1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat...

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Filsafat manusia itu sendiri merupakan bagian (cabang) dari sistem filsafat, yang secara metodis memiliki kedudukan yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika, bahkan bila di bandingkan dengan ilmu-ilmu tentang manusia, seperti (antropologi dan psikologi). Tetapi secara ontologis filsafat manusia memiliki kedudukan yang lebih penting. Karena kajian dari semua cabang filsafat dan ilmu-ilmu tentang manusia tersebut adalah manusia yang secara spesifik menjadi objek kajian filsafat manusia (Bakker dan Zubair, 1990: 21). Objek material filsafat manusia adalah “gejala” atau “ekspresi” manusia, sama seperti ilmu-ilmu tentang manusia yang lain (Rapar, 1996: 103). Filsafat manusia menggunakan metode sintesis dan reflektif, mempunyai ciri-ciri, eksistensi, intensif, dan kritis. Penggunaan metode sintesis pada filsafat manusia yaitu, mensintesiskan pengalaman dan pengetahuan ke dalam satu visi. Metode refleksi merupakan metode yang tidak bisa dipisahkan dari filsafat, termasuk 1

Transcript of 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat...

Page 1: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Permasalahan

Filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat yang secara

spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Filsafat manusia itu sendiri

merupakan bagian (cabang) dari sistem filsafat, yang secara metodis memiliki

kedudukan yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika,

kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika, bahkan bila di bandingkan

dengan ilmu-ilmu tentang manusia, seperti (antropologi dan psikologi). Tetapi

secara ontologis filsafat manusia memiliki kedudukan yang lebih penting. Karena

kajian dari semua cabang filsafat dan ilmu-ilmu tentang manusia tersebut adalah

manusia yang secara spesifik menjadi objek kajian filsafat manusia (Bakker dan

Zubair, 1990: 21).

Objek material filsafat manusia adalah “gejala” atau “ekspresi” manusia,

sama seperti ilmu-ilmu tentang manusia yang lain (Rapar, 1996: 103). Filsafat

manusia menggunakan metode sintesis dan reflektif, mempunyai ciri-ciri,

eksistensi, intensif, dan kritis. Penggunaan metode sintesis pada filsafat manusia

yaitu, mensintesiskan pengalaman dan pengetahuan ke dalam satu visi. Metode

refleksi merupakan metode yang tidak bisa dipisahkan dari filsafat, termasuk

1

Page 2: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

2

filsafat manusia. Refleksi yang dimaksud adalah menunjuk pada dua hal, yaitu;

Pertama, pada pertanyaan esensi suatu hal. Kedua, pada proses pemahaman diri

(self-understanding) berdasarkan pada totalitas gejala dan kejadian manusia yang

sedang direnungkannya.

Filsafat manusia dalam perkembangannya terbagi menjadi tujuh aliran

dengan perincian yaitu, dua dari di antaranya adalah aliran tertua sekaligus

terbesar. Adapun aliran yang selain dua aliran tersebut merupakan aliran yang

menjadi reaksi atas dua aliran sebelumnya. Dua aliran tertua dan terbesar dalam

filsafat adalah aliran idelisme dan materialisme. Adapun aliran idealime

merupakan kebalikan dari materialisme, yang mana dalam aliran ini kenyataan

sejati adalah bersifat spiritual, sedangkan esensi kenyataan dari sepritual itu

sendiri adalah berpikir (res-cogitans). Ciri utama aliran ini keyakinan tentang

adanya kekuatan spiritual (roh absolut). Beberapa ilmu yang menganut paham

idealisme (spiritualisme) antara lain: teologi (tauhid), sufisme, seminari,

budhisme (jika berasumsi bahwa semua berawal dari kekuatan roh absolut) atau

sering disebut sebagai Tuhan. Tokoh-tokoh idealisme diantaranya Plato, Hegel,

Leibnitz, Aristoteles, Descartes, Kant, Goethe, Agustinus (Bertens, 1975: 76).

Materialisme adalah paham atau aliran dalam filsafat manusia yang

meyakini bahwa esensi kenyataan, termasuk manusia adalah bersifat material

atau fisik. ciri utamanya adalah bahwa ia menempati ruang dan waktu, memiliki

keluasan (re extensa), dan bersifat objektif. Dalam aliran ini disebut juga

Page 3: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

3

naturalisme karena kata materi diganti dengan natura (alam) atau organisme. Ciri

utamanya adalah menolak adanya kekuatan yang bersifat spiritual. Tokoh utama

dalam aliran ini antara lain Anaximenes (585-528), Anaximandros (610-545 SM)

Thales (625-545 SM), Demokritos (± 460-545 SM), Thomas Hobbes (1588-

1679) dan lain-lain (Bertens, 1975: 76).

Thomas Hobbes (1588-1679) termasuk filsuf yang mengatakan bahwa

semua manusia itu memiliki sifat yang sama dalam keadaan alamiahnya (state of

nature). Dengan kata lain, manusia dalam keadaan alamiah ingin

mempertahankan kebebasannya dengan cara berkompetisi yang bertujuan

memaksimalisasi kebahagiaan dan meminimalisasi penderitaan diri dalam

kehidupan. Karena itulah, manusia dipandang sebagai homo homini lupus yaitu

naluri manusia itu bagaikan serigala untuk selalu ingin mempertahankan dirinya

sendiri, bersaing, dan saling membinasakan sesamanya. Konflik dan pertikaian

antar sesama akan muncul manakala manusia mengikuti nalurinya tersebut. Untuk

menciptakan kehidupan yang aman dari konflik dan pertikaian tersebut, maka

manusia harus mengikuti akal sehat yaitu melepaskan hak untuk bebas berbuat

sekehendak sendiri dengan bersatu melalui perjanjian sosial yang diserahkan pada

satu penguasa (Leviathan) (Appadorai, 2005: 24).

