

(tidak termasuk daerah pengendalian fungsi perkotaan yang dipilih), rencana

daerah pengembangan blok-blok pengendalian bencana, dan rencana daerah tepi jalan

dalam Tabel yang ditunjukkan dalam Pasal 14-2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang

Perencanaan Kota merupakan area-area pelaksanaan berikut ini:

(1) Area sarana perencanaan kota (terbatas pada sarana perkotaan yang ditetapkan dalam

Pasal 9 Ayat 2 Butir 2 sampai 5, Ayat 7 (tidak termasuk bagian pipa-pipa drainasi,

gorong-gorong drainasi, dan sarana drainasi lain) dan Butir 9 sampai 12);

(2) Area pelaksanaan proyek pengemban gan perkotaan (terbatas pada rencana kota

terkait yang menyinggung tentang proyek pengembangan fungsi perkotaan dibuat

oleh Gubernur Propinsi);

(3) Area-area pada area yang ditentuk an untuk proyek p engembangan perkotaan, dsb.

Pasal 12 Gubernur Propinsi dan Kepala Kotamadya, dalam hal dimana mereka mengeluarkan

keputusan atau revisi ren cana kota, atau dimana mereka men erima pengiriman gambar dan

dokumen sesuai dengan Pasal 20 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk

hal-hal yang diberlakukan sama pada Pasal 21 Ayat 2 Undang-Undang yang sama),akan

segera menempatkan gambar dan dokumen yang ditetapkan dalam Pasal 14 Ayat 1

Undang-Undang Perencanaan Kota pada Pertunjukan Publik, memberitahukan tempat

Pertunjukan Publik, dan menggunakan cara-cara lain untuk melakukan Pemberitahuan kepada

Publik.

Pasal 13 Masalah-masalah yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,

Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 15 Butir 2 Tata Pelaksanaan Undang-Undang

Perencanaan Kota akan menjadi hal-hal penting yang ditunjukkan seperti berikut

ini untuk setiap rencana kota:

(1) Rencana kota yang menyinggung masalah pembagian ar ea peningkatan dan pen gendalian

fungsi perkotaan: perubahan area yang terjadi bersamaan dengan perubahan lokasi jalan

kereta api dan fasilitas lain, sungai, lembah dan masalah topografi lainnya, atau struktur

(tidak termasuk perubahan lokasi tepi danau dan pantai yang disebabkan oleh

reklamasi bangunan air) yang membentuk batasan tanah ntuk pembagian area

peningkatan dan pengendalian fungsi perkotaan, dimana total area tanah yang dipengaru hi

oleh perubahan-perubahan di atas kurang dari 4 Ha;

(2) Rencana kota yang menyinggung pembagian zona (di luar daerah yang dibahas

dalam Pasal 8 Ayat 1 Butir 10, 11 dan 12 Undang-Undang Peren canaan Kota, tidak termasuk

daerah konservasi zona hijau khusus pinggiran kota sesuai dengan Pasal 4 Ayat

2 Butir 3 Undang-Undang yang berkaitan dengan Konservasi Zona Hijau di Pinggiran

Kota dalam Wilayah Ibu Kota Nasional (Undang-Undang No.101 Tahun 1966) dan

Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang yang berkaitan dengan Konservasi Area

Pemeliharaan di Wilayah Kinki (Undang-Undang No.103 Tahun 1967);

Page 8: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

a. Perubahan lokasi, area tanah dan ukuran yang sepadan den gan perubahan lokasi jalan,

jalan kereta api, terminal kendaraan, bandara, taman, area hijau, makam, sistem

pembuangan limbah, sungai dan saluran air yang membatasi area lain,

perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perubahan area yang dibahas dalam

Butir 3 sampai 9 seperti yang telah disebutkan di atas, atau perubahan lokasi lembah,

masalah topografi lainnya, atau struktur (tidak termasuk perubah an lokasi tepi danau

dan pantai yang disebabkan oleh reklamasi bangunan air);

b. Perubahan lokasi, area tanah dan ukur an seperti yang dib ahas dalam Pasal 8 Ayat 1

Butir 1 Undang-Undang Perencan aan Kota, dimana dikenal sebagai area tanah terlarang

dari area peningkatan fungsi perkotaan sesuai dengan p erubahan dalam pembagian area

peningkatan dan pengendalian fungsi perkotaan, diabaikan dari segala p etimbangan.

(3) Perubahan-perubahan lokasi dan area dalam rencana kota tentang jalan di atas:

Bagaimanapun juga, berkaitan dengan masalah-masalah yang dibah as dalam Butir a. dan

b., area-area yang termasuk dalam hal dimana merupakan area antar-bagian bertingkat

banyak dengan lalu lintas alun-alun, jalan atau jalan kereta api dalam bagian yang direvisi

akan diabaikan.

a. Perubahan lokasi atau area yang sepadan dengan perubahan alinyemen, dimana deviasi

garis tengah kurang dari 100 m dan bagian yang terkena d ampak perubahan tersebut

kurang dari 1,000 m panjang (kecuali apabila menyeb abkan perubahan dari titik awal

sampai dengan akhir, tidak termasuk kasus dimana jalan memotong empat kali atau

lebih pada titik awal atau akhir sebelum revisi, dan jarak perpindahan titik awal atau

akhir adalah 100 m atau lebih);

b. Perubahan lokasi atau area yang sepandan dengan pelebaran, dimana bagian yang

terkena dampak perubahan tersebut kurang dari 1.000 m panjang;

c. Perubahan-perubahan lain di lokasi atau area jalan yang sepadan den gan

perubahan-perubahan tersebut pada titik awal dan akhir jalan mewakili perubahan yang

ditentukan dalam Butir a. atau b. di atas (tidak termasuk kasus dimana terdapat jarak

perpindahan dari titik awal sampai dengan akhir adalah 100 m atau lebih)

d. Perubahan-perubahan di lokasi atau area yang sepadan d engan perubahan bentuk

kemiringan atau struktur pendukung jalan yang lainnya.

(4) Rencana kota yang menyinggung tentang sistem transportasi kereta api perpindahan cepat

di perkotaan.

a. Perubahan-perubahan di lokasi atau area yang sepadan dengan perubahan alin yemen

yang tidak memerlukan perubahan pada titik awal atau akhir, dimana deviasi garis

tengah kurang dari 100 m dan bagian yang terkena dampak oleh perubah an kurang dari

1.000 m panjang (tidak termasuk kasus dimana pos atau stasiun dimasukkan dalam

bagian terkait);

b. Perubahan-perubahan di lokasi atau area yang sepadan d engan pelebar an area yang

tidak mengandung pos atau stasiun, dimana bagian yang terkena dampak oleh

perubahan kurang dari 500 m panjang;

Page 9: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

c. Perubahan-perubahan di lokasi atau area tanah pos atau stasiun, dimana jaraknya

dipindahkan oleh batas area, kur ang dari 20 m.

(5) Rencana kota yang menyinggung tentang terminal kendaraan: perub ahan-perubahan di

lokasi, area atau ukuran tanah, dimana total area yang terkena dampak perub ahan kurang

dari 2.500 m2 dan lain daripada itu adalah ku rang dari 20% dari area sebelum perubahan;

(6) Rencana kota yang menyinggung masalah bandar udar a: perub ahan-perubahan di lokasi,

area dan ukuran tanah, dimana total area yan g terkena dampak perubah an adalah kurang

dari 4.500 m2 dan lain daripada itu adalah ku rang dari 20% dari area sebelum perubahan;

(7) Rencana kora yang menyinggung masalah taman, area hijau dan kuburan/ makam:

perubahan-perubahan lokasi berikut, area dan ukuran tanah. Bagaimanapun juga, dalam hal

rencana kota yang menyinggung tentan g taman dan area hijau, misalnya dimana area

terkait terpotong oleh jalan kereta api, jalan atau sungai adalah tidak termasuk:

a. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah yang tidak memerlukan perubahan ukuran

area;

b. Perluasan ukuran area dan perubahan lokasi dan area yan g sep adan, dimana total area

yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 20% dari area sebelum perubahan;

dan

c. Perubahan-perubahan lokasi, area atau ukur an tanah yang diimplementasikan dalam

peraturan memperbaiki batas area, dimana total area yang terkena d ampak adalah

kurang dari 2.500 m2 dan selain daripad a itu adalah kurang dari 20% dari area sebelum

perubahan.

(8) Rencana kota yang menyinggung tentang sistem pembuangan limbah:

a. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah pada saluran pembuangan di area jalan; dan

b. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah untuk sarana pen golahan limbah dan

pompa, dimana total area yang terkena dampak perubahan adalah kurang dari 2.500 m2

dan selain itu kurang dari 20% dari area sebelum perubahan.

(9) Rencana kota yang menyinggung masalah sungai:

a. Perubahan-perubahan lokasi dan area tan ah yang sepadan dengan perubahan alin yemen

yang tidak memerlukan perubahan pada titik awal dan akhir, dimana jarak yang

dipindahkan oleh batas area adalah kurang dari 100 m dan bagian yang terk ena dampak

perubahan adalah kurang dari 1.000 m panjang; dan

b. Perubahan-perubahan lokasi atau area tanah yang sep adan dengan pelebaran area,

dimana bagian yang terkena dampak perubah an adalah kuran g d ari 500 m panjang;

(10) Rencana kota yang menyinggung tentan g sarana perumahan umum:

a. Perubahan-perubahan lokasi, area dan ukuran tanah, dimana total area yang terkena

dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang dari 10% dari area

sebelum perubahan;

Page 10: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

b. Perubahan-perubahan dalam jumlah unit perumahan yan g ditentukan berdasar pada

tingkat rendah, sedang, atau tinggi, dimana jumlah total unit perumahan yang terkena

dampak perubahan adalah kurang dari 200 unit; dan

c. Perubahan-perubahan dalam susunan kebijakan tentang sarana publik, sarana

keuntungan publik atau rumah, yang tidak memerlukan perubahan dalam hal sarana

publik atau sarana keuntungan publik.

(11) Rencana kota yang menyinggung tentan g ko mplek kantor pemerintahan:

a. Perubahan-perubahan lokasi, area dan ukuran tanah, dimana total area yang terkena

dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang dari 10% dari area

sebelum perubahan; dan

b. Perubahan-perubahan dalam susunan kebijakan tentang sarana publik, sarana

keuntungan publik atau rumah, yang tidak memerlukan perubahan dalam hal sarana

publik atau sarana keuntungan publik.

(12) Rencana kota tentang pembagian tanah milik untuk bangunan (secara fisik):

perubahan-perubahan lokasi atau area tanah, dimana total area yang terken a dampak

perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kuran g 10% dari ar ea sebelum perubahan.

(13) Rencana kota yang menyinggung masalah proyek pengembangan perkotaan:

perubahan-perubahan di area pelaksanaan dan ukuran area, diman a total ar ea yan g terkena

dampak perubahan adalah kurang dari 4 Ha dan selain itu kurang 10% dari area sebelum

perubahan.

Pasal 13-2 Hal-hal yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 15 Butir 3 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

merupakan hal-hal penting yang dinyatakan berikut ini untuk setiap rencana kota:

(1) Rencana kota yang menyinggung area yan g dibahas dalam Pasal 8 Ayat 1 Butir 1

Undang-Undang Perencanaan Kota: perubahan-perubahan yan g terjadi di lokasi, tanah dan

ukuran area dari area keseluruhan, dimana hal ini telah diakui bahwa tanah area tersebut

tidak termasuk dalam area peningkatan fungsi perkotaan bersamaan d engan perubahan

pada pembagian kedalam area peningkatan fungsi perkotaan dan pen gendalian fungsi

perkotaan, dihilangkan dari area sementara.

(2) Rencana kota yang menyinggung tentang sarana perumahan umum:

a. Perubahan-perubahan pada jumlah unit perumahan berdasar pada tingkat rendah,

sedang, atau tinggi, dimana jumlah total unit perumahan yang terkena dampak

perubahan adalah kurang dari 200 unit dan selain itu kurang dari 10% dari jumlah total

unit perumahan semula; dan

b. Perubahan-perubahan dalam susunan kebijakan tentang sarana publik, sarana

keuntungan publik atau rumah, yang tidak memerlukan perubahan dalam hal sarana

publik, sarana keuntungan publik atau rumah.

Pasal 13-3 Pihak-pihak yang bermaksud untuk mengusulkan rencana-rencana menurut

petunjuk dalam Pasal 21-2 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota harus mengisi nama

Page 11: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

dan alamat mereka (dalam hal gabungan atau grup, harus mengisi nama dan

alamat kantor utama) di proposal tertulis dan mengumpulkannya bersama dengan

dokumen-dokumen berikut ke propinsi atau kotamadya:

(1) Konsep pendahuluan rencana kota; dan

(2) Dokumen yang men yatakan bahwa ijin yang ditetapkan dalam Pasal 21-2 Ayat 3 Butir 2

Pasal 14 Formulir yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan , Prasarana dan

Transportasi Pasal 18 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

tercantum dalam Formulir Terlampir No.1.

BAB III. BATASAN-BATASAN, DSB DALAM PERENCANAAN KOTA

Bagian 1. Peraturan dalam Pengembangan, dsb (Pasal 15 – Pasal 38)

Pasal 15 Hal-hal yang ditentukan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 30 Ayat 1 Butir 5 Undang-Undang Perencanaan Kota

(1) Jadwal kerja yang ditentukan pada awal sampai dengan pen yelesaian pekerjaan;

(2) Perbedaan antara aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk membangun

sebagian besar perumahan sebagai tempat tinggal pribadi, aktivitas pengembangan

yang dimaksudkan untuk melaksanakan konstruksi atau pembangunan struktur khusus

diluar perumahan untuk tempat kerja pribadi, atau aktivitas pengembangan lainnya;

(3) Dalam halaktivitas pengembangan yang dilaksanakan dalam area pengendalian

fungsi perkotaan, Butir tersebut dalam Pasal 34 Undang-Undang Perencanaan Kota

yang sesuai dengan aktivitas pengembangan dalam pertanyaan dan alasan; dan

(4) Rencana pembiayaan

Pasal 16 Orang yang bermaksud memperoleh perijinan yang tercantum dalam Pasal 29

Ayat 1 atau 2 Undang-Undang Perencanaan Kota

1 Desain yang disebutkan dalam Pasal 30 Ayat 1 Butir 3 Undang-Undang Perencanaan

Kota harus dibuat sesuai dengan penjelasan desain tertulis dan gambar desain (hanya untuk

gambar desain aktivitas pengembangan yang dimaksudkan untuk membangun sebagian

besar perumahan sebagai tempat tinggal pribadi).

2 Penjelasan desain tertulis di atas harus menyatakan lebih spesifik tentang konsep desain,

kondisi tanah di area pengembangan sekarang (bagian area pengembangan dan area kerja

jika

pengembangan area dibagi menjadi bagian kerja; berlaku sama pada Ayat berikut

dan Pasal selanjutnya), rencana tata guna lahan, dan rencana pengembangan sarana

publik (termasuk hal yang berkaitan dengan pihak yang memenuhi syarat sebagai

manajer sarana publik dan hak hukum/ yurisdiksi tanah yang digunakan untuk sarana

publik); dan

3 Gambar desain yang disebutkan dalam Ayat 2 harus dipersiapkan menurut tabel berikut

ini. Bagaimanapun juga, dalam hal aktivitas pengembangan yang dimaksudkan

untuk membangun sebagian besar perumahan sebagai tempat tinggal pribadi, gambar

mpak datar tentang rencana akan ditiadakan.

Page 12: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Tipe Gambar Hal-hal yang Ditetapkan Pengurangan Skala Keterangan

Pasal28-2 Butir 1 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, dan bagian

galian permukaan tanah dan timbunan seperti yang tercantum dalam Bagian 2 Pasal

yang sama, di dalam atau di sekitar area pengembangan. 1: 2.500 atau lebih

(1) Garis kontur menunjukkan perbedaan ketinggian sebesar 2 m.

(2) Kondisi pepohonan atau kumpulan pohon dan permukaan tanah ditetapkan untuk aktivitas

pengembangan dalam skala 1 Ha atau lebih (atau skala terpisah yang ditetapkan

oleh Gubernur berdasarkan ketetatapan Pasal 23-3 Tata Pelaksanaan Undang-Undang

Perencanaan Kota).

Gambar Rencana Tata Guna Lahan Batas area pengembangan, lokasi dan

bentuk sarana publik, kondisi lapangan bangunan tetap, dsb, tujuan penggunaan

ban gunan tetap, dsb di lapangan, lokasi sar ana publik, lokasi pepohonan dan

kumpulan pohon, dan lokasi dan kondisi zona pen yangga. 1: 1.000 atau lebih

Gambar Tampak Datar Reklamasi Batas area pengembangan, lokasi tanah

galian atau bagian timbunan, lembah/ jurang (diluar kasus dimana permukaan tanah

membentuk sudut horisontal lebih dari 30 derajat dan terbentuk dari batu

keras (tidak termasuk batu yang terkikis); berlaku sama dalam sisa Ayat tersebut, Pasal

23, Pasal 27 Ayat 2, dan Pasal 34 Ayat 2) dan dinding penahan, dan lokasi dan kondisi, lebar

dan tinggi jalan. 1: 1.000 atau lebih. Dalam hal tanah perbaikan dan hak-hal

lain yang d iambil dari bagian tanah dimana galian atau timbunan dilakukan, bagian

tersebut ak an ditunjukkan.

Gambar Potongan Reklamasi Tanah Tanah datar sebelum dan setelah ada bagian

galian atau timbunan. 1: 1.000 atau lebih Menyiap kan bagian gelombang ekstrim

Gambar Tampak Datar Rencana

Fasilitas Drainasi

Batas wilayah drainasi, lokasi, tipe, material, kondisi, dimensi dalam, tinggi, ar ah aliran

air, posisi outlet dan nama tujuan keluarnya air pada fasilitas drainasi.

1: 500 atau lebih

Tampak Datar Rencana Sarana

Persediaan Air

Lokasi, kondisi, dimensi dalam, metode pengambilan air dan posisi pemadam

kebakaran pada sarana persediaan air. 1: 500 atau lebih Hal ini dapat ditampilkan

secara bersamaan dalam tampak datar rencana sarana drainasi.

Page 13: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Gambar Potongan Lembah/ Jurang

Tinggi lembah/ jurang, kecuraman dan tipe tanah (dimana terdapat 2 atau lebih tipe

tanah, nama tiap tipe dan ketebalan tiap lapisan ), tanah datar sebelum dan

setelah bagian galian atau timbunan, dan metode perlindungan dinding lembah/ jurang.

1: 500 atau lebih (1) Men yiapkan gambar potongan lembah/ jurang dimana

tingginya terbentuk dari galian tanah lebih dari 2 m, timbunan lebih dari 2 m,

dan terbentuk dari galian dan timbunan tanah lebih dari 2 m secara bersamaan. (2) Untuk

dinding lembah/ jurang yang dilindungi oleh dinding penahan, tidak perlu menampilkan

hal-hal yang berkaitan dengan tipe tanah.

Gambar Potongan Dinding Penahan

Dimensi dan tinggi dinding penahan, tipe dan dimensi material dinding penahan,

dimensi beton pengisi, lokasi lapisan tembus air, tipe tanah datar dan pondasi

sebelum dan setelah ada dinding penahan, dan lokasi, material dan dimensi tiang pan cang.

1: 500 atau lebih

Pasal 17 Gambar dan dokumen yang ditetapkan dalam Peraturan Depratemen

Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 30 Ayat 2 tentang

Undang-Undang Perencanaan Kota

(1) Peta lokasi area pengembangan;

(2) Peta area pengembangan;

(3) Dokumen yang menjelaskan bahw perijinan telah diperoleh dari orang banyak yang

ditetapkan dalam Pasal 3 Ayat 1 Butir 14 Undang-Undang Perencanaan Kota;

(4) Dokumen anjeng menjelaskan bahwa o rang yang mempersiapkan gambar desain

diharuskan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 19; dan

(5) Dokumen yang menjelaskan bahwa orang yang membuat pengumuman yang

ditetapkan dalam Pasal 34 Butir 9 Undang-Undang Perencanaan Kota, dalam hal

dimana seseorang tersebut bermaksud untuk memperoleh perijinan pengembangan,

memiliki hak lain disamping hak-hak kepemilikan tentang tata guna lahan untuk

tujuan konstruksi bangunan tempat tinggal pribadi atau perusahaan pribadi atau pun

bangunan struktur khusus kategori

1. Untuk tempat kerja pribadi, pada saat rencana kota yang menyinggung

pembagian terhadap area peningkatan fungsi perkotaan dan area pengendalian

fungsi perkotaan telah diputuskan atau di saat area pen gendalian fungsi

perkotaan telah diputuskan atau saat r encana kota direvisi untuk mengijinkan

adanya ekspansi dalam area pengendalian fungsi perkotaan.

2. Peta lokasi tentang area pengembangan ditetapkan dalam Butir 1 Ayat sebelumnya

merupaka peta topografi yang menunjukkan lokasi area pengembangan dalam

skala 1: 50.000 atau lebih.

3. Peta area dalam area pengembangan ditetapkan dalam Butir 2 Ayat sebelumnya harus

menunjukkan batas propinsi, batas kotamadya, kota atau isi aturan batas dalam area

kotamadya, batas area perencanaan kota, jumlah dan bentuk kavling tanah dalam hal

Page 14: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

area pengembangan yang perlu ditampilkan secara jelas dalam skala 1: 2.500 atau

lebih.

Pasal 18 Pekerjaan yeang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana

dan Transportasi menurut Pasal 31 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota

Pasal 19 Persayaratan yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Per tanahan,

Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 31 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota

adalah sebagai berikut:

(1) Dalam hal aktivitas pengemban gan dimana area pen gembangan mencakup 1

Ha dan kurang dari 20 Ha, pihak-pihak yang memenuhi persyaratan adalah berikut ini:

a. Telah menyelesaikan pendidikan dan lulus dar i pendidikan regular teknik

sipil, arsitektur, perencanaan kota atau perencanaan taman di universitas (tidak termasuk

pendidikan sarjana muda) berdasarkan pada Undang-Undang Pendidikan Sekolah

(Undang-Undang No.26 Tahun 1947) atau univeritas berdasark an Peraturan Lama

Universitas (Peraturan No.388 Tahun 1919), dan yang telah mendapatkan

minimal 2 tahun pengalaman praktek teknologi

pengembangan tanah permukiman;

b. Telah menyelesaikan pendidikan dan lulus dari 3 tahun pendidikan (tidak

termasuk yang diadakan di malam hari) dari pendidikan regular teknik sipil,

arsitektur, perencanaan kota atau peren canaan taman untuk pendidikan sarjana

muda berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Sekolah, dan yang telah mendapatkan

minimal 3 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman;

c. Tidak termasuk pihak-pihak yang sesuai dengan syarat-syar at di atas; telah

menyelesaikan dan lulus pendidikan regular teknik sipil, arsitektur, perencanaan kota

atau perencanaan taman untuk pendidikan sarjana muda atau sekolah teknik

berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Sekolah atau sekolah kejuruan berdasarkan

Peraturan Lama Sekolah Kejuruan (Pendidikan No.61 Tahun 1901), dan yang

telah mendapatkan minimal 4 tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan

tanah permukiman;

d. Telah menyelesaikan dan lulus pendidikan regular teknik sipil, arsitektur, perencanaan kota

atau perencan aan taman di SMA atau SMP berdasarkan Undang-Undang Pendidikan

Sekolah atau SMP berdasarkan Peraturan Lama Sekolah Menen gah Pertama (Per

aturan No.36 Tahun 1943), dan yang telah mendapatkan minimal 7 tahun

pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman;

e. Telah lulus dari jurusan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanahan, Prasar ana

dan Transportasi diluar Ujian Negara dibawah Undang-Undang Teknisi

(Undang-undang No.124 Tahun 1957), dan yang telah mendapatkan minimal 2

tahun pengalaman praktek teknologi pengembangan tanah permukiman;

f.Telah memiliki pendidikan bersertifikat pertama arsitektur Undang-Undang

Arsitek (Undang-undang No.202 Tahun 1950), dan yang telah mendapatkan

minimal 2 tahun pengalaman praktek teknologi pengmbangan tan ah permukiman;

g. elah mendapatkan p engalaman inimal 0 tahun engalaman praktek di bidang teknik

sipil, arsitektur, perencanaan kota atau perencanaan taman, termasuk 7 tahun pengalaman

Page 15: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

praktek teknologi pengembangan tanah permukiman, dan yang telah menyelesaikan

pendidikan yang ditunjukkan oleh Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi; dan

h. Telah diakui Menteri Pertanahan, Prasarana dan Transportasi dalam mendapatkan

pengalaman yang sama atau lebih tinggi dengan kualifikasi pada butir a. sampai dengan

g. di

atas.

Pihak Pelaksana Pendidikan Nama Alamat Kantor Pusat Pendidikan

Pasal 20 Lebar jalan yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana

dan Transportasi menurut Pasal 25 Butir 2 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang

Perencanaan Kota

Pasal 20-2 Jalan yang Ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasana dan

Transportasi Menurut Ketetapan Pasal 25 Butir 2 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Und ang

Perencanaan Kota merupakan jalan yang sesuai dengan kondisi sebagai berikut:

(1) Dimana bukan merupakan jalan yang b aru dibangun di dalam area

pengembngan, jalan yang berbatasan dengan area pengemban gan sementara; dan

(2) Lebar jalan adalah 4 m atau lebih. (Kriteria Pembangunan Taman, dsb.)

Pasal 21 Dalam hal aktivitas pengembangan dimana area pen gembangan adalah

5 Ha atau lebih, taman (atau taman, area hijau atau alun-alun dimana

bangunan tidak digunakan untuk rumah; hal yang sama diberlakukan pada sisa

Pasal tersebut) harus dibangun menurut ketetapan berikut ini di lokasi tersebut

untuk melindungi penggunaan lahan yan g efektif bagi pengguna tanah.

(1) Area taman minimal 300 m2 per taman, dan total area taman terhitung minimal 3%

dalam area pengembangan; dan (2) Dalam hal aktivitas pengembangan dimana area

pengembangan minimal 20 Ha, terdapat

paling tidak 1 aman seluas 1.000 m2 atau lebih, dan dalam hal aktivitas pengembangan

dimana area pengembangan adalah 0 Ha atau lebih, terdapat minimal 2 taman

seluas 1.000

m2 atau lebih.

(Area Kemiringan dan Bagian Pipa Drainasi)

Pasal 2 Area kemiringan dan bagian pipa drainasi harus dibuat untuk

memindahkan pola

curah hujan secara efektif yang dihitung menggunakan nilai intensitas curah hujan yang

lebih tinggi dari yang biasanya sekali dalam 5 tahun, dan model aliran pembuan gan kotoran

yang dihitung dari aliran air limbah dari buangan akitivitas domestik dan

industri serta dan aliran air tanah.

(Perlindungan Dinding Lembah/ Jurang)

Pasal 23 Tinggi dindin g lembah/ jurang yang terbentuk dari galian tanah

lebih dari 2 m,

Page 16: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

timbunan tanah lebih dari 2 m, dan yang terbentuk oleh keduanya secara

bersamaan harus dilindungi oleh dinding penahan. Meskipun begitu, hal ini

tidak dapat diberlakukan sama terhadap lembah/ juran g atau bagian lembah/

jurang yan g terbentuk dari galian dan atau seperti deskripsi di bawah ini.

(1) Lembah/ jurang dengan kualitas tanah sesuai dengan salah satu deskripsi yang diberikan

dalam Tabel berikut dan kemiringannya tidak lebih dari yang terdapat dalam kolom tengah

untuk jenis tanah.

Kualitas Tanah Batas atas dimana dinding penahan disyaratkan

Batas bawah dimana dinding penahan disyaratkan

Pasal 23-2 Skala yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 28-2 Butir 1 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang

Perencanaan Kota adalah 5 m tinggi dan luas area 300 m2.

(Lebar Zona Penyangga)

Pasal 23-3 Lebar yang ditetapka dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 28-3 tentang Tata Pelaksanaa Undang-Undang Perencanaan

Kota adalah 4 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 1.0 – 1.49Ha, adalah 5 m

dimana skala aktivitas pengemban gan adalah 1.5 – 4.9 Ha, 10 m dimana skala

aktivitas pengembangan adalah 5.0 – 14.9 Ha, 15 m dimana skala aktivitas pengembangan

adalah 15.0 – 24.9 Ha, dan 20 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 25.0 Ha atau

lebih.

(Informasi Teknik tentang Jalan)

Pasal 24 Diluar infromasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Tata Pelaksanaan

Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal tentang jalan adalah berikut:

(1) Jalan akan diperkeras dengan kerikil dan mempunyai struktur yang tidak

mengurangi keamanan dan kelancaran arus lalu lintas, dan akan dibentuk dengan

kemiringan melintang yang sesuai.

(2) Jalan akan dilengkapi dengan saluran air tepi, selokan dan sarana penting lain yang

dapat mengalirkan air hujan secara efektif, dsb.

(3) Kemiringan membujur jalan tidak lebih dari 9%. Meski begitu, perlu dipertimbangkan

untuk mengacu pad kondisi topografi, dsb atau kemiringan membujur akan mencapai

12% atau lebih pada bagian-bagian kecil.

(4) Jalan tidak diperbolehkan disusun dalam bentuk tingkatan. Meski begitu, hal

ini tidak dapat diberlakukan sama terhadap jalan yang digunakan hanya untuk

pejalan kaki pada saat dimungkinkan tidak ada halangan sebagai perlintasan yang aman.

(5) Jalan tidak diperbolehkan menjadi perlintasan tersamar. Meski begitu, hal ini

tidak dapat diberlakukan sama dalam kasus dimana perluasan atau perhubungan jalan

sementara engan jalan lain telah ditetapkan, kasus dimana pembentukan lapangan atau

evakuasi koridor disediakan, dan kasus lain dimana tidak ada halangan untuk proses evakuasi

atau perlintasan kendaraan.

(6) Jalan tanpa perkerasan trotoar untuk pejalan kaki harus berpotongan pada elevasi yang

Page 17: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

sama; atau alternatif lain, adalah menghubungkan titik-titik atau kurva pada jalan tanpa

perkerasan trotoar untuk pejalan kaki menjadi potongan sudut yang sesuai dengan

panjang jalan.

(7) Perkerasan trotoar ntuk pejalan kaki harus dipisahkan dari jalan perlintasan

dengan pembatas jalan, pagar atau struktur yang similar.

(Informasi Teknik tentang Taman)

Pasal 25 Diluar informasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 2 9

Undang-Undang Tata Pelaksanaan Perencanaan Kota, hal-hal berikut adalah yan g b erkaitan

dengan taman:

(1) Dalam hal luas area taman adalah 1.000 m2 atau lebih, minimal 2 pintu masuk dan keluar

disediakan.

(2) Dalam hal dimana taman berhubungan dengan jalan, dsb dan terdapat volume arus

lalu lintas kendaraan yang sangat padat, pagar atau dinding pemisah harus

dibangun dan ukuran keamanan lainnya harus digunak an demi keamanan pengguna jalan.

(3) Taman harus didesain sesuai dengan bentuk, ukuran yang memadai dan

kemiringan memfasilitasi lokasi taman, peralatan bermain dan sarana lainnya untuk

ditempatkan dengan efektif.

(4) Taman harus dilengkapi dengan sarana yang sesuai untuk mengalirkan air

hujan secara efektif, dsb.

(Informasi Teknik tentang Sarana Drainasi)

Pasal 26 Diluar informasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Tata

Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal berikut yang berkaitan

dengan sar ana drainasi adalah:

(1) Sarana drainasi harus merupakan struktur yang kuat dan tahan lama.

(2) Sarana drainasi harus dibuat dari beton, batu bata dan material tah an air

lainnya, dan tangga-tangga harus dipastikan dapat menahan k ebocoran seminimal mungkin.

(3) Sarana drain asi yang dimaksudkan untuk penggunaan publik harus dibangun

di tempat yang tidak menyebabkan gangguan pada jalan dan pemeliharaan sar ana drainasi.

(4) Diluar tujuan sarana drainasi untuk penggunaan umum, berkaitan dengan struktur

bagian pipa tertutup, diameter bagian dalam atau lebar dalam adalah 20 cm atau lebih.

(5) Diluar tujuan sarana drainasi untuk penggunaan umum, bagian-bagian struktur pipa

tertutup di bawah ini akan disesuaikan dengan saluran air atau selokan:

a. Bagian dimana saluran pembuangan yang dimaksudkan untuk publik dimulai;

b.Bagian dimana arah, kemiringan atau p ersilangan saluran pembuangan berubah

secara signifikan; meski begitu, hal tersebut tidak dapat diberlakukan sama pada

kasus dimana tidak ada gangguan pada pembersihan saluran pembuangan; dan

c.Bagian penting untuk pemeliharaan saluran pembuangan melebihi bagian dimana

panjang saluran tidak lebih dari 120 kali diameter dalam atau lebar.

(6) Berkaitan dengan saluran air atau selokan bagian bawah, dalam hal saluran

hanya digunakan untuk mengalirkan air hujan, kolam lumpur dengan kedalaman

15 cm atau lebih harus dibangun, dan dalam hal lain tentang saluran air atau

Page 18: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

selokan, berlawanan dengan ukuran lebar yang besar menurut diameter dalam

atau lebar saluran penghubung harus dibangun.

(Informasi Teknik tentang Dinding Penahan)

Pasal 27 Diluar informasi teknik yang ditetapkan dalam ketetapan Pasal 29 Tata

Pelaksanaan Undang-Undang Peren canaan Kota, hal-hal berikut yang berkaitan d

engan dinding penahan adalah:

(1) Struktur dinding penahan harus disesuaikan dengan kriteria-kriteria berdasarkan pada

hitungan dan uji coba struktur, dsb:

a. Dinding penahan tidak akan han cur karena daya tekan tanah, air dan ter (dalam hal ini

disebut tekanan tanah, dsb pada sisa Butir tersebut);

b. Dinding penahan tidak akan roboh karena tekanan tanah, dsb;

c. Pondasi dinding penahan tidak akan ambles karena tekan an tanah, dsb; dan

d. Dinding penahan tidak akan mengalami penurunan karen a tekanan tanah, dsb.

(2) Dinding penah an harus mempunyai lubang saluran air untuk menin gkatkan

drainasi di bagian belakang, dan lapisan tahan air dari kerikil, dsb yang dibuat

di bagian belakang dinding di sekitar lubang drainasi dan hal-hal penting lainnya.

Meskipun begitu, hal tersebut di atas tidak dapat diberlakukan sama pada dinding

batu kering dan struktur lain yang dapat secara efektif mengalirkan air lewat

belakang.

Pasal 27-3 Penguatan batasan-batasan yan g ditetapkan dalam in informasi teknik dalam Pasal

23-3 akan dilaksanakan diluar ukuran lebar minimal Zona Penyangga yang akan

dibangun tidak lebih dari 6.5 m dimana skala aktivitas pengemban gan 1.0 – 1.49 Ha, 8 m

dimana skala aktivitas pengemban gan 1.5 – 4.9 Ha, 15 m dimana skala aktivitas

pengembangan 5.0 – 14.9 Ha, dan 20 m dimana skala aktivitas pengembangan adalah 15.0

Ha atau lebih.

Pasal 27-4 Kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana

dan Transportasi menurut Pasal 29-2 Ayat 1 Butir 12 tentang Tata Pelaksanaan

Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:

(1) Batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terdapat dalam Pasal 24,

Pasal 25 Butir 2, Pasal 26 Butir 4 dan Pasal 27 akan dilaksanakan diluar ukuran yang tidak

melebihi batasan penting untuk melindungi lingkungan, mencegah bencana dan

meningkatkan kenyamanan.

(2) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang

terdapat dalam Pasal 24, dimana hal ini dianggap penting menurut iklim

lingkungan, obyek lokal, karakter yang unik dan kondisi tanah pada area

terkait, akan dilaksanakan dengan mebuata criteria yang berbeda dari yang terdapat

pada Butir dalam Pasal yang dimaksud.

(3) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terdapat

dalam Pasal 25 Butir 2, dimana hal ini dianggap penting untuk memberikan rasa

aman bagi pengguna taman, adalah mensyaratkan bahwa pagar dan dinding yang dibangun

dan ukuran tingkat keamanan lain adalah perlu demi keamanan pengguna.

Page 19: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

(4) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang diberikan dalam

Pasal 26 Butir 4 akan dilaksanakan berkitan dengan diameter dalam atau

lebar dalam pada bagian struktur saluran tertutup diluar sarana drainasi yang dimaksudkan

untuk penggunaan publik.

(5) Penguatan batasan-batasan yang ditetapkan dalam informasi teknik yang terd apat dalam

Pasal 27 akan dilaksanakan dimana, berkenaan dengan iklim lingkungan, obyek

lokal dan karakteristik geografi yang unik pada area sementara, hal ini dianggap sulit untuk

melindungi kerusakan lembah/ jurang atau meningkatkan aliran sedimentasi dari aktivitas

pengembangan yang semata-mata dengan hanya mengandalkan ketetapan yang ada

di setiap Butir dalam Pasal tersebut di atas.

(Hal-hal yang Diumumkan oleh Pemegang Hak Saham Saat Ini)

Pasal 28 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,

Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 34 Butir 9 tentang Undang-Undang

Perencanaan Kota adalah sebagai berikut (1) Profesi pihak yang diumumkan (atau

muatan pekerjaan dalam hal pihak yang bekerja sama);

(2) Lokasi, jumlah kavling, kategori tanah dan batas-batas tanah ;

(3) Maksud dan tujuan pihak yang diumumkan dalam memegang saham diluar

hak kepemilikan yang berkaitan dengan tanah atau tata guna lahan pada saat

rencana kota yang menyangkut masalah pembagian terhadap area peningkatan

fungsi perkotaan dan area pengendaian fungsi perkotaan telah diputuskan atau

pada saat area pengendalian fungsi perkotaan dimana rencana kota direvisi telah diper

luas; dan

(4) Tipe dan isi hak-hak diluar hak kepemilikan yang dibuat oleh pihak yang

diumumkan berkaitan dengan penggunaan tanah.

(Masukan Formulir Aplikasi untuk Revisi Perijinan)

Pasal 28-2 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,

Prasaran a dan Transportasi menurut Pasal 35-2 Ayat 2 tentang Undang-Und ang

Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:

(1) Hal-hal yang berkaitan dengan revisi;

(2) Alasan revisi; dan

(3) Jumlah perijinan dalam perijinan pengembangan.

(Gambar dan Dokumen Terlampir untuk Revisi Aplikasi Perijinan)

Pasal 28-3 Diluar gambar dan dokumen yang ditetapkan dalam Pasal 30 Ayat 2

Undang-Undang Perencanaan Kota, hal-hal yang dirubah sesuai dengan

perubahan pada aktivitas pengembangan harus dilampirkan pada formulir aplikasi

yang ditetapkan dalam Pasal 35-2 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota. Dalam

kasus tersebut, ketetapan dalam Pasal 17 Ayat 2 dan 3 akan diberlakukan sama.

Page 20: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

(Perubahan Singkat)

Pasal 28-4 Perubahan singkat yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,

Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 35-2 Ayat 1 tentang Undang-Undang Perencanaan

Kota adalah sebagai berikut:

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 204 –

(1) Diluar revisi desain, perubahan kondisi lapangan pada bangunan yang ditentukan, dsb;

meski begitu, tidak termasuk hal-hal berikut ini:

a. Perubahan yang memerlukan pertamb ahan atau pengu rangan 1/10 atau lebih dari skala

bangunan yang ditentukan di lapangan, dsb; dan

b. Perubahan yang memerlukan pertambahan pada skala bangunan di lapangan di luar

bangunan rumah dan struktur khusus kategori 1, dimana ukuran lapangan tersebut mencapai

1.000 m atau lebih;

(2) Perubahan pada pelaksana proyek; meski begitu, dimana aktivitas pengembangan yang

dimaksudkan untuk membangun gedung yang pada umumnya untuk tempat tinggal pribadi,

atau aktivitas pengembangan yang dimaksudkan u ntuk membangun gedung atau konstruksi

gedung atau struktur khusus diluar gedung yang digunakan untuk tempat kerja pribadi (tidak

termasuk hal dimana area pengembangan adalah 1 Ha atau lebih), hal ini harus dibatasi

terhadap perubahan pada nama dan alamat pelaksana pekerjaan; dan (3) Perubahan terhadap

waktu yang telah dijadwalkan dalam awal mulainya pekerjaan hingga waktu penyelesaian.

(Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan) Pasal 29 Pengumuman menurut ketetapan dalam

Pasal 36 Ayat 1 Undang-Undang

Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan

seperti yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.4 pada saat aktivitas pengembangan

selesai, dan Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan Sarana Publik yang ditunjukkan

pada Formulir Terlampir No.5 saat pekerjaan yang berkaitan dengan sarana publik diluar

akitivas pengembangan telah selesai.

(Bentuk Sertifikat Penyelesaian Inspeksi)

Pasal 30 Bentuk sertifikat penyelesaian inspeksi yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 2

Undang-Undang Perencanaan Kota terdapat pada Formulir Terlampir No.6 dalam

hal sertifikat penyelesaian inspeksi pekerjaan, dan Formulir Terlampir No.7 dalam

hal sertifikat penyelesaian inspeksi pekerjaan yang berkaitan dengan sarana publik diluar

pekerjaan aktivitas pengembangan.

(Pengumuman Penyelesaian Pekerjaan)

Pasal 31 Pengumuman penyelesaian pekerjaan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 36

Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dilaksanakan dengan metode yang

dibuat oleh Gubernur Propinsi, dan hal ini akan menjelaskan nama daerah dengan spesifik

yang termasuk dalam area pengembangan atau bagian pekerjaan, dan nama dan alamat pihak

yang telah terjamin perijinan pengembangan dalam hal dimana pekerjaan berkaitan dengan

aktivitas pengembangan telah selesai, dan nama daerah yang termasuk dalam area

pengembangan atau bagian pekerjaan, tipe, lokasi dan area sarana publik, dan nama dan

Page 21: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

alamat pihak yan g telah terjamin perijinan pengembangan dalam hal dimana pekerjaan

berkaitan dengan aktivitas

pengembangan telah selesai.

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 205 –

(Pengumuman Pembatalan Pekerjaan tentan g Pen gembangan Aktivitas)

Pasal 32 Pengumuman tentang pembatalan pekerjaan yang berkaitan d engan apa yang

ditetapkan dalam Pasal 38 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan

Pengumuman Pembatalan Pekerjaan tentang Aktivitas Pengembangan yang

ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.8.

(Dokumen tentang Diskusi Beban Biaya)

Pasal 33 Dokumen yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasaran a dan

Transportasi menurut Pasal 33 Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencan aan

Kota merupakan dokumen yang menjelaskan hal-hal berikut, dokumen yang men

yatakan bahwa orang yang ingin mendapatkan beban biaya, memiliki tanah terkait

pada saat pengumuman seperti yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 3 Undang-Undang

Perencanaan Kota, dan gambar yang menjelaskan secara spesifik lokasi dan area tanah

terkait:

(1) Alamat dan nama orang yang ingin mendapatkan beban biaya;

(2) Jumlah beban yang diisyaratkan;

(3) Alamat, jumlah kavling, kategori tanah dan area tanah dimana beban biaya diisyaratkan

pada saat pengumuman seperti yang ditetapkan dalam Pasal 36 Ayat 3 Undang-Undang

Perencanaan Kota; dan

(4) Jumlah dan dasar penghitungan biaya yang diperlukan dalam mendapatkan tanah dengan

beban biaya yang diisyaratkan.

(Aplikasi Perijinan untuk Konstruksi Baru, dsb Bangunan )

Pasal 34 Aplikasi untuk perijinan yang ditetapkan dalam Pasal 43 Ayat 1 Undang-Undang

Perencanaan Kota akan d ibuat sesuai dengan Aplikasi untuk Konstruksi Baru, Pembangunan

Kembali atau Perubahan untuk Tujuan Penggunaan Bangunan atau Konstruksi Baru Struktur

Khusus Kategori 1 seperti yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.9.

2 Gambar berikut ini (dimana perijinan yan g diisyaratkan seperti yan g d apat

diaplikasikan sesuai dengan Pasal 36 Ayat 1 Butir 3 Sub Butir d. Tata Pelak sanaan

Undang-Undang Perencanaan Kota, dokumen yang menjelaskan tentang pihak yang berusaha

menerima gambar berikut dan memiliki hak dilua hak kepemilikan berkaitan dengan

tanah atau penggunaan tanah untuk pembangunan gedung sebagai tempat tinggal pribadi atau

gedung sturktur khusus kategori 1 sebagai tempat kerja pribadi, pada saat rencana kota yang

menyinggung pembagian terhadap area peningkatan fungsi perkotaan dan area pen gendalian

fungsi perkotaan telah diputuskan or saat rencana kota direvisi untuk mengijinkan adanya

perluasan pada area p engendalian fungsi perkotaan.

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 206 –

Page 22: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Tipe Gambar Hal-hal yang perlu dijelaskan secara spesifik

Sketsa Area Lokal Daya dukung tanah, lokasi lapangan dan area dekat sarana publik

Gambar Lapangan Kondisis Sekarang Dalam hal konstruksi baru atau pembangunan kembali

suatu bangun an atau konstruksi baru untuk struktur khusus kategori 1 Batas lapangan, lokasi

bangunan atau struktur khu sus kategori 1. lokasi lembah/ jurangs dan dinding penahan, lokasi

dan tipe saran drainasi, arah aliran air, lokasi outlet , dan nama penentuan debit

Dalam hal revisi tujuan penggunan bangunan Batas lapangan, lokasi bangunan, lok asi dan

tipe saran fasilitas, arah aliran air, lokasi outlet , dan nama penentuan debit

(Masukan untuk Pengembangan Pendaftaran, dsb) Pasal 35 Hal-hal yang ditetapkan dalam

Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 47 Ayat

1 Butir 6 tentan g Undan g-Undang Perencanaan Kota adalah

alamat dan nama pihak-pihak yang mewarisi posisi berdasarkan pada perijinan

pengembangan menurut ketetapan Pasal 45 Undang-Undang Perencanaan Kota.

(Persiapan Pengembangan Pendaftaran) Pasal 36 Pengembangan pendafataran (dalam hal

ini disebut pendaftaran) h arus dikumpulkan dengan rekaman hasil wawancara dan gambar.

2 Gambar merupakan gambar tata guna lahan yang ditetapk an dalam Pasal 16 Ayat 4.

(Penutupan Pendaftaran) Pasal 37 Gubernur Propinsi, dalam hal dimana pengumuman

pembatalan aktivitas pengembangan diterima menurut Pasal 38 Undang-Undang

Perencanaan Kota, harus menutup pendaftaran tanpa penundaan.

(Pendaftaran Pertunjukan Publik)

Pasal 38 Gubernur Propinsi harus menyediakan perluasan tempat untuk pendaftar an

pertunjukan publik pada saat pendaftaran untuk pertunjukan publik.

2 Gubernur Propinsi, dalam hal dimana menyediakan tempat pertunjukan menurut

ketetapan sebelumn ya, harus membuat aturan-aturan pertunjukan di lapangan

dan memberikan pengumuman tentang tempat dan aturan pertunjukan di lapangan.

Bagian 1-2. Peraturan tentang Bangunan, dsb dalam Area yang Ditentukan

untuk Proyek Pengembangan Perkotaan, dsb.

(Hal-hal yang Diumumkan oleh Pelaksana Penetapan Proyek)

Pasal 38-2 Hal-hal yang harus diumumkan oleh pelaksana penetapan proyek menurut Pasal

52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 207 –

(1) Tipe dan nama area yang ditentukan untuk area pro yek pengembangan perkotaan, dsb;

(2) Nama dan alamat pelaksana proyek yang ditetapkan; dan

(3) Lokasi tanah didalam area yang ditetapkan untuk area proyek pengembangan perkotaan,

dsb.

(Informasi Aturan tentang Kepemilikan Tanah dan Bangunan Sebelumn ya, dsb

dalam Penetapan Area untuk Proyek Pengembangan Perkotaan, dsb)

Pasal 38-3 Aturan penting yang terkait dengan pemegang hak yang ditetapkan dalam Pasal

52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:

Page 23: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

(1) Tampilan isi batasan pada nilai pemindahan bawah tangan (

transfer-for-counter ) tanah dan bangunan di tanah yang sesuai di dalam atau di sekitar area

yang ditetapk an untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb.

(2) Menginformasikan kepada pemilik tanah dan bangunan, dsb tentang, atau

mengiklankan diKoran, isi batasan pada nilai pemindahanbawah tangan (

transfer-for-counter ) tanah dan bangunan.

2 Tampilan isi yang ditetapkan dalam Butir 1 pada Ayat sebelumnya harus dilanjutkan

sampai pada hari dimana rencana kota yang berkaitan dengan area yang ditetapkan

untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb kehilangan nilainya menurut ketetap an Pasal

12-2 Ayat 5 Undang-Undang Perencanaan Kota, atau pada hari saat pelaksana proyek yang

ditetapk an menperoleh hak-hak yang penting untuk semua tanah dan bangunan, dsb di dalam

area yang ditentukan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb.

(Hal-hal yang Diumumkan, dsb tentang Nilai Pemindahan Bawah Tangan Tanah

( Transfer-for-Counter ))

Pasal 38-4 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanah an, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 52-3 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan

Kota

merupakan

tipe dan isi hak-hak diluar hak kepemilikan tanah dan bangunan yang ada, dsb dan nama dan

alamat pihak pemegang hak-hak tersebut.

2 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 52-3 Ayat 2 Undang-Undan g Perencanaan

Kota harus dibuat dengan menunjukkan Formulir Pengumuman Nilai Pemindahan Bawah

Tangan ( Transfer-for-Counter ) Tanah dan Bangunan, dsb yang ada pada Formulir Terlampir

No.9-3 kepada pelaksana proyek yang ditetapkan.

