1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa...

23
1 1. PENDAHULUAN Di Indonesia, pekerjaan sebagai calo seringkali dipandang sebagai pekerjaan yang illegal dan negatif. Calo bekerja sebagai pemberi jasa alternatif atau jalan pintas bagi seseorang secara tidak resmi. Dalam prosesnya seorang calo akan berusaha mencari keuntungan dengan menggandakan harga asli suatu produk atau jasa, memberikan penawaran dengan harga yang besar dan tentunya berbeda dari harga sebenarnya. Pekerjaan ini juga menjadi pekerjaan yang dipandang rendah bagi sebagian kalangan karena penghasilannya yang tidak jelas dan praktiknya yang cenderung mengelabui atau menipu targetnya. Cara kerja para calo ini tentunya berbeda-beda tergantung jenis (type) dan ranah (field). Ada beberapa jenis calo di Indonesia, misalnya saja “Calo SIM” yang memberikan jasa pengurusan surat ijin mengemudi dengan harga tertentu yang dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melalui tes maupun prosedur yang telah ditetapkan. Terdapat pula “Calo Tiket”, calo jenis ini biasa melipatgandakan harga tiket dengan cara mereka membeli sebanyak mungkin tiket untuk dijual kembali, calo jenis ini seringkali ditemui pada tempat publik yang memiliki proses ticketing 1 sebagai syarat akses seperti konser musik, gedung bioskop, pagelaran seni dan event sejenisnya. Selain itu calo jenis ini juga dapat ditemui di stasiun, bandara, maupun terminal, karena ketiga tempat tersebut juga identik dengan proses ticketing. Jenis calo yang lain adalah “Calo Terminal”, dimana mereka beroperasi di terminal dan memanfaatkan segala macam fasilitas terminal untuk mereka jadikan sebagai lahan beroperasi, perlu diingat bahwa lahan operasi mereka tidak hanya berjualan dan melipatgandakan harga tiket, namun mereka juga menjadi perantara 1 Proses Ticketing merupakan proses scanning dan pengecekan tanda bukti akses atau masuk. Tanda bukti tersebut biasa disebut dengan tiket dan prosesnya disebut ticketing.

Transcript of 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa...

Page 1: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

1

1. PENDAHULUAN

Di Indonesia, pekerjaan sebagai calo

seringkali dipandang sebagai pekerjaan yang

illegal dan negatif. Calo bekerja sebagai

pemberi jasa alternatif atau jalan pintas bagi

seseorang secara tidak resmi. Dalam

prosesnya seorang calo akan berusaha

mencari keuntungan dengan menggandakan

harga asli suatu produk atau jasa,

memberikan penawaran dengan harga yang

besar dan tentunya berbeda dari harga

sebenarnya. Pekerjaan ini juga menjadi

pekerjaan yang dipandang rendah bagi

sebagian kalangan karena penghasilannya

yang tidak jelas dan praktiknya yang

cenderung mengelabui atau menipu

targetnya. Cara kerja para calo ini tentunya

berbeda-beda tergantung jenis (type) dan

ranah (field).

Ada beberapa jenis calo di

Indonesia, misalnya saja “Calo SIM” yang

memberikan jasa pengurusan surat ijin

mengemudi dengan harga tertentu yang

dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melalui

tes maupun prosedur yang telah ditetapkan.

Terdapat pula “Calo Tiket”, calo jenis ini

biasa melipatgandakan harga tiket dengan

cara mereka membeli sebanyak mungkin

tiket untuk dijual kembali, calo jenis ini

seringkali ditemui pada tempat publik yang

memiliki proses ticketing1 sebagai syarat

akses seperti konser musik, gedung bioskop,

pagelaran seni dan event sejenisnya. Selain

itu calo jenis ini juga dapat ditemui di

stasiun, bandara, maupun terminal, karena

ketiga tempat tersebut juga identik dengan

proses ticketing. Jenis calo yang lain adalah

“Calo Terminal”, dimana mereka beroperasi

di terminal dan memanfaatkan segala

macam fasilitas terminal untuk mereka

jadikan sebagai lahan beroperasi, perlu

diingat bahwa lahan operasi mereka tidak

hanya berjualan dan melipatgandakan harga

tiket, namun mereka juga menjadi perantara

1 Proses Ticketing merupakan proses scanning

dan pengecekan tanda bukti akses atau masuk. Tanda bukti tersebut biasa disebut dengan tiket dan prosesnya disebut ticketing.

Page 2: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

2

pengusaha sekitar terminal untuk

memperoleh komisi atau uang tambahan.

Citra calo terminal sendiri seringkali

diidentikan dengan seorang calo yang

mencari target dengan cara memaksa,

mereka tak jarang akan membuntuti dan

mengganggu kenyamanan targetnya agar

sang target mau memakai jasanya. Diantara

beberapa jenis calo tersebut, calo terminal

menjadi sosok calo yang paling sering

ditakuti karena keberadaannya yang

cenderung di tempat terbuka dan bahkan

secara terang-terangan menunjukkan

identitasnya sebagai calo. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya juga, bahwa praktik

kerja calo terminal seringkali merugikan

pengguna layanan terminal. Mereka mencari

target dengan cara paksaan atau membuntuti

para penumpang hingga si penumpang mau

menggunakan jasanya dan menganggap

terminal sebagai wilayah yang dapat ia

kuasai namun menjadi wilayah asing bagi

para targetnya, sehingga para calo banyak

diasumsikan cenderung menganggap setiap

targetnya akan mudah untuk dikelabui.

Dari studi Jaringan sosial akan

diketahui banyak hal terkait jaringan dalam

suatu komunitas, khususnya informal. Ada

banyak varian yang membentuk jaringan,

seperti adanya rasa saling tahu, saling

menginformasikan, saling mengingatkan,

dan saling membantu dalam melaksanakan

ataupun mengatasi sesuatu. Selanjutnya

jaringan itu sendiri dapat terbentuk dari

hubungan antar personal, antar individu

dengan institusi, serta antar kelompok

dengan institusi atau media disekitarnya

yang menjadi bagian sekaligus pengikat

dalam jaringan. Hal ini tidak akan terwujud

tanpa dilandasi norma dan rasa saling

percaya (Thohir, 2012). Jaringan sosial juga

bisa terbentuk dalam masyarakat karena

munculnya asumsi bahwa manusia tidak

dapat berhubungan dengan semua manusia

yang ada hubungan selalu terbatas pada

sejumlah orang tertentu. Setiap orang belajar

Page 3: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

3

dari pengalamannya untuk masing-masing

memilih dan mengembangkan hubungan-

hubungan sosial yang terbatas jumlahnya

dibandingkan dengan jumlah rangkaian

hubungan sosial yang tersedia, disesuaikan

dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada

individu yang bersangkutan sehingga dalam

usaha peningkatan taraf hidup juga tidak

menggunakan semua hubungan sosial yang

dimilikinya, permasalahannya, jaringan

sosial itu adalah pengelompokan sehingga

keanggotaannya seringkali tidak disadari

oleh pelaku.

Anggota jaringan sosial yang satu

dengan anggota lainnya belum tentu saling

mengenal. Menurut Ruddy Agusyanto

(2007), Tak seorang pun menyadari

sepenuhnya atau tahu persis–dengan siapa

dia berhubungan secara tidak langsung

dengan orang atau sekelompok orang.

Seperti yang terjadi terjadi pada calo di

Terminal Purabaya, mereka secara tidak

sadar berkelompok tanpa ada struktur formal

dan secara keseluruhan mereka juga belum

tentu saling mengenal. Dalam jaringan calo

tersebut, mereka mungkin akan dapat saling

bertukar informasi, saling mengingatkan,

dan saling membantu dalam melaksanakan

dan mengatasi sesuatu. Sehingga dari situ

kemudian muncul pembagian tugas dan

peran secara informal.

Berdasarkan beberapa uraian diatas,

kemudian muncul ketertarikan untuk melihat

bagaimana sebenarnya pembentukan

jaringan sosial calo di Terminal Purabaya.

Mengapa mereka begitu kuat dan masih

tetap eksis bahkan terus bertambah

jumlahnya sekalipun telah disusun banyak

program pemberantasan calo oleh dinas

perhubungan dan pengelola Terminal

Purabaya sejak lebih dari lima tahun yang

lalu.

Konsekuensi yang muncul jika

masalah calo ini terus dibiarkan adalah,

kelompok calo yang semakin marak akan

merasa semakin bebas dan melanggar tata

Page 4: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

4

aturan sehingga mereka akan menggangu

kepentingan dari para pemanfaat layanan

terminal dan mereka akan terus

mementingkan bagaimana agar jasa mereka

tetap menghasilkan keuntungan meskipun

cara mereka salah dan merusak kenyamanan

para pengguna layanan terminal.

Konsekuensi lain juga dapat dilihat dari sisi

calo di terminal purabaya sendiri yang

semakin banyak dan tersebar di beberapa

distrik, mereka akan terus bertambah

jumlahnya terlebih jika kegiatan menjadi

calo dinilai menguntungkan dan ditakuti

serta sulit untuk diberantas, isu seperti ini

akan memunculkan dampak persuasif bagi

masyarakat lain untuk menjadi bagian dari

calo tersebut serta melakukan regenerasi dan

adaptasi terkait hal-hal apa saja yang

dilakukan oleh calo-calo sebelumnya

sehingga mereka mendapatkan keuntungan

tanpa harus bekerja di sektor formal.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dan dikaji dengan menggunakan

analisis konsep dan teori jaringan sosial.

Hasil kajiannya merupakan sebuah deskripsi

dan analisis mengenai bentuk-bentuk dan

fungsi-fungsi jaringan sosial yang terjadi di

antara para calo di Terminal Purabaya

Bungurasih. Tipe penelitian yang

dipergunakan adalah deskripsi analitis

(analytical description). Deskriptif analitis

adalah data yang diperoleh dalam proses

kerja lapangan dan studi pustaka kemudian

dianalisa dengan menggunakan konsep-

konsep yang diuraikan sebelumnya di dalam

penelitian ini. Dua proses besar yang

dilakukan sehubungan dengan tipe

penelitian semacam ini adalah proses

deskripsi dan proses analisa. Data-data

primer maupun skunder yang diperoleh dari

kegiatan lapangan dan studi pustaka

dideskripsikan secara naratif pada bagian-

bagian awal peneltian. Deskripsi ini

Page 5: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

5

dilakukan untuk memberikan gambaran

mengenai wilayah yakni Terminal Purabaya,

termasuk didalamnya pengalaman-

pengalaman para informan yang berkaitan

dengan operasionalisasi jaringan sosial. Dari

deskripsi tersebut kemudian dianalisa untuk

mendapatkan generalisasi dan abstraksi dari

kenyataan sehari-hari yang terjadi di

wilayah tersebut.

3. PEMBAHASAN

3.1 Implikasi Konsep Jaringan Sosial

Hubungan-hubungan sosial di

mana setiap individu dilekatkan dapat

dilihat sebagai sebuah jaringan.

Jaringan sosial dapat dilihat sebagai

sejumlah kecil titik-titik yang

dihubungkan oleh garis-garis. Titik-titik

ini dapat berupa orang, peranan, posisi,

status, kelompok, tetangga, organisasi,

masyarakat, nasion atau negara dan

sebagainya. Garisnya ini dapat

merupakan perwujudan dari hubungan

sosial antarindividu, pertemuan,

kekerabatan, pertukaran, hubungan

superordinat-subordinat, hubungan

antarorganisasi, persekutuan militer,

dan sebagainya (Suparlan, 1982: 37).

Ada 2 konsep jaringan sosial

yang harus dipahami dalam jaringan

sosial yaitu:

1. Jaringan sosial sebagai

konsep Metaporik : yakni

jaringan sebagai suatu rangkaian

antar hubungan dalam suatu

sistem sosial.

2. Jaringan sosial sebagai

konsep Analitis : yakni jaringan

tidak hanya dilihat sebagai

jaringan yang khusus saja tetapi

karakteristik dari hubungan –

hubungan yang ada sehingga

dapat mengintepretasikan

tingkah laku sosial dari orang –

orang yang terlibat didalamnya

Page 6: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

6

Dalam menganalisis jaringan sosial calo

di Purabaya, dijelaskan melalui dua konsep

diatas, konsep metaporik akan digunakan

sebagai pijakan untuk menemukan

rangkaian jaringan yang ada pada komunitas

calo di Terminal Purabaya sedangkan untuk

memperjelas pemetaan dan analisis, konsep

yang digunakan adalah jaringan sosial

sebagai konsep Analitis, hal ini karena

konsep Analitis memiliki analisa yang lebih

menyeluruh. Selain melihat karakteristik

jaringan, juga akan dilihat bagaimana

hubungan-hubungan yang ada pada konteks

mikro, yakni aktor-aktor dalam setiap

komunitas calo tersebut, maupun konteks

makro yakni hubungan internal dan

eksternal komunitas tersebut. Sedangkan

jaringan sosial sebagai konsep metaporik

hanya fokus pada rangkaian antara

hubungan dalam sistem sosial saja.

Dalam penjelasan rangkaian

metaporik terkait dengan komunitas

calo di Terminal Purabaya, dijelaskan

bahwa ada rangkaian hubungan antara

setiap komunitas yang ada, dimana

berdasarkan analisis dibagi kedalam

tiga kelompok yakni kelompok calo J,

kelompok calo BM, dan kelompok calo

B. Kelompok calo J memiliki sifat yang

dominan, ia lebih keras dan ditakuti.

Sehingga kelompok ini diistilahkan

sebagai calo kapak merah, sedangkan

kelompok calo BM lebih diistilahkan

pada calo berpengalaman sedangkan

calo B diistilahkan sebagai kelompok

calo rapi. Dimana masing-masing dari

mereka sejatinya berhubungan jika

melihat dari ranah profesi dan karakter

kelompok.

Kelompok J atau kelompok

kapak merah berhubungan dengan calo

lain menggunakan power atau

kekuasaan yang dimilikinya. Dengan

data yang didapatkan dari informan

penelitian ini, dapat diinterpretasikan

bahwa kelompok ini cenderung

Page 7: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

7

menguasai calo yang lain, sehingga

eksistensi yang ia dapatkan lebih

terlihat daripada calo yang lain.

Kelompok ini juga menguasai salah

satu titik paling ramai di terminal, yakni

titik penurunan bus, sehingga terlihat

jelas bahwa mereka memiliki

kekuasaan dalam hal ini.

Hubungan kelompok J dengan

kelompok lain akan cenderung lemah,

karena hubungan mereka menjadi

hubungan dominasi dan akan berpotensi

menjadi hubungan ordinat-subordinat.

Kelompok ini walaupun memiliki

kekuasaan dan dominasi namun mereka

juga membutuhkan keberadaan

kelompok lainnya untuk bertahan,

karena berdasarkan analisis kekuatan

ikatan eksternal, para calo di Purabaya

seringkali menggunakan cara-cara

pertahan dengan cara berlaku kooperatif

dan membangun relasi yang baik

kepada petugas, hal ini akan membuat

kelompok J juga terkena imbas atas

gambaran perilaku baik para calo,

sekalipun itu mayoritas bukan berasal

dari kelompok mereka.

Sementara kelompok calo BM,

lebih dikenal sebagai kelompok yang

profesional dan berpengalaman,

kelompok ini juga membangun

hubungan baik dengan calo B, terlihat

dari karakteristik yang hampir serupa

diantara keduanya. Para informan pun

selalu memberikan gambaran baik pada

dua kelompok ini. Sehingga keduanya

akan sangat berbeda dengan kelompok

J. Kelompok B juga dikenal lebih rapi

dan akan melepas calon penumpang

apabila mereka tidak mau

menggunakan jasa mereka. Mereka

juga dikenal sebagai kelompok yang

kooperatif, sehingga memperkuat ikatan

mereka dengan media eksternal lain, hal

ini juga akan mempengaruhi eksistensi

calo itu sendiri.

Page 8: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

8

Rangkaian hubungan ini

kemudian terbentuk dimana setiap

elemen yang berpengaruh kedalam

komunitas tersebut akan berada dalam

satu rangkain. Dimana akan diuraikan

secara sistematis dibawah ini :

1. Aktor : komponen rangkaian

yang pertama adalah aktor. Para aktor

yang merujuk pada para calo di

terminal Purabaya itu sendiri

merupakan salah satu bagian terkecil

namun juga merupakan bagian

terpenting dalam jaringan sosial

komunitas calo tersebut, ia merupakan

bagian paling inti sebagai pusat

penggerak kegiatan dan pengatur alur

jaringan. Apabila para aktor dari

kelompok J berkonflik dengan para

aktor dari kelompok B, maka posisi

mereka dalam jaringan akan sangat

mungkin berubah, sehingga komponen

aktor merupakan komponen yang

paling penting dalam jaringan.

2.Kelompok : Para aktor yang saling

berhubungan tadi akhirnya membentuk

suatu kelompok calo, dimana

berdasarkan analisis dalam kategorisasi

hubungan sosial, kelompok calo di

Purabaya terbentuk berdasarkan asas

kekerabatan, kedekatan dan juga

pengalaman. Kekerabatan disini

merujuk pada asal daerah mereka

ataupun hubungan persaudaraan,

sementara kedekatan dapat merujuk

pada ikatan persaudaraan namun juga

pertemanan, artinya orang yang

sebenarnya bukan kerabat dan bukan

berasal dari daerah yang sama, apabila

mereka memang sudah dekat, mereka

dapat dibilang berhubungan

berdasarkan kedekatan. Maka dari

itulah pada akhirnya penting untuk

mengetahui bagaimana suatu kelompok

dapat terbentuk. Kelompok, merupakan

salah satu bagian penting dalam

rangkaian jaringa, mereka merupakan

Page 9: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

9

bagian yang dapat menjelaskan

gambaran hubungan antar jaringan.

Dalam rangkaian jaringan, kelompok

sebenarnya bukan merupakan bagian

yang harus ada, namun

3.2 Bentuk Hubungan Komunitas Calo di

Terminal Purabaya

Setiap komunitas tentunya

memiliki bentuk hubungan, dimana

komunitas terbangun karena adanya

tujuan tertentu dan keberadaan tujuan

itu akan menentukan arah bentuk

hubungan mereka, apakah mereka

bersaing untuk meraih tujuan atau

bahkan kerjasama untuk meraihnya,

mungkin bahkan mereka melakukan

keduanya untuk dapat mencapai tujuan

tersebut. Mengetahui bentuk hubungan

merupakan hal penting sebagai dasar

identifikasi motif dan identifikasi

pembentukan komunitas. Soekanto

(2000) mengatakan bahwa terdapat

beberapa bentuk hubungan setiap

komunitas yaitu

1. Kerjasama (co-operation)

2. Persaingan (competition)

3. Pertentangan (conflict)

4. Akomodasi (accommodation)

Dalam komunitas calo di

Terminal, bentuk hubungan yang ada,

apabila berada dalam satu kelompok

maka sifatnya adalah kerjasama,

walaupun tidak menutup kemungkinan

mereka bersaing, namun persaingan ini

tidak berpotensi kuat menimbulkan

pertentangan karena solidaritas

kelompok tersebut. Namun hubungan

antar komunitas, apabila dilihat dari

hubungan kelompok calo J dengan B

dan BM dapat diinterpretasikan bahwa

hubungan mereka cenderung kepada

hubungan non-kerjasama atau

persaingan, persaingan ini juga

berpotensi menimbulkan konflik atau

pertentangan pada akhirnya apabila

Page 10: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

10

persaingan menguat dan menyinggung

satu sama lain. Sedangkan hubungan

antara B dan BM merupakan hubungan

persaingan namun persaingan ini

memiliki potensi kerjasama, mengingat

kinerja mereka yang baik dan saling

keterbukaan antar kelompok.

3.3 Tipe Aktor dalam Komunitas Calo di

Terminal Purabaya

Dalam jaringan komunitas calo

di Terminal Purabaya, tipe aktornya

cenderung pada tipe Polimorfik dan

Homofili. Dikatakan polimorfik karena

dalam setiap kelompok calo yang ada

memiliki pemimpin atau pemuka opini,

dimana mereka diharuskan dapat

menangani sejumlah isu. Jika dilihat

dari sini saja, apabila mereka tidak

dapat menangani berbagai macam isu,

maka jelas eksistensi kelompok tersebut

sudah tidak akan terlihat sampai saat

ini, namun pada kenyataannya,

kelompok mereka masih tetap eksis

sampai saat ini juga. Hal yang ditangani

oleh pemimpin atau pemuka opini

tersebut dapat dilihat melalui tanggung

jawabnya terhadap anak buah mereka,

kemudian adanya inisiatif kelompok

untuk membantu warga dalam

kerjabakti. Selain itu apabila ada calo

yang terikat masalah dengan aparat,

maka pemimpin juga akan membantu

sebagai penanggung jawab. Sedangkan

dikatakan homofili karena

kecenderungan mereka untuk

memperoleh informasi adalah

berinteraksi dengan karakter yang sama

yakni sesama calo, meskipun mereka

juga berinteraksi dengan karakter yang

berbeda seperti pemilik usaha dan

warga, namun kecenderungan yang

mendominasi adalah lebih kepada

memperoleh informasi dari rekan

sesama calo, karena setiap harinya

mereka lebih sering bertemu dan

Page 11: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

11

berinteraksi dengan orang-orang

tersebut.

3.4 Komunitas Calo di Terminal

Purabaya Ditinjau dari Teori

Jaringan

Dalam komunitas calo di Terminal

Purabaya, orientasi yang ada pada

mereka apabila dilihat secara komunitas

maka orientasi mereka cenderung

kepada Orientasi normatif, hal ini

karena terdapat ketergantungan diantara

mereka, terlihat dari hubungan sosial

mereka yang saling membantu dan

bekerjasama. Hubungan mereka yang

saling membantu dan bekerjasama

tersebut ada karena mereka berada

didalam lingkaran atau lingkup yang

memiliki norma dan aturan. Norma

tersebut berasal dari internal dan

eksternal komunitas mereka, norma

internal merupakan norma yang

memang sudah ada sejak lama dan

melekat pada mereka, misalnya, cara

pembagian pendapatan, ada salah satu

sistem pembagian pendapatan yang

melalui cara mencari penumpang secara

rombongan, pembagian akan

diserahkan pada calo pemimpin, apabila

ia tidak ada maka pembagian akan

diserahkan pada calo yang lebih senior,

interdependensi ini juga terjadi terkait

dengan keinginan mereka untuk tetap

bertahan dan memperoleh pendapatan.

