1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN · PDF fileIndeks luas daun (LAI). Pengukuran LAI yang...

20
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1): Penilaian Kehilangan Hasil Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : @ub.ac.id 1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN PEMBELAJARAN 3. KEGIATAN BELAJAR 4. REFERENSI 5. PROPAGASI 6. PENDALAMAN 1. PENDAHULUAN Untuk mengukur atau menghitung sampai seberapa parah tingkat kerusakan tanaman akibat serangan patogen tertentu sehingga menimbulkan kehilangan hasil produksi utamanya umumnya dilakukan secara tidak langsung menghubungkan populasi patogen dengan penurunan hasilnya. Akan tetapi dikonversikan dahulu pada seberapa besar kerusakan fisik tanaman (anatomis dan morfologisnya) akibat terjadinya penyakit tertentu, hal inilah yang dikenal dengan istilah mengukur gejala penyakitnya. Asumsinya adalah apabila sebagian dari daun misalnya rusak, maka akan mengurangi fungsi fotosintesisnya sebesar kerusakannya tersebut sehingga berdampak pada hasil atau produksinya. Disini dikemukakan berbagai cara mengukur tingkat keparahan penyakit yang dilakukan atas dasar skoring atau standar diagram yang telah umum digunakan dalam bidang fitopatologi pada beberapa tanaman tertentu seperti serealia, kacang-kacangan, dan lain-lain. Pengetahuan ini sangat strategis dalam studi epidemiologi mengingat sulitnya seseorang menentukan secara pasti berapakah kehilangan hasil tanaman yang disebabkan oleh aktivitas patogen tertentu. Dengan dasar itu maka apabila cara pendekatan ini salah tentu akan berdampak pula pada analisis hasil yang berhubungan dengan tingkat serangan penyakit. Dengan katan lain bahwa pendekatan ini dimaksudkan untuk mengaktualisasikan tingkat kehilangan hasil dari yang bersifat kualitatif semata (misal: serangan berat, sedang, dan ringan) menjadi dapat diukur (kuantitatif) seperti persentase dari 0 sampai 100 %. 8 MODUL SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

Transcript of 1. PENDAHULUAN 4. REFERENSI 2. TUJUAN · PDF fileIndeks luas daun (LAI). Pengukuran LAI yang...

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN (S1):Penilaian Kehilangan Hasil

Faculty of Agriculture, Universitas BrawijayaEmail : @ub.ac.id

1. PENDAHULUAN

2. TUJUAN PEMBELAJARAN

3. KEGIATAN BELAJAR

4. REFERENSI

5. