10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah...

76
JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU ISSN 1693- 4849 (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan) VOLUME 14 NOMOR 1 MARET 2013 Pelaksanaan Supervisi Akedemik Oleh Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesional Guru pada SMP Negeri 1 Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Abusmar, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman (Hal 1 - 7) Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Pada SMA Negeri 7 Banda Aceh Aini Zakiyah (Hal 8 - 13) The Relation Of Students’ Learning Habits Towards Accounting Learning Achievement (A Research on Students Grade XII is Sman 1 Banda Aceh) Faridah Yahya dan Siswandi Yunandar (Hal 14 - 22) Kinerja Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa pada SMP Negeri 2 Babahrot Aceh Barat Daya Alfian Helmi (Hal 23 - 28) Kinerja Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan pada SMPN 8 Kota Banda Aceh Arlis. M (Hal 29 - 38) Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share dalam Perkuliahan Botani Tumbuhan Rendah pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP USM Jailani (Hal 39 - 44) Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada SMPN I Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Iin Sumidar (Hal 45 – 51) Kompetensi Guru Dalam Mengelola Proses Pembelajaran di MIN Bambi Kabupaten Pidie Amiruddin (Hal 52 - 56 ) Tingkat Penguasaan Guru SD Terhadap Materi Geometri Budiman dan Usman (Hal 57 – 62) Manajemen Pembelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa Prodi Diploma III Kebidanan STIKES Harapan Bangsa Banda Aceh T.Murhadi, Murniati AR, dan Djailani AR (Hal 63 – 69) Diterbit Oleh FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu Volume 14 Nomor 1 Hal 1-69 Banda Aceh Maret 2013

Transcript of 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah...

Page 1: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU

ISSN 1693-4849

(Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)

VOLUME 14 NOMOR 1 MARET 2013

• Pelaksanaan Supervisi Akedemik Oleh Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesional Guru

pada SMP Negeri 1 Simeulue Timur Kabupaten Simeulue

Abusmar, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman (Hal 1 - 7)

• Kemampuan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Pada SMA

Negeri 7 Banda Aceh

Aini Zakiyah (Hal 8 - 13)

• The Relation Of Students’ Learning Habits Towards Accounting Learning Achievement

(A Research on Students Grade XII is Sman 1 Banda Aceh)

Faridah Yahya dan Siswandi Yunandar (Hal 14 - 22)

• Kinerja Guru Dalam Meningkatkan Prestasi Siswa pada SMP Negeri 2 Babahrot Aceh Barat Daya

Alfian Helmi (Hal 23 - 28)

• Kinerja Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan pada SMPN 8

Kota Banda Aceh

Arlis. M (Hal 29 - 38)

• Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share dalam Perkuliahan

Botani Tumbuhan Rendah pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi FKIP USM

Jailani (Hal 39 - 44)

• Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada SMPN I

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

Iin Sumidar (Hal 45 – 51)

• Kompetensi Guru Dalam Mengelola Proses Pembelajaran di MIN Bambi Kabupaten Pidie

Amiruddin (Hal 52 - 56 )

• Tingkat Penguasaan Guru SD Terhadap Materi Geometri

Budiman dan Usman (Hal 57 – 62)

• Manajemen Pembelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa Prodi Diploma III

Kebidanan STIKES Harapan Bangsa Banda Aceh

T.Murhadi, Murniati AR, dan Djailani AR (Hal 63 – 69)

Diterbit Oleh

FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Jurnal

Pendidikan

Serambi Ilmu

Volume 14

Nomor 1 Hal

1-69

Banda Aceh

Maret

2013

Page 2: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

PELAKSANAAN SUPERVISI AKEDEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMP NEGERI 1

SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE

Oleh

*Abusmar, **Cut Zahri Harun, ***Nasir Usman

Abstrak: Supervisi akademik di sekolah merupakan upaya kepala sekolah dalam membekali

guru untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya dalam mengelola perangkat

pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

program supervisi, pelaksanaan supervisi, evaluasi pelaksanaan supervisi, faktor pendukung

dan kendala pelaksanaan supervisi kepala sekolah pada SMP Negeri 1 Simeulue Timur

Kabupaten Simeulue. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan studi

dokumentasi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: 1) Program supervisi akademik kepala sekolah mengacu pada

hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester

program-program tersebut berupa: pembekalan dan pembinaan guru melalui pelatihan,

penataran, MGMP dan kunjungan kelas baik secara individu atau kelompok, 2) Pelaksanaan

supervisi akademik kepala sekolah dilaksanakan secara terjadwal dan melalui tahapan-

tahapan serta memperdayakan guru senior dalam membantu tugas kepala sekolah sebagai

supervisor, 3) Evaluasi dilaksanakan berdasarkan instrumen yang telah disusun. Kemudian

hasil evaluasi dianalisis dan ditindak lanjuti berupa dorongan, motivasi, sosialisasi dan

solusi. 4) Faktor pendukung pelaksanaan supervisi akademik adalah keterlibatannya semua

personil sekolah, keinginan kepala sekolah yang tinggi, dan sarana fisik yang memadai.

Sedangkan faktor kendalanya dana kurang memadai, keinginan guru masih relatif kurang,

terbatasnya waktu dan sarana prasarana guru juga berupa perangkat pembelajaran belum

memadai.

Kata Kunci: Supervisi Akademik dan Profesional Guru

PENDAHULUAN Usaha kepala sekolah dalam

meningkatkan profesional guru dapat

dilaksanakan melalui tatanan manajemen

berbasis sekolah yang memfokuskan pada

kegiatan supervisi akademik sebagai usaha

penataan, pembinaan dan pengaturan

peningkatan professional guru dalam proses

pembelajaran. Pembinaan guru oleh kepala

sekolah merupakan upaya menumbuh

kembangkan kompetensi guru di dalam proses

pembelajaran. Pengembangan profesional

guru dituntut untuk mampu menghasilkan out

put pendidikan yang unggul, dalam rangka

mencapai tujuan sekolah yang unggul dan

kondusif.

Dalam tatanan otonomi daerah

pemerintah telah mengatur berbagai peraturan

dan kebijakan pendidikan yang telah diatur

dalam undang-undang dan peraturan

pemerintah bahwa manajemen pendidikan

harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat

otonomi daerah. Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000

tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Provinsi sebagai Daerah

Otonomi menetapkan bahwa: “pengaturan

penyelenggaraan pendidikan di atur dalam

kewenangan daerah sesuai dengan keputusan

pusat”.

Penyelenggaraan pembangunan

pendidikan harus dapat meningkatkan dan

menjaga mutu pendidikan agar sesuai dengan

tujuan pendidikan nasional. Peningkatan mutu

pendidikan banyak aspek yang harus

dilakukan dan diperhatikan mulai dari sumber

daya manusia, tenaga kependidikan sampai

pada kesiswaan serta sarana dan prasarana,

kurikulum, proses pembelajaran termasuk

*Abusmar adalah�Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

**Cut Zahri Harun adalah Dosen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

***Nasir Usman adalah Dosen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Page 3: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

sistem manajemen dan evaluasi yang harus

ada pengawasan secara menyeluruh.

Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang

Standar Kepala Sekolah/Madrasah

menetapkan bahwa: “(1) Kompetensi

Kepribadian, (2) Kompetensi Manajerial, (3)

Kompetensi Kewirausahaan, (4) Kompetensi

Supervisi dan (5) Kompetensi Sosial”. Sesuai

dengan ketentuan tersebut di atas seorang

kepala sekolah diharapkan dapat memahami

tugas pokok dan fungsinya. Sebagai

pemimpin, kepala sekolah di harapkan

dapat menata dan memberdayakan

berbagai komponen dalam lingkungan sekolah

serta memahami fungsi supervisi

pendidikan.

Sistem pendidikan nasional yang telah

mengalami perubahan dari bentuk sentralistik

menuju desentralisasi pendidikan, telah

memberikan nuansa baru terhadap pelayanan

dan bantuan kepada guru secara bersinergi

dalam menjalankan tugasnya. Sabri (Mulyasa,

2007:48) menyatakan bahwa ”hasil belajar

yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor dari diri siswa dan faktor

lingkungan”. Berdasarkan pernyataan di atas

upaya guru dalam proses pendidikan perlu

pembinaan yang efektif baik yang dilakukan

pengawas maupun kepala sekolah. Guru

merupakan personil yang langsung

berhadapan dengan para peserta didik.

Tenaga pendidik dalam pelaksanaan

tugasnya tidak hanya mengajar seseorang

agar tahu beberapa hal, tetapi guru dapat

merubah sikap mental, keterampilan dan

kemampuan memahami pokok materi

pembelajaran. Tugas guru tidak hanya

mengajar, mendidik dan mengasuh tetapi

membimbing kepribadian siswa guna

mengembangkan sumber daya manusia

(SDM). Dengan demikian mendidik

menanamkan nilai-nilai yang terkandung

pada berbagai pengetahuan yang dibarengi

dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan

tingkalaku gurunya, diharapkan peserta didik

dapat menghayati dan kemudian memilikinya,

sehingga dapat menumbuhkan sikap mental.

Paradigma baru ini diharapkan pengawas

pendidik dan supervisor dapat menjalin

kerjasama yang lebih harmonis dalam rangka

mengembangkan tugas-tugas sebagai tenaga

pendidik. Dengan harapan guru dapat

menjalankan tugas secara profesional sesuai

dengan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya.

Sesuai latar belakang masalah di atas,

maka peneliti berinisiatif mengkaji jurnal ini

dengan judul: Pelaksanaan Supervisi

Akademik oleh Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Profesional Guru pada SMP

Negeri 1 Simeulue Timur Kabupaten

Simeulue.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah metode

deskriptif yang dilaksanakan untuk

menggambarkan situasi dan keadaan yang

sedang berlaku, sebagaimana yang

diungkapkan Sugiyono (2008:65) sebagai

berikut “metode deskriptif adalah

menunjukkan dan menafsirkan data yang ada,

misalnya tentang situasi yang dialami, suatu

hubungan dengan kegiatan, pandangan, sikap

yang nampak atau tentang suatu proses yang

sedang bekerja dan sebagainya”. Lokasi

penelitian pada SMP Negeri 1 Simeulue

Timur Kabupaten Simeulue. penulis inginkan

yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisa

pelaksanaan supervisi akademik kepala

sekolah dengan tujuan meningkatkan

profesional guru dan kemampuan kinerja

guru. Adapun yang menjadi subjek penelitian

ini adalah kepala sekolah, wakil kepala

sekolah dan beberapa orang guru.

Subjek penelitian adalah orang atau

individu yang bisa dijadikan sebagai sumber

informasi yang dapat dibutuhkan dalam

pengumpulan data dan informasi. Idrus

(Sugiyino, 2008:121) menyatakan bahwa

”yang dimaksud dengan subjek penelitian

adalah, individu, benda atau organisme yang

dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan

dalam pengumpulan data dalam penelitian”.

Instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan untuk meliput data dalam

penelitian. Instrumen dalam penelitian yang

diperlukan adalah pedoman observasi,

pedoman dokumentasi dan pedoman

wawancara. Pengujian kredibilitas data

penelitian akan dilakukan dengan

perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi,

diskusi dengan teman sejawat, dan member

check.

KAJIAN PUSATAKA

Pengawasan terhadap guru bertujuan

untuk memberdayakan dan meningkatkan

kinerja guru dalam penyusunan perangkat

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 4: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

pembelajaran penguasaan kelas dan juga

kemampuan mengevaluasi serta memotivasi

siswa dalam proses pembelajaran yang lebih

baik. Nawawi (Suhardan, 2010:39)

menyatakan bahwa “kegiatan pengawasan

yang dilakukan oleh seorang pejabat terhadap

bawahannya untuk melakukan tugas-tugas dan

kewajiban dengan baik sesuai dengan

pertelaan tugas yang digariskan”. Pernyataan

di atas supervisi akademik hadir karena suatu

alasan untuk memperbaiki proses belajar dan

mengajar yang efektif dan efisien.

Kepala sekolah merupakan salah satu

komponen pendidikan yang sangat berperan

dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Supriadi (Mulyasa, 2007:25) menyatakan

bahwa ”erat hubungan antar mutu kepala

sekolah dengan berbagai aspek kehidupan

sekolah seperti disiplin, budaya sekolah dan

menurunnya perilaku nakal peserta didik”. Ini

menyatakan bahwa kepala sekolah

bertanggungjawab atas manajemen pendidikan

secara mikro yang secara langsung berkaitan

dengan proses pembelajaran.

Supervisi akademik adalah serangkaian

kegiatan membantu guru mengembangkan

kemampuannya mengelola proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Supervisi akademik salah satu

upaya kepala sekolah membantu guru-guru

mengembangkan kemampuannya dalam

meningkatkan mutu guru dan mutu

pendidikan. Dengan demikian, esensi

supervisi akademik itu sama sekali bukan

menilai unjuk kerja guru dalam mengelola

proses pembelajaran, melainkan membantu

guru mengembangkan kemampuan

profesionalnya.

Kepala sekolah adalah pemimpin yang

mengatur, menggerakkan dan memperdayakan

organisasi sekolah. Tugas kepala sekolah

bukan hanya dalam bidang administrasi saja

namun juga meliputi pemberdayaan sumber

daya, baik manusia dan materi untuk meraih

tujuan yang ditetapkan oleh kepala sekolah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Wahjosumijo

(2008:203) menyatakan bahwa “kepala

sekolah bertanggungjawab atas

penyelenggaraan pendidikan dengan

kewajiban mengadakan pembinaan dalam arti

berusaha agar pengelolaan, penilaian,

bimbingan, pengawasan dan pengembangan

pendidikan dapat dilaksanakan dengan baik”.

Supervisi akademik merupakan suatu

usaha memberikan pelayanan agar guru

menjadi professional dalam menjalankan

tugas melayani peserta didik, sebagaimana

Sutisna (Mulyasa, 2007:155) mengemukakan

bahwa ”supervisi sebagai bantuan dalam

pengembangan situasi belajar mengajar agar

memperoleh kondisi yang lebih baik,

meskipun yang tujuan akhirnya tertuju pada

hasil belajar siswa namun diutamakan dalam

supervisi adalah bantuan untuk guru”.

Tujuan Supervisi Akademik

Supervisi akademik merupakan

program tahunan yang dilaksanakan oleh

kepala sekolah sebagai bagian dari tugas

pokok dan fungsi kepala sekolah, dalam upaya

meningkatkan profesional guru meliputi

pengetahuan, keterampilan mengajar,

komitmen dan motivasi. adapun tujuan

supervisi akademik sebagaimana

diungkapkan oleh Glikman (Muslim, 2010:43)

menyatakan bahwa “tujuan supervisi

akademik adalah untuk membantu guru

bagaimana belajar dalam meningkatkan

kemampuan mereka sendiri guna mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan

bagi siswa-siswanya.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas

menyiratkan bahwa peran dan tanggung jawab

guru serta peran dan tanggung jawab

supervisor mutlak untuk dilaksanakan, sebab

keberhasilan guru dan pengikatan mutu tidak

terlepas dari pengawasan dan pengontrolan

baik dari supervisor maupun dari pengawas

pendidikan. Melalui supervisi akademik

diharapkan kualitas guru dalam pembelajaran

dapat menjadi lebih baik. Hal ini tentu

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki oleh guru.

Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala

sekolah untuk peningkatan profesional guru

berarti kepala sekolah membantu guru untuk

tumbuh dan berkembang dalam mengajar dan

mengelola kelas, memperbaiki keterampilan

dasar mengajar, menggunakan media dan alat

pembelajaran dan memperluas pengetahuan

serta penggunaan administrasi pengajaran.

Tujuan yang ingin dicapai dari

supervisi akademik ini pada intinya adalah

optimalisasi pembelajaran melalui

kemampuan guru yang baik, guru mampu

menciptakan pembelajaran yang dapat

meningkatkan keaktifan dan kreatifitas anak,

membentuk sikap dan kepribadian yang baik

serta dapat membekali siswa dengan skill dan

Abusmar, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman, Pelaksanaaan Supervisi Akademik

Page 5: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

keahlian yang sesuai dengan bakat dan

minatnya.

Suhardan (2010:36) menyatakan bahwa

”Supervisi akademik yang baik adalah

supervisi akademik yang mampu berfungsi

mencapai multi tujuan yang dapat dijalankan

berdasarkan kaedah-kaedah keilmuan tentang

bidang kerjanya“. Ungkapan di atas

menyatakan tidak ada keberhasilan bagi

supervisi jika hanya memperhatikan salah satu

tujuan tertentu dengan mengesampingkan

tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi

ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan

berfungsi mengubah perilaku mengajar guru.

Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru

ke arah yang lebih berkualitas akan

menimbulkan perilaku belajar siswa yang

lebih baik. Selanjutnya perilaku mengajar

guru yang baik itu akan

mempengaruhi perilaku belajar anak didik.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa

tujuan akhir supervisi akademik adalah

terbinanya profesional guru dan hubungan

kerja sama antara kepala sekolah dan guru

serta gur dan peserta didik yang lebih baik.

Supervisi kepala sekolah diarahkan

untuk meningkatkan profesionalisme dan

kinerja guru yang direfleksikan dalam

kompetensi guru Satori (Suhardan, 2010:41)

menyatakan bahwa:

1) merencanakan kegiatan belajar

mengajar, 2) melaksanakan kegiatan

belajar mengajar, 3) menilai proses dan

hasil pembelajaran, 4) menggunakan hasil

penilaian untuk peningkatan mutu layanan

belajar, 5) memberikan umpan balik

secara tepat, teratur, dan terus menerus

kepada siswa, 6) melayani peserta didik

yang mengalami kesulitan belajar, 7)

mengembangkan interaksi pembelajaran

yang efektif dari segi strategi, metode, dan

teknik, 8) menciptakan lingkungan belajar

yang menyenangkan, 9) memanfaatkan

dan mengembangkan alat bantu dan media

pembelajaran, 10) memanfaatkan sumber-

sumber belajar yang tersedia dan 11)

melakukan penelitian praktis berupa

penelitian tindakan kelas untuk perbaikan

pembelajaran.

Jadi ungkapan di atas menunjukkan

bahwa dalam kegiatan supervisi akademik

yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai

supervisor pendidikan, para guru tidak

dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan

para guru diperlakukan sebagai partner atau

mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat,

dan pengalaman yang perlu didengar dan

dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-

usaha perbaikan pendidikan dan pengajaran.

Fungsi dan Teknik Supervisi Akademik

Dalam pembinaan profesional guru

tidak hanya cukup mendorong dan

memerintahkan sesuai dengan kehendak

supervisor melainkan memberikan dukungan

dan motivasi sebagaimana Usman (2007:75)

menyatakan bahwa “motivasi merupakan

dorongan dari dalam diri individu ( intrinsik)

dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya

(ekstrinsik)”, kedua faktor tersebut menjadi

sumber kekuatan yang dapat membuat

seseorang berprestasi baik.

Perwujudan tersebut bukan merupakan

aktualisasi kemampuan guru tergantung pada

berbagai komponen sistem pendidikan yang

saling bekerja sama atau berkolaborasi.

Peranan kepala sekolah sebagai supervisor di

sekolah tempat tugasnya harus

dimaksimalisasikan. Sebab pencapaian mutu

kinerja guru yang profesional memiliki

keterkaitan dengan berbagai komponen

pendidikan yang sangat menentukan dalam

implementasi mutu kinerja guru agar mampu

mengelola pembelajaran yang efektif, selaras

dengan paradigma pembelajaran.

Tujuan supervisi akademik terhadap

guru adalah membantu guru dalam

meningkatkan kemampuan dan keterampilan

mengajar dalam bidang masing-masing yang

dilakukan oleh pihak kompetensi dalam

bidang supervisi. Agar supervisi akademik

dapat membantu meningkatkan profesional

guru dalam mengajar dapat memberikan suatu

perubahan dalam proses pembelajaran.

HASIL PEMBAHASAN

Program Supervisi Akademik Kepala

Sekolah pada SMP Negeri 1 Simeulue

Timur

Berdasarkan hasil penelitian dapat

diungkapkan kepala sekolah program

supervisi akademik secara tertulis

sebagaimana yang dikemukakan kepala

sekolah SMP Negeri 1 Simeulue Timur

bahwa:

Program supervisi akademik kepala

sekolah mengacu pada hasil

musyawarah bersama yang telah

disepakati dan dirumuskan pada awal

semester program- program tersebut

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 6: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

berupa pembekalan dan pembinaan guru

melalui pelatihan, penataran, MGMP dan

kunjungan kelas baik secara individu atau

kelompok. Program pelaksanaan supervisi

yang dilaksanakan secara berkala dan

berkesinambungan sebagai salah satu

upaya peningkatan kemampuan guru

dalam mengelola perangkat pembelajaran.

Guru adalah merupakan sasaran dalam

melaksanakan program supervisi ini tentunya

tidak terlepas dari pengontrolan yang kontinyu

dan perhatian secara berkesinambungan,

pembekalan adalah dambaan semua guru dari

seorang supervisor terhadap bawahannya

sebagaimana ungkapan seorang guru

menyatakan bahwa:

Program supervisi akademik dalam

meningkatkan profesional guru tidak lain

hanya menjalankan program kepala

sekolah melalui pembekalan guru baik

dalam mengikuti pelatihan, penataran

maupun kerja sama dengan musyawarah

guru mata pelajaran dari sekolah lain

dalam rangka berbagi ilmu dengan teman

sejawat.

Perumusan yang ideal dari program

supervisi dilakukan melalui analisa kebutuhan

dilapangan, sehingga menghasilkan

perencanaan yang efektif. Perumusan program

pada hakikatnya proses pengambilan

keputusan atas sejumlah alternatif mengenai

sasaran dan cara yang akan dilaksanakan di

masa yang akan datang guna mencapai tujuan

yang dikehendaki serta pemantauan dan

penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang

dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan.

Mulyasa ( 2007:15) yaitu:

Perencanaan merupakan salah satu syarat

mutlak bagi setiap kegiatan administratif,

tanpa adanya perencanaan yang matang,

maka pelaksanaan suatu kegiatan akan

mengalami suatu kesulitan dan bahkan

gagal untuk mencapai tujuan.

perencanaan supervisi harus

mempertimbangkan kebutuhan sekolah

dan guru-guru. Perencanaan yang tepat

menghasilkan program supervisi yang

efektif.

Pelaksanaan Supervisi Akademik oleh

Kepala Sekolah pada SMP Negeri 1

Simeulue Timur.

Pelaksanaan supervisi akademik yang

dilakukan oleh kepala sekolah merujuk pada

ketentuan dan hasil musyawarah personil

sekolah dalam melaksanakan program

supervisi akademik yaitu pembekalan guru

melalui pembinaan, dorongan dan motivasi

dalam mengelola perangkat pembelajaran.

Sedangkan mekanismenya pelaksanaan

supervisi akademik terhadap guru, kepala

sekolah dibantu oleh dewan guru yang sudah

senior di lingkungan SMP Negeri Simeulue

Timur, sehingga pada setiap tahunnya

pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh

kepala sekolah dapat berjalan sebagaimana

diharapkan dan sesuai dengan program

pelaksananya yang telah dirumuskan

sebelumnya yaitu pada setiap guru dapat

disupervisi dalam satu tahun pelajaran 2 Kali.

Pelaksanaan supervisi akademik pada

SMP Negeri 1 Simeulue Timur berlangsung

dalam tiga tahap yaitu: 1) tahap perencanaan

awal ( menciptakan suasana yang intim dan

terbuka, mengkaji rencana pembelajaran yang

meliputi tujuan, metode, waktu ,media dan

evaluasi, menentukan fokus observasi, dan

menentukan teknik pelaksanaan observasi), 2)

tahap perencanaan observasi (harus luwes,

tidak mengganggu proses pembelajaran, tidak

bersifat menilai, mencatat dan merekam hal-

hal yang terjadi dalam proses pembelajaran

sesuai dengan kesepakatan bersama dan

mencantumkan teknik observasi dan 3) tahap

akhir/diskusi balikkan pada tahap ini perlu

diperhatikan memberi penguatan, mengulas

kembali dari tujuan pembelajaran, mengulas

hal-hal yang telah disepakati, mengkaji hasil

pengamatan, tidak bersifat menyalakan,

penyimpulan, merumuskan kembali

kesepakatan sebagai tindak lanjut proses

perbaikan.

Mulyasa (2007:111) menyatakan

bahwa ”pengawasan dan pengendalian juga

merupakan tindakan preventif untuk

mencegah agar para guru tidak melakukan

penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam

melaksanakan pekerjaannya”. Dalam

pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru

kepala sekolah menggunakan format penilaian

supervisi dengan intensitas pertemuan

sebagaimana disebutkan di atas. Sebagian

guru disupervisi pada semester ganjil dan

sebagian pada semester genap Sebagaimana

pernyataan yang diungkapkan seorang guru

bahwa: Peningkatan profesional guru bisa saja

melalui kerja sama guru baik dalam kelompok

maupun secara individu yang pada tujuannya

untuk mendorong, membimbing guru dalam

Abusmar, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman, Pelaksanaaan Supervisi Akademik

Page 7: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

mengembangkan kemampuannya dan bisa

dipertanggungjawabkan dalam mengelola

proses kegiatan pembelajaran

Evaluasi Pelaksanaan Supervisi Akademik

oleh Kepala Sekolah pada SMP Negeri 1

Simeulue Timur

Evaluasi dilaksanakan berdasarkan

instrument yang telah disusun, kemudian hasil

evaluasi dianalisis dan ditindak lanjuti serta

memberikan bimbingan, dorongan, motivasi,

sosialisasi dan solusi kepada guru-guru dalam

memperbaiki kelemahan dan kekurangan.

Evaluasi yang dilaksanakan oleh kepala

sekolah SMPN 1 Simeulue Timur

memprioritaskan terhadap penilaian kerja guru

yaitu 1) penilaian terhadap penyusunan silabus

sesuai standar isi, 2) penyusunan rencana

program pembelajaran, penilaian terhadap

hasil belajar siswa, 3) penilaian kemampuan

guru dalam memotivasi siswa pada proses

pembelajaran, 4) penilaian kedisiplinan guru

dan 5) kesiapan dalam pengembangan diri.

Menurut Arikunto ( 2006:3)

menyatakan bahwa ”evaluasi adalah kegiatan

untuk mengumpulkan informasi selanjutnya

informasi tersebut digunakan untuk

menentukan alternatif yang tepat dalam

mengambil keputusan”. Oleh karena itu kepala

sekolah juga melakukan evaluasi berdasarkan

catatan-catatan pada format dan instrument

kepada guru pada setiap tahunnya, sebagai

bahan analisis dan masukan dalam membuat

program pembinaan guru pada tahun

berikutnya.

Faktor Pendukung dan Penghambat

Pelaksanaan Supervisi Akademik pada

SMP Negeri 1 Simeulue Timur

Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa: faktor pendukung pelaksanaan

supervisi akademik ini adalah : adanya kerja

sama dan keterlibatan personil sekolah dalam

melaksanakan berbagai kegiatan, disampling

sarana prasarana fisik yang memadai,

keinginan kepala sekolah yang tinggi.

Sangat penting adanya usaha-usaha

bagi supervisi sumber daya guru yang

mendukung proses pembelajaran secara

efektif. Purwanto (2009:125) menyebutkan

perlunya orientasi bagi guru di sekolah agar

memperoleh kualitas belajar yang tinggi,

yaitu:

1. Mengenalkan kepada guru-guru baru

secepat mungkin agar mereka segera

dapat mengenal sistem sekolah dan

masyarakat lingkungan sekolah.

2. Menyediakn bantuan secukupnya agar

mereka segera dapat mengenal dan

menyesuaikan diri dengan personil

sekolah.

3. Memberikan bimbingan yang kontraktif

dalam mengembangkan kecakapan-

kecakapan mengajar dan sikap-sikap

profesional mereka.

4. Menyediakan kesempatan kepada guru

baru untuk berpartisipasi langsung

dalam kegiatan sekolah pada umumnya.

Sedangkan faktor kendala dalam

pelaksanaan supervisi akademik adalah: dana

kurang memadai, keinginan guru masih relatif

kurang, terbatasnya waktu supervisi dan

sarana prasarana guru dan media lainnya yang

belum terpenuhi sesuai standar pendidikan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Program yang telah direncanakan yaitu

program pelatihan guru dalam menyusun

perangkat pembelajaran, program

pembinaan bagi guru yang tidak

mematuhi aturan sekolah dan

penguasaan pedagogik guru. Dari

penunjang proses supervisi juga telah

direncanakan program pembinaan

MGMP di setiap bidang studi.

2. Pelaksanaan supervisi mengacu pada

pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang

pada tujuannya untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan mengajar.

Hasil evaluasi dianalisis dan menjadi

masukan dalam membuat program

pembinaan guru pada tahun berikutnya

dan dapat meminimalisirkan kelemahan

dan kekurangan dalam pelaksanaan

pembelajaran.

3. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan

instrument yang telah disusun, kemudian

hasil evaluasi dianalisis dan ditindak

lanjuti serta memberikan bimbingan,

dorongan, motivasi, sosialisasi dan

solusi kepada guru-guru dalam

memperbaiki kelemahan dan

kekurangan. Mengevaluasi dan

menindak lanjuti pelaksanaan supervisi

akademik adalah upaya untuk

menyamakan persepsi dan mengurangi

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 8: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

kelemahan dan kekurangan guru dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya.

4. Keterbatasan kemampuan, kekurangan

sarana prasarana dan pendanaan yang

tidak selalunya cukup bukanlah menjadi

suatu hambatan dalam pelaksanaan

supervisi tetapi didukung oleh keinginan

dan rasa ingin memiliki, sehingga

pelaksanaan supervisi menjadi suatu

kebutuhan

Saran

1. Program supervisi akademik yang telah

disusun program secara tertulis dalam

rencana kerja sekolah dan rencana

pengembangan sekolah dalam bentuk

program kerja kepala sekolah, hal ini

perlu ditingkatkan dan di sosialisasikan

untuk dapat menumbuhkembangkan

minat dan keinginan guru dalam

memahami arti pentingnya supervisi.

2. Kegiatan pelaksanaan pembinaan perlu

ditingkatkan dan dipertahankan agar

kegiatan supervisi bukanlah sebuah

kegiatan yang menakutkan melainkan

kegiatan kebutuhan.

3. Evaluasi pelaksanaan supervisi

akademik perlu dilaksanakan dengan

sungguh-sungguh agar dapat

membandingkan sejauh mana

keberhasilan kegiatan sebelumnya

dengan kegiatan yang akan dating dan

perlu adanya umpan balik untuk

meminimalisirkan kelemahan dan

kekurangan yang terjadi.

4. Faktor pendukung dan kendala dalam

pelaksanaan supervisi akademik yang

dihadapi dapat teratasi jika dilibatkan

semua orang yang terlibat dalam

kegiatan ini dan saling memberi

dukungan satu sama lain yang intinya

memperbaiki kinerja dan hendaknya

lebih mengutamakan kebersamaan,

saling membutuhkan, saling berbagi,

sehingga dapat terjalin hubungan yang

harmonis, dan tujuan yang ingin diraih

dapat tercapai dan memberi dampak

kepada peningkatan profesional guru

dan mutu pendidikan ke depan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. ( 2006). Dasar-Dasar

Supervisi. Jakarta: Renika.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi guru Profesional.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslim, Banun, (2010). Supervisi Pendidikan

MeningkatkanKualitas Profesionalisme

Guru. Bandung: Alfabeta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 13

Tahun 2007. tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah. Jakarta. Depdiknas.

Purwanto, M. Ngalim, (2009). Administrasi

dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosda karya.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:

CV. Alfabeta.

Suhardan, Dadang, (2010). Supervisi

Profesional Layanan dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran di

Ea Otonomi Daerah. Bandung:

Alfabeta.

Usman, Nasir, (2007). Manajemen

Peningkatan Kinerja Guru. Bandung:

Mutiara Ilmu.

Wahyosumidjo, (2008). Kepemimpinan

Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan

Permasalahan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Abusmar, Cut Zahri Harun, dan Nasir Usman, Pelaksanaaan Supervisi Akademik

Page 9: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN

KOMPETENSI GURU PADA SMA

NEGERI 7 BANDA ACEH

Oleh

*Aini Zakiyah

Abstrak: Artikel ilmiah ini adalah

tulisan hasil penelitian yang

merupakan bagian dari Tugas Akhir

Mahasiswa S2 (tesis), dalam artikel

ilmiah ini menjelaskan tentang

kemampuan kepala sekolah yang

merupakan salah satu pendukung

dalam mewujudkan pendidikan yang

berkualitas. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui program kepala

sekolah dalam meningkatkan

kompetensi guru, strategi kepala

sekolah dalam meningkatkan

kompetensi guru, dan kendala-

kendala yang dihadapi oleh kepala

sekolah dalan melaksanakan program

peningkatan kompetensi guru.

Metode yang digunakan adalah

metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, teknik pengumpulan data

menggunakan teknik observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi.

Subjek penelitian adalah kepala

sekolah,wakil kepala sekolah, guru

senior/ketua MGMP, dan guru.

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: 1) Kepala SMA Negeri 7

Banda Aceh telah melakukan

program peningkatan kompetensi

guru dalam program kerjanya,

program peningkatan kompetensi

guru tersebut adalah program

pembinaan disiplin tenaga

kependidikan, pemberian motivasi,

penghargaan (reward), dan persepsi.

2) Strategi lainya yang ditempuh

oleh kepala SMA Negeri 7 Banda

Aceh untuk peningkatan kompetensi

guru adalah dengan mengirim guru-

guru ke lembaga pelatihan atau

penataran, mengadakan program

Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP), seminar dan workshop,

dan melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi. Untuk

strategi peningkatan kompetensi

guru, dalam pelaksanannya sudah

terlihat ke arah perbaikan khususnya

dalam mengajar, sudah ada

peningkatan kemampuan guru dalam

merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi pembelajaran. 3)

Kendala-kendala yang dihadapi

adalah sarana dan prasarana masih

kurang, selain itu juga yang menjadi

kendala adalah waktu yang terbatas.

Kata kunci: Kemampuan Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan

Kompetensi guru

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan bagian dari

pembangunan nasional yang bertujuan untuk

meningkatkan harkat dan martabat bangsa

serta kualitas sumber daya manusia. Arah

pendidikan negara kita telah ditetapkan dalam

kebijakan peme- rintah melalui Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yaitu “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

sehingga pada gilirannya manu-sia Indonesia

mampu berperan aktif sebagai agen

pembaharuan serta pengembangan kehidupan

nasional maupun internasional”.

Dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan nasional pemerintah khusus-nya

melalui Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas) terus menerus berupaya

melakukan berbagai perubahan dan

pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah

satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan,

yaitu berkaitan de-ngan faktor guru. Lahirnya

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen dan Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya

merupakan kebijakan pemerintah yang di

dalamnya memuat usaha pemerintah untuk

menata dan memperbaiki mutu guru di

Indonesia.

Jika kita lihat realita yang ada sekarang

walaupun sertifikasi guru telah di lakukan

dan tunjangan profesi sudah di rasakan namun

belum banyak berimplikasi terhadap kinerja

guru. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja

*Aini Zakiyah adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Univers

Page 10: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

guru belum sepenuhnya di topang oleh derajat

penguasaan kompetensi yang memadai, oleh

karena itu perlu adanya upaya yang

komprehensif guna meningkatkan kompetensi

guru.

Kepala sekolah yang menunjukkan

komitmen tinggi dan fokus terhadap

pengembangan kurikulum dan kegiatan

belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan

sangat memperhatikan tingkat kompetensi

yang dimiliki gurunya, sekaligus juga akan

senantiasa berusaha memfasilitasi dan

mendorong agar para guru dapat secara terus

menerus meningkatkan kompetensinya,

sehingga kegiatan belajar mengajar dapat

berjalan efektif dan efisien.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, karena permasalahannya holistik,

kompleks, dinamis, dan penuh makna

sehingga tidak mungkin data pada situasi

sosial tesebut dijaring dengan metode

penelitian kuantitatif.