Oleh sebab itu terdapat sistem

pembagian pendapatan, karena tidak

semua aktor dalam setiap komunitas

akan mendapatkan penumpang atau

pengguna jasa setiap harinya, sehingga

mereka sesekali akan menggantungkan

diri kepada temannya, hal ini juga

disebabkan karena ketatnya persaingan

dan sempitnya ranah, artinya karena

blok-blok dan plot lokasi yang

dilakukan oleh komunitas tersebut,

akhirnya ranah komunitas yang lain

Page 12: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

12

menjadi lebih sempit, sehingga

komunitas itu mau tidak mau harus

bekerjasama agar mendapatkan

penghasilan. Adanya hal-hal seperti

itulah yang pada akhirnya

memunculkan ketergantungan antar

sesama aktor. Sedangkan norma

eksternal, merupakan norma yang ada

diluar komunitas mereka, hal ini

mengingat mereka para komunitas calo

bekerja secara informal didalam field

(ranah) yang sebenarnya bukan milik

mereka, sehingga mereka berada pada

lingkup dan tata aturan tertentu. Aturan-

aturan eksternal tersebut membuat

mereka bekerjasama dan saling

bergantung untuk mencari solusi dan

proteksi agar mereka dapat tetap

mempertahankan kegiatan ekonomi

mereka. Beberapa hal yang mereka

lakukan seperti bekerjasama dengan

agen travel, melakukan kerja bakti

dengan warga serta berlaku kooperatif

kepada petugas terminal. Dalam

mengambil keputusan itu, tentunya

terdapat kerjasama dan pemikiran

bersama agar mereka dapat

memperlihatkan eksistensi mereka

namun dengan cara yang lebih baik.

3.5 Pembentukan Jaringan Sosial

Berdasarkan Kerangka Analisis

Jaringan Sosial

Dalam permasalahan komunitas calo

di Terminal Purabaya, jenis jaringan

yang paling dasar adalah jaringan sosial

sentiment atau emosional, hal ini dapat

dilihat sebelum mereka masuk kedalam

jaringan tersebut atau sebelum mereka

menjadi aktor dalam jaringan, para calo

itu masuk melalui hubungan

kekerabatan dan pertemanan. Dari situ

dapat dilihat bahwa jaringan sosial calo

di Terminal Purabaya, memiliki

kecenderungan Sentiment atau

emosional. Namun ketika jaringan

Page 13: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

13

sosial tersebut berada dalam konteks

kegiatan ekonomi mereka, jaringan

tersebut kemudian menjadi jaringan

jenis Interest atau kepentingan, dimana

hubungan yang terbangun diantara

mereka merupakan hubungan yang

berlandaskan kepentingan, hal ini dapat

dilihat melalui kegiatan ekonomi

mereka yang seragam dan mereka dapat

berada dalam satu jaringan tersebut

karena mereka berada pada satu

kepentingan yang sama yakni

pekerjaan.

Dalam jaringan sosial

komunitas calo di Terminal Purabaya,

apabila dilihat antara hubungan internal

komunitas maka bentuk jaringan sosial

yang menghubungkan adalah jaringan

sosial Horizontal. Dikatakan horizontal

dalam tatanan internal kelompok karena

para anggota-anggota atau aktor dalam

kelompok calo tersebut memiliki status

sosial ekonomi yang relatif sepadan,

sumber daya yang mereka pertukarkan

juga relatif sama, dimana pada akhirnya

hubungan sosial yang mereka wujudkan

adalah hubungan yang bersifat kerja

sama dan tolong menolong. Sedangkan

dalam tatanan hubungan antar

kelompok, tidak semua kelompok

berhubungan secara horizontal, karena

ada salah satu kelompok yang

cenderung lebih dominan sehingga

hubungan mereka cenderung vertikal.

Secara vertikal, dalam jaringan,

dilihat bagaimana hubungan antara calo

pada garis yang berbeda, didominasi

oleh dua basis yakni pertemanan dan

hubungan kerjasama. dalam jaringan-

jaringan sosial yang bersifat vertikal,

individu-individu yang terlibat di

dalamnya tidak memiliki status sosial

atau status ekonomi yang sepadan

(Haryono, 1999: 30-31). Hubungan

vertikal terkait status sosial yang

berbeda ditunjukkan dengan adanya

Page 14: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

14

dominasi antara kelompok. Sedangkan

pada hubungan status ekonomi dapat

dilihat melalui hubungan antara

kelompok calo dengan pemilik usaha,

warga maupun petugas keamanan.

Pada dasarnya hubungan para

calo merupakan hubungan yang multi-

strand. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan jaringan sosial total. Jaringan

total merupakan multi-stranded

networking dimana keseluruhan

jaringan yang dimiliki individu dan

mencakup berbagai konteks atau bidang

kehidupan dalam masyarakat. Jaringan

ini berbeda dengan jaringan bagian,

dimana jaringan bagian lebih

memfokuskan pada jaringan yang

dimiliki oleh individu terbatas pada

bidang kehidupan tertentu, misalnya

jaringan politik, jaringan keagamaan,

jaringan kekerabatan, jaringan

pertemanan, dan sebagainya, yang

kemudian dapat membentuk jaringan

sosial total. Dikatakan Multi-Strand

karena seperti yang telah dijelaskan

dalam konsep jaringan bahwa dalam

suatu jaringan terdapat ikatan bukan

hanya internal kelompok melainkan

juga eksternal kelompok. Dalam

permasalahan calo di Terminal

Purabaya, kategori jaringan kerja yang

mereka bangun merupakan jaringan

total yang disatukan melalui jaringan-

jaringan bagian, dikatakan mampu

membentuk jaringan total, karena

dalam jaringan ini hubungan yang

menghubungkan memiliki lebih dari

satu konteks jaringan, yakni hubungan

kekerabatan, pertemanan, hubungan

etnis, kerjasama dan kepentingan.

Konteks atau jaringan tersebut

merupakan bagian-bagian dari jaringan

yang sejatinya saling berhubungan dan

membentuk jaringan total. Setiap unsur

jaringan tersebut memiliki pengaruh

terhadap internal kelompok calo

Page 15: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

15

maupun secara eksternal, sehingga

bagian tersebut menyatu dan

membentuk jaringan kerja total.

Secara terpisah, fungsi jaringan

para calo di terminal Purabaya ini dapat

digolongkan menjadi 3 bagian yakni:

1. Fungsi Informatif : dalam

fungsi ini, suatu jaringan berfungsi

sebagai media informasi yang

mengandung peluang dan pelumas

untuk melancarkan kegiatan dalam

jaringan, hal ini dapat berupa kerjasama

maupun pertukaran informasi. Para calo

di Terminal Purabaya juga melakukan

kerjasama seiring kegiatan mereka, hal

ini dapat dilihat dalam kegiatan mencari

penumpang misalnya, mereka para calo

menerapkan sistem nutul dimana sistem

ini bersifat bekerjasama untuk

memperoleh satu penumpang dan

hasilnya akan dibagi.

2. Fungsi Katalisator : Fungsi

katalisator ini merupakan fungsi akses,

fungsi akses sendiri pada umumnya

tidak bisa dibangun oleh kelompok

pusat dalam jaringan, seringkali mereka

melakukan akses dengan media di

sekitarnya untuk dapat tetap

melanggengkan apa yang menjadi

tujuan mereka. Dalam komunitas calo

di purabaya, jaringan sosial yang ada

juga memiliki fungsi akses, dimana

pada kerangka jaringan yang telah

digambarkan diatas, jaringan yang ada

tidak sebatas jaringan antar aktor para

calo, maupun antar kelompok calo,

melainkan juga antar aktor, kelompok

dan media pendukung. Media

pendukung inilah yang dapat memiliki

fungsi akses untuk tetap memanfaatkan

sumberdaya di sekitar dan di dalam

terminal agar mereka tetap dapat

melangsungkan kegiatan ekonomi

mereka, dalam hal ini mereka juga

ternyata cukup mengenal dan akrab

dengan para media di sekitar mereka

Page 16: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

16

seperti pemilik usaha, warga dan

petugas keamanan. Para calo secara

frekuentif akan melakukan pendekatan

terhadap para warga seperti misalnya

membantu saat kerja bakti, mereka juga

melakukan pendekatan dengan petugas

keamanan dan bekerjasama dengan para

pemilik usaha. Hubungan dengan

petugas keamanan ini penting, karena

mereka salah satu yang bertugas untuk

mengamankan terminal, sedangkan

pemilik usaha merupakan akses penting

untuk melanggengkan kegiatan mereka

para calo, karena pemilik usaha

merupakan pemasok utama tiket dan

sebagai media informasi para calo

tentang jadwal keberangkatan bus

maupun wahana transportasi lainnya.

Dari sini mereka akan memperoleh

peluang untuk melanjutkan kegiatan

perekonomian mereka.

3. Fungsi Koordinasi : dalam

suatu jaringan, fungsi koordinasi ini

penting, terlebih jika jaringan tersebut

tergolong pada jaringan yang padat,

adanya koordinasi akan membantu

setiap simpul dalam jaringan tersebut

untuk melakukan apa yang menjadi

tugas mereka. Hal ini juga ada pada

jaringan komunitas calo di Purabaya,

dimana terdapat pembagian peran

dalam setiap kelompoknya. Pembagian

peran ini bukanlah pembagian peran

secara formal namun hal ini sangat

berpengaruh pada kegiatan mereka,

dimana terdapat pemimpin yang

bertugas untuk melakukan pembagian

hasil maupun bertanggung jawab

terhadap kelompoknya. Ada pula yang

mengatur keuangan mereka untuk

menentukan hasil akhir komisi. Dan ada

peran-peran lain seperti pencari

penumpang dan ticketing atau calo yang

berperan untuk membeli dan memberikan

tiket. Dengan koordinasi yang seperti itu

rasanya wajar apabila terdapat fungsi

koordinasi dalam jaringan ini, karena

Page 17: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

17

jaringan mereka tergolong jaringan yang

padat dan apabila satu simpul dalam

jaringan terputus dapat sangat berpengaruh

terhadap banyak hal, oleh sebab itu fungsi

koordinasi menjadi sangat penting dalam

jaringan ini.\

4. SIMPULAN

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan

yaitu pertama, Secara umum, pembentukan

jaringan sosial pada komunitas calo yang

ada di terminal Purabaya dapat ditunjukkan

berdasarkan wujud, basis dan motifnya.

