1 · Web viewBayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) Jumlah kelahiran hidup pada tahun 2006...
Transcript of 1 · Web viewBayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) Jumlah kelahiran hidup pada tahun 2006...
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan,
kemampuan dan kesadaran hidup sehat bagi setiap penduduk serta tumbuhnya sikap
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini
memungkinkan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam kerangka mengatasi keadaan dan masalah pembangunan kesehatan yang
dihadapi dewasa ini, penyelenggaraan upaya kesehatan harus diarahkan pada peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, kondisi lingkungan baik fisik, biologik maupun sosial budaya,
upaya kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan serta kerja sama lintas sektor dan
pemberdayaan masyarakat. Dengan pengutamaan pada upaya-upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan.
Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dan keluarga
Berencana sepanjang tahun 2006, maka hasil pencapaian melalui beberapa indikator dapat
digambarkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bintan seperti berikut ini :
4.1. Angka Kematian Bayi
Di Kabupaten Bintan selama tahun 2006 tercatat sebanyak 2.958 kelahiran hidup dan
13 kasus lahir mati, ini berarti bahwa ada sebesar 0,43 persen terjadi kasus lahir mati (fetal death) dari kelahiran hidup. Sedangkan jumlah bayi yang mati dengan kematian umur 0 - <28 hari
(neonatus) dan kematian umur 0 - < 1 tahun yaitu sebanyak 10 kasus (3,3 permill), ini berarti
bahwa terjadi kematian bayi umur 0 – 1 tahun sebanyak 3 bayi setiap seribu bayi yang ada, angka
ini lebih baik bila dibandingkan dengan tahun 2005, dimana terjadi kematian bayi umur 0 – 1
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 27
BAB IVPENCAPAIAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
tahun sebanyak 4 - 5 kasus setiap seribu kelahiran hidup. Secara keseluruhan jumlah kelahiran,
bayi lahir mati dan bayi mati di Kabupaten Binatn dapat dilihat pada diagram 4.1 berikut ini :
Bintan Timur
Bintan Utara
Gunung Kijang
Teluk Bintan
Teluk Sebong
Tambelan
113 188237
414
1,036 1,056
10
0
01
1
2
3
2
1
2
5 -
200
400
600
800
1,000
1,200
4.2. Angka Kematian Anak Balita.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 28
Jumlah Kelahiran
Jumlah Bayi lahir mati
Jumlah bayi mati
1.135
876
394
218205130
Tambelan
Teluk Sebong
Gunung Kijang
BIntan Utara
Teluk Bintan
BIntan Timur2
3
3
00
2
2
60
04
1
Grafik 2Jumlah Bayi, Kematian Bayi dan Bayi Lahir Mati
Di Kabupaten Bintan tahun 2006
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Pada tahun 2006 tidak terdapat kematian anak balita (AKB) dari 16.734 anak balita
yang ada, ini merupakan suatu peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang sangat baik di
Kabupaten Bintan karena pada tahun sebelumnya terdapat 1 kasus kematian anak balita, (0,06
permil) atau setiap seribu anak balita terdapat 0.06 atau tidak sampai 1 orang anak balita yang
meninggal.
4.3. Angka Kematian Ibu Maternal.
Kematian ibu maternal adalah kematian ibu selama masa kehamilan, waktu melahirkan
dan masa nifas. Jumlah kematian ibu maternal pada tahun 2006 sebanyak 4 kasus (1,1 permil)
artinya setiap seribu ibu hamil melahirkan dan masa nifas terdapat 1 orang yang meninggal,
kondisi ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2005, dimana terjadi kematian ibu maternal
sebanyak 1 kasus (0,3 permill) dari setiap ibu yang hamil, melahirkan dan masa nifas.
Tabel 2Jumlah Kematian Ibu Maternal Per Kecamatan
Di Kabupaten Bintan Tahun 2006
NO KECAMATAN JUMLAH IBU HAMIL
JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL
KEMATIAN IBU HAMIL
KEMATIAN IBU
BERSALINKEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH
1 Bintan Timur 1.338 0 1 0 1
2 Bintan Utara 961 0 1 0 1
3 Gunung Kijang 518 0 1 0 1
4 Teluk Bintan 254 0 1 0 1
5 Teluk Sebong 298 0 0 0 0
6 Tambelan 153 0 0 0 1
KAB. BINTAN 3.572 0 4 0 4
4.4. Angka Kesakitan Penyakit Tertentu.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 29
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Indikator Angka Kesakitan Penyakit tertentu ini berdasarkan data yang ada
dikelompokkan menjadi penyakit menular dan penyakit tidak menular.
1. Penyakit Menular
a. Malaria
Penyakit malaria masih merupakan penyakit endemis di Kabupaten Bintan sampai
saat ini. Hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Bintan sebagai daerah kepulauan dan
sebagian besar terdirii dari rawa-rawa/perairan ditambah lagi pelaksanaan pembangunan
infrastruktur baik industri, Pertambangan , perkantoran, dan perumah yang sedang giat-
giatnya dikembangkan mengakibatkan banyaknya bekas-bekas galian yang menjadi
tempat penampungan air hujan dan menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk
anopeles yang merupakan vektor penyebaran malaria.
Pada tahun 2006 jumlah kasus malaria yaitu 1.965 kasus malaria positif (16,19
per 1000 penduduk) dan 15.002 kasus malaria klinis (114,25 per 1000 penduduk),
keadaan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2005, dimana kasus malaria postif 8.6 per
1000 penduduk dan malaria klinis 84 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan penyakit
malaria masih menjadi masalah di beberapa kecamatan di Kabupaten Bintan, ini dapat
dibuktikan dengan tolok ukur atau indikator yang ada yakni API dan AMI . Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada tabel 3 dan 4:
Tabel 3ANUAL PARASIT INCIDEN (API) PER PUSKESMAS
DI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2002 - 2006
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 30
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
NO PUSKESMAST A H U N
2002 2003 2004 2005 2006
1 Bintan Timur 8,2 3,5 1,49 10,1 11.6
2 Gn. Kijang 2,2 0,3 0,0 0,4 29.5
3 Teluk Bintan 1,5 1,0 2,01 12,5 26.3
4 Teluk Sebung Masuk Bin-Ut Masuk Bin-Ut 1,14 3,6 2.9
5 Bintan Utara 15,6 6,1 13,61 13,4 21.9
6 Tambelan 0 0 0 0 2.3
Kab. Bintan 5.7 4.8 5.1 9.0 16.5
Tabel 4
ANUAL MALARIA INCIDEN (AMI) PER PUSKESMASDI KABUPATEN BINTAN TAHUN 2002 - 2006
NO PUSKESMAST A H U N
2002 2003 2004 2005 2006
1 Bintan Timur 89,9 107,5 69,19 92,8 110.5
2 Gn. Kijang 35,5 19,3 1,54 3,1 112.6
3 Teluk Bintan 15,8 14,5 3,89 40,5 116.7
4 Teluk Sebung Masuk Bin-Ut Masuk Bin-Ut 15,39 14,9 48.4
5 Bintan Utara 131,2 111,5 96,88 196,0 203.2
6 Tambelan 13,1 51,2 68,03 32,6 28.4
Kab. Bintan 62.3 51.3 60.9 84.4 125.3
Penyebaran kasus penyakit malaria di Kabupaten Bintan tahun 2006 menurut
kecamatan dapat dilihat pada grafik 3 berikut ini :
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 31
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
5,03
1
528
6,39
3
689
1,90
1
498 93
1
210 63
2
31 114
9
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
Bint. Timur Bint. Utara Gn. Kijang Tl. Bintan Tl. Sebong Tambelan
Malaria Klinis Malaria Positif
b. Penyakit TB Paru
Penyakit TB paru tahun 2006 di Kabupaten Bintan menurut data dari Puskesmas
dan seksi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten
Bintan adalah 945 kasus TB Paru Klinis (7,7 per 1000 penduduk) dan 126 kasus dengan
BTA positif (1,03 per 1000 penduduk). Keadaan ini jika dibandingkan tahun lalu terjadi
peningkatan kasus dimana pada tahun 2005 kasus TB Paru klinis 4,9 per 1.000 penduduk)
dan kasus TB Paru positif 0,57 per 1.000 penduduk.
Berdasarkan sasaran pembangunan kesehatan RPJMD 2006-2010 angka
keberhasilan pengobatan TB > 85 persen, angka ini pada tahun 2006 telah tercapai dimana
penderita TB yang diobati oleh tenaga kesehatan dan sembuh 100 persen.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 32
Grafik 3
Jumlah Penderita Penyakit Malaria Berdasarkan Gejala klinis dan Malaria Positif Per Kecamatan di Kabupaten
Bintan tahun 2006
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
c. Penyakit Kusta
Setiap tahun upaya penemuan kusta baru terus dilakukan dengan berbagai kegiatan
diantaranya kegiatan pasif maupun aktif (School survey dan chase survey). Dari kegiatan-
kegiatan tersebut pada tahun 2006 ditemukan 4 kasus (0,32 Per 10.000 penduduk) yang
tersebar di 2 kecamatan yaitu Bintan Timur 2 kasus dan Bintan Utara 2 kasus, ke empat
kasus tersebut telah dilakukan pengobatan. Hal ini menunjukkan penyakit kusta belum
tereleminasi dari Kabupaten Bintan walaupun terjadi penurunan jika dibandingkan dengan
tahun 2005 yaitu (0,34 Per 10.000 penduduk).
d. Penyakit HIV/AIDS
Penyakit PMS HIV/AIDS masih menjadi masalah di Kabupaten Bintan. Pada tahun
2006 telah ditemukan 12 kasus HIV dari hasil Sero Survey terhadap dua lokalisasi resiko
tinggi yakni di Kecmatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Utara pada tahun 2005.