Menurut Satori (2010:25) “Peneli-tian

kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian

yang mengungkap situasi sosial tertentu

dengan mendeskripsikan kenyataan secara

benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan

teknik pengum-pulan dan analisis data yang

relevan yang diperoleh dari situasi yang

alamiah”.

Metode kualitatif pada umumnya

berorientasi pada hal eksplorasi, pengung-

kapan logika induktif sehingga penelitian

kualitatif bermakna melakukan pengamatan–

pengamatan, mencari pola-pola konsep yang

sebelumnya tidak ditentukan, sehingga

penelitian kulitatif merupakan observasi

parsipatoris (pengamatan terlibat). Tujuan

utama penelitian yang menggu-nakan

pendekatan kualitatif adalah mengembangkan

pengertian, konsep-konsep, yang pada

akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal

sebagai Grounded Theory Research, yaitu

menemukan teori berdasarkan data yang

diperoleh di lapangan atau situasi sosial.

KAJIAN PUSTAKA

Kemampuan Kepala Sekolah Siagian (Herabudin, 2009:185)

menyatakan bahwa “kemampuan adalah

keseluruhan daya baik berupa keteram- pilan

sosial maupun keterampilan teknis yang

melebihi orang lain”.

Menurut Sergiovanni (Wahyudi,

2009:35) “kemampuan merupakan wujud dari

kompetensi yang harus dimilki oleh kepala

sekolah dalam menjalankan tugas”.

Menurut Usman (2012:64) “ke-

mampuan merupakan hasil perpaduan antara

pendidikan, pelatihan, dan pengalaman”. Jadi

kemampuan itu dapat diperoleh melalui

pendidikan, pelatihan maupun pengalaman

seseo-rang.

Dalam perspektif kebijakan Pendidikan

Nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh

peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: (1)

educator (pendidik); (2) manajer; (3) adminis-

trator; (4) supervisor (penyelia); (5) leader

(pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7)

wirausahawan. Selanjut-nya menurut

Mulyasa (2007:98) “dalam paradigma baru

manajemen pendidikan, kepala sekolah

sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai

edukator, manajer, administrator, supervisor,

leader, inova-tor, motivator (EMASLIM)”.

Kompetensi Kepala Sekolah

Istilah kompetensi berasal dari bahasa

Inggris Competency yang berarti kecakapan,

kemampuan dan wewenang. Seorang

dikatakan kompeten di bidang tertentu jika

menguasai kecakapan bekerja sebagai satu

keahlian selaras dengan bidangnya.

Kepala sekolah yang memenuhi kriteria

dan persyaratan suatu jabatan berarti

berwenang atas jabatan atau tugas yang

diberikan dengan kata lain memenuhi

persyaratan kompetensi. Dengan demikian

menurut Wahyudi (2009:28) bahwa:

Kompetensi kepala sekolah adalah

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai

dasar yang direfleksikan kepala sekolah

dalam kebiasaan berfikir dan bertindak

secara kon-sisten yang

memungkinkannya menjadi kompeten

atau berkemam- puan dalam mengambil

keputusan tentang penyediaan,

pemanfaatan dan peningkatan potensi

sumber-daya untuk meningkatkan

kualitas pendidikan di sekolah.

Secara formal, kompetensi kepala

sekolah telah di atur dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah,

yang menetapkan bahwa “kepala sekolah

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 11: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

harus memiliki lima kompetensi, yaitu: (1)

Kompetensi kepribadian, (2) Kompetensi

manajeri-al(3) Kompetensi kewirausahaan,

(4) Kompetensi supervisi, (5) Kompetensi

sosial.

Dengan demikian, kompetensi lain yang

perlu dimiliki kepala sekolah menurut

Wahyudi (2009:36) meliputi “(1) merumuskan

visi, (2) merencanakan program, (3)

komunikasi dan kerjasama, (4) hubungan

masyarakat, (5) mengelola sumberdaya

sekolah, (6) pengambilan keputusan, (7)

mengelola konflik”.

Kompetensi Guru

Guru yang profesional pada intinya

adalah guru yang memiliki kompetensi dalam

melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.

Sarimaya (2009:14) menya-takan bahwa

“kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru

dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.

Selanjutnya Kunandar (2009:55) me-nyatakan

bahwa “pengertian kompe-tensi guru adalah

seperangkat penguasa-an kemampuan yang

harus ada dalam diri guru agar dapat

mewujudkan kiner- janya secara tepat dan

efektif”.

Seorang guru harus mempunyai

kemampuan atau kompetensi yang lebih baik

daripada peserta didik dengan ditunjukkan

pada tingkat kompetensi kognitif, afektif, dan

psikomotor. Jadi pemahaman intelektual

yang dipengaru-hi oleh tingkat efektivitas

pribadi dengan menunjukkan pada pihak lain

sebagai aktualisasi pengetahuan melalui

psiko-motor pribadinya.

DalamUndang-Undang Guru dan Dosen

No. 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah

No. 19 Tahun 2005 telah di- tentukan bahwa

“kompetensi guru me-liputi kompetensi

kepribadian, pedago-gik, profesional, dan

sosial”.

Peningkatan Kompetensi Guru

Danim dan Danim (2011:67) me-

ngemukakan bahwa “secara umum kegiatan

pembinaan dan pengembangan guru

dimaksudkan untuk merangsang, memelihara,

dan meningkatkan kompe-tensi guru dalam

memecahkan masalah-masalah pendidikan

dan pembelajaran yang berdampak pada

peningkatan mutu hasil belajar siswa”.

Kuntoro (Suryosubroto, 2010:193)

menyatakan bahwa “masyarakat yang cepat

berkembang menuntut guru untuk belajar terus

menerus. Pengetahuan guru yang “usang”

akan membahayakan generasi brilliant masa

mendatang”.

Usman (2012:118) mengemukakan

bahwa:

Peningkatan pengetahuan guru dapat

dilakukan dengan berbagai cara, seperti

mengikuti program pendidikan lanjutan

(S2 dan S3), melakukan berbagai

penelitian (seperti penelitian ekperimen

atau penelitian tindakan kelas),

mengikuti pendidikan dan pelatihan on

the job dan in-service training,

mengikuti berbagai kegiatan ilmiah

(seperti seminar, workshop, konferensi,

simposium, atau panel diskusi),

mengikuti Musyawarah Guru Mata

Pelajaran, dan belajar secara otodidak

melalui aktivitas membaca dan menulis.

HASIL PEMBAHASAN

Program Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kompetensi Guru pada

SMA Negeri 7 Banda Aceh

Penyusunan Progran Kerja Sekolah

mengacu pada Pasal 53 Ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan menentukan

bahwa “setiap satuan pendidikan dikelola atas

dasar rencana kerja tahunan yang merupakan

penjabaran rinci dari rencana kerja jangka

menengah satuan pendidikan yang meliputi

masa 4 (empat) tahun”.

Berdasarkan penelitian penulis, Kepala

SMA Negeri 7 Banda Aceh sudah membuat

program peningkatan kompetensi guru dalam

setiap program kerjanya, selain adanya

program pembinaan melalui program

supervisi. Salah satu bentuk untuk

meningkatkan kompetensi guru adalah dengan

pelatihan, workshop, seminar, dan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

Strategi Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kompetensi Guru pada

SMA Negeri 7 Banda Aceh

Setelah dilakukan penelitian ternya-ta

peningkatan kompetensi guru di sekolah perlu

dilaksanakan secara terus menerus dan

terprogram. Segala bentuk kegiatan sekolah,

Aini Zakiyah, Kemampuan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 1

Page 12: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

baik berupa intra kurikuler maupun ekstra

kurikuler harus diarahkan pada peningkatan

kompetensi guru dalam rangka peningkatan

mutu pendidikan agar dapat berkembang

sesuai dengan kebutuhan pembangunan

nasional, perkembangan teknologi dan

informasi yang berkembang sangat pesat.

Berdasarkan penelitian penulis, ada

beberapa upaya yang telah dilakukan oleh

kepala SMA Negeri 7 Banda Aceh untuk

meningkatkan kinerja sekolah, antara lain

melalui pembinaan disiplin tenaga

kependidikan, pemberian motivasi,

penghargaan (rewards), dan persepsi. Hal ini

sesuai dengan pendapat Mulyasa (2007:141)

yang mengemukakan bahwa “kepala sekolah

harus mampu menumbuhkan disiplin tenaga

kependidikan, terutama disiplin diri (self-

discipline)”. Jadi sudah menjadi kewajiban

kepala sekolah untuk menumbuhkan disiplin

tenaga kependidikan yang dimulai dengan

sikap demokratis, oleh karena itu dalam

membina disiplin tenaga kependidikan harus

dari, oleh, dan untuk tenaga kependidikan.

Adapun strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi guru terlihat juga

dari program-program yang dilakukan kepala

sekolah dalam peningkatan kompetensi guru

yang meliputi: (1) Membentuk MGMP di

sekolah dan Mengirim guru untuk mengikuti

Forum Musyawarah Guru seperti Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP); (2) Mengirim

guru ke lembaga pelatihan guru atau penataran

guru baik di tingkat kabupaten/kota maupun di

tingkat provinsi; (3) Mengirim guru untuk

mengikuti seminar dan workshop; (4)

Memotivasi guru-guru untuk melanjutkan

pendidikan bagi guru yang masih D.III ke

jenjang S.1, dan bagi guru yang masih S.1

untuk dapat melanjutkan pendidikan ke

jenjang S.2.

Dalam pelaksanaannya, untuk forum

MGMP pada SMA Negeri 7 Banda Aceh

sudah berjalan sesuai dengan program, yaitu

dilaksanakan sesuai waktu yang telah

ditetapkan yaitu sekali dalam seminggu.

Sebagai contoh misalnya untuk MGMP

bidang studi Fisika dijadwalkan pada setiap

hari Sabtu pertemuannya untuk seluruh guru

Fisika se-Kota Banda Aceh yang dilaksanakan

di SMA Negeri 1 Banda Aceh. Demikian juga

dengan bidang studi lainnya, jadwal dan

tempat sudah ditentukan. Kegiatan tersebut

dikoordinasikan oleh Wakil Kepala Sekolah

Bidang Kurikulum.

Pelaksanaan penataran atau pelatihan di

SMA Negeri 7 Banda Aceh terhadap guru

belum maksimal, hal ini disebabkan

keterbatasan dana, dimana dalam pelaksanaan

program peningkatan kompetensi guru

dananya bersumber dari pemerintah pusat

yang diposkan dalam dana RBOS.

Dalam usaha meningkatkan pengelolaan

sekolah, “penataran” selalu dikaitkan dengan

personel sekolah, terutama guru. Setelah

mengikuti suatu penataran diharapkan agar

ada peningkatan guru itu sendiri. Peningkatan

ini kiranya akan tercermin dengan adanya

perubahan yang terjadi pada guru tersebut.

Aplikasi perubahan tersebut terlihat

ketika guru dalam melaksanakan tugasnya.

Perubahan itu sendiri mencakup sikap,

keterampilan dan pengetahuan. Dengan

adanya perubahan ini diharapkan guru dapat

bekerja secara profesional (Hasan, 2010:51).

Untuk meningkatkan kompetensi guru,

maka guru-guru di SMA Negeri 7 Banda Aceh

aktif mengikuti seminar-seminar pendidikan

dan workshop yang dilakukan oleh

pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat,

dan Perguruan Tinggi. Ini merupakan

komitmen para guru untuk meningkatkan

kompeten-sinya, sebab di dalam seminar

pendi-dikan akan ditemukan suatu titik terang

tentang permasalahan yang dibahas dan

melalui workshop dapat meningkatkan

kualitas profesional.

Usaha kepala sekolah untuk

meningkatkan kompetensi gurunya pada SMA

Negeri 7 Banda Aceh sudah maksimal yaitu

dengan memberikan izin belajar atau tugas

belajar bagi guru-guru yang akan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal

ini sesuai dengan ketentuan Pasal 47 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

tentang Guru menentukan bahwa “guru yang

sudah memenuhi kualifikasi S.1 atau D.IV

dapat melakukan pengembangan dan

peningkatan Kuali-fikasi Akademik lebih

tinggi dari yang ditentukan”.

Kendala yang Dihadapi oleh Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi

Guru pada SMA Negeri 7 Banda Aceh Dari hasil wawancara dan obser-vasi

serta studi dokumentasi dengan responden,

dapat diperoleh informasi bahwa kendala yang

dihadapi dalam pelaksanaan program

peningkatan kompetensi guru di SMA Negeri

Aini Zakiyah, Kemampuan Kepala Sekolah dalam Mening

Page 13: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

7 Banda Aceh adalah sarana dan prasarana

masih kurang.

Setelah dilakukan penelitian, ternyata

sarana dan prasarana pendidikan seperti dialih

fungsikannya beberapa ruang kelas menjadi

ruang Tata Usaha dan ruang Kesiswaan, ruang

Dewan Guru yang sempit memerlukan

perluasan, ruang BK yang juga sempit masih

memerlukan perluasan, kurang-nya

pengetahuan guru tentang teknologi

informatika (TI), dan juga masih ada beberapa

ruangan kelas yang kurang pemeliharaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1) Kepala SMA Negeri 7 Banda Aceh telah

melakukan program pening-katan

kompetensi guru dalam program kerjanya,

program pening-katan kompetensi guru

tersebut adalah program pembinaan

disiplin tenaga kependidikan, pemberian

motivasi, penghargaan (reward), dan

persepsi;

2) Strategi lainya yang ditempuh oleh kepala

SMA Negeri 7 Banda Aceh untuk

peningkatan kompetensi guru adalah

dengan mengirim guru-guru ke lembaga

pelatihan atau penataran, mengadakan

program Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP), seminar dan

workshop, dan melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi;

3) Kendala-kendala yang dihadapi adalah

sarana dan prasarana masih kurang,

selain itu juga yang menjadi kendala

adalah waktu yang terbatas.

Saran 1. Program meningkatkan kompetensi guru

perlu diprogramkan secara

berkesinambungan, baik jumlah pertemuan

ditingkatkan, kualitas materi juga

ditingkatkan, atau informasi-informasi

unggulan dan terkini dapat diberikan

kepada guru, sehingga guru betul-betul

memiliki wawasan yang luas sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan

atau perkembangan zaman, yang pada

akhirnya guru betul-betul menjadi

profesional.

2. Program meningkatkan kompetensi guru,

sebagaimana tuntutan lembaga, profesi

guru dan era globalisasi, maka kepala

sekolah juga harus profesional, terutama

dalam menyusun program kerja harus

melihat kebutuhan dan tantangan yang

dihadapi guru yang mana dalam

melaksanakan tugasnya sehari-hari

semakin berat, maka perlu dicari strategi-

strategi baru, terutama dalam

pengembangan dan peningkatan

kompetensi guru.

3. Kepala sekolah harus mendelegasi-kan

wewenangnya kepada para wakil kepala

sekolah, dan staf-stafnya sesuai dengan

tugas pokoknya masing-masing, dengan

demikian efektifitas dan efisiensi program

peningkatan kompetensi guru dapat

ditingkatkan.

4. Kepala sekolah harus melakukan supervisi

kelas minimal 3 bulan sekali untuk

mengetahui kemampuan atau kekurangan

yang dimiliki oleh guru. Dengan

demikian, kepala sekolah dapat

mengetahui kelemah-an-kelemahan guru

untuk dilakukan perbaikan serta ditindak

lanjuti dengan dikirim ke lembaga-

lembaga pelatihan atau penataran guru

yang relevan dengan bidang studinya

masing-masing.

5. Perlunya koordinasi dengan Komite

Sekolah, Dinas Pendidikan Kabupa-ten,

pemerintah Kotamadya Banda Aceh,

Dinas Pendidikan Provinsi Aceh dalam

menghadapi kendala atau hambatan.

6. Para guru dituntut meningkatkan motivasi

dan inovasi dalam mening-katkan

kompetensinya yang lebih baik dan

melakukan penelitian-penelitian tindakan

kelas untuk mengetahui metode-metode

apa yang cocok dan relevan dengan bidang

studi yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan dan Danim, Yunan. (2011).

Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas. Bandung: Pustaka Setia.

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi

Kepala Sekolah TK, SD, SMP, SMA, dan SLB. Jakarta: Bp. Cipta Karya.

Hasan, Bachtiar. (2010). Perencanaan

Pengajaran Bidang Studi. Bandung:

Pustaka Ramadhan.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 1

Page 14: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

Herabudin. (2009). Administrasi dan

Supervisi Pendidikan. Bandung: CV

Pustaka Setia.

Kunandar. (2009). Guru Profe-sional.

Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2007 Tentang Standar Kepala

Sekolah-/Madrasah. Jakarta:

Depdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2007 Tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru.

Jakarta: Asa Mandiri.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional pendidikan.

Sarimaya, Farida. (2009). Sertifikasi Guru,

Apa, Mengapa, dan Bagaimana?. Bandung: CV Yrama Widya.

Satori, Djam’an dkk. (2010). Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Suryosubroto. (2010). Manajemen

Pendidikan Sekolah. Jakarta: PT. Asdi

Mahasatya.

Usman, Nasir. (2012). Manajemen

Peningkatan Mutu Kinerja Guru.

Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam Organisasi

Pembelajar. Bandung: Alfabeta.

Page 15: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN

KOMPETENSI GURU PADA SMA NEGERI 7 BANDA ACEH

Oleh

*Aini Zakiyah

Abstrak: Artikel ilmiah ini adalah tulisan hasil penelitian yang merupakan bagian dari

Tugas Akhir Mahasiswa S2 (tesis), dalam artikel ilmiah ini menjelaskan tentang

kemampuan kepala sekolah yang merupakan salah satu pendukung dalam mewujudkan

pendidikan yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program kepala

sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru, strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi guru, dan kendala-kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah

dalan melaksanakan program peningkatan kompetensi guru. Metode yang digunakan

adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian

adalah kepala sekolah,wakil kepala sekolah, guru senior/ketua MGMP, dan guru. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kepala SMA Negeri 7 Banda Aceh telah melakukan

program peningkatan kompetensi guru dalam program kerjanya, program peningkatan

kompetensi guru tersebut adalah program pembinaan disiplin tenaga kependidikan,

pemberian motivasi, penghargaan (reward), dan persepsi. 2) Strategi lainya yang

ditempuh oleh kepala SMA Negeri 7 Banda Aceh untuk peningkatan kompetensi guru

adalah dengan mengirim guru-guru ke lembaga pelatihan atau penataran, mengadakan

program Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), seminar dan workshop, dan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk strategi peningkatan

kompetensi guru, dalam pelaksanannya sudah terlihat ke arah perbaikan khususnya dalam

mengajar, sudah ada peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan,

dan mengevaluasi pembelajaran. 3) Kendala-kendala yang dihadapi adalah sarana dan

prasarana masih kurang, selain itu juga yang menjadi kendala adalah waktu yang terbatas.

Kata kunci: Kemampuan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi guru

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bagian dari

pembangunan nasional yang bertujuan

untuk meningkatkan harkat dan martabat

bangsa serta kualitas sumber daya manusia.

Arah pendidikan negara kita telah ditetapkan

dalam kebijakan peme- rintah melalui

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu

“Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga

pada gilirannya manu-sia Indonesia mampu

berperan aktif sebagai agen pembaharuan

serta pengembangan kehidupan nasional

maupun internasional”.

Dalam upaya meningkatkan mutu

pendidikan nasional pemerintah khusus-nya

melalui Departemen Pendidikan Nasional

(Depdiknas) terus menerus berupaya

melakukan berbagai perubahan dan

pembaharuan sistem pendidikan kita. Salah

satu upaya yang sudah dan sedang

dilakukan, yaitu berkaitan de-ngan faktor

guru. Lahirnya Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, pada

dasarnya merupakan kebijakan pemerintah

yang di dalamnya memuat usaha pemerintah

untuk menata dan memperbaiki mutu guru di

Indonesia.

Jika kita lihat realita yang ada

sekarang walaupun sertifikasi guru telah

di lakukan dan tunjangan profesi sudah di

rasakan namun belum banyak berimplikasi

terhadap kinerja guru. Hal ini menunjukkan

bahwa kinerja guru belum sepenuhnya di

topang oleh derajat penguasaan kompetensi

yang memadai, oleh karena itu perlu adanya

*Aini Zakiyah adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Page 16: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

upaya yang komprehensif guna

meningkatkan kompetensi guru.

Kepala sekolah yang menunjukkan

komitmen tinggi dan fokus terhadap

pengembangan kurikulum dan kegiatan

belajar mengajar di sekolahnya tentu saja

akan sangat memperhatikan tingkat

kompetensi yang dimiliki gurunya, sekaligus

juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi

dan mendorong agar para guru dapat secara

terus menerus meningkatkan kompetensinya,

sehingga kegiatan belajar mengajar dapat

berjalan efektif dan efisien.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, karena permasalahannya holistik,

kompleks, dinamis, dan penuh makna

sehingga tidak mungkin data pada situasi

sosial tesebut dijaring dengan metode

penelitian kuantitatif.

Menurut Satori (2010:25) “Peneli-tian

kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian

yang mengungkap situasi sosial tertentu

dengan mendeskripsikan kenyataan secara

benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan

teknik pengum-pulan dan analisis data yang

relevan yang diperoleh dari situasi yang

alamiah”.

Metode kualitatif pada umumnya

berorientasi pada hal eksplorasi, pengung-

kapan logika induktif sehingga penelitian

kualitatif bermakna melakukan pengamatan–

pengamatan, mencari pola-pola konsep yang

sebelumnya tidak ditentukan, sehingga

penelitian kulitatif merupakan observasi

parsipatoris (pengamatan terlibat). Tujuan

utama penelitian yang menggu-nakan

pendekatan kualitatif adalah

mengembangkan pengertian, konsep-konsep,

yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini

dikenal sebagai Grounded Theory Research,

yaitu menemukan teori berdasarkan data

yang diperoleh di lapangan atau situasi

sosial.

KAJIAN PUSTAKA

Kemampuan Kepala Sekolah Siagian (Herabudin, 2009:185)

menyatakan bahwa “kemampuan adalah

keseluruhan daya baik berupa keteram- pilan

sosial maupun keterampilan teknis yang

melebihi orang lain”.

Menurut Sergiovanni (Wahyudi,

2009:35) “kemampuan merupakan wujud

dari kompetensi yang harus dimilki oleh

kepala sekolah dalam menjalankan tugas”.

Menurut Usman (2012:64) “ke-

mampuan merupakan hasil perpaduan antara

pendidikan, pelatihan, dan pengalaman”.

Jadi kemampuan itu dapat diperoleh melalui

pendidikan, pelatihan maupun pengalaman

seseo-rang.

Dalam perspektif kebijakan Pendidikan

Nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh

peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai:

(1) educator (pendidik); (2) manajer; (3)

adminis-trator; (4) supervisor (penyelia); (5)

leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja;

dan (7) wirausahawan. Selanjut-nya

menurut Mulyasa (2007:98) “dalam

paradigma baru manajemen pendidikan,

kepala sekolah sedikitnya harus mampu

berfungsi sebagai edukator, manajer,

administrator, supervisor, leader, inova-tor,

motivator (EMASLIM)”.

Kompetensi Kepala Sekolah

Istilah kompetensi berasal dari bahasa

Inggris Competency yang berarti kecakapan,

kemampuan dan wewenang. Seorang

dikatakan kompeten di bidang tertentu jika

menguasai kecakapan bekerja sebagai satu

keahlian selaras dengan bidangnya.

Kepala sekolah yang memenuhi kriteria

dan persyaratan suatu jabatan berarti

berwenang atas jabatan atau tugas yang

diberikan dengan kata lain memenuhi

persyaratan kompetensi. Dengan demikian

menurut Wahyudi (2009:28) bahwa:

Kompetensi kepala sekolah adalah

pengetahuan, keterampilan dan nilai-

nilai dasar yang direfleksikan kepala

sekolah dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak secara kon-sisten yang

memungkinkannya menjadi kompeten

atau berkemam- puan dalam

mengambil keputusan tentang

penyediaan, pemanfaatan dan

peningkatan potensi sumber-daya

untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah.

Secara formal, kompetensi kepala

sekolah telah di atur dalam Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13

Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 17: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

Sekolah/Madrasah, yang menetapkan bahwa

“kepala sekolah harus memiliki lima

kompetensi, yaitu: (1) Kompetensi

kepribadian, (2) Kompetensi manajeri-al(3)

Kompetensi kewirausahaan, (4)

Kompetensi supervisi, (5) Kompetensi

sosial.

Dengan demikian, kompetensi lain

yang perlu dimiliki kepala sekolah menurut

Wahyudi (2009:36) meliputi “(1)

merumuskan visi, (2) merencanakan

program, (3) komunikasi dan kerjasama, (4)

hubungan masyarakat, (5) mengelola

sumberdaya sekolah, (6) pengambilan

keputusan, (7) mengelola konflik”.

Kompetensi Guru

Guru yang profesional pada intinya

adalah guru yang memiliki kompetensi

dalam melakukan tugas pendidikan dan

pengajaran. Sarimaya (2009:14) menya-

takan bahwa “kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan

dikuasai oleh guru dalam melaksanakan

tugas keprofesionalan”. Selanjutnya

Kunandar (2009:55) me-nyatakan bahwa

“pengertian kompe-tensi guru adalah

seperangkat penguasa-an kemampuan yang

harus ada dalam diri guru agar dapat

mewujudkan kiner- janya secara tepat dan

efektif”.

Seorang guru harus mempunyai

kemampuan atau kompetensi yang lebih

baik daripada peserta didik dengan

ditunjukkan pada tingkat kompetensi

kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi

pemahaman intelektual yang dipengaru-hi

oleh tingkat efektivitas pribadi dengan

menunjukkan pada pihak lain sebagai

aktualisasi pengetahuan melalui psiko-motor

pribadinya.

DalamUndang-Undang Guru dan

Dosen No. 14 Tahun 2005 dan Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 telah di-

tentukan bahwa “kompetensi guru me-liputi

kompetensi kepribadian, pedago-gik,

profesional, dan sosial”.

Peningkatan Kompetensi Guru

Danim dan Danim (2011:67) me-

ngemukakan bahwa “secara umum kegiatan

pembinaan dan pengembangan guru

dimaksudkan untuk merangsang,

memelihara, dan meningkatkan kompe-tensi

guru dalam memecahkan masalah-masalah

pendidikan dan pembelajaran yang

berdampak pada peningkatan mutu hasil

belajar siswa”.

Kuntoro (Suryosubroto, 2010:193)

menyatakan bahwa “masyarakat yang cepat

berkembang menuntut guru untuk belajar

terus menerus. Pengetahuan guru yang

“usang” akan membahayakan generasi

brilliant masa mendatang”.

Usman (2012:118) mengemukakan

bahwa:

Peningkatan pengetahuan guru dapat

dilakukan dengan berbagai cara, seperti

mengikuti program pendidikan lanjutan

(S2 dan S3), melakukan berbagai

penelitian (seperti penelitian ekperimen

atau penelitian tindakan kelas),

mengikuti pendidikan dan pelatihan on

the job dan in-service training,

mengikuti berbagai kegiatan ilmiah

(seperti seminar, workshop, konferensi,

simposium, atau panel diskusi),

mengikuti Musyawarah Guru Mata

Pelajaran, dan belajar secara otodidak

melalui aktivitas membaca dan

menulis.

HASIL PEMBAHASAN

Program Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kompetensi Guru pada

SMA Negeri 7 Banda Aceh

Penyusunan Progran Kerja Sekolah

mengacu pada Pasal 53 Ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan menentukan

bahwa “setiap satuan pendidikan dikelola

atas dasar rencana kerja tahunan yang

merupakan penjabaran rinci dari rencana

kerja jangka menengah satuan pendidikan

yang meliputi masa 4 (empat) tahun”.

Berdasarkan penelitian penulis,

Kepala SMA Negeri 7 Banda Aceh sudah

membuat program peningkatan kompetensi

guru dalam setiap program kerjanya, selain

adanya program pembinaan melalui program

supervisi. Salah satu bentuk untuk

meningkatkan kompetensi guru adalah

dengan pelatihan, workshop, seminar, dan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

Aini Zakiyah, Kemampuan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Page 18: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

Strategi Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Kompetensi Guru pada

SMA Negeri 7 Banda Aceh Setelah dilakukan penelitian ternya-ta

peningkatan kompetensi guru di sekolah

perlu dilaksanakan secara terus menerus dan

terprogram. Segala bentuk kegiatan sekolah,

baik berupa intra kurikuler maupun ekstra

kurikuler harus diarahkan pada peningkatan

kompetensi guru dalam rangka peningkatan

mutu pendidikan agar dapat berkembang

sesuai dengan kebutuhan pembangunan

nasional, perkembangan teknologi dan

informasi yang berkembang sangat pesat.

Berdasarkan penelitian penulis, ada

beberapa upaya yang telah dilakukan oleh

kepala SMA Negeri 7 Banda Aceh untuk

meningkatkan kinerja sekolah, antara lain

melalui pembinaan disiplin tenaga

kependidikan, pemberian motivasi,

penghargaan (rewards), dan persepsi. Hal

ini sesuai dengan pendapat Mulyasa

(2007:141) yang mengemukakan bahwa

“kepala sekolah harus mampu

menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan,

terutama disiplin diri (self-discipline)”. Jadi

sudah menjadi kewajiban kepala sekolah

untuk menumbuhkan disiplin tenaga

kependidikan yang dimulai dengan sikap

demokratis, oleh karena itu dalam membina

disiplin tenaga kependidikan harus dari,

oleh, dan untuk tenaga kependidikan.

Adapun strategi kepala sekolah dalam

meningkatkan kompetensi guru terlihat juga

dari program-program yang dilakukan

kepala sekolah dalam peningkatan

kompetensi guru yang meliputi: (1)

Membentuk MGMP di sekolah dan

Mengirim guru untuk mengikuti Forum

Musyawarah Guru seperti Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP); (2)

Mengirim guru ke lembaga pelatihan guru

atau penataran guru baik di tingkat

kabupaten/kota maupun di tingkat provinsi;

(3) Mengirim guru untuk mengikuti

seminar dan workshop; (4) Memotivasi

guru-guru untuk melanjutkan pendidikan

bagi guru yang masih D.III ke jenjang S.1,

dan bagi guru yang masih S.1 untuk dapat

melanjutkan pendidikan ke jenjang S.2.

Dalam pelaksanaannya, untuk forum

MGMP pada SMA Negeri 7 Banda Aceh

sudah berjalan sesuai dengan program, yaitu

dilaksanakan sesuai waktu yang telah

ditetapkan yaitu sekali dalam seminggu.

Sebagai contoh misalnya untuk MGMP

bidang studi Fisika dijadwalkan pada setiap

hari Sabtu pertemuannya untuk seluruh guru

Fisika se-Kota Banda Aceh yang

dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banda Aceh.

Demikian juga dengan bidang studi lainnya,

jadwal dan tempat sudah ditentukan.

Kegiatan tersebut dikoordinasikan oleh

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum.

Pelaksanaan penataran atau pelatihan di

SMA Negeri 7 Banda Aceh terhadap guru

belum maksimal, hal ini disebabkan

keterbatasan dana, dimana dalam

pelaksanaan program peningkatan

kompetensi guru dananya bersumber dari

pemerintah pusat yang diposkan dalam dana

RBOS.

Dalam usaha meningkatkan

pengelolaan sekolah, “penataran” selalu

dikaitkan dengan personel sekolah, terutama

guru. Setelah mengikuti suatu penataran

diharapkan agar ada peningkatan guru itu

sendiri. Peningkatan ini kiranya akan

tercermin dengan adanya perubahan yang

terjadi pada guru tersebut.

Aplikasi perubahan tersebut terlihat

ketika guru dalam melaksanakan tugasnya.

Perubahan itu sendiri mencakup sikap,

keterampilan dan pengetahuan. Dengan

adanya perubahan ini diharapkan guru dapat

bekerja secara profesional (Hasan, 2010:51).

Untuk meningkatkan kompetensi guru,

maka guru-guru di SMA Negeri 7 Banda

Aceh aktif mengikuti seminar-seminar

pendidikan dan workshop yang dilakukan

oleh pemerintah, Lembaga Swadaya

Masyarakat, dan Perguruan Tinggi. Ini

merupakan komitmen para guru untuk

meningkatkan kompeten-sinya, sebab di

dalam seminar pendi-dikan akan ditemukan

suatu titik terang tentang permasalahan yang

dibahas dan melalui workshop dapat

meningkatkan kualitas profesional.

Usaha kepala sekolah untuk

meningkatkan kompetensi gurunya pada

SMA Negeri 7 Banda Aceh sudah maksimal

yaitu dengan memberikan izin belajar atau

tugas belajar bagi guru-guru yang akan

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan ketentuan

Pasal 47 ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

menentukan bahwa “guru yang sudah

memenuhi kualifikasi S.1 atau D.IV dapat

melakukan pengembangan dan peningkatan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 19: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

Kuali-fikasi Akademik lebih tinggi dari yang

ditentukan”.

Kendala yang Dihadapi oleh Kepala

Sekolah dalam Meningkatkan

Kompetensi Guru pada SMA Negeri 7

Banda Aceh

Dari hasil wawancara dan obser-vasi

serta studi dokumentasi dengan responden,

dapat diperoleh informasi bahwa kendala

yang dihadapi dalam pelaksanaan program

peningkatan kompetensi guru di SMA

Negeri 7 Banda Aceh adalah sarana dan

prasarana masih kurang.

Setelah dilakukan penelitian, ternyata

sarana dan prasarana pendidikan seperti

dialih fungsikannya beberapa ruang kelas

menjadi ruang Tata Usaha dan ruang

Kesiswaan, ruang Dewan Guru yang sempit

memerlukan perluasan, ruang BK yang juga

sempit masih memerlukan perluasan,

kurang-nya pengetahuan guru tentang

teknologi informatika (TI), dan juga masih

ada beberapa ruangan kelas yang kurang

pemeliharaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1) Kepala SMA Negeri 7 Banda Aceh telah

melakukan program pening-katan

kompetensi guru dalam program

kerjanya, program pening-katan

kompetensi guru tersebut adalah program

pembinaan disiplin tenaga kependidikan,

pemberian motivasi, penghargaan

(reward), dan persepsi;

2) Strategi lainya yang ditempuh oleh

kepala SMA Negeri 7 Banda Aceh untuk

peningkatan kompetensi guru adalah

dengan mengirim guru-guru ke lembaga

pelatihan atau penataran, mengadakan

program Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP), seminar dan

workshop, dan melanjutkan pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi;

3) Kendala-kendala yang dihadapi adalah

sarana dan prasarana masih kurang,

selain itu juga yang menjadi kendala

adalah waktu yang terbatas.

Saran

1. Program meningkatkan kompetensi guru

perlu diprogramkan secara

berkesinambungan, baik jumlah

pertemuan ditingkatkan, kualitas materi

juga ditingkatkan, atau informasi-

informasi unggulan dan terkini dapat

diberikan kepada guru, sehingga guru

betul-betul memiliki wawasan yang luas

sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan atau perkembangan zaman,

yang pada akhirnya guru betul-betul

menjadi profesional.

2. Program meningkatkan kompetensi guru,

sebagaimana tuntutan lembaga, profesi

guru dan era globalisasi, maka kepala

sekolah juga harus profesional, terutama

dalam menyusun program kerja harus

melihat kebutuhan dan tantangan yang

dihadapi guru yang mana dalam

melaksanakan tugasnya sehari-hari

semakin berat, maka perlu dicari strategi-

strategi baru, terutama dalam

pengembangan dan peningkatan

kompetensi guru.

3. Kepala sekolah harus mendelegasi-kan

wewenangnya kepada para wakil kepala

sekolah, dan staf-stafnya sesuai dengan

tugas pokoknya masing-masing, dengan

demikian efektifitas dan efisiensi

program peningkatan kompetensi guru

dapat ditingkatkan.

4. Kepala sekolah harus melakukan

supervisi kelas minimal 3 bulan sekali

untuk mengetahui kemampuan atau

kekurangan yang dimiliki oleh guru.

Dengan demikian, kepala sekolah dapat

mengetahui kelemah-an-kelemahan guru

untuk dilakukan perbaikan serta ditindak

lanjuti dengan dikirim ke lembaga-

lembaga pelatihan atau penataran guru

yang relevan dengan bidang studinya

masing-masing.

5. Perlunya koordinasi dengan Komite

Sekolah, Dinas Pendidikan Kabupa-ten,

pemerintah Kotamadya Banda Aceh,

Dinas Pendidikan Provinsi Aceh dalam

menghadapi kendala atau hambatan.

6. Para guru dituntut meningkatkan

motivasi dan inovasi dalam mening-

katkan kompetensinya yang lebih baik

dan melakukan penelitian-penelitian

tindakan kelas untuk mengetahui

metode-metode apa yang cocok dan

relevan dengan bidang studi yang

diajarkan.

Aini Zakiyah, Kemampuan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Page 20: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan dan Danim, Yunan.

(2011). Administrasi Sekolah dan

Manajemen Kelas. Bandung: Pustaka

Setia.

Depdiknas. (2006). Standar Kompetensi

Kepala Sekolah TK, SD, SMP,

SMA, dan SLB. Jakarta: Bp. Cipta

Karya.

Hasan, Bachtiar. (2010). Perencanaan

Pengajaran Bidang Studi. Bandung:

Pustaka Ramadhan.

Herabudin. (2009). Administrasi dan

Supervisi Pendidikan. Bandung: CV

Pustaka Setia.

Kunandar. (2009). Guru Profe-sional.

Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun

2007 Tentang Standar Kepala

Sekolah-/Madrasah. Jakarta:

Depdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2007 Tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru.

Jakarta: Asa Mandiri.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional pendidikan.

Sarimaya, Farida. (2009). Sertifikasi Guru,

Apa, Mengapa, dan Bagaimana?. Bandung: CV Yrama Widya.

Satori, Djam’an dkk. (2010). Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

Alfabeta.

Suryosubroto. (2010). Manajemen

Pendidikan Sekolah. Jakarta: PT.

Asdi Mahasatya.

Usman, Nasir. (2012). Manajemen

Peningkatan Mutu Kinerja Guru.

Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala

Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 21: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

THE RELATION OF STUDENTS’ LEARNING HABITS TOWARDS

ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT (A RESEARCH ON STUDENTS GRADE XII IS SMAN 1 BANDA ACEH)

Oleh

*Faridah Yahya, **Siswandi Yunandar

Abstract: This writing is intended to know 1) students’ learning habit, and 2) the

relation of students’ learning habit towards learning achievement. This research’s

sample is student grade XII IS that totaled thirty students. The techniques of collecting

data in this research are observation, questionnaire, and documentation. Data analysis

for the first goal by using Likert scale and the second goal by using moment product

correlation formula. the research’s result showed that the average score from students

learning habit are a) items of preparing all the requirements at night with the score 3.52,

b) concentration with the score 3. 35, c) reading and making notes with the score 3. 32,

d) managing study time (study schedule) with the score 3. 31, e) revising lesson’s

material with the score 3.2, f) being diligent in doing homework with the score 3.14, and

g) being used to visit library with the score 2. 62. However, when viewed as a whole, the

average score acquired 3.31 or it can be categorized medium. Furthermore, the relation

between students’ learning habit and students’ achievement obtained t value ( 5. 958)

greater than table t (2.0484) on significant rate 5 %. Thus Ha accepted and Ho rejected.

Keyword: learning habit, students’ achievement

PENDAHULUAN Siswa sebagai peserta didik

merupakan sasaran utama dari kegiatan

pendidikan, di mana mereka diharapkan

dapat mencapai keberhasilan dalam belajar.

Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari

kemampuannya dalam menguasai materi

pelajaran, prestasi belajar yang dicapai

siswa, keterampilan dalam kebenaran

menyelesaikan tugas yang diberikan guru

dan lain-lain.

Prestasi belajar merupakan hasil

yang dicapai siswa selama menjalani proses

belajar dalam kurun waktu tertentu. Prestasi

belajar pun dapat menjadi tolak ukur

tercapainya suatu tujuan pembelajaran dan

umpan balik bagi guru maupun pihak

sekolah dalam hal manajemen pembelajaran.

Tak sedikit siswa yang bermasalah dengan

prestasi belajarnya dan berakibat pada

rendahnya prestasi belajar siswa itu sendiri.

Secara umum prestasi belajar dapat

dijelaskan sebagai tingkat pemahaman siswa

tentang materi tertentu yang telah diberikan

dalam proses belajar mengajar.

Menurut Slameto (2006:54)”

faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

belajar dapat digolongkan menjadi dua,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam

diri individu yang sedang belajar yang

terdiri dari faktor jasmaniah, faktor

psikologis dan faktor kelelahan. Faktor

eksternal adalah faktor yang mempengaruhi

dalam belajar yang ada di luar individu yang

terdiri dari faktor keluarga dan masyarakat”.

Dari paparan di atas terlihat bahwa

prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri,

melainkan merupakan hasil dari beberapa

faktor yang mempengaruhinya. Di antara

berbagai faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, faktor kebiasaan belajar adalah salah

satu faktor yang dianggap penting dalam

proses belajar yang nantinya akan

menentukan hasil belajar. Kebiasaan belajar

merupakan salah satu unsur kepribadian

yang tergolong pada faktor internal. Dari

informasi yang penulis terima dari pihak

sekolah SMAN 1 Banda Aceh bahwa siswa

kelas XII IS mempunyai kebiasaan belajar

yang kurang baik, salah satu contoh

kebiasaan tersebut adalah belajar ketika ada

ujian, siswa selalu belajar ketika ada ujian

saja, sehingga jika tidak ada ujian siswa

tidak membiasakan diri untuk belajar,

seharusnya jauh-jauh hari siswa telah

mempersiapkannya.

*Faridah Yahya adalah Dosen Universitas Syiah Kuala

**Siswandi Yunandar adalah Alumni FKIP Universitas Syiah Kuala

Page 22: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

Tanpa kebiasaan belajar yang baik

prestasi belajar yang diperoleh pun kurang

memuaskan. Salah satu contoh yang diambil

seringkali siswa hanya belajar pada saat ada

ulangan dan ujian saja, sehingga kadang-

kadang hasilnya jauh dari yang diharapkan.

Untuk itu agar memperoleh hasil yang lebih

baik diperlukan kebiasaan yang baik dan

teratur.

Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan di atas, yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana kebiasaan belajar siswa kelas

XII IS SMA Negeri 1 Banda Aceh ?

2. Apakah terdapat hubungan antara

kebiasaan belajar siswa dengan prestasi

belajar siswa dalam mata pelajaran

ekonomi Akuntansi kelas XII IS SMA

Negeri 1 Banda Aceh ?

Adapun tujuan dari penelitian adalah

Untuk mengetahui kebiasaan belajar dan

hubungannya terhadap prestasi belajar.

LANDASAN TEORITIS

Belajar adalah kegiatan yang

berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam setiap penyelengaraan

pendidikan. Berhasil atau tidaknya

pencapaian tujuan pendidikan amat

bergantung pada proses belajar yang dialami

siswa baik di lingkungan sekolah maupun

lingkungan belajarnya sendiri, karena

sesungguhnya belajar dilakukan dimana pun

dan kapan pun hingga akhir hayat.

Menurut Hamalik (2002:154) :

“belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan

atau perubahan dalam diri seseorang yang

dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku

yang baru, berkat pengalaman dan latihan.”

Berdasarkan pengertian beberapa

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan suatu proses dimana di

dalamnya terjadi suatu interaksi antara

seseorang dengan lingkungannya yang

mengakibatkan adanya perubahan tingkah

laku yang akan memberikan suatu

pengalaman yang baik.

Selanjutnya menurut Surya

(2003:30) mengemukakan bahwa “kebiasaan

adalah suatu cara bertindak yang sifatnya

otomatis untuk suatu masa tertentu, tingkah

laku yang menjadi kebiasaan tidak

memerlukan fungsi berfikir yang cukup

tinggi karena sifatnya sudah relatif

menetap.”

Abu Ahmadi (1994:28)

mengatakan “dengan memiliki kebiasaan

belajar yang baik, usaha belajar selalu

memberikan hasil yang sangat memuaskan.

Ilmu yang sedang dipelajari dapat

dimengerti dan dikuasai dengan sempurna,

ujian-ujian dapat dilalui dengan berhasil.

Sehingga dapat menimbulkan kegembiraan

dan kepuasan, di dalam hatinya akan

berkobar keinginan belajar semakin

meningkat.”

Dari berbagai pendapat di atas

dapat disimpulkan kebiasaan belajar adalah

:1).Mengatur waktu belajar (jadwal belajar).

2).Mempersiapkan keperluan belajar pada

malam hari. 3).Membaca dan membuat

catatan. 4).Mengulang bahan pelajaran.

5).Konsentrasi. 6).Rajin dalam mengerjakan

tugas. 7).Terbiasa mengunjungi

perpustakaan

Prestasi belajar dan proses belajar

adalah satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. karena prestasi belajar seorang

peserta belajar pada hakikatnya adalah hasil

akhir dari sebuah proses belajar. Dalam

setiap kegiatan belajar pada akhirnya

menghasilkan perubahan dalam diri siswa.

Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah

pengetahuan, melainkan juga dalam bentuk

kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,

perhargaan, minat, penyesuaian diri dan

semua yang berkenaan dengan aspek

organisme atau pribadi siswa. Hasil belajar

yang diperoleh siswa dapat diketahui

berdasarkan perbedaan perilaku sebelum dan

sesudah belajar dilakukan. Hasil belajar

merupakan segala perilaku yang dimiliki

siswa sebagai akibat dari proses belajar yang

berlangsung di sekolah maupun di luar

sekolah yang bersifat kognitif, afektif,

maupun psikomotor, yang disengaja maupun

tidak disengaja. Untuk mengetahui prestasi

belajar seorang peserta didik biasanya

dilakukan evaluasi terhadap materi yang

diberikan. Seberapa besar peserta didik

mampu memberikan feed back dari setiap

evaluasi yang diberikan, demikianlah

gambaran prestasi belajar yang ia miliki.

Djamarah (2002:21) bahwa

“prestasi belajar adalah penilaian pendidikan

tentang kemajuan siswa dalam segala hal

yang dipelajari di sekolah yang menyangkut

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 23: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

pengetahuan atau kecakapan/keterampilan

yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah

tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu

kegiatan usaha yang dapat memberikan

kepuasan emosional, dan dapat diukur

dengan alat atau tes tertentu.

Adapun dalam penelitian ini yang

dimaksud dengan prestasi belajar adalah

tingkat keberhasilan peserta didik setelah

menempuh proses pembelajaran tentang

materi tertentu, yakni tingkat penguasaan,

perubahan emosional, atau perubahan

tingkah laku yang dapat diukur dengan tes

tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai

atau skor.

Selanjutnya Muhibbin Syah

(2006:129), faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu :

1).Faktor internal (faktor dalam diri

siswa):Aspek fisiologis,jasmani, mata dan

telinga. 2).Faktor eksternal (faktor dari luar

siswa):Lingkungan social,Keluarga, guru,

dan staf, masyarakat, teman dan

sebagainya.Lingkungan non social Rumah,

sekolah, peralatan, alam dan sebagainya.

3).Faktor pendekatan belajar (approach to

learning), yakni upaya belajar siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan

siswa untuk melakukan kegiatan

mempelajari materi-materi pelajaran.

Berhasil atau tidaknya seseorang

dalam belajar disebabkan beberapa faktor

yang mempengaruhi pencapaian hasil

belajar yaitu yang berasal dari dalam diri

orang yang belajar dan ada pula dari luar

dirinya

METODE PENELITIAN

Pendekatan dalam penelitian ini

adalah menggunakan pendekatan kuantitatif,

yaitu data yang berwujud angka-angka.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif.

Penelitian deskriptif ini merupakan

metode penelitian yang berusaha

menggambarkan keadaan secara nyata pada

saat pelaksanaan penelitian dan

menginterprestasikan objek sesuai dengan

apa adanya. (Sukardi 2003:157)

Menurut Komaruddin (Mardalis

2004:53) mengemukakan bahwa “Populasi

adalah semua individu yang menjadi sumber

pengambilan sampel yang memenuhi syarat-

syarat tertentu yang berkaitan dengan

masalah penelitian.”

Populasi dalam penelitian ini

adalah siswa SMA Negeri 1 Banda Aceh

kelas XII IS yang berjumlah sebanyak 30

siswa. Mengingat jumlah siswa yang relatif

kecil maka seluruh siswa menjadi sampel

dalam penelitian ini .

Untuk memperoleh data dalam

penelitian ini ,dilakukan melalui cara

sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan (library

research). Penelitian kepustakaan

dilakukan dengan mempelajari buku-

buku dan bahan lainnya yang relevan

dengan pokok pembahasan dan akan

dijadikan landasan teoritis.

b. Penelitian Lapangan (field research)

yaitu melakukan penelitian guna

mendapatkan data-data primer yang

berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan.

• Observasi yaitu pengamatan yang

dilakukan secara langsung terhadap

gejala yang tampak pada objek

penelitian.

• Angket adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari

responden.

• Dokumentasi yaitu suatu teknik

pengumpulan data yang penulis

pergunakan untuk mengumpulkan

data-data misalnya data siswa, nilai

siswa dan data-data penunjang

penelitian lainnya.

Angket yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah angket yang berbentuk

skala likert dengan skor alternatif yang

dinilai adalah 5-1. Skala ini disusun dalam

bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh

lima respon yang menunjukkan tingkatan.

Untuk menghitung skor yang

diberikan kepada responden adalah member

skor pada tiap-tiap jawaban, pada penyataan

positif skornya adalah :

Sangat Setuju = 5

Setuju = 4

Netral = 3

Tidak Setuju = 2

Sangat Tidak Setuju = 1

Tujuan analisis ini untuk

mengetahui kuat atau tidaknya hubungan

antara variabel X yaitu “kebiasaan belajar

Faridah Yahya dan Siswandi Yunandar, The Relation Of Students’ Learning Habits Towards

Page 24: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

siswa” dengan vari

belajar siswa”. at

hubungan antara

variabel lainnya.

digunakan adalah t

moment dari Pearso

berikut :

(Irianto, 2009: 137)

PEMBAHASAN DA

1. Kebiasaan Belaja

Kebiasaan

sebagaimana yang di

Tabel 1.1.1 Mengat

N

o Variabe

1. Memiliki jadwa

2. Belajar ketika a

3. Belajar sesuai d

jadwal telah say

4. Tidak menggun

waktu belajar un

bermain

Rata-rata

Sumber : Data Prime

Berdasarkan

maka indikator yang

dengan rata-rata 3.47

menikmati proses be

semuanya, secara ps

sehingga hasil belaja

siswa mengatur wak

Berikut ini

mempersiapkan sem

Tabel 1.1.2Memper

N

o Variabel

1. Mempersiapkan

sekolah sebelum

2. Diingatkan ole

untuk me

keperluan belaja

3. Mempergunaka

tidur sebaga

Jurn

ariabel Y yaitu “prestasi

atau untuk mengetahui

satu variabel dengan

Teknik korelasi yang

teknik korelasi product

son dengan rumus sebagai

Dimana :

r = Koefisie

N = Jumlah

X = Variab

Y = Variab

setelah koe

selanjutnya

1

nrxyt

=

DAN HASIL PENELITIAN

ajar Siswa Kelas XII IS SMA Negeri 1 Banda

n belajar siswa dilihat dari mengatur wa

ditunjukkan pada tabel di bawah ini :

atur Waktu Belajar

bel

Sgt Tdk

Setuju

Tdk

Setuju Netral

Fr % Fr % Fr %

al belajar 0 0.0 3 10 13 43.

ada ujian 1 3.3 9 30 11 36.

i dengan

saya buat 0 0.0 5

16

.7 11 36.

unakan

untuk 0 0.0 1 3.

3 17 56.

mer Diolah (2012)

kan angket yang dibagikan mengenai mengat

ng memperoleh rata-rata tertinggi yaitu siswa m

.47. Dengan memiliki jadwal belajar yang baik,

elajar sebagai bagian dari tubuh seperti juga

psikologis siswa akan lebih tenang, fresh dan

ajar yang akan dicapai pun dapat lebih maksim

aktu belajar (jadwal belajar) sebesar 3.31.

ni akan dibahas tentang kebiasaan belajar sis

mua keperluan pada malam hari yaitu sebagai b

ersiapkan Semua Keperluan pada Malam H

Sgt Tdk

Setuju

Tdk

Setuju Netral

Fr % Fr % Fr %

an keperluan

um tidur 0 0.0 3 10 8 26

leh orang tua

empersiapkan

ajar besok hari

3 10 8 26.7 7 23

kan kamar

gai ruangan 3 10 1 3.3 7 23

rnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, V

���

isien Korelasi,

lah Data

abel Kebiasaan Belajar Siswa

iabel Prestasi Belajar Siswa dan

oefisien korelasi didapat maka

ya di uji distribusi t sebagai berikut:

2

2

rxy

n − (Irianto, 2009: 146)

da Aceh

waktu belajar dapat diperhatikan

al Setuju Sgt

Setuju Mean

% Fr % Fr %

3.3 11 36.

7 3 10 3.47

6.7 7 23.

3 2 6.7 3

6.7 12 40 2 6.7 3.37

6.7 11 36.

7 1 3.3 3.4

3.31

atur waktu belajar (jadwal belajar)

a memiliki jadwal belajar akuntansi

ik, maka siswa akan lebih fokus dan

ga makan dan ibadah. Dampak dari

n percaya diri serta lebih produktif

imal. Adapun nilai rerata mengenai

siswa dilihat dari kebiasaan siswa

i berikut

Hari

Setuju Sgt

Setuju Mean

% Fr % Fr %

26.7 12 40 7 23.3 3.77

23.3 10 33.

3 2 6.7 3

23.3 15 50 4 13.3 3.53

Volume 14 Nomor 1

Page 25: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

belajar

4. Berangkat sekolah dengan

persiapan di malam hari

0

.

0

0.0 1 3.3 9 30 16 53.

3 4 13.3 3.77

Rata-rata 3.52

Sumber : Data Primer Diolah (2012)

Berdasarkan angket yang dibagikan mengenai mempersiapkan semua keperluan pada

malam hari maka indikator yang memperoleh rata-rata tertinggi yaitu siswa mempersiapkan

keperluan sekolah sebelum tidur dan siswa berangkat sekolah dengan persiapan di malam hari

dengan nilai rata-rata yang sama besarnya yaitu 3.77. Mempersiapkan keperluan sekolah pada

malam hari ini dapat membantu siswa agar lebih siap untuk belajar pada esok harinya.

Adapun nilai rerata mengenai siswa mempersiapkan semua keperluan pada malam hari

sebesar 3.52. Dengan demikian, berarti siswa yang berprestasi baik memiliki tingkat kedisiplinan

yang tinggi. Dalam hal ini terlihat bahwa siswa selalu mempersiapkan semua keperluan pada

malam hari.

Berikut ini akan dibahas tentang kebiasaan belajar siswa dilihat dari kebiasaan siswa

membaca dan membuat catatan yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1.3 Membaca dan Membuat Catatan

N

o Variabel

Sgt Tdk

Setuju

Tdk

Setuju Netral Setuju

Sgt

Setuju Mean

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

1 Menggunakan waktu luang

untuk membaca 2 6.7 0 0.0 18 60 9 30 1 3.3 3.23

2 Membaca beberapa buku

referensi Akuntansi 1 3.3 5 16.7 18 60 6 20 0 0.0 2.97

3 Membuat catatan dan

rangkuman pelajaran Akuntansi 0 0.0 2 6.7 16 53.3 9 30 3 10 3.43

4 Mengajukan pertanyaan ketika

belajar Akuntansi 0 0.0 2 6.7 21 70 7 23.3 0 0.0 3.17

Rata-rata 3.2

Sumber : Data Primer Diolah (2012)

Berdasarkan angket yang dibagikan untuk indikator membaca dan membuat catatan maka

indikator yang memperoleh rata-rata tertinggi yaitu siswa membuat catatan dan rangkuman

pelajaran Akuntansi dengan rata-rata 3.43. dan nilai rata-rata mengenai siswa membaca dan

membuat catatan sebesar 3.2 .

Dengan demikian berarti siswa yang sering membaca dan membuat catatan adalah siswa

yang mampu memahami dan mengerti semua intisari pelajaran yang telah dijelaskan atau

disampaikan oleh guru ketika proses belajar berlangsung. Itulah kebiasaan yang harus dilakukan

siswa supaya belajar jadi lebih mudah. Dan kebiasaan ini juga cukup penting dalam meningkatkan

daya ingat siswa dalam mengingat suatu pelajaran atau apa yang ingin dipelajari.

Berikut ini akan dibahas tentang kebiasaan belajar siswa dilihat dari kebiasaan siswa

mengulangi bahan pelajaran yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1.4 Mengulangi Bahan Pelajaran

N

o Variabel

Sgt Tdk

Setuju

Tdk

Setuju Netral Setuju

Sgt

Setuju Mean

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

1. Mempelajari kembali materi

yang telah diajarkan 0 0.0 3 10 16 53.3 10 33.3 1 3.3 3.3

2. Mencurahkan perhatian 1 3.3 2 6.7 21 70 5 16.7 1 3.3 3.1

Faridah Yahya dan Siswandi Yunandar, The Relation Of Students’ Learning Habits Towards

Page 26: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

untuk belajar Akuntansi

3. Berupaya untuk memahami

kembali apa yang telah

disampaikan guru

0 0.0 2 6.7 14 46.7 9 30 5 16.7 3.57

Rata-rata 3.32

Sumber : Data Primer Diolah (2012)

Adapun nilai rerata mengenai siswa mengulangi bahan pelajaran sebesar 3.32. Dengan

demikian berarti siswa yang berupaya untuk memahami kembali apa yang telah disampaikan guru

ketika proses pembelajaran berlangsung adalah siswa yang mencurahkan perhatian sepenuhnya

ketika belajar. Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan

(review) materi yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan akan tetap tertanam dalam

otak seseorang siswa.

Berikut ini akan dibahas tentang kebiasaan belajar siswa dilihat dari kebiasaan siswa

berkonsentrasi yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1.5 Konsentrasi

No Variabel

Sgt Tdk

Setuju

Tdk

Setuju Netral Setuju

Sgt

Setuju Mean

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

1. Selalu fokus dan

memperhatikan apa yang

disampaikan guru

0 0.0 1 3.3 16 53.3 13 43.3 0 0.0 3.4

2. Tidak membuang-buang

waktu ketika belajar

Akuntansi

1 3.3 2 6.7 14 46.7 13 43.3 0 0.0 3.3

Rata-rata 3.35

Sumber : Data Primer Diolah (2012)

Di dalam indikator konsentrasi maka indikator yang memperoleh rata-rata tertinggi yaitu

selalu fokus dan memperhatikan apa yang disampaikan guru ketika belajar Akuntansi 3.4. Adapun

nilai rerata mengenai siswa berkonsentrasi sebesar 3.35.

Berikut ini kebiasaan belajar siswa dilihat dari kebiasaan siswa rajin dalam melaksanakan

tugas yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1.6 Rajin dalam Melaksanakan Tugas

No Variabel

Sgt Tdk

Setuju

Tdk

Setuju Netral Setuju

Sgt

Setuju Mean

Fr % Fr % Fr % Fr % Fr %

1. Selalu mengerjakan tugas

pelajaran Akuntansi 1 3.3 1 3.3 15 50 11 36.7 2 6.7 3.4

2. Mengerjakan tugas Akuntansi

sendiri tidak menyontek punya

teman

1 3.3 3 10 22 73.3 4 13.3 0 0.0 2.97

3. Mengerjakan tugas tepat

waktu 0 0.0 7 23.3 18 60 5 16.7 0 0.0 2.93

4. Mengkoreksi tugas sebelum

dikumpulkan 1 3.3 4 13.3 13 43.3 10 33.3 2 6.7 3.27

Rata-rata 3.14

Sumber : Data Primer Diolah (2012)

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 27: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

Di dalam i

rata-rata tertinggi ya

Adapun nilai rerata

demikian berarti s

mengerjakan tugas d

Berikut ini

terbiasa mengunjung

Tabel 1.1.7 Terbias

N

o Variabel

1 Membaca buku

dengan pelajaran

2 Setiap beris

mengunjungi pe

meminjam buku

3 Mengunjungi pe

ada waktu luang

4 Membaca bu

perpustakaan ke

masuk kelas

Rata-rata

Sumber : D

Di dalam in

rata-rata tertinggi ya

rerata mengenai sisw

1.2.. Hubungan An

Kelas XII IS SMA N

Untuk men

Akuntansi siswa kel

yaitu kebiasaan bela

Akuntansi siswa be

variabel terikat

Berdasarkan data p

N = 30

�X = 2395 �Y

Berdasarkan data di

3(=rxy

1

=rxy

Faridah Yahya

indikator rajin dalam melaksanakan tugas m

yaitu siswa selalu mengerjakan tugas pelajaran

ata mengenai siswa rajin dalam melaksanak

siswa yang rajin dalam melaksanakan tu

s dengan baik sehingga hasil yang dicapai pun m

ni akan dibahas tentang kebiasaan belajar sis

ngi perpustakaan yaitu sebagai berikut :

asa Mengunjungi Perpustakaan

Sgt Tdk

Setuju

Tdk

Setuju Net

Fr % Fr % Fr

u yang berkaitan

an 1 3.3 12 40 14

ristirahat saya

perpustakaan dan

u

6 20 7 23.3 13

perpustakaan jika

ng 2 6.7 9 30 14

buku-buku di

ketika guru tidak 3 10 8 26.7 17

Data Primer Diolah (2012)

indikator terbiasa mengunjungi perpustakaan

yaitu siswa mengunjungi perpustakaan jika ad

swa terbiasa mengunjungi perpustakaan sebesa

ntara Kebiasaan Belajar Siswa Dengan Pre

A Negeri 1 Banda Aceh

engetahui hubungan dari kebiasaan belajar

elas XII IS SMA Negeri 1 Banda Aceh, maka

elajar siswa sedangkan yang menjadi variabel

berupa nilai rapor siswa. Untuk menghitung

dengan variabel bebas digunakan

(Irian

pada lampiran 3 maka diperoleh data sebagai b

Y = 2503 �X² = 193017 Y² = 2

di atas maka dapat dihitung rxy sebagai berikut

()208979(30))(2395()193017(30

)2503)(2395()200207(30

2−−

57,15414

11525

748.0=rxy

ya dan Siswandi Yunandar, The Relation Of Student

maka indikator yang memperoleh

ran Akuntansi dengan rata-rata 3.4.

akan tugas sebesar 3.14. Dengan

tugas adalah siswa yang selalu

n memuaskan.

siswa dilihat dari kebiasaan siswa

etral Setuju Sgt

Setuju Mean

% Fr % Fr %

46.7 3 10 0 0.0 2.63

43.3 3 10 1 3.3 2.53

46.7 5 16.7 0 0.0 2.73

56.7 2 6.7 0 0.0 2.6

2.62

n maka indikator yang memperoleh

ada waktu luang 2.73. Adapun nilai

sar 2.62.

restasi Belajar Akuntansi Siswa

jar siswa dengan prestasi belajar

ka yang menjadi variabel bebas (X)

el terikat (Y) yaitu prestasi belajar

ng besarnya hubungan (r) antara

rumus sebagai berikut :

anto, 2009: 137)

i berikut :

208979 �XY =200207

ut :

))2503( 2

ents’ Learning Habits Towards

Page 28: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

Tabel 1.2.1 Pedoman Untuk

Memberikan Interval Koefisien Korelasi

Interval Tingkat Hubungan

0.00 – 0.199 Sangat Rendah

0.20 – 0.399 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang

0.60 – 0.799 Kuat

0.80 – 1.00 Sangat Kuat

Sugiono (2008:218)

Berdasarkan hasil perhitungan di

atas r sebesar 0,748 yang berarti memiliki

hubungan yang kuat, antara kebiasaan

belajar siswa dengan prestasi belajar. Hal ini

jika ada perbaikan dari indikator kebiasaan

siswa dalam belajar Akuntansi akan

mempengaruhi r² sebesar 56% dari

peningkatan prestasi, selebihnya dipengaruhi

oleh faktor lain yang berada di luar

penelitian ini misalnya faktor intelegensi,

minat, bakat, motivasi, kejeniusan,

kemampuan menyerap pelajaran dan lain

sebagainya.

4.1.4. Tinjauan Hipotesis Untuk membuktikan hipotesis

maka diperlukan perhitungan t hitung

hipotesis yang akan di uji adalah terdapat

hubungan yang signifikan antara kebiasaan

belajar siswa terhadap prestasi belajar

Akuntansi siswa kelas XII IS SMA Negeri 1

Banda Aceh. Untuk menghitung uji t dengan

rumus sebagai berikut :

21

2

rxy

nrxyt

−=

=

−=

2748.01

230748.0t

664.0

956.3=t

=t 5,958

Dilihat dari hasil perhitungan

tersebut maka diperoleh t hitung sebesar

5.958 sedangkan t tabel sebesar (dk=30-

2=28) 2.0484 dengan taraf signifikan 5%

maka dapat diketahui t hitung lebih besar

dari pada t tabel. Jadi, hipotesis tersebut

diterima berarti terdapat hubungan yang

signifikan antara kebiasaan belajar siswa

terhadap prestasi belajar .

PENUTUP

Dengan memiliki kebiasaan belajar

yang baik maka setiap usaha belajar akan

memberikan hasil yang memuaskan.

Demikan pula kebiasaan belajar itu bukan

sesuatu yang telah ada. Namun sesuatu yang

harus dibentuk. Sedangkan apabila memiliki

kebiasaan belajar yang tidak sesuai atau

kurang tepat maka akan memperoleh hasil

yang tidak optimal sehingga akan

mempengaruhi prestasi belajar siswa yang

bersangkutan.

Setelah menganalisis data dan

menguji, dapat dilihat bahwa terdapat

hubungan signifikan antara kebiasaan

belajar siswa terhadap prestasi belajar

Akuntansi .Dari pengujian hipotesis dengan

menggunakan kriteria uji t maka diperoleh t

hitung sebesar 5.958 kemudian

dibandingkan dengan t tabel sebesar (dk=30-

2=28) 2.0484 dengan taraf signifikan 5%.

Hasil perbandingan memperlihatkan

5.958>2.0484, artinya hipotesis yang telah

dirumuskan sebelumnya yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara kebiasaan belajar siswa terhadap

prestasi belajar.

Sedangkan hasil rxy dari

perhitungan koefisien korelasi yang

diperoleh dari indikator kebiasaan siswa

dalam belajar Akuntansi akan

mempengaruhi r² sebesar 56% dari

peningkatan prestasi, selebihnya dipengaruhi

oleh faktor lain yang berada di luar

penelitian ini misalnya faktor intelegensi,

minat, bakat, motivasi, kejeniusan,

kemampuan menyerap pelajaran dan lain

sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, maka penulis menyarankan

agar kebiasaan belajar siswa dalam

mengerjakan tugas belajar perlu

diperhatikan dan guru harus memberi

peringatan agar siswa harus rajin dalam

mengerjakan tugas yang diberikan, dan

memotivasi siswa agar mengerjakan tugas

tepat waktu sehingga siswa memiliki

persepsi bahwa tugas yang dikumpulkannya

tidak sia-sia.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1994. Psikologi Pendidikan.

PT Rineka Cipta: Jakarta.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 29: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

PT Rineka Cipta: Jakarta.

Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Ketiga. Balai Pustaka:

Jakarta.

Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran.

PT Rineka Cipta: Jakarta.

Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. PT

Bumi Aksara : Jakarta

Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar.

PT Rineka Cipta: Jakarta.

FKIP UNSYIAH. 2007. Pedoman Penulisan

Skripsi. Darussalam. Banda Aceh.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar

Mengajar. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Indahayati, Linda. 2006. Hubungan Tingkat

Kemampuan Ekonomi Orang Tua

Dengan Pola Kebiasaan Siswa. Banda

Aceh: FKIP.

Irianto, Agus. 2009. Statistika Konsep Dasar

dan Aplikasinya. Kencana Prenada

Media Grup: Jakarta.

Mardalis. 2003. Metode Penelitian. PT

Bumi Aksara: Jakarta.

Purwanto. 1995. Ilmu Penelitian Teori dan

Praktik. PT Remaja Rosdakarya:

Bandung.

________. 2006. Psikologi Pendidikan. PT

Remaja Rosdakarya: Bandung.

Siroyudin. 2012. Error! Hyperlink

reference not valid. diunduh pada

tanggal 2 Oktober 2012

Surya, Muhammad. 2003. Psikologi

Pembelajaran dan Pengajaran.

Yayasan Bhakti Winaya: Bandung.\

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi

Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya:

Bandung.

Faridah Yahya dan Siswandi Yunandar, The Relation Of Students’ Learning Habits Towards

Page 30: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

23

KINERJA GURU DALAM MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PADA

SMP NEGERI 2 BABAHROT ACEH BARAT DAYA

Oleh

*Alfian Helmi

Abstrak: Kinerja merupakan prestasi, hasil atau kemampuan yang dicapai dalam

pelaksanaan tugas serta tanggung jawab. Baik buruknya kinerja ditentukan oleh banyak

faktor diantaranya pembinaan, penegakkan disiplin, tersedianya sarana dan prasarana

yang mendukung proses belajar mengajar sehingga usaha-usaha dalam peningkatan

proses belajar bisa tercapai. Penelitian di lakukan untuk melihat bagaimana kinerja guru

dalam perencanaan, pelaksanaan proses belajar mengajar serta pelaksanaan evaluasi

proses dan hasil belajar mengajar. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif dengan subjek penelitian adalah seluruh dewan guru yang mengajar pada SMP

Negeri 2 Babahrot Aceh Barat Daya. Adapun teknik yang di gunakan dalam

mengumpulkan data berupa teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil

penelitian adalah kinerja guru yang di perlihatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi dikatagorikan masih kurang. Direkomendasikan agar kinerja guru dalam

perencanaan, pelaksanaan, pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan

serta pelaksanaan evaluasi dari proses belajar mengajar dapat ditingkatkan, maka para

guru harus dilakukan pembinaan dan bimbingan dari kepala sekolah dan instansi terkait.

Pelaksanaan proses belajar mengajar harus di laksanakan sesuai dengan perencanaan

pembelajaran.

Kata Kunci : Kinerja, Guru dan peningkatan prestasi

PENDAHULUAN

Guru bertanggung jawab

melaksanakan kegiatan pendidikan disekolah

dalam arti memberikan bimbingan dan

pengajaran kepada siswa”. Tanggung jawab

ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan

pembinaan kurikulum, menuntut para siswa

belajar, membina pendidikan, watak dan

jasmaniah siswa, menganalisa kesulitan

belajar serta menilai kemajuan belajar siswa

(Hamalik, 2005:36)

Tanggung jawab guru paling utama

adalah bagaimana mengkondisikan

lingkungan belajar yang menyenangkan agar

dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua

peserta didik sehingga tunbuh minat untuk

belajar. Guru bukan saja bertanggung jawab

terhadap aspek pengetahuan tetapi juga

terhadap aspek mendidik kepribadian.

Rendahnya kinerja guru sangat

dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

initernal. Jika kinerjanya rendah maka harus

di lakukan tindakan pembinaan atau

peningkatan oleh yang berwenang secara

efektif. Menurut Purwanto (2006 : 12).

Kinerja guru dengan harus mendapatkan

perhatian kita bersama, jangan pernah kita

berharap akan terjadinya perubahan praktek

pendidikan kita di tanah air, karena saya

sangat percaya bahwa guru menjadi faktor

penentu keberhasilan pendidikan.

Kurang baiknya kinerja guru juga

disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya:

faktor guru tidak pernah dibekali dengan

kurikulum yang berlaku. Tidak pernah

diadakan pembinaan dan pengawasan oleh

kepala sekolah yang bersangkutan, tidak

ditegakkan disiplin disekolah baik terhadap

guru maupun terhadap siswa. Berdasarkan

masalah-masalah di atas maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian tentang kinerja

guru di SMPN 2 Babahrot, Aceh Barat Daya.