Konsepsi Hak Asasi Manusia (HAM) dalam perkembangannya merupakan

implementasi nyata dari konsep hak alamiah dalam pemikiran Thomas Hobbes

yaitu hak alamiah merupakan jalan keluar untuk mengatasi keadaan yang

Page 4: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

4

disebutnya “homo homini lupus, bellum omnium contra omnes”. Keadaan

demikian dalam diri manusia tak ubahnya bagaikan binatang buas dalam legenda

kuno yang disebut “Leviathan”. Keadaan seperti itulah yang bagi Hobbes

manusia dengan akal sehatnya mendorong untuk membuat perjanjian masyarakat

(contract social) dalam mana rakyat menyerahkan hak-haknya kepada penguasa.

Bertitik dari sinilah, pandangan Hobbes ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai

teori awal yang mengarah pengembangan konsep HAM dalam suatu Negara yang

memiliki wewenang untuk mengatur hak-hak individu.

Hobbes dalam filsafatnya memandang manusia adalah pusat persoalan

sosial dan politik. Hobbes dalam hal ini memberikan sumbangan berarti dalam

usaha memahami manusia. Dengan kata lain, manusia menurut Hobbes tidak bisa

didekati dengan pendekatan normatif religius, karena pendekatan seperti ini

semakin menjauhkan dari realitas sosial yang sebenarnya. Cara terbaik mendekati

manusia adalah dengan melihat manusia sebagai “alat mekanis” dan

memahaminya dari pendekatan matematis-geometris. Hal ini mendorong Hobbes

menerima materialisme, mekanisme dan determinisme. Namun, Hobbes awal dari

pemikirannya yaitu melukiskan manusia-manusia ketika mereka hidup dalam

keadaan yang ia namakan state of nature dalam kondisi manusia sebelum

dicetuskannya kontrak sosial bahwa kehidupan manusia dalam keadaan alamiah

adalah buas dan serakah, yang diperjuangan melalui peperangan terus-menerus

demi mempertahankan dirinya (Jones, 1969: 120).

Page 5: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

5

Perjanjian lahir dari keadaan yang tidak teratur tersebut dibuatlah pengikat

oleh warga negara yaitu mereka bersepakat untuk membuat perjanjian dan

membentuk penguasa atau pemerintah. Setelah pemerintahan terbentuk maka hak-

hak warga negara menjadi hilang dan warga negara tidak dapat memberontak.

Dalam konteks ini, orang banyak yang dipersatukan dalam perjanjian sosial itu

disebut commonwealth. Di dalam commonwealth yang diutamakan adalah

perdamaian dan keamanan seluruh warga negara. Kewajiban pemerintah adalah

mengusahakan perdamaian dan perlindungan warga negara sehingga merasa

aman, dan menjanjikan kesejahteraan kepada rakyat.

Kekuasaan pemerintahan dalam mengatur hak alamiah manusia menurut

Hobbes itu ada pada raja dan gereja (negara dan agama), yang berarti kewajiban

warga negara di depan Negara dan agama adalah menaati kekuasaan raja dan

berbakti pada Tuhan. Berdasarkan dari hal tesebut, maka konsep Hak Asasi

Manusia (HAM) dapat dipahami sebagai hubungan antara warga negara dan

pemerintah yang diatur dalam hukum perjanjian atau undang-undang dan hukum

Tuhan (agama).

Teori kontrak sosial dalam pandangan Thomas Hobbes mengandaikan

bahwa sebelum terbentuknya suatu Negara selalu terjadi peperangan antar sesama

manusia yang disebut bellum omnium contra omnes. Hal tersebut merupakan

ungkapan bahwa setiap orang selalu menunjukkan sikap egoistis. Karena itu,

dibutuhkan kekuasaan bersama untuk mengakhiri peperangan tersebut, dan

Page 6: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

6

kekuasaan itu harus dibentuk berdasarkan suatu perjanjian untuk menaati

seseorang atau beberapa orang, dan orang yang melaksanakan perjanjian itu

disebut yang berdaulat.

Negara dalam melaksanakan perannya, memiliki beberapa hak yang

sifatnya memaksa atau mengikat dengan kekuasaannya secara sah terhadap semua

golongan kekuasaan lainnya dan dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan

bersama. Pemikiran tentang Negara ini sudah ada sejak zaman Yunani, kemudian

zaman Romawi, selanjutnya zaman abad Pertengahan, zaman Renaissance, zaman

berkembangnya hukum alam, dan kemudian zaman berkembangnya teori

kekuatan. Dalam hal ini, Hobbes memaparkan bahwa terbentuknya sebuah

Negara dikarenakan oleh perjanjian masyarakat (kontrak sosial). Negara dalam

teori ini lahir karena perjanjian yang dibuat antara orang-orang yang tadinya

hidup bebas. Perjanjian masyarakat ini tentunya diadakan agar kepentingan

bersama dapat terpelihara dan terjamin (Hardiman, 2007: 71).

Uraian di atas dapat dipahami bahwa Negara dalam pandangan Hobbes

sebagai bagian dari upaya individu-individu untuk menjamin perdamaian, kendati

antara individu-individu tersebut tidak dapat menghindarkan peperangan. Hak

asasi manusia dalam konteks ini merupakan upaya Negara untuk menjamin

perdamaian di antara warga negaranya. Karena itu, sebagai medium untuk

menciptakan perdamaian, maka Hak Asasi Manusia (HAM) haruslah bersifat

Page 7: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

7

universal dan dapat menjamin semua golongan, kelas dan perbedaan-perbedaan

yang hidup di dalam suatu Negara.