Sampel yang diambil sebanyak 199 dan diperiksa di Laboratorium Kesehatan di Pekan
Baru, dari 12 kasus yang ditemukan semuanya telah mendapat penanganan pengobnatan
ART 100 persen.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006
945
126 108
TBC Klinis
TBC Positif
Sembuh
Gambar 3Jumlah Penderita TBC berdasarkan TBC Klinis, Positif dan
Sembuh di Kabupaten Bintan tahun 2006
33
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
e. Infeksi Saluran Pernafasan Atas ( ISPA)
Menurut hasil SKRT dan Sukesnas bahwa penyakit ISPA dan Sistem Pernafasan
merupakan penyebab utama kematian bayi dimana 80 - 90 % dari seluruh kasus kematian
ISPA disebabkan oleh Pneumonia. Angka kesakitan ISPA Pneumonia di Kabupaten Bintan
tahun 2006 terdapat 167 kasus (137 per 100.000 penduduk) dengan Angka Incident Rate
0,99 % dan Case Fatality Rate 0 %, angka ini meningkat dibandingkan tahun 2005 yaitu 43
kasus ( 36 per 100.000 penduduk ) dengan Angka Incident Rate 0,27 % dan Case Fatality
Rate 0 % .
a.Penyakit Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menyebabkan
Kejadian Luar Biasa (KLB). Pada tahun 2006 di Kabupaten Bintan tidak terjadi KLB diare .
Kasus penyakit diare di Kabupaten Bintan selama tahun 2006 tercatat sebanyak 4.444
kasus (36,6 per 1.000 penduduk). Angka ini meningkat jika dibandingkan tahun 2005 yaitu
4.237 kasus (36 per 1.000 penduduk) dengan kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan
Bintan Utara sebanyak 1.760 kasus ( 14.5 per 1.000 penduduk).
g. Penyakit Demam Berdarah ( DBD) Penyakit Demam Berdarah (DBD) di Kabupaten Bintan masih merupakan
masalah utama, dimana pada tahun 2006 terdapat 59 kasus (Insident Rate 0,48/1000)
dengan kematian 0 orang (CFR 0 %), kasus tertinggi di Bintan Utara 23 kasus dan di
Tambelan tidak terdapat kasus DBD. Jika dibandingkan dengan kondisi dua tahun terakhir,
pada tahun 2004 ditemukan 23 kasus (Insident Rate 0,0/1000) dengan kematian 0 orang
(CFR 0 %), sedangkan tahun 2005 terdapat 60 kasus dengan angka kematian 1 (satu)
yaitu di Kecamatan Gunung Kijang sehingga Incident Rate 0,5 /1000, sementara CFR
0,008 /1000. Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kasus DBD dan kematian
akibat DBD dari tahun 2004 ke tahun 2005 namun pada tahun 2006 terjadi penurunan baik
kasus DBD maupun kematian akibat DBD di Kabupaten Bintan.
Tabel 5
DATA KASUS DEMAM BERDARAH DI KABUPATEN BINTAN
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 34
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
LIMA TAHUN TERAKHIR TAHUN 2002 – 2006
NO KECAMATAN
T A H UN
2002 2003 2004 2005 2006K M K M K M K M K M
1 Bintan Timur 45 0 24 0 14 0 14 0 12 0
2 Gunung Kijang 33 0 13 0 4 0 11 1 16 0
3 Teluk Bintan 0 0 0 0 0 0 6 0 1 0
4 Teluk Sebong 0 0 0 0 0 0 5 0 7 0
5 Bintan Utara 32 0 18 0 5 0 24 0 19 0
6 Tambelan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 110 0 43 0 23 0 60 1 55 0Keterangan : K= Kasus, M = MeninggalSumber : Laporan Tahunan Program Pengamatan dan Pemberantasan Penyakit tahun 2006.
h. Acute Flaccid Paralysis ( AFP)
Pada tahun 2004 dan 2005 di Kabupaten Bintan tidak dijumpai penyakit AFP
demikian juga pada tahun 2006 kasus AFP juga tidak dijumpai walaupun telah gencar
dicari melalui Puskesmas Pembantu, Polindes, Puskesmas maupun klinik swasta.
i. Campak .
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian Luar
Biasa ( KLB). Jumlah kasus penyakit campak pada tahun 2006 sebanyak 24 kasus yang
menyebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Bintan Utara 8 kasus dan Gunung Kijang 4
kasus, jika dibandingkan dengan kejadian tahun 2005 terjadi peningkatan dimana tahun
2005 terdapat 11 kasus yang juga menyebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Bintan
Utara 7 kasus dan kecamatan Teluk Bintan sebanyak 4 kasus.
j. Hepatitis.
Kasus Hepatitis selama tahun 2006 di Kabupaten Bintan berdasarkan data dari
Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan dan Keluarga
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 35
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Berencana Kabupaten Bintan maupun dari Puskesmas tidak ditemukan kasus penyakit
hepatitis.
k. Tifoid.
Kasus Thipoid selama tahun 2005 dan tahun 2006 di Kabupaten Bintan tidak
ditemukan kasus penyakit Thipoid , sedangkan pada tahun 2004 terjadi kasus penyakit
Thipoid sebanyak 34 kasus.
2. Penyakit Tidak menular.
Dari 10 jenis penyakit terbesar berdasarkan jumlah kunjungan pasien di Puskesmas pada
tahun 2006 kunjungan terbanyak adalah penyakit ISPA 4.994 kasus dan kasus paling rendah
karies gigi 503 kasus. Jika dibandingkan dengan kunjungan tahun 2005 penyakit ISPA juga juga
merupakan masalah pertama namun jumlah kunjungannya masih dibawah jumlah kunjungan
tahun 2006 (kunjungan tahun 2005 sebanyak 4.086 kunjungan). (Lihat Grafik 3.)
4,994
2,4111,975
1,419 1,304805 625 575 525 503
-500
1,0001,5002,0002,5003,0003,5004,0004,5005,000
ISPA
Hip
erte
nsi
Mal
aria
Klin
is
Peny
akit
Pulp
a &
Jar.
Peria
pika
l
ISPA
Lai
nnya
Gas
tritis
&D
uode
nitis
Dia
re &
Gas
troen
tritis
Gin
givi
tisPe
riode
ntal
ISP
Bagi
anBa
wah
Aku
t
Karie
s G
igi
Grafik 4
Jumlah 10 Jenis Penyakit Terbesar Berdasarkan Jumlah Kunjungan Di Kabupaten Bintan tahun 2006
4.5. Status Gizi .
Status gizi merupakan kondisi tubuh seseorang sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi atau penampilan fisiologis yang diakibatkan oleh intake gizi dan
penggunaannya oleh organisme, status gizi terutama ditentukan oleh ketersediaan semua zat
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 36
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
dalam jumlah yang cukup dan dalam kombinasi yang tepat. Status gizi juga merupakan suatu
indikator yang digunakan untuk mengukur status gizi masyarakat, antara lain: Bayi dengan Berat
Badan Rendah ( BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Pronis
(KEK), Anemia Gizi besi ( AGB) pada ibu dan pekerja wanita, dan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium ( GAKY).
1. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR)
Jumlah kelahiran hidup pada tahun 2006 yaitu sebanyak 2.958 bayi, dari jumlah tersebut
yang lahir dengan Berat Badan Lahir Ringan (BBLR) sebanyak 24 bayi (0.81%) ini dapat diartikan
setiap seratus kelahiran hidup terdapat satu bayi yang menderita BBLR. Kondisi ini lebih baik jika
dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu sebanyak 3.041 bayi, dari jumlah tersebut yang lahir BBLR
56 bayi (1,84 persen), artinya setiap seratus kelahiran hidup terdapat 1-2 orang yang lahir BBLR.
Namun angka-angka tersebut masih belum melebihi target program KIA yaitu dibawah 5 persen
dan angka ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan angka nasional yaitu berkisar 7,6 % .
2. Status Gizi Balita
Berdasarkan hasil survey status gizi balita yang dilaksanakan pada tahun 2006 dari
16.734 balita yang ada diukur sebanyak 8.201 balita, ditemukan 185 orang (2.25 persen) balita
kekurangan gizi. Dari jumlah tersebut terdapat 19 anak (0.23 persen) menderita gizi buruk dan
166 anak (3.24 persen) anak menderita gizi kurang. Untuk menanggulangi masalah ini telah
dilakukan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 90 hari makan anak. Lebih rinci
persentasi status gizi balita dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6Hasil Pemantauan Satatus Gizi Balita Per Puskesmas
Kabupaten Bintan Tahun 2006
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 37
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
NO PUSKESMAS BALITA DIUKUR
STATUS GIZI (%)
Buruk Kurang Baik Lebih1 Kijang 1.016 0.19 6.00 93.62 0.19
2 Tuapaya 1.416 0.42 4.45 95.13 0.00
3 Teluk Bintan 991 0.40 1.82 97.07 0.71
4 Tg. Uban 3.493 0.06 1.49 98.37 0.08
5 Teluk Sebung 584 0.86 9.25 88.35 1.54
6 Tambelan 701 0.00 2.57 97.43 0.00
Jumlah 8.210 0.23 3.24 96.26 0.27
Sumber : Seksi Kesga dan Gizi
3. Persentase Ibu Hamil Kurang Energi Kronis ( KEK ).
Ibu hamil di Kabupaten Bintan pada tahun 2006 berjumlah 3.572 orang. Dari jumlah
tersebut yang menderita Kurang Energi Kronis ( KEK ) sebanyak 153 orang (4.3 persen), ini
menunjukkan bahwa terdapat 4 orang yang menderita Kurang Energi Kronis ( KEK ) dari seratus
ibu hamil di Kabupaten Bintan tahun 2006. Angka ini lebih baik bila dibandingkan dengan tahun
2005 yaitu 244 orang (7 persen) atau 7 orang yang menderita KEK dari seratus ibu hamil. Namun
angka tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan target program KIA yaitu dibawah 20
persen.
4. Persentase Penderita GAKY.
Berdasarkan data yang ada seperti Laporan Kesakitan ( LB1 ) dan laporan lainnya,
tidak ditemukan adanya Penderita Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Kabupaten
Bintan tahun 2006. Keadaan ini sama dengan keadaan tahun 2005.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 38
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
4.5. Perilaku Masyarakat.
Faktor perilaku merupakan faktor kedua terbesar mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Untuk itu sehubungan dengan upaya mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan
Kabupaten Bintan maka faktor perilaku masyarakat khususnya yang berkaitan dengan kesehatan
termasuk salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya. Adapun pengertian dari Perilaku Sehat adalah sikap proaktif dari masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit dan berperan aktif
dalam gerakan kesehatan. Perilaku Sehat akan sangat berkaitan pada pengetahuan, sikap atau
sudut pandang manusia baik individu maupun kelompok yang dapat menjadi suatu budaya dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku
sehat. Operasionalisasi perilaku sehat dikembangkan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) sebagai upaya pokok promosi kesehatan, dengan strategi Advokasi, Bina Suasana
dan gerakan masyarakat dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten
Bintan.
