1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa...
Transcript of 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa...
1
1. PENDAHULUAN
Di Indonesia, pekerjaan sebagai calo
seringkali dipandang sebagai pekerjaan yang
illegal dan negatif. Calo bekerja sebagai
pemberi jasa alternatif atau jalan pintas bagi
seseorang secara tidak resmi. Dalam
prosesnya seorang calo akan berusaha
mencari keuntungan dengan menggandakan
harga asli suatu produk atau jasa,
memberikan penawaran dengan harga yang
besar dan tentunya berbeda dari harga
sebenarnya. Pekerjaan ini juga menjadi
pekerjaan yang dipandang rendah bagi
sebagian kalangan karena penghasilannya
yang tidak jelas dan praktiknya yang
cenderung mengelabui atau menipu
targetnya. Cara kerja para calo ini tentunya
berbeda-beda tergantung jenis (type) dan
ranah (field).
Ada beberapa jenis calo di
Indonesia, misalnya saja “Calo SIM” yang
memberikan jasa pengurusan surat ijin
mengemudi dengan harga tertentu yang
dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melalui
tes maupun prosedur yang telah ditetapkan.
Terdapat pula “Calo Tiket”, calo jenis ini
biasa melipatgandakan harga tiket dengan
cara mereka membeli sebanyak mungkin
tiket untuk dijual kembali, calo jenis ini
seringkali ditemui pada tempat publik yang
memiliki proses ticketing1 sebagai syarat
akses seperti konser musik, gedung bioskop,
pagelaran seni dan event sejenisnya. Selain
itu calo jenis ini juga dapat ditemui di
stasiun, bandara, maupun terminal, karena
ketiga tempat tersebut juga identik dengan
proses ticketing. Jenis calo yang lain adalah
“Calo Terminal”, dimana mereka beroperasi
di terminal dan memanfaatkan segala
macam fasilitas terminal untuk mereka
jadikan sebagai lahan beroperasi, perlu
diingat bahwa lahan operasi mereka tidak
hanya berjualan dan melipatgandakan harga
tiket, namun mereka juga menjadi perantara
1 Proses Ticketing merupakan proses scanning
dan pengecekan tanda bukti akses atau masuk. Tanda bukti tersebut biasa disebut dengan tiket dan prosesnya disebut ticketing.
2
pengusaha sekitar terminal untuk
memperoleh komisi atau uang tambahan.
Citra calo terminal sendiri seringkali
diidentikan dengan seorang calo yang
mencari target dengan cara memaksa,
mereka tak jarang akan membuntuti dan
mengganggu kenyamanan targetnya agar
sang target mau memakai jasanya. Diantara
beberapa jenis calo tersebut, calo terminal
menjadi sosok calo yang paling sering
ditakuti karena keberadaannya yang
cenderung di tempat terbuka dan bahkan
secara terang-terangan menunjukkan
identitasnya sebagai calo. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya juga, bahwa praktik
kerja calo terminal seringkali merugikan
pengguna layanan terminal. Mereka mencari
target dengan cara paksaan atau membuntuti
para penumpang hingga si penumpang mau
menggunakan jasanya dan menganggap
terminal sebagai wilayah yang dapat ia
kuasai namun menjadi wilayah asing bagi
para targetnya, sehingga para calo banyak
diasumsikan cenderung menganggap setiap
targetnya akan mudah untuk dikelabui.
Dari studi Jaringan sosial akan
diketahui banyak hal terkait jaringan dalam
suatu komunitas, khususnya informal. Ada
banyak varian yang membentuk jaringan,
seperti adanya rasa saling tahu, saling
menginformasikan, saling mengingatkan,
dan saling membantu dalam melaksanakan
ataupun mengatasi sesuatu. Selanjutnya
jaringan itu sendiri dapat terbentuk dari
hubungan antar personal, antar individu
dengan institusi, serta antar kelompok
dengan institusi atau media disekitarnya
yang menjadi bagian sekaligus pengikat
dalam jaringan. Hal ini tidak akan terwujud
tanpa dilandasi norma dan rasa saling
percaya (Thohir, 2012). Jaringan sosial juga
bisa terbentuk dalam masyarakat karena
munculnya asumsi bahwa manusia tidak
dapat berhubungan dengan semua manusia
yang ada hubungan selalu terbatas pada
sejumlah orang tertentu. Setiap orang belajar
3
dari pengalamannya untuk masing-masing
memilih dan mengembangkan hubungan-
hubungan sosial yang terbatas jumlahnya
dibandingkan dengan jumlah rangkaian
hubungan sosial yang tersedia, disesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada
individu yang bersangkutan sehingga dalam
usaha peningkatan taraf hidup juga tidak
menggunakan semua hubungan sosial yang
dimilikinya, permasalahannya, jaringan
sosial itu adalah pengelompokan sehingga
keanggotaannya seringkali tidak disadari
oleh pelaku.
Anggota jaringan sosial yang satu
dengan anggota lainnya belum tentu saling
mengenal. Menurut Ruddy Agusyanto
(2007), Tak seorang pun menyadari
sepenuhnya atau tahu persis–dengan siapa
dia berhubungan secara tidak langsung
dengan orang atau sekelompok orang.
Seperti yang terjadi terjadi pada calo di
Terminal Purabaya, mereka secara tidak
sadar berkelompok tanpa ada struktur formal
dan secara keseluruhan mereka juga belum
tentu saling mengenal. Dalam jaringan calo
tersebut, mereka mungkin akan dapat saling
bertukar informasi, saling mengingatkan,
dan saling membantu dalam melaksanakan
dan mengatasi sesuatu. Sehingga dari situ
kemudian muncul pembagian tugas dan
peran secara informal.
Berdasarkan beberapa uraian diatas,
kemudian muncul ketertarikan untuk melihat
bagaimana sebenarnya pembentukan
jaringan sosial calo di Terminal Purabaya.
Mengapa mereka begitu kuat dan masih
tetap eksis bahkan terus bertambah
jumlahnya sekalipun telah disusun banyak
program pemberantasan calo oleh dinas
perhubungan dan pengelola Terminal
Purabaya sejak lebih dari lima tahun yang
lalu.
Konsekuensi yang muncul jika
masalah calo ini terus dibiarkan adalah,
kelompok calo yang semakin marak akan
merasa semakin bebas dan melanggar tata
4
aturan sehingga mereka akan menggangu
kepentingan dari para pemanfaat layanan
terminal dan mereka akan terus
mementingkan bagaimana agar jasa mereka
tetap menghasilkan keuntungan meskipun
cara mereka salah dan merusak kenyamanan
para pengguna layanan terminal.
Konsekuensi lain juga dapat dilihat dari sisi
calo di terminal purabaya sendiri yang
semakin banyak dan tersebar di beberapa
distrik, mereka akan terus bertambah
jumlahnya terlebih jika kegiatan menjadi
calo dinilai menguntungkan dan ditakuti
serta sulit untuk diberantas, isu seperti ini
akan memunculkan dampak persuasif bagi
masyarakat lain untuk menjadi bagian dari
calo tersebut serta melakukan regenerasi dan
adaptasi terkait hal-hal apa saja yang
dilakukan oleh calo-calo sebelumnya
sehingga mereka mendapatkan keuntungan
tanpa harus bekerja di sektor formal.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dan dikaji dengan menggunakan
analisis konsep dan teori jaringan sosial.
Hasil kajiannya merupakan sebuah deskripsi
dan analisis mengenai bentuk-bentuk dan
fungsi-fungsi jaringan sosial yang terjadi di
antara para calo di Terminal Purabaya
Bungurasih. Tipe penelitian yang
dipergunakan adalah deskripsi analitis
(analytical description). Deskriptif analitis
adalah data yang diperoleh dalam proses
kerja lapangan dan studi pustaka kemudian
dianalisa dengan menggunakan konsep-
konsep yang diuraikan sebelumnya di dalam
penelitian ini. Dua proses besar yang
dilakukan sehubungan dengan tipe
penelitian semacam ini adalah proses
deskripsi dan proses analisa. Data-data
primer maupun skunder yang diperoleh dari
kegiatan lapangan dan studi pustaka
dideskripsikan secara naratif pada bagian-
bagian awal peneltian. Deskripsi ini
5
dilakukan untuk memberikan gambaran
mengenai wilayah yakni Terminal Purabaya,
termasuk didalamnya pengalaman-
pengalaman para informan yang berkaitan
dengan operasionalisasi jaringan sosial. Dari
deskripsi tersebut kemudian dianalisa untuk
mendapatkan generalisasi dan abstraksi dari
kenyataan sehari-hari yang terjadi di
wilayah tersebut.
3. PEMBAHASAN
3.1 Implikasi Konsep Jaringan Sosial
Hubungan-hubungan sosial di
mana setiap individu dilekatkan dapat
dilihat sebagai sebuah jaringan.
Jaringan sosial dapat dilihat sebagai
sejumlah kecil titik-titik yang
dihubungkan oleh garis-garis. Titik-titik
ini dapat berupa orang, peranan, posisi,
status, kelompok, tetangga, organisasi,
masyarakat, nasion atau negara dan
sebagainya. Garisnya ini dapat
merupakan perwujudan dari hubungan
sosial antarindividu, pertemuan,
kekerabatan, pertukaran, hubungan
superordinat-subordinat, hubungan
antarorganisasi, persekutuan militer,
dan sebagainya (Suparlan, 1982: 37).
Ada 2 konsep jaringan sosial
yang harus dipahami dalam jaringan
sosial yaitu:
1. Jaringan sosial sebagai
konsep Metaporik : yakni
jaringan sebagai suatu rangkaian
antar hubungan dalam suatu
sistem sosial.
2. Jaringan sosial sebagai
konsep Analitis : yakni jaringan
tidak hanya dilihat sebagai
jaringan yang khusus saja tetapi
karakteristik dari hubungan –
hubungan yang ada sehingga
dapat mengintepretasikan
tingkah laku sosial dari orang –
orang yang terlibat didalamnya
6
Dalam menganalisis jaringan sosial calo
di Purabaya, dijelaskan melalui dua konsep
diatas, konsep metaporik akan digunakan
sebagai pijakan untuk menemukan
rangkaian jaringan yang ada pada komunitas
calo di Terminal Purabaya sedangkan untuk
memperjelas pemetaan dan analisis, konsep
yang digunakan adalah jaringan sosial
sebagai konsep Analitis, hal ini karena
konsep Analitis memiliki analisa yang lebih
menyeluruh. Selain melihat karakteristik
jaringan, juga akan dilihat bagaimana
hubungan-hubungan yang ada pada konteks
mikro, yakni aktor-aktor dalam setiap
komunitas calo tersebut, maupun konteks
makro yakni hubungan internal dan
eksternal komunitas tersebut. Sedangkan
jaringan sosial sebagai konsep metaporik
hanya fokus pada rangkaian antara
hubungan dalam sistem sosial saja.
Dalam penjelasan rangkaian
metaporik terkait dengan komunitas
calo di Terminal Purabaya, dijelaskan
bahwa ada rangkaian hubungan antara
setiap komunitas yang ada, dimana
berdasarkan analisis dibagi kedalam
tiga kelompok yakni kelompok calo J,
kelompok calo BM, dan kelompok calo
B. Kelompok calo J memiliki sifat yang
dominan, ia lebih keras dan ditakuti.
Sehingga kelompok ini diistilahkan
sebagai calo kapak merah, sedangkan
kelompok calo BM lebih diistilahkan
pada calo berpengalaman sedangkan
calo B diistilahkan sebagai kelompok
calo rapi. Dimana masing-masing dari
mereka sejatinya berhubungan jika
melihat dari ranah profesi dan karakter
kelompok.
Kelompok J atau kelompok
kapak merah berhubungan dengan calo
lain menggunakan power atau
kekuasaan yang dimilikinya. Dengan
data yang didapatkan dari informan
penelitian ini, dapat diinterpretasikan
bahwa kelompok ini cenderung
7
menguasai calo yang lain, sehingga
eksistensi yang ia dapatkan lebih
terlihat daripada calo yang lain.
Kelompok ini juga menguasai salah
satu titik paling ramai di terminal, yakni
titik penurunan bus, sehingga terlihat
jelas bahwa mereka memiliki
kekuasaan dalam hal ini.
Hubungan kelompok J dengan
kelompok lain akan cenderung lemah,
karena hubungan mereka menjadi
hubungan dominasi dan akan berpotensi
menjadi hubungan ordinat-subordinat.
Kelompok ini walaupun memiliki
kekuasaan dan dominasi namun mereka
juga membutuhkan keberadaan
kelompok lainnya untuk bertahan,
karena berdasarkan analisis kekuatan
ikatan eksternal, para calo di Purabaya
seringkali menggunakan cara-cara
pertahan dengan cara berlaku kooperatif
dan membangun relasi yang baik
kepada petugas, hal ini akan membuat
kelompok J juga terkena imbas atas
gambaran perilaku baik para calo,
sekalipun itu mayoritas bukan berasal
dari kelompok mereka.
Sementara kelompok calo BM,
lebih dikenal sebagai kelompok yang
profesional dan berpengalaman,
kelompok ini juga membangun
hubungan baik dengan calo B, terlihat
dari karakteristik yang hampir serupa
diantara keduanya. Para informan pun
selalu memberikan gambaran baik pada
dua kelompok ini. Sehingga keduanya
akan sangat berbeda dengan kelompok
J. Kelompok B juga dikenal lebih rapi
dan akan melepas calon penumpang
apabila mereka tidak mau
menggunakan jasa mereka. Mereka
juga dikenal sebagai kelompok yang
kooperatif, sehingga memperkuat ikatan
mereka dengan media eksternal lain, hal
ini juga akan mempengaruhi eksistensi
calo itu sendiri.
8
Rangkaian hubungan ini
kemudian terbentuk dimana setiap
elemen yang berpengaruh kedalam
komunitas tersebut akan berada dalam
satu rangkain. Dimana akan diuraikan
secara sistematis dibawah ini :
1. Aktor : komponen rangkaian
yang pertama adalah aktor. Para aktor
yang merujuk pada para calo di
terminal Purabaya itu sendiri
merupakan salah satu bagian terkecil
namun juga merupakan bagian
terpenting dalam jaringan sosial
komunitas calo tersebut, ia merupakan
bagian paling inti sebagai pusat
penggerak kegiatan dan pengatur alur
jaringan. Apabila para aktor dari
kelompok J berkonflik dengan para
aktor dari kelompok B, maka posisi
mereka dalam jaringan akan sangat
mungkin berubah, sehingga komponen
aktor merupakan komponen yang
paling penting dalam jaringan.
2.Kelompok : Para aktor yang saling
berhubungan tadi akhirnya membentuk
suatu kelompok calo, dimana
berdasarkan analisis dalam kategorisasi
hubungan sosial, kelompok calo di
Purabaya terbentuk berdasarkan asas
kekerabatan, kedekatan dan juga
pengalaman. Kekerabatan disini
merujuk pada asal daerah mereka
ataupun hubungan persaudaraan,
sementara kedekatan dapat merujuk
pada ikatan persaudaraan namun juga
pertemanan, artinya orang yang
sebenarnya bukan kerabat dan bukan
berasal dari daerah yang sama, apabila
mereka memang sudah dekat, mereka
dapat dibilang berhubungan
berdasarkan kedekatan. Maka dari
itulah pada akhirnya penting untuk
mengetahui bagaimana suatu kelompok
dapat terbentuk. Kelompok, merupakan
salah satu bagian penting dalam
rangkaian jaringa, mereka merupakan
9
bagian yang dapat menjelaskan
gambaran hubungan antar jaringan.
Dalam rangkaian jaringan, kelompok
sebenarnya bukan merupakan bagian
yang harus ada, namun
3.2 Bentuk Hubungan Komunitas Calo di
Terminal Purabaya
Setiap komunitas tentunya
memiliki bentuk hubungan, dimana
komunitas terbangun karena adanya
tujuan tertentu dan keberadaan tujuan
itu akan menentukan arah bentuk
hubungan mereka, apakah mereka
bersaing untuk meraih tujuan atau
bahkan kerjasama untuk meraihnya,
mungkin bahkan mereka melakukan
keduanya untuk dapat mencapai tujuan
tersebut. Mengetahui bentuk hubungan
merupakan hal penting sebagai dasar
identifikasi motif dan identifikasi
pembentukan komunitas. Soekanto
(2000) mengatakan bahwa terdapat
beberapa bentuk hubungan setiap
komunitas yaitu
1. Kerjasama (co-operation)
2. Persaingan (competition)
3. Pertentangan (conflict)
4. Akomodasi (accommodation)
Dalam komunitas calo di
Terminal, bentuk hubungan yang ada,
apabila berada dalam satu kelompok
maka sifatnya adalah kerjasama,
walaupun tidak menutup kemungkinan
mereka bersaing, namun persaingan ini
tidak berpotensi kuat menimbulkan
pertentangan karena solidaritas
kelompok tersebut. Namun hubungan
antar komunitas, apabila dilihat dari
hubungan kelompok calo J dengan B
dan BM dapat diinterpretasikan bahwa
hubungan mereka cenderung kepada
hubungan non-kerjasama atau
persaingan, persaingan ini juga
berpotensi menimbulkan konflik atau
pertentangan pada akhirnya apabila
10
persaingan menguat dan menyinggung
satu sama lain. Sedangkan hubungan
antara B dan BM merupakan hubungan
persaingan namun persaingan ini
memiliki potensi kerjasama, mengingat
kinerja mereka yang baik dan saling
keterbukaan antar kelompok.
3.3 Tipe Aktor dalam Komunitas Calo di
Terminal Purabaya
Dalam jaringan komunitas calo
di Terminal Purabaya, tipe aktornya
cenderung pada tipe Polimorfik dan
Homofili. Dikatakan polimorfik karena
dalam setiap kelompok calo yang ada
memiliki pemimpin atau pemuka opini,
dimana mereka diharuskan dapat
menangani sejumlah isu. Jika dilihat
dari sini saja, apabila mereka tidak
dapat menangani berbagai macam isu,
maka jelas eksistensi kelompok tersebut
sudah tidak akan terlihat sampai saat
ini, namun pada kenyataannya,
kelompok mereka masih tetap eksis
sampai saat ini juga. Hal yang ditangani
oleh pemimpin atau pemuka opini
tersebut dapat dilihat melalui tanggung
jawabnya terhadap anak buah mereka,
kemudian adanya inisiatif kelompok
untuk membantu warga dalam
kerjabakti. Selain itu apabila ada calo
yang terikat masalah dengan aparat,
maka pemimpin juga akan membantu
sebagai penanggung jawab. Sedangkan
dikatakan homofili karena
kecenderungan mereka untuk
memperoleh informasi adalah
berinteraksi dengan karakter yang sama
yakni sesama calo, meskipun mereka
juga berinteraksi dengan karakter yang
berbeda seperti pemilik usaha dan
warga, namun kecenderungan yang
mendominasi adalah lebih kepada
memperoleh informasi dari rekan
sesama calo, karena setiap harinya
mereka lebih sering bertemu dan
11
berinteraksi dengan orang-orang
tersebut.
3.4 Komunitas Calo di Terminal
Purabaya Ditinjau dari Teori
Jaringan
Dalam komunitas calo di Terminal
Purabaya, orientasi yang ada pada
mereka apabila dilihat secara komunitas
maka orientasi mereka cenderung
kepada Orientasi normatif, hal ini
karena terdapat ketergantungan diantara
mereka, terlihat dari hubungan sosial
mereka yang saling membantu dan
bekerjasama. Hubungan mereka yang
saling membantu dan bekerjasama
tersebut ada karena mereka berada
didalam lingkaran atau lingkup yang
memiliki norma dan aturan. Norma
tersebut berasal dari internal dan
eksternal komunitas mereka, norma
internal merupakan norma yang
memang sudah ada sejak lama dan
melekat pada mereka, misalnya, cara
pembagian pendapatan, ada salah satu
sistem pembagian pendapatan yang
melalui cara mencari penumpang secara
rombongan, pembagian akan
diserahkan pada calo pemimpin, apabila
ia tidak ada maka pembagian akan
diserahkan pada calo yang lebih senior,
interdependensi ini juga terjadi terkait
dengan keinginan mereka untuk tetap
bertahan dan memperoleh pendapatan.
Oleh sebab itu terdapat sistem
pembagian pendapatan, karena tidak
semua aktor dalam setiap komunitas
akan mendapatkan penumpang atau
pengguna jasa setiap harinya, sehingga
mereka sesekali akan menggantungkan
diri kepada temannya, hal ini juga
disebabkan karena ketatnya persaingan
dan sempitnya ranah, artinya karena
blok-blok dan plot lokasi yang
dilakukan oleh komunitas tersebut,
akhirnya ranah komunitas yang lain
12
menjadi lebih sempit, sehingga
komunitas itu mau tidak mau harus
bekerjasama agar mendapatkan
penghasilan. Adanya hal-hal seperti
itulah yang pada akhirnya
memunculkan ketergantungan antar
sesama aktor. Sedangkan norma
eksternal, merupakan norma yang ada
diluar komunitas mereka, hal ini
mengingat mereka para komunitas calo
bekerja secara informal didalam field
(ranah) yang sebenarnya bukan milik
mereka, sehingga mereka berada pada
lingkup dan tata aturan tertentu. Aturan-
aturan eksternal tersebut membuat
mereka bekerjasama dan saling
bergantung untuk mencari solusi dan
proteksi agar mereka dapat tetap
mempertahankan kegiatan ekonomi
mereka. Beberapa hal yang mereka
lakukan seperti bekerjasama dengan
agen travel, melakukan kerja bakti
dengan warga serta berlaku kooperatif
kepada petugas terminal. Dalam
mengambil keputusan itu, tentunya
terdapat kerjasama dan pemikiran
bersama agar mereka dapat
memperlihatkan eksistensi mereka
namun dengan cara yang lebih baik.