(Prosedur untuk Menuntut Pembelian Tanah)

Pasal 38-5 Pihak yang bermaksud menuntut pembelian tanah menurut ketetapan Pasal 52-4

Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan menunjukkan kepada pelaksana pro yek yang

ditetapkan Formulir Penuntutan Pembelian yang terdapat pada Formulir Terlampir No.9-4

bersama dengan dokumen yan g menyatakan hak-hak kepemilikan tanah terkait.

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 208 –

Bagian 2. Peraturan tentang Bangunan, dsb dalam Area Sarana Perencanaan

Kota, dsb.

(Aplikasi Perijinan Bangunan dalam Area Sarana Perencanaan Kota dan Area Pelaksanaan

dalam Proyek Pengembangan Perkotaan ) Pasal 39 Aplikasi untuk perijinan yang tercantum

dalam Pasal 53 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai dengan

formulir aplikasi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.10. 2 Gambar dan

dokumen berikut ini harus dilampirkan pada formulir aplikasi tersebut:

(1) Gambar yang menunjukkan lokasi bangunan di area lap angan dengan skala 1:500 atau

lebih;

Page 24: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

(2) Gambar tampak potongan bangunan yang dilihat dari 2 sudut pandang dengan skala 1:200

atau lebih; dan

(3) Gambar dan dokumen yang menunjukkan hal-hal yang relevan.

(Pengumuman Penunjukan, dsb Tempat Proyek)

Pasal 40 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 4 Undang-Undang Perencanaan

Kota akan dilaksanakan berkaitan den gan hal-h al berikut, dengan men ggun akan metode

ang dibuat oleh Gubernur Propinsi dalam setiap kasus:

(1) Pada saat menentukan tanah di area sarana p erencanaan kota menurut ketetapan Pasal 55

Ayat 1, tipe dan nama sarana perkotaan yang terkait dan area tanah yang terkena dampak oleh

penentuan tersebut;

(2) Pada saat membentuk pihak lain untuk membuat penawaran pembelian tanah menurut

ketetapan Pasal 56 Ayat 1 dan memberikan pengumuman menurut ketetapan dalam kalimat

utama pada Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota, nama dan alamat pihak lain

yang terkait, area tan ah dimana pen awaran atau pengumuman akan dib uat untuk pihak lain,

dan tipe dan nama sarana perencanaan kota atau proyek pengembangan perkotaan

development pada area tersebut.

2 Penunjukkan aea tanah seperti yang disebutkan dalam Ayat sebelumn ya dipastikan

bahwa pihak pemegang saham dapat melihat dengan mudah apakah tanah yang

dilindungi oleh hak kepemilikan mereka termasuk dalam area tersebut.

(Hal-hal yang Diumumkan oleh Gubernur Propinsi)

Pasal 41 Hal-hal yang harus diumumkan oleh Gubernur Propinsi (dimana pihak-pihak yang

diumumkan sebagai pihak lain pada pengumuman berdasarkan ketetapan Pasal 57 Ayat 2

Undang-Undang Perencanaan Kota menu rut ketetapan Pasal 55 Ayat 4 Undang-Undang

yang sama, adalah kemudian pihak-pihak yang sama) menurut ketetapan Pasal 57 Ayat 1

Undang-Undang Perencanaan Kota sebagai berikut:

(1) Tipe dan nama sarana proyek pengembangan perkotaan dan perencanaan

kota ditunjukkan

menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 1;

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 209 –

(2) Nama dan alamat pihak lain pada pengumuman yang dibuat menur ut

ketetapan pada pokok kalimat Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota; dan

(3) Alamat tanah yang disyaratkan dalam pengumuman. (Informasi Aturan tentang

Kepemilikan Tanah dan Bangunan Sebelumnya dalam Penetapan

Area Proyek) Pasal 42 Aturan penting untuk menginformasikan pemeganga hak-hak yang

terkait yang

ditetapkan dalam Pasal 57 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota adalah:

(1) Tampilan isi batasan tentang nilai pemindahan bawah tangan ( transfer-for-counter ) pada

tanah dan bangunan di tanah yang sesuai di dalam atau di sekitar area proyek pengembangan

perkotaan atau sarana perencanaan kota yang ditunjuk menurut ketetapan Pasal 55 Ayat 1

Page 25: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Undang-Undang Perencan aan Kota. (2) Menginformasikan kepada pemilik tanah dan

bangunan, dsb tentang, atau mengiklankan di Koran, isi batasan pada nilai pemindahan

bawah tangan ( transfer-for-counter ) tanah.

2 Tampilan yang ditetapkan dalam Butir 1 dalam Ayat sebelumnya harus dilanjutkan

dalam 10 hari setelah pengumuman yang ditetapkan dalam Pasal 66 Undang-Undang

Perencanaan Kota, atau sampai pada hari Gubernur Propinsi atau pihak yang

diumumkan sebagai pihak lain pada penawaran pembelian tanah menurut ketetapan

asal 56 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota dan pengumuman menurut

ketetapan pada pokok kalimat dalam Pasal 57 Ayat 2 Undang- Undang

Perencanaan Kota mendapatkan hak-hak penting untuk semua tanah

dalam area yang ditetapkan.

(Hal-hal yang Diumumkan, dsb tentang Nilai Pemindahan Bawah Tangan Tanah

( Transfer-for-Counter ))

Pasal 43 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 57 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan

Kota adalah sebagai berikut:

(1) Tipe dan isi hak-hak diluar hak kepemilikan yang ada pada tanah terkait dan nama dan

alamat pemegang hak-hak tersebut; dan

(2) Dimana bangunan dan struktur lain yan g ada pada tanah, isi struktur dan nama dan alamat

pemegang hak kepemilikan struktur di atas. 2 Pengumuman menurut ketetapan pada kalimat

utama dalam Pasal 57 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota harus dibuat dengan

menunjukkan Formulir engumumanNilai Pemindahan Bawah Tangan ( Transfer-for-Counter

) Tanah dan Bangunan, dsb yang terdapat pada Formulir Terlampir No.11. (Hal-hal yang

Diumumkan oleh Pelaksana Penjadwalan Proyek)

Pasal 43-2 Berkaitan dengan hal-hal yang harus diiumumkan oleh pelaksana proyek yan g

ditetapkan menurut Pasal 52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota diberlakukan sama

dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang sama, ketetapan dalam Pasal 38-2 akan diberlakukan

sama pula. Dalam hal, istilah „area yang ditetapkan untuk proyek pengembangan

perkotaan,

dsb‟

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 210 –

Pada Butir 1 Pasal tersebut di atas akan dibaca „sarana perencanaan kota atau proyek

pengembangan perkotaan yang telah ditetapkan oleh pelaksana proyek‟, dan

„dalam area yang ditetapkan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb‟ p ada

Butir 3 Pasal tersebut di atas akan dibaca „dalam area sarana perencan aan kota dan

area pelaksanaan proyek pengembangan perkotaan yang ditetapkan pelaksana proyek‟.

(Informasi Aturan tentang Kepemilikan Tanah dan Bangunan Sebelumnya, dsb dalam Area

Sarana Perencanaan Kota yang telah Ditetapkan Pelaksana Pro yek)

Pasal 43-3 Berkaitan dengan atruan penting untuk menginformasikan pemegang hak-hak

terkait yang ditentukan dalam Pasal 52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota

Page 26: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang dimaksud, ketetapan dalam Pasal

38-2 akan diberlakukan sama pula. Dalam hal, istilah „dalam area yang

itetapkan untuk proyek pengembangan perkotaan, dsb‟ pada Butir 1 Pasal tersebut di atas

akan dibaca „dalam area sarana perencanaan kota dan area pelaksanaan proyek

pengemban gan perkotaan yang ditetapkan pelaksana pro yek‟. 2 Tampilan yang

ditetapkan menurut ketetapan Pasal 38-3 Ayat 1 Butir 1 diberlakukan

sama dalam Ayat sebelumn ya harus dilanjutkan dalam 10 hari setelah pengumuman yang

ditentukan dalam Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota, atau sampai pada pelaksana

proyek mendapatkan hak-hak penting untuk tanah dan bangunan, dsb dalam area sarana

perencanaan kota dan area pelaksanaan pro yek pengembangan perkotaan yang ditetapkan

pelaksana pro yek. (Hal-hal yang Diumumkan, dsb tentang Nilai Pemindahan Bawah Tangan

Tanah ( Transfer-for-Counter ))

Pasal 43-4 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanah an, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 52-3 Ayat 2 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota

diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yang sama merupakan hal-hal yang

ditetapkan dalam Pasal 38-4 Ayat 1.

2 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 52-3 Ayat 2 Undang-Undan g Perencanaan

Kota diberlakukan sama dalam Pasal 57-4 Undang-Undang yan g sama harus dibuat dengan

menunjukkan Formulir Pengumuman Nilai Pemindahan Bawah Tan gan (

Transfer-for-

Counter )

Tanah dan Bangunan, dsb yang terdapat pada Formulir Terlampir No.9-3 kepada p elaksana

proyek yang ditetapkan. (Prosedur untuk Menuntut Pembelian Tanah)

Pasal 43-5 Pihak yang bermaksud menuntut pembelian tanah menurut ketetapan Pasal 52-4

Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota diberlakukan sama d engan Pasal 57-5

Undang-Undang yang sama akan menunjukkan kepada pelaksana proyek yang ditetapkan

Formulir Penuntutan Pembelian yang terdap at pada Formulir Terlampir No.9-4

dengan dokumen yang menyatakan hak-hak kepemilikan tanah terkait.

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 211 –

(Pengumuman tentang Tidak Adan ya Aplikasi Perijinan atau Persetujuan)

Pasal 43-6 Pengumuman yan g ditetapkan dalam Pasal 60-2 Ayat 2 Undang-Undang

Perencanaan Kota harus dibuat sesuai dengan yang terdapat dalam Koran

pemerintah, Lembaran resmi dan metode penunjukan lainnya.

Bagian 3. Peraturan tentang Bangunan, dsb dalam Area Perencanaan Daerah

(Aktivitas yang Ditetapkan dalam Peratur an Kementrian Pertanahan, Prasarana

dan Transportasi Busway)

Menurut Pasal 38-7 Bagian 3 tentang Tata Pelaksanaan Undang-Undang Perencan aan Kota)

Pasal 43-7 Aktivitas yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 38-7 Butir 3 tentang Tata Pelaksanaan

Undang-Undang Perencanaan Kota adalah sebagai berikut:

Page 27: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

(1) Aktivitas tentang konstruksi baru, pembangunan kembali, pemeliharaan, perbaikan atau

pemulihan bencana pada jalan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang

Jalan Raya (Undang-Undang No.180 Tahun 1952);

(2) Aktivitas tentang konstruksi atau manajemen kendaraan umum jalan sebagaimana

ditetapkan pada Pasal 2 Ayat 8 Undang-Undang Transportasi Jalan (Undang-Undang No.183

Tahun 1951) atau jalan kendaraan khusus (terbatas pada jalan yang digunakan untuk

penumpang kendaraan umum jasa pelayanan transportasi seperti yang ditetapkan dalam Pasal

3 Butir 1 Undang-Undang yang sama atau kendaraan angkutan barang umum jasa

pelayanan transportasi seperti yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Jasa

Pelayanan Kendaraan Angkutan Barang (Undang-Undang No.83 Tahun 1988));

(3) Aktivitas tentang pelaksanaan pekerjaan peningkatan sungai dan man ajemen dilakukan

sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Persungaian (Und ang-Und ang No.167

Tahun 1961);

(4) Aktivitas tentang pekerjaan yang dilaksanak an oleh Badan Umum Pengembangan

Sumber Daya Air sebagaimana tercantum pada Pasal 18 Ayat 1 (tidak termasuk Bagian 4

Ayat yang sama) dan Ayat 2 (tidak termasuk Butir 3 Ayat yang sama) Undang-Undang

Badan Umum Pengembangan Sumber Daya Air (Undang-Undang No.218 Tahun 1961);

(5) Aktivitas tentang pelaksanaan proyek peningkatan tanah menurut Undang-Undang

Peningkatan Tanah (Undang-Undang No.195 Tahun 1949);

(6) Aktivitas tentang pekerjaan yang dilaksanak an oleh Badan Sumber Daya Penghijauan

sebagaimana ditetapkan pada Pasal 19 Ayat 1 Butir 1, 4 dan 6 Undang-Undang Badan

Pengembangan Tanah Pertanian (Undang-undang No.43 Tahun 1974) sebelum adanya abolisi

menurut rekomendasi dalam Ketetapan Tambahan Pasal 8 Undang-Undang Revisi Sebagian

dalam Undang-Undang Badan Pengembangan Hutan ( Undan g- Undang No. 70 Tahun

1999), berdasarkan pada rekomendasi dalam Ketetapan Tambahan Pasal 13 Ayat 1

Undang-Undang Badan Pengembangan Penghijauan (Undang-Undang No. 85 Tahun 1956);

(7) Aktivitas tentang pelaksanaan proyek penting oleh personal atau organisasi

yang berkaitan dalam bidang pertanian terutama tentang peningkatan struktur pertanian;

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 212 –

(8) Aktivitas tentang pembangunan atau peningkatan jalan hutan yang dibangun

dalam rencana wilayah hutan seperti yang ditetapkan dalam Pasal 5 Undang-Undan g Hutan

(Undang-Undang No.249 Tahun 1951);

(9) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen saran taman seperti yang

ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Taman Perkotaan (Undang-Und ang No.7 9

Tahun 1956);

(10) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen sarana untuk penan ganan secara umum

permintaan pelayanan jalan kereta api atau rel oleh operator kereta api menurut

Undang-Undang Jasa Pelayanan Perkereta-Apian (Undang-Undang No.92 Tahun 1986);

Page 28: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

(11) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen rel kereta api menurut Undang-Undan g

Rel Kereta Api (Undang-Undang No.76 Tahun 1922); (12) Aktivitas tentang

pembangunan dan manajemen sarana seperti yang ditetapkan dalam Pasal 5 Ayat 2

Butir 2 Undang-Undang Industri Jaringan Perminyakan (Undang-Undang No.105 Tahun

1972);

(13) Aktivitas tentang pembangunan atau manajemen; 1) saran a yang digunakan oleh

penumpang kendaraan umum secara bersamaan jasa pelayanan transportasi menurut Pasal 3

Butir 1 Sub Butir a. Undang-Undang Transp ortasi Jalan dan jasa pelayanan kendaraan umum

angkutan barang menurut Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Jasa Pelayanan Transportasi

Kendaraan Angkutan Barang (tidak termasuk transportasi angkutan barang khusus seperti

yang ditetapkan dalam Ayat 6 Pasal yang sama), dan 2) terminal kendaraan umum seperti

yang ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 5 Undang-undang Terminal Kendaraan (Undang-Undang

No.136 Tahun 1959);

(14) Aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dilaksanakan oleh Biro Dermaga

dan Pelabuhan Laut menurut Pasal 12 Ayat 1 Undang-Undang Dermaga dan Pelabuhan Laut

(Undang-Undang No.218 Tahun 1950);

(15) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen bandar u dara untuk

penggunaan publik menurut Undang-Undang Penerbangan (Undang-Undang No.231

Tahun 1952) atau fasilitas keamanan penerbangan untuk penggunaan publik menurut Pasal

2 Ayat 4 Undang-Undang yang sama;

(16) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana un tuk meninjau dan

melaporkan fenomena meteorologi, kelautan d an daratan, banjir dan fenomena lain yang

similar;

(17) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana yang

digunakan dalam pekerjaan dilaksanakan oleh para ahli telekomunikasi tingkat pertama

seperti yang ditetapkan dalam Pasal 12 Ayat 1 Undang-Undang Industri Telekomunikasi

(Undang-Undang No.86 Tahun 1984);

(18) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen peralatan penyiaran (tidak

termasuk bangunan) yang digunakan untuk jasa penyiaran menurut Undang-Undang

Penyiaran (Undang-Undang No.32 Tahun 1950);

(19) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen struktur listrik seperti yan g

ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 1 Butir 12 Undang-Undang Penggunaan Listrik

(Undang-Undang No.170 Tahun 1964) untuk penggunaan listrik menurut Pasal 2 Ayat 1

Butir 7 Undang-Undang yang sama, dan struktur gas seperti yan g ditetapkan dalam Pasal 2

Ayat 10 Undang-Undang Penggunaan Gas (Undan g- Undan g No.51 Tahun 1954) (terbatas

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 213 –

pada struktur yang digunakan secara umum seperti yang ditetapkan dalam Ayat 1 Pasal yang

sama dan penggunaan sederh ana gas seperti yan g ditetapkan dalam Ayat 3 Pasal yang sama);

(20) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana penggunaan air

seperti yang ditetapkan dalam Pasal3Ayat 8Undang-Undang Ban gunan Air (Undang-Undang

No.177 Tahun 1957) untuk pelayanan bangunan air dan distribusi airnya menurut Pasal 3

Page 29: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Ayat 2 dan 4 Undang-Undang yang sama, sarana industri bangunan air seperti yang ditetapkan

dalam Pasal 2 Ayat 6 Undang-Undang Industri Bangunan Air (Undang-Undang No.84 Tahun

1958), dan sarana penggunaan publik sistem pembuangan limbah menurut Pasal 2 Butir 3

Undang-Undang Bangunan Pembuangan Limbah (Undang-Undang No.79 Tahun 1958),

sistem tangki pembuangan limbah menurut Bagian 4 Pasal yang sama, dan saluran

pembuangan limbah perkotaan menurut Bagian 5 Pasal yang sama; (21) Aktivitas yang

berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana penyediaan tenaga panas seperti yang

ditetapkan dalam Pasal 2 Ayat 4 Undang-Undang Pelayanan Penyediaan Tenaga Panas

(Undang-Undang No.88 Tahun 1972);

(22) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana un tuk pengendalian

bencana banjir oleh asosiasi pengendalian bencana banjir; (23) Aktivitas yang berkaitan

dengan konstruksi atau manajemen sarana un tuk penelitian oleh Institut Penelitian Tenaga

Atom Jepang;

(24) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana untuk

pekerjaan yang dilaksanakan oleh Institut Pengembangan Siklus Nuklir Jepang seperti yang

ditetapkan dalam Pasal 24 Ayat 1 Butir 1 Undang-Undang Institut Pengembangan Siklus

Nuklir Jepang (Undang-Undang No.73 Tahun 1967);

(25) Aktivitas yang berkaitan dengan konstruksi atau manajemen sarana untuk

pekerjaan yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Ruang Angkasa Nasional Jepang

seperti yang ditetapkan dalam Pasal 22 Ayat 1 Butir 1 dan 2 Undang-Undang Badan

Pengembangan Ruang Angkasa Nasional Jepang (Undang-Undang No.50 Tahun 1969); dan

(26) Aktivitas yang berkaitan dengan oleh Kerjasama Perminyakan Nasional Jepang

seperti yang ditetapkan d alam Pasal 19 Ayat 1 Butir 6, 8 dan 13 Undang-Undang Kerjasama

Perminyak an Nasional Jepang (Undang-Undang No.99 Tahun 1967).

(Pengumuman tentang Aktivitas Area Perencanaan Daerah)

Pasal 43-8 Hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 58-2 Ayat 1 tentang Undang-Undang Perencanaan Kota

merupakan dari yang dijadwalkan untuk penyelesaian aktivitas. Pasal 43-9 Pengumuman

menurut ketetapan Pasal 58-2 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan dibuat sesuai

dengan yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.11-2.

2 Gambar dan dokumen berikut ini harus dilampirkan dalam formulir aplikasi yang

disebutkan diatas:

(1) Dalam hal perubahan karakter zona tanah, adalah:

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 214 –

a. Gambar yang menunjukkan area tana diman a aktivitas dilakukan dan sarana publik ada

pada dan sekitar area tersebut dalam skala 1:1.000 atau lebih; dan

b. Gambar desain dalam skala 1:100 atau lebih.

Page 30: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

(2) Dalam hal konstruksi bangunan gedung, struktur (struktur selain gedun g; dalam hal ini

dianggap sama), dan perubahan untuk pen ggunaan bangun an gedung atau struktur, adalah:

a. Gambar yang menunjukkan lokasi bangunan gedung atau struktur di dalam tanah lapang

dalam skala 1:100 atau lebih;

b. Profil bangunan gedung dan struktur minimal dalam 2 aspek dan tampak datar lantai

(untuk gedung saja) dalam skala 1:50;

3) Dalam hal revisi bentuk dan desain bangunan atau struktur, gambar ditunjukkan dalam

butir a. di atas dan profil minimal dalam 2 aspek dalam skala 1:50;

(4) Dalam hal penebangan pohon dan bambu, gambar sebagai berikut:

a. Gambar yang menunjukkan area tanah diman a aktivitas dilakukan dalam skala 1:1.000

atau lebih; dan b. Gambar yang menjelaskan secara spsifik metode pelaksanaan pada aktivitas

yan g

disebutkan di atas dalam skala 1:100 atau lebih; dan

(5) Gambar dan dokumen yang menunjukkan hal-hal lainnya sebagai refer ensi.

(Pengumuman Revisi)

Pasal 43-10 Diluar desain atau metode pelaksanaan, hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan

Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi menurut Pasal 58-2 Ayat 2 tentang

Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan hal-hal dimana arti revisinya adalah aktivitas

yang berkaitan dengan pengumuman tersebut ditetapkan dalam Pasal 58-2 Ayat 1

Undang-Undang Perencanaan Kota termasuk aktivitas yang diberikan dalam Ayat yang sama.

Pasal 43-11 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-2 Ayat 2 akan dilak sanakan sesuai

dengan Pengumuman Revisi yang ditunjukkan pada Formulir Terlampir No.11-3.

2 Ketetapan Pasal 43-9 Ayat 2 berlaku sama sesuai dengan pengumuman yang

ditetapkan dalam Ayat sebelumnya.

Bagian 4. Aturan Tata Guna Lahan, dsb dalam Area Peningkatan Tata Guna

Lahan Tak Terpakai

(Pengumuman tentang Tanah Tak Terpakai)

Pasal 43-12 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-6 Ayat 1 akan dilak sanakan sesuai

dengan Pengumumana Revisi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.11-4.

(Pengumuman tentang Rencana untuk Tanah Tak Terpak ai)

Pasal 43-13 Pengumuman menurut ketetapan Pasal 58-7 akan dilaksanakan dengan sesuai

dengan Pengumuman Revisi yang ditunjukkan dalam Formulir Terlampir No.11-5.

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 215 –

BAB IV. PROYEK – PROYEK PERENCANAAN KOTA

(Hal-hal tentang Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb)

Pasal 44 Hal-hal yang ditetapkan dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi berdasarkan Pasal 60 Ayat 1 Butir 4 tentang Undang-Undang Perencan aan Kota,

merupakan nama proyek-proyek perencanaan kota.

(Formulir Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb)

Pasal 45 Formulir permohonan ijin seperti yang ditentukan dalam Pasal 60 Ayat 1

Page 31: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk hal-hal yang diberlakuk an sama

dengan Pasal 63 Ayat 2 Undang-Undang yang sama) akan disertakan dalam Formulir

Terlampir No. 12.

(Dokumen Terlampir Permohonan Ijin, dsb Proyek Perencanaan Kota, dsb)

Pasal 46 Gambar dan dokumen yang tercantum dalam Peraturan Kementrian Pertanahan,

Prasarana dan Transportasi berdasark an Pasal 60 Ayat 3 Butir 5 tentan g Undang-Undan g

Perencanaan Kota, merupakan dokumen yang berisi hal-hal sebagai berikut:

(1) Tipe dan nama fasilitas perkotaan yang termasuk dalam proyek perencanaan kota dan

rencana kota yang berkaitan dengan pro yek pengembangan perkotaan; dan

(2) Dalam hal daerah yang bukan kotamadya, dipertimbangkan untuk p ermohonan ijin.

2 Dalam hal proyek baru pengembangan perkotaan dan perumah an dilaksanakan oleh

pengawas proyek berdasarkan pada ketetapan Pasal 45 Ayat 1 Undang-Undang

Pembangunan

Kota Perumahan (Undang- Undang No. 134 Tahun 1963), gambar dan dokumen

yang tercantum

dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi berdasarkan

Pasal 60 Ayat 3

Bagian 5 tentang Undang-Undang Perencan aan Kota akan diikutsertakan sebagai

tambahan dari bagian sebelumnya:

(1) Berkaitan dengan proyek b aru pemb angunan kota perumahan dalam penggunaan lahan

untuk sarana publik dihubungkan dengan pemilik lahan yaitu pihak yang bermaksud untuk

melaksanakan proyek pembangunan perumahan baru tersebut, dokumen pernyataan tentang

hal tersebut di atas telah disetujui oleh para manajer fasilitas umum yan g b ersangkutan;

(2) Dokumen pernyataan tentang hak-hak kepemilikan penggunaan lahan untuk pelaksanaan

proyek baru pembangunan kota perumahan (tidak termasuk penggunaan lah an untuk saran a

publik); dan (3) Dokumen penetapan pembagian harga dan jumlah hitungan kasar untu k

reklamasisarana

publik, dsb tercantum dalam Pasal 2 Ayat 9 Undang-Undang Pembangunan Baru Kota

Perumahan, serta metode-metode penghitungan seluruh gamb ar tersebut. Pasal 47

Dokumen-dokumen yang terlampir dalam permohonan ijin dicantumkan dalam Pasal 60

Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk hal-hal yang diberlakukan

sama dengan Pasal 63 Ayat 2) berdasarkan Pasal 60 Ayat 3 Undang-Und ang yang sama, akan

dipersiapkan menurut ketetapan tiap bagian di bawah ini; dan dalam hal

gambar dan dokumen yang ditentukan dalam Ayat 3 Butir 1 dan 2 Pasal yang sama, 1 (satu)

dokumen asli dan dokumen salinan sesuai dengan jumlah propinsi dan kotamadya yang

tercakup dalam area Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Perencanaan Kota

(Peraturan Kementrian Pembangunan No. 49)

– 216 –

Page 32: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

proyek akan dipresentasikan, dan gambar dan dokumen yang ditentukan dalam

Butir 3 sampai 5 Ayat yang sama, 1 (satu) dokumen asli akan dipresentasikan pula:

(1) Gambar-gambar berikut ini menunjukkan bahwa lahan proyek harus dipersiapkan:

a. Peta topografi skala 1:50.000 atau lebih harus menunjukkan lokasi lahan proyek;

b. Gambar hasil survei lokasi skala 1:2.500 akan mengilustrasikan lah an proyek den gan

warna kuning terang, lokasi proyek yang telah digunakan den gan hijau terang dan

hal-hal utama lain tentang kepemilikan tanah di lokasi proyek. Apabila k epemilikan

tanah atau kepemilikan tanah yan g merupakan hak pokok akan diambil alih atau

digunakan, maka bagian dari kepemilikan tanah yang masih ada diilustrasikan dengan

warna merah terang.

(2) Gambar dan dokumen menunjukkan tentang skema desain yang harus dipersiapkan sesuai

dengan hal-hal berikut:

a. Untuk pro yek-proyek yang berkaitan dengan p embangunan fasilitas per encan aan kota,

lokasi dan substansi dari fasilitas utama akan ditunjukkan dengan gamb ar tampak datar

dengan skala 1:2.500 atau lebih; dan

b. Untuk proyek-proyek pembangunan perkotaan, batas-batas antara zona permukiman dan

blok-blok, dan lokasi proyek, bentuk dan tipe sarana utama akan ditunjukkan dalam

gambar tampak datar dengan skala 1:2.500 atau lebih.

(3) Rencana pembiayaan akan dipersiapkan secara jelas sesuai dengan saldo anggaran.

Dalam hal ini, jumlah biaya yang terk ait dengan pendapatan tertentu akan disesuaikan den

gan

pendapatan yang terdapat dalam anggaran, dan pengeluaran diperhitungkan

berdasar pada kriteria yang rasional harus disesuaikan dengan p engelu aran yang terdapat

dalam anggaran.

(Metode Pemberitahuan kepada Publik tentang Permohonan Ijin, dsb Proyek

Perencanaan Kota , dsb)

Pasal 48 Pemberitahuan kepada Publik seperti yang ditetapk an dalam Pasal 62 Ayat 1

(termasuk hal-hal yang diberlakukan sama dengan Pasal 63 Ayat 2) Undang-Undang

Perencanaan Kota akan d icantumkan dengan benar pada Koran pemerintah yang dikeluarkan

oleh Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi dan metode yan g dipilih akan

dikeluarkan oleh Gubernur masing-masing propinsi.

(Pengumuman Pertunjukan Publik tentang Gambar, dsb yang Menunjukkan Lah an Proyek)

Pasal 49 Pada saat Kepala Kotamadya/ Gubernur menerima gambar dan dokumen

sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 62 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota (termasuk

hal-hal yang diberlakukan sama dengan Pasal 63 Ayat 2 Undan g-Undang yang

sama), mereka harus menempatkan gambar dan dokumen tersebut secepatnya ke

dalam Pertunjukan Publik, dan memberitahukan tempat pertunjukan tersebut serta

menggunakan cara lain untuk

mengumumkankepada publik.

Page 33: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

(Perubahan Singkat pada Skema Desain)

Pasal 50 Perubahan singkat pada skema desain seperti yang tercantum dalam

Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi berdasarkan pada

Pasal 63 Ayat 2 Undang-Undang Perencanaan Kota akan direvisi ke dalam

skema desain pro yek berkaitan dengan pembangunan fasilitas perencanaan kota

dan penyertaan hak/ otoritas atau persetujuan dari pembangunan saran a perencanaan

kota yang lain.

(Persetujuan terhadap Rangkaian Posisi berdasarkan Otoritas)

Pasal 51 Persetujuan berdasarkan Pasal 64 Ayat 1 Undang-Undang Peren

canaan Kota akan dilaksanakan dengan menyajikan bentuknya pad a Formulir Terlampir

No. 13.

(Hal-hal tentang Pemberitahuan kepada Publik terhadap Pelaksan a Proyek)

Pasal 52 Hal-hal yang seharusnya termasuk dalam pemberitahuan kepada p ublik oleh

pelaksana pro yek menurut ketetapan Pasal 66 Un dang-Undang Perencanaan Kota mengikuti

hal-hal sebagai berikut:

(1) Tipe dan nama yang ada pad a proyek perencanaan kota;

(2) Nama pelaksana proyek;

(3) Alamat kantor; dan

(4) Alamat kantor proyek di lapangan.

(Informasi tentang Peraturan yang Berk aitan dengan Kepemilikan Tanah d an Gedung

Sebelumnya, dsb dalam Area Proyek)

Pasal 53 Berhubung pentingnya peraturan tersebut untuk diinformasikan kepada

pihak-pihak terkait yang tercantum dalam Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota,

ketetapan yang dicantumkan dalam Pasal 38-3 Ayat 1 ak an dimasukkan

secara tertulis.

Dalam hal ini, istilah „dalam penetapan area p royek pengembangan perkotaan, dsb‟ di Butir

1 Pasal yang dimaksud semestin ya dibaca „dalam proyek area‟.

(Penjelasan Proyek, dsb)

Pasal 54 Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penjelasan kepada

masyarakat menurut Pasal 66 Undang-Undang Perencanaan Kota merupakan perwujudan

dari penjelasan

rapat yang dijabarkan lebih lanjut di bawah ini. Meskipun begitu, dalam hal

tidak dimungkinkann ya penjelasan rapat pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan

sebelumnya karena penduduk tidak bersedia untuk berku mpul atau karena alasan

lain yang bukan merupakan tanggung jawab pelaksana proyek, metode lain yang terpisah

dari penjelasan rapat dapat digunakan.

(1) Lokasi rapat ditentukan berdasarkan pertimbangan keamanan dan kenyamana

yang memungkinkan untuk diadakannya pertemuan dengan penduduk di sekitar

Page 34: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

lokasi proyek (dalam Pasal ini disebut sebagai „penduduk‟)

(2) Waktu dan tempat rapat akan diberitahukan kepada p enduduk dan

diberitakan di Koran seminggu sebelumnya.

(3) Daftar hadir pegawai daerah atau kepala dinas terkait kotamadya atau

propinsi (daerah khusus kabupaten dalam hal ap abila kotamadya dalam bentuk

blok-blok) akan diminta pada saat rapat.

Pasal 55 Hal-hal yang tercantum dalam Peraturan Kementrian Pertanahan, Prasarana dan

Transportasi menurut Pasal 67 Ayat 1 tentang Undang-Undang Perencanaan

Kota dapat dilihat juga dalam Pasal 38-4 Ayat 1.

Pasal 56 Pihak yang membeli tanah sesuai den gan ketetapan Pasal 68 Ayat 1 Undang-Undang

Perencanaan Kota akan memberikan Tagihan Pembelian k epada pelaksana proyek dengan

dokumen yang menyatakan hak-hak kepemilikan tanah yang bersangkutan, formulir tagihan

pembelian dapat dilihat pada Formulir Terlampir No.9-4.

(Formulir Petisi untuk Prosedur Sistem Skors)

Pasal 57 Petisi menurut ketetapan Pasal 72 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota akan

dibuat berdasarkan formulir petisi yang ditunjukkan dalam Fo rmulir Terlampir No.16.