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian

deskribtif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif karena hanya mendepskripsikan

kinerja guru dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada salah satu SMP

Negeri yang berada dalam kawasan Aceh

Barat Daya, yaitu SMPN 2 Babahrot.

*Alfian Helmi adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Page 31: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

24

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh

guru yang ada di SMPN 2 Babahrot Aceh

Barat Daya.yang terdiri dari 13 orang

pegawai sipil dan 4 guru bantu dan 2 guru

bakti.

Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan peneliti

berupa pedoman wawancara, pedoman

pengamatan, dan studi dokumentasi.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan

dalam penelitian ini dengan cara wawancara,

observasi dan studi dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Dalam pengolahan data hasil

penelitian dilakukan dengan teknik deskriptif

kualitatif. Pengolahan data dilakukan melalui

tahapan reduksi data, tahap display, tahap

penarikan kesimpilan.

KAJIAN PUSTAKA

Kinerja Guru

Menurut wibowo (2009:7). “ kinerja

adalah melakukan pekerjaan dan hasil yang

di capai dari pekerjaan tersebut”. Kinerja

guru berkenaan dengan kemampuan-

kemampuan yang di capai, berupa prestasi

yang di perlihatkan di bidang yang menjadi

tanggung jawabnya.

Nasir (2007:70), menegaskan bahwa

kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan

yang di dasari oleh pengetahuan, sikap dan

motivasi dalam menghasilkan sesuatu

pekerja.

Kinerja dapat dilihat dari beberapa

kriteria, menurut casteter (Mulyasa, 2005)

mengemukakan ada empat kriteria kinerja

yaitu: (1) karakteristik individu, (2) proses (3)

hasil dan (4) kombinasi antara karakter

individu, proses dan hasil.

Prestasi Belajar Siswa

Menurut Hamalik (2006 : 154)

“belajar adalah perubahan tingkat yang relatif

mantap berkat pelatihan dan pengalaman”.

Hasil belajar merupakan hasil suatu proses

belajar yang dicapai melalui suatu

pembelajaran-pembelajaran yang baik

merupakan harapan dari semua pihak, untuk

memperoleh hasil belajar (prestasi) harus

dilakukan melalui suatu penilaian.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar

Faktor-faktor tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Faktor Internal

Faktor yang tergolong kedalam

internal adalah bakat, intelegensi, minat dan

motivasi.

b. Faktor Eksternal

Pada umumnya faktor eksternal dapat

dikelompokkan pada tiga macam yaitu :

lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat

dan lingkungan sekolah.

2. Teknik Peningkatan Prestasi Belajar

Siswa

Dalam hal ini Hamalik (2006 : 72)

mengatakan bahwa ada empat (4) hal yang

harus dijadikan pedoman dalam rangka

pelaksanaan proses belajar mengajar.

Pertama. Spesifikasi dan kualitas perubahan

tingkah laku yang bagaimana yang ingin

dicapai sebagai hasil proses pembelajaran.

Kedua. Memilih pendekatan pembelajaran

yang dianggap relavan untuk mencapai

sasaran. Ketiga. Memilih dan menerapkan

prosudur dan metode yang akan dicapai

dalam proses pembelajaran. Keempat.

Menetapkan kriterial keberhasilan yang

menjadi pengangan untuk menjadi ukuran

keberhasilan kegiatan pembelajaran.

HASIL PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Kinerja Guru dalam merencanakan

proses belajar mengajar pada SMP

Negeri 2 Babahrot, Aceh Barat Daya

Untuk melihat kinerja guru maka kita

harus melihat dari indikator kinerja yang

terdiri dari tanggung jawab, komitmen,

disiplin dan motivasi.

Dari hasil obsevasi dan wawancara

diperoleh data bahwa guru pada SMP Negeri

2 Babahrot Aceh Barat Daya dalam hal

penyusun rencana pembelajaran masih

mengalami kesulitan, terutama dalam hal

merumuskan tujuan pembelajaran, memilih

metode alternatif dan langkah-langkah

pengajaran.

Dari data terkumpul bahwa

penggunaan metode yang digunakan pada

saat proses belajar dan mengajar lebih banyak

mengunakan metode ceramah, Tanya jawab

dan pemberian tugas. Hal ini dilakukan oleh

guru disebabkan karena siswa tidak memiliki

buku paket yang sesuai kurikulum.

Berdasarkan studi dokumentasi setiap

guru umumnya memiliki 1 buku paket yang

sesuai dengan tuntutan kurikulum. Sedangkan

berdasarkan wawancara dan dokumentasi

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 32: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

25

dengan guru pengelola perpustakaan buku-

buku paket untuk anak didik adalah buku-

buku yang tidak sesuai dengan kurikulum

atau buku-buku yang tidak layak pakai.

Berdasarkan hasil wawancara didapat

bahwa dari 20 orang guru yang mengikuti

penataan dari 2 kali hanya 4 orang sedangkan

yang lain hanya 1 kali bahkan ada yang

belum pernah sama sekali selam mengajar

pada SMP Negeri 2 Babahrot, Aceh Barat

Daya.

Berdasarkan studi dokumentasi, data

ketenagaan guru di sekolah diketahui bahwa

guru seluruhnya berjumlah 20 yang terdiri

dari 8 orang berstatu Pegawai Negeri dan 12

orang Guru Tidak Tetap (GTT).

Sarana dan prasarana sangat kurang

ini disebabkan karena sekolah SMP Negeri 2

Babahrot, merupakan sekolah terpencil yang

berbatasan dengan kabupaten lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

dewan guru terungkap bahwa walaupun guru-

guru dalam melaksanakan tugas tidak pernah

diberikan bimbingan dan motivasi dari kepala

sekolah mereka tetap bekerja dengan tulus

ikhlas dan melaksanakan tugasnya dengan

penuh tanggung jawab.

Menyangkut pengambilan alih

terutama guru yang berhalangan hadir selalu

dilimpahkan oleh kepala sekolah kepada guru

piket. Di SMP Negeri 2 Babahrot, sampai

saat ini tidak memiliki OHP, alat-alat

pratikum IPA, bahasa dan alat-alat musik

untuk pelajaran kertangkes dan komputer.

Berdasarkan data yang terkumpul

terdapat beberapa orang guru mengajar tidak

sesuai latar belakang ilmu yang dimiliki. Ini

akan mengakibatkan tingkat kemampuan dan

keahlian dari guru itu tidak bisa dilaksanakan

secara maksimal.

2. Kinerja guru dalam melaksanakan

proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi guru-guru

yang mengajar atau melaksanakan proses

belajar mengajar di SMP Negeri 2 Babahrot,

dikatakan mempunyai kinerja yang baik. Hal

ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam

mengusai materi, kemampuan dalam

penyampaian bahan, kemampuan dalam

penggunaan metode, penyesuaian langkah-

langkah pengelolaan kelas yang baik dalam

proses belajar mengajar. Karena hampir

semua guru berijazah strata 1 (sarjana) hanya

4 orang yang masih jenjang pendidikan

Diploma.

Berdasarkan hasil pengamatan dan

observasi yang dilakukan peneliti maka

diperoleh data-data bahwa: Guru-guru selalu

melakukan kegiatan pra pembelajaran,

mengusai materi yang diajarkan, tidak

maksimal dalam penggunaan metode belajar,

tidak sesuai dengan alokasi waktu yang telah

ditentukan, mengajar berpedoman pada

sumber pelajaran, tidak menggunakan media

atau alat pembelajaran, tidak merangkum

atau menutup materi, penilaian hasil belajar

dilakukan pada akhir pokok pembahasan,

pedoman penilaian tidak dilengkapi dengan

pengskoran.

3. Kinerja guru dalam membantu siswa

yang mengalami kesulitan dalam

belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

dewan guru bahwa siswa yang mengalami

kesulitan tidak semuanya dibantu baik dalam

bentuk perbaikan dan pengayaan. Bentuk

bantuan yang diberikan hanya bagi siswa

kelas 3 saja terutama untuk menghadapi ujian

nasional.

Menurut hasil dokumentasi dan

wawancara dengan dewan guru bahwa siswa

secara keseluruhan tingkat intelegensinya

rendah. Hal ini terbukti masih ada terdapat

anak-anak yang belum lancar membaca.

4. Kinerja guru dalam mengevaluasi

proses dan hasil belajar mengajar.

Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi penilaian hasil belajar dilakukan

hanya dalam bentuk evaluasi formatif dan

sumatif. Pelaporan hasil evaluasi dan

pelaksanaan program perbaikan dan

pengayaan tidak pernah diadakan. Sehingga

guru-guru tidak pernah mengetahui berapa

persen tigkat ketuntasan belajar yang telah

dilaksanakan dalam proses belajar mengajar

(PBM). Untuk mengetahui tercapai tidaknya

tujuan pendidikan dan pengajaran harus

dilakukan usaha dan tindakan untuk menilai

proses dan hasil belajar mengajar yang

dilaksanakan di sekolah.

Pembahasan

1. Kinerja guru dalam perencanaan

proses belajar mengajar.

Guru-guru yang mengajar pada SMP

Negeri 2 Babahrot, masih menunjukkan

Alfian Helmi, Kinerja Guru dalam Meningkatkan Prestasi Siswa SMP

Page 33: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

26

sikap-sikap yang berorientasi kearah kinerja

yang kurang baik, sehingga guru-guru ini

sangat membutuhkan pengarahan dan

pembinaan dari pihak yang terkait. Oleh

sebab itu guru-guru belum mampu

melaksanakan kedua belas komponen untuk

menjadi guru yang baik sesuai yang

diungkapkan oleh Hamalik (2006:106). Ini

berarti bahwa guru-guru pada SMP Negeri 2

Babahrot, belum semuanya dapat

melaksanakan kesepuluh kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang guru.

Kurangnya kinerja guru dalam

merencanakan proses belajar memngajar

dapat dilihat dari kurang mampunya dalam

mengusai dan menyusun rencana

pembelajaran berupa perumusan tujuan

pembelajaran pemilihan bahan, pemilihan

metode, pemilihan sarana atau sumber belajar

dan pemilihan strategi evaluasi. Hal ini sesuai

dengan dikatakan oleh Suryosubroto

(2002:26)

Kesemua ini dapat dibuktikan dari

hasil data di lapangan bahwa sebagian besar

guru yang mengajar tanpa melengkapi dirinya

dengan administrasi pembelajaran pada setiap

kali pertemuan atau tatap muka. Hal ini

ditegaskan oleh Sanjaya (2006:143) bahwa

mengajar bukanlah menyampaikan materi

saja, tetapi merupakan pekerjaan yang

bertujuan dan bersifat kompleksi.

Rendahnya kinerja guru pada SMP

Negeri 2 Babahrot, ini disebabkan karena

guru-guru masih kurang mampu

melaksanakan kompetensi professional yang

dapat berupa kemampuan untuk

menyelesaikan tugas-tugas keguruan.

Kesemua kemampuan ini merupakan dasar

yang harus dikuasai oleh guru, ini sesuai

dengan pendapat Sanjaya (2006:146).

Kurangnya kesempatan dalam

mengikuti penataran-penataran yang

diadakan oleh dinas atau instansi lain yang

terkait turut memicu kurangnya kinerja guru

pada SMP Negeri 2 Babahrot,

Menurut hasil wawancara diperoleh

bahwa masih banyak guru-guru yang belum

pernah mengikuti penataran khususnya

penataran tentang kelengkapan administrasi

guru sesuai dengan kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP).

Kemampuannya dalam menyusun

program tahunan, program semester mereka

perlu mendapatkan binaan dan bimbingan

dari atasan dan instansi yang terkait.

Sehingga dengan adanya binaan itu dewan

guru tidak akan mengalami kesulitan dalam

menyusun satuan pelajaran dan silabus.

Dalam penentuan metode mengajar

dan sarana harus di perhatikan kelengkapan

yang dimiliki oleh sekolah. Pada sekolah

lokasi penelitian sarana dan alat pembelajaran

yang dimiliki sangat minim. Sehingga sampai

sekarang permasalahan ini belum ditangani

dengan tuntas baik oleh dinas terkait maupun

oleh kepala sekolah SMPN 2 Babahrot, Aceh

Barat Daya.

Pemilihan sarana dan metode yang

tepat haruslah disesuaikan dengan tujuan,

materi, karakteristik sarana kemampuan

siswa dan biaya. Dari hasil wawancara dan

pengamatan pada sekolah lokasi penelitian

hanya memakai metode ceramah, metode

Tanya jawab, metode diskusi dan metode

pemberian tugas.

2. Kinerja guru dalam melaksanakan

proses belajar mengajar disekolah

Data yang terkumpul menunjukkan

bahwa guru-guru yang mengajar pada SMP

lokasi telah melaksanakan program

prapembelajaran dengan baik. Dimana guru-

guru telah dapat menyiapkan ruangan serta

telah memeriksa kesiapan siswa untuk

melakukan proses belajar mengajar yang di

mulai dengan mengabsensi siswa setiap kali

tatap muka berlangsung. Selanjutnya guru

melanjutkan dengan membuka pelajaran yang

disertai dengan memberikan appersepsi.

Sebelum materi disampaikan guru terlebih

dahulu memberikan kompetensi-kompetensi

yang akan dicapai dalam proses belajar

mengajar nanti.

Proses belajar mengajar (PBM) bukan

hanya menuntut kepada dewan guru bisa

mengajar dengan menguasai materi yang

akan diajarkan. Di samping itu juga pada

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

guru dituntut untuk dapat menempatkan

siswa bukan sebagai objek akan tetapi siswa

di jadikan subjek dalam PBM.

Implementasi yang dilakukan oleh

dewan guru SMPN 2 Babahrot masih dalam

tahap menjadikan siswa sebagai objek

sehingga hal ini menyebabkan siswa dalam

PBM masih bersifat pasif, ini disebabkan

karena siswa di sekolah lokasi tingkat

intelegensinya sangat kurang.

Dalam penggunaan metode guru

hanya menggunakan metode ceramah, Tanya

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 34: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

27

jawab dan diskusi. Ketiga metode inilah

dianggap sangat tepat di gunakan di SMP

lokasi. Karena sumber-sumber belajar yang

berupa buku paket saja sebagai pegangan

siswa tidak dimiliki oleh sekolah.

Berdasarkan hasil pengamatan dan

wawancara, peneliti menemukan bahwa

dalam pelaksanaan proses belajar mengajar

masih ada guru-guru yang tidak sesuai

alokasi waktu yang telah di tetapkan, hal ini

disebabkan karena masuk tidak tepat waktu,

sehingga waktu PBM banyak tidak

dimanfaatkan secara efektif. Begitu juga

dalam hal menutup materi yang diajarkan

masih terdapat guru-guru yang tidak menutup

atau merangkum materi. Sehingga siswa

tidak mempunyai ketegasan atau inti proses

belajar mengajar yang dilaksanakan.

Kegiatan belajar mengajar di sekolah

harus dilakukan oleh dewan guru dengan

semaksimal mungkin. Usaha ini akan berhasil

apabila semua guru yang ada di sekolah

berusaha meningkatkan kinerjanya masing-

masing.

3. Kinerja guru dalam membantu siswa

yang mengalami kesulitan belajar.

Dari data yang terkumpul di ketahui

bahwa siswa-siswa SMPN 2 Babahrot

kebanyakan mengalami kesulitan dalam

belajar, terutama kesulitan yang dialami

ditetapkan karena tingkat integensi siswa

rata-rata rendah dan masih adanya siswa yang

belum lancar membaca dan menulis. Dalam

hal kinerja guru dalam memberi bantuan

kepada siswa dikategorikan kurang baik.

Berdasarkan hasil wawancara dan

studi dokumentasi di peroleh data bahwa

SMPN 2 Babahrot, siswa-siswi yang

mengalami masalah dan kesulitan dalam

belajar melebihi 50% dari keseluruhan

jumlah siswa, hal ini disebabkan faktor

intelegensi siswa yang sangat rendah. Faktor

ini merupakan faktor yang penting dalam

mencapai keberhasilan.

Berdasarkan data yang di peroleh

dilapangan dinyatakan bahwa siswa pada

SMPN 2 Babahrot tingkat kecerdasannya

rendah. Data ini diperoleh dari studi

dokumentasi bahwa siswa yang melanjutkan

pada SMP lokasi adalah anak-anak yang nilai

ijazahnya sangat rendah.

Untuk upaya peningkatan prestasi

siswa harus adanya peningkatan tingkat

intelegensi terutama pada saat penerimaan

siswa baru harus di perhatikan oleh pihak

sekolah dalam penentuan siswa yang di

terima.

4. Kinerja guru dalam mengevaluasi

proses dan hasil belajar siswa

Penilaian hasil belajar siswa dapat

dilakukan secara formal atau tidak formal, di

dalam atau di luar kelas, bisa menggunakan

tes atau non tes atau intelegensi dalam proses

belajar mengajar (PBM). Pada penilaian

harus didasarkan kepada tiga aspek yaitu

aspek kognitif, aspek afektif dan aspek

psikomotorik.

Berdasarkan hasil wawancara dan

dokumentasi terkumpul data bahwa penilaian

prestasi siswa diperoleh dari tugas-tugas ke

kurikulum, ujian harian, ujian tengah

semester dan ujian semester.

Penilaian prestasi siswa tidak hanya

dipengaruhi oleh perolehan nilai dari hasil

evaluasi atau dari hasil yang diperoleh setelah

proses belajar berlangsung. Tetapi prestasi

diperoleh siswa sangat di pengaruhi oleh

faktor internal dan eksternal.

Dari data dokumentasi menunjukkan

bahwa kurangnya dukungan keluarga

terhadap pendidikan anak. Ini terbukti

banyaknya siswa tidak masuk sekolah tanpa

adanya berita (absen). Apalagi pada waktu-

waktu tertentu, misalnya musim tanam,

musim panen dan acara budaya.

Dalam rangka peningkatan prestasi

belajar siswa haruslah merupakan hasil dari

proses belajar mengajar yang berpedoman

pada tujuan pendidikan. Untuk melihat ada

tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa

harus dilihat dalam tiga kelompok ranah

yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotorik.

Ketiga aspek ini harus dievaluasi

secara seimbang dan keberhasilan

pembelajaran merupakan perkembangan

ketiga aspek tersebut. Untuk mengukur ketiga

aspek tadi harus di gunakan alat evaluasi

yang berupa tes dan non-tes. Tes di gunakan

untuk mengukur kemampuan kognitif dan

keterampilan sedangkan non-tes di gunakan

untuk mengukur sikap siswa. Dari data yang

diperoleh pada SMP lokasi jenis tes yang di

gunakan adalah tes formatif dan tes sumatif.

Pelaksanaan program perbaikan

(perbaikan) dilakukan terhadap siswa yang

hasil ulangannya baik formatif atau sumatif

nilainya tidak mencukupi atau tidak mencapai

Alfian Helmi, Kinerja Guru dalam Meningkatkan Prestasi Siswa SMP

Page 35: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

28

dari 7,5 dan daya serap kurang dari 75%.

Sedangkan bagi siswa yang telah

mendapatkan nilai daya serapnya 75%

diberikan pengayaan apabila masih ada

waktu.

Dari hasil wawancara dan studi

dokumentasi selama ini pada SMP N 2

Babahrot para dewan guru jarang melakukan

program perbaikan dan pengayaan. Mereka

hanya melakukan program perbaikan dengan

memberikan tugas, baik tugas mengerjakan

soal-soal maupun pekerjaan rumah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka

dapat di simpulkan bahwa :

1. Kinerja guru pada SMPN 2 Babahrot

dalam proses belajar dapat di kategorikan

kurang baik, hal ini disebabkan

kurangnya binaan dan arahan dari pihak

terkait, tidak memadai sarana dan

prasarana.

2. Pelaksanaan proses belaja mengajar

(PBM) yang dilaksanakan oleh dewan

guru mendekati baik.

3. Pemberian bantuan kepada siswa yang

mengalami kesulitan belajar belum

sepenuhnya dilakukan oleh dewan guru

dan sekolah.

4. Pelaksanaan evaluasi di SMPN 2

Babahrot belum dilaksanakan seperti

tuntutan kurikulum. Pemberian evaluasi

hanya sebatas memperoleh nilai.

Saran Berdasarkan kesimpulan maka peneliti

mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada seluruh dewan guru SMPN 2

Babahrot diharapkan agar dapat

melengkapi administrasi pembelajaran

yang terdiri dari program tahunan,

program semester, program mingguan

yang didasarkan pada kurikulum dan

silabus sesuai kurikulum yang berlaku.

2. Kepala sekolah haruslah meningkatkan

pembinaan dan pengarahan dalam

perumusan perencanaan pembelajaran

serta penegakan disiplin disekolah baik

terhadap guru maupun kepada siswa.

3. Kepada supervisor agar benar-benar

melakukan supervisi di sekolah sehingga

dapat membantu dewan guru yang

mengalami kesulitan dalam melaksanakan

perencanaan proses belajar mengajar

dapat diberikan bimbingan sehingga

mampu menjadi guru yang professional.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S (2008). Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hamalik, Oemar,(2006). Pendidikan Guru

berdasarkan pendekatan kompetensi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI

Nomor 16 tahun 2007 tentang

kompetensi Guru.

Mulyasa, E (2009).Standar Kompetensi dan

Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja

Rosda.

Purwanto, N (2006), Ilmu Pendidikan

Teoritis dan praktis. Bandung ; PT.

Remaja Rosda Karya

Sedarmayanti.(2007) Tata Kerja &

Produktivitas Kerja. Jakarta : Mandar

Maju.

Usman, Nasir. (2007). Manajemen

Peningkatan Kinerja Guru, Bandung:

Mutiara Ilmu

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja.

Jakarta: Rajawali Pers.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 36: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

KINERJA KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN PADA SMPN 8 KOTA BANDA ACEH

Oleh

*Arlis. M

Abstrak: Kinerja komite sekolah merupakan salah satu faktor keberhasilan program

pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini mengunakan pendekatan

kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi,

dan studi dokumentasi. Sedangkan subjek penelitian adalah ketua komite sekolah, kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

Kemampuan komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan antara lain melakukan

identifikasi sumber daya pendidikan dengan cara memantau perkembangan sumber

daya masyarakat agar dapat direkomendasikan menjadi calon tenaga pengajar di

sekolah, memberikan masukan RAPBS, menyelenggarakan rapat RAPBS, memberikan

pertimbangan dan perubahan RAPBS, dan ikut mensahkan RAPBS bersama kepala

sekolah.; (2) Motivasi komite sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan antara lain

mengelola sumber daya pendidikan melalui koordinasi dengan kepala sekolah dan

dewan guru. Adapun pemantauan dan evaluasi terhadap sarana dan prasarana sekolah

dilakukan dengan menerima hasil laporan wakil kepala sekolah bidang sarana dan

prasarana, dan (3) Tanggung jawab komite sekolah dalam penyelenggaran pendidikan

dilakukan dengan cara mengontrol keputusan pada setiap kebijakan yang dirumuskan

oleh kepala sekolah dan mengontrol pelaksanaan program sekolah melalui pengawasan

terhadap organisasi sekolah,

Kata kunci: Kinerja, Komite Sekolah, dan Penyelenggaraan Pendidikan

PENDAHULUAN

Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut

adalah dengan mengoptimalkan peran serta

masyarakat, khususnya yang tergabung

dalam keanggotaan komite sekolah dalam

setiap pengambilan kebijakan sekolah.

Suyatmo (2008;11) mengemukakan bahwa

“Peran serta masyarakat diharapkan lebih

bernuansa advokasi, mediasi,

pemberdayaan, dan demokratisasi”. Dengan

adanya pembentukan komite sekolah pada

satuan pendidikan sebagaimana telah diatur

dalam Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 044/U/2002 tentang

Pembentukan Dewan Pendidikan (DP) dan

Komite Sekolah (KS).

Dalam Kepmendiknas tersebut

menyebutkan tujuan pembentukan komite

sekolah antara lain sebagai berikut (1)

Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan

prakarsa masyarakat dalam melahirkan

kebijakan operasional dan program

pendidikan di satuan pendidikan; (2)

Meningkatkan tanggung jawab dan peran

serta dari seluruh lapisan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan; dan (3)

menciptakan suasana dan kondisi transparan,

akuntabel, demokratis dalam

penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan

yang bermutu di satuan pendidikan.

Dengan lahirnya Kepmendiknas di

atas, semakin memperjelas posisi dan fungsi

komite sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan antara lain sebagai tempat

penyaluran aspirasi dalam melahirkan

kebijakan, meningkatkan peran serta

masyarakat dan menciptakan suasana belajar

yang kondusif dan demokratis.

KINERJA KOMITE SEKOLAH

Usaha seorang ketua komite sekolah

dapat digambarkan sebagai motivasi yang

diperlihatkan untuk menyelesaikan program

pendidikan. Tingkat keterampilan ketua

komite sekolah berhubungan dengan apa

yang dapat dilakukannya di sekolah dan di

msayarakat. Sudarmayanti (2006:53)

mengemukakan bahwa “Ciri-ciri kinerja

seseorang dalam suatu organisasi dapat

dikatakan meningkat jika memenuhi

indikator-indikator yaitu kualitas hasil kerja,

*Arlis. M adalah�Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala�

Page 37: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

ketepatan waktu, inisiatif, kecakapan, dan

komunikasi yang baik.

Enos (2007:277) mengemukakan ciri-

ciri kinerja pada seseorang yang produktif

adalah sebagai berikut: (1) Bekerja

sepenuhnya dalam jam-jam kerja (fulltime);

(2) Pilihan kerja itu didasarkan pada

motivasi yang kuat; (3) Memiliki

seperangkat pengetahuan, ilmu dan

keterampilan khusus yang diperoleh lewat

pendidikan dan latihan yang lama; (4)

Membuat keputusan sendiri dalam

menyelesaikan pekerjaan atau menangani

klien; (5) Pekerjaan berorientasi kepada

pelayanan, bukan kepentingan pribadi; (6)

Pelayanan didasarkan pada kebutuhan

objektif klien; (7) Memiliki otonomi untuk

bertindak dalam menyelesaikan persoalan

klien; (8) Menjadi anggota organisasi profesi

sesudah memenuhi persyaratan atau kriteria

tertentu; (9) Memiliki kekuatan dan status

yang tinggi sebagai eksper dalam

spesialisasinya; dan (10) Keahlian yang

sudah dimiliki tidak diadvertensikan untuk

mencari klien. Dari deskripsi tersebut dapat

dipahami bahwa kinerja komite sekolah

harus dicapai dalam bentuk pelaksanaan

kegiatan atau program dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, visi dan misi sekolah yang

dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan

para anggota komite sekolah.

Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita

dalam organisasi pemerintahan sangat

tergantung bagaimana proses kinerja

tersebut dilaksanakan. Kinerja tidak lepas

dari faktor yang mempengaruhinya. Berikut

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

sebagaimana yang dikemukakan Davis

(Mangkunegara, 2006:13) yaitu: (1) Faktor

kemampuan (ability). Secara psikologis,

kemampuan terdiri dari potensi IQ dan

reality knowledge+skill. Artinya pimpinan

dan karyawan yang memiliki IQ superior,

very superior, gifted dan genius dengan

pendidikan yang memadai untuk jabatan dan

terampil dalam menjalankan pekerjaan

sehari-hari, maka akan mudah menjalankan

kinerja maksimal; dan (2) Faktor motivasi

(motivation).

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap

(attitude) pimpinan dan karyawan terhadap

situasi kerja di lingkungan organisasinya.

Mereka yang bersikap positif terhadap

situasi kerjanya akan menunjukan motivasi

kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka

berpikir negatif terhadap situasi kerjanya

akan menunjukan pada motivasi kerja yang

rendah. Situasi yang dimaksud meliputi

hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja,

kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan

kerja dan kondisi kerja.

Berdasarkan pengertian di atas dapat

dipahami bahwa suatu kinerja dipengaruhi

oleh beberapa faktor pendukung dan

penghambat berjalannya suatu pencapaian

kinerja yang maksimal faktor tersebut

meliputi faktor yang berasal dari intern

maupun ekstern. Menilai suatu kinerja

apakah sudah berjalan dengan yang

direncanakan perlu diadakan suatu evaluasi

kinerja. Hal ini senada dengan pernyataan

Sikula (Mangkunegara, 2006:69), yang

mengatakan bahwa evaluasi kinerja atau

penilaian merupakan evaluasi yang

sistematis dari pekerjaan pegawai dan

potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian

dalam proses penafsiran atau penentuan

nilai, kualitas atau status dari beberapa objek

orang ataupun sesuatu barang.

Dari beberapa pendapat tentang

penilaian atau evaluasi kinerja dapat

disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah

penilaian yang dilakukan secara sistematis

untuk menilai kinerja pegawai dan

organisasi. Di samping itu juga untuk

menentukan kebutuhan pelatihan kerja

dengan tepat dan memberikan tanggung

jawab kepada pegawai atau organisasi

sehingga dapat meningkatkan kinerjanya di

masa yang akan datang. Pegawai sebagai

pelayan masyarakat, harus memberikan

layanan terbaik untuk mencapai suatu

kinerja yang baik. Kenyataannya untuk

mencapai kinerja yang diinginkan tidaklah

mudah, banyak hambatan-hambatan yang

harus dilewati. Terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi pencapaian kinerja,

faktor tersebut berasal dari faktor

kemampuan dan motivasi pegawai.

Berdasarkan hal tersebut, Davis

(Mangkunegara, 2006:13-14), bahwa faktor

yang mempengaruhi pencapaian kinerja

adalah: (a) faktor kemampuan (ability) yang

mencakup

pengetahuan dan keahlian, dan (b)

faktor motivasi (motivation), yang meliputi

sikap dan situasi kerja. Dari pengertian di

atas, seorang pegawai dalam pencapaian

kinerja harus memiliki kemampuan dan

motivasi kerja. Kemampuan yang dimiliki

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 38: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

pegawai dapat berupa kecerdasan ataupun

bakat.

PERAN DAN FUNGSI KOMITE

SEKOLAH

Kehadiran komite sekolah dapat

berfungsi dan berperan untuk (1) Memberi

pertimbangan (advisory agency); (2)

Memberikan dukungan (supporting agency);

(3) Mengawasi penyelenggaraan pendidikan

di sekolah (controlling agency); dan (4)

Penghubung antara sekolah dengan orang

tua siswa (mediator).

Sehingga untuk menjalankan perannya,

komite sekolah memiliki fungsi, yaitu

mendorong tumbuhnya perhatian dan

komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu,

bertugas mendorong orang tua dan

masyarakat agar berpartisipasi dalam

pendidikan serta menggalang atau menggali

potensi-potensi dana masyarakat untuk

pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di

sekolah tersebut. Secara kelembagaan,

komite sekolah langsung dapat diawasi oleh

masyarakat (Kurniawan, 2006:21).

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa

sinergisitas antara komite sekolah dan

sekolah menyebabkan tanggung jawab

pendidikan menjadi tanggung jawab

bersama antara sekolah dan masyarakat

sebagai mitra kerja dalam membangun

pendidikan. Dari sini masyarakat dapat

menyalurkan berbagai ide dan partisipasinya

dalam memajukan pendidikan di daerahnya.

PENINGKATAN KINERJA KOMITE

SEKOLAH

Peningkatan kinerja sumber daya

manusia dalam organisasi merupakan suatu

proses yang berkelanjutan. Peningkatan

kinerja merupakan perubahan prilaku

individu dari yang baik menjadi lebih baik.

Peningkatan kinerja dapat terjadi melalui

interaksi dengan lingkungan. Usman

(2007:120) mengemukakan bahwa dalam

suatu profesi akan menggambarkan

bagaimana prilaku yang harus ditampilkan

oleh sesorang yang berprofesi dalam

melaksanakan tugasnya. Sehingga

peningkatan kinerja komite sekolah dapat

dipahami sebagai tingkat kemajuan kuantitas

dan kualitas kerja yang diarahkan pada

tujuan sekolah dengan potensi yang dimiliki

dalam wujud sumber daya manusia.

Selanjutnya Usman (2007:133-143)

menambahkan bahwa terdapat lima

pendekatan penting dalam peningkatan

sumber daya manusia yaitu: (1) Peningkatan

pengetahuan (knowledge); (2) Peningkatan

kemampuan (ability); (3) Peningkatan

keterampilan (skills); (4) Peningkatan sikap

diri (attitude); dan (5) Peningkatan sikap diri

(habit)”.

Sedangkan Danim dan Suparno

(2009:79) mengemukakan tiga alternatif

strategi peningkatan kinerja sumber daya

manusia di sekolah antara lain: “(1)

Kemampuan berkomunikasi; (2) Motivasi;

dan (3) Pengetahuan. Adapun upaya untuk

meningkatkan kinerja komite sekolah

merupakan suatu kebutuhan penting bagi

sekolah secara terus menerus dan tidak

pernah berakhir, karena peningkatan kinerja

tidak hanya dilakukan apabila terdapat

kesenjangan kinerja komite sekolah antara

kinerja aktual dengan kinerja yang

diharapkan.

Peningkatan tersebut harus tetap

dilakukan karena perubahan lingkungan

eksternal dunia pendidikan yang dinamis di

mana semakin meningkatnya tuntutan

stakeholders atas kuantitas dan kualitas

proses dan produk yang dihasilkan oleh

sekolah. Oleh karena itu, desain strategi

peningkatan kinerja komite sekolah yang

ampuh dilakukan secara berkesinambungan,

baik melalui pendidikan dan pelatihan

(diklat), studi komperatif, serta pemberian

motivasi perlu mendapat perhatian dalam

meningkatkan kinerja.

Rampersad (Mangkunegara, 2006:144)

peningkatan kinerja merupakan suatu siklus

yang terdiri dari: (a) result planning, (b)

coaching, (c) appraisal, dan (d) job-oriented

competence development. Sedangkan

menurut Zwell (Sudarmayanti, 2006:287),

bahwa siklus proses peningkatan kinerja

pegawai terdiri dari tiga tahapan yaitu: (a)

tahap perencanaan kinerja, (b) tahap

eksekusi yang mencakup monitoring

perkembangan, coaching, supervisi dan

penyesuaian rencana, dan (c) tahap penilaian

atas hasil kerja.

Dari deskripsi tersebut dapat dipahami

bahwa perencanan hasil berkaitan dengan

kriteria persetujuan hasil berdasarkan tujuan

kinerja dan pemilihan kompetensi yang

mendukung pada kinerja tersbut. Dalam

pandangan Usman (2012:63), bahwa kinerja

Arlis. M, Kinerja Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan�

Page 39: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

yang baik dapat dipengaruhi oleh

kemampuan dan motivasi. Kinerja adalah

prestasi yang dapat dicapai oleh seseorang

atau organisasi berdasarkan kriteria dan alat

ukur tertentu. Dengan demikian, dapat

dipahami bahwa kemampuan dalam

melaksanakan tugas dan motivasi kerja

seseorang akan mengakibatkan pada hasil

kerja sehingga akan menentukan kinerjanya

sebagai aparatur dalam suatu organisasi.

Dalam konteks kemampuan

melaksanakan tugas merupakan hasil

perpaduan antara pendidikan, pelatihan, dan

pengalaman. Sedangkan motivasi kerja

merupakan daya pendorong yang

menyebabkan seseorang berbuat dan

melakukan sesuatu. Motivasi dalam konteks

ini merupakan bagian terpenting dalam

meningkatkan kinerja seseorang. Tanpa

motivasi produktivitas akan sulit dicapai,

karena dengan motivasi dapat mengubah

nasib individu maupun instansi di mana ia

mengantungkan diri.

Kepuasan kerja akan tercipta oleh

sejumlah faktor yang saling berkaitan,

seperti kepemimpinan, iklim kerja, dan

hubungan kerja yang manusiawi. Artinya

apabila kepuasan kerja tercapai akan

meningkatkan motivasi seseorang untuk

kerja. Dalam upaya meningkatkan kinerja

komite sekolah, dengan ini komite sekolah

memiliki wewenang dan tugas pokok komite

sekolah yang harus dipahami oleh para

pengelola kegiatan.