Adapun hasil yang telah dicapai dalam indikator perilaku ini dapat dilihat melalui beberapa
sub indikator antara lain :
1. Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Peran Serta Masyarakat dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Bintan pada tahun 2006 terdapat 129
Posyandu, dari jumlah tersebut yang sudah termasuk dalam klasifikasi Purnama tercatat 59 ( 45,7
persen ), sedangkan yang mencapai klasifikasi Mandiri sebanyak 12 (9,3 persen), jika
dibandingkan dengan tahun 2005 posandu klasifikasi purnama terjadi peningkatan sebanyak 9
posyandu namun untuk posyandu klasifikasi mandiri terjadi penurunan sebanyak 1 posyandu.
Jumlah posyandu ideal menurut Departemen Kesehatan yaitu 1 posyandu untuk seratus
balita, jadi jika dibandingkan dengan jumlah anak balita yang ada pada tahun 2006, maka di
Kabupaten Bintan masih terdapat kekurangan sebanyak 38 posyandu. (data terinci pada lampiran
tabel 12).
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 39
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
7
16
7
14
11
4
- -
5
7
- -
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Telu
kBi
ntan
Bint
anU
tara
Telu
kSe
bong
Bint
anTi
mur
Gun
ung
Kija
ng
Tam
bela
n
Purnama Mandiri
2. Proporsi Penduduk Yang Menggunakan Sarana Kesehatan (Puskesmas)
Penduduk yang memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas tahun 2006
sebanyak 92.681 kunjungan (0,93 per 100.000 penduduk) artinya pada setiap 100.000 penduduk
terdapat 1 orang yang memanfatakan puskesmas sebagai tempat pemeriksaan kesehatan.
Kunjungan ini terdiri dari 89.845 kunjungan rawat jalan dan 2.836 kunjungan rawat inap.
Bila dibandingkan dengan kunjungan tahun 2005 terjadi peningkatan yang signifikan dimana
kunjungan tahun 2005 sebesar 90.215 kunjungan, dan jika dibandingkan dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) untuk Rawat Jalan sebesar 15 persen, maka jumlah kunjungan
penduduk yang menggunakan sarana kesehatan sudah melebihi Standar Pelayanan Minimal
dimana kunjungan rawat jalan tahun 2006 sebanyak 89.85 kunjungan (96,94 %0). Jumlah
kunjungan rawat inap 2.836 pada tahun 2006 dengan cakupan 3,06 % per penduduk dan angka
ini lebih baik dibandingkan dengan SPM yaitu sebesar 1,5 %.
4.6. Kesehatan Lingkungan .
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 40
Grafik 5Jumlah Posyandu Purnama dan Mandiri
di Kabupaten BintanTahun 2006
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Menurut penelitian bahwa faktor lingkungan merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya terhadap kesehatan. Lingkungan sehat merupakan lingkungan yang dapat
mencegah masyarakat agar terhindar resiko penularan menyakit yang berbasis lingkungan. Sub
indikator yang menjadi penilaian faktor lingkungan yaitu rumah sehat, sekolah dan madrasah
sehat, sarana ibadah sehat, pesantren sehat, TTU sehat dan keluarga yang memiliki sarana
sanitasi / kesehatan lingkungan. Sub indikator lingkungan sehat dengan uraian sebagai berikut:
1. Persentase Rumah Sehat.
Rumah yang sehat akan dapat menciptakan lingkungan yang sehat pula.
Berdasarkan laporan tahun 2006 terdapat sebanyak 24.020 unit rumah, dan dari 2.400 unit
rumah yang diperiksa dapat diklasifikasikan rumah yang sehat sebanyak 1.177 unit (49,0
persen). Keadaan ini berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2005, dimana jumlah
rumah yang diperiksa 11.213 unit rumah, jumlah yang sehat 8.090 unit rumah (72,1 persen).
(Data terinci pada lampiran tabel 9 ).
2. Persentase Tempat Tempat Umum Sehat.
Tempat-tempat umum merupakan tempat terjadinya aktifitas dan interaksi banyak orang
yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, untuk itu perlu mendapatkan perhatian dalam
hal fasilitas kebersihannya.
Jenis TTU yang didata dan termasuk kedalam penilaian antara lain kantor
pemerintah/swasta, hotel/penginapan, toko, pasar, restoran/rumah makan, salon dan lain-lain.
Semua jenis TTU tahun 2006 berjumlah 155 dan diperiksa sebanyak 141 TTU dengan hasil TTU
sehat sebanyak 116 (74,8 persen). (Data terinci pada lampiran tabel 10).
3. Persentase Keluarga Memiliki Sarana Kesehatan Lingkungan
Sarana kesehatan lingkungan/sanitasi yang menjadi persyaratan kesehatan suatu
rumah/keluarga yaitu penyediaan air bersih. Jamban, pembuangan air limbah dan tampat
sampah.
a. Kepemilikan Jamban.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 41
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Jumlah keluarga/KK yang yang ada di Kabupaten Bintan tahun 2006 sebanyak
27.061 KK, yang memiliki sarana jamban keluarga (JAGA) sebanyak 14.650 KK
(54.13 persen) dan yang tidak mempunyai JAGA 12.411 KK (45.87 persen).
b. Saluran Pembuangan Air Limbah.