BAB V. KETETAPAN LAIN-LAIN

(Tampilan Isi, dsb Pengumuman Resmi)

Pasal 58 Tampilan isi menurut ketetapan Pasal 42 Ayat 2 Tata Pelaksanaan

Undang-Undang Perencanaan Kota, dimana pengumuman resmi yang dibuat menurut Pasal

52-3 Ayat 1 Undang-Undang Perencanaan Kota, akan dilanjutkan sesuai dengan jadwal

perencanaan kota

yang berkaitan dengan proyek pengembangan perkotaan

Pasal 59 Tampilan yang tercantum dalam Pasal 42 Ayat 3 Tata Pelaksanaan

Undang-Undang Perencanaan Kota dimana pengumuman resmi dibuat menurut

Pasal 81 Ayat 3 Undang-Undang yang sama akan dilanjutkan dalam 10 (sepuluh) hari

sejak pengumuman.

(Metode Pemberitahuan kepada Publik)

Pasal 59-2 Metode-metode yang ditentukan dalam Peraturan Depratemen Pertanahan,

Prasarana dan Transportasi dalam Pasal 81 Ayat 3 Undang-Undang Perencanaan

Kota akan diinformasikan dalam koran pemerintah berkaitan dengan tata

peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian Pertanahan, Prasarana dan Transportasi,

dan Lembaran Negara tentang tata peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur setiap

propinsi.

Page 35: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN

NOMOR : ......... TAHUN 2009

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

TAHUN 2008 – 2028

DENGAN RAHMAD TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MEDAN,

Menimbang :

a. bahwa untuk mengarahkan pemanf aatan ruang di Kota Medan secara

aman , nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan

Nusantara dan Ketahanan Nasional, perlu disusun Rencana Tata

Ruang Wiayah Kota Medan;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar

sektor, daerah, dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah

merupakan rencana struktur dan pola ruang yang akan dilaksanakan

oleh Pemerintah, Masyarakat, dan/dunia Usaha;

c. bahwa telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun

2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, huruf b, dan

huruf c, serta sebagai Pelaksanaan Undang-undan g Nomor 26 tahun

2007 tentang Penataan Ruang. Dipandang perlu menetapkan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan den gan Peraturan Daerah.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 25 Tahun 2004);

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lemb aran Negara Tahun 2004 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

3. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Repu blik Indonesia Tahun 20 04 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

Page 36: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Repu blik Indonesia Tahun 20 04 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4725);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan

Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta

Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan dan Pen yelengaraan Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4593);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun

2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahu n 2008 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833);

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang

Pedoman Koordinasi Penataan Ruang daerah.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA MEDAN

dan WALIKOTA MEDAN

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN TENTANG RENCANA

TATA

RUANG WILAYAH KOTA MEDAN TAHUN 2028-2028

Page 37: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

BAB I

KETENTUAN UMUM

Bagian Pertama

PENGERTIAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yan g dimaksud den gan :

1. Daerah adalah Kota Medan.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.

3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

Medan.

5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang d arat, ruang laut, dan ruan g ud ara,

termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatu an wilayah, tempat manusia dan

makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat per mukiman dan sistem jaringan

prasarana dan saran a yang berfun gsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi

masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

10. Penyelenggaraan penataan ru ang adalah kegiatan yang meliputi pen gaturan,

pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.

11. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik

Indonesia yang memegang kekuasaan p emerintah an negara Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik In donesia

Tahun 1945.

12. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daer ah.

13. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan huku m bagi

Pemerintah, pemerintah daerah, d an masyarakat d alam penataan ruang.

14. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan

ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

15. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang

melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pen gendalian

pemanfaatan ruang.

16. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan pen ataan ruang

Page 38: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

17. Perencanaan tata ruang ad alah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan

pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruan g.

18. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang

sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program

beserta pembiayaannya.

19. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.

20. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

21. Wilayah adalah ruang yan g merupak an kesatu an geografis beserta segenap unsur

terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan asp ek administratif dan/atau

aspek fungsional.

22. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangk auan

pelayanan pada tingkat wilayah.

23. Sistem internal perkotaan adalah struktur ruan g dan pola ruang yang mempunyai

jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.

24. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

25. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya

buatan.

26. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

manusia, dan sumber daya buatan.

27. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,

termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi.

28. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada

wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam

tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan

sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

29. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan

distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

30. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan

perkotaan yang mberdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di

sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem

jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan

sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. 31. Kawasan megapolitan adalah kawasan

yang terbentuk dari 2 (dua) atau lebih

kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah

sistem.

32. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruan gn ya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap ked aulatan

Page 39: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan,

termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

33. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,

budaya, dan/atau lingkungan.

34. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

karena mempunyai pen garuh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap

ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

35. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara

alamiah maupu n yang sengaja ditanam.

36. Izin pemanfaatan ruang ad alah izin yang dipersyaratkan d alam kegiatan pemanfaatan

ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perund angundangan.

37. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

38. Menteri adalah menteri yang menyelenggarak an urusan pemerintahan dalam bidang

penataan ruang.

Bagian Kedua

MUATAN RTRW KOTA MEDAN

Pasal 2

Muatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, mencakup:

1. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota Medan;

2. Rencana Struktur Wilayah Kota Med an, memuat pengembangan dan kriteria sistem

perkotaan wilayah Kota Medan, pengembangan dan kriteria sistem jaringan tranportasi,

pengembangan dan kriteria sistem jaringan energi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan

telekomunikasi, pengembangan dan kriteria sistem jaringan sumber daya air, muatan

rencana struktur ru ang sistem Kota Medan.

3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Medan, memuat peruntukan dan rencana pengelolaan

kawasan lindung, peruntukan dan rencana p engelolaan k awasan budidaya wilayah Kota

Medan.

4. Penetapan Kawasan Strategis Kota Medan, memuat kawasan stretegis pertahanan

keamanan, kawasan strategis pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis sosial dan budaya,

serta kawasan strategis fungsi dan daya du kung lingkung hidup Kota Medan.

5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat arahan pengemb ngan

infrastruktur, arahan pengembangan wilayah, arahan penatagunaan sumber daya alam Kota

Medan, dan Indikasi program utama. 6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah

Kota Medan, memuat indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan insentif

sisentif, dan arahan sanksi.

7. Pengawasan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan, memuat pengawasan terhadap kinerja

pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, fungsi dan manfaat, dan pemenuhan standar pelayanan

minimal bidang penataan ruang, pemantauan dan evaluasi, pelaporan serta hak, kewajiban dan

peran serta masyarakat

Page 40: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Bagian Ketiga

FUNGSI DAN MANFAAT RTRW KOTA MEDAN

Pasal 3

1. Fungsi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, adalah:

a. Menjaga konsistensi perkembangan Kota Medan dengan strategi perkotaan nasional dan

arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Utara dalam jangka panjang;

b. Menciptakan keserasian perkembangan Kota Medan dengan wilayah sek itarnya;

c. Menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah.

2. Manfaat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan, ad alah sebagai pedoman untuk:

a. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang di Wilayah Kota Medan;

b. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan dan keserasian

antar sektor;

c. Penetapan lokasi investasi yan g dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di

Kota Medan (rujukan bagi penerbitan ijin lokasi bagi pembangunan);

6

d. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota Medan;

e. Pemanfaatan ruang bagi kegiatan pembangunan.

Bagian Keempat

LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN RTRW KOTA MEDAN

Pasal 4

Lingkup wilayah perencanaan dalam kegiatan penyusunan Penyempurnaan RTRW Kota

Medan ini, meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Medan d engan 21 Kecamatan dan

151 Kelurahan dengan luas 26.510 Ha serta Mebidang dengan Struktur Umum

Bagian Kelima

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Pasal 5

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota adalah rencana tata ruang dalam wilayah

administrasi Kota dengan jangka waktu perencanaan 20 tahun, yaitu mulai dari tahun

2008 sampai dengan tahun 2028.

Pasal 6

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan digambarkan dalam peta wilayah Kota Medan

dengan tingkat ketelitian minimal skala 1 : 20.000, yang merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

WILAYAH KOTA MEDAN

Page 41: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan

Pasal 7

Tujuan Penataan Ruang Kota Medan yang akan dituju sesuai dengan visi Kota Medan

adalah: “Mewujudkan wilayah Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan

berkelanjutan serta mempunyai daya saing dan daya tarik sebagai daerah tujuan

investasi”

Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Medan

Pasal 8

Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka k ebijakan pen ataan ruang

Kota Medan adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan Kota Medan yang aman, nyaman, produktif dan berk elanjutan melalui

pembangunan kota yang berkeadilan;

2. Mewujudkan perekonomian kota yang tangguh dan dinamis, melalui peningkatan d aya

saing dan daya tarik yang tinggi sebagai daerah tujuan investasi;

3. Mewujudkan Kota Medan sebagai Kota Metrop olitan dan sekaligus sebagai Pusat

Kegiatan Nasional melalui pembangunan sarana dan prasarana kota yang modern,

handal dan asri; 7

4. Mewujudkan masyarakat Kota Medan yang berilmu pengetahu an, men guasai

teknologi, beriman, bertaqwa serta mandiri.

Srategi Penataan Ruang Wilayah Kota Medan

Pasal 9

Strategi penataan ruang untuk mendukung kebijak an penataan ruang yang ditetapkan

adalah, sebagai berikut:

1). Memanfaatkan ruang daratan, lautan dan udara untuk semua aktifitas yang

memberikan nilai tambah yang positif bagi Pembangunan Kota Med an.

2). Mengembangkan pemanfaatan ruang kota untuk mendukung b erlan gsungnya berbagai

kegiatan sesuai dengan fungsi utama Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional, Pusat

Perdagangan d an Jasa Regional dan Internasional, Pusat Kegiatan Industri, Pusat Pelayanan

Sosial dan Pusat Kegiatan Transportasi Regional dan Internasional.

3). Pengembangan kawasan permukiman yan g aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan;

4). Tersedian ya Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota yang memad ai, meliputi:

a. Pengembangan RTH Publik seperti taman, lapangan olahraga, hutan kota, taman tempat

bermain, RTH yang bersatu dengan fasilitas (konsep KDB), jalur hijau (daerah industri, jalur

kereta api, gas, kubur an, dll) dan RTH privat; b. Pengembangan RTH konservasi (lindung) di

Kota Medan berupa daerah resapan, sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan hutan

mangrove, dll.

5). Pengembangan kawasan eks Bandara Polonia sebagai Cental Business Distrik

(CBD), meliputi:

a. Pengembangan kawasan perkantoran pemerintah provinsi dan kota;

Page 42: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

b. Pengembangan kawasan jasa dan perdagangan skala regional dan internasional;

c. Pusat pelayanan umum.

6). Mengembangkan kawasan Utara Medan menjadi Kawasan Strategis Kota (KSK)

dengan memperhatikan potensi dan peranan kawasan utara yang memiliki pelayanan

regional dan internasional, antara lain:

a. Pengembangan pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan hub internasion al;

b. Pengembangan pelabuhan penumpang (TOD), pelabuhan laut peti kemas

internasional, kawasan industri, pergudangan dan ekspedisi, xport Processing

Zone (EPZ) dan pusat permukiman.

c. Pusat perdagangan (TOD), pusat pelayanan kawasan industri, kawasan industri high

technology (KEK), pusat permukiman industri, perlindungan kawasan dan bangunan

bersejarah, water front city , dan theme park;

d. Pelabuhan perikanan Samudera.

7). Pengembangan kawasan Utara harus berwawasan lingkungan/konservasi dan estetika,

yaitu dengan menerapkan konsep waterfront city , penguatan ekosistem bakau (hutan bakau

dan penanaman bakau d alam petak tambak), penataan ruang terbuka hijau dan zona hijau (

buffer zone ). 8

8). Pengembangan sistem sarana transportasi massal untuk mendukung Kota Medan sebagai

Kota Metropolitan, yang meliputi bus line , busway , monorail, LRT atau heavy rail;

9). Pengembangan sistem jaringan drainase dan utilitas kota yang memiliki kapasitas yang

sangat besar untuk mengantisipasi bahaya banjir. 10) Mengembangkan jaringan jalan baru

untuk mengurangi beban p ada pusat kota.

Pengembangan jalan baru tersebut antara lain:

a. Pengembangan jalan lingkar luar, jalan lingkar paling luar, jalan lingkar

Mebidangro, jalan lingkar pesisir utara dan jalan lingkar kawasan utara medan;

b. Pengembangan jalan tol Medan – Medan dan Medan Kuala Namo;

c. Peningkatan jalur kereta api Medan – Belawan, Medan – Medan d an

pembangunan jalur kereta api baru Medan – Ku ala Namo;

11). Mengarahkan pengembangan kegiatan permukiman (terutama ke arah Utara) dan

membatasai perkembangan permukiman ke arah selatan sebagai kawasan konservasi; 12).

Mengembangkan Kawasan USU (Universitas Sumatera Utara) dan Kampus USU yang baru

di Kuala Bekala sebagai kawasan pendidikan, penelitian dan pelatihan yang memiliki skala

pelayanan regional. Sedangkan kawasan pendidikan tinggi lainnya yang sudah ada

dikembangkan dengan pendekatan intensifikasi lahan.

BAB III

RENCANA STRUKTUR WILAYAH KOTA MEDAN

Bagian Pertama

U m u m

Pasal 10

Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Medan, terdiri dari:

Page 43: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

1. Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan;

2. Rencana Sistem Jaringan Transportasi;

3. Rencana Sistem Jaringan Utilitas;

Bagian Kedua

Rencana Sistem Pusat-Pusat Pelayanan

Pasal 11

Rencana Sistem Pusat-pusat Pelayanan Kota Medan, terdiri atas:

1. Pusat Primer Utara, terletak di antara Kecamatan Medan Labuhan dan Medan

Marelan, tepatn ya disekitar Mesjid Raya Labuhan, Kelurahan Pekan Labuhan.

2. Pusat Primer di Pusat Kota, meliputi 7 (tujuh Kecamatan) di Pusat Kota Medan antara

lain:

a. Kecamatan Medan Polonia;

b. Kecamatan Medan Maimun;

9

c. Kecamatan Medan Baru (Kelurah an Darat dan Petisah Hulu);

d. Kecamatan Medan Petisah (Kelurah an Petisah Tengah dan Sekip);

e. Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas);

f. Kecamatan Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu);

g. Kecamatan Medan Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan

Mesjid).

3. Pusat Sekunder Belawan terletak di Kecamatan Medan Belawan, tepatnya di

Kelurahan Belawan Lama.

4. Pusat Sekunder Medan Labuhan, terletak di Kecamatan Medan Labuhan, tepatnya di

persimpangan jalan Marelan Raya dan Jalan Yos Sudarso, diantar a Kelurah an Pekan

Labuhan dengan Kelurahan Martubung;

5. Pusat Sekunder Medan Marelan, terletak di Kecamatan Medan Marelan, tepatnya

dipersimpangan Jalan Marelan Raya dan Jalan Rahmad Budin (Kelurahan Terjun);

6. Pusat Sekunder Medan Perjuangan, terletak di Kecamatan Medan Tembung tepatnya

disekitar aksara;

7. Pusat Sekunder Medan Area, terletak di Kecamatan Medan Amplas tepatnya di

sekitar persimpangan terminal Amplas, Kelurahan Timbang Deli;

8. Pusat Sekunder Medan Helvetia, terletak di antara Kecamatan Medan Helvetia dan

Kecamatan Medan Petisah tepatnya di Gaperta;

9. Pusat Sekunder Medan Selayang, terletak di Kecamatan Medan Selayang tepatn ya di

sekitar simpang Pemda;

10. Pusat Sekunder Medan Timur, terletak Kecamatan Medan Timur tep atnya disekitar

Pulo Brayan;

Page 44: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Bagian Ketiga

Rencana Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 12

Rencana sistem jaringan transportasi Kota Medan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal

10 ayat (2), terdiri atas:

1. Angkutan Jalan Raya, terdiri atas:

a. rencana dan fungsi jaringan jalan;

b. rencana terminal;

c. trayek angkutan umum;

d. jaringan pejalan kaki; dan

e. ruang evakuasi;

2. Angkutan Kereta Api;

3. Angkutan Laut;

4. Angkutan Sungai, Danau dan Pen yeberangan;

5. Angkutan Udara

Pasal 13

1. Rencana dan fungsi jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1)

huruf a, terdiri atas jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, jaringan

jalan arteri sekunder dan jaringan jalan kolektor sekunder;

2. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan arteri Primer antara lain:

a. Jalan lingkar luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Tritura, Jalan A.H Nasution, Jalan Ngumban

Surbakti, Jalan Gagak Hitam (Simpang Setia Budi – Pondok Kelapa), Jalan Asrama, Jalan

Kapten Sumarsono, Jalan Cemara, Jalan Jamin Ginting (Simpang Pos-ke arah Berasyagi), dan

Jalan Yos Sudarso (Fly Over – hingga Belawan). Lebar jalan yang direncanakan minimal 33

meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18 meter.

b. Jalan lingkar luar paling luar, yaitu meliputi ruas : Jalan Rahmad Buddin, Jalan Kelambir

Lima, Jalan Pinang Baris, Jalan Terusan Pinang Baris (Pinang Baris – Simpang Melati) dan

Jalan Plamboyan Raya. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis

Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.

c. Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa (Belmera). Lebar jalan yang

direncanakan minimal 100 meter den gan Garis Sempadan Bangunan ( GSB)

sekitar 52 meter.

d. Rencana Jalan Tol Medan – Binjai. Lebar jalan yang direncanakan minimal 50

meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 26 meter.

e. Rencana Jalan Lingkar Luar Paling Luar bagian selatan (jalan perbatasan Kota

Medan) yaitu meliputi ruas: Simpang Kuala Bekala, Jalan Bunga Rampai 3, Jalan

Bunga Rampai, Jalan Stasiun, Jalan Bajak II, Jalan Sumber Utama 2, Jalan Supir,

Page 45: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

dan Jalan Bendungan. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan

Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.

3. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder, yaitu: Jalan Marelan Raya

dan Jalan Sicanang. Lebar jalan yang direncanakan minimal 26 meter dengan Garis

Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.

4. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Arteri Sekunder antara lain: jalan Brigjen

Katamso dan Jalan Letda Sujono. Lebar jalan yan g direncanakan minimal 26 meter dengan

Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 14 meter.

5. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Kolektor Sekunder antara lain:

a. Jalan Pancing dan Jalan Sunggal. Lebar jalan yang direncanakan minimal 33

meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 18 meter;

b. Jalan Tengku Amir Hamzah, Jalan Bambu, Jalan Pelita II, Jalan Bangau, Jalan Suka Ria,

Jalan A.R Hakim, Jalan Halat, Jalan Juanda, Jalan Mongonsidi, Jalan Jamin Ginting (Simpang

Dr. Mansyur – Simpang Pos), Jalan Rawe, Jalan Kasuari, Jalan Kawat 4, dan Jalan Alfaka 7.

Lebar jalan yang direncan akan minimal 26 meter dengan Garis Sempadan Bangunan (GSB)

sekitar 14 meter.

c. Jalan Dr Mansyur, Jalan Setia Budi (Simpang Dr. Mansyur- Simpang Batang Hari), dan

Jalan Kapten Muslim. Lebar jalan yang direncanakan minimal 20 meter dengan Garis

Sempadan Bangunan (GSB) sekitar 12 meter;

Pasal 14

1. Rencana Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huru f b, adalah dengan

membangun terminal terpadu di CBD Polonia yang terintegrasi dengan stasiun Kereta Api

dan terminal-terminal kelas A yang telah ada seperti Terminal Amplas, Terminal Belawan,

Terminal Pinang Baris dan Terminal W. Iskandar.

2. Untuk mendukung pengembangan kawasan Utara, maka pada Pusat Primer Utara juga akan

dibangun sebuah terminal yan g terintegrasi dengan Stasin Kereta Api, yaitu terminal

Labuhan.

Pasal 15

1.Trayek Angkutan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c, adalah

Penataan rute angkutan umum dalam rangka meningkatkan distribusi pelayanan serta efisiensi

penggun aan jalan adalah sebagai berikut: a. Memisahkan antara moda angkutan dalam kota

dan luar kota. Moda angkutan luar kota (AKAP dan AKDP) tidak diijinkan memasuki pusat

kota. Bagi Bus AKAP dan AKDP yang melintasi Kota Medan hanya diijinkan melintasi pada

jalan Lingkar Luar, yaitu jalan Tritura, Jalan AH Nasution dan Jalan Ngumban Surbakti.

b. Pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) yang dapat mengangkut

penumpang dalam jumlah besar, yang beroperasi secara cepat, nyaman, aman, terjadwal dan

berfrekuensi tinggi pada koridor-koridor utama (jalur primer) berbasis

Page 46: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

rel atau jalan raya.

Pasal 16

1. Jaringan Pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf d, adalah

penataan jalur khusus untuk pejalan kaki yang aman dan nyaman;

2. Pengembangan sarana pejalan kaki lebih diprioritaskan pada jalan-jalan utama kota yang

masih belum ban yak terisi bangunan, sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai jalur

khusus pejalan kaki, seperti jalan lingkar luar dan jalan arteri yang dibuat pemisah antara jalur

cepat, jalur lambat dan jalur khusus pejalan kaki.

Pasal 17

1. Ruang evakuasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf e, adalah: jalur

penyelamatan ( escape road ) adalah jalan-jalan kota yang dikembangkan/ direncanakan

sebagai jalur pelarian k e bangunan/bukit penyelamatan dan wilayah yang aman apabila

terjadi bencana alam (gempa atau tsunami);

2. Jalan-jalan yang dapat dikembangk an sebagai jalur penyelamatan (escape road) di

Kota Medan antara lain : jalan Yos Sudar dan Jalan Tol, Jalan-jalan disekitar Lapangan

Merdeka, Lapangan Benteng, Stadion Teladan dan jalan-jalan yang mengarah ke lapangan

terbuka lainnya.

Pasal 18

1. Angkutan Kereta Api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2 ), terdiri atas

pengembangan jaringan rel kereta api dan stasiun kereta api;

2. Jaringan jalan/rel kereta api dari Kota Medan yang dapat dikembangkan dimasa mendatang

adalah ;

a. Jalur Medan – Medan – Tanjung Pura – Hingga Banda Aceh;

b. Jalur Medan – Tebingtingg- Rantauprapat- hingga Pekanbaru;

c. Jalur Medan – Kuala Namo;

3. Beberapa Stasiun Kereta Api yang dapat dikembangkan lagi antara lain :

a. Stasiun Kereta Api Polu Brayan;

b. Stasiun Kereta Api Labuhan, dan;

c. Stasiun Kereta Api di Kecamatan Helvetia.

Pasal 19

Angkutan Laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3), adalah pengembangan

pelabuhan laut Belawan menjadi Pelabuhan Hub Internasional.

Pasal 20

Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4),

adalah rencana pengembangan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan yang dapat

dikembangkan di Kota Medan seperti pelabuhan Sungai di Kecamatan Medan Labuhan

Page 47: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Kelurahan Nelayan Indah).

Pasal 21

Angkutan Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5), adalah; rencana pemindahan

Bandara Polonia ke Bandara Kuala Namo.

Bagian Keempat

Rencana Sistem Jaringan Utilitas

Pasal 22

Rencana sistem jaringan utilitas Kota Medan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (3), terdiri atas:

1. Rencana sistem jaringan energi dan kelistrikan;

2. Rencana sistem jaringan telekomunkasi;

3. Rencana sistem jaringan gas

4. Rencana sistem jaringan air bersih;

5. Rencana sistem jaringan pembuangan air hujan;

6. Rencana sistem jaringan air limbah;

7. Rencana sistem persampahan

Pasal 23

1. Rencana sistem jaringan energi dan kelistrikan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat

(1), terdiri atas: bangunan pembangkit, gardu induk dan jaringan transmisi; 2. Bangunan

pembangkit yang ada di Kota Medan saat ini hanya satu unit, yaitu Bangunan Pembangkit

Listrik di Sicanang. 3. Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET), yang terdapat di

wilayah Sumatera Utara baru terdapat 2 (dua) unit, yaitu; GITET Kuala Tanjung dan GITET

Tebingtinggi.

4. Gardu Induk, memiliki tegangan 150 KV, yang ada saat ini di Kota Medan terdapat sekitar

10 unit.

Pasal 24

Rencana sistem jaringan telekomunikasi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2),

terdiri atas: rumah kabel dan jaringan distribusi yang dikembangkan secara terus menerus

untuk memberikan pelayanan jasa telekomunikasi di seluruh wilayah Kota

Medan.

Pasal 25

Rencana sistem jaringan gas, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3), terdiri atas: brik

gas dan jaringan distribusi yang dikembangkan secara terus menerus untuk emberikan

elayanan gas di seluruh wilayah Kota Medan.

Pasal 26

Rencana sistem jaringan air bersih, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4), terdiri

atas: bangunan pengolahan, jaringan transmisi dan jaringan distribusi yang dikembangkan

secara terus menerus untuk memberikan pelayanan air bersih di seluruh wilayah Kota Medan.

Page 48: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Pasal 27

1. Rencana sistem jaringan air hujan, seb agaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5), terdiri

atas: sistem primer, sistem sekunder dan sistem tersier;

2. Saluran primer, terdiri dari; Sungai Bad era, Sungai Belawan, Sungai Deli, Sungai Babura

dan Sungai Percut.3. Saluran drainase sekunder, terdiri dari : anak-anak sungai yang ad a di

Kota Medan; 4. Saluran drainase tersier, terdiri dari; saluran drainase perumahan dan saluran

drainase permukiman.

Pasal 28

Rencana sistem jaringan air limbah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6), terdiri

atas: instalasi pengolahan air limbah dan jaringan air limbah yang dikembangkan secara

terus menerus untuk memberikan pelayanan air limbah di seluruh wilayah Kota Medan.

Pasal 29

Rencana sistem persampahan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (7), terdiri

atas: TPA, TPS dan sarana pengangkutan sampah yang dikembangkan secara terus

menerus untuk memberikan pelayanan persampahan di seluruh wilayah Kota Medan.

BAB IV

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

Bagian Pertama

Kawasan Lindung

Pasal 30

Kawasan Lindung di Kota Medan, terdiri dari:

1. Hutan Rawa Sekunder (Hutan Manggrove Sekunder);

2. Sempadan Sungai;

3. Sempadan Danau;

4. Sempadan Rel Kereta api, dan

5. Jalur Hijau SUTET.

Pasal 31

Hutan Rawa Sekunder (Hutan Manggrove Sekun der), sebagaimana imaksud dalam Pasal 30

ayat (1), terdiri atas: Kawasan Pantai Berhutan Bakau (Hutan Mangrove) di wilayah

Kecamatan Medan Belawan seluas 1.029 Ha yang berfungsi menjaga kelestarian lingkungan

serta menjaga ekosistem ikan dan mencegah abrasi pantai.

Pasal 32

Sempadan sungai, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2), adalah jalur disisi kiri

dan kanan sungai yang ditetapkan sebesar:

a. Sungai Belawan 15 m.

b. Sungai Percut 15 m.

c. Sungai Deli 15 m.

d. Sungai Babura 15 m.

Page 49: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

e. Sungai Sei Selayang 15 m.

f. Parit Emas 5 m.

g. Sungai-sungai kecil 5 m.

Pasal 33

Sempadan Danau, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3), adalah: daratan epanjang

tepian danau buatan/bendungan yang lebarnya propo rsional den gan bentuk dan kondisi fisik

anau buatan/bendungan antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. encana

kawasan lindung danau buatan/bendungan direncanakan di Danau Siombak yang

diperkirakan sebesar 26,4 Ha.

Pasal 34

Sempadan rel kereta api, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (4), adalah: kawasan di

isi kiri dan kanan rel kereta api dengan jarak sekur angkurangnya 18 meter.

Pasal 35

Jalur Hijau SUTET, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (5), adalah: kawasan di sisi

kiri dan kanan saluran udara tegangan ekstr a tinggi dengan jarak sekurang kurangnya 60

meter.

Bagian Kedua

Kawasan Budidaya

Pasal 36

Kawasan Budidaya di Kota Medan, terdiri dari:

1. Kawasan Perumahan dan Permukiman

2. Kawasan Komersial

3. Kawasan industri

4. Fasilitas pelayanan

5. Kawasan khusus

6. Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota,

7. Kawasan Pertanian

Pasal 37

1. Kawasan perumahan dan permukiman, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat

(1), adalah: lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan

dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial;

2. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman terutama diarahkan ke arah Utara

kota, yaitu di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan;

Pasal 38

1. Kawasan Komersial, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2), terdiri dari: kegiatan

perdagangan, niaga, bisnis, perkantoran pemerintah dan swasta, dan kegiatan informal;

2. Arahan lokasi untuk kgiatan jasa tersebut adalah:

a. BWK Pusat Kota (CBD Polonia) yang terdiri dari 7 (tujuh) Kecamatan;

Page 50: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

b. Kawasan Pelabuhan Belawan;

c. Pusat Primer Utara dan setiap Pusat Sekunder.

Pasal 39

1. Kawasan industri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), terdiri dari:

kawasan industri, pergudangan dan kawasan ekonomi khusus (KEK);

2. Pengembangan kawasan industri di Kota Medan adalah kawasan industri di

Kecamatan Medan Labuhan (Lamhotma) dan area industri di KIM di Kecamatan

Medan Deli.

Pasal 40

1. Kawasan fasilitas pelayan an, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4), ad alah:

kawasan pelayanan sosial-budaya, seperti pendidikan, kesehatan, eribadatan, olahraga dan

fasilitas sosial lainnya.

2. Lokasi kawasan pelayanan sosial-budaya tersebar di seluruh kawasan budidaya dan

dipusatkan di pusat-pusat pelayanan sesuai dengan skala pelayanannya (fungsional,

kecamatan dan kelurahan)

Pasal 41

1. Kawasan khusus, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (5), adalah: kegiatankegiatan

yang memiliki fungsi tertentu dan tidak semua orang bisa masuk secara bebas (kawasan

terbatas);

2. Kawasan-kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan khusus di Kota Medan

antara lain:

a. Kawasan Pelabuhan Belawan di Kecamatan Medan Belawan dengan kegiatan utama,

pelabuhan penumpang, pelabuhan peti kemas, dan perikanan samudera; b. Kawasan militer; c.

Kawasan depot pertamina di Kecamatan Medan Labuhan; d. Bangunan Pembangkit listrik

PLN di Sicanang Kecamatan Medan Belawan

Pasal 42

1. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (6),

adalah: ruang-ruang dalam kota atau wilayah yan g lebih luas baik bentuk area/kawasan

maupun dalam bentuk area memanjang/jalur diman a dalam penggunaannya lebih bersifat

terbuka yan g p ada dasarn ya tanpa bangunan;

2. Untuk memenuhi kebutuhan RTH Kota sebesar 7.953 Ha (30%) maka arahan lokasi RTH

yang akan dikembangkan diluar kawasan lindung (hutan manggrove dan jalur hijau), antara

lain:

a. Kawasan Wisata

b. RTH Hutan kota,

c. RTH Taman kota

d. RTH Tempat Pemakaman Umum.

e. RTH Jalur Hijau Jalan

Page 51: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

3. Kawasan wisata yang dapat dikembangkan sekaligus berfungsi sebagai RTH adalah

kawasan wisata di Utara Medan (Kecamatan Medan Marelan), yang meliputi: Theme

Park, Water Front City, dan danau Siobak;

4. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Hutan Kota di Kota Medan antara

lain adalah Taman Beringin dan Eks Kebun Binatang Medan;

5. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Taman Kota di Kota Medan antara

lain adalah Taman Tingkat RW, Taman Lingkungan, Taman Kelurah an, dan Taman

Kecamatan;

6. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Tempat Pemakaman Umum adalah

TPU kristen dengan luas lebih kurang 6 ha dan TPU Muslim dengan luas lebih kurang

10 Ha di Kelurahan Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan;

7. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH Jalur Hijau jalan adalah

penempatan tanaman antara 20–30% dari ru ang milik jalan (rumija) sesuai dengan

klas jalan

8. Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai RTH ruang pejalan kaki adalah ruang

yang disediakan bagi pejalan kaki pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman.

Pasal 43

Kawasan pertanian, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (7), adalah: kawasan

agropolitan yang terdapat di Kecamatan Medan Marelan dengan luas 200 Ha.

BAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA MEDAN

Pasal 44

Jenis kawasan strategis, antara lain, adalah:

1. kawasan strategis dari sudut kepentingan p ertah anan dan k eamanan,

2. kawasan strategis dari sudut pertumbuhan ekonomi,

3. kawasan strategis dari sudut sosial dan budaya,

4. kawasan strategis dari sudut pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi

tinggi,

5. kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Pasal 44

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keaman an, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), adalah: kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil

terdepan, dan kawasan latihan militer;

2. Lokasi-lokasi strategis untuk kegiatan pertahanan dan keamanan, antara lain:

a. Kawasan Pelabuhan Belawan, merupakan p antai yang relatif landai dan berada

Page 52: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

pada jalur pelayaran internasional yang padat, rawan terhadap invasi pihak asing, karena

letaknya yang langsung berhadapan dengan Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran

internasional paling padat di dunia. Kawasan Pantai Belawan juga rawan terhadap

penyelundupan barang-barang dari luar negeri.

b. Pada lokasi-lokasi pintu masuk dan keluar dari wilayah Kota Medan, seperti Pinang Baris,

Amplas dan Tuntungan juga merupakan lokasi yang strategis untuk menjaga keamanan dan

ketenteraman Kota Medan.