Fattah (2006:160) menyatakan bahwa

komite sekolah mempunyai wewenang

sebagai berikut: (1) Menetapkan AD/ART

komite sekolah; (2) Menetapkan rencana

strategi pengembangan sekolah; (3)

Menetapkan standar pelayanan sekolah; (4)

Membahas bentuk kesejahteraan personil

sekolah; (5) Menetapkan RAPBS; (6)

Mengkaji pertanggungjawaban program

sekolah; (7) Mengkaji dan menilai kinerja

sekolah; (8) Merekomendasikan kepada

sekolah atau guru yang berprestasi dan

memenuhi persyaratan profesionalisme serta

administratif secara normatif sesuai dengan

landasan hukum untuk promosi dan diajukan

kepada pihak berwenang, dalam hal ini

kepala Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten;

(9) Menerima kepala sekolah dan guru yang

dipromosikan oleh sekolah lain sesuai

dengan kriteria dan persyaratan profesional

serta administratif secara normatif sesuai

denga landasan hukum untuk dipromosikan

dan ditunjuk oleh pihak yang berwenang;

dan (10) Merekomendasikan kepada sekolah

atau guru yang melanggar etika

profesionalisme serta administratif secara

normatif sesuai dengan landasan hukum

yang berlaku dan diajukan kepada pihak

yang berwenang, dalam hal ini kepala kantor

Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten.

Adapun sehubungan dengan kegiatan

pokok komite sekolah, selanjutnya Fattah

(2006:161-162) menyatakan bahwa komite

sekolah mempunyai kegiatan pokok sebagai

berikut: (1) Menyelenggarakan rapat-rapat

komite sesuai dengan program yang telah

ditetapkan; (2) Merumuskan dan

menetapkan visi dan misi sekolah; (3)

Menyusun standar pelayanan pembelajaran

disekolah; (4) Menyusun rencana strategik

pengembangan sekolah; (5) Menyusun dan

menetapkan rencana program tahunan

sekolah termasuk RAPBS; (6) Membahas

dan turut menetapkan pemberian tambahan

kesejahteraan berupa uang honororium yang

diperoleh dari masyarakat kepada sekolah,

tenaga guru dan tenaga administratif

sekolah; (7) Mengembangkan potensi

unggulan, baik yang bersifat akademis

maupun non akademis; (8) Menghimpun dan

menggali sumber dana dari masyarakat

untuk meningkatkan kualitas pelayanan

sekolah; (9) Mengelola kontribusi

masyarakat berupa uang yang diberikan

kepada sekolah; (10) Mengelola kontribusi

masyarakat yang berupa non material

(tenaga, pikiran) yang diberikan kepada

sekolah; (11) Mengevaluasi program

sekolah secara profesional sesuai dengan

kesepakatan pihak sekolah, meliputi

pengawasan penggunaan sarana dan

prasarana sekolah, pengawas keuangan

secara berkala dan berkesinambungan; (12)

Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan

memecahkannya bersama-sama dengan

pihak sekolah; (13) Memberikan respon

terhadap kurikulum yang dikembangkan

secara standar nasional maupun lokal; (14)

Memberikan motivasi dan penghargaan

kepada tenaga pendidik dan kependidikan;

(15) Memberikan otonomi secara

profesional kepada guru mata pelajaran

dalam melaksanakan tugas-tugas

kependidikannya sesuai dengan kaidah dan

kopetensi guru; (16) Membangun jaringan

kerjasama dengan pihak luar sekolah yang

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 40: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

bertujuan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan proses dan hasil pendidikan di

sekolah; (17) Memantau kualitas proses

pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah;

(18) Mengkaji laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan program yang dikonsultasikan

oleh kepala sekolah; dan (19)

Menyampaikan usul atau rekomendasi

kepada pemerintah daerah untuk

meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan

sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Dari penjelasan wewenang dan tugas

pokok komite sekolah di atas jelaslah bahwa

keberadaan fungsi dan peran komite sekolah

yang selama ini hanyalah sebagai simbol

belaka merupakan unsur yang esensial

terhadap pencapaian target pengelolaan

pendidikan yang melibatkan masyarakat.

Dengan demikian, pemahaman yang

mendalam tentang wewenang dan tugas

pokok komite sekolah sejatinya harus

diwujudkan oleh setiap sekolah dalam

pencapaian dan peningkatan mutu

pendidikan.

HUBUNGAN KOMITE DENGAN

KEPALA SEKOLAH DALAM

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Independensi Kedudukan Komite

Sekolah dengan Kepala Sekolah

Dalam iklim yang kompetitif sekarang

ini, sangat sulit bagi organisasi pendidikan

untuk dapat hidup dengan baik jika tidak

memiliki kemampuan untuk merubah diri

dengan cepat dan mampu berkembang

seiring dengan tuntutan stakeholder. Kondisi

ini berlaku hampir pada keseluruhan

organisasi baik yang bersifat profit maupun

non profit. Adapun sekolah sebagai lembaga

pendidikan yang termasuk juga lembaga non

profit juga tidak terlepas dari fenomena ini,

itulah sebabnya dalam banyak hal lembaga

pendidikan harus mengetahui berbagai

harapan dan kebutuhan stakeholder.

Pemerintah dalam hal ini telah

memberikan regulasi kepada lembaga

pendidikan untuk selalu menyertakan

stakeholder dalam seluruh kegiatan melalui

komite sekolah.

Secara tegas, Pantjastuti (2008:85)

mengatakan bahwa komite sekolah

merupakan lembaga mandiri dan bersifat

independen. Kedudukan komite sekolah

tidak berada di bawah bayang-bayang

kekuasaan kepala sekolah. kedudukan

kepala sekolah sama sekali tidak sebagai

pembina seperti kedudukan BP3 pada era

sebelumnya. Independen kedudukan dan

peran tersebut menjadi terganggu, misalnya

hanya karena salah satu sumber anggara

komite sekolah mungkin berasal dari

RAPBS.

Dengan tersedianya anggaran dalam

RAPBS tersebut, maka ada anggapan bahwa

komite sekolah menjadi lembaga birokrasi

yang kedudukannya berada di bawah kepala

sekolah, bahkan berada di bawah Dinas

Pendidikan. Penyediaan anggaran komite

sekolah dalam RAPBS tidak berarti

anggaran itu bukan dari kepala sekolah,

melainkan sumber dari keluarga dan

masyarakat.

Dengan demikian dapatlah dipahami

bahwa kedudukan dan peran komite sekolah

dengan kepala sekolah merupakan lembaga

yang independen dan berjalan secara sendiri-

sendiri dalam melaksanakan berbagai

program pendidikan. Hanya saja untuk

meluruskan persoalan ini kepada masyarakat

dibutuhkan sosialisasi yang mengarah

kepada program dan tujuan yang dimaksud

sehingga masyarakat sebagai penerima akhir

dari jasa pendidikan dapat memahami duduk

perkara yang berhubungan dengan status

komite sekolah dengan kepala sekolah.

Hubungan Kemitraan Komite Sekolah

dengan Kepala Sekolah

Masyarakat adalah komponen

pendidikan nasional yang sangat

berpengaruh dalam pengembangan

pendidikan. Dalam mewujudkan pendidikan

yang bermutu dan berkualitas, harus ada

hubungan yang harmonis antara sekolah dan

masyarakat dan keluarga. Hubungan yang

harmonis akan terwujud apabila ada saling

pengertian antara sekolah, orang tua, dan

masyarakat serta lembaga-lembaga lain yang

ada dalam masyarakat termasuk pula dalam

dunia kerja.

Setiap unsur mempunyai peran masing-

masing sehingga membentuk saru kesatuan

dalam sebuah sistem masyarakat. Seperti

pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah

mempunyai peran masing-masing yang

saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Masyarakat dituntut untuk berpartisipasi

aktif agar dapat lebih memahami,

membantu, dan mengontrol proses

pendidikan.

Arlis. M, Kinerja Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan�

Page 41: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun

1999 tentang otonomi daerah, di mana

daerah (termasuk di dalamnya adalah

sekolah) diberi kebebasan untuk mengelola

dan memberdayakan potensi sekolahnya

masing-masing. Kebijakan tersebut

bertujuan untuk memberdayakan daerah dan

masyarakat dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan dalam segala bidang

kehidupan, termasuk bidang pendidikan dan

sebagai upaya untuk pemetaan dan

peningkatan mutu pendidikan.

Untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam bidang pendidikan,

diperlukan wadah yang dapat

mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan

potensi masyarakat, sekaligus dapat

menjamin terwujudnya demokratisasi,

transparansi, dan akuntabilitas dalam

penyelenggaraan pendidikan. Salah satu

wadah tersebut adalah dewan pendidikan di

tingkat kabupaten/kota dan komite sekolah

di setiap satuan pendidikan.

Sebagaimana telah disebutkan di atas,

komite sekolah merupakan suatu

wadah/lembaga yang mengikutsertakan

masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan pada satuan pendidikan yang

dapat menampung, dan meyalurkan pikiran

dan gagasan dalam mengupayakan

kemajuan pendidikan. Dalam hal ini, komite

sekolah merupakan badan mandiri yang

mewadahi peran serta masyarakat dalam

rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan

efesiensi pengelolaan pendidikan di satuan

pendidikan (Khaeruddin, dkk, 2007:248).

Namun dalam pelaksanaan di lapangan,

komite sekolah sebagai wakil masyarakat

harus diberikan ruang oleh kepala sekolah

untuk bisa mengimplementasikan berbagai

peran dan fungsinya. Hal itu sejalan dengan

pendapat Prabowo (2009:30) bahwa “Kepala

sekolah harus berkompetensi dalam

mengelola hubungan sekolah dengan

masyarakat dalam rangka pencapaian

dukungan ide, sumber belajar, dan

pembiayaan sekolah atau madrasah”.

Adapun dalam pedoman kerja komite

sekolah pada bab II pasal 4 tentang

kedudukan komite sekolah menyebutkan

bahwa komite sekolah di SMP/MTs,

SMA/MA, SMK/MAK, berkedudukan

sebagai lembaga mandiri yang di luar

struktur organisasi SMP/MTs, SMA/MA,

SMK/MAK atau lazim disebut dengan

organisasi non struktural, tetapi merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari SMP/MTs,

SMA/MA, SMK/MAK sebagai mitra kerja

unsur pimpinan SMP/MTs, SMA/MA,

SMK/MAK.

Dalam pasal 4 di atas sangat jelas

disebutkan bahwa komite sekolah

merupakan mitra kerja kepala sekolah

sebagai unsur pimpinan satuan pendidikan.

Sehingga transformasi pelaksanaan konsep

komite sekolah memerlukan pemahaman

dari berbagai pihak baik dari anggota komite

sekolah maupun dari kepala sekolah

sehingga bisa menciptakan hubungan

sinergis antara keduanya. Jika dilihat dari

pada struktur organisasinya, keberadaan

komite sekolah sejajar dengan kepala

sekolah yang dihubungkan dengan garis

koordinatif.

Dalam tata hubungan antara kepala

sekolah dengan komite sekolah dalam hal ini

Suhaman (2012:2) menjelaskan bahwa

hubungan antara kepala sekolah dengan

komite sekolah memiliki garis yang dapat

mengantarkan keduanya, yaitu: (a)

koordinatif, (b) suportif, (c) evaluatif, (d)

normatif, (e) kolaburatif, dan (f)

komunikatif.

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini, metode yang

digunakan adalah metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Penggunaan metode

dan pendekatan tersebut mengingat bahwa

tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendiskripsikan dan menganalisis tentang

kinerja komite sekolah dalam

penyelenggaraan pendidikan pada SMP

negeri 8 Kota Banda Aceh, dengan

melibatkan partisipasi kepala sekolah

maupun guru sebagai sumber informasi

sebagai kegiatan pengumpulan data.

Deskripsi tersebut sesuai dengan

pernyataan Sugiyono (2005:115) bahwa

metode penelitian deskriptif merupakan

metode penelitian yang berusaha

menggambarkan obyek atau subyek yang

diteliti sesuai dengan apa adanya dengan

tujuan menggambarkan secara sistematis

fakta dan karakteristik subyek yang diteliti

secara cepat. Dari deskripsi tersebut

dapatlah dipahami bahwa pendekatan

kualitatif adalah suatu pertanyaan mengenai

hakikat gejala atau pertanyaan mengenai apa

itu atau mendiskripsikan tentang apa itu,

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 42: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

sehingga diperoleh informasi keadaan gejala

yang sedang berlangsung sebagai

pemecahan masalah yang ada, masalah yang

hangat dan aktual, dalam bentuk kata atau

kalimat sehingga memberikan makna.

Subjek dalam penelitian ini adalah

ketua komite sekolah, kepala sekolah, wakil

kepala sekolah, guru, dan pihak- pihak yang

terlibat dalam pelaksanaan kegiatan di

persekolahan. Moleong (2007:65)

mengemukakan bahwa subjek penelitian

pada penelitian kualitatif adalah sampel

bertujuan artinya menjaring informasi dari

berbagai macam sumber dan bentuknya

sehingga dapat dirinci kekhususannya yang

ada dalam konteks yang unik.

Dalam menemukan data yang benar

tentang kinerja komite sekolah dalam

penyelenggaraan pendidikan pada SMP

negeri 8 Kota Banda Aceh, peneliti

mengunakan teknik pengumpulan data

melalui observasi, wawancara dan studi

dokumentasi. Selanjutnya untuk

menganilisis data yang telah dikumpulkan

sejak awal penelitian sampai akhir penelitian

dengan teknik reduksi data, penyajian data

dan kesimpulan.

HASIL PENELITIAN

Kemampuan Komite Sekolah dalam

Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh Hasil penelitian membuktikan bahwa

kemampuan komite sekolah dalam

penyelenggaraan pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh, dalam aspek

perencanaan sekolah antara lain dengan

melakukan identifikasi sumber daya

pendidikan dalam masyarakat, memberikan

masukan Rencana Anggaran Pendidikan dan

Belanja Sekolah (RAPBS),

menyelenggarakan rapat RAPBS,

memberikan pertimbangan dan perubahan

RAPBS, dan ikut mensahkan RAPBS

bersama kepala sekolah.

Motivasi Komite Sekolah dalam

Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh Hasil penelitian membuktikan bahwa

motivasi komite sekolah dalam

penyelenggaraan pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh difokuskan pada

aspek pengelolaan sumber daya, pemantauan

dan evaluasi sarana dan prasarana sekolah,

dan pemantauan dan evaluasi terhadap

penggunaan anggaran sekolah.

Tanggung Jawab Komite Sekolah dalam

Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh

Hasil penelitian memuktikan bahwa

tanggung jawab komite sekolah dalam

penyelenggaran pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh dilakukan

melalui kontrol terhadap perencanaan

sekolah, kontrol terhadap pelaksanaan

program sekolah, dan kontrol terhadap

output sekolah, selanjutnya menjadi

penghubung dalam perencanaan program

sekolah, penghubung dalam pelaksanaan

program sekolah, dan penghubung dalam

mengidentifikasi sumber daya sekolah.

PEMBAHASAN

Kemampuan Komite Sekolah dalam

Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh Hasil penelitian membuktikan bahwa

kemampuan komite sekolah dalam

penyelenggaraan pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh, dalam aspek

perencanaan sekolah antara lain dengan

melakukan identifikasi sumber daya

pendidikan dalam masyarakat, memberikan

masukan RAPBS, menyelenggarakan rapat

RAPBS, memberikan pertimbangan dan

perubahan RAPBS, dan ikut mensahkan

RAPBS bersama kepala sekolah.

Dengan demikian, dapat dipahami

bahwa komite sekolah pada SMP Negeri 8

Kota Banda Aceh sudah memiliki

memahami peran dan fungsi komite

terhadap kemajuan sekolah. Kondisi tersebut

mengindikasikan bahwa komite sekolah

pada SMP Negeri 8 Kota Banda Aceh sudah

memiliki kemampuan yang baik terhadap

penyelenggaraan pendidikan.

Sehubungan dengan hal tersebut di

atas, Khaeruddin, dkk (2007:248)

mengatakan bahwa komite sekolah

merupakan wadah atau lembaga yang

mengikutsertakan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan pada tingkat

satuan pendidikan yang dapat menampung

dan menyalurkan pikiran dan gagasan dalam

mengupayakan kemajuan pendidikan.

Dalam hal ini komite

sekolahmerupakan badan mandiri yang

mewadahi peran serta masyarakat dalam

Arlis. M, Kinerja Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan�

Page 43: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan

efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan

pendidikan.

Dari penjelasan di atas dapatlah

dipahami bahwa komite sekolah merupakan

lembaga mandiri dengan mengedepankan

kesukarelaan dan sosial yang melibatkan

masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan.

Oleh karena itu, komponen yan terlibat

dalam komite sekolah haruslah menyadari

bahwa dalam melakukan identifikasi sumber

daya pendidikan di masyarakat, memberikan

masukan RAPBS, menyelenggarakan rapat

RAPBS, memberikan pertimbangan

perubahan RAPBS, dan ikut mensahkan

RAPBS bersama kepala sekolah merupakan

sejumlah kegiatan bidang sosial yang

diterapkan oleh komite sekolah.

Motivasi Komite Sekolah dalam

Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh

Hasil penelitian membuktikan bahwa

motivasi komite sekolah dalam

penyelenggaraan pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh difokuskan pada

aspek pengelolaan sumber daya, pemantauan

dan evaluasi sarana dan prasarana sekolah,

dan pemantauan dan evaluasi terhadap

penggunaan anggaran sekolah. Sehubungan

dengan deskripsi tersebut, salah satu cara

untuk menerapkan kegiatan pemantau

terhadap sarana dan prasarana pendidikan

antara lain dengan melakukan pemeliharaan.

Ada beberapa macam pemeliharaan sarana

prasarana pendidikan di sekolah.

Menurut Bafadal (2008:45), bila

ditinjau dari sifatnya, terdapat empat macam

pemeliharaan sarana pendidikan yang cocok

dilakukan pada sarana pendidikan, yaitu: (1)

Pemeliharaan yang bersifat pengecekan.

Pengecekan ini dilakukan oleh seseorang

yang mengetahui tentang baik buruknya

keadaan mesin; (2) Pemeliharaan yang

bersifat pencegahan. Pemeliharaan dengan

cara demikian itu dilakukan agar kondisi

mesin selalu dalam keadaan baik. Misalnya,

sekolah memiliki sepeda motor dinas

hendaknya setiap hari dilakukan

pemeriksaan terhadap minyak rem dan

bensinnya; (3) Pemeliharaan yang bersifat

perbaikan ringan, seperti perbaikan remnya;

dan (4) Perbaikan berat. Sedangkan apabila

ditinjau dari waktu perbaikannya, ada dua

macam pemeliharaan sarana prasarana

sekolah, yaitu: (a) pemeliharaan sehari hari

dan (b) pemeliharaan berkala. Pemeliharaan

sehari hari, misalnya, berupa menyapu,

mengepel lantai, dan membersihkan pintu.

Sedangkan pemeliharaan berkala,

misalnya, berupa pengontrolan genting dan

pengapuran dinding. Kegiatan pemeliharaan

ini bertujuan untuk: (a) memperpanjang usia

kegunaan aset, (b) menjamin ketersediaan

optimum peralatan yang dipasang untuk

produksi atau jasa, (c) menjamin kesiapan

operasional daru seluruh peralatan yang

diperlukan dalam keadaan darurat setiap

waktu, dan (d) menjamin keselamatan orang

yang menggunakannya.

Tanggung Jawab Komite Sekolah dalam

Penyelenggaraan Pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh Hasil penelitian memuktikan bahwa

tanggung jawab komite sekolah dalam

penyelenggaran pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh dilakukan

melalui kontrol terhadap perencanaan

sekolah, kontrol terhadap pelaksanaan

program sekolah, dan kontrol terhadap

output sekolah, selanjutnya menjadi

penghubung dalam perencanaan program

sekolah, penghubung dalam pelaksanaan

program sekolah, dan penghubung dalam

mengidentifikasi sumber daya sekolah.

Sehubungan dengan hasil temuan

penelitian di atas, dalam mengelola berbagai

kegiatan komite sekolah, terdapat sejumlah

prinsip yang perlu diperhatikan oleh

komponen komite sekolah agar tujuan

tersebut dapat tercapai dengan maksimal.

Prinsip-prinsip tersebut menurut Bafadal

(2008:34), yaitu: (a) prinsip pencapaian

tugas, (b) prinsip efisiensi, (c) prinsip

administratif, (d) prinsip kejelasan tanggung

jawab, dan (e) prinsip kekohesifan.

Adapun organisasi komite sekolah

harus didelegasikan kepada perwakilan

masyarakat yang mampu mengemban

tanggung jawab, apabila melibatkan banyak

personil dalam manajemennya, maka perlu

adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab

yang jelas untuk setiap personel komite

sekolah.

Adapun pemahaman tanggung jawab

dalam pemahaman prinsip ini adalah

menjunjung budaya dan disiplin kerja sesuai

dengan paparan dan pembagian tugas yang

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 44: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

��

sudah diamanatkan kepadanya serta mampu

mempertanggungjawabkan segala kegiatan

yang sudah dilaksanakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil temuan penelitian, ada

beberapa hal yang dapat penulis simpulkan,

yaitu:

1. Kemampuan komite sekolah dalam

penyelenggaraan pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh, dalam

aspek perencanaan sekolah antara lain

dengan melakukan identifikasi sumber

daya pendidikan dalam masyarakat,

memberikan masukan Rencana

Anggaran Pendidikan dan Belanja

Sekolah (RAPBS), menyelenggarakan

rapat RAPBS, memberikan

pertimbangan dan perubahan RAPBS,

dan ikut mensahkan RAPBS bersama

kepala sekolah.

2. Motivasi komite sekolah dalam

penyelenggaraan pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh difokuskan

pada aspek pengelolaan sumber daya

pendidikan, pemantauan dan evaluasi

sarana dan prasarana sekolah, dan

pemantauan dan evaluasi terhadap

penggunaan anggaran sekolah.

3. Tanggung jawab komite sekolah dalam

penyelenggaran pendidikan pada SMP

Negeri 8 Kota Banda Aceh dilakukan

melalui kontrol terhadap perencanaan

sekolah, kontrol terhadap pelaksanaan

program sekolah, dan kontrol terhadap

output sekolah, selanjutnya menjadi

penghubung dalam perencanaan

program sekolah, penghubung dalam

pelaksanaan program sekolah, dan

penghubung dalam mengidentifikasi

sumber daya sekolah.

Saran-saran

Adapun saran-saran yang diajukan

adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan

komite sekolah dalam penyelenggaraan

pendidikan pada SMP Negeri 8 Kota

Banda Aceh, pengurus komite sekolah

yang melibatkan ketua dan sekretaris

agar dapat meningkatkan kinerjanya

sebagai pemberi pertimbangan, badan

pendukung, badan pengontrol, dan

mediator antara pemerintah dengan

masyarakat, agar dapat merumuskan

berbagai macam program kerja yang

dapat meningkatkan pola pikir

masyarakat sehingga jumlah partisipasi

belajar siswa akan mengalami

peningkatan di tahun anggaran

berikutnya. Begitu pula halnya kepala

sekolah, guru, dan pegawai administrasi

agar dapat meningkatkan kerjasama

yang baik antara komponen pengelolaan

sekolah dengan pengurus komite

sekolah.

2. Dalam membangun motivasi komite

sekolah, pengurus komite sekolah

beserta jajarannya supaya dapat

memperluas jaringan dengan jenis

satuan pendidikan lainnya terkait

dengan anggaran pendidikan untuk

dapat mengimplementasikan berbagai

program kerja sekolah dan program

kerja komite sekolah. Begitu pula

halnya dengan kepala sekolah beserta

komponen pengelola sekolah agar dapat

meningkatkan koordinasinya dengan

komite sekolah dalam rangka

menyukseskan permasalahan anggaran

pendidikan yang sedang dihadapi

sekolah.

3. Begitu pula dalam meningkatkan

tanggung jawab komite sekolah, pihak

komite sekolah agar dapat mengikuti

perkembangan pendidikan yang

berlangsung di sekolah, sehingga pihak

komite sekolah secara langsung dapat

memberi masukan kepada kepala

sekolah atau bahkan dapat memberi

masukan kepada kepala sekolah tentang

situasi masyarakat dan pengaruhnya

terhadap penyelenggaran pendidikan di

sekolah. Begitu pula halnya kepala

sekolah, guru-guru, dan seluruh

pegawai administrasi sekolah agar dapat

membangun komunikasi yang baik

dengan pihak komite sekolah agar

program kerja yang dilaksanakan dapat

berjalan sebagaimana yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim, (2008), Manajemen

Perlengkapan Sekolah Teori dan

Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara.

Danim, Sudarwan dan Suparno. (2009).

Manajemen dan Kepemimpinan

Transformasional Kekepalasekolahan:

Arlis. M, Kinerja Komite Sekolah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan�

Page 45: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi,

Situasi Krisis, dan Internasionalisasi

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Enos, Darryl D. (2007). Performance

Improvement: Making It Happen. USA:

St. Lucie Press.

Fatah, Nanang, (2006). Konsep Manajemen

Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan

Sekolah, Bandung: Pustaka Bani

Quraisy.

-------------------, (2006). Landasan

Manajemen Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 044/U/2002 tentang Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah.

Khaeruddin, dkk, (2007). Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan: Konsep dan

Implementasinya di Madrasah,

Yogyakarta: Pilar Media.

Kurniawan, I. (2006). Optimalisasi Komite

Sekolah. (Online), (Tersedia di:

http://www.pikiran_rakyat.com/cetak/2

006/012006/27/99forumguru.htm/,

diakses 4 April 2012).

Mangkunegara, Prabu Anwar. (2006).

Perencanaan dan Pengembangan SDM,

Bandung: Refika Aditama.

Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi

Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Pantjastuti, Sri Renani, dkk (2008). Komite

Sekolah: Sejarah dan Prospeknya di

Masa

Prabowo, Sugeng Listyo, (2009).

Manajemen Peningkatan Mutu

Sekolah/Madrasah, Malang: UIN

Malang Press.

Sudarmayanti. (2006). Tata Kerja &

Produktivitas Kerja, Jakarta: Mandar

Maju.

Sudarmayanti. (2006). Tata Kerja &

Produktivitas Kerja, Jakarta: Mandar

Maju.

Sugiyono, (2005). Memahami Penelitian

Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Suhaman, (2012). Tata Hubungan Kepala

Sekolah dengan Komite Sekolah,

(Online), (Tersedia di:

http://www.smun8.net/index.php?opti

on, diakses 4 April 2012).

Suyatmo. (2008), Penerapan Manajemen

Berbasis Sekolah: Strategi

Pendidikan Nasional dalam Era

Globalisasi dan Otoomi Daerah.

Jakarta: Uhamka Press.

Usman, Nasir, (2007). Manajemen

Peningkatan Kinerja Guru, Bandung:

Mutiara Ilmu.

-------------------, (2012). Manajemen

Peningkatan Mutu Kinerja Guru:

Konsep, Teori, dan Model, Bandung:

Cita Pustaka Media Perintis.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 46: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

39

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-

SHARE DALAM PERKULIAHAN BOTANI TUMBUHAN RENDAH PADA

MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP USM

Oleh

*Jailani

Abstrak: Telah dilakukan sebuah penelitian yang berjudul: “Efektivitas Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Dalam Perkuliahan Botani Tumbuhan Rendah (BTR)

Pada Mahasiswa Prodi pendidikan biologi FKIP USM” Subjek penelitian adalah mahasiswa

prodi pendidikan biologi FKIP USM Banda Aceh.. Mahasiswa yang dipilih sebagai subjek

penelitian adalah mahasiswa semester 3, unuit-1 sebagai kelompok eksperimen sedangkan

unit-2 sebagai kelompok kontrol, jumlah mahasiswa masing masing unit adalah 20 orang.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah nilai tes, serta respon mahasiswa

terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelejaran think-pair-

share. Analisis data prestasi belajar untuk melihat perbedaan prestasi antara kelas

eksperimen dengan kelas kontrol, dianalisis dengan uji-t, dengan menggunakan prongram

SPSS. Data respons mahasiswa dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif

persentase. Respons mahasiswa dikatakan positif jika jawaban mahasiswa terhadap

pernyataan positif untuk setiap aspek yang direspon pada setiap komponen pembelajaran

diperoleh persentase � 80%. Berdasarkan hasil analisis data, di simpulkan bahwa: 1.Model

pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan prestasi belajar

mahasiswa pada perkuliahan BTR. 2. Respon mahasiswa prodi pendidikan biologi FKIP

USM saat perkuliahan BTR dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-

pair-share adalah sangat positif.

Kata Kunci: Efektifitas, Model Pembelajaran Kooperatif, Think-Pair-Share,

PENDAHULUAN Ketidakselarasan antara metode

perkuliahan dan konsep mata kuliah sering

kali terjadi dalam proses perkuliahan di

perguruan tinggi, selain itu dalam kegiatan

pembelajaran dosen lebih cenderung

mengajarkan materi mata kuliah dengan

menggunakan metode ceramah dengan cara

dosen menjelaskan di depan sementara

mahasiswa hanya duduk untuk mendengar dan

mencatat apa yang dijelaskan oleh dosen saja.

sehingga mahasiswa tidak termotivasi untuk

mengikuti pembelajaran. Ketika proses

pembelajaran berlangsung mahasiswa merasa

bosan dan kurang memperhatikan apa yang

jelaskan oleh dosen, karenanya banyak

mahasiswa yang tidak lulus.

Model pembelajaran kooperatif tipe

think-pair-share merupakan salah satu model

pembelajaran yang melibatkan mahasiswa

bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai

tujuan pembelajaran secara maksimal.

Kelompok belajar tersebut dibentuk dari

kelompok yang mahasiswanya mempunyai

kemampuan yang berbeda-beda (heterogen),

kelompok yang heterogen adalah kelompok

terdiri dari mahasiswa yang berkemampuan

tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini bermanfaat

untuk melatih mahasiswa menerima pendapat

orang lain dan bekerja dengan teman yang

berbeda latarbelakangnya, membantu

memudahkan menerima konsep mata kuliah,

meningkatkan kemampuan berfikir dalam

memecahkan masalah. Model pembelajaran

kooperatif dikembangkan untuk mencapai

tiga tujuan pembelajran yang penting, yakni

prestasi akademik, penerimaan akan

kenekaragaman dan pengembangan

keterampilan sosial (Arends, 2007).

Matakuliah botani tumbuhan rendah

(BTR) merupakan salah satu matakuliah inti

yang harus diikuti seluruh mahasiswa prodi

biologi pada semester 3. Dari hasil observasi

peneliti diperoleh informasi bahwa selama ini

mahasiswa sulit memahami materi

perkuliahan BTR, penyebabnya karena

mereka bosan dengan penyampaian dosen,

sehingga pembelajaran kurang aktif. Sehingga

ketika diadakan tes, dari mahasiswa yang

berjumlah 30 orang perkelas, yang dinyatakan

lulus hanya 11 orang sedangkan yang lainnya

harus remedial. Dari observasi awal, penulis

*Drs. Jailani, M.Pd adalah Dosen Kopertis Wil I DPK pada FKIP Universitas Serambi Mekkah

Page 47: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

40

berkeyakinan bahwa model pembelajaran tipe

think-pair-share sesuai diterapkan pada materi

perkuliahan BTR. Model pembelajaran

tersebut diharapkan dapat membantu

mahasiswa dalam meningkatkan proses dan

hasil belajar yang optimal.

Beranjak dari

pemahaman ini, penulis tertarik untuk menetiti

tentang, ”Efektivitas Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada

Perkuliahan BTR di Prodi pendidikan biologi

FKIP USM”

RUMUSAN MASALAH

Yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah:1. Apakah dengan

menggunakan metode TPS (think–pair–share)

dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa

pada pembelajaran botani tumbuhan rendah?.

2. Bagaimana respons mahasiswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan metode

TPS (think–pair–share) pembelajaran botani

tumbuhan rendah?

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think-Pair-Share (TPS)

Metode pembelajaran think-pair-

share (TPS) dikembangkan oleh Frank Lyman

dari Universitas Maryland pada tahun 1985

(Handoyo, B, 2010). Model pembelajaran

kooperatif tipe think-pair-share merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif

sederhana. Teknik ini memberi kesempatan

pada mahasiswa untuk bekerja sendiri serta

bekerja sama dengan orang lain.

Think-pair-share lahir dari gagasan

Vygotsky yang menekankan adanya hakekat

sosial dari belajar, dan menyarankan untuk

menggunakan kelompok-kelompok belajar

yang kemampuan anggota kelompok berbeda-

beda.Vygotsky juga berpendapat, bahwa

proses belajar akan terjadi secara efisien dan

efektif apabila anak belajar secara kooperatif

dengan anak-anak lain dalam bimbingan atau

pendampingan seseorang yang lebih mampu

(Herawati, 2007).

TPS adalah salah satu pembelajaran koperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi mahasiswa yang berasal dari tiga kata think yaitu berpikir, pair berarti berpasangan

kemudian share/squere yang berarti berbagi secara keseluruhan seperti yang diterangkan pada

gambar dibawah ini :

Gambar 1: Proses pembelajaran dengan menggunakan metide TPS (Anonymous, 2010)

Metode think-pair-share dapat

diartikan sebagai suatu metode pembelajaran

yang memusatkan mahasiswa pada kegiatan

pembelajaran berpikir secara individual,

berbagi hasil pemikiran masing-masing

kepada pasangan atau kelompoknya kemudian

berbagi hasil diskusi kelompoknya secara

klasikal (Lonning, R.A. 2008).

Keunggulan Pembelajaran Kooperetif Tipe

TPS

Keunggulan pembelajaran think-pair-

share adalah optimalisasi partisipasi

mahasiswa. Selain itu juga mudah diterapkan

pada berbagai tingkat kemampuan berpikir

dalam setiap kesempatan, mahasiswa diberi

waktu lebih banyak, berpikir, menjawab dan

saling berbagi dan membantu satu sama lain,

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 48: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

41

prosedur yang digunakan juga cukup

sederhana (Lonning, R.A. 2008). Bertanya

kepada teman sebaya dan berdiskusi

kelompok untuk mendapatkan kejelasan

tentang apa yang sedang dipelajari mahasiswa

tentu akan lebih mudah memahami, diskusi

dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini

sangat efektif untuk memudahkan mahasiswa

dalam memahami konsep dan memecahkan

suatu permasalahan dalam pembelajaran

Dalam belajar kelompok mahasiswa

sering lebih paham akan apa yang

disampaikan oleh temannya sendiri dari pada

oleh dosen. Bahasa yang digunakan oleh

mahasiswa lebih mudah ditangkap oleh

mahasiswa lain. Pada kelompok kecil yang

terdiri dari 4-5 mahasiswa perlu dipupuk

suasana yang saling membantu, saling

menghargai dan bukan suasana kompetisi

Watson, S.S (2001). Mahasiswa Sambil

menjelaskan kepada temannya ia juga akan

lebih menguasai konsep tersebut.

Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

(Think-Pair-Share)

Sintaks suatu model pembelajaran

menggambarkan keseluruhan urutan alur

langkah yang pada umumnya diikuti oleh

serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks

pembelajaran menunjukkan dengan jelas

kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan

oleh dosen dan mahasiswa (Richard, 2007).

Urutan kegiatan-kegiatan tersebut, dan tugas-

tugas khusus yang perlu dilakukan oleh

mahasiswa, di dalam sintaks dapat dilihat

secara jelas kegiatannya.

Sintaks dari metode think-pair-share terdiri dari lima tahapan utama dimulai dari dosen

memperkenalkan mahasiswa pada masalah dan diakhiri dengan penyajian dan hasil analisa mahasiswa

tentang masalah tersebut.Untuk lebih jelas tahapan-tahapan pembelajaran think-pair-share sebagai

berikut:

Tabel 1: Sintaks pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share

Tahap Aktivitas Pembelajaran

Langkah ke 1 :

Orientasi mahasiswa pada

permasalahan.

Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan

pertanyaan yang berhubungan dengan konsep yang akan

disampaikan, memotivasi mahasiswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah.