Jumlah keluarga / KK yang memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tahun
2006 sebanyak 4.658 KK (17.21 persen) dari 27.061 KK yang di Kabupaten Bintan.
c. Persediaan Air Bersih.
Jumlah keluarga/KK yang diperiksa sebanyak 2.502 KK, KK yang mempunyai akses
air bersih ledeng 2.502 KK ( 100 % ), SGL 1.375 KK (54,96 %), ledeng 893 KK
(35,7%), kemasan 127 KK (5,08 %), lain-lain 107 KK (4,3 % ), PAH dan SPT masing-
masing 0 KK ( 0 % ), Tabel terinci tabel. 35.
4.7. Pelayanan Kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang bermutu,adil dan merata merupakan gambaran pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan Visi Indonesia Sehat 2010, untuk mewujudkan hal tersebut di
Kabupaten Bintan telah tersedia sarana pelayanan kesehatan yang tersebar diseluruh kecamatan
sampai ke desa-desa, baik sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun sarana pelayanan
kesehatan swasta.
Upaya yang telah dilaksanakan Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan tahun 2006 dalam
memberikan pelayanan kesehatan terhadap masayarakat dapat diketahui dari uraian sub indikator
berikut ;
a. Rasio Sarana Kesehatan Dasar Terhadap Penduduk.
Sarana kesehatan dasar baik pemerintah maupun swasta yaitu Rumah Sakit,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes, Puskesmas Keliling, Balai Pengobatan
dan Posyandu berjumlah 201, dengan rasio 165 per 100.000 penduduk. Sarana yang
paling banyak adalah Posyandu sebanyak 129 sarana dan yang paling sedikit yaitu
Rumah Sakit sebanyak 1 sarana.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 42
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
b. Rasio Sarana Kesehatan Rujukan Terhadap Penduduk.
Di wilayah Kabupaten Bintan hanya ada 1 unit Rumah Sakit type D, milik PT. Aneka
Tambang dan 6 unit Rumah Bersalin dengan status swasta. Rasio sarana kesehatan
rujukan yaitu 5,9 per 100.000 penduduk,
c. Persentase Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.
Jumlah persalinan di Kabupaten Bintan 2006 yaitu sebanyak 2.958 persalinan. Dari
jumlah tersebut, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 2.842
persalinan (96,08 persen). Angka ini terjadi peningkatan dari cakupan tahun 2005
sebanyak 3.044 persalinan (93.66 persen). Jika dibandingkan dengan target program
KIA yang telah ditentukan yaitu sebesar 85 persen, maka pencapaian jumlah
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan sudah melebihi target, (Tabel. 17).
d. Persentase Bayi Diimunisasi Lengkap
Jumlah bayi yang tercatat pada tahun 2006 yaitu sebanyak 3.247 bayi, dari jumlah
tersebut cakupan bayi yang diimunisasi lengkap yaitu sebanyak 3.169 bayi ( 97,59
persen ), sedangkan cakupan pada tahun 2005 sebesar 94,11 persen.
e. Desa/Kelurahan Universal Child Imuzation (UCI)
Dari 38 Desa/Kelurahan yang tercatat di Seksi Pencegahan Penyakit, 24
deasa/kelurahan (63,2 persen) diantaranya telah mencapai desa/kelurahan UCI.
Cakupan desa/kelurahan Uci tertinggi adalah di Kecamatan Bintan Timur dan
Tambelan masing-masing 100 persen, sedangkan terendah di Kecamatan Gunung
Kijang tidak terdapat desa/kelurahan UCI.
f. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditangani < 24 jam pada tahun 2006 terdapat 2 kasus
yaitu Bintan Utara 1 kasus dan Teluk Sebong 1 kasus, yaitu kasus keracunan
makanan.
g. Pemberian Tablet Tambah Darah dan Imunisasi TT.
Jumlah ibu hamil di Kabupaten Bintan Tahun 2006 3.572 ibu hamil yang
mendapatkan tablet tambah darah (Fe) sebanyak 30 tablet sebesar 91.62 persen dan
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 43
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
yang mendapatkan tablet tambah darah (Fe) sampai 90 tablet sebesar 82.9 persen.
Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT1 sebanyak 2.826 orang (80.1 persen) dan
yang mendapatkan imunisasi TT2 sebanyak 2.477 orang (69,3 persen).
h. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.
Jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif sampai dengan 6 (enam) bulan tahun
2006 sebanyak 2.842 bayi (96.5 persen) dari 2.945 bayi yang ada. Dari 6 (enam)
puskesmas semuanya telah mencapai > 90 persen.