Pasal 45

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 44 ayat (2), adalah: kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan

pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan

pelabuhan bebas

2. Kawasan Strategis Kota (KSK) Medan yang dapat dikembangkan sebagai Kawasan

Strategis Pertumbuhan Ekonomi, antara lain:

a. Kawasan Metropolitan, di Kota Medan meliputi 7 (tujuh) kecamatan di Pusat Kota yang

ditetapkan sebagai Pusat Kawasan Metropolitan Mebidangro, yaitu Kecamatan Medan

Polonia, Medan Maimun, Medan Barat, Medan Petisah, Medan Baru, Timur dan Medan Kota.

b. Kawasan ekonomi khusus, yang akan di kembangkan adalah di Kecamatan Medan

Labuhan;

c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, meliputi: Kecamatan Medan

Belawan, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Deli, Pusat Kota (CBD

Polonia) dan Kecamatan Amplas.

d. Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas, meliputi : Kawasan Pelabu han

Belawan di Kecamatan Medan Belawan dan Pusat-Pusat Primar dan Sekunder.

Pasal 46

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 44 ayat (3), adalah: kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya,

termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia;

2. Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan seb agai kawasan

strategis soaial budaya adalah:

a. Kawasan Medan Polonia;

b. Kawasan Kota Lama Labuhan Deli (Toapekong Labuhan, Rumah-rumah Toko

Pekong, Rumah-rumah Melayu, Mesjid Raya Labuhan, Bangunan Eks Bea Cukai

dan Stasin Kereta Api Belawan).

c. Kawasan Perumahan dan Pergudangan Eks DSM di Pulo Brayan;

d. Kawasan Istana Maimun;

e. Kawasan Kampung Keling;

f. Kawasan Kesawan;

Page 53: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Pasal 47

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau

teknologi tinggi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4), adalah: kawasan

pertambangan minyak dan gas bumi termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas

pantai, serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir; 2. Kawasan-kawasan di

Kota Medan yang dapat dikatagorikan seb agai kawasan strategis dari sudut kepentingan pend

ayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi adalah tidak ada.

Pasal 48

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (5), adalah: kawasan pelindungan dan pelestarian

lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia seperti Taman

Nasional;

2. Kawasan-kawasan di Kota Medan yang dapat dikatagorikan seb agai kawasan strategis dari

sudut kepentingan fungsi dan d aya dukung lingkungan hidup, adalah:

a. Kawasan Agropolitan di Kecamatan Medan Marelah;

b. Kawasan Hutan Manggrove dan rawa di Kecamatan Medan Belawan;

c. Kawasan Wisata ( Theme Park dan Natural Park ) di Kecamatan Medan Marelan;

d. Kawasan rencana pengembangan waduk-waduk buatan yang menyebar di

Kecamatan Medan Labuhan.

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA MEDAN

Pasal 49

1. Pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola

ruang.

2. Pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan dilaksanakan melalui penyusunan dan

pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaann ya.

3. Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 50

1. Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) disusun

berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yan g ditetapkan dalam Lampiran I yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

2. Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta, dan/atau kerja

sama pendanaan.

3. Kerja sama sendana andilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

Page 54: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

BAB VII

ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

WILAYAH KOTA MEDAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 51

1. Arahan pengendalian pemanfaatan ru ang wilayah Kota Medan digunakan sebagai

acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kota Medan.

2. Arahan pengendalian pemanfaatan ru ang terdiri atas:

a. indikasi arahan peraturan zonasi;

b. arahan perizinan;

c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. arahan sanksi.

Bagian Kedua

Indikasi Arahan Peraturan Zonasi

Pasal 52

1. Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2)huruf a

digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Kota Medan dalam menyusunperaturan zonasi.

2. Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2)

huruf a, terdiri dari:

a. Pemanfaatan ruang yang diijinkan dalan peraturan zonasi

b. Pemanfaatan ruang yang diijinkan secara terbatas dalan peraturan zonasi

c. Pemanfaatan ruang yang diijinkan bersyarat dalan peratu ran zonasi

d. Pemanfaatan ruang yang dilarang dalan peraturan zonasi

3. Indikasi arahan peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2)huruf a,

disusun berdasarkan klasifikasi penggunaan lahan dan sub katagoripenggunaan lahan yang

ditetapkan dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

Bagian Ketiga

Arahan Perizinan

Pasal 53

1. Arahan Perizinan Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Medandilaksanakan

melalui mekanisme perizinan sesuai dengan peraturan perundangundangan.

2. Iizin pemanfaatan uang diberikan oleh pemerintah Kota Medan sesuai

wewenangnyaapabila sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan;

3. Pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan izin sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memenuhi peraturan zonasi yang berlaku di lokasi kegiatan pemanfaatan

ruang tersebut.

Page 55: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Bagian Keempat

Arahan Insentif dan Disinsentif

Pasal 54

1. Untuk mendorong pemanfaatan ruang wilayah Kota Medan yang sesuai dengan

Peraturan Daerah ini dikembangkan peran gkat insentif dan disinsentif;

2. Insentif dan disinsentif diberikan Pemerintah kepada pemerintah daerah dan/atau

masyarakat.

Pasal 55

1. Insentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta yan g

melaksanakan pembangunan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Medan;

2. Disinsentif dibebankan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan/atau swasta

yang melaksanakan pembangunan tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruan g

Wilayah Kota Medan.

Pasal 56

Insentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta dalam bentuk:

1. keringanan pajak;

2. pemberian kompensasi;

3. imbalan;

4. sewa ruang;

5. urun saham;

6. penyediaan infrastruktur;

7. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau

8. penghargaan.

Pasal 57

Disinsentif diberikan Pemerintah Kota Medan kepada masyarakat dan swasta dalam

bentuk:

1. pengenaan pajak yang tinggi;

2. pembatasan penyediaan infrastruktur;

3. pengenaan kompensasi; dan/atau

4. penalti.

Bagian Kelima

Arahan Pengenaan Sanksi

Pasal 58

Arahan Pengenaan Sanksi diberikan apabila pemanfaatan ruang yang tidak sesuai

dengan rencana struktur ruang d an pola ru ang wilayah Kota Medan, meliputi:

1. pelanggaran ketentuan arahan per atuan zonasi;

2. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yan g diterbitkan berdasarkan RTRW

Page 56: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

Kota Medan;

3. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan

berdasarkan RTRW Kota Medan;

4. pelanggaran ketentuan yan g ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang

yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kota Medan;

5. pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh

6. peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau

7. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedu r yang tid ak benar.

Pasal 59

1. pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administratif

dan/atau sanksi pidana;

2. sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan k epada o rang perseoran gan

dan/atau korporasi yang melakukan pelanggaran sesuai dengan k etentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB VIII

PENGAWASAN PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA

Bagian Kesatu

Pemantauan dan Evaluasi

Pasal 60

1. Pemantauan adalah usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa

dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan.

2. Pemantauan merupakan dasar dalam melakukan kegiatan pelaporan.

3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh dinas teknis, seperti Bappeda, Dinas Tata

Kota dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan dengan kelembagaan

yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan.

Pasal 61

1. Evaluasi adalah usaha untuk menilai kemajuan kegiatan p eman faatan ruang dalam

mencapai tujuan rencana tata ruang.

2. Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh dinas teknis, seperti Bappeda, Dinas Tata Kota

dan Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan dengan k elembagaan yang

ada di lingkungan Pemerintah Kota Medan.

3. Untuk dapat melakukan evaluasi sejauhmana simpangan pemanfaatan ruang

terhadap rencana yang ditetapkan, perlu diperhatikan kriteria bahwa p emanfaatan

ruang kota din yatakan sesuai atau tidak terjadi simpangan apabila terpenuhi :

a. RTRW Kota Medan telah ditetapkan sebagai peraturan daerah dan terdiseminasi

ke instansi pemerintah daerah dan masyarakat luas;

b. RTRW Kota Medan benar-benar dijadikan acuan pelaksanaan kegiatan

Page 57: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

pembangunan yang memanfaatkan ruan g sehingga RTRW Kota Medan

merupakan dukumen resmi dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Daerah seperti

halnya dokumen rencana tata ruang dan rencana pembangunan daerah lainnya

(RPJP maupun RPJM Daerah);

c. Struktur dan pola pemanfatan ruang yang diwujudkan benar -benar sesuai dengan

arahan dalam RTRW Kota Medan;

22

d. RTRW Kota Medan menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruan g rinci

kawasan di bawahnya (RDTR dan RTR Kawasan);

e. RTRW Kota Medan tidak menimbulkan konflik kepentingan antar sektor atau

tumpang tindih alokasi kegiatan antar sektor;

Bagian Kedua

Pelaporan

Pasal 62

1. Pelaporan adalah berupa kegiatan memberi informasi secara objektif

mengenaipemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesu ai dengan rencana

tataruang.

2. Pelaporan didasarkan pada hasil pemantauan terhadap perubahan kualitas tata ruang dan

lingkungan.

3. Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh dinas teknis seperti Bappeda, Dinas Tata Kota dan

Tata Bangunan, BPN, dan lain-lain atau disesuaikan dengan k elembagaan yang ada di

lingkungan Pemerintah Kota Medan.

4. Sistem pelaporan pemanfaatan ruang dilaksanakan berupa pemberian laporan secara

periodik dan berjenjang. Laporan secara periodik, yaitu penyampaian informasi pemanfaatan

ruang secara rutin dalam jangka waktu tertentu. Laporan berjenjang, yaitu penyampaian

laporan pemanfaatan ruang yang dilaksanakan secara bertahap,dimulai dari tingkat

pemerintahan terkecil menyampaikan laporan ke tingkat diatasnya.

5. Penyampaian laporan pemanfaatan ruang dimulai dari tingkat desa, secara rutin

setiap tiga bulan sekali kepala desa menyampaikan laporan kepada camat. Camat

selanjutnya meneruskan laporan ini ke Walikota Medan melalui Kantor Bappeda atau

Dinas Tata Kota dan Tata Ban gun an dan Walikota akan membentuk Tim Tata Ruang

untuk menindaklanjuti laporan.

6. Materi laporan adalah ruang lingkup laporan yang perlu diinformasikan. Materi laporan

sekurang-kurangnya berisi mengenai :

a. Perkembangan perubahan fungsi dan perubahan peruntukan;

b. Perkembangan pembangunan fisik dan ijin mendirikan bangunan;

c. Perkembangan perubahan hak atas tanah;

d. Masalah-masalah yang perlu segera diatasi;

e. Masalah-masalah yang akan muncul dan perlu diantisipasi;

Page 58: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

BAB IX

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

Bagian Pertama

Pelaksanaan Kewajiban Masyarakat

Pasal 63

Dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kota Medan, setiap oran g wajib :

1. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

2. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruan g dari pejabat yang

berwenang;

23

3. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan

4. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan p erundangundan gan

din yatakan sebagai milik umum.

Pasal 64

Setiap orang yang melanggar ketentuan, dikenai sanksi administratif.

Pasal 65

Sanksi administratif dapat berupa:

1. peringatan tertulis;

2. penghentian sementara kegiatan;

3. penghentian sementara pelayanan umum;

4. penutupan lokasi;

5. pencabutan izin;

6. pembatalan izin;

7. pembongkaran bangunan;

8. pemulihan fungsi ruang; dan/atau

9. denda administratif.

Pasal 66

Pelaksanaan kewajiban masyarak at dalam penataan ruan g, dilaksan akan denganmematuhi

dan menerapkan kriteria, kaidah, dan baku mutu sesuai dengan nilaikebenaran ilmiah serta

turan-aturan penataan ruang yang ditetap kan dengan peraturanperundang-undangan.

1. mengetahui rencana tata ruang;

2. menikmati pertambahan nilai ruang

3. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang;

4. mengetahui secara terbuka peren canaan penataan ruang wilayah provinsi, ruang wilayah

kabupaten/kota dan rencana detail lainnya;

5. menikmati manfaat ruang atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari pembangunan

dan penataan ruang;

6. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat

Page 59: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan perencanaan ruang.

Pasal 67

1. untuk mengetahui perencanaan penataan ruang, masyarakat dapat melihat dan empelajari

dokumen penataan ruang, dan men getahui dari pengumuman ataupenyebarluasan atau

informasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

2. pengumuman atau penyebarluasan informasi tata ruan g seb agaimana dimaksud padaayat

(1), dapat diketahui masyarakat di kantor-kan tor yang secara fungsional menangani kegiatan

penataan ruang atau melalui media massa dan internet (Web Site).

Pasal 68

Masyarakat dapat menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumber daya alam

yangterkandung di dalamnya yang dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan,

ataupemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

ataupunatas hukum adat atau kaidah yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat.

Pasal 69

1. hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan statussemula

yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan Penataan Ruangdiselenggaraan

dengan cara musyawarah antara pihak-pihak yang berkepentingan.

2. dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengen ai penggantian yang layak

sebagaimanadimaksud dalam ayat (1), maka penyelesaiannya dilakukan dengan

peraturanperundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua

Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat

Pasal 70

Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran serta masyarakat dapat dilakukan, antara lain

melalui:

1. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;

2. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan

3. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 71

1. tata cara peran serta masyarak at dalam pemanfaatan ruang di daerah, dilakukan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan denganmemperhatikan tata

nilai, paradigma, dan adat istiadat setempat.

2. pelaksanaan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

dikoordinasikan oleh Walikota.

Pasal 72

Dalam pengendalian pemanfaatan ruan g, p eran serta masyarakat dapat berbentuk :

1. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan, termasuk pemberian

Page 60: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

informasi atau laporan pelaksanaan p emanfaatan ruang dimaksud;

2. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan

ruang.

Pasal 73

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruan g, dapat disampaikan

secara lisan atau tertulis kepada Kepala Daerah d an pejabat yang berwenang.

Pasal 74

Apabila terjadi konflik tata ruang antara pihak-pihak yang berkepentin gan (stakeholder)maka

penyelesaiannya diupayakan melalui musyawarah muf akat berdasarkan

eraturanperundang-undangan yang berlaku dan apabila tidak tercapai kesepakatan antara

pihak yang berkepentingan, maka penyelesaiannya dilak ukan melalui Pengadilan Negeri

setempat.

BAB X

PENYIDIKAN

Bagian Pertama

Penyelidikan

Pasal 75

1. Penyelidikan atas tindak pidana terhadap p elanggaran pemanfaatan ru ang dilakukan oleh

penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Medan yang pengangkatannya

sesuai dengan peraturan perund angan yang berlaku.

2. Dalam melaksanakan tugas penyidikan,PenyidikPegawai Negeri Sipil sebagaimanatersebut

pada ayat 1 pasal ini berwenang :

a. Menerima laporan akan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian serta melukan pemeriksaan.

c. Men yuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.

d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat.

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang.

f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara.

h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak

terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya

melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum tersangka atau

keluarganya.

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertan ggun g jawabkan.

3. Penyidik Pengawai Negeri Sipil membuat berita acar a setiap tindakan tentang :

a. Pemeriksaan tersangka;

b. Pemasukan rumah;

Page 61: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

c. Penyitaan benda;

d. Pemeriksaan surat;

e. Pemeriksaan saksi;

f. Pemeriksaan ditempat kejadian; dan mengirimkannya kepada Pejab at Penyidik

Polisi Negara Republik Indonesia

Bagian Kedua

Ketentuan Pidana

Pasal 76

1. Setiap orang yang memanfaatkan ruan g tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang

dari pejabat yang berwenang dipidana dengan pidana penjara palin g lama 3 (tiga)tahun dan

denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2. Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyakRp

1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

3. Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau

kerusakan barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara p aling lama 5 (lima) tahun

dan denda paling ban yak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

4. Jika pelanggaran tindak pidana mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidanadengan

pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

BAB XI

PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH

Pasal 77

1. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpan gan dalam pelaksanaan Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Medan ak an dilakukan peninjuaan kembali (evaluasi) secara

berkala setiap lima tahun sekali.

2. Apabila diadakan revisi setelah peninjauan (evaluasi) sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal

ini maka revisi tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundangan

yang berlaku

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 78

1. Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan

dengan penataan ruang yan g telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan

belum diganti berdasarkan peraturan daerah ini.

2. Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, maka semua rencana terkait pemanfaatan ruang dan

sektoral yang berkaitan dengan pen ataan ruang Daerah tetap berlaku sepanjang tidak

Page 62: 100406085 - Benfri Y Matondang (Tugas 2).pdf

bertentangan dengan RTRW Kota Medan.

Pasal 79

Pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 80

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kota Medan Nomor ....

Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 1995-2005,

din yatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

Pasal 81

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pen gundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lemb aran Daerah Kota Medan.

Ditetapkan di Medan

Pada tanggal............2008

WALIKOTA MEDAN

Afifuddin Lubis

Diundang di Medan

Pada tanggal ....................2009

SEKRETARIS DAERAH KOTA MEDAN

……………………………………

LEMBARAN DAERAH KOTA MEDAN TAHUN 2009

NOMOR……………