3.5 Pembentukan Jaringan Sosial
Berdasarkan Kerangka Analisis
Jaringan Sosial
Dalam permasalahan komunitas calo
di Terminal Purabaya, jenis jaringan
yang paling dasar adalah jaringan sosial
sentiment atau emosional, hal ini dapat
dilihat sebelum mereka masuk kedalam
jaringan tersebut atau sebelum mereka
menjadi aktor dalam jaringan, para calo
itu masuk melalui hubungan
kekerabatan dan pertemanan. Dari situ
dapat dilihat bahwa jaringan sosial calo
di Terminal Purabaya, memiliki
kecenderungan Sentiment atau
emosional. Namun ketika jaringan
13
sosial tersebut berada dalam konteks
kegiatan ekonomi mereka, jaringan
tersebut kemudian menjadi jaringan
jenis Interest atau kepentingan, dimana
hubungan yang terbangun diantara
mereka merupakan hubungan yang
berlandaskan kepentingan, hal ini dapat
dilihat melalui kegiatan ekonomi
mereka yang seragam dan mereka dapat
berada dalam satu jaringan tersebut
karena mereka berada pada satu
kepentingan yang sama yakni
pekerjaan.
Dalam jaringan sosial
komunitas calo di Terminal Purabaya,
apabila dilihat antara hubungan internal
komunitas maka bentuk jaringan sosial
yang menghubungkan adalah jaringan
sosial Horizontal. Dikatakan horizontal
dalam tatanan internal kelompok karena
para anggota-anggota atau aktor dalam
kelompok calo tersebut memiliki status
sosial ekonomi yang relatif sepadan,
sumber daya yang mereka pertukarkan
juga relatif sama, dimana pada akhirnya
hubungan sosial yang mereka wujudkan
adalah hubungan yang bersifat kerja
sama dan tolong menolong. Sedangkan
dalam tatanan hubungan antar
kelompok, tidak semua kelompok
berhubungan secara horizontal, karena
ada salah satu kelompok yang
cenderung lebih dominan sehingga
hubungan mereka cenderung vertikal.
Secara vertikal, dalam jaringan,
dilihat bagaimana hubungan antara calo
pada garis yang berbeda, didominasi
oleh dua basis yakni pertemanan dan
hubungan kerjasama. dalam jaringan-
jaringan sosial yang bersifat vertikal,
individu-individu yang terlibat di
dalamnya tidak memiliki status sosial
atau status ekonomi yang sepadan
(Haryono, 1999: 30-31). Hubungan
vertikal terkait status sosial yang
berbeda ditunjukkan dengan adanya
14
dominasi antara kelompok. Sedangkan
pada hubungan status ekonomi dapat
dilihat melalui hubungan antara
kelompok calo dengan pemilik usaha,
warga maupun petugas keamanan.
Pada dasarnya hubungan para
calo merupakan hubungan yang multi-
strand. Hal ini dapat ditunjukkan
dengan jaringan sosial total. Jaringan
total merupakan multi-stranded
networking dimana keseluruhan
jaringan yang dimiliki individu dan
mencakup berbagai konteks atau bidang
kehidupan dalam masyarakat. Jaringan
ini berbeda dengan jaringan bagian,
dimana jaringan bagian lebih
memfokuskan pada jaringan yang
dimiliki oleh individu terbatas pada
bidang kehidupan tertentu, misalnya
jaringan politik, jaringan keagamaan,
jaringan kekerabatan, jaringan
pertemanan, dan sebagainya, yang
kemudian dapat membentuk jaringan
sosial total. Dikatakan Multi-Strand
karena seperti yang telah dijelaskan
dalam konsep jaringan bahwa dalam
suatu jaringan terdapat ikatan bukan
hanya internal kelompok melainkan
juga eksternal kelompok. Dalam
permasalahan calo di Terminal
Purabaya, kategori jaringan kerja yang
mereka bangun merupakan jaringan
total yang disatukan melalui jaringan-
jaringan bagian, dikatakan mampu
membentuk jaringan total, karena
dalam jaringan ini hubungan yang
menghubungkan memiliki lebih dari
satu konteks jaringan, yakni hubungan
kekerabatan, pertemanan, hubungan
etnis, kerjasama dan kepentingan.
Konteks atau jaringan tersebut
merupakan bagian-bagian dari jaringan
yang sejatinya saling berhubungan dan
membentuk jaringan total. Setiap unsur
jaringan tersebut memiliki pengaruh
terhadap internal kelompok calo
15
maupun secara eksternal, sehingga
bagian tersebut menyatu dan
membentuk jaringan kerja total.
