1. Pengantar Dan Konsep Dasar

35
AUDITING DAN ATESTASI OVERVIEW AUDITING : PENGANTAR DAN KONSEP DASAR Oleh: Kelompok 1 : Anthony Holly A32112033 Ruswi Gosal Go A32112035 Kelas: A PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN

Transcript of 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

Page 1: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

AUDITING DAN ATESTASI

OVERVIEW AUDITING :

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR

Oleh:

Kelompok 1 :

Anthony Holly A32112033

Ruswi Gosal Go A32112035

Kelas: A

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

PENGANTAR

1. OVERVIEW TENTANG FUNGSI ATESTASI, ASSURANCE dan AUDIT

Jasa atestasi merupakan jasa yang mengeluarkan komunikasi tertulis yang menyatakan

suatu kesimpulan tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain. Jasa

Atestasi terdiri atas:

a. Audit, meliputi audit laporan keuangan yaitu upaya memperoleh dan mengevaluasi bukti

yang mendasari laporan keuangan historis yang memuat asersi yang dibuat manajemen

entitas.

b. Pemeriksaan, meliputi pemeriksaan laporan keuangan prospektif (bukan historis), asersi

manajemen tentang efektivitas struktur pengendalian intern entitas, dan kepatuhan entitas

terhadap perundangan dan peraturan tertentu.

c. Review, meliputi permintaan keterangan dari manajemen entitas serta analisis komparatif

atas informasi keuangan.

d. Prosedur, yaitu adanya kesepakatan bahwa prosedur-prosedur tertentu hanya akan

dilaksanakan pada elemen dan akun tertentu dalam laopran keuangan sebagai lawan dari

laporan keuangan secara keseluruhan.

Jasa Assurance merupakan jasa profesional independen yang mampu meningkatkan mutu

informasi untuk kepentingan para pengambil keputusan. Jasa assurance meningkatkan mutu

informasi melalui konsep-konsep kegunaan keputusan dengan cara meningkatkan keandalan

meliputi penyajian yang jujur,netralitas, dan konsistensi antar periode juga relevansinya yang

meliputi dapat dipahami, dapat diperbandingkan dengan entitas lain, dapat digunakan dan

kelengkapan.

Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti

secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi dengan menetapkan

derajat kesesuaian antara asersi dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta

menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Jenis audit terbagi atas 3 jenis yaitu

audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.

1

Page 3: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

2. PROSES AUDIT

Tujuan umum dari suatu audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat

apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material

sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum. Adapun gambaran umum proses audit

meliputi:

a. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri

b. Mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan

c. Membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi para pengguna laporan keuangan.

d. Membuat keputusan tentang komponen resiko audit

e. Memperoleh bukti melalui prosedur audit termasuk prosedur untuk memahami

pengendalian intern, melaksanakan pengujian pengendalian, dan melaksanakan pengujian

substantif.

f. Menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk mendukung suatu pendapat audit,

komunikasi kepada klien lain serta jasa bernilai tambah.

g. Mengkomunikasikan temuan-temuan baik kepada para pengguna laporan keuangan

melalui pendapat audit serta komite audit.

Seorang auditor harus mengembangkan pemahaman tentang bisnis dan industri agar dapat

memahami substansi ekonomi suatu transaksi entitas dan bagaimana prinsip akuntansi yang

berlakuk umum diterapkan dalam industri tersebut serta untuk mengembangkan harapan tentang

laporan keuangan entitas. Agar dapat mengelola audit tersebut dengan baik maka auditor harus

membagi audit menjadi audit-audit atas saldo akun utama dan golongan transaksi dan kemudian

audit atas asersi laporan keuangan untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi. Kemudian

auditor membuat keputusan perencanaan yang penting tentang apa yang menjadi material bagi

laporan keuangan dan tentang risiko salah saji material dalam laporan keuangan.

Keputusan-keputusan ini akan membimbing kinerja prosedur audit untuk mengumpulkan

bukti tentang asersi laporan keuangan, dan secara keseluruhan, kewajaran penyajian laporan

keuangan. Ketika auditor mengumpulkan bukti tentang kewajaran penyajian laporan keuangan,

ia juga menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari proses audit untuk menentukan apakah

terdapat jasa bernilai tambah lain yang yang mungkin bermanfaat bagi manajemen dan direksi.

Akhirnya audit tersebut akan berakhir pada komunikasi temuan-temuan audit, pernyataan

2

Page 4: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

pendapat atas laporan keuangan, komunikasi dengan komite audit, serta komunikasi lain dengan

dewan direksi dan manajemen berkaitan dengan jasa bernilai tambah.

3. STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP)

SPAP yang berlaku di Indonesia selama ini mengacu pada standar auditing dari Amerika

dan membagi standar auditing menjadi 3 bagian yaitu Standar umum, standar pekerjaan

lapangan, dan standar pelaporan. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap

mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus

disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan

audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan

pendapat atas laporan keungan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan

penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan

dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode

sebelumnya.

3

Page 5: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali

dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak

dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka

alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan

keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat

pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul

oleh auditor.

Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan dan saling

bergantung satu dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan dipenuhi

atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga untuk standar yang lain. “Materialitas” dan

“risiko audit” melandasi penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaan

lapangan dan standar pelaporan.

Pernyataan standar teknis dalam SPAP terdiri atas 5 standart yaitu:

a. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan interpretasi pernyataan

standar auditing (IPSA).

PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan

publik dalam melaksanakan penugasan audit dimana kepatuhan terhadap PSA yang

diterbitkan oleh IAPI bersifat wajib bagi seluruh anggotanya. IPSA memberi jawaban atas

pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga

merupakan perluasan lebih lanjut dari ketentuan PSA.

b. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan interpretasi pernyataan

Standart Atestasi (IPSAT). Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi yaitu

pemeriksaan, review, dan prosedur yang disepakati.

c. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan

Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).

Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non atestasi bagi

jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Sifat pekerjaan non

atestasi ini tidak menyatakan pendapat.

4

Page 6: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

d. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Intepretasi Pernyataan

Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).

PSJK meruipakan panduan bagi akuntan publik yang menyediakan jasa konsultasi bagi

kliennya. Dalam jasa konsultasi, akuntan publik menyajikan temuan, kesimopulan, dan

rekomendasi dimana sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukan oleh perjanjian

antara akuntan publik dengan kliennya.

e. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (SPSM) yang dilengkapi dengan Intepretasi

Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).

Memberikan panduan bagi KAP di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang

dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh

DSAP-IAPI dan aturan kompartemen akuntan publik uang diterbitkan oleh IAPI.

4. INTERNASIONAL STANDAR D ON AUDITING

Internasional Federation of Accountants (IFAC) membentuk badan yang bernama

Internasional Auditing and Assurance Standart Board (IAASB) dimana IAASB menerbitkan

standar dan membaginya ke dalam 3 kategori yaitu:

a. Standar audit dan review informasi keuangan historis yang terdiri atas Internasional

Standard on Auditing (ISAs) yang dilengkapi dengan pedoman intepretasi Internasional

Auditing Practice Statement (IAPSs) serta Internasional Standard on Review Engagement

(ISREs) yang dilengkapi dengan pedoman intepretasi Internasional review Engagement

Practice Statement (IREPSs).

b. Standar untuk penugasan assurance selain audit atau review laporan keuangan historis

yaitu Internasional Standard Assurance Engagements (ISAEs) yang dilengkapi dengan

pedoman intepretasi Internasional assurance Engagement Practice Statements (IAEPS).

c. Standar untuk jasa lainnya yaitu Internasional Standard on Related Service Practice

Statements (IRSPSs).

Disamping mengeluarkan standar untuk pekerjaan auditor, IAASB juga mengeluarkan

standar untuk memberikan mutu pelayanan yang baik yang dinamakan Internasional Standard

on Quality Controls (ISQCSs)

5

Page 7: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

KONSEP DASAR:

1. ASERSI MANAJEMEN

Asersi Management adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen

laporan keuangan. Dimana dalam laporan keuangan historis pernyataan dalam laporan keuangan

tersebut dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia untuk

digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga).

Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat

apakah laporan keuangan klien telah menyatakan secara wajar, dalam semua hal yang material,

sesuai dengan GAAP. Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang eksplisit dan

implicit. Asersi merupakan pedoman auditor dalam pengumpulan bukti. Terdapat 5 kategori

asersi laporan keuangan :

a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence)

Asersi ini berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas memang benar-

benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat benar-benar telah

terjadi selama peiode tersebut. Perhatian auditor tentang kategori asersi ini terutama

berkaitan dengan lebih saji (overstatement) komponen laporan keuangan sebagai

akibat dicantumkannya item-item yang sebenarnya tidak ada atau pengaruh dari

transaksi yang tidak pernah terjadi.

b. Kelengkapan (completeness)

Asersi ini berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus disajikan

dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan. Secara khusus asersi

kelengkapan ini penting dalam menentukan apakah suatu entitas dapat diaudit

(auditable) atau tidak.

c. Hak dan Kewajiban (rights and obligations)

Asersi mengenai hak dan kewajiban (rights and obligation) berkaitan dengan apakah

aktiva telah menjadi hak entitas dan hutang memang telah menjadi kewajiban entitas

pada suatu tanggal tertentu. Asersi ini pada umumya berkaitan dengan hak

kepemilikan dan kewajiban hukum.

d. Penilaian atau alokasi (valuation or allocation)

6

Page 8: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

Asersi mengenai penilaian atau alokasi (valuation orallocation) berkaitan dengan

apakah komponen active, kewajiban, pendapatan, dan beban telah dicantumkan dalam

laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya yang berarti sesuai dengan :

1) GAAP

Menentukan apakah jumlah yang ditetapkan telah sesuai dengan GAAP

menunjukkan pengukuran yang benar atas aktiva, kewajiban, pendapatan dan

beban, yang mencakup hal-hal:

• Penerapan prinsip penilaian yang benar seperti harga perolehan, nilai bersih

yang dapat direalisasikan, harga pasar, dan nilai sekarang

• Penerapan prinsip penandingan yang benar

• Kelayakan estimasi akuntansi manajemen

• Konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi

2) Kecermatan Klerikal dan Perhitungan

Kecermatan ini berkaitan dengan masalah-masalah kecermatan dalam pengisian

data rinci pada dokumen sumber, dalam catatan ayat jurnal, dalam posting ke

buku besar, serta dalam menjaga kesesuaian antara akun pengendali (control

account) dan buku besar pembantu (subsidiary ledgers)

e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure) berkaitan

dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan,

dan diungkapkan sebagaimana mestinya.

2. RISIKO AUDIT

Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA

Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko

yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana

mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti

auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk

menanggungnya.

7

Page 9: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

Tujuan laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh

keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari salahsaji yang material.

Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas darisalah saji material, maka

terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuanganmengandung salah saji yang tidak

terdeteksi oleh auditor. Apabila auditor menganggap keyakinan yang memadai pada tingkat

kepastian 99% bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, maka risiko

audit adalah 1%. Tantangan akhir darisuatu audit adalah bahwa suatu audit adalah auditor tidak

dapat memeriksa semua buktiyang berkaitan dengan setiap asersi untuk setiap saldo akun dan

golongan transaksi.

Komponen risiko audit

Seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan risiko audit untuk setiapsaldo

akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga setiap asersi yang relevan dengansaldo akun dan

golongan transaksi yang material. Factor risiko yang relevan dengan suatu asersi biasanya

berbeda dengan factor risiko yang relevan dengan asersi lainnya untuk saldo akun atau golongan

transaksi yang sama.

1. Risiko Bawaan ( Inherent Risk   )

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap kemungkinan salah saji

yang material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian internal yang terkait. Risiko

bawaan selalu ada dan tidak oernah mencapai angka nol. Risiko bawaan tidak dapat

dirubah oleh penerapan prosedur audit yang paling baik sekalipun. Risiko bawaan

bervariasi untuk setiap asersi. Sebagai contoh, asersi keberadaan dan keterjadian kas

mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Hal inji disebabkan

uang tunai merupakan suatu asset yang sangat rawan terhadap manipulasi, dan semua

orang berminat terhadap uang. Sedangkan aktiva tetap lebih jelas keberadaannya. Risiko

bawaan juga dibedakan atas risiko bawaan setiap akun dan risiko bawaan keseluruhan

untuk banyak akun. Berikut merupakan beberapa factor yang menentukan risiko bawaan

pada banyak akun:

a. Profitabilitas perusahaan secara relative dibandingkan dengan perusahaan pada

umumnya. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, semakin kecil risiko

bawaannya.

8

Page 10: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

b. Jenis usaha dan sensitivitas operasi. Perusahaan yagn bergerak pada bidang keuangan

lebih besar risiko bawaannya daripada perusahaan ekspedisi karena bidang keuangan

sangat sensitive terhadap perubahan kurs mata uang, dan perubahan tingkat suku

bunga. Oleh karena itu, semakin sensitive operasi perusahaan, semakin tinggi risiko

bawaannya. Bidang usaha yang sangat dipengaruhi perkembangan teknologi, dan

kompetiwsi usahanya ketat, mengakibatkan risiko bawaan yang tinggi.

c. Masalah kelangsungan usaha. Perusahaan yang sedang mengalami masalah

kebangkrutan mempunyai risiko bawaan yang tinggi.

d. Sifat, penyebab, dan jumlah salah saji yang dideteksi dalam audit tahun sebelumnya.

Risiko bawaan perusahaan akan dinilai lebih tinggi apabila banyak salah saji yang

terdeteksi melalui audit tahun sebelumnya.

e. Integritas, erputasi, dan pengetahuan akuntansi dari manajemen. Semakin baik

integritas, reputasi, dan pengetahuan tentang akuntansi yang dimiliki manajemen

klien, semakin kecil risiko bawannya.

Berikut ini merupakan factor yang menentukan risiko bawaan suatu akun tertentu:

a. Auditabilitas akun atau transaksi. Semakin tinggi tingkat aktivitas akun, semakin

rendah risiko bawaan pada akun tersebut.

b. Kerumitan masalah akuntansi terkait. Masalah akuntansi terkait meliputi masalah

pengekuan dan kerumitan penilaian akun. Masalah akuntansi yang rumit akan

meningkatkan risiko audit.

c. Sifat, penyebab, dan jumlah salah saji yang dideteksi dalam audit tahun sebelumnya.

Risiko bawaan perusahaan akan dinilai lebih tinggi apabila banyak salah saji yang

terdeteksi melalui audit tahun sebelumnya.

2. Risiko Pengandalian (Control Risk)

Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji yang materialdalam suatu

asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepatwaktu oleh struktur

pengendalian intern entitas. Manajemen seringkali mengakuiadanya risiko salah saji yang

melekat pada sistem Akuntansi, sehinggamenajemen berusaha merancang struktur

pengendalian intern untuk mencegah,mendeteksi, dan mengoreksi salah saji tersebut

secara tepat waktu. Contohnyaadalah ketika risiko salah saji yang material untuk suatu

9

Page 11: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

asersi dapat dikurangiapabila auditor memiliki bukti bahwa pengendalian intern atas

asersi tersebuttelah secara efektif dirancang dan diterapkan dalam operasi.

Risiko pengendalian tidak pernah mencapai keyakinan penuh bahwa semua salah

saji material akan dapat dideteksi ataupun dicegah. Risiko pengendalian merupakan

fungsi dari efektivitas struktur pengendalian inter. Semakin efektif struktur pengendalian

intern perusahaan klien, semakin kecil risiko pengendaliannya. Penetapan risiko

pengendalian didasarkan atas kecukupan bukti audit yang menyatakan bahwa struktur

pengendalian inter klien adalah efektif.

Ada dua macam risiko pengendalian, yaitu:

a. Actual level of control risk

b. Assessed level of control risk yang ditentukan dengan melakukan modifikasi prosedur

untuk menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern terkait dengan asersi,

dan prosedur untuk melaksanakan test of control.

Pada saat perencanaan audit, auditor menentukan besarnya risiko pengendalian yang

direncanakan untuk setiap asersi yang signifikan. Planned assessed level of control risk

ini ditentukan berdasar asumsi tentang efektivitas rancangan dan operasi struktur

pengendalian intern yang relevan.

3 . Risiko Deteksi (Detection Risk)  

Risiko deteksi adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat

mendeteksisalah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Setelah auditor membuat

keputusan tentang risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secarakeseluruhan,

maka ia dapat menggunakan model risiko audit untuk membuatkeputusan tentang bukti

audit yang diperlukan guna membatasi risiko sampaitingkat serendah mungkin. Saat ini,

banyak prosedur audit yang melibatkan penggunaan teknik audit dengan bantuan

computer sehingga auditor dapatmenggunakan teknologi untk membuat audit lebih

efisien

Risiko deteksi tergantung atas penerapan auditor terhadap risiko audit, risiko

bawaan dan risiko pengendalian. Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko

deteksi. Sebaliknya semakin besar risiko bawaan ataupu risiko pengendalian, semakin

kecil risiko deteksi. Pada tahap perencanaan audit, Planned assessed level of detection

10

Page 12: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

risk untuk setiap asersi signifikan ditentukan dengan cara menerapkan model risiko audit.

Actual level of detection risk dapat diubah auditor dengan cara memodifikasi sifdat,

penentuan waktu dan luas test substantive yang dilakukan atas suatu asersi. Dalam

penentuan risiko deteksi, auditor mempertimbangkan kemungkinan dia melakukan

kesalahan seperti kesalahan penerapan prosedur auditing atasu salah melakukan

interpretasi terhadap bukti –bukti audit yang telah dihimpun.

Ada perbedaan yang mendasar antara risiko bawaan dan risiko pengendalian

dengan risiko deteksi. Kedua risiko terdahulu ada terlepas dai dilakukan atau tidaknya

audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur

audit dan padat diubah oleh keputusan auditor sendiri.selanjutnya, risiko deteksi terbagi

atas dua jenis risiko, yaitu risiko review analitis, dan risiko tes substantive.

a. Risiko review analitis

Risiko review analitis adalah risiko yang timbul karena prosedur-prosedur review

analitis tidak dapat mendeteksi kesalahan yang material.

b. Risiko tes substantive.

Risiko tes substantive adalah risiko kesalahan material tidak dapat dideteksi melalui

penggunaan prosedur tes substantive.

Selain risiko-risiko diatas, risiko dalam audit dapat pula dibagi atas risiko sampling, dan

risiko non sampling.jenis ini terjadi kaena auditor bekerja atas dasar pengujian suatu sampel

bukti. Risiko sampling merupakan risiko bahwa kesimpulan yang diambil oleh auditor dari hasil

pengujian terhadap karakteristik tertentu dari sampel atas item tertentu berbeda dengan

kesimpulan yang dibuat dari seluruh populasi yang diuji. Sedangkan risiko non sampling

merupakan bagian dari risiko audit yang tidak hanya berkaitan dengan data, tetapi lebih banyak

dihasilkan dari factor lain seperti kesalahan manusia, kesalahan penerapan prosedur dan salah

menginterpretasikan hasil suatu sampel.

Mengevaluasi Hasil

Model risiko audit untuk mengevaluasi hasil audit sesuai SAS 47 :

        AR = IR x CR x DR

AR = Risiko audit yang dicapai (Audit Risk )

11

Page 13: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

Yaitu satu ukuran risiko yang diambil audit bahwa satu akun dalam L/K secara material

salah saji setelah auditor mengumpulkan bahan bukti audit.

IR = Risiko bawaan ( Inherent Risk )

Yaitu faktor risiko bawaan yang telah direvisi selama audit.

CR = Risiko pengendalian ( Control Risk )

Yaitu risiko pengendalian yang telah direvisi.

DR = Risiko penemuan yang dicapai (Detection Risk )

Yaitu satu ukuran dari risiko bahwa bahan bukti audit untuk satu segmen tidak

mendeteksi salah saji melebihi jumlah yang dapat ditoleransi, jika salah saji tersebut

ada.

Auditor dapat mengurangi penemuan yang dicapai hanya dengan mengumpulkan bahan

bukti.

Contoh : Jika risiko audit yang dapat dicapai (AcDR) 4%, berarti ada 4% risiko bahwa saldo

akun persediaan mengandung salah saji lebih dari salah saji yang dapat ditoleransi.

Keadaan yang diinginkan jika AcAR <= AAR

3. MATERIALITAS

            Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai :

“Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan

memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang

mengandalkan pada informasi  tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau

salah saji tersebut.”

            Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan-keadaan yang

berhubung dengan satuan usaha (perusahaan klien), dan informasi yang diperlukan oleh mereka

yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit. Karena tanggung jawab

menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara material, auditor harus, berdasarkan

temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan

tindakan koreksi.

            Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau

keseluruha, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip

12

Page 14: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak

penting. Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan materialitas.

Langkah-Langkah Dalam Menerapkan Materialitas

Merencanakan luas pengujian

Langkah 1 : Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

Langkah 2 : Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas segmen-

segmen

Mengevaluasi hasil-hasil

Langkah 3 : Mengestimasi total salah saji dalam segmen

Langkah 4 : Memperkirakan salah saji gabungan

Langkah 5 : Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau

yang direvisi  tetentang materialitas

Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut

mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan

sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal

yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Salah saji dapat

terjadi sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan.

Istilah kekeliruan berarti salah saji atau penghilangan yang tidak disengaja jumlah atau

pengungkapan dalam laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:

a. Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan

laporan keuangan.

b. Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir

fakta.

c. Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi,

cara penyajian, atau pengungkapan.

Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan

(guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan

auditan adalah akurat.

13

Page 15: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

Pentingnya Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan

            Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien

atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat karena

auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang

diaudit dan tidak dapat menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas,

digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh karena itu,

dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai berikut:

1. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam

laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan

dikompilasi.

2. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit

kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan

keuangan auditan.

3. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan

informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai

keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena

kekeliruan dan ketidakberesan.

            Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh auditor

yaitu: konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep risiko

audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas

laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.

Menetapkan Pertimbangan Awal Materialitas

            SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan

dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang

mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Keputusan tersebut disebut sebagai

pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. Karena, meskipun merupakan pendapat

professional , hal itu mungkin saja berubah selama penugasan. Pertimbangan ini harus

didokumentasikan dalam file audit.

            Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum yang membuat

auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para

14

Page 16: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

pemakai yang bijaksana. Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

untuk membantu merencanakan pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang

pertimbangan pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan. Selama

pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas.

Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang

materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu,

1. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimabang absolut.

Salah saji material bagi suatu perusahaan belum tentu material juga bagi perusahaan lain.

2. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas

Karena materialitas bersifat relative, diperlukan dasar untuk menentukan apakah salah

saji itu material. Laba bersih sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama untuk

menentukan berapa jumlah material bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena

jumlah ini dianggap sebagai item informasi yang penting bagi para pemakai.

3. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas, contoh :

Jumlah karena ketidakberesan lebih penting daripada kekeliruan yang tidak disengaja

karena ketidakberesan mencerminkan kejujuran dan keandalan dari pihak manajemen

atau pihak yang terlibat.

Kekeliruan yang kecil dianggap material jika berhubungan dengan kewajiban

kontrak.

Kekeliruan yang tidak material dapat menjadi material kalau mempengaruhi

kecenderungan laba.

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat

berikut ini :

a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan

keuangan sebagai keseluruhan.

b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai

kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

            Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang

materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :

15

Page 17: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

1. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama auditor

menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, kedua pada saat mengevaluasi bukti-

bukti audit dalam pelaksanaan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu

membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan yang terbalik antara jumlah

dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan

audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan. Jadi auditor harus

mempertimbangkan dengan baik penaksiran materialitas pada tahap perencanaan audit.

Jika auditor menentukan jumlah materialitas terlalu rendah, auditor akan mengkonsumsi

waktu dan usaha yang sebenarnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika auditor menentukan

jumlah rupiah materialitas terlalu tinggi auditor akan mengabaikan salah saji yang

signifikan sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk laporan

keuangan yang sebenarnya berisi salahsaji material.

Laporan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan

atau kecurangan yang dampaknya, secara indifidual atau secara gabungan. Dalam

perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu tingkat

materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut. Kenyataannya setiap

laporan keuangan dapat memiliki lebih dari satu materialitas.

2. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin

terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep

materialitas pada tingkat saldo akun tidakboleh dicampur adukan dengan saldo akun

material. Karena saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat,

sedangkan konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat

mempengaruhi keputusan pemakai informasi keungangan. Saldo suatu akun yang tercatat

umumnya mencerminkan batas atas lebih saji dalam akun tersebut.

Dalam mempertimbangakan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus

mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan

keuangan. Pertimbangan ini mengarahkan auditor untuk merencanakan audit guna

mendeteksi salah saji yang kemungkinan tidak material secara individual namun, jika

16

Page 18: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

digabungkan dengan salah saji dalam saldo akun yang lain, dapat material terhadap

laporan keuangan secara keseluruhan.

3. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun

Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan di

klasifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh

dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara individual.

Pengalokasian ini dapat dilakukan baik untuk akun neraca maupun akun laba-rugi.

Namun, karena hampir semua salah saji laporan laba rugi mempengeruhi neraca dan

karena akun neraca lebih sedikit banyak auditor melakuan alokasi atas dasar akun neraca.

Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan

terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk

memverifikasi akun tersebut.

Alokasi Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas Ke Segmen-Segmen

Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen perlu dilakukan

karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara

keseluruhan. Berguna untuk membantu auditor dalam memutuskan jumlah bahan bukti yang

cukup untuk dikumpulkan dalam segmen tersebut, sehingga akan meminimalisasi biaya audit.

Sebagian besar alokasi materialitas pada pos-pos neraca karena neraca memiliki lebih sedikit

komponen. Kesulitan materialitas pada akun neraca :

Anggapan bahwa akun tertentu lebih banyak kekeliruan daripada yang lain.

Perlunya mempertimbangkan apakah kekeliruan tsb. lebih saji atau kurang saji.

Biaya audit relatif dari prosedur audit yang mempengaruhi alokasi untuk tiap akun sulit

diramalkan.

Estimasi Salah Saji Dengan Pertimbangan Awal

Ketika melaksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas

kerja untuk mencatat semua salah saji yang ditemukan. Salah saji yang ditemukan dalam suatu

akun dapat dibedakan menjadi 2 jenis,

17

Page 19: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

1. Salah Saji yang Diketahui adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan

oleh auditor.

2. Salah Saji yang Mungkin.

4. DETEKSI KECURANGAN

Dua jenis salah saji yang berkaitan dengan kecurangan yaitu

1. Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) terdiri dari tindakan-

tindakan seperti:

Memanipulasi, pemalsuan atau pengubahan catatan akuntansi atau dokmen

pendukung yangmenjadi sumber penyusunan laporan keuangan

Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwa-peristiwa,

transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada dalam laporan

keuangan

Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang berkaitan dengan

jumlah,klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.

2. Penyalahgunaan asset (misappropriation of assets) meliputi penggelapan atau pencurian aset

entitasdimana penggelapan tersebut dapat menyebabkan laporan keuangan tidak disajikan

sesuai prinsip-prinsip yang berlaku umum. Penyalahgunaan tersebut dapat dilakukan dengan

cara

Menggelapkan penerimaan

Mencuri asset

Menyebabkan entitas membayar barang dan jasa yang tidak diterima

Penyalahgunaan aset dapat disertai juga dengan pemalsuan atau pengabaian catatan atau

dokumen

Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan

Tangung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang

tidakdisengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan

keyakinan yangmemadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang

disebabkan olehkesalahan ataupun kecurangan. Secara spesifikasi SAS no. 82 memberikan

pedoman bagaimana auditor menanggapi hasil penilaian risiko dengan cara memikirkan urutan

18

Page 20: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

langkah-langkah audit, dan caramengevaluasi hasil uji audit yang dikaitkan dengan risiko salah

saji akibat kecurangan.

Aspek penting dalam pelaksanaan audit dengan kemahiran profesional yang cermat dan

seksama adalahsikap keraguan profesional auditor. Auditor harus mengevaluasi semua bukti dan

konsisi yang diamatiselama audit. Apabila auditor mengamati indikator yang dikaitkan dengan

risiko kecurangan yang lebihtinggi, auditor harus meyakinkan bahwa pendekatan auditor yang

digunakan telah memiliki derajatkeraguan profesional yang tepat.

Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan

Auditor juga bertanggung jawab untuk mengomunikasikan temuan kecurangan kepada

manajemen dan mungkin juga kepada pihak lainya. Tanggung jawab kunci auditor dalam

mengkomunikasikan temuan kecurangan adalah sebagai berikut:

apabila menemukan bahwa terdapat bukti adanya kecurangan maka hal itu harus menjadi

perhatian menajemen yang pada umumnya satu tingkat lebih tinggi dimana kecurangan

terjadi

setiap kecurangan yang melibatkan manejemen senior, dan kecurangan yang terjadi

padatingkat manapun yang menyebabkan salah saji yang material pada laporan keuangan,

harusdilaporkan langsung oleh auditor ke komte audit atau dewan direksi

secara etis dan legal, pada umumnya auditor tidak dapat mengungkapkan kecurangan

yangterjadi di luar entitas, namun auditor dapat diminta mengungkapkan dalam hal

- sebagai tanggpan atas dakwaan pengadilan

- dikirimkan kepada SEC, apabila auditor mengundurkan diri atau diberhentikan dari

perikatan,atau bila auditor telah melaporkan adanya tindakan melawan hukum kepada

komite auditatau dewan direksi dan komite maupun dewan tidak mengambil langkah

tindak lanjut yangtepat

- kepada auditor pengganti yang mengajukan pertanyaan sesuai dengan standar

professional

- kepada badan pembiayaan atau badan lainnya sesuai dengan persyaratan audit bagi

entitasyang menerima bantuan keuangan dari pemerintah

-

19

Page 21: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

5. TINDAKAN MELAWAN HUKUM YANG DI LAKUKAN OLEH KLIEN

Tindakan melawan hokum disini adalah suatu tindakan yang melanggar hokum atau

peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Unsur tindakan melanggar hukum oleh klien

adalah unsur tindakan pelanggaran yang dapat dihubungkan dengan entitas yang laporan

keuangannya diaudit, atau tindakan manajemen atau karyawan yang bertindak atas nama entitas (

SA 317 psl 2). Pengertian unsur tindakan pelanggaran hukum oleh klien tidak termasuk

pelanggaran perorangan yang dilakukan oleh manajemen dan karyawan entitas yang tidak

berkaitan dengan kegiatan bisnis entitas. Tindakan melanggar hokum (ilegal act) meliputi

pembayaran suap, mengambil bagian dari kegiatanpolitik yang melanggar hukum, pelanggaran

ketentuan pemerintah dan hukum tertentu lainnya

Tanggung jawab untuk mendeteksi dan melaporkan tindakan hukum yang dilakukan

klien

Dua karakteristik tindakan melanggar hukum yang mempengaruhi tanggung jawab

auditor untuk mendeteksi adalah:

penentuan apakah suatu tindakan dikatakan menggar hukum atau tidak, bergantung pada

pertimbangan hukum yang pada umumnya di luar kompetensi profesional auditor

tindakan melanggar hukum dalam kaitan dengan laporan keuangan sangat beragam

jenisnya.Beberapa ketentuan dan peraturan, seperti hukum pajak penghasilan, memiliki

akibat langsungdan material terhadap laporan keuangan. Namun beberapa ketentuan yang

berkenaan dengankesahatan dan keselamatan kerja perlindungan lingkungan hanya

memiliki pengaruh tidaklangsung pada laporan keuangan.

Ketentuan dalam AU 317.05 Ilegal Acts By Clients, menunjukkan bahwa tanggung

jawab auditor atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar hukum yang memiliki

pengaruh langsung dan material lpada penentuan jumlah laporan keuangan adalah sama dengan

tanggung jawab auditor atas kesalahandan kecurangan. Auditor mengembangkan perencanaan

audit berdasarkan indikator risko. Indikator berikut ini dapat menunjukkan adanya peningkatan

risiko tindakan melanggar hukum, yaitu (1) transaksidi luar kewenangan , (2) investigasi yang

dilakukan oleh pejabat kantor pemerintah, dan (3) kegagalan mengarsipkan formulir-formulir

perpajakan. Apabila auditor mencurigai adanya tindakan melanggarhukum, ia harus

membahasnya dengan manajemen pada tingkat yang tepat serta mengadakankonsultasi dengen

20

Page 22: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

penasehat hukum klien. Apabila dipandang perlu, auditor harus menerapkan juga sejumlah

prosedur tambahan untuk memperoleh pemahaman atas tindakan tersebut dan

pengaruhnyaterhadap laporan keuangan.

Tanggung jawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum

Tanggung jawab utama auditor adalah menyatakan pendapat atas kewajaran penyajian

suatu laporan keuangan. Apabila suatu tindakan melanggar hukum berpengaruh material

terhadap laporan keuangan,auditor harus mendesak manajemen untuk melakukan revisi atas

laporan keuangan tersebut. Apabilab revisi atas laporan keuangan tersebut ternyata kurang tepat,

auditor bertanggung jawab untuk menginformasikan kepada para pengguna laporan keuangan

melalui pendapat wajar dengan pengecualian , atau pendapat tidak wajar bahwa laporan tersebut

tidak di sajikan sesuai dengan GAAP.

Tanggung jawab auditor untuk mengkomunikasikan kepada pihak luar tentang tindakan

melanggar hukum yang dikaitkan dengan klien, sama halnya dengan tanggung jawab auditor

terhadap kecuranganyang material. Selain itu Private Securities Ligitation Reform Act 1995

mengharuskan adanya suatu persyaratan kondisi tertentu yang dihadapi auditor independen atas

perusahaan yang dimiliki publiksesuai dengan Securities Exchange Act tahun 1934. Undang-

undang mengatur lebih jauh bahwa tidaksatu auditor pun wajib mengambil langkah pribadi atas

setiap temuan, kesimpulan atau pernyataanyang diberikan dalam laporan kepada SEC.

21

Page 23: 1. Pengantar Dan Konsep Dasar

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin, A Randal J Elder & Mark, S Beasley. 2006. Auditing and Assurance Service, An

Integrated Approach, International Edition, ninth edition. Upper Saddle River, New

Jersey. Pearson Education,

Boynton,W.C., Johnson.R.N., Kell, W.G. (2003). Modern Auditing jilid 1 (edisi 7). (alih bahasa:

Paul A.Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setiyo Budi). Jakarta : Penerbit Erlangga

Mulyadi. (2002). Auditing buku 1 (Ed. 6). Jakarta: Salemba Empat.

SPAP Institut Akuntan Publik Indonesia.2011. Standar Profesi akuntan Publik per 31 maret

2011. Jakarta: PT. Salemba Empat.

22