Konsepsi tentang Hak Asasi Manusia (HAM) telah mengalami proses

perjalanan panjang. Konsepsi HAM ini dimulai dengan Magna Charta pada tahun

1215 dan diteruskan hingga saat ini. Salah satu tokoh filsafat yang berjasa dalam

pemikiran Hak Asasi manusia adalah Plato. Ia menyatakan bahwa Hak Asasi

Manusia (HAM) tidaklah sama antara satu individu dengan individu yang lain.

Oleh karena itu, tidak ada persamaan kebebasan dan tentu saja tidak perlu usaha

untuk menciptakan kondisi-kondisi materiil yang sama (Budiardjo, 1988: 54).

Hak adalah tuntutan yang dapat diajukan seseorang kepada orang lain

sampai kepada batas-batas pelaksanaan hak tersebut. Hak Asasi Manusia (HAM)

adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia (Setiardjo,

1993: 71). Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh

masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan semata-mata berdasarkan

martabatnya sebagai manusia. Dalam arti ini, meskipun setiap orang terlahir

dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya dan kewarganegaraan yang

berbeda-beda, namun tetap memiliki hak-hak tersebut. Inilah sifat universal dari

hak-hak tersebut.

Selain bersifat universal, hak-hak tersebut juga tidak dapat dicabut

(inalienable). Artinya seburuk apapun perlakuan yang telah dialami oleh

seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan seseorang, ia tidak akan berhenti

Page 8: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

8

menjadi manusia dan karena itu tetap memiliki hak-hak tersebut dimanapun ia

berada. Bertitik tolak dari sinilah, Negara, pemerintah, atau organisasi apapun

mengemban kewajiban untuk mengakui dan melindungi Hak Asasi Manusia pada

setiap manusia tanpa terkecuali. Hal ini berarti bahwa Hak Asasi Manusia harus

selalu menjadi titik tolak dan tujuan dalam pengembangan, penegakan dan

penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Menarik kiranya untuk dikupas lebih lanjut tentang hak alamiah yang

terdapat dalam state of nature pemikiran Thomas Hobbes. Pemikiran Hobbes

dalam berfilsafatnya lebih menekankan pada cara bagaimana manusia bisa hidup

bersama dan berdampingan secara damai. Pemerintahan yang telah ditunjuk oleh

rakyatnya memiliki kekuasan tanpa batas dalam mengatur hak-hak asasi manusia

yang mengacu pada kesejahteraan bersama. Hal ini semua dilakukan supaya

tatanan kehidupan tetap bertahan, dan tidak jatuh ke dalam situasi perang atau

konflik yang mana watak penyimpangan dalam diri manusia selalu

mengedepankan egoisme dan hidonisme.

Begitu juga, pemikiran Thomas Hobbes yang tertuang dalam karyanya

“Leviathan” merupakan karya yang sangat menarik dan unik untuk dikaji,

khususnya pada metodologi yang dibangun tentang psikologi manusia, hak

alamiah, hukum alam, kontrak sosial, Negara dan kekuasaan. Bertitik tolak dari

sinilah, penulis memanganggap bahwa konsep hak alamiah dalam state of nature

Hobbes sebenarnya merupakan sebuah respon intelektual dan refleksi kritis

Page 9: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

9

terhadap proses sosial dan sejarah kehidupan manusia. Di samping itu juga,

hingga saat ini penulis menganggap teori-teori Hobbes masih relevan dengan

realitas sosial yang terjadi di Indonesia pada khususnya.

Indonesia sebagai Negara yang berlandaskan pada Pancasila wajib

melindungi dan menjunjung tinggi HAM, karena secara tidak tersirat masyarakat

telah menyerahkan sebagian hak-haknya kepada Negara untuk dijadikan hukum

(dalam teori kontrak sosial). Negara memiliki hak membuat hukum dan

menjatuhkan hukuman atas pelanggaran HAM. Dalam hal ini, Negara mempunyai

kekuasaan (power). Kekuasaan artinya mampu memaksakan kehendak kepada

pihak lain. Kekuasaan Negara tertinggi berarti kekuasaan yang tertinggi dalam

menentukan kehendak di dalam Negara tersebut (Joeniarto, 1990: 11).

Membicarakan pelanggaran HAM memang selalu menjadi isu menarik.

Bahkan semua yang melanggar kebebasan seseorang dinilai melanggar HAM.

Adapun maksud pelanggaran HAM adalah perbuatan orang atau sekelompok

orang termasuk aparat Negara baik sengaja atau tidak atau kelalaian secara

melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, mencabut HAM orang

atau kelompok orang yang dijamin oleh UU dan tidak mendapat atau

dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar.

Komisi HAM didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan kondisi

yang kondusif bagi pengembangan dan pelaksanaan HAM di Indonesia, serta

Page 10: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

10

meningkatkan perlindungan dan penegakkan Hak Asasi Manusia guna

berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya. Berdasarkan Undang-

Undang tentan Hak Asasi Manusia bahwa Komnas HAM memiliki fungsi untuk

melaksanakan pengkajian, penyuluhan, serta mediasi mengenai HAM di

Indonesia (Suwandi, 2005: 43).

Muncul dan berkembangnya konsep HAM di Indonesia dalam hal

penegakannya tentunya ditandai sejak HAM itu diperjuangkan ketika berhadapan

dengan kesewenang-wenangan kekuasaan Negara. Pelanggaran HAM juga

mungkin dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyatnya sendiri. Misalnya, pada

masa Orde Baru yang telah diketahui bersama bahwa kebebasan, berserikat, dan

mengeluarkan pendapat sangat dibatasi.