Secara terpisah, fungsi jaringan
para calo di terminal Purabaya ini dapat
digolongkan menjadi 3 bagian yakni:
1. Fungsi Informatif : dalam
fungsi ini, suatu jaringan berfungsi
sebagai media informasi yang
mengandung peluang dan pelumas
untuk melancarkan kegiatan dalam
jaringan, hal ini dapat berupa kerjasama
maupun pertukaran informasi. Para calo
di Terminal Purabaya juga melakukan
kerjasama seiring kegiatan mereka, hal
ini dapat dilihat dalam kegiatan mencari
penumpang misalnya, mereka para calo
menerapkan sistem nutul dimana sistem
ini bersifat bekerjasama untuk
memperoleh satu penumpang dan
hasilnya akan dibagi.
2. Fungsi Katalisator : Fungsi
katalisator ini merupakan fungsi akses,
fungsi akses sendiri pada umumnya
tidak bisa dibangun oleh kelompok
pusat dalam jaringan, seringkali mereka
melakukan akses dengan media di
sekitarnya untuk dapat tetap
melanggengkan apa yang menjadi
tujuan mereka. Dalam komunitas calo
di purabaya, jaringan sosial yang ada
juga memiliki fungsi akses, dimana
pada kerangka jaringan yang telah
digambarkan diatas, jaringan yang ada
tidak sebatas jaringan antar aktor para
calo, maupun antar kelompok calo,
melainkan juga antar aktor, kelompok
dan media pendukung. Media
pendukung inilah yang dapat memiliki
fungsi akses untuk tetap memanfaatkan
sumberdaya di sekitar dan di dalam
terminal agar mereka tetap dapat
melangsungkan kegiatan ekonomi
mereka, dalam hal ini mereka juga
ternyata cukup mengenal dan akrab
dengan para media di sekitar mereka
16
seperti pemilik usaha, warga dan
petugas keamanan. Para calo secara
frekuentif akan melakukan pendekatan
terhadap para warga seperti misalnya
membantu saat kerja bakti, mereka juga
melakukan pendekatan dengan petugas
keamanan dan bekerjasama dengan para
pemilik usaha. Hubungan dengan
petugas keamanan ini penting, karena
mereka salah satu yang bertugas untuk
mengamankan terminal, sedangkan
pemilik usaha merupakan akses penting
untuk melanggengkan kegiatan mereka
para calo, karena pemilik usaha
merupakan pemasok utama tiket dan
sebagai media informasi para calo
tentang jadwal keberangkatan bus
maupun wahana transportasi lainnya.
Dari sini mereka akan memperoleh
peluang untuk melanjutkan kegiatan
perekonomian mereka.
3. Fungsi Koordinasi : dalam
suatu jaringan, fungsi koordinasi ini
penting, terlebih jika jaringan tersebut
tergolong pada jaringan yang padat,
adanya koordinasi akan membantu
setiap simpul dalam jaringan tersebut
untuk melakukan apa yang menjadi
tugas mereka. Hal ini juga ada pada
jaringan komunitas calo di Purabaya,
dimana terdapat pembagian peran
dalam setiap kelompoknya. Pembagian
peran ini bukanlah pembagian peran
secara formal namun hal ini sangat
berpengaruh pada kegiatan mereka,
dimana terdapat pemimpin yang
bertugas untuk melakukan pembagian
hasil maupun bertanggung jawab
terhadap kelompoknya. Ada pula yang
mengatur keuangan mereka untuk
menentukan hasil akhir komisi. Dan ada
peran-peran lain seperti pencari
penumpang dan ticketing atau calo yang
berperan untuk membeli dan memberikan
tiket. Dengan koordinasi yang seperti itu
rasanya wajar apabila terdapat fungsi
koordinasi dalam jaringan ini, karena
17
jaringan mereka tergolong jaringan yang
padat dan apabila satu simpul dalam
jaringan terputus dapat sangat berpengaruh
terhadap banyak hal, oleh sebab itu fungsi
koordinasi menjadi sangat penting dalam
jaringan ini.\
4. SIMPULAN
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan
yaitu pertama, Secara umum, pembentukan
jaringan sosial pada komunitas calo yang
ada di terminal Purabaya dapat ditunjukkan
berdasarkan wujud, basis dan motifnya.
Dimana wujud jaringan dalam jaringan
sosial pada komunitas tersebut terbagi
menjadi jaringan vertikal dan horizontal,
jaringan vertikal merupakan jaringan yang
menghubungkan setiap unit dalam jaringan
tersebut melalui hubungan-hubungan yang
sifatnya resiprokal dan saling timbal balik,
hal ini ditunjukkan pada ranah terkecil
dalam jaringan hingga ranah yang sifatnya
makro, dalam ranah mikro, hubungan
vertikal menggambarkan adanya hubungan
resiprokal antara para aktor dengan
pemimpin kelompok, aktor disini
merupakan anggota kelompok calo atau
dapat dikatan calo itu sendiri, sedangkan
pemimpin merupakan pemimpin kelompok
masing-masing calo atau dalam hal ini
mandor para calo. Kedua, hubungan yang
mereka bangun merupakan hubungan yang
sifatnya kerjasama dan take and give
relationship atau hubungan yang cenderung
memiliki manfaat timbal-balik. Ketiga,
secara horizontal, hubungan mereka dalam
ranah aktor terlihat melalui hubungan
kerjasama dalam kelompok mereka, terlihat
dari adanya sistem-sistem tersendiri yang
mewujudkan kerjasama mereka, Keempat,
motif jaringan mereka merupakan motif
kepentingan, dimana kegiatan yang ada
dalam lingkup jaringan tersebut merupakan
kegiatan yang sifatnya pertukaran
kepentingan, artinya setiap simpul dan
media yang ada dalam jaringan tersebut
memiliki motif yang sama yakni
18
menjalankan kepentingan mereka masing-
masing. Kelima, basis hubungan yang
mendasari pembentukan jaringan dalam
penelitian ini merupakan basis kekerabatan,
basis pertemanan dan juga basis hubunagn
etnis. Basis merupakan bagaimana para ego
dapat mulai menjadi aktor dan membantu
pembentukan jaringan. Keenam, jaringan
sosial pada komunitas calo di Terminal
Purabaya memiliki fungsi untuk
melanggengkan kegiatan ekonomi para calo
serta legalisasi kegiatan non-formal mereka.