Dimana wujud jaringan dalam jaringan

sosial pada komunitas tersebut terbagi

menjadi jaringan vertikal dan horizontal,

jaringan vertikal merupakan jaringan yang

menghubungkan setiap unit dalam jaringan

tersebut melalui hubungan-hubungan yang

sifatnya resiprokal dan saling timbal balik,

hal ini ditunjukkan pada ranah terkecil

dalam jaringan hingga ranah yang sifatnya

makro, dalam ranah mikro, hubungan

vertikal menggambarkan adanya hubungan

resiprokal antara para aktor dengan

pemimpin kelompok, aktor disini

merupakan anggota kelompok calo atau

dapat dikatan calo itu sendiri, sedangkan

pemimpin merupakan pemimpin kelompok

masing-masing calo atau dalam hal ini

mandor para calo. Kedua, hubungan yang

mereka bangun merupakan hubungan yang

sifatnya kerjasama dan take and give

relationship atau hubungan yang cenderung

memiliki manfaat timbal-balik. Ketiga,

secara horizontal, hubungan mereka dalam

ranah aktor terlihat melalui hubungan

kerjasama dalam kelompok mereka, terlihat

dari adanya sistem-sistem tersendiri yang

mewujudkan kerjasama mereka, Keempat,

motif jaringan mereka merupakan motif

kepentingan, dimana kegiatan yang ada

dalam lingkup jaringan tersebut merupakan

kegiatan yang sifatnya pertukaran

kepentingan, artinya setiap simpul dan

media yang ada dalam jaringan tersebut

memiliki motif yang sama yakni

Page 18: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

18

menjalankan kepentingan mereka masing-

masing. Kelima, basis hubungan yang

mendasari pembentukan jaringan dalam

penelitian ini merupakan basis kekerabatan,

basis pertemanan dan juga basis hubunagn

etnis. Basis merupakan bagaimana para ego

dapat mulai menjadi aktor dan membantu

pembentukan jaringan. Keenam, jaringan

sosial pada komunitas calo di Terminal

Purabaya memiliki fungsi untuk

melanggengkan kegiatan ekonomi para calo

serta legalisasi kegiatan non-formal mereka.

Sedangkan secara khusus memiliki tiga

fungsi utama yakni fungsi informatif dimana

adanya jaringan yang dibentuk para calo

tersebut dapat menjadi media informasi

untuk melakukan kegiatan perekonomian

mereka. Fungsi katalisator, dimana adanya

jaringan digunakan sebagai akses mereka

diluar kelompok calo agar mereka dapat

lebih mudah dalam mengoperasikan

aktivitas mereka sedangkan motif

koordinasi, dimana motif ini menekankan

pada kerjasama dan koordinasi antar

kelompok khususnya sebagai strategi

mempertahankan kegiatan perekonomian

mereka

DAFTAR PUSTAKA

Agusyanto, Ruddy

1994 Pengelompokan Sosial dan

Perebutan Sumber Daya:

Kasus Arek-arek Suroboyo di

Jakarta dalam Analisis CSIS

tahun XXIII, No. 3 Mei-Juni

1994

2007 Jaringan Sosial dalam

Organisasi. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada

2010 Fenomena Dunia Mengecil

(Rahasia Jaringan Sosial).

Jakarta: IAI

Ali, Muhammad

1997. Pengantar Penelitian.

Bandung: Angkasa

Alimandan.

1985. Sosiologi Masyarakat Sedang

Berkembang. Jakarta: CV.

Rajawali

Page 19: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

19

Beilharz, Peter.

2002. Teori-Teori Sosial, Jakarta PT.

Raja Grafindo Persada

Craib, Ian.

1986. Teori-Teori Sosiologi Modern.

Jakarta : Rajawali Pers

Denzin, Norman K. dan Lincoln Yvona S.

2009. Handbook of Qualitative

Research. Trans : Saifudin

Zuhri Qudsy. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Degenne, Alain

1999 Introducing Social Networks.

London: SAGE

Dwiharti, Wieke

1980 Calo Bemo dan Pengemudi

Bemo di Pangkalan Bemo

Salemba Tengah: Sebuah

Studi Jaringan Sosial. Jakarta:

FSUI

Field,John.

2010. Modal Sosial.

Yogyakarta: Kreasi Wacana

Firdausy, C. M.

1995 Model dan Kebijakan

Pengembangan Sektor

Informal Pedagang Kaki

Lima. Pengembangan Sektor

Ekonomi Informal Pedagang

Kaki Lima di Perkotaan.

Jakarta: Dewan Riset Nasional

dan Bappenas Puslitbang

Ekonomi dan Pembangunan

LIPI

Granovetter Mark,

2005. The Impact of Social Structure

on Economic Outcomes. Eng:

Stanford LIB.

Hart, K

1996 Sektor Informal, dalam C.

Manning dan T.N. Effendi

(peny.) Urbanisasi,

Pengangguran dan Sektor

Informal di Kota, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia

Irving M,Zeitlin,

1995 Memahami Kembali Sosiologi,

Kritik Terhadap

Teori Sosiologi. Yogyakarta :

Gadjah Mada University

Press

Johnson, DP

1986 Sociological Theory, II .terj.

Robert M.Z.Lawang, Teori

Sosiologi Klasik dan Modern,

Jilid II, Jakarta: Gramedia

Lawang, Robert M.Z.

2004. Kapita Sosial Dalam

Perspektif Sosiologi: Suatu

Page 20: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

20

Pengantar. Depok : FISIP UI

Press.

MC Vey, Ruth.

1998. Kaum Kapitalis Asia Tenggara.

Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia. Brewer

Merton, Robert K.

1968 Teori dan Struktur Sosial.

New York: The Free Press

Mitchell, Clyde

1969 Social Networks in Urban

Situations. Manchester:

Manchester

University Press

Mustafa, Ali Achsan

1998 Transformasi sosial di sektor

informal perkotaan : Suatu

studi tentang perubahan pada

peran interaksi dan jaringan

sosial pedagang kaki lima di

Surabaya : Ringkasan

disertasi. Surabaya : Program

Pasca Sarjana Unair

Mudiarta, Ketut Gede.

2009. Jaringan Sosial Dalam

Pengembangan Sistem Dan

Usaha Agrobisnis :

Perspektif Teori dan

Dinamika Studi Kapital

Sosial. Jakarta : Litbang

Ritzer, George. dan Douglas J. Goodman.