Kejahatan-kejahatan kemanusiaan dalam berbagai bentuknya telah sering

terjadi diberbagai daerah, seperti: penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan

atas orang-orang yang dianggap dapat mengancam dan menggoyahkan eksistensi

kekuasaannya. Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa pada rezim

Orde Baru yang represif dan otoriter telah banyak melakukan pelanggaran

pelanggaran HAM, sehingga menimbulkan gejolak sosial dan politik yang pada

akhirnya mengakibatkan kejatuhannya pada bulan Mei 1998 silam. Adapun

pelanggaran HAM yang terjadi pada masa ini, terutama kasus Semanggi I dan II,

Trisakti, dan kasus Poso.

Page 11: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

11

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

a. Bagaimana manusia dalam pandangan Thomas Hobbes?

b. Bagaimana pemikiran Thomas Hobbes mengenai hak alamiah?

c. Bagaimana relevansi pemikiran Thomas Hobbes tentang manusia dan hak

alamiah dengan pengembangan konsep HAM di Indonesia?

3. Keaslian Penelitian

Setelah melakukan penelusuran terhadap kepustakaan, penulis

menemukan beberapa hasil penelitian yang memiliki kesamaan dan perbedaan

dengan penelitian yang penulis lakukan, antara lain:

a. Sentosa Tarigan (UGM, 1976) judul skripsi Filsafat Thomas Hobbes Tentang

Asal Mula Negara, membahas asal mula Negara dalam pemikiran Thomas

Hobbes. Objek formal asal mula negara, sedang objek materialnya pemikiran

Thomas Hobbes.

b. Margiyono (UGM, 1984) judul skripsi Sumbangan Pemikiran Ki Hajar

Dewantara tentang HAM di Indonesia. Dalam skripsi ini lebih menekankan

pada penjelasan tentang Hak Asasi Manusia di Indonesia— yang

memfokuskan pada pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Page 12: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

12

c. Wasito (UGM, 2001), judul tesis Hak-hak Asasi Manusia Dalam Sistem

Hukum Indonesia sebagai Negara Hukum Demokrasi Modern. Dalam tesis ini

membahas objek formal hak-hak asasi manusia, sedangkan objek materialnya

sisitem hukum di Indonesia.

d. Danang Rahadyan P. (UGM, 2008), judul skripsi Komparasi Konsep

Ubermensch dan Hak Asasi Manusia Universal, dalam skripsi ini

menjelaskan pemikiran Ubermensch dalam kaintannya dengan hak asasi

manusia secara universal.

e. Arip Senjaya (UGM, 2010), judul tesis Bahasa Menurut Goenawan Mohamad

dan Relevansinya Bagi Masalah HAM di Indonesia, berisi penjelasan umum

atau deskripsi mengenai bahasa dan masalah hak asasi manusia di Indonesia.

Berdasarkan penelusuran peneliti di lingkup Universitas Gadjah Mada

belum ada penelitian Filsafat Manusia dalam Pemikiran Thomas Hobbes dan

Relevansinya dengan Pengembangan Konsep Hak Asasi Manusia di Indonesia.

karena itu penelitian ini dapat dikatakan baru pertama kali dilakukan serta dapat

dipertanggungjawabkan keasliannya.

Page 13: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

13

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah menjelaskan secara

deskriptif tentang landasan filosofis dalam pemikiran Thomas Hobbes. Berdasarkan

uraian rumusan masalah penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mendeskripsikan filsafat manusia dalam pemikiran Thomas Hobbes

b. Mendeskripsikan pemikiran Thomas Hobbes mengenai hak alamiah.

c. Menganalisis relevansi pemikiran Thomas Hobbes tentang hak alamiah bagi

pengembangan konsep HAM di Indonesia.

C. Mamfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

a. Bagi kajian filsafat, penelitian ini memperkaya khazanah kajian ilmu filsafat,

khususnya mengenai kajian tokoh Thomas Hobbes kaitannya dengan Hak

Asasi Manusia di Indonesia.

b. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi referensi untuk mengembangkan

penelitian yang terkait dengan tokoh Thomas Hobbes dengan meneliti aspek-

aspek pemikiran lainnya.

c. Bagi masyarakat dan bangsa Indonesia, sumbangsih penelitian ini bermanfaat

bagi kehidupan berbangsa di Indonesia.

Page 14: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

14

D. Tinjauan Pustaka

Pemikiran Tomas Hobbes mengenai state of nature ditulis dalam buku

Levithan (1660) adalah tokoh yang memopulerkan pernyataannya homo homini

lupus, bellum omnium contra omnes. Ia mengandaikan bahwa manusia pada dasarnya

buruk, bengis dan egoistis, karena masing-masing berusaha mempertahankan dirinya

dengan melakukan apapun dalam pemenuhannya. Bahkan dengan tindakan-tindakan

yang dapat mencederai atau merugikan orang lain. Demi mempertahankan

kehidupannya, manusia akan melawan apapun yang mengancamnya termasuk melihat

manusia lain sebagai sosok yang dapat mengancam pertahanan dirinya. Keadaan

semacam ini akan menimbulkan permasalahan dalam hubungan antar

manusia/individu yaitu benturan antara individu yang satu dengan individu yang lain

dalam mengusahakan kepentingan terhadap pemeliharaan atau pertahanan diri.

Karena itulah Hobbes memiliki gagasan bahwa untuk mengatasi kondisi kekacauan

dan keluar dari problem tersebut, maka perlu diadakannya kontrak sosial (du contract

social) yang diserahkan pada satu sosok penguasa yang keras, tegas dan ditakuti oleh

rakyatnya (Hobbes dalam Gaskin, 1996: 11).