4.8. Persentase Peserta KB Terhadap PUS.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang tercatat berjumlah 18.265 PUS, yang menjadi peserta
KB baru sebanyak 2.758 peserta (59,70 persen), dan yang menjadi peserta KB aktif sebanyak
12.943 peserta (70,86 persen). Bila dilihat dari angka standar PUS yaitu 16,5 persen dari jumlah
penduduk atau 20.014 PUS, maka jumlah PUS pada tahun 2006 ini masih jauh berada dibawah
angka standar. Dan jika dibandingkan dengan tahun 2005, terjadi penurunan persentase jumlah
peserta KB baru dan KB aktif dimana dari 19.088 Pasangan Usia Subur, peserta KB Aktif
sebanyak 12.389 peserta (65,1 persen) dan diantaranya peserta KB baru yaitu sejumlah 2.748
peserta (14 persen). ( Data terinci pada tabel 36 ) .
959
6,025
726
2,962
380
1,916
281849
32862284
569
2,758
12,943
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 5 6 7
KB Baru KB Aktif
Keterangan:
1 = Bintan Timur 4 = Teluk Bintan
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 44
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
2 = Bintan Utara 5 = Telusk Sebong
3 = Gunung Kijang 6 = Tambelan
4.9. Sumber Daya Kesehatan
Upaya Kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila pemenuhan sarana
kesehatan dan pembiayaan dapat memadai dan seimbang dengan kebutuhan. Sumber daya
kesehatan dapat diukur dengan beberapa indikator kecukupan antara lain:
1. Tenaga Kesehatan.
Jumlah tenaga kesehatan PNS dan non PNS yang bekerja di Kecamatan/Puskesmas
tahun 2006 adalah 269 orang. Sementara jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Dinas
Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan terdapat 108 orang.
a. Jumlah Tenaga Dokter/100.000 Penduduk.
Dalam rangka meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan diperlukan
tenaga dokter yang cukup. Gambaran mengenai jumlah tenaga dokter dapat dilihat dari
indikator jumlah dokter per 100.000 penduduk. Jumlah tenaga dokter yang bekerja di
Puskesmas pada tahun 2006 sebanyak 27 orang atau 22,6 per 100.000 penduduk.
b. Rasio Tenaga Dokter Puskesmas /Puskesmas dan Persentase Puskesmas dengan
Dokter. Untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan maka upaya
dititikberatkan pada pelayanan kesehatan dasar sebagai upaya terpadu yang
diselenggarakan melalui Puskesmas. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
kecukupan tenaga dokter di Puskesmas adalah Rasio Dokter Puskesmas per
Puskesmas. Rasio Dokter per Puskesmas di Kabupaten Bintan Tahun 2006 adalah
sebesar 4,14 ini dapat diartikan bahwa di Kabupaten Bintan pada tahun 2006 setiap
Puskesmas memiliki tenaga dokter rata-rata 4 orang.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 45
Grafik 6
Gambaran Peserta KB di Kabupaten Tahun 2006
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
c. Rasio Tenaga Dokter Gigi Puskesmas dan Persentase Puskesmas dengan Dokter
Gigi. Untuk mengetahui kecukupan tenaga dokter gigi di Puskesmas dapat dilihat dari
Rasio Dokter Gigi Puskesmas/ Persentase Puskesmas dengan Dokter Gigi. Rasio
Dokter Gigi per Puskesmas di Kabupaten Bintan tahun 2006 adalah 1,5 atau rata-rata
Puskesmas di Kabupaten Bintan memiliki 1-2 orang dokter gigi. Persentase Puskesmas
dengan dokter gigi di Kabupaten Bintan pada tahun 2006 adalah 157 %.
d. Penempatan Bidan di Desa
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak di daerah pedesaan
ditempatkan bidan di desa. Upaya ini telah dilakukan sejak Pelita V , untuk memenuhi
desa-desa yang jauh dari puskesmas. Pada tahun 2006 Kabupaten Bintan telah
memiliki 70 orang bidan yang penempatannya tersebar di 42 Desa/Kelurahan yang ada
di Kabupaten Bintan.
e. Jumlah Perawat per 100.000 penduduk.
Dalam rangka peningkatan upaya perawatan kesehatan masyarakat, tenaga perawat
kesehatan memegang peranan yang sangat penting, karena pada umumnya tenaga
perawat memberikan pelayanan langsung baik kuratif maupun preventif. Jumlah
perawat per 100.000 penduduk menurut kecamatan dapat memberikan gambaran
tentang penyebaran tentang penyebaran perawat di seluruh Kabupaten. Di Kabupaten
Bintan tahun 2006 jumlah perawat adalah 111 orang atau 91,5 per 100.000 penduduk.
dengan kata lain tiap perawat melayani 1.092 orang penduduk.
2. Sarana KesehatanPembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan
jangkauan pelayanan kesehatan. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut penyediaan sarana
kesehatan merupakan hal yang penting.
a. Puskesmas
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.
Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun terus meningkat yang
bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat dan merata
sampai di daerah terpencil.