2012 Teori Sosiologi: Dari Teori

Sosiologi Klasik Sampai

Mutakhir Teori Sosial

Postmodern. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

2004 Ritzer, George. Sosiologi

Ilmu Pengetahuan

Berparadigma Ganda,

Jakarta:PT Raja Grafindo

Persada

Saifuddin, A.F

1991 Stability and change: A Study of

the Social Network, and

Household Flexibility among

the Poor of Jakarta, Indonesia.

Scott, John

1991 Social Network Analysis: A

Handbook . London: SAGE

Sethuraman, S.V.

1996 Sektor Informal di Negara

Sedang Berkembang dalam C.

Manning dan T.N. Effendi

(peny.) Urbanisasi,

Pengangguran dan Sektor

Informal di Kota, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia

Page 21: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

21

Soepoetro, B,Y.

2009. Jaringan Sosial Para

Pelaku Sektor Ekonomi

Informal. Jakarta :

Universitas Indonesia

Soekanto , Soerjono.

2000 Sosiologi Suatu Pengantar.

Jakarta : Rajawali pers.

Strauss, Anselm

2009 Dasar-dasar penelitian

kualitatif, Yogyakarta :

Pustaka pelajar

Sugiyono

2009 Metode Penelitian Kuantitatif.

Kualitatif dan R&D, Bandung:

AlfaBeta, .

Warde, Alan; Gindo Tampubolon dan Mike

Savage

2001 Recreation, Informal Social

Network and Social Capital

dalam Journal of Leisure

Research. National Recreation

and Park Association

Wijaya, Mahendra.

2007 Perspektif Sosiologi dari

Masyarakat Pra Kapitalis

Hingga Kapitalisme Neo

Liberal. Surakarta: Lindu

Pustaka

Sumber Online

Aji, Wahyu.

2012. Pensiunan TNI Jadi Korban

Penipuan Calo di Terminal

Pulogadung.

http://jakarta.tribunnews.com

/2012/12/21/pensiunan-tni-

jadi-korban-penipuan-calo-

di-terminal-pulogadung . 21

Desember 2012. Diakses

pada 22 Maret 2013

Anonimus

2012. Makelar http://

id.wikipedia.org /wiki

/Makelar 10 November 2012.

Diakses pada 22 Maret 2013

2013. Ronald Burt

http://en.wikipedia.org/wiki/

Ronald_Stuart_Burt diakses

pada 5 April 2013 pukul

09:55

2012. Uji KIR Wiyung Manual,

Rawan Penyimpangan http://www.surabayapost.co.id/?mn

u=berita&act=view&id=69d91877

419ca748683ff1a0878e63c3&jenis

=c81e728d9d4c2f636f067f89cc148

62c 17 Nov 2012. Diakses

Pada 22 Maret 2013

Page 22: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

22

2009.

http://purabayabuster

minal.files.wordpress.com

/2009 /12/2.html. Diakses

pada 22 Maret 2013

2011. Terminal Purabaya

Bungurasih

http://www.transsurabaya.co

m/2011/01/terminal-

purabayaBungurasih/

Diakses Pada 22 Maret 2013

Irwan, Ariefyanto

2013 Hari ini 1293 Kota Surabaya

Berdiri.

http://www.republika.co.id/b

erita/nasional/jawa-

timur/13/05/31/mnnj5p-hari-

ini-1293-kota-surabaya-

berdiri diakses pada 12

September 2013

Lin, Nan

2005 A Network Theory of Social

Capital

http://sociology.nccu.edu.tw/c

hinese/speech/paper-final-

041605.pdf diakses pada 28

Oktober 2013

Leo, A. K..

2013 Administrasi Negara

Karakteristik Kota Surabaya.

http://leo-ak-

fisip12.web.unair.ac.id/artikel

_detail-85572-

Administrasi%20Negara-

Karakteristik%20Kota%20Su

rabaya diakses pada 12

September 2013

Setiawan, Indra.

2011. UPT Terminal Purabaya

Optimalkan Penanganan Calo

http://jatim.antaranews.com/li

hat/berita/68786/upt-

terminalpurabaya-

optimalkan-penanganan-calo

08-Agst-2011. Diakses Pada

22 Maret 2013

Srulz, Hay

2013 Trip to Jepara

http://www.hay.web.id/2013/

08/trip-to-jepara.html diakses

pada 5 Desember 2013

Sudharma, Adi.

2012. Pembangunan Terminal Purabaya

Dikucuri Rp 7M

http://surabaya.tribunnews.co

m/m/index.php/2012/05/17/pe

mbangunan-terminal-

purabaya-dikucuri-rp-7-m Mei

2012 . Diakses Pada 23 Maret

2013

Page 23: 1. PENDAHULUAN dapat diperoleh oleh kliennya tanpa melaluijournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts17a332a3e7full.pdf · analisis konsep dan teori jaringan sosial. Hasil kajiannya

23

Syafi’i, Achmad

2006 Penataan Sektor Informal

Kota.

http://www.kompas.com/komp

as-

cetak/0610/09/jatim/57881.ht

m. diakses pada 29 Oktober

2013

Thohir, Dion.

2012. Teori Jaringan Sosial

http://id.shvoong.com/sosialsc

iences/sociology/2266485-

teori-jaringan-sosial/ 24

Februari, 2012 . Diakses Pada

22 Maret 2013

Ucu, Karta Raharja.

2012. Pemudik di Terminal

Pulogadung Dihantui Teror

Calo.

http://www.republika.co.id/b

erita/ramadhan/info-

mudik/12/08/13/m8pbt0-

pemudik-di-terminal-

pulogadung-dihantui-teror-

calo 13 Agustus 2012.

Diakses pada 22 Maret 2013

Widodo, Slamet

2010 Oknum Dishub Terminal

Purabaya Merangkap Calo

http://www.surabayapost.co.i

d/?mnu=citizen&act=view&id

=a97da629b098b75c294dffdc

3e463904 diakses pada 22

Maret 2013