10 bahasa jurnalistik

29

Transcript of 10 bahasa jurnalistik

Jangan terlalu umum Misal; “sejumlah pengunjuk rasa” kurang spesifik dibanding “2.000 pengunjuk rasa”

Kalimat aktif lebih memberikan tekanan. Misal: “Bola ditendang oleh Ronaldo” kurang

memberi tekanan dibanding “Ronaldo menendang bola itu”.

“Sopir tua itu karena tangannya sibuk menepuk lebah yang berdengung mengitari kepalanya, tidak dapat mengendalikan truknya, sehingga truk itu pun oleng dan menyeruduk parit” (kurang pendek).

“Sopir itu menepuk lebah, lalu kehilangan kendali, dan truk pun menyeruduk parit” (pendek).

Variasi kata, kalimat, kata ganti, unsur tata bahasa lain.

Tersangka mengatakan bahwa rekannyalah yang membunuh korban, lalu menmabahkan bahwa dia sudah berusaha mencegahnya.

Sebaiknya Meskipun ia berusaha mencegah, tapi korban

dibunuh juga oleh rekannya.

Agar mudah dibaca, jelas dan menarik secara tipografis

“100 pengemudi angkot berunjuk rasa di…..” sebaiknya “Seratus pengemudi angkot berunjuk rasa di…..”

Usia, jabatan, alamat, pekerjaan dll. Sebut nama lengkap terlebih dahulu baru bisa

disebut nama pendek, Misal: nama asli Mumahhad Jufri Setyabudi.

Untuk memberi efek khusus sebagaimana dikatakan nara sumber.

Kecuali sangat penting dan tidak bisa dihindarkan “Polisi menangkap tersangka yang mengaku

pengangguran itu ketika ia sedang mengendarai Mercedez barunya”.

Bukan tanggal dibuatnya tulisan

Tabrakan itu terjadi pukul 16.00 petang hari. Ia bercerai dengan istrinya dua tahun lalu. Ia bunuh diri dengan minum isi botol racun serangga.

Kata mubazir Agar supaya, adapun dan adalah (to be), oleh dan dari (kepunyaan), bahwa (bisa diganti koma)

Hindari istilah hukum dan teknis atau kata asing yang dijelaskan.

Misal: Ia ditangkap karena melakukan delik berat. (kata delik tidak semua orang tahu), perlu diganti tindak pidana.

Pembaca tidak tahu semua hal. Terutama untuk berita running story

(pemberitaannya sudah berlangsung beeberapa hari). Perlu dijelaskan secara singkat berita sebelumnya.

Ejaan Yang Disempurnakan wajib dibaca

Hati-hati membuat singkatan, buat yang sudah umum diketahui.

Misal: tidak boleh menulis ANDAL untuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, tetapi AMDAL. AIDS (huruf besar semua).

1. Penyimpangan morfologis Sering dijumpai pada judul berita surat kabar

yang memakai kalimat aktif, yaitu pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan.

Misalnya, Polisi Tembak Mati Lima Perampok Nasabah Bank. Israil Tembak Pesawat Mata-mata. Amerika Bom Lagi Kota Bagdad.

2. Kesalahan sintaksis. Kesalahan berupa pemakaian tatabahasa atau

struktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan logika yang kurang bagus. Contoh: Kerajinan Kasongan Banyak Diekspor Hasilnya Ke Amerika Serikat. Seharusnya Judul tersebut diubah Hasil Kerajinan Desa Kasongan Banyak Diekspor Ke Amerika.

3. Kesalahan kosakata. Kesalahan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan

(eufemisme) atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Contoh: Penculikan Mahasiswa Oleh Oknum Kopasus itu

Merupakan Pil Pahit bagi ABRI. Seharusnya kata Pil Pahit diganti kejahatan. Dalam konflik Dayak- Madura, jelas bahwa yang bertikai adalah Dayak dan Madura, tetapi wartawan tidak menunjuk kedua etnis secara eksplisit. Bahkan di era rezim Soeharto banyak sekali kosakata yang diekspose merupakan kosakata yang menekan seperti GPK, subversif, aktor intelektual, ekstrim kiri, ekstrim kanan, golongan frustrasi, golongan anti pembangunan, dll. Bahkan di era kebebasan pers seperti sekarang ini, kecenderungan pemakaian kosakata yang bias makna semakin banyak.

4. Kesalahan ejaan. Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam

surat kabar. Koran Tempo yang terbit 2 April 2001pernah melakukan berbagai kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan kata, seperti: Jumat ditulis Jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal ditulis jadual, sinkron ditulis singkron, dll.

5. Kesalahan pemenggalan. Terkesan setiap ganti garis pada setiap kolom

kelihatan asal penggal saja. Kesalahan ini disebabkan pemenggalan bahasa Indonesia masih menggunakan program komputer berbahasa Inggris. Hal ini sudah bisa diantisipasi dengan program pemenggalan bahasa Indonesia.

Singkat Padat Sederhana Lugas Menarik Lancar Jelas

Artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele.

Artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5 wh, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.

Artinya bahasa pers sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis)

Artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga .

Artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

Artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif. Namun seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman Massa.