Jumlah Puskesmas pada tahun 2006 sebanyak 7 Puskesmas ( 5,77 per 100.000
penduduk ) . Ini berarti bahwa 100.000 penduduk dilayani oleh 5 – 6 puskesmas, dengan
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 46
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
kata lain diperkirakan satu puskesmas melayani kurang lebih 17.329 penduduk. Semakin
tinggi ratio puskesmas terhadap penduduk, semakin besar peluang masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan. Dari angka tersebut, di Kabupaten Bintan ratio
puskesmas terhadap penduduk masih dibawah target RPJMD tahun 2005 – 2010 yaitu 1
: 15.000 penduduk.
b. Puskesmas Pembantu
Pada tahun 2006, Kabupaten Bintan terdapat 31 Puskesmas Pembantu atau 25,55 per
100.000 penduduk. Ini dapat diartikan bahwa dalam setiap 100.000 penduduk dilayani 25
– 26 Puskesmas Pembantu atau setiap satu Puskesmas Pembantu dapat melayani 3.913
penduduk. Angka ini masih dibawah target RPJM 2005 – 2010 Kabupaten Bintan yaitu 1 :
1.500 penduduk.
c. Puskesmas Keliling
Pada tahun 2006 jumlah puskesmas keliling di Kabupaten Bintan adalah 13 ( Roda 4 )
dan 3 unit Puskel laut.
e. Polindes
Pada tahun 2006 jumlah Polindes di Kabupaten Bintan adalah 35 orang dan setiap
polindes telah ditempat 1 orang bidan.
f. Posyandu.
Dalam upaya pelayanan kesehatan bagi Balita, di Kabupaten Bintan pada tahun 2006
terdapat 129 Posyandu sedangkan jumlah Balita yang ada sebanyak 16.734 orang , ini
berarti setiap posyandu melayani 129 Balita
3. Pembiayaan Kesehatan
Dalam empat tahun terakhir terutama sejak otonomi daerah komitmen pemerintah untuk
pembiayaan kesehatan cukup menggembirakan dan memberi harapan. Hal ini didukung dengan
kesepakatan Bupati Seluruh Indonesia pada tahun 2001, yaitu sebesar 15 – 20 % dari APBD.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 47
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Namun komitmen politik ini belum sepenuhnya dapat direalisasikan sebagaimana yang
diharapkan. Anggaran /pembiayaan sektor kesehatan di Kabupaten Bintan sejak tahun 2002
sampai dengan tahun 2006 relatif masih rendah dan mengalami fluktuasi yang sangat signifikan.
Sebagai gambaran pada empat tahun terakhir anggaran kesehatan Kabupaten Bintan yaitu dana
yang disediakan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan yang dialokasikan melalui APBD
Kabupaten dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 7ANGGARAN KESEHATAN PEMERINTAH
KABUPATEN BINTAN TAHUN 2002 – 2005
Tahun Sumber Dana Pagu Dana Persentase dari Total Pagu Dana
Ket
2002 1. APBD KAB.
2. APBD PROV.
3. APBN
4. PHLN
Total pagu dana
Rp. 17.546.024.000,-
Rp. 5.135.000,-
Rp. 593.558.000,-
Rp. 762.424.000,-
Rp. 18.907.141.000,-
92,80 %
0,027 %
3,14 %
4,03 %
2003 1. APBD KAB.
2. APBD PROV.
3. APBN
4. PHLN
Total pagu dana
Rp. 16.908.630.000,-
Rp. 0,-
Rp. 285.953.000,-
Rp. 621.914.400,-
Rp. 17.816.497.400
94,91 %
0 %
1,60 %
3,49 %
2004 1. APBD KAB.
2. APBD PROV.
3. APBN
4. PHLN
Total pagu dana
Rp. 16.308.942.000,-
Rp. 0,-
Rp. 285.953.000,-
Rp. 113.996.000,-
Rp. 16.624.146.000,-
98,10 %
0 %
1,21 %
0,69 %
2005 1. APBD KAB.
2. APBD PROV.
3. APBN
4. PHLN
Total pagu dana
Rp. 11.166.096.385,-
Rp 0,-
Rp. 0,-
Rp. . 0,-
Rp. 11.166.096.385,-
100 %
0 %
0 %
0 %
2006 1. APBD KAB.
2. APBD PROV.
3. APBN
4. PHLN
Total pagu dana
Rp. 19.183.370.442,-
Rp 0,-
Rp. 0,-
Rp. . 0,-
Rp. 19.183.370.442,-
100 %
0 %
0 %
0 %
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 48
Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Bintan
Berdasarkan pagu dana anggaran kesehatan pemerintah yang tertera pada tabel tersebut
diatas, maka dapat dihitung alokasi anggaran kesehatan pemerintah per-kapita pertahun di
Kabupaten Bintan, dengan rumus jumlah alokasi anggaran kesehatan pemerintah dalam 1 tahun dibagi jumlah penduduk pada tahun yang sama, sebagai berikut:
Tahun 2002 = Rp. 18.907.141.000,- = Rp. 106.683,-
177.226 jiwa
Tahun 2003 = Rp. 17.816.497.400,- = Rp. 93.907,-
189.723 jiwa
Tahun 2004 = Rp. 16.624.146.400,- = Rp. 143.714,-
115.675 jiwa
Tahun 2005 = Rp. 11.166.096.385,- = Rp. 94.768,-
117.825 jiwa
Tahun 2006 = Rp. 19.183.370.442,- = Rp. 158.144,-
121.303 jiwa
Apabila dilihat dari rata-rata alokasi anggaran kesehatan pemerintah perkapita pertahun
seperti hasil perhitungan diatas, maka anggaran Kesehatan pemerintah perkapita per tahun di
Kabupaten Bintan masih relatif kecil.
Profil Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2006 49