Langkah ke 2 :

Mahasiswa berpikir secara

individual

Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

memikirkan pemecahan masalah secara individual, kemudian

mahasiswa menuliskan hasil pemikiranya masing-masing

Langkah ke 3:

Setiap mahasiswa

mendiskusikan hasil

pemikiran masing-masing

dengan pasangan (kelompok)

Dosen mengorganisasikan mahasiswa untuk berpasangan dan

memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mendiskusikan

jawaban/pemecahan masalah yang menurut mereka paling benar

atau paling meyakinkan. Dosen memotivasi mahasiswa untuk

aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan metode ini

dilengkapi dengan tugas-tugas, sehingga kumpulan soal latihan

atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok dapat tercapai

secara maksimal

Langkah ke 4 :

Mahasiswa berbagi informasi

secara klasikal

Mahasiswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah

secara klasikal dengan bimbingan dosen.

Langkah ke 5 : Menganalisis

dan mengevaluasi hasil

pemecahan masalah

Dosen membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka

diskusikan.

Sumber: Dimodifikasi dari Muslimi Ibrahim 2005

METODE PENELITIAN Sebagai subjek penelitian adalah

mahasiswa prodi pendidikan biologi FKIP

USM Banda Aceh.. Mahasiswa yang dipilih

sebagai subjek penelitian adalah unuit-1

sebagai kelompok eksperimen sedangkan unit-

2 sebagai kelompok kontrol, jumlah

mahasiswa masing masing unit adalah 20

orang. Jenis data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah nilai tes, serta angket

yang diberikan kepada mahasiswa. Tes

diberikan dengan dua tahap yaitu pre test dan

Jailani, Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Page 49: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

42

post test untuk mengetahui keberhasilan

penerapan model pembelajaran think pair

share. Angket diedarkan setelah berlangsung

pemeblajaran seluruhnya, adapun tujuan

pemberian angket untuk memperoleh data

tentang respon mahasiswa terhadap kegiatan

belajar mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran think-pair-share.

Analisis data prestasi belajar

mahasiswa untuk melihat perbedaan prestasi

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

dianalisis dengan uji-t. Pengolahan data

dilakukan dengan menggunakan prongram

SPSS. Data respons mahasiswa dianalisis

dengan menggunakan statistik deskriptif

dengan persentase. Respons mahasiswa

dikatakan efektif jika jawaban mahasiswa

terhadap pernyataan positif untuk setiap aspek

yang direspon pada setiap komponen

pembelajaran diperoleh persentase � 80%.

HASIL PENELITIAN Hasil analisis data dengan menggunakan uji-t melalui jendela SPSS dapat disajikan sebagai

berikut:

Tabel 2. Statistik nilai tes akhir kelas control dan kelas eksperimen group statistics.

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Prestasi Tes

Akhir

Eksperimen

Kontrol

20

20

83.2500

64.7500

11.27118

15.25873

2.52031

3.41196

Uji-t Independent Samples Test

Levene’s Test

for Equality

of Variances

Mest for Equality of Means

F T Df Sig

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Prestasi

Tes

Akhir

Equal

variances

assumed equal

variances not

assumed

1.563 4.361

4.361

38

34.977

.000

.000

18.50000

18.50000

4.24187

4.24187

90913

9.888

27.087

27.112

Pada tabel di atas, terlihat bahwa t-hitung

adalah 4.361 > t-tabel 1,563 dengan � = 0,05

maka Ho di tolak dan Ha diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat

meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada

perkuliahan BTR.

Tabel 3. distribusi frekuensi prestasi belajar

mahasiswa dengan penerapan pembelajaran

konvensional pada perkuliahan BTR.

No Angka Keterangan Frekuensi Persentase

1 86-100 Baik Sekali 2 10

2 72-85 Baik 1 5

3 56-71 Cukup 8 40

4 40-55 Kurang 4 20

5 30-39 Gagal 5 25

Jumlah 20 100

Tabel 4. Distribusi frekuensi prestasi belajar

mahasiswa dengan penerapan metode

pembelajaran TPS pada perkuliahan BTR.

No Angka Keterangan Frekuensi Persentase

1 86-100 Baik Sekali 4 20

2 72-85 Baik 9 45

3 56-71 Cukup 6 30

4 40-55 Kurang 1 5

5 30-39 Gagal 0 0

Jumlah 20 100

Data respon mahasiswa

Adapun hasil analisis data respon

mahasiswa yang diperoleh dari angket

sebagai berikut:

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 50: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

43

Tabel 5. distribusi frekuensi respon mahasiswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode

TPS pada perkuliahan BTR.

No Uraian respon

Prekuensi Persentase

Senang Tidak

Senang Senang Tidak

Senang

1 Respon umum perkuliahan

1. Susana Belajar 20 0 100 00

2. Konsep 16 4 80 20

3. Cara Perkuliahan 20 0 100 00

2 Minat Ya Tidak Ya Tidak

1. Minat Untuk mengikuti perkuliahan 19 1 95 05

2. Bersemangat Mengikuti perkuliahan 20 0 100 00

3. Fahan Setelah Mengikuti perkiliahan 16 4 80 20

3 Mamfaat Metode Pembelajaran 20 0 100 00

4 Kesesuaian Metode dengan materi 20 0 100 00

Perkuliahan

Dari hasil analisis tabel di atas,

bahwa distribusi frekuensi respon mahasiswa

terhadap penerapan model pembelajaran TPS

adalah baik, dapat dibuktikan dengan

persentase jawaban mahasiswa 100%

mahasiswa senang dengan cara mengajar

dosen dengan menggunakan metode

pembelajaran TPS, 95 % mahasiswa berminat

serta bersemangat untuk mengikuti

pembelajaran dengan metode TPS, 80 %

mahasiswa merasa mengerti tentang

perkuliahan BTR setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan metode

TPS, 100 % mahasiswa berpendapat

pembelajaran TPS sesuai diterapkan pada

perkuliahan BTR.

KESIMPULAN Dalam proses pembelajaran agar

konsep yang disampaikan tercapai tujuan

pembelajarannya, maka seorang pengajar

harus pandai memilih pendekatan, strategi,

metode, dan model yang sesuai dalam

pembelajaran, bila tidak maka proses

pembelajaran akan terhambat. Pola belajar

yang diharapkan adalah dosen dijadikan

sebagai fasilitator bagi mahasiswa, sementara

mahasiswa itu sendiri yang menggali ilmunya

serta menemukan konsep-konsep secara

mandiri. Dosen dituntut mencari dan

menemukan suatu cara yang dapat

mengembangkan kemampuan mahasiswa

mengembangkan, menemukan, dan

mengungkapkan ide mahasiswa sendiri.

Dengan kata lain diharapkan dosen mampu

mencari metode pembelajaran yang mampu

meningkatkan kemampuan berpikir

mahasiswa dan memecahkan masalah.

Berdasarkan hasil analisis data

tentang prestasi belajar mahasiswa, diperoleh

harga t-hitung 4.361 > t-tabel 1,563 dengan �

= 0,05 maka Ho di tolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperetif tipe think-

pair-share dapat meningkatkan hasil belajar

mahasiswa pada perkuliahan BTR. Hasil

analisis respon mahasiswa terhadap

penerapan model pembelajaran TPS diperoleh

persentase jawaban bahwa 100% mahasiswa

senang dengan cara mengajar dosen dengan

menggunakan model pembelajaran kooperetif

tipe think-pair-share, 95% mahasiswa

berminat serta bersemangat untuk mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperetif tipe think-pair-share, 80%

mahasiswa merasa mengerti tentang BTR

setelah mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperetif

tipe think-pair-share, 100 % mahasiswa

berpendapat bahwa model pembelajaran

kooperetif tipe think-pair-share sesuai

diterapkan pada perkuliahan BTR. Dengan

demikian respon mahasiswa prodi pendidikan

biologi FKIP USM saat pembelajaran pada

perkuliahan BTR dengan menggunakan model

Jailani, Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share

Page 51: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

44

pembelajaran kooperetif tipe think-pair-share

sangat positif.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. Pembelajaran Dengan

Menggunakan Metode Think-Pair-

Share, (Online), diakses melalui

http://dosenpkn wordpress.commetode-

pembelajaran TPS, 12-juli-2012.

Arends, A. A. (1993). Teaching Modern

Science. Sixth edition. New York:

Merill Publisher.

Handoyo, B. 2010. Penerapan Metode Think-

Pair-Share Dalam Pembejaran

Kooperatif Untuk Meningkatkan

Pembelajaran Geografi,(online)

diakses melalui situs http://biologi-

fkip.unri.ac.id/karya_tulis/rosmaini.pdf

27 juni 2010.

Harman, I.S. 2005. Interactive and

Cooperative Methods as an Extension

to Examination. Bringing Students

Closer to The Teaching and Learning

Processes. Journal of Research in

Science Teaching. Vol 41.

No.1,pp.401-403. New York: John

Willey and Sons Publisher.

Hernawati. Penerapan Metode Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Think Pair

Share (Tps) Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas VIII SMP 14

Tegal Dalam Pokok Bahasan System

Persamaan Linear Dua Variable.2007

(online) diakses melalui situs

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/sk

ripsi/ index/assoc /HASH118d /705

7d637.dir/doc.pdf. 27 juni 2010.

Ibrahim, M. 2005. Pembelajaran Berdasarkan

Masalah, Surabaya: Unesa University

Press.

Lonning, R.A. 2008. Effect of Cooperative

Learning Strategi on Student Verbal

Interaction and Achievement During

Conceptual Change Instruction in 10th

Grade General Science. Journal of

Research in Science Teaching. Vol 45.

No.9,pp.1017-1021. New York: John

Willey and Sons Publisher.

Richard, I. A. 2007. Classroom Instruction

and Management. Mc.Graw-Hill: New

York.

Watson, S.S. 2001. Cooperative Learning and

Group Educatioanal Modules: Effect on

Cognitive Achievement of High School

Biology Students. Journal of Research

in Science Teaching. Vol 38.

No.2,pp.9-21. New York: John Willey

and Sons Publisher.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 52: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

45

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN PADA SMPN I

MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT

Oleh

*Iin Sumidar

Abstrak: Manajemen berbasis sekolah merupakan suatu pendekatan pengelolaan

manajemen sekolah dalam rangka memberikan wewenang yang lebih luas kepada kepala

sekolah untuk mengambil keputusan mengenai pengelolaan sumber-sumber daya pendidikan

sekolah. Tujuan penelitian ini adalah: Penerapan manajemen berbasis sekolah dalam

bidang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dalam bidang personalia dan pada

pengelolaan keuangan pada SMPN 1 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu: pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, teknik

pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek

penelitian adalah: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru, komite

sekolah, pengawas dan bendahara sekolah. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penerapan

Manajemen Berbasis Sekolah dalam bidang kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di

mulai dari penyusunan visi, misi, tujuan sekolah, ekstrakurikuler, kokurikuler, pembagian

tugas, silabus , RPP, dan kalender pendidikan,(2) bidang personalia Kepala sekolah SMPN 1

Meulaboh melaksanakan pembinaan dan peningkatan profesional guru melalui kegiatan

pelatihan, MGMP, Memberikan izin untuk pendidikan lanjutan dan melakukan supervisi,

sedangkan rekruitmen, mutasi dan pensiunan masih di atur oleh Pemerintah Daerah 3) dalam

pengelolaan keuangan dilakukan dengan penetapan sumber dana, analisis kebutuhan, alokasi

anggaran, pengawasan, dan pelaporan dengan melibatkan stake holder dan komite sekolah.

Kata kunci: Manajemen Berbasis Sekolah dan Mutu Pendidikan.

PENDAHULUAN

Manajemen pendidikan pada hakekatnya

sebagai penataan, pengaturan dan pelaksanaan

sistem pendidikan yang dapat mencapai tujuan

keunggulan dalam pengelolaan pendidikan

secara efektif dan efisien sehingga melahirkan

suatu kebijakan dalam menentukan penerapan

program pendidikan yang sesuai dengan

standar nasional pendidikan. Manajemen

berbasis sekolah yang juga merupakan suatu

proses pendidikan yang terlibat di berbagai

input seperti bahan ajar, metodologi, sarana

sekolah, dukungan administrasi, sarana

prasarana dan sumber daya lainnya serta

penciptaan suasana yang kondusif dan

berkualitas.

Perubahan manajemen berbasis

sekolah sebagaimana diatur dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun. 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menetapkan bahwa:

1) Merupakan lembaga yang mandiri

dan dinamis, 2) Dinamika berlangsung

secara alamiah sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan sekolah, 3) Proaktif dalam

upaya mengembangkan pelayanan

pendidikan, 4) Inovatif dan kreatif

terhadap upaya pengembangan mutu

pendidikan, 5) Meningkatkan Anggaran

Dasar/Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART) dan 6) Memanfaatkan sumber

daya pendidikan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan ketetapan tersebut di atas

salah satu persoalan pendidikan yang sedang

dihadapi saat ini termasuk persoalan mutu

pendidikan pada setiap jenjang dan satuan

pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan

untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,

antara lain melalui berbagai pelatihan dan

kompetensi guru, pengadaan buku dan alat

pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana

pendidikan, dan meningkatkan mutu

manajemen sekolah.

Sudarsono (2007: 45). mengemukakan

bahwa “Untuk memenuhi kebutuhan ini

Pemerintah merasa perlu untuk menerapkan

dan mengembangkan model manajemen yang

disebut Manajemen Berbasis Sekolah”.

Berdasarkan pernyataan di atas penulis

*Iin Sumidar adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Page 53: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

46

menyatakan bahwa: manajemen Berbasis

Sekolah dapat dipandang sebagai suatu

pendekatan pengelolaan sekolah dalam rangka

desentralisasi pendidikan yang memberikan

wewenang yang lebih luas kepada sekolah

untuk mengambil keputusan mengenai

pengelolaan sumber-sumber daya pendidikan

sekolah (manusia, keuangan, material, metode,

teknologi, wewenang dan waktu) yang

didukung dengan partisipasi yang tinggi dari

warga sekolah, orang tua, dan masyarakat dan

sesuai dengan kerangka kebijakan pendidikan

Nasional dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan.

Penerapan Manajemen berbasis

sekolah diharapkan dapat memberikan suatu

pembaharuan dalam menata, mengatur,

menyusun dan melaksanakan setiap komponen

sumberdaya manusia dalam lingkungan SMPN

1 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Berdasarkan permasalahan yang telah

diuraikan, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul:

Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dalam

Meningkatkan Mutu Pendidikan pada SMPN 1

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Pendekatan ini didasarkan atas pertimbangan

bahwa yang hendak dicari adalah data yang

akan memberikan gambaran dan melukiskan

realita sosial yang komplek sedemikian rupa

menjadi gejala sosial yang lebih konkrit.

Menurut Moleong (2006:3) “Penelitian

kualitatif menghasilkan deskripsikan/uraian

berupa kata-kata tertulis dari perilaku yang

terlibat dalam penelitian yang dapat diamati

dalam suatu situasi sosial”. Selanjutnya peneliti

berusaha memahami makna perilaku personil

yang terlibat dalam penelitian ini yang terkait

dengan penerapan manajemen berbasis sekolah

dalam meningkatkan mutu pendidikan pada

SMPN 1 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

Subjek dalam penelitian ini adalah

kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang

kurikulum, guru, komite sekolah, pengawas

dan bendahara sekolah di SMPN 1 Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat. Pengumpulan data

dalam penelitian dalam penelitian ini bersifat

deskriptif analitik, lebih menitik beratkan pada

perekaman situasi yang terjadi dalam konteks

masalah yang dibahas. Metode deskriptif

analitik memungkinkan adanya suatu langkah

evaluatif atas keadaan yang nyata terjadi.

Metode deskriptif analitik ini memungkinkan

peneliti memberikan masukan-masukan yang

dipandang berguna, bermanfaat, dari aspek

yang dikaji atau terhadap masalah-masalah

yang ada di lapangan, sehingga akan

memberikan suatu analisis yang lebih

mendalam terhadap kondisi yang terjadi.

Analisis pada saat pengumpulan data,

yaitu selama pengumpulan data peneliti

merekam dan membuat catatan lapangan,

melakukan memberchek dengan subjek

penelitian yang bersangkutan, mengadakan

audit trail (uji kecocokkan data), melakukan

triangulasi untuk mendapatkan keabsahan data.

Analisis setelah data terkumpul, yaitu

mereduksi data dengan mencatat,

menggolongkan, dan mengklarifikasi hal-hal

yang relevan dengan fokus penelitian serta

menghubungkan data antara yang satu dengan

yang lainnya, sehingga data diperoleh secara

jelas menjadi satu kesatuan yang utuh. Untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini

penulis menggunakan wawancara. Adapun

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara serta

dokumentasi.

KAJIAN PUSTAKA

Upaya peningkatan mutu pendidikan

dapat dilaksanakan dengan menata manajemen

desentraslisasi sebagai konsep organisasi yang

mengandung makna pendelegasian atau

pelimpahan kekuasaan atau wewenang dari

pimpinan atau atasan ketingkat bawahan dalam

organisasi. Desentralisasi tidak dimaksudkan

untuk memperbesar ketimpangan antara daerah

dengan pusat atau antara daerah yang ada di

Indonesia, tetapi untuk mewujudkan keadilan

dan kemakmuran dengan tidak mengabaikan

kebhinekaan.

Engkoswara (2010:292), menyatakan

bahwa: “Desentralisasi sebagai penyerahan

urusan pemerintah kepada daerah sehingga

wewenang dan tanggungjawab daerah,

termasuk didalamnya penentuan kebijakan

perencanaan, pelaksanaan maupun yang

menyangkut segi-segi pembiayaan dan

aparatnya”. Sedangkan desentralisasi

pendidikan adalah sistem manajemen untuk

mewujudkan pembangunan pendidikan yang

menekankan kepada kebhinekaan.

Usman, Nasir. (2007:54),

mengemukakan bahwa desentralisasi

pendidikan adalah:

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 54: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

47

Salah satu model pengelolaan pendidikan

dengan memberikan suatu pendelegasian

kewenangan tertentu di tingkat sekolah

untuk membuat keputusankeputusan yang

bekenaan dengan upaya untuk

memperbaiki kualitas pendidikan serta

sumber daya manusia termasuk

profesionalitas guru yang belakangan ini

dirisaukan oleh berbagai pihak, baik secara

regional maupun secara internasional.

Sistem pendidikan yang selama ini

dikelola dalam suatu iklim birokratik dan

sentralistik dianggap sebagai salah satu sebab

yang telah membuahkan keterpurukan dalam

mutu dan keunggulan pendidikan. Hal ini

beralasan, karena sistem birokrasi selalu

menempatkan “kekuasaan”sebagai faktor yang

paling menentukan dalam proses pengambilan

keputusan. Sekolah-sekolah terbelenggu oleh

kekuasaan birokrasi mulai dari kekuasaan

tingkat pusat hinggga daerah. Ironisnya, kepala

sekolah dan guru-guru sebagai pihak yang

paling memahami realitas pendidikan berada

pada tempat yang “dikendalikan’. Merekalah

seharusnya yang paling berperan sebagai

pengambil keputusan dalam mengatasi

berbagai persoalan sehari-hari yang

menghadang upaya peningkatan mutu

pendidikan namun, mereka dalam posisi tidak

berdaya dan tertekan oleh berbagai pembakuan

dalam bentuk juklak dan juknis yang terkadang

tidak sesuai dengan kenyataan obyektif di

masing-masing sekolah.

Murniati dan Usman (2009:37)

mengemukakan bahwa : “Manajemen

merupakan kegiatan mengatur berbagai sumber

daya, baik manusia maupun material dalam

rangka melakukan berbagai kegiatan suatu

organisasi untuk mencapai tujuan secara

optimal”. Dalam mengoptimalisasikan sumber-

sumber daya yang berkenaan pemberdayaan

sekolah merupakan alternative yang paling

tepat untuk mewujudkan suatu sekolah yang

mandiri dan memiliki keunggulan tinggi.

Penerapan hal itu memerlukan suatu perubahan

kebijakan dibidang manajemen pendidikan

dengan prinsip memberikan kewenangan dalam

pengelolaan dan pengambilan keputusan sesuai

dengan tuntutan dan kebutuhan masing-masing

sekolah secara local.

Dengan mengalihkan wewenang

dalam keputusan dari pemerintahan tingkat

pusat/Dinas Pendidikan Provinsi ke tingkat

sekolah, diharapkan sekolah akan lebih mandiri

dan lebih mampu menentukan arah

pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan

tuntutan lingkungan masyarakatnya. Pada

pelaksanaannya disadari bahwa pemberian

kewenangan kepada sekolah melalui

pendekatan MBS memerlukan proses dan

waktu. Salah satu aspek yang memerlukan

proses dan waktu untuk diubah adalah desain

organisasi yang mampu mengakomodasi dan

mengembangkan program yang relevan dengan

kebutuhan masyarakat dengan demikian,

sekolah secara kreatif dan bertanggung jawab

dapat melakukan kegiatan untuk mengelola

program-programnya secara efektif dan efisien.

Chapman (Fattah, 2008:15) mengemukakan

bahwa :

MBS sebagai terjemahan dari school based

management adalah suatu pendekatan yang

bertujuan untuk merancang kembali

pengelolaan sekolah dengan memberikan

kekuasaan kepada kepala sekolah dan

meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam upaya perbaikan kinerja sekolah

yang mencakup guru, siswa, kepala

sekolah, orang tua siswa dan masyarakat.

MBS mengubah sistem pengambilan

keputusan dengan memindahkan otoritas

dalam pengambilan keputusan dan

manajemen kesetiap pihak yang

berkepentingan di tingkat local (Local

Stakeholdrs).

Berdasarkan kutipan di atas MBS

memberikan merupakan salah satu upaya

pengembangan gagasan menyambut kebijakan

pemerintha dalam rnagka desentralisasi yang

menempatkan sekolah sebagai suatu institusi

pendidikan yang mandiri. Pemahaman tentang

MBS diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan dan wawasan kepada para

pengelola pendidikan dalam pembudayaan dan

peningkatan mutu serta pengendalian sekolah.

Otonomi dalam pengembangan

kurikulum memberikan keleluasaan kepada

sekolah dalam mengelola sumber daya dan

menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi,

serta mendorong profesionalisme para

pengawas, kepala sekolah, dan guru.

Menurut Rusman (2009:17), secara

garis besar beberapa kegiatan berkenaan

fungsi-fungsi manajemen Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan adalah:

(a) mengelola perencanaan kurikulum; (b)

mengelola implementasi kurikulum; (c)

mengelola pelaksanaan evaluasi

kurikulum; (d) mengelola perumusan

penetapan kriteria dan pelaksanaan

Iin Sumidar, Penerapan manajemen berbasis sekolah dalam Meningkatkan mutu pendidikan

Page 55: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

48

kenaikan kelas/kelulusan; (e) mengelola

pengembangan bahan ajar, media

pembelajaran, dan sumber belajar; dan (f)

mengelola pengembangan ekstrakurikuler

dan kokurikuler”.

Dalam MBS, kebijakan

pengembangan kurikulum dan pembelajaran

beserta sistem evaluasinya harus

disentralisasikan ke sekolah, agar sesuai

dengan kebutuhan peserta didik dan

masyarakat secara fleksibel. Pemerintah pusat,

dalam hal ini Depdiknas, hanya menetapkan

standar nasional, yang pengembangannya

diserahkan kepada sekolah. Dengan demikian,

disentralisasi kebijakan dalam pengembangan

kurikulum dan pembelajaran beserta sistem

evaluasinya merupakan prasyarat untuk

mengimplementasikan MBS.

Berkaitan dengan manajemen

personalia dalam suatu organisasi, perlu adanya

suatu pengelolaan yang efektif dan efesien

sehingga dapat memaksimalkan personalia

dalam konteks pengembangan sumber daya

manusia agar dapat memajukan organisasi

sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman.

Menurut Harun (2009:47) “Pengembangan

sumber daya manusia adalah kemampuan

seseorang dari potensi yang ada pada diri

seseorang dikembangkan lagi untuk dapat

mengimbangi kedudukan dan perkembangan

zaman”. Sehingga dalam program

pengembangan harus dituangkan sasaran,

kebijaksanaan, prosedur, anggaran, peserta,

kurikulum dan waktu pelaksanaannya agar

tujuan dari kegiatan pengembangan tersebut

sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Mulyasa (2009:13)

“Peningkatan kualitas sumber daya manusia

perlu mengkaji ulang masaah pendidikan. Hal

ini karena pendidikan mempunyai konstribusi

dalam memajukan masyarakat dan sebagai

wahana menterjemahkan pesan-pesan

konstitusi serta sarana pembangunan anak

bangsa”. Peningkatan kualitas sumber daya

manusia melalui pendidikan ini lebih

diperlukan lagi dalam konteks otonomi dan

desentralisasi pendidikan.

Menurut Fatah (2007:23),

“Pembiayaan pendidikan adalah segenap

kegiatan yang berkenaan dengan penataan

sumber, penggunaan, dan pertanggungjawaban

dana pendidikan di sekolah atau lembaga

pendidikan”. Kegiatan yang ada dalam

administrasi pembiayaan meliputi tiga hal yaitu

penyusunan anggaran yang dapat disebut

dengan perencanaan pembiayaan pendidikan,

pembukuan yang termasuk dalam pelaksanaan

pembiayaan pendidikan dan pengawasan

pelaksanaan pembiayaan pendidikan.

Dalam konteks pendidikan, pengertian

mutu mengacu pada proses pendidikan dan

hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan

yang bermutu terlibat berbagai input, seperti;

bahan ajar (kognitif, afektif, atau

psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai

kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan

administrasi dan sarana prasarana dan sumber

daya lainnya serta penciptaan suasana yang

kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas

berfungsi mensinkronkan berbagai input

tersebut atau mensinergikan semua komponen

dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik

antara guru, siswa dan sarana pendukung di

kelas maupun di luar kelas, baik konteks

kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam

lingkup subtansi yang akademis maupun yang

non-akademis dalam suasana yang mendukung

proses pembelajaran. Mutu dalam konteks hasil

pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai

oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu.

Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan

dapat berupa hasil test kemampuan akademis

(misalnya ulangan umum dan UN).

HASIL PEMBAHASAN

1. Penerapan Manajemen Berbasis

Sekolah dalam Bidang KTSP

Pelaksanaan Manajemen berbasis

Sekolah pada SMPN 1 Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat dilaksanakan sesuai dengan

panduan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang merupakan kurikulum

operasional yang disusun dan dilaksanakan

oleh masing-masing satuan pendidikan yang

terdiri dari penyusunan visi, misi, dan tujuan

sekolah, ekstrakurikuler, kokurikuler,

pembagian tugas, penyusunan silabus, Rencana

Program Pembelajaran (RPP) serta dan

kalender pendidikan pada masing-masing

Tingkat Satuan Pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) bertujuan agar setiap

satuan pendidikan dapat mencapai tujuan

pendidikan nasional dengan menyesuaikannya

pada kekhasan kondisi dan potensi daerah,

satuan pendidikan, dan peserta didik.

Kunandar (2010:154) menjelaskan bahwa :

“Kewenangan sekolah dalam menyusun

kurikulum memungkinkan sekolah

menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 56: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

49

sekolah, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah.

Dengan demikian, daerah atau sekolah

memiliki cukup kewenangan untuk merancang

dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan

atau pengelolaan pengalaman belajar, cara

mengajar, dan memulai keberhasilan mengajar.

Oleh sebab itu pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada

SMPN 1 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

disesuaikan dengan kebutuhan, potensi dan

kemampuan peserta didik pada sekolah

tersebut.

2. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

dalam Bidang Personalia

Sesuai dengan hasil penelitian yang

penulis lakukan pada SMPN 1 Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat yang menyangkut

efektivitas penerapan Manajemen Berbasis

Sekolah pada SMPN 1 Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat diperoleh beberapa temuan dan

temuan tersebut di analisis faktor penyebab dan

akibat dari kegiatan yang dilakukan. Dalam

konteks pengelolaan personil sekolah,

Rekruitmen, mutasi dan pensiunan guru di

kelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Aceh Barat, sekolah hanya mengisi data

rencana pemenuhan kebutuhan guru dan di

serah kepada dinas pendidikan melalui laporan

bulanan. Kemudian rekruitmen dilaksanakan

oleh pemerintah daerah melalui tes dan

pemutihan. Kepala sekolah SMPN 1 Meulaboh

hanya melakukan Pembinaan dan peningkatan

professional guru pada SMPN 1 Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat dilaksanakan melalui

kegiatan pelatihan dan penataran, MGMP,

memberikan izin untuk melanjutkan jenjang

pendidikan yang lebih tinggi, dan melakukan

supervisi.

Mulyasa (2009:15), menyatakan

bahwa: “1) perencanaan pegawai, 2)

pengadaan pegawai, 3) pembinaan dan

pengembangan pegawai, 4) promosi dan

mutasi,5) pemberhentian pegawai, 6)

kompensasi,dan 7) penilaian pegawai”. Semua

itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar

apa yang di harapkan tercapai,yakni

tersedianya tenaga kependidikan yang di

perlukan dengan kualifikasi dan kemampuan

yang sesuai serta dapat melaksanakan

pekerjaan dengan baik dan berkualitas.

3. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

dalam Pengelolaan Keuangan

Penyusunan analisis keuangan pada

SMPN 1 Meulaboh lebih menekankan pada

kebutuhan sekolah sesuai standar pendidikan,

keuangan dan pembiayaan merupakan potensi

yang sangat menentukan kajian manajemen

pendidikan. Komponen keuangan dan

pembiayaan pada suatu sekolah merupakan

komponen produksi yang menentukan

terlaksananya kegiatan belajar-mengajar di

sekolah bersama dengan komponen-komponen

yang lain. Penyusunan RKAS pada SMPN 1

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dimulai

dengan menganalisis kebutuhan dan sumber

keuangan yang diawali dari perencanaan,

pelaksanaan dan hasil analisis keuangan sesuai

dengan kebutuhan sekolah yang melibatkan

stakeholders termasuk komite sekolah. Hal ini

sesuai dengan Fattah dan Ali (2008:43) yang

mengemukakan bahwa :

“Desentralisasi pendidikan dalam

implementasinya memberikan

kemungkinan dan peluang besar kepada

sekolah secara mandiri dengan kesenangan

desentralisasinya, untuk mengelola dana

dan biaya pendidikan untuk kepentingan

pendidikan yang dianggap yang paling

penting di sekolah tersebut. Dengan

pemahaman manajemen berbasis sekolah

maka setiap sekolah pada awal tahun

anggaran sudah memiliki rencana

penggunaan biaya yang berorientasi

kepada upaya peningkatan mutu

pendidikan”.

Berdasarkan kutipan di atas keuangan

sekolah selalu di susun sesuai dengan rencana

kerja dan anggaran sekolah (RKAS).

Manajemen keuangan sekolah dapat

menentukan peningkatan mutu pendidikan.

Dengan kata lain setiap kegiatan yang

dilakukan di sekolah memerlukan biaya, baik

itu disadari maupun yang tidak disadari.

Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu

dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang

ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk

menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan penelitian ini, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

Iin Sumidar, Penerapan manajemen berbasis sekolah dalam Meningkatkan mutu pendidikan

Page 57: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

50

A. Penerapan Manajemen berbasis Sekolah

dalam bidang Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada SMPN 1

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

dilaksanakan sesuai dengan panduan

pelaksanaan kurikulum tingkat satuan

pendidikan yang merupakan kurikulum

operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan yang terdiri dari penyusunan

visi, misi, tujuan sekolah, ekstrakurikuler,

kokurikuler, pembagian tugas, silabus,

RPP serta kalender penentuan kalender

pendidikan pada masing-masing tingkat

satuan pendidikan. Pelaksanaan MBS

pada bidang kurikulum tingkat satuan

pendidikan di laksanakan sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan lingkungan

pendidikan dan proses pembelajaran.

Guru harus menguasai kompetensi atau

kemampuan untuk membuat desain

instruksional sesuai dengan kaedah-

kaedah pedagogik yang dituangkan dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Langkah-langkah yang harus dilalui oleh

guru dalam pengembangan bahan

pembelajaran adalah mengidentifikasi

bahan pelajaran yang akan disajikan

setiap pertemuan, menyusun kerangka

materi pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan instruksional dan pencapainya

sesuai dengan indikator-indikator yang

telah ditetapkan.

B. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

dalam bidang personalia pada SMPN 1

Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, Kepala

Sekolah melaksanakan kegiatan dan

pembinaan kemampuan profesional guru

melalui pelatihan, pendidikan lanjutan

guru-guru juga dikembangkan mutunya

dengan memberikan izin dan kemudahan

mengikuti jenjang pendidikan lebih

tinggi, MGMP dan melakukan supervisi.

Personil sekolah atau sumber daya tenaga

kependidikan guru dalam peningkatan

profesional kepala SMPN 1 Meulaboh

Kabupaten Aceh Barat Penerapan

manajemen berbasis sekolah dalam

bidang proses belajar mengajar,

khususnya pengembangan mutu guru

yaitu (1) memberi kemudahan bagi guru

untuk melanjutkan pendidikan guna

meningkatkan kualifikasi guru. (2)

memberi intensif guru mengajar lebih

dari 18 (delapan belas) jam/Minggu

diberi intensif. (3) Memberi dispensasi

oleh guru yang mengikuti penataran,

seminar, dan jenis pelatihan lainnya yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas

guru, (4) memberikan kemudahan bagi

guru yang akan naik pangkat sepanjang

telah memenuhi persyaratan angka kredit

dan peraturan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, (5) Memberikan kemudahan

bagi guru yang akan memperoleh

kenaikan gaji berkala. Pengelolaan

rekruitmen, mutasi dan pensiunan guru

masih di atur oleh pemerintah kabupaten

Aceh barat.

C. Penerapan Manajemen Berbasis

Sekolah dalam pengelolaan keuangan

pada SMPN 1 Meulaboh Kabupaten

Aceh Barat lebih menekankan pada

analisis kebutuhan dan sumber

keuangan yang dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan hasil

analisis keuangan yang melibatkan

stakeholders termasuk komite sekolah.

Pengeluaran dana yang diperoleh dari

berbagai sumber digunakan secara

efektif dan efisien, artinya setiap

perolehan dana dalam pengeluarannya

harus didasarkan pada daftar unjuk

proyek yang telah di tetapkan oleh

perencanaan pendidikan di sekolah.

Pengelolaan Manajemen keuangan

pada SMPN 1 Meulaboh di

laksanakan dengan baik dan teliti

mulai dari tahap penyusunan

anggaran, penggunaan, sampai

pengawasan dan pertanggungjawaban

secara efektif dan efisien sehingga

tidak di temukan penyalahgunaan

anggaran. Penggunaan dana yang telah

disusun di dalam RKAS dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan sekolah dan

petunjuk juknis termasuk pelaksana

dan evaluasi keuangan sekolah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh serta implikasi yang akan muncul

dari kesimpulan dapat disusun saran sebagai

berikut :

a. Kepala sekolah diharapkan dapat

mempertahankan dan lebih

meningkatkan keterlibatan guru dalam

merumuskan kebijakan dan program

sekolah sehingga efektivitas

Manajemen Berbasis Sekolah untuk

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 58: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

51

peningkatan mutu sekolah benar-benar

dapat dilaksanakan oleh guru dengan

penuh rasa tanggung jawab.

b. Pengembangan kemampuan

profesional guru sangat penting dalam

pengelolaan proses belajar mengajar

sehingga dapat meningkatkan mutu

pendidikan. Komitmen dan kerja keras

antara guru dan kepala sekolah

merupakan faktor utama untuk

memperbaiki dan mengembangkan

kemampuan profesional untuk

meningkatkan kualitas pendidikan

terutama pada sekolah masing-masing

dengan cara : (a) membuat

perencanaan, (b) melaksanakan

program, (c) bekerja dengan

kelompok, (d) berkoordinasi dengan

GMP, guru senior atau guru

pembimbing, (e) melakukan evaluasi,

(f) melakukan renovasi hasil

pembelajaran untuk mendapatkan

hasil yang optimal.

c. Komite Sekolah yaitu masyarakat,

seharusnya secara aktif bahkan positif

memberikan bantuan ke sekolah agar

setiap sekolah dapat memenuhi

kebutuhannya untuk mencapai tujuan

sekolah secara efektif.

d. Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh

Barat dapat menjadi suatu pola

pelaksanaan manajemen berbasis

sekolah dalam membangun sistem

pendidikan di Kabupaten Aceh Barat.