Sedangkan secara khusus memiliki tiga
fungsi utama yakni fungsi informatif dimana
adanya jaringan yang dibentuk para calo
tersebut dapat menjadi media informasi
untuk melakukan kegiatan perekonomian
mereka. Fungsi katalisator, dimana adanya
jaringan digunakan sebagai akses mereka
diluar kelompok calo agar mereka dapat
lebih mudah dalam mengoperasikan
aktivitas mereka sedangkan motif
koordinasi, dimana motif ini menekankan
pada kerjasama dan koordinasi antar
kelompok khususnya sebagai strategi
mempertahankan kegiatan perekonomian
mereka
DAFTAR PUSTAKA
Agusyanto, Ruddy
1994 Pengelompokan Sosial dan
Perebutan Sumber Daya:
Kasus Arek-arek Suroboyo di
Jakarta dalam Analisis CSIS
tahun XXIII, No. 3 Mei-Juni
1994
2007 Jaringan Sosial dalam
Organisasi. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
2010 Fenomena Dunia Mengecil
(Rahasia Jaringan Sosial).
Jakarta: IAI
Ali, Muhammad
1997. Pengantar Penelitian.
Bandung: Angkasa
Alimandan.
1985. Sosiologi Masyarakat Sedang
Berkembang. Jakarta: CV.
Rajawali
19
Beilharz, Peter.
2002. Teori-Teori Sosial, Jakarta PT.
Raja Grafindo Persada
Craib, Ian.
1986. Teori-Teori Sosiologi Modern.
Jakarta : Rajawali Pers
Denzin, Norman K. dan Lincoln Yvona S.
2009. Handbook of Qualitative
Research. Trans : Saifudin
Zuhri Qudsy. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Degenne, Alain
1999 Introducing Social Networks.
London: SAGE
Dwiharti, Wieke
1980 Calo Bemo dan Pengemudi
Bemo di Pangkalan Bemo
Salemba Tengah: Sebuah
Studi Jaringan Sosial. Jakarta:
FSUI
Field,John.
2010. Modal Sosial.
Yogyakarta: Kreasi Wacana
Firdausy, C. M.
1995 Model dan Kebijakan
Pengembangan Sektor
Informal Pedagang Kaki
Lima. Pengembangan Sektor
Ekonomi Informal Pedagang
Kaki Lima di Perkotaan.
Jakarta: Dewan Riset Nasional
dan Bappenas Puslitbang
Ekonomi dan Pembangunan
LIPI
Granovetter Mark,
2005. The Impact of Social Structure
on Economic Outcomes. Eng:
Stanford LIB.
Hart, K
1996 Sektor Informal, dalam C.
Manning dan T.N. Effendi
(peny.) Urbanisasi,
Pengangguran dan Sektor
Informal di Kota, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Irving M,Zeitlin,
1995 Memahami Kembali Sosiologi,
Kritik Terhadap
Teori Sosiologi. Yogyakarta :
Gadjah Mada University
Press
Johnson, DP
1986 Sociological Theory, II .terj.
Robert M.Z.Lawang, Teori
Sosiologi Klasik dan Modern,
Jilid II, Jakarta: Gramedia
Lawang, Robert M.Z.
2004. Kapita Sosial Dalam
Perspektif Sosiologi: Suatu
20
Pengantar. Depok : FISIP UI
Press.
MC Vey, Ruth.
1998. Kaum Kapitalis Asia Tenggara.
Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia. Brewer
Merton, Robert K.
1968 Teori dan Struktur Sosial.
New York: The Free Press
Mitchell, Clyde
1969 Social Networks in Urban
Situations. Manchester:
Manchester
University Press
Mustafa, Ali Achsan
1998 Transformasi sosial di sektor
informal perkotaan : Suatu
studi tentang perubahan pada
peran interaksi dan jaringan
sosial pedagang kaki lima di
Surabaya : Ringkasan
disertasi. Surabaya : Program
Pasca Sarjana Unair
Mudiarta, Ketut Gede.
2009. Jaringan Sosial Dalam
Pengembangan Sistem Dan
Usaha Agrobisnis :
Perspektif Teori dan
Dinamika Studi Kapital
Sosial. Jakarta : Litbang
Ritzer, George. dan Douglas J. Goodman.
2012 Teori Sosiologi: Dari Teori
Sosiologi Klasik Sampai
Mutakhir Teori Sosial
Postmodern. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
2004 Ritzer, George. Sosiologi
Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda,
Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada
Saifuddin, A.F
1991 Stability and change: A Study of
the Social Network, and
Household Flexibility among
the Poor of Jakarta, Indonesia.
Scott, John
1991 Social Network Analysis: A
Handbook . London: SAGE
Sethuraman, S.V.
1996 Sektor Informal di Negara
Sedang Berkembang dalam C.
Manning dan T.N. Effendi
(peny.) Urbanisasi,
Pengangguran dan Sektor
Informal di Kota, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
21
Soepoetro, B,Y.
2009. Jaringan Sosial Para
Pelaku Sektor Ekonomi
Informal. Jakarta :
Universitas Indonesia
Soekanto , Soerjono.
2000 Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta : Rajawali pers.
Strauss, Anselm
2009 Dasar-dasar penelitian
kualitatif, Yogyakarta :
Pustaka pelajar
Sugiyono
2009 Metode Penelitian Kuantitatif.
Kualitatif dan R&D, Bandung:
AlfaBeta, .
Warde, Alan; Gindo Tampubolon dan Mike
Savage
2001 Recreation, Informal Social
Network and Social Capital
dalam Journal of Leisure
Research. National Recreation
and Park Association
Wijaya, Mahendra.
2007 Perspektif Sosiologi dari
Masyarakat Pra Kapitalis
Hingga Kapitalisme Neo
Liberal. Surakarta: Lindu
Pustaka
Sumber Online
Aji, Wahyu.
2012. Pensiunan TNI Jadi Korban
Penipuan Calo di Terminal
Pulogadung.
http://jakarta.tribunnews.com
/2012/12/21/pensiunan-tni-
jadi-korban-penipuan-calo-
di-terminal-pulogadung . 21
Desember 2012. Diakses
pada 22 Maret 2013
Anonimus
2012. Makelar http://
id.wikipedia.org /wiki
/Makelar 10 November 2012.
Diakses pada 22 Maret 2013
2013. Ronald Burt
http://en.wikipedia.org/wiki/
Ronald_Stuart_Burt diakses
pada 5 April 2013 pukul
09:55
2012. Uji KIR Wiyung Manual,
Rawan Penyimpangan http://www.surabayapost.co.id/?mn
u=berita&act=view&id=69d91877
419ca748683ff1a0878e63c3&jenis
=c81e728d9d4c2f636f067f89cc148
62c 17 Nov 2012. Diakses
Pada 22 Maret 2013
22
2009.
http://purabayabuster
minal.files.wordpress.com
/2009 /12/2.html. Diakses
pada 22 Maret 2013
2011. Terminal Purabaya
Bungurasih
http://www.transsurabaya.co
m/2011/01/terminal-
purabayaBungurasih/
Diakses Pada 22 Maret 2013
Irwan, Ariefyanto
2013 Hari ini 1293 Kota Surabaya
Berdiri.
http://www.republika.co.id/b
erita/nasional/jawa-
timur/13/05/31/mnnj5p-hari-
ini-1293-kota-surabaya-
berdiri diakses pada 12
September 2013
Lin, Nan
2005 A Network Theory of Social
Capital
http://sociology.nccu.edu.tw/c
hinese/speech/paper-final-
041605.pdf diakses pada 28
Oktober 2013
Leo, A. K..
2013 Administrasi Negara
Karakteristik Kota Surabaya.
http://leo-ak-
fisip12.web.unair.ac.id/artikel
_detail-85572-
Administrasi%20Negara-
Karakteristik%20Kota%20Su
rabaya diakses pada 12
September 2013
Setiawan, Indra.
2011. UPT Terminal Purabaya
Optimalkan Penanganan Calo
http://jatim.antaranews.com/li
hat/berita/68786/upt-
terminalpurabaya-
optimalkan-penanganan-calo
08-Agst-2011. Diakses Pada
22 Maret 2013
Srulz, Hay
2013 Trip to Jepara
http://www.hay.web.id/2013/
08/trip-to-jepara.html diakses
pada 5 Desember 2013
Sudharma, Adi.
2012. Pembangunan Terminal Purabaya
Dikucuri Rp 7M
http://surabaya.tribunnews.co
m/m/index.php/2012/05/17/pe
mbangunan-terminal-
purabaya-dikucuri-rp-7-m Mei
2012 . Diakses Pada 23 Maret
2013
23
Syafi’i, Achmad
2006 Penataan Sektor Informal
Kota.
http://www.kompas.com/komp
as-
cetak/0610/09/jatim/57881.ht
m. diakses pada 29 Oktober
2013
Thohir, Dion.
2012. Teori Jaringan Sosial
http://id.shvoong.com/sosialsc
iences/sociology/2266485-
teori-jaringan-sosial/ 24
Februari, 2012 . Diakses Pada
22 Maret 2013
Ucu, Karta Raharja.
2012. Pemudik di Terminal
Pulogadung Dihantui Teror
Calo.
http://www.republika.co.id/b
erita/ramadhan/info-
mudik/12/08/13/m8pbt0-
pemudik-di-terminal-
pulogadung-dihantui-teror-
calo 13 Agustus 2012.
Diakses pada 22 Maret 2013
Widodo, Slamet
2010 Oknum Dishub Terminal
Purabaya Merangkap Calo
http://www.surabayapost.co.i
d/?mnu=citizen&act=view&id
=a97da629b098b75c294dffdc
3e463904 diakses pada 22
Maret 2013