Thomas Hobbes (1996) dalam buku Leviathan yang diedit oleh J.C.A. Gaskin

dijelaskan bahwa hukum alam (Law of Nature) merupakan suatu aturan umum yang

dihasilkan dari penalaran manusia yang menyatakan bahwa manusia dilarang

melakukan tindakan yang dapat menghancurkan diri. Secara alamiah/kodratnya

manusia tercipta secara setara dengan indera-indera pada tubuh dan pikiran. Dengan

Page 15: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

15

begitu, ketika ditemukan satu orang lebih kuat daripada yang lain dalam hal

ketubuhan atau kecepatan berpikir dan menganggap mereka berbeda antara satu

dengan yang lain, maka itu bukan suatu hal yang penting. Karena manusia memiliki

kecakapan serta keunikan masing-masing—yang lemah bisa saja dapat membunuh

yang kuat. Ini berarti siapapun, setiap orang tetap saja memiliki keadaan yang sama

dimana mereka memungkinkan untuk hidup dalam keadaan berbahaya (Gaskin, 1996:

95-106). .

Selain itu, dalam pembahasan mengenai hukum alam, Hobbes juga

menunjukkan bahwa konsep golden rule merupakan cerminan hukum alam (law of

nature). Jika seseorang menginginkan agar orang lain berbuat seperti yang

dikehendaki, maka ia harus berbuat seperti apa yang dikehendaki terhadap orang lain

tersebut. Sebaliknya, apapun yang tidak dikehendaki terjadi, maka jangan lakukan hal

tersebut kepada orang lain. Hobbes menunjukkan bahwa golden rule ini manusia

seharusnya menghargai dan memandang keberadaan orang lain secara setara dan

memiliki hak yang melekat secara alamiah. Dengan begitu, seseorang tidak akan

melanggar hak-hak orang lain agar hak-haknya sendiri juga tidak dilanggar oleh

orang lain (Gaskin, 1996: 86-95).

Armada Riyanto (2001: 8) dalam buku HAM Telaah Filosofis Teologis

menyebutkan bahwa Thomas Hobbes merupakan salah satu filsuf yang memiliki

kontribusi langsung dalam pemikiran filsafat dan politik Negara. Ia berkontribusi

besar dalam memberikan kerangka pemikiran hak asasi modern melalui teori natura

Page 16: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

16

atau kodrat, “state of nature” (kondisi alami hidup manusia) dan hukum alam.

Konsepsi Hak Asasi Manusia dapat dilihat pada teori natura, menurut Hobbes

manusia harus dipikirkan dalam konteks dan ruang lingkup kondisi sebelum

“political society”. Natura manusia adalah hidup manusia pada saat di mana belum

atau tidak ada pemerintahan politik. Hal ini berarti tidak adanya hukum yang

mengatur kehidupan manusia. Bila ada, pasti mengganggu hak kodrat ini.

A.P. Martinich (1992: 104) dalam buku The Gods Of Leviathan Thomas

Hobbes On Religion and Politics menyebut hukum kodrat termasuk hak alamiah.

Namun keduanya ada perbedaan bahwa hukum alam ditambahkan dengan muatan

atau kandungan kewajiban dari hak alamiah. Hobbes mengatakan bahwa hukum

alamiah adalah hukum asli (genuine law). Hukum alam berkaitan dengan pelarangan

untuk melakukan hal-hal yang merusak kehidupan atau merampas cara-cara

kelangsungannya. Hukum alam ini mengajak setiap individu untuk menciptakan

kedamaian sejauh mungkin membela diri bilamana dianggap perlu. Hukum alam itu

juga berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian yang telah dibuat. Sementara hukum

alam (Law of Nature), ini merupakan suatu aturan umum yang dihasilkan dari

penalaran manusia yang menyatakan bahwa manusia dilarang melakukan tindakan

yang dapat menghancurkan diri.

Konsep State of nature disisi lain harus dipahami sebagai kondisi pra-political

society (sebelum politik masyarakat). Manusia dalam societas politik adalah manusia-

manusia yang tidak asli lagi, tidak otentik dan tidak orisinal. Manusia dalam societas

Page 17: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

17

politik adalah manusia yang sudah memiliki peradaban. Mereka harus sudah taat

kepada hukum dan sering kali hukum dijalankan tanpa adanya persoalan. Manusia

dari kodratnya (state of nature) tidak mengenal hukum positif sebagaimana

diberlakukan dalam political society. Sebab itu dalam state of nature tidak ada

keadilan dan ketidakadilan (Riyanto, 2001: 9).

Hobbes melihat hukum sebagai kebutuhan dasar bagi keamanan individu. Di

tengah orang orang liar yang suka saling memangsa, Hukum merupakan alat yang

penting bagi terciptanya masyarakat yang aman dan damai. Bagi Hobbes, sesuai

posisinya sebagai penganut materialisme, manusia (sejak zaman purbakala) dikuasai

oleh nafsu-nafsu alamiah untuk memperjuangkan kepentingannya sendiri. Tidak ada

pengertian adil atau tidak adil melainkan hanyalah nafsu-nafsu manusia. Didalam

keadaan seperti itu terjadilah bellum omnium contra omnes dimana setiap orang

selalu memperlihatkan keinginannya yang sungguh-sungguh egoistis. Bagi manusia-

manusia seperti ini, jika tidak ada Hukum, maka demi mengejar kepentingan diri,

mereka akan terlibat dalam war off all against all (perang semua melawan semua).

Tanpa Hukum yang di tegakkan oleh penguasa yang kuat, maka individu-individu

akan saling membinasakan. Hukum merupakan pilihan dasar manusia untuk

mengamankan hidup masing-masing terhadap serangan orang lain (Riyanto, 2001:9).

Bertrand Russell (2002: 720) dalam buku Sejarah Filsafat Barat Dan

Kaitannya Dengan Sosio-Politik Dari Zaman Kuno Hingga Sekarang menjelaskan

bahwa Thomas Hobbes sebagai penganut empiris-materialistik, menurutnya bahwa

Page 18: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

18

pengetahuan manusia hanya diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal

dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan

diteguhkan oleh pengalaman. Sementara dalam materialismenya, ia mengasumsikan

bahwa hidup tidak lain adalah gerakan dari anggota badan, sehingga hal ini tidak

berbeda dengan gerakan mesin otomatis yang merupakan sebuah kehidupan tiruan

(artificial life). Lebih lanjut, dalam bukunya “Leviathan” Ia juga menganalogikan

bahwa persemakmuran (commonwealth) adalah seorang manusia tiruan (artificial

man), dan kedaulatan adalah sebuah jiwa tiruan (artificial soul). Dengan tiruan-tiruan

itulah dalam hidup ini bagi Hobbes yang dapat menggantikan akan sabda Tuhan

“kami jadikan manusia”.

F. Budi Hardiman (2004:71) dalam buku Filsafat Modern Dari Machiavelli

Sampai Nietzsche menjelaskan bahwa konsep kontrak sosial yang berisikan dengan

perjanjian-perjanjian harus dikelola oleh Negara karena tidak ada jaminan dari

individu-individu untuk menciptakan kedamaian. Perjanjian-perjanjian yang dibuat

oleh individu-individu tersebut rapuh. Dengan demikian, maka dibutuhkan lembaga

Negara yang dapat menjadi penjamin adanya perdamaian bagi individu-individu yang

terlibat. Hanya Negara yang memiliki kekuasaan monopoli dan memaksakan

kehendaknya kepada rakyat.

W.T. Jones (1969: 120) dalam buku Hobbes to Hume: A History of Western

Philosophy menyebutkan bahwa Hobbes dalam filsafatnya menolak tradisi skolastik

yang berusaha menerapkan konsep-konsep mekanik dari alam fisika kepada

Page 19: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

19

pikirannya tentang manusia dan kehidupan mental. Hal ini mendorongnya untuk

menerima materialisme, mekanisme dan determinisme. Namun Hobbes melukiskan

manusia-manusia ketika mereka hidup dalam keadaan yang ia namakan state of

nature (keadaan alamiah), yang merupakan kondisi manusia sebelum dicetuskannya

kontrak sosial bahwa kehidupan manusia dalam keadaan alamiah adalah buas dan

singkat, karena merupakan perjuangan dan peperangan yang terus-menerus demi

mempertahankan dirinya.

S.A. Lloyd (2009: 97-151) bukunya yang berjudul Morality in the Philosophy

of Thomas Hobbes Cases in the Law of Nature membahas tentang filsafat moral

menurut Thomas Hobbes, secara khusus membahas tentang hukum alam. Di dalam

Negara, terdapat hubungan antara penguasa dengan rakyat yang saling

membutuhkans satu sama lain. Di samping itu juga, buku ini membahas tentang

hubungan kedua entitas itu dalam membentuk Negara berdaulat.

Carl Schmitt (1996), The Leviathan in the state theory of Thomas Hobbes:

Meaning and Failure Of A Political Symbol membahas tentang Leviathan dimulai

dengan Leviathan sebagai gambar mitologis, dan impor seperti gambar untuk sejarah,

mungkin politik, pada pencernaan teori politik Hobbes. Kemudian, interpretasi

evaluasi Schmitt dari gambar ditetapkan, yang mengundang evaluasi pesan

Leviathan, struktur, dan itu peran dalam teori politik Hobbes, dan sejarah teori politik

demokrasi liberal. Hal ini memungkinkan untuk pemeriksaan keberatannya,

melemahnya utamanya, yang paling eksplisit, serangan Tractatus Spinoza.

Page 20: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

20

E. Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian ini adalah filsafat manusia dalam kaitannya

dengan pengembangan konsep HAM di Indonesia. Menurut Abidin (2007: 3), filsafat

manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti

hakikat atau esensi manusia. Pada intinya filsafat manusia adalah ilmu filsafat yang

membahas tentang esensi manusia yang mencakup semua dimensi dari manusia.

Maksud dari semua dimensi adalah membahas tentang fisik manusia, mental

manusia, hakikat manusia, kedudukan manusia, tujuan asasi hidup manusia, apa yang

harus dilakukan manusia dalam hidup, dan lain-lain.

P.A. van der Weij (1988: 6-7) menegaskan, bahwa manusia adalah suatu

makhluk yang bertanya. Dari semula manusia berbakat filosofis sebagaimana tampak

dengan jelas pada anak-anak. Bahkan manusia mempertanyakan dirinya sendiri,

keberadaannya dan dunia seluruhnya.

Manusia dapat diselidiki dalam kajian kefilsafatan. Menurut Theo Huijbers

(1986: 10) dalam Manusia Merenungkan Makna Hidupnya, berpikir secara filsafat

tentang manusia adalah mencari makna hidup yang benar, dengan sekaligus menilai

secara kritis pandangan-pandangan yang telah dipegang lebih dulu tentang hidup

manusia itu.

Filsafat manusia merupakan sebuah hasil dari perumusan yang ada mengenai

siapa sebenarnya manusia dan bagaimana hakikat dari manusia itu sendiri dan segala

yang berkaitan pada manusia. Bisa juga diartikan filsafat manusia sebuah pandangan

Page 21: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

21

tentang hakikat yang sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan

segala kaitannya yang telah dirumuskan melalui sebuah proses berfikir secara

mendalam. Hakikat manusia adalah manusia itu merupakan berkaitan antara badan

dan ruh, karenanya hakikat pada manusia adalah ruh sedangkan jasadnya hanyalah

alat yang dipergunakan oleh ruh saja, tanpa kedua subtansi tersebut tidak dapat

dikatakan manusia (Munir, 2008: 12).

Kajian filsafat manusia ini dipandang sebagai makluk yang memiliki

kompleksitas di dalam dirinya. Dengan kata lain manusia terdiri atas unsur jamani

dan rohani serta akal yang bisa menggerakkannya untuk melakukan suatu hal.

Manusia juga bergantung pada lingkungan sosial dimana ia berada. Pertama, aspek

unitas-kompleksitas manusia sebagai makhluk hidup yang terdiri dari berbagai taraf.

Kedua, aspek historisitas yang mencakup persamaan dan perubahan di dalam proses.

Ketiga, aspek sosialitas manusia yang mempunyai martabat pribadi dengan

kebebasannya sehingga tidak boleh dikorbankan demi kepentingan yang lain (Hadi,

1996: 38-39).

Manusia merupakan makhluk yang kompleks, dalam diri manusia terdapat

kesatuan dan sekaligus keberagaman. Manusia terdiri dari badan dan jiwa, yang

masing-masing mempunyai kegiatan, kemampuan, dan gaya serta perkembangannya

sendiri. Kesatuan dan keberagaman jati diri manusia yang memberikan kekayaan

kepada manusia, tetapi sekaligus menyebabkan kesulitan untuk memahaminya secara

tepat tentang jati diri (Hadi, 1996: 25-26).

Page 22: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

22

Manusia secara alamiah memilki hak-hak dasar yang tidak dapat diambil dan

dicabut oleh orang lain. Kebebasan dan kemerdekaan bagi manusia. Kebebasan

menjadi kepantasan untuk dimilki setiap individu mengingat individu memliki

perangkat tubuh dan akal budi yang telah termiliki sejak lahir sebagai makhluk hidup.

Beranjak dari sinilah dapat dipahami bahwa setiap individu memiliki kebebasan

menjadi suatu keutamaan yang layak dimiliki manusia dan patut diakui karena

dengan kebebasannya manusia dapat mengakses hak-haknya, terutama menyangkut

hak-hak dasarnya, maka atas dasar inilah kebebasan dalam bertindak maupun berpikir

sesuai dengan pilihannya sendiri serta absennya suatu batasan yang membatasi

dirinya untuk bertindak memang selayaknya dimiliki manusia.

Komleksitas keberadaan manusia mengarahkan pada sistem pengembangan

dan penegakan konsep HAM. Hak Asasi Manusia menurut Hobbes adalah hak

alamiah melekat dan dimiliki oleh setiap individu manusia dalam hidupnya. Hal ini

dapat dikatakan Hak Asasi Manusia merupakan hukum alam (natural law) yang

dianggap sebagai hukum yang tertinggi dan abadi pada alam, yang kemudian

dijadikan acuan dalam pembentukan norma moral dan aturan tingkah laku manusia.

Begitu juga, kebebasan menurut Hobbes adalah bersifat alamiah. Artinya

dalam kondisi alamiah (state of nature), kebebasan merupakan hak alamiah yang

melekat dalam diri manusia. Karean itulah, manusia denga “hak bebas” nya beserta

keuatan dan kekuasaan (power) selalu disesuaikan dengan kehendaknya dalam rangka

pemeliharaan diri (Hobbes dalam Gaskin, 1996: 86).

Page 23: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

23

Keberadaan manusia secara alamiah atau kodratnya tercipta dengan indera-

indera, tubuh dan pikiran. Karenanya manusia memiliki kecakapan serta keunikan

masing-masing, yakni keadaan alamiahnya manusia menunjukkan tidak ada manusia

yang kuat dan lemah, karena pada kenyataannya manusia yang lemah bisa saja

membunuh yang kuat. Ini berarti siapapun, keberadaan manusia tetap saja memiliki

keadaan yang sama dimana setiap manusia memungkinkan untuk hidup dalam

keadaan yang berbahaya. Untuk menghindari kondisi tersebut maka manusia

seharusnya menghargai dan memandang keberadaan orang lain secara setara dan

memiliki hak yang sama dan melekat secara alamiah. Berdasarkan hal tersebut,

eksistensi pengembangan konsep HAM sebenarnya bermuara pada kesadaran

seseorang tidak akan melanggar hak-hak orang lain agar hak-haknya sendiri juga

tidak dilanggar oleh orang lain.

F. Metode Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan dalam penelitian ini terdiri atas bahan primer yang diambil dari

buku-buku yang secara langsung membahas tentang permasalahan yang akan

diteliti. Selain bahan primer, penelitian ini juga menggunakan bahan sekunder

yaitu bahan kepustakaan yang secara tidak langsung membicarakan masalah yang

akan diteliti, namun masih relevan untuk dikutip sebagai pembanding.

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas:

Page 24: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

24

a. Bahan Primer

1. Hobbes, Thomas, 1996, Leviathan diedit oleh J.C.A. Gaskin, New York

Press: Oxford University Press Inc.

2. Martinich, A.P. 1992, The Gods Of Leviathan Thomas Hobbes On

Religion and Politics, Texas: Depertement Of Philosophy Cambridge

University Of Texas At Austin.

3. S.A. Lloyd, 2009, Morality in the Philosophy of Thomas Hobbes Cases in

the Law of Nature, New York, Cambridge University Press.

4. Carl Schmitt, 1996, The State Theory of Thomas Hobbes, Meaning and

Failure of Political Symbol, London: Greenwood Press,

b. Bahan Sekunder

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 1999. Tentang Hak

Asasi Manusia.

2. Weij, P.A.V.D, 1988, Filsuf-filsuf Besar tentang Manusia, terj. K.

Bertens, Jakarta: PT. Gramedia.

3. Lay, Cornelis. dkk. 2002, KOMNAS HAM 1998-2001 Pergulatan Dalam

Tradisi Politik. Yogyakarta: FISIPOL UGM

4. Ahmad, Baidlowi dan Bahehagi, Imam, 2009, Filsafat Politik; Kajian

Historis dari Zaman Yunani Kuno sampai Zaman Modern. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Page 25: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

25

5. Russell, Bertrand. 2002, Sejarah Filsafat Barat, terj. Sigit Jatmiko, dkk.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

6. Hardiman, F. Budi. 2007. Filsafat Modern Dari Machiavelli Sampai

Nietzsche. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

2. Jalan Penelitian

Penelitian ini diadakan dalam tiga tahap jalan penelitian literer:

a. Tahap pertama meliputi:

1) Pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder sesuai lingkup

penelitian.

2) Pembuatan kategori dengan menyatukan dan mengumpulkan dalam satu

kesatuan tersistimisasi.

b. Tahap kedua meliputi:

1) Klasifikasi data selanjutnya dilakukan pendeskripsian dan

penginterpretasian.

2) Analisis data sesuai dengan pemahaman peneliti tentang gejala hal yang

berhubungan dengan obyek penelitian.

c. Tahap Ketiga meliputi:

1) Penyusunan draft hasil penelitian.

2) Penyusunan laporan hasil penelitian secara sistematis dan mengikuti

format atau urutan baku dalam penelitian.

Page 26: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

26

3. Analisis Hasil Penelitian

Untuk memperoleh hasil maksimal yang diharapkan dari penelitian ini

adalah menganalisis data secara ilmiah dalam sebuah penulisan karya ilmiah,

tentu saja di perlukan metode sebagai sarana untuk memperoleh akurasi data yang

dapat di pertanggung jawabkan secara akademis serta menghasilkan karya ilmiah

yang sistematis. Adapun metode analisis yang digunakan sebagai berikut:

a. Hermeneutika

Peneliti menggunakan konsep hermeneutika Wilhelm Dilthey untuk

menangkap kandungan makna esensial dari konsep hak alamiah manusia

Thomas Hobbes. Hermeneutika Dilthey bertitik tolak dari filsafat hidup yang

membutuhkan suatu pemahaman (Das Verstehen) dari historisitas dan

pengalaman manusia (Mustansyir, 2009: 42).

Verstehen bagi Dilthey termasuk interpretasi karena ia melibatkan

penemuan kembali suatu makna yang tidak secara langsung jelas. Pemahaman

tentang manusia tidak terlepas dari makna historisitas, karena manusia

memahami dirinya melalui hidup, maka dibutuhkan interpretasi dalam suatu

pemahaman (Mustansyir, 2009:45). Dalam penelitian ini, peneliti mencoba

menunjuk arti, mengungkapkan, menerangkan esensi nilai-nilai secara objektif

yaitu makna tentang hak alamiah menurut Thomas Hobbes.

Page 27: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

27

b. Heuristika

Suatu metode untuk menemukan jalan baru dalam suatu ilmu

pengetahuan bahkan pada filsafat itu sendiri (Peursen, 1985: 96-112).

Heuristika bertujuan untuk memahami kehidupan manusia secara umum dan

dalam kehidupan sejarahnya. Dilthey berpandangan bahwa pertama, manusia

hanya dapat dipahami melalui konsep tentang hidup. Kedua, manusia adalah

makhluk menyejarah, karenanya hanya dapat diterangkan melalui sejarahnya

(Kuntowijoyo, 2008: 3).

Historisitas merupakan salah satu aspek yang memengaruhi manusia

dalam membentuk jati dirinya, karena manusia selalu berkembang dalam ruang

dan waktu. Peneliti mencoba menganalisis pemikiran Thomas Hobbes dengan

tinjauan filsafat manusia sebagai acuan untuk menggali makna hak alamiah

manusia, serta untuk menemukan relevansi pemikiran Thomas Hobbes dengan

pengembangan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.

G. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan bab pendahuluan. Terdiri atas latar belakang masalah yang

menliputi masalah penelitian, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat

penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian,

analisis penelitian sistematika penulisan.

Page 28: 1 PENDAHULUAN A. 1. kosmologi, epistemologi, filsafat ...etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/63197/potongan/S2-2013... · kosmologi, epistemologi, filsafat sosial, dan estetika,

28

Bab II, berisi diskursus filsafat manusia, pembahasannya diawali dengan

pengantar umum kajian filsafat terhadap manusia, pengertian filsafat manusia,

metode filsafat manusia, ciri-ciri filsafat manusia, dan aliran-aliran filsafat manusia.

Bab III, berisi biografi dan latar belakang pemikiran Thomas Hobbes meliputi

riwayat hidup, Konteks Sosio-Historis ThomasHobbes, karya-karya Thomas Hobbes,

tokoh-tokoh yang mempengaruhi Thomas Hobbes. Kemudian membahas pandangan

Thomas Hobbes tentang manusia.

Bab IV, berisi konsep Hak Alamiah Thomas Hobbes, diawali dengan

historisitas konsep hak alamiah, dinamika pemikiran hak alamiah yang meliputi;

landasan pemikiran hak alamiah, hak negatif dan hak positif. Hak alamiah:

kepemilikan diri dalam kehidupan, yang meliputi; konsep moral: perwujudan nilai

hak alamiah, kepemilikan diri: petunjuk adanya hak alamiah. Kemudian membahas

teori kontrak sosial sebagai manifestasi hak alamiah, yang meliputi; kontrak sosial:

jaminan atas perlindungan individu, negara sebagai produk kontrak sosial.

Bab V, berisi relevansi hak alamiah Thomas Hobbes perspektif filsafat

manusia dengan pengembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, diawali

dengan permasalahan HAM, yang meliputi pengertian HAM dan sejarah perjuangan

HAM, konsep pelaksanaan HAM dan perkembangan HAM yang meliputi

perkembangan HAM di Indonesia dan penegakan HAM di Indonesia.

Bab VI, berisi penutup, mencangkup kesimpulan dan saran.