DAFTAR PUSATAKA

Engkoswara dan Aan Komariah. (2010).

Administrasi Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Fattah, Nanang dan Ali Muhammad. (2008).

MBS. Jakarta: Universitas Terbuka.

Kunandar. (2010). Guru profesional:

Implementasi Kurikulum satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam

Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Mulyasa. E. (2009). Manajemen Berbasis

Sekolah Konsep, Strategi dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Murniati dan Usman, Nasir. (2009).

Implementasi Manajemen Stratejik.

Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis.

Moleong, J. Lexy. (2006). Metodologi

Pendidikan kualitatif. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Usman, Nasir. (2007). Manajemen

Peningkatan Kinerja Guru. Bandung:

Mutiara Ilmu.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudarsono. (2007). Manajemen Kepala

Sekolah Dalam Pelayanan Publik.

Jakarta: Tesis Universitas Jakarta.

Iin Sumidar, Penerapan manajemen berbasis sekolah dalam Meningkatkan mutu pendidikan

Page 59: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

52

KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA PROSES PEMBELAJARAN

DI MIN BAMBI KABUPATEN PIDIE

Oleh

*Amiruddin

Abstrak: Peningkatan mutu pendidikan pada umumnya menjadi tuntutan masyarakat kini

dan masa yang akan datang. Faktor utama yang paling menentukan meningkatnya

prestasi belajar siswa adalah tentang pengelolaan kelas pada saat guru melangsungkan

proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal ini, berbagai pelatihan atau penataran

sering diikuti oleh guru dengan tujuan meningkatkan kemampuan guru tersebut.

Diperlukan kajian melalui suatu penelitian tentang kemampuan guru dalam pengelolaan

kelas, dan telah dilaksanakan di MIN Bambi Kabupaten Pidie mulai bulan Mei sampai

dengan juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru dalam

pengelolaan kelas sebagai usaha meningkatkan kualitas pembelajaran. Metode yang

digunakan adalah deskriptif, dengan menggunakan angket sebagai instrumen

pengumpulan data. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran pada

MIN Bambi Kabupaten Pidie berjumlah 9 orang. Sampel penelitian diambil secara total

sampel sebanyak 9 orang, dengan persentase masing-masing sekolah(100%). Data di

analisis dengan menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian dari analisis data,

menunjukan bahwa guru-guru di MIN Bambi Kabupaten Pidie memiliki kemampuan

yang tiggi dalam pengelolaan kelas, sehingga kualitas pembelajaran menjadi meningkat.

Kata Kunci: Kompetensi Guru, Mengelola Proses Pembelajaran

PENDAHULUAN Peningkatan mutu pendidikan pada

umumnya menjadi tuntutan masyarakat

masa kini dan masa yang akan datang.

Faktor utama yang paling menentukan

dalam peningkatan kualitas pendidikan

adalah pengelolaan kegiatan pembelajaran

oleh guru. Oleh karena itu, berbagai

pelatihan atau penataran untuk guru

diselenggarakan dari tahun ke tahun yang

tujuannya antara lain meningkatkan

kemampuan profesionalisme guru dalam

pengelolaan kegiatan pembelajaran tersebut.

Perkembangan baru terhadap pandangan

belajar mengajar membawa konsekwensi

kepada guru-guru untuk meningkatkan

peranan dan kompotensinya, karena proses

belajar mengajar dan hasil belajar siswa

ditentukan oleh peranan dan kompetensi

guru dalam mengembangkan program

pembelajaran di sekolah sehingga prestasi

belajar siswa akan meningkat. Adapun

peranan guru dalam proses pembelajaran

adalah sebagai demonstrator, mediator dan

fasilitator dan evaluator.

Jelaslah bahwa guru sebagai fasilitator

harus mampu mengusahakan sumber belajar

dan berguna, serta dapat meningkatkan

pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar,

baik sebagai nara sumber, atau dalam

menggunakan buku teks.

Proses kegiatan belajar mengajar

bertalian dengan tujuan yang hendak di

capai. Tujuan pendidikan bersifat komplek

maka evaluasinya tidak mungkin sederhana.

Menilai hasil belajar yang beraneka ragam

diperlukan berbagai macam alat evaluasi.

Fungsi guru sebagai evaluator dalam

penilaian proses belajar mengajar harus

dilakukan terus menerus mengikuti hasil-

hasil belajar yang dicapai siswa dari waktu

ke waktu. Sebagai evaluator informasi

proses belajar mengajar, umpan balik

tersebut dijadikan titik tolak untuk

memperbaiki dan meningkatkan proses

belajar mengajar untuk memperolah hasil

yang optimal.

Dalam melaksanakan proses

pembelajaran guru harus memiliki sikap dan

kemampuannya yaitu menguasai materi

setiap bidang studi, menguasai metode dan

teknik penilaian, komitmen atau mencintai

profesi atau tugas sebagai guru, dan disiplin

dalam pelaksanaan tugas.

Guru dapat melaksanakan tugasnya

dengan baik bila menguasai dan mampu

*Drs. Amiruddin M.Si adalah Dosen Kopertis Wil. I DPK pada FKIP Universitas Jabal Ghafur

Page 60: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

53

melaksanakan keterampilan mengajar

dengan menggunakan metode yang sesuai

dengan pelajaran, tujuan dan pokok bahasan

yang diajarkan. Guru harus mampu memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang cukup

tentang metode alat dan media sebagai alat

bantu komunikasi guna mengefektifkan

proses belajar mengajar.

Guru mungkin dapat menggunakan

suatu metode dengan baik bila memiliki

kemampuan untuk memilih bentuk-bentuk

metode yang sesuai dengan tujuan materi

pembelajaran yang ingin dicapai.

Profesionalisme adalah seorang

memiliki komitmen yang mendalam

terhadap tugasnya. Kecintaan terhadap tugas

diwujudkan dalam bentuk curahan tenaga,

waktu dan pikiran. Guru yang mencintai

tugasnya, jauh lebih baik dan bermakna

dalam pencapain tujuan pembelajaran.

Proses belajar mengajar yang dilakukan

oleh seorang guru ditentukan oleh teknik

penyampaian materi pelajaraan yang

disampaikan. Pengajaran deduktif teknik

penyampaian materi meliputi metode

pengajaran, keterampilan, menjelaskan,

bervariasi, keterampilan membuka dan

menutup pelajaran.

Memilih dan menerapkan metode

penyajian yang sesuai dengan tuntutan

kurikulum yang dilandasi oleh sistem

pamong yang mengutamakan azas dan suatu

interaksi deduktif yang sifstnya

kekeluargaan dan kasih sayang antara

pendidik (Guru) dengan anak didik (siswa)

untuk mencapai tujuan pendidikan.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MIN

Bambi Kabupaten Pidie. Pelaksanaan

penelitian mulai mei sampai dengan juni

2012.

Populasi Dan Sampel Penelitian

Dalam suatu penelitian yang tersusun

dan terencana dengan baik dan sistematis.

Penetapan populasi merupakan suatu hal

yang mutlak harus diperhatikan.

Kesimpulan-kesimpulan dari suatu

penelitian biasanya tidak hanya dibatasi

pada orang-orang yang tidak turut menjadi

subjek penelitian. Arikunto (1998: 20)

menjelaskan bahwa:”Sampel dapat ditarik

antara 5-10% atau 10-15% atau lebih”.

Karena populasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah guru-guru MIN Bambi

Kabupaten Pidie sebanyak 9 orang. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa jumlah

sampel yang keseluruhannya dijadikan

sebagai sampel atau total sampel.

Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam

penelitian ini, penulis menggunakan angket.

Angket tersebut diberi atau disebarkan

kepada guru di MIN Bambi Kabupaten

Pidie. Langkah-langkah yang ditempuh

adalah melakukan kunjungan kesekolah dan

menjumpai masing-masing kepala sekolah

untuk menyerahkan angket agar dapat

diberikan kepada masing-masing kepala

sekolah untuk menyerahkan angket agar

dapat diberikan kepada masing-masing guru

yang ada disekolahnya. Angket yang

diberikan dalam bentuk tertutup, yaitu

semua jawaban untuk setiap pertanyaan

dalam angket telah disediakan dalam

responden diberikan kebebasan untuk

memilih terhadap pertanyaan sesuai dengan

keadaan yang mereka alami.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara

sederhan dengan rumus persentase, yang

sebelumnya ditabulasikan kedalam tabel

terlebi dahulu. Adapun rumus persentase

yang digunakan adalah dengan pendapat

Sudjana, Nana (1987:40) sebagai berikut:

%100XN

FP =

Dimana:

P = Nilai atau persentase

F = Frekuensi jawaban masing-

masing pertanyaan

N = Jumlah responden yang diteliti

100% = Konstanta persentase

Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara menggunakan teknik

bibliografi, yaitu dengan jalan menelaah

sejumlah buku-buku yang ada hubungannya

dengan pembahasan ini. Kedua dengan

menggunakan teknik pengisian sejumlah

angket oleh responden, kemudian dilengkapi

pula dengan wawancara bersama dengan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 61: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

54

beberapa pihak yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas. Namun yang menjadi

pusat perhatian dan masalah ialah lebih

dititik beratkan pada hasil angket, sedangkan

hasil wawancara akan dipergunakan untuk

melengkapi dan mengunakan data dari hasil

angket tersebut.

Maksud tersebut telah terlebih dahulu

disusun beberapa buah pertanyaan dalam

bentuk pilihan ganda dan isian. Angket

tersebut diedarkan kepada guru-guru yang

mengajar pada MIN Bambi Kabupaten

Pidie, objek dari penelitian ini, yaitu

sebanyak 9 orang, dengan jumlah pertanyaan

20 buah.

Analisis Data Setelah data yang diperlukan

dikumpulkan sebagaimana disebut di atas,

langkah berikutnya dilakukan pengolahan

atau analisis data dari angket atau jawaban

yang dijawab oleh responden.

HASIL PENELITIAN Hasil penelitian melalui jawaban angket tentang kompetensi guru dalam mengelola proses

belajar mengajar disajikan pada tabel 1,2,3,4,5 dan 6 dibawah ini:

Tabel 1. Cara menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan (N = 9)

NO Alternatif jawaban Frekuensi Persentase

a Berpedoman pada kurikulum 1 11,11

b Berpedoman pada pokok/sub pokok bahasan 3 33,33

c Berpedoman pada tujuan pembelajaran khusus 5 55,55

d Berpedoman pada buku teks - -

e Berpedoman pada contoh-contoh satuan pembelajaran

yang sudah ada -

-

Jumlah 9 100,00%

Berdasarkan tabel diatas dapat

ditafsirkan bahwa sebanyak 1

orang(11,11%) responden menyatakan

dalam menentukan materi pembelajaran

berpedoman pada kurikulum, sebanyak 3

orang (33,33%) responden menyatakan

berpedoman pada pokok / subpokok

bahasan, sebanyak 5 orang (55,55%)

responden menyataan berpedoman pada

tujuan pembelajara khusus dan tidak ada

responden yanng menyatakan berpedoman

pada buku teks (buku paket) serta

berpedoman pada contoh-contoh satuan

pembelajaran yang sudah ada.

Analisis tabel 1 dapat disimpulkan

bahwa guru-guru yang mengajar di MIN

Bambi Kabupaten Pidie dalam memilih

materi pembelajaran pada umumnya

berpedoman pada kurikulum,

pokok/subpokok bahasan dan tujuan

pembelajaran khusus. Berpedoman pada

kurikulum, pokok/subpokok bahasan dan

tujuan pembelajaran khusus dalam memilih

materi berarti guru-guru yang mengajar di

MIN Bambi Kabupaten Pidie telah memiliki

kemampuan dalam mengelola proses belajar

mengajar dalam rangka meningkatkan

prestasi belajar anak.

Tabel 2. Pengunaan Multi Metode

Pembelajaran

NO

Alternatif

jawaban Frekuensi Persentase

a Selalu 7 77,77

b

Kadang-

kadang 2 22,22

c Tidak pernah - -

Jumlah 9 100,00%

Berdasarkan tabel 2 menunjukan

bahwa sebanyak 7 orang(77,77%) responden

mengatakan selalu, sebanyak 2 orang

(22,22%) responden mengatakan kadang-

kadang dan tidak ada reponden yang

menyatakan tidak menggunakan multi

metode dalam proses belajar mengajar.

Analisis tabel 2 membuktikan

bahwa guru-guru yang mengajar di MIN

Bambi Kabupaten Pidie menggunakan multi

metode dalam proses belajar mengajar.

Peranan multi metode tersebut merupakan

salah satu kemampuan guru dalam

menciptakan pengelolaan program

pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.

Amiruddin, Kompetensi Guru Dalam Mengelola Proses Pembelajaran

Page 62: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

55

Tabel 3. Metode Pembelajaran yang sering digunakan (N = 9)

NO Alternatif jawaban Frekuensi Persentase

a Metode ceramah 1 11,11

b Ceramah bervariasi 1 11,11

c Diskusi dan kerja kelompok 1 11,11

d Inquiri dan pemberian tugas 4 44,44

e Sosiodrama dan diskusi 1 11,11

f Tanya jawab 1 11,11

Jumlah 9 100,00%

Berdasarkan data tabel 3

menunjukan bahwa sebanyak 1 orang

(11,11%) responden menyatakan

menggunakan metode ceramah, sebanyak 1

orang (11,11%) responden menyatakan

ceramah bervariasi, sebanyak 1 orang

(11,11%) responden menyatakan

menggunakan metode diskusi dan kerja

kelompok, sebanyak 4 orang (44,44%)

responden menyatakan menggunakan

metode diskusi dan kerja kelompok,

sebanyak 4 orang (44,44%) responden

menyatakan menggunakan metode inquiri

dan pemberian tugas, sebanyak 1 orang

(11,11%) menggunakan metode sosiodrama

dan diskusi dan sebanyak 1 orang (11,11%)

responden mengatakan menggunakan

metode tanya jawab.

Hasil yang ditunjukkan tabel 3

membuktika bahwa guru-guru MIN Bambi

Kabupaten Pidie umumnya menggunakan

metode ceramah, diskkusi, kerja kelompok

inquiri, pemberian tugas, sosiodrama dan

tanya jawab. Keadaan tersebut membuktikan

bahwa guru-guru yang mengajar pada MIN

Bambi Kabupaten Pidie telah sesuai dengan

pengelolaan program pengajaran.

Tabel 4. Strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar

NO Alternatif jawaban Frekuensi Persentase

a Mengajukan respon sebanyak-banyaknya terhadap stimulus

yang diajukan terhadap siswa

2 22,22

b Mengupayakan siswa dapat menyimpulkan materi yang

disajikan guru

3 33,33

c Mengupayakan agar siswa dapat menjabarkan kembali setiap

konsep-konsep yang telah disajikan

4 44,44

Jumlah 9 100,00%

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa

sebanyak 2 orang (22,22%) mengatakan

mengjukan respon sebanyak-banyaknya

terhadap stimulus yang diajukan terhadap

siswa, sebanyak 3 orang (33,33%)

responden mengatakan mengupayakan siswa

dapat menyimpulkan materi yang disajakan

guru dan sebanyak 4 orang (44,44%)

mengupayakan agar siswa dapat

menjabarkan kembali setiap konsep-konsep

yang telah disajikan.

Hal yang ditunjukkan tabel 4

membuktikan bahwa guru-guru Kabupaten

Pidie dalam proses belajar mengajar

menggunakan strategi yang efektif dan

efesien. Dengan demikian tujuan proses

pembelajaran dapat tercapi dengan baik.

Tabel 5. Penggunaan pendekatan konsep

dalam proses belajar mengajar

NO

Alternatif

jawaban Frekuensi Persentase

a Ada 6 66,66

b Tidak ada 3 33,33

Jumlah 9 100,00%

Berdasarkan tabel 5 menunjukan

bahwa sebanyak 6 orang (66,66%)

responden menyatakan ada mengunakan

pendekatan konsep dalam melaksanakan

proses belajar mengajar. Sedangkan 3 orang

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 63: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

56

(33,33%) responden menyatakan tidak

menggunakan konsep dalam pelaksaan

proses pembelajaran.

Guru yang baik, tentunya

mempunyai perencanaan yang matang dalam

pelaksanaan proses pembelajaran, salah

stunya adalah konsep yang cocok untuk

mendukung kelancaran proses belajar

mengajar. Hasil analisis tabel 5

membuktikan bahwa sebagian besar guru-

guru di MIN Bambi Kabupaten Pidie telah

menggunakan konsep dalam melaksanakan

proses belajar mengajar disekolah tersebut.

Tabel 6. Penggunaan media pembelajaran

dalam proses belajar mengajar

N

O

Alternatif

jawaban Frekuensi

Persentas

e

a Selalu 6 66,66

b

Kadang-

kadang 3 33,33

c Tidak pernah - -

Jumlah 9 100,00%

Tabel di atas menunjukan bahwa

sebanyak 6 orang (66,66%) responden

menyatakan bahwa media pembelajaran

merupakan suatu komponen pengajaran

yang perlu diterapkan. Namun sebanyak 3

orang (33,33%) responden masih kurang

memperhatikan tentang penggunaan media

pengajaran. Hasil analisis ini

memperlihatkan bahwa umumnya guru-guru

di MIN Bambi Kabupaten Pidie

menggunakan media pembelajaran dalam

proses belajar mengajarnya. Dengan

demikian proses pengelolaan pengajaran

termasuk pengelolaan kelas dapat berjalan

dengan baik.

PENUTUP

Kompetensi guru merupakan salah

satu dari kompetensi yang harus dimiliki

oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan

apapun. Termasuk dalam rangka pembinaan

guru dan sebagai alat seleksi penerimaan

guru.

Dalam tulisan ini guru memiliki

kemampuan untuk mengembangkan untuk

mengembangkan satuan pelajaran sebagai

pendukung dalam mengelolaan kelas, dan

hasilnya meningkatkan kualitas

pembelajaran mata pelajaran. Guru-guru

memiliki kemauan yang tinggi dalam

mengembangkan proses pembelajaran mulai

dari pengelolaan kelas, penyajian materi

sampai evaluasi prestasi belajar siswa.

Untuk guru-guru mata pelajaran

agar selalu dapat meningkatkan kemampuan

dalam mengelola kelas dengan baik semua

untuk dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S (1994). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka

Cipta, Jakarta

Kartono, Kartini(1995). Bimbingan Belajar

Di MIN Dan Perguruan Tinggi, CV

Rajawali, Jakarta

Nawawi (1999), Belajar Dan Prestasi.

Rineka, Jakarta

Said Hamid Hasan (1998). Tujuan Belajar

Dan Pengajaran. Ghalia Indonesia,

Jakarta

Slamento (1995). Belajar Dan Factor Yang

Mempengaruhi. Jakarta

Sadiman Arif. S (1986). Media Pendidikan,

Pengertian Pengembangan Dan

Pemamfaatannya. CV Rajawali,

Jakarta

Sudjana (1992). Metode Statistik. Tarsito,

Bandung

S. Nasution (1986). Strategi Belajar

Mengajar IKIP. Bandung

Thabrany, Hasbullah (1999). Rahasia sukses

belajar. PT. Raja Grafindo Prasada,

Jakarta

Usman, Uzer (1990). Menjadi Guru

Profesional. Remaja Karya, Bandung

Amiruddin, Kompetensi Guru Dalam Mengelola Proses Pembelajaran

Page 64: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

57

TINGKAT PENGUASAAN GURU SD TERHADAP MATERI GEOMETRI

Oleh

*Budiman, **Usman

Abstrak: Geometri merupakan bagian dari matematika yang sudah mulai diajarkan semenjak

di sekolah dasar meningkatkan keterampilan pemecahan masalah, penalaran, dan kemudahan

dalam mempelajari berbagai topik matematika, serta berbagai ilmu pengetahuan yang lain.

Rendahnya penguasaan guru terhadap materi geometri. Penelitian ini dimaksudkan: (1) untuk

mendeskripsikan tingkat penguasaan geomteri SD guru-guru sekolah dasar di Aceh Utara

dalam menyelesaikan soal tes penguasaan geometri SD, (2) untuk menganalisis kesalahan-

kesalahan guru-guru sekolah dasar di Aceh Utara dalam menyelesaikan soal tes penguasaan

geometri SD, (3) untuk menentukan faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan guru

sekolah dasar di Aceh Utara dalam menyelesaikan soal tes penguasaan geometri SD.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru SD yang

berjumlah 14 orang yang dipilih dari 5 sekolah dasar di Kabupaten Aceh Utara. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan tes dan wawancara. Analisis data

dilakukan dengan memeriksa jawaban guru dan dikonvensikan kedalam kriteria yang telah

ditetapkan. Hasil penelitian ini adalah: (1) kategori penguasaan 1 diperoleh: kategori sangat

menguasai tidak ada guru (0 %), menguasai 2 orang guru (21, 42%), kurang menguasai 1

orang guru (7,14 %), dan tidak menguasai 11 orang guru (71, 42 %), (2) untuk kategori

penguasaan 2 diperoleh: kategori sangat menguasai 3 orang guru (21,42 %), menguasai 3

orang guru (21, 42%), kurang menguasai 5 orang guru (35,71 %), dan tidak menguasai 3

orang guru (21, 42 %), (3) kategori penguasaan 3 diperoleh: kategori sangat menguasai tidak

ada guru (0 %), menguasai 4 orang guru (28,57%), kurang menguasai 3 orang guru (21,42 %),

dan tidak menguasai 7 orang guru (50%. Jenis kesalahan yaitu:konsep, prinsip, dan operasi

Kata Kunci: Tingkat, Penguasaan, Geometri

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu

ilmu dasar yang harus dikuasai oleh setiap

generasi muda, guna dapat menguasai dan

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Hampir tidak ada ilmu

pengetahuan yang tidak menggunakan

matematika dalam perkembangan maupun

penerapannya. Oleh karena itu matematika

menjadi mata pelajaran yang diajarkan di

setiap jenjang pendidikan baik itu pendidikan

umum, maupun pendidikan kejuruan di

berbagai negara. Tujuan pelajaran matematika

di sekolah sebagai sarana untuk menumbuh

kembangkan kemampuan berpikir logis,

kreatif, kritis, cermat, efektif dan sistematis.

Matematika menjadi sarana yang sangat

membantu perkembangan kepribadian dan

daya nalar seseorang. Jadi setiap orang perlu

mempelajari matematika.

Soedjadi (2000: 53) mengatakan

bahwa matematika untuk semua orang

sekurang-kurangnya harus merupakan materi

pokok dalam kurikulum pendidikan dasar (SD

dan SLTP). Kutipan tersebut memperjelas

bahwa setiap orang harus menguasai

matematika, sebab seperti telah menjadi

pengetahuan umum, bahwa tidak ada

persoalan dalam kehidupan yang tidak

menggunakan matematika. Matematika yang

diajarkan di berbagai jenjang pendidikan

sekolah, yang disebut matematika sekolah

adalah bagian dari matematika yang dipilih

berdasarkan dan berorientasi kepada

kepentingan pendidikan serta perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan

pendidikan matematika tersebut, seperti yang

dikemukakan oleh Soedjadi (2000: 66) adalah

tujuan yang bersifat formal dan material.

Tujuan yang formal menekankan pada

penataan nalar siswa serta pembentukan

pribadinya. Tujuan material menekankan pada

penerapan matematika baik dalam matematika

sendiri ataupun di luar matematika. Penekanan

tujuan pendidikan matematika di setiap

jenjang pendidikan berbeda, bergantung pada

*Budiman adalah Dosen pada Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah

**Usman adalah Dosen pada Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah

Page 65: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

58

jenis jenjang pendidikan; sebagai contoh,

untuk pendidikan kejuruan, tujuan material

akan lebih ditekankan dari pada sekolah

umum.

Kurikulum 2004 menegaskan tujuan

pendidikan matematika di Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah adalah: (1)

menumbuhkan dan mengembangkan

keterampilan berhitung (menggunakan

bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-

hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa,

yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan

matematika, (3) mengembangkan pengetahuan

dasar matematika sebagai bekal belajar lebih

lanjut di sekolah menengah pertama

(SMP)/madrasah tsanawiyah (MTs), (5)

membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif

dan disiplin.

Berdasarkan tujuan pendidikan

matematika di atas, maka jelas bahwa

matematika Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah merupakan landasan pertama untuk

belajar matematika ke tingkat selanjutnya

yaitu: SMP/Tsanawiyah, SMA/MA/SMK

maupun perguruan tinggi. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Skemp (1982:

36) bahwa tahap awal belajar matematika

berlangsung di sekolah dasar.

Geometri merupakan bagian dari

matematika yang sudah mulai diajarkan

semenjak di Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidiayah yang memiliki tujuan sama dengan

tujuan pendidikan matematika secara umum

seperti yang telah disebutkan di atas. Kennedy

dan Tipps (1994: 385) menyatakan bahwa

melalui pengalaman belajar geometri dapat

ditingkatkan keterampilan pemecahan

masalah, penalaran, dan kemudahan dalam

mempelajari berbagai topik matematika, serta

berbagai ilmu pengetahuan yang lain,

(Clements dan Battista, 1992: 475).

Berdasarkan kutipan di atas, jelas

bahwa belajar geometri tidak hanya

berhubungan dengan matematika semata, akan

tetapi pembelajaran geometri juga mendukung

untuk mempelajari berbagai cabang ilmu

pengetahuan lain. Pembelajaran geometri juga

dapat meningkatkan minat anak terhadap

matematika, sebab geometri sebagai bagian

dari matematika, didalamnya banyak dibahas

bentuk-bentuk bangun seperti bangun datar

(persegi, persegipanjang, segitiga,

jajarangenjang, belah ketupat, trapesium),

bentuk ruang (kubus, balok, tabung, prisma,

bola, dan lain-lain yang telah dikenal dan

diakrabi siswa sejak masa kanak-kanak.

Bangun-bangun itu bisa dikenal dari mainan

anak sendiri maupun dari objek-objek visual di

sekitar mereka. Dengan demikian secara

alamiah geometri akan menarik bagi siswa

Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah. Karena

itu, geometri di Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah merupakan materi yang strategis

untuk mendorong peningkatan kualitas proses

dan hasil belajar matematika.

Namun kenyataan menunjukkan

bahwa hasil belajar matematika khususnya

geometri di Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah masih belum memuaskan. Beberapa

bukti masih rendahnya prestasi belajar

matematika di Madrasah Ibtidaiyah yaitu nilai

rata-rata ujian akhir matematika Madrasah

Ibtidaiyah hanya 3,6 (Depag NAD tahun

2004). Selain itu beberapa penelitian terdahulu

juga menemukan masih rendahnya penguasaan

matematika siswa-siswa Sekolah Dasar.

Berikut beberapa temuan penelitian terdahulu,

menyangkut dengan penguasaan siswa sekolah

dasar terhadap konsep-konsep geometri yang

telah mereka pelajari, yaitu: Susi Herawati

(1994), dalam penelusuran kemampuan siswa

SD dalam memahami bangun-bangun

geometri, menemukan bahwa: (1) siswa yang

kemampuannya di bawah rata-rata kelas belum

mampu membedakan segiempat dengan yang

bukan segiempat, (2) masih terdapat siswa

dengan kemampuan di atas rata-rata,

menyebut jajargenjang sebagai persegi

panjang, (3) kemampuan siswa dalam

mengucapkan definisi bangun datar baru

sampai batas menyebutkan perbedaan khusus

(diferensial spesifikasi), (4) kemampuan siswa

dalam mengucapkan sifat-sifat bangun datar

hanya sampai batas mengamati dengan

penglihatan. Belum mampu menggunakan

panca indera secara optimal.

Soedjadi dan kawan-kawan (1996),

dalam diagnosis kesulitan belajar siswa

sekolah dasar dalam belajar matematika

mengungkapkan antara lain: bahwa banyak

kesulitan yang dialami siswa kelas IV dan V

dalam menyelesaikan soal-soal geometri, hal

ini disebabkan karena kurang mantapnya

konsep-konsep yang mendasar.

Wahyu Setiawan (1995), dalam

diagnosis kesulitan belajar pada topik geometri

di kelas V sekolah dasar, mengungkapkan

bahwa rendahnya prestasi belajar siswa pada

bidang studi matematika, khususnya geometri

diantaranya disebabkan siswa kurang

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 66: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

59

menguasai konsep-konsep dan prinsip-prinsip

pada geometri.

Berdasarkan temuan di atas, dapat

dikemukakan bahwa siswa sekolah dasar/

madrasah ibtidaiyah, pada umumnya masih

banyak yang mengalami kesulitan dalam

mempelajari geometri dan belum mampu

menguasai konsep-konsep maupun prinsip-

prinsip geometri. Hal ini tentunya berakibat

kepada rendahnya prestasi belajar matematika

secara umum, dan juga tidak siapnya siswa

mengikuti pendidikan di jenjang lebih lanjut

(sekolah menengah pertama). Kurangnya

penguasaan siswa terhadap konsep dan prinsip

dalam geometri, tentunya disebabkan oleh

berbagai faktor; salah satunya adalah faktor

guru. Herman Hudoyo (1988:7),

mengemukakan bahwa penguasaan materi dan

cara penyampaian materi merupakan syarat

yang tidak dapat ditawar-tawarkan lagi dalam

matematika. Dari kutipan ini jelas bahwa

kelemahan yang mungkin terjadi pada diri

seorang guru dapat berupa penguasaan materi,

maupun penggunaan metode, namun di antara

kelemahan tersebut yang sering diamati yaitu

kesalahan dari segi cara mengajar (metode)

sedangkan kelemahan yang berupa kekeliruan

konsep sulit untuk diamati, hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Soedjadi

(1992 : 31):

“Kekeliruan/kelemahan guru seringkali tidak

diketahui dan tidak dapat dibetulkan karena

tidak ada seorangpun yang mengetahui

terjadinya kekeliruan itu. Apabila seorang

guru tidak menyadari kekeliruan konsep yang

dikuasainya, maka kekeliruan yang demikian

dapat terjadi berlarut-larut hingga tahunan”.

Berikut beberapa penelitian yang

menjelaskan tentang kurangnya penguasaan

konsep geometri sekolah dasar beberapa guru

yaitu : (1) Soedjadi (1992) dari hasil

pengamatan dan diskusi, serta tes terbatas

terhadap 650 orang guru sekolah dasar,

mengemukakan bahwa pada umumnya bekal

pengetahuan matematika yang diterima amat

sangat tidak memadai terutama kedalamannya.

Kelemahan yang amat jelas terjadi dalam hal

geometri, (2) Kamarullah (2005:170),

mendeskripsikan penguasaan mahasiswa D2

PGMI IAIN Jami’ah Ar-Raniry terhadap

geometri di Madrasah Ibtidaiyah, menganalisis

jenis kesalahan yang dilakukan mahasiswa

adalah: (1) secara umum penguasaan

mahasiswa D2 PGMI Ar-Raniry terhadap

geometri di Madrasah Ibtidayah sangat rendah,

(2) jenis kesalahan yaitu kesalahan konsep

pencerminan, konsep sumbu simetri, konsep

segiempat, trapesium, layang-layang,

jajarangenjang, belahketupan,

persegipanajang, dan persegi, kesalahan

prinsip yaitu prinsip pencerminan. Keliling

bangun datar, prinsip luas segitiga, luas

jajarangenjang, luas trapesium, dan

belahketupat, prinsip volume tabung dan

volume kerucut.

Menurut Supriadi (dalam Hasbi:

2006) menjelaskan untuk menjadi profesional,

seorang guru dituntut untuk memiliki beberapa

syarat kewenangan. Beberapa syarat

kewenangan yang harus dimiliki oleh guru

diantaranya guru harus menguasai secara

medalam bahan/mata pelajaran yang

diajarkannya serta cara mengajarkannya

kepada para siswa. Indikator penguasaan guru

terhadap materi pelajaran menurut Bloom

(dalam Anonymous: 2009) dari kognitif

meliputi: (1) memiliki ingatan terhadap bahan

pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya,

(2) mampu untuk memahami arti dari suatu

bahan yang telah dipelajari, (3) mampu

menggunakan suatu bahan yang telah

dipelajari ke dalam situasi yang baru atau

situasi yang konkrit, (4) mampu menguraikan

suatu menguraikan suatu materi atau bahan ke

dalam bagian-bagian sehingga susunannnya

dapat dimengerti, (5) mampu untuk

menghubungkan bagian-bagian untuk

membentuk keseluruhan yang baru, yang

menitikberatkan pada tingkah laku kreatif

dengan cara mengformulasikan pola dari

struktur baru, (6) mampu membuat penilaian

terhadap sesuatu bahan atau materi

berdasarkan maksud dan kriteria tertentu.

Mengacu pada pendapat di atas penguasaan

guru terhadap materi geometri meliputi:

penguasaan terhadap fakta, konsep, prinsip

dan operasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat

dikemukakan bahwa kurangnya penguasaan

guru terhadap konsep dan prinsip-prinsip dasar

geometri di sekolah dasar, merupakan salah

satu sebab rendahnya penguasaan siswa

terhadap geometri. Sebab, bagaimanapun

bagus dan lengkap perangkat pembelajaran

yang tersedia, jika tidak didukung oleh tenaga

(guru) yang menguasai konsep yang akan

diajarkan, maka akan merupakan kendala

tersendiri dalam proses pembelajaran.

Rendahnya kemampuan yang dimiliki oleh

guru, terutama kemampuan dalam penguasaan

Budiman Dan Usman, Tingkat Penguasaan Guru SD

Page 67: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

60

materi bisa merupakan akibat dari kemampuan

yang didapat ketika masih dalam masa

pendidikan terutama pendidikan keguruan

masih sangat rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1)

mendeskripsikan tingkat penguasaan geomteri

SD guru-guru sekolah dasar di Aceh Utara

dalam menyelesaikan soal tes penguasaan

geometri SD, (2) menganalisis kesalahan-

kesalahan guru-guru sekolah dasar di Aceh

Utara dalam menyelesaikan soal tes

penguasaan geometri SD, (3) menentukan

faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan

guru sekolah dasar di Aceh Utara dalam

menyelesaikan soal tes penguasaan geometri

SD.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis

penelitian deskriptif dan kualitatif. Subjek

penelitian ini adalah guru SD yang dipilih dari

4 SD di Aceh Utara dan setiap dipilih 3 oarang

dengan ketentuan 1 orang guru yang mengajar

kelas IV, 1 orang kelas V, dan 1 Kelas VI.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan cara melakukan tes dan

wawancara. Teknik analisis data dilakukan

dengan cara: (1) reduksi data, yaitu

mentranskripsikan, menyeleksikan,

memeriksan ulang kebenarana, dan mengetik,

(2) menyajikan data, (3) penyimpulana.

Kriteria tingkat pengausaan guru tentang

materi geometri diklarifikasi sebagai berikut.

1) Seorang guru dikatakan sangat menguasai

suatu kategori penguasaan tertentu yaitu,

jika seorang guru dapat menjawab dengan

benar seluruh soal kategori satu yang

diberikan. Jika diukur dengan skor yang

diperoleh, sekurang-kurangnya 76% dari

skor maksimal ideal (SMI) pada kategori

penguasaan tersebut.

2) Seorang guru dikatakan menguasai suatu

kategori penguasaan tertentu yaitu , jika

skor tes yang diperoleh guru berkisar

antara 56% - 75% dari skor maksimal

ideal untuk kategori yang bersangkutan.

3) Seorang guru dikatakan kurang menguasai

suatu kategori penguasaan tertentu yaitu ,

jika skor tes yang diperoleh guru berkisar

antara 40% - 55% dari skor maksimal

ideal untuk kategori yang bersangkutan.

4) Seorang guru dikatakan tidak menguasai

suatu kategori penguasaan tertentu yaitu ,

jika skor tes yang diperoleh guru 0% - 40%

dari skor maksimal ideal untuk kategori

yang bersangkutan.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil tes yang dilakukan terhadap

guru SD di Kabupaten Aceh Utara, setelah

dilakukan pemeriksanaan dan didisbusikan

dalam angka-angka yang diberikan,

menyatakan skor yang diperoleh guru. Hasil

analisis data diperoleh sebagai berikut:

1) Untuk kategori penguasaan 1 diperoleh:

kategori sangat menguasai tidak ada guru

(0 %), menguasai 2 orang guru (21, 42%),

kurang menguasai 1 orang guru (7,14 %),

dan tidak menguasai 11 orang guru (71,

42 %).

2) Untuk kategori penguasaan 2 diperoleh:

kategori sangat menguasai 3 orang guru

(21,42 %), menguasai 3 orang guru (21,

42%), kurang menguasai 5 orang guru

(35,71 %), dan tidak menguasai 3 orang

guru (21, 42 %).

3) Untuk kategori penguasaan 3 diperoleh:

kategori sangat menguasai tidak ada guru

(0 %), menguasai 4 orang guru (28,57%),

kurang menguasai 3 orang guru (21,42

%), dan tidak menguasai 7 orang guru

(50%).

Hasil analisis terhadap hasil

wawancara diperoleh sebagai berikut.

1) Jenis Kesalahan yaitu: (1) kesalahan konsep

yang meliputi: konsep sumbu simetri,

mendefinisikan bangun datar segitiga dan

segiempat, dan konsep prisma dan limas,

(2) kesalahan prinsip yang meliputi :

prinsip luas segitiga, luas jajarangenjang,

luas belahketupat, luas persegipanjang,

dan luas persegi, prinsip volume tabung

dan volume kerucut, (2) kesalahan operasi

2) Penyebab kesalahan yaitu: (1) tidak

menguasai konsep jajarangenjang,

belahketupat, persegipanjang, dan persegi,

(2) tidak dapat mengungkapkan dengan

kata-kata apa yang ada dalam

pemikirannya tentang sebuah konsep, (3)

belum memahami cara mendefinisikan

sebuah konsep, (4) belum menguasai

prinsip menghitung luas jejarangenjang,

belahketupat, dan trapezium, (5) belum

menguasai prinsip untuk menghitung

volume kerucut dan tabung, (6) salah

memahami soal atau kealpaan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 68: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

61

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1) Untuk kategori penguasaan 1 diperoleh:

kategori sangat menguasai tidak ada guru

(0 %), menguasai 2 orang guru (21, 42%),

kurang menguasai 1 orang guru (7,14 %),

dan tidak menguasai 11 orang guru (71,

42 %), (2) untuk kategori penguasaan 2

diperoleh: kategori sangat menguasai 3

orang guru (21,42 %), menguasai 3 orang

guru (21, 42%), kurang menguasai 5

orang guru (35,71 %), dan tidak

menguasai 3 orang guru (21, 42 %), (3)

untuk kategori penguasaan 3 diperoleh:

kategori sangat menguasai tidak ada guru

(0 %), menguasai 4 orang guru (28,57%),

kurang menguasai 3 orang guru (21,42

%), dan tidak menguasai 7 orang guru

(50%

2) Jenis Kesalahan yaitu ksalahan konsep,

prinsip, dan operasi. Penyebab kesalahan

yaitu (1) tidak menguasai konsep

jajarangenjang, belahketupat,

persegipanjang, dan persegi, (2) tidak

dapat mengungkapkan dengan kata-kata

apa yang ada dalam pemikirannya

tentang sebuah konsep, (3) belum

memahami cara mendefinisikan sebuah

konsep, (4) belum menguasai prinsip

menghitung luas jejarangenjang,

belahketupat, dan trapesium, (5) Belum

menguasai prinsip untuk menghitung

volume kerucut dan tabung, (6) Salah

memahami soal atau kealpaan

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah

diperoleh dari penelitian ini, maka penulis

mengemukakan saran-saran: (1) diharapkan

kepada guru SD, agar berupaya semaksimal

mungkin untuk meningkatkan penguasaan

terhadap materi geometri sekolah dasar, (2)

dalam mengajarkan konsep kepada mahasiswa

PGSD diharapkan dosen dapat mengarahkan

mahasiswa untuk mendefinisikan dari konsep

yang sedang dipelajari dengan menggunakan

kata-kata sendiri serta mengajarkan materi

geometri, (3) diharapkan kepada dinas terkait

untuk melakukan pemantapan materi kepada

guru-guru SD khusus materi geometri

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Aspek Penilaian dalam

KTSP bagian 1 (Aspek Kognitif),

(Online), (http://massofa.wardpress.

com/feef/.,diakses 22 Juni 2012.

Begle, Edward. 1975. Critical Variable in

Mathematics Education. NCTM,

Washington DC.

Bell, F.H. 1981. Teaching and Learning

Mathematics (in secondary scholl).

Wim. C. Brown, C. Dubuque, Iouo.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003.

Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Depdiknas, Jakarta.

Hasbi, M dan Ikhsan, M. 2006. Penguasaan

Guru Matematika SMP terhadap Materi

Ajar Kesebangunan. Laporan Penelitian

Dosen Muda. Darussalam: FKIP

Unsyiah

Herawati, Susi. 1994. Penelusuran

Kemampuan Siswa Sekolah Dasar

dalam Memahami Bangun-bangun

Geometri (suatu studi kasus di kelas V

SD No. 44 Purus Selatan). Tesis IKIP

Malang.

Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar

Matematika, Dikti, Jakarta.

Juliana S. Molle. 2000. Analisis Kesalahan

Jawaban Siswa Kelas V SD Negeri

Latihan 1 SPG Ambon Dalam

Menyelesaikan Soal Geometri. Tesis

Pascasarjana UNESA, Surabaya.

Kamarullah. 2005. Analisis Kesalahan

Mahasiswa D-2 PGMI IAIN Ar-Raniry

Banda Aceh Tentang Geometri Di

Madrasah Ibtidaiyah Beserta Alternatif

Pembelajaran. Tesis Pascasarjana

UNESA, Surabaya.

Kennedy, I. M., dan Tipps, S. 1994. Guiding

Children’s Learning of Mathematics.

Seventh Edition, Belmont, California:

Wadsworth Publishing Company.

Kerans, D.S. 1995. Pengajaran Matematika

Topik Geometri pada Beberapa SD di

Budiman Dan Usman, Tingkat Penguasaan Guru SD

Page 69: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

62

Kota Kupang NTT. Tesis FPS IKIP

Malang.

Miles, M.B dan Huberman A. Michel. 1992.

Analisis Data Kualitatif, Terjemahan

Tjejep Rohedi. UI Press, Jakarta.

Moleong, Lexi. J. 1988. Metode Penelitian

Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya,

Bandung.

Nana Sudjana, Ibrahim. 2001. Penelitian dan

Penilaian Pendidikan. Sinar Baru

Algesindo, Bandung.

Setiawan, Wahyu. 1995. Diagnosis Kesulitan

Belajar Pada Topik Geometri di Kelas

V Sekolah Dasar. Tesis FPS IKIP

Malang.

Soedjadi, R.1992. Orientasi Kepada

Kemampuan Yang Transferalde, Media

Pendidikan Nasional, No. 2, Th. 1992.

IKIP Surabaya.

-------------- 2000. Kiat Pendidikan

Matematika di Indonesia (Konstantasi

keadaan masa kini menuju keadaan

masa depan). Dikti, Jakarta.

Sunarto. 1997. Dasar dan Konsep Penelitian.

Diktat Perkuliahan, PPs IKIP,

Surabaya.

Swida Purwanto. 2000. Penguasaan Guru-

guru Sekolah Dasar Muhammadiyah di

Surabaya Tentang Geometri Sekolah

Dasar. Tesis PascasarjanaUNESA,

Surabaya.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 70: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

��

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR MAHASISWA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN

STIKES HARAPAN BANGSA BANDA ACEH

Oleh

*T.Murhadi, **Murniati AR, ***Djailani AR

Abstrak: Manajemen pembelajaran sebagai usaha mengelola pembelajaran menuju

pembelajaran yang efektif dan efesien, sehingga dapat membantu mahasiswa untuk

mencapai pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan pemahaman terhadap dunia sekitar

mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dalam meningkatkan motivasi belajar

mahasiswa Prodi Diploma III Kebidanan Stikes Harapan Bangsa Banda Aceh. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian

adalah dosen, kepala Bidang Akademik dan Ketua Program Studi Prodi Diploma III

Kebidanan Stikes Harapan Bangsa Banda Aceh. Hasil penelitian menunjukkan: 1)

Perencanaan pembelajaran dilakukan oleh Bidang Akademik berdasarkan kurikulum

nasional. Perencanaan pembelajaran yang disusun oleh dosen membuat desain instruksional

sesuai dengan kaedah-kaedah pedagogik yang dituangkan dalam satuan acara perkuliahan

(SAP), Lesson Plan study, Handout dan daftar tilik. Namun ada juga dosen yang tidak

membuat perencanaan pembelajaran dan diserahkan kepada bagian akademik. 2)

Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan materi pembelajaran ditampilkan

semenarik mungkin agar mahasiswa lebih menyukai bahasan yang dipelajari, penggunaan

media atau sumber belajar digunakan se efektif mungkin dan juga pengelolaan kelas yang

kondusif sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa serta dilakukan evaluasi

kemajuan mahasiswa dengan melakukan tes untuk mengukur kemampuan dasar

mahasiswa,. 3) Sistem evaluasi yang dilakukan dosen adalah quis, midtest dan final tetapi

tidak melakukan analisis terhadap butir soal, baik dari tingkat validitas, reabilitas, daya

pembeda maupun tingkat kesukaran soal, komponen penilaian dari setiap mata kuliah

adalah Absensi, Tugas, seminar, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester dan

bagi mahasiswa yang belum lulus akan diberikan perbaikan (remedial) pada akhir semester.

Kata Kunci: Manajemen Pembelajaran, Motivasi Belajar, dan Mahasiswa.

PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan upaya

pendidikan, proses belajar mengajar (PBM)

merupakan aktivitas yang paling penting,

karena melalui proses inilah tujuan pendidikan

akan tercapai dalam bentuk perubahan

perilaku peserta didik. Untuk mewujudkan

tujuan proses belajar mengajar, banyak faktor

yang dapat jadi penentu. Menurut Makmun

(2005:3)

Ada tiga unsur yang harus terdapat

dalam proses belajar mengajar yaitu “(1)

peserta didik (siswa/mahasiswa) dengan

segala karakteristiknya untuk

mengembangkan dirinya se optimal

mungkin melalui kegiatan belajar, (2)

pengajar (Guru/ dosen) yang selalu

mengusahakan terciptanya situasi yang

tepat untuk belajar sehingga

memungkinkan untuk terjadinya proses

pengalaman belajar, dan (3) tujuan, yaitu

sesuatu yang diharapkan setelah adanya

kegiatan belajar”.

Uraian diatas menunjukkan kepada

kita bahwa dalam proses belajar mengajar

terdapatk dua subyek yang berperan yaitu

dosen dan mahasiswa. Hal ini

mengimplikasikan bahwa proses belajar

mengajar merupakan suatu proses interaksi

dosen dan mahasiswa yang didasari oleh

hubungan yang bersifat mendidik dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan.

Dosen adalah pendidik profesional

dan ilmuwan dengan tugas utama

*T.Murhadi adalah Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

**Murniati AR adalah Dosen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

***Djailani AR adalah Dosen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Page 71: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

��

mentransformasikan, mengembangkan, dan

menyebarluaskan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni melalui pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

(UU No. 14 tahun 2005). Oleh sebab itu,

dosen adalah salah satu komponen esensial

dalam suatu pendidikan di perguruan tinggi.

Peran, tugas dan tanggungjawab dosen sangat

penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan

(Depdiknas, 2008:2). Lebih khusus lagi,

“Dosen dalam proses belajar mengajar

memiliki multiperan, tidak hanya terbatas

sebagai pengajar, yang melakukan transfer of

knowledge, tetapi juga sebagai pembimbing

yang mendorong potensi, mengembangkan

alternatif, dan mobilisasi mahasiswa dalam

belajar”. Artinya dosen memiliki tugas dan

tanggungjawab yang kompleks terhadap

pencapaian belajar. Dosen tidak hanya

dituntut menguasi ilmu yang akan

diajarkannya, tetapi juga dituntut

menampilkan kepribadian yang mampu

menjadi teladan bagi mahasiswanya.

Manajemen pembelajaran merupakan

proses pendayagunaan seluruh komponen

yang saling berinteraksi (sumber daya

pengajaran) untuk mencapai tujuan program

pengajaran (Syafaruddin dan Nasution,

2005:77). Untuk mengorganisir pelaksanaan

pembelajaran diperlukan pengelolaan

pembelajaran dengan efektif. Pembelajaran

yang dikelola dengan manajemen yang efektif

diharapkan dapat mengembangkan potensi

mahasiswa, sehingga memiliki pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

mengakar pada individu mahasiswa.

Berdasarkan pendapat di atas,

seorang dosen seharusnya mampu

menciptakan situasi yang dapat menunjang

perkembangan belajar mahasiswa. Walaupun

bagi peserta didik di perguruan tinggi atau

mahasiswa, pembelajaran sebenarnya bisa

terjadi tanpa kehadiran seorang dosen, tetapi

pembelajaran dapat ditingkatkan dengan

melibatkan seorang dosen yang berfungsi

sebagai fasilitator.

Fasilitator segala hal yang berkaitan

dengan proses belajar mengajar, termasuk

menumbuhkan motivasi belajar mahasiswa.

Namun semua ini tidak terlepas dari

bagaimana seorang dosen menampilkan

kemampuannya, kepribadiannya dalam proses

belajar mengajar, sehingga muncul pendapat

bahwa dosen adalah pemberi motivator bagi

peserta didik/mahasiswanya. Perilaku dosen

dalam mengajar baik langsung maupun tidak

langsung mempunyai pengaruh terhadap

motivasi belajar mahasiswa baik yang positif

maupun negatif (Riduwan, 2005). Maknanya,

apabila kepribadian yang ditampilkan dosen

dalam mengajar sesuai dengan harapan

mahasiswa, maka mahasiswa termotivasi

untuk belajar dengan baik, begitupun

sebaliknya. Termasuk dalam pengajaran mata

kuliah di Diploma III Kebidanan.

Berdasarkan hasil observasi yang

penulis lakukan, di Program Studi (Prodi)

Diploma III (D-III) Kebidanan Stikes Harapan

Bangsa Banda Aceh para mahasiswanya

berasal dari Kota Banda Aceh dan juga dari

seluruh Kabupaten Kota di Provinsi Aceh.

Variasi ini menyebabkan motivasi belajar

yang juga berbeda. Seperti yang lazim dalam

pendidikan kesehatan, mata kuliah di Prodi D-

III Kebidanan Stikes Harapan Bangsa Banda

Aceh juga harus mencapai tujuan belajar yang

meliputi tiga domain sekaligus, mulai dari

domain kognitif, psikomotor dan afektif. Oleh

sebab itu, diperlukan dosen yang mampu

menunjukan sifat atau kepribadian sebagai

pengajar yang meliputi fleksibelitas kognitif

dosen, keterbukaan psikologis dosen dan sifat-

sifat pribadi dosen tersebut dan yang lebih

penting adalah manajemen pembelajaran yang

di laksanakan untuk keberhasilan perkuliahan

dan keberhasilan mahasiswa.

Prodi D-III Kebidanan Stikes

Harapan Bangsa Banda Aceh, memiliki dosen

tetap sebanyak 23 orang dan dosen tidak tetap

sebanyak 30 orang yang bervariasi dalam hal

kemampuannya. Beberapa dosen sudah

termasuk senior yang memiliki pengalaman

mengajar yang banyak, sementara beberapa

diantaranya termasuk dosen baru, yang

memiliki pengalaman mengajar yang masih

kurang. Bervariasinya pengalaman mengajar

dosen, tentu akan berpengaruh terhadap

kemampuan belajar masing-masing dosen, dan

akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar,

termasuk motivasi belajar mahasiswa.

Apabila keadaan tersebut di atas

diabaikan, maka sangat mungkin proses

belajar mengajar di Prodi D-III Kebidanan

Stikes Harapan Bangsa Banda Aceh tidak

akan berjalan dengan baik. Tujuan pendidikan

di Diploma III Kebidanan ini sulit untuk

dicapai. Untuk itu, dipandang perlu

melakukan penelitian “Manajemen

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 72: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

��

Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi

Belajar Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan

Stikes Harapan Bangsa Banda Aceh”.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah

menggunakan pendekatan kualitatif.

Pemilihan pendekatan ini didasarkan atas

pertimbangan bahwa yang hendak dicari

adalah data yang akan memberikan gambaran

dan melukiskan realita sosial yang komplek

sedemikian rupa menjadi gejala sosial yang

lebih konkrit. Lokasi penelitian di Prodi D-III

Kebidanan Stikes Harapan Bangsa Banda

Aceh. Adapun yang menjadi subjek penelitian

ini adalah adalah Ketua Prodi, Kabid

Akademik dan para Dosen.

Instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan untuk meliput data dalam

penelitian. Instrumen penelitian yang

diperlukan adalah pedoman wawancara,

pedoman observasi dan pedoman

dokumentasi. Verifikasi data yang dilakukan

adalah melakukan memberchek, dan

melakukan triangulasi, sehingga diperoleh

kesimpulan data yang valid dan mendasar

(gounded).

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Hoban Manajemen

pembelajaran mencakup saling hubungan

berbagai peristiwa tidak hanya seluruh

peristiwa pembelajaran dalam proses

pembelajaran tetapi juga faktor logistik,

sosiologis, dan ekonomis. Karena sistem

manajemen pembelajaran adalah berkenaan

dengan teknologi pendidikan yang mana

teknologi adalah organisasi terpadu dan

kompleks dari manusia, mesin, gagasan,

prosedur dan manajemen. Jadi teori

pembelajaran, pengajaran, manajemen

pembelajaran adalah ilmu murni, terapan dan

sistem. Teori pembelajaran melintasi teori

pengajaran yang didalamnya dihubungkan

berbagai faktor ke dalam sistem manajemen

pembelajaran (Syafaruddin dan Nasution,

2005:76).

Fungsi manajemen pembelajaran

yaitu: perencanaan pengajaran,

pengorganisasian pengajaran, kepemimpinan

dalam kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi

pengajaran”. Dalam menjalankan fungsi

manajemen dimaksud, seorang dosen harus

memanfaatkan sumber daya pengajaran

(learning resources) yang ada di dalam kelas

maupun di luar kelas (Syafaruddin dan

Nasution, 2005:79),.

Sanjaya (2010:280) mengemukakan

bahwa Perencanaan pembelajaran adalah

proses pengambilan keputusan hasil berpikir

secara rasional tentang sasaran dan tujuan

pembelajaran tertentu, yaitu perubahan

tingkah perilaku serta rangkaian kegiatan yang

harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian

tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala

potensi dan sumber belajar yang ada.

Mengingat perencanaan pembelajaran

merupakan tahapan penting menuju

terlaksananya pembelajaran dan tercapainya

tujuan pembelajaran, maka perlu dipersiapkan

dengan baik.

Kemp (Sanjaya, 2010:124)

menjelaskan bahwa,

Strategi pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus

dikerjakan dosen dan mahasiswa agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara

efektif dan efisien. Pendapat yang sama

juga dikemukakan Dick and Carey yaitu,

Strategi pembelajaran itu adalah suatu

set materi dan prosedur pembelajaran

yang digunakan secara bersama-sama

untuk menimbulkan hasil belajar pada

mahasiswa.

Strategi pembelajaran yang

menggunakan urutan kegiatan pembelajaran

secara sistematis, memiliki potensi untuk

memudahkan kegiatan belajar peserta didik.

Urutan sistematis sangat penting karena akan

menunjukkan urutan yang harus dan perlu

diikuti dalam menyajikan sesuatu. Dalam

manajemen pembelajaran dikaji konsep

strategi pembelajaran, dan gaya mengajar

dosen akan menentukan keberhasilan dalam

mencapai tujuan pengajaran.

Evaluasi merupakan salah satu

kegiatan utama yang harus dilakukan oleh

seorang guru dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan penilaian, guru akan mengetahui

perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat

khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan

kepribadian siswa atau peserta didik.

Tujuan evaluasi adalah untuk

mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai

oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan

pembelajaran dimana keberhasilan tersebut

kemudian ditandai dengan skala nilai berupa

huruf atau kata atau simbol. Menurut Arikunto

T.Murhadi, Murniati Ar, Dan Djailani Ar, Manajemen Pembelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi

Page 73: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

��

(Syarifuddin dan Nasution, 2005:139) hasil

evaluasi belajar ditujukan untuk keperluan:

“1) untuk diagnostik dan pengembangan, 2)

untuk seleksi, 3) untuk kenaikan kelas, 4) dan

untuk penempatan.

Motivasi Mahasiswa

Sardiman (2007:74) mengatakan

bahwa “Motivasi akan diransang karena

adanya tujuan, motivasi memang muncul dari

dalam diri manusia, tetapi kemunculannya

karena didorong oleh unsur tujuan”.

Motif dan motivasi merupakan dua hal

yang tidak dapat dipisahkan, namun secara

konseptual dapat dibedakan karena motivasi

merupakan hal-hal yang berkaitan dengan

timbul dan aktifnya motif. Makmun (2005:37)

mengatakan bahwa “kekuatan pendorong yang

ada di dalam diri seseorang untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai

tujuan disebut motif, sedangkan segala sesuatu

yang berkaitan dengan timbul dan

berlangsungnya motif disebut motivasi”. Hal

ini berarti bahwa dibalik setiap aktivitas

seseorang terdapat suatu motivasi yang

mendorongnya untuk mencapai tujuan

tertentu.

Supervisi akademik adalah serangkaian

kegiatan membantu guru mengembangkan

kemampuannya mengelola proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

HASIL PEMBAHASAN

Program pembelajaran dalam

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

pada Prodi D-III Kebidanan Stikes

Harapan Bangsa Banda Aceh

Berdasarkan hasil penelitian dapat

diungkapkan bahwa beberapa upaya yang

dilakukan oleh dosen dalam menyusun

program pembelajaran. Pertama, mempelajari

ruang lingkup program pembelajaran dalam

setiap pokok bahasan atau dalam setiap

pertemuan. Kedua, membuat atau

memformulasikan langkah-langkah

penyampaian bahan belajar tersebut ke dalam

format satuan acara perkuliahan (SAP) yang

menggunakan format sebagai berikut: (a)

identitas; (b) standar kompetensi dan

kompetensi dasar; (c) indikator dan tujuan

pembelajaran; (d) materi kuliah; (e) kegiatan

belajar mengajar; dan (f) sumber belajar.

Berdasarkan studi dukumentasi yang

ada di tempat penelitian ditemukan adanya

jadwal perkuliahan dan kalender akademik

yang ditempelkan di papan informasi, serta

dari silabus atau garis-garis besar program

pengajaran (GBPP) terdiri dari mata kuliah,

beban studi, dosen pengajar standar

kompetensi, tujuan mata kuliah, proses

pembelajaran, evaluasi dan rincian kegiatan

yang meliputi hasil pembelajaran, pokok

bahasan, sub pokok bahasan, metode, media

waktu dan daftar pustaka.Selanjutnya dosen

juga menyusun Lessen plan teori yang

merupakan bagian dari mata kuliah yang

dibuat dosen berdasarkan topik/ subtopik yang

didalamnya termuat ; objectif dari silabus,

sumber pustaka, bahan dan sumber serta

waktu, metode, objektif prilaku siswa, uraian

materi, kesimpulan dan evaluasi.

Dosen juga menyusun handout dari

setiap pokok bahasan, yang didalamnya berisi

pendahuluan, uraian materi, kesimpulan dan

evaluasi. Bagi mata kuliah yang ada

praktikum juga di lengkapi dengan daftar tilik

sebagai evaluasi dan pegangan mahsiswa

yntuk melakukan setiap tindakan atau perasat,

yang didalamnya terdiri dari nama mahasiswa,

tanggal, penilai, kegiatan/ aktivitas, evaluasi

dan nilai.

Sebelum melaksanakan pembelajaran,

seorang dosen memang harus menyusun

perencanaan pembelajaran. Karena

perencanaan merupakan salah satu fungsi

manajemen yang pertama sekali dilakukan

atau perencanaan merupakan fungsi awal dari

kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan

secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukan oleh Fattah

(2006: 49) “Perencanaan merupakan tindakan

menetapkan terlebih dahulu apa yang akan

dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa

harus dikerjakan dan siapa yang

mengerjakan.”

Sagala (2010:142) mengemukakan

bahwa:

Seorang guru sebelum masuk kelas,

sudah mempersiapkan sejumlah materi

dan bahan ajar yang akan

disampaikan kepada siswa, agar

penyampaian materi tersebut sesuai arah

dan tujuan yang ditetapkan, maka lebih

dulu disusun suatu perencanaan yang

matang dan permasalahan teknis dapat

diatasi, tinggal guru mengatur skenario

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 74: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

��

pembelajaran yang efektif dikelas sesuai

rencana tersebut.

Pelaksanaan pembelajaran dalam

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa

pada Prodi D-III Kebidanan Stikes

Harapan Bangsa Banda Aceh

Dalam pelaksanaan program belajar

mengajar pada sebagian dosen melakukan tes

sebagai cara untuk mengukur kemampuan

dasar para mahasiswa sehingga diharapkan

program belajar mengajar yang dilaksanakan

sesuai dengan kemampuan dasar mahasiswa.

Dari hasil wawancara dengan dosen, nyatanya

belum semua dosen melaksanakan tes dalam

setiap pelaksanaan program belajar mengajar.

Hal tersebut, tergantung pada materi atau

pokok bahasan yang akan diberikan.

Sebagaimana salah seorang dosen mengatakan

: “saya menyiapkan powerpoint sebelum

mengajar, dan mengajar menggunakan

powerpoint tersebut dan membuat kesimpulan

diakhir perkulihan atau pertemuan dengan

mahasiswa”. Beberapa dosen juga sudah

mengunakan pembelajaran e-learning yaitu

dengan mengakomodasi berbagai gaya belajar

dan menggunakan berbagai cara penyampaian

untuk berbagai tipe mahasiswa yaitu tipe

visual lewat penggunakan gambar,

grafik/diagram serta visual lain dengan

memanfaatkan komputer dan internet. Lewat

penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi dalam proses pembelajaran, maka

secara tidak langsung, kemampuan dan

keterampilan penggunaan teknologi akan ikut

terasah.

Pada pelaksanaan pembelajaran,

dosen haruslah mengajar sesuai dengan apa

yang telah direncanakan dan didesain

sebelumnya. Sanjaya (2011:65)

mengemukakan bahwa “Desain pembelajaran

pada dasarnya suatu proses yang bersifat linier

yang diawali dengan penentuan kebutuhan,

mengembangkannya, mengujicobakannya,

dan akhirnya melakukan proses evaluasi untuk

menentukan hasil tentang efektifitas

rancangan (desain) yang disusun.” Selanjutnya

Harjanto (2010:54) mengemukakan bahwa

“Melihat kedudukan dan fungsi pembelajaran

yang sangat strategis, maka diperlukan

kerangka konseptual yang mendasar.”

Untuk melaksanakan pembelajaran e-

learning, dosen harus memiliki beberapa

kompetensi. Kompetensi tersebut adalah

kemampuan penguasaan TIK dalam

pembelajaran yaitu pemanfaatan internet

sebagai sumber pembelajaran dalam rangka

mendapatkan materi ajar yang berkualitas dan

penguasaan materi pembelajaran sesuai

dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Dalam kaitannya dengan sumber

bahan mengajar, Noni (2009:7)

mengemukakan bahwa : “Internet sangat

potensial untuk mendukung pengembangan

profesional dosen, karena (a) dosen dapat

mengakses rencana belajar mengajar dan

metodologi baru; (b) dosen dapat memperoleh

bahan baku dan bahan jadi yang cocok untuk

segala bidang kuliah; dan (c) dosen dapat

mengumumkan dan berbagi sumber belajar”.

Langkah-langkah konkrit lainnya

yang dilakukan oleh dosen di Prodi D-III

Kebidanan Stikes Harapan Bangsa Banda

Aceh dalam pelaksanaan e-learning adalah

mengidentifikasi bahan kuliah yang akan

disajikan setiap pertemuan, menyusun

kerangka materi pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan instruksional dan

pencapaiannya sesuai dengan indikator-

indikator yang telah ditetapkan. Bahan

tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang

menarik dalam bentuk power point yang

didukung oleh gambar, video dan bahan

animasi lainnya sehingga mahasiswa tertarik

dengan materi yang akan dipelajari serta

diberikan latihan-latihan sesuai dengan

kaedah-kaedah evaluasi pembelajaran

sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan

mahasiswa.

Pada tahap awal, dosen juga

memberikan motivasi kepada mahasiswa.

Sanjaya (2011:174) “Motivasi adalah

dorongan yang memungkinkan siswa untuk

bertindak atau melakukan sesuatu.” Motivasi

yang diberikan berupa ikhlas belajar, kemauan

dalam belajar, manfaat belajar dan pentingnya

ilmu dan pengalaman. Hal ini dilakukan

supaya mahasiswa lebih semangat dan

konsentrasi dalam belajar.

Sistem evaluasi keberhasilan pembelajaran

mahasiswa pada Prodi D-III Kebidanan

Stikes Harapan Bangsa Banda Aceh Evaluasi hasil belajar yang

dilaksanakan oleh dosen adalah tes dan non

tes. Evaluasi bentuk non tes berupa

pengamatan kepada mahasiswa mengenai

kerja sama, tanggung jawab, kesabaran, dan

T.Murhadi, Murniati Ar, Dan Djailani Ar, Manajemen Pembelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi

Page 75: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

��

sifat demokratis. Tes yang diberikan berupa

tes lisan dan tulisan. Tes lisan diberikan

kepada mahasiswa ketika pembelajaran

berlangsung berupa tanya jawab dan diskusi.

Sedangkan tes tulisan baik dalam bentuk essay

maupun pilihan ganda diberikan pada ujian

tengah semester dan ujian akhir semester.

Sebagaimana hasil wawancara dengan dosen

yang mengatakan bahwa: ‘Evaluasi yang saya

lakukan berupa kehadiran atau absensi, tugas

tengah semester dan ujian akhir semester”.

Setelah melaksanakan evaluasi,

dosen memasukkan nilai siswa kedalam daftar

nilai. Mahasiswa yang belum tuntas diberikan

remedial. Remedial yang dilakukan dengan

memberikan tugas-tugas tambahan untuk

dikerjakan dirumah yang akan di ujian secara

lisan dan ada juga berupa pengulangan materi

terlebih dahulu. Sebagian besar dosen

memberikan remedial pada akhir semester.

Undang-undang nomor 19 tahun 2005

tentang standar nasional pendidikan pasal 22

bahwa “teknik penilaian dapat berupa tes

tertulis, observasi, tes praktek dan penugasan

perorangan atau kelompok dan harus sesuai

dengan kompetensi dasar yang harus

dikuasai”. Mulyasa (2009:209)

mengemukakan bahwa “Penilaian hasil belajar

siswa dapat dilakukan terhadap program,

proses, dan hasil belajar. Penilaian program

bertujuan untuk menilai efektifitas program

yang dilaksanakan, penilaian proses

bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan

partisipasi peserta didik dalam

pembelajaran, sedangkan penilaian hasil

bertujuan untuk mengetahui hasil belajar

atau pembentukan kompetensi peserta didik”

Sehubungan dengan kompetensi dan

tujuan yang belum dikuasai, apabila sebagian

besar mahasiswa belum menguasainya maka

perlu dilakukan pembelajaran kembali

(remedial teaching).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Perencanaan pembelajaran dalam

meningkatkan motivasi belajar

mahasiswa yaitu: kompetensi atau

kemampuan dosen untuk membuat desain

instruksional sesuai dengan kaedah-

kaedah pedagogik yang dituangkan dalam

satuan acara perkuliahan (SAP).

Langkah-langkah yang harus dilalui oleh

dosen dalam pengembangan bahan kuliah

adalah mengidentifikasi bahan kuliah

yang akan disajikan setiap pertemuan.

2. Pada pelaksanaan pembelajaran dalam

meningkatkan motivasi belajar

mahasiswa, dosen harus memiliki

beberapa kompetensi, yaitu kemampuan

penguasaan TIK dalam pembelajaran

dengan pemanfaatan internet sebagai

sumber pembelajaran dalam rangka

mendapatkan materi ajar yang berkualitas

dan penguasaan materi pembelajaran

sesuai dengan bidang keahlian yang

dimiliki. Dosen melakukan tes sebagai

cara untuk mengukur kemampuan dasar

para mahasiswa sehingga diharapkan

program belajar mengajar yang

dilaksanakan sesuai dengan kemampuan

dasar mahasiswa. Penggunaan media atau

sumber belajar merupakan komponen

pendukung yang dapat mendorong

terwujudnya proses belajar mengajar yang

efektif dan pengelolaan kelas yang

kondusif.

3. Pelaksanaan sistem evaluasi tidak

terdapat perbedaan yang mendasar antara

dosen dan hanyalah evaluasi hasil belajar,

komponen penilaian dari setiap mata

kuliah adalah Absensi, Tugas, seminar,

Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir

Semester. Bagi mahasiswa yang belum

mencapai ketuntasan akan diberikan

perbaikan (remedial) pada akhir semester

dan bukan pada setiap kompetensi dasar

atau materi.

Saran

1. Kepada dosen yang sudah menyusun

perangkat perencanaan pembelajaran,

hendaknya dapat dijadikan sebagai

pedoman dalam pelaksanaan

pembelajaran agar pembelajaran dapat

berlangsung secara efektif dan efisien.

Dalam penyusunan perencanaan

pembelajaran hendaknya dilakukan dalam

suatu forum musyawarah sesama dosen

agar saling memberikan informasi, saling

memberikan pengalaman, dan saling

memberikan motivasi. Dosen diharapkan

untuk memperdalam pengetahuan dan

wawasan, dengan mengikuti berbagai

pelatihan/penataran/workshop tentang

pemanfaatan e-learning dalam

pembelajaran, sehingga dalam membuat

suatu program perencanaan pembelajaran

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2013, Volume 14 Nomor 1

Page 76: 10 - T Murhadi Hal 63-69 - Universitas Serambi Mekkah - · hasil musyawarah bersama yang telah disepakati dan dirumuskan pada awal semester program ... kegiatan supervisi akademik

���

��

menjadi lebih sistematis dan memenuhi

tuntutan kurikulum yang berlaku dan

proses pembelajaran akan lebih baik dan

efektif.

2. Kepada Bagian Akademik agar

penyusunan kalender akademik dan

penentuan dosen yang akan mengajar

serta penentuan silabus dapat dilakukan

dengan sebaik-baiknya dengan

memperhatikan kualitas keilmuan dosen

berdasarkan pengalaman, pelatihan dan

tingkat pendidikan serta specifikasi ilmu

yang sudah dikuasai dosen.

3. Kepada ketua Prodi dan semua komponen

pengelola Prodi D-III Kebidanan Stikes

Harapan Bangsa Banda Aceh untuk sama-

sama meningkatkan program e-learning,

karena dengan penerapan e-learning

dalam proses belajar mengajar mahasiswa

lebih mudah dalam memahami materi

pelajaran sehingga dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. ( 2006). Dasar-Dasar

Evaluasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Fattah, Nanang. (2006). Landasan Manajemen

Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2005). Psikologi

Pendidikan. Bangdung: Rosdakarya.

Noni, Nurdin. (2009). Modul Internet Sebagai

Sumber Belajar Dalam Pendidikan.

Makassar. Universitas Negeri Makassar.

Riduwan. (2005). Belajar Modal Penelitian

untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sagala, Syaiful. (2010). Konsep dan Makna

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2011). Perencanaan dan

Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana. Jakarta: Kencana.

Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Syafaruddin, dan Nasution (2005).

Manajemen Pembelajaran. Jakarta.

Quantum Teaching

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14

Tahun (2005), Tentang Guru dan Dosen

T.Murhadi, Murniati Ar, Dan Djailani Ar, Manajemen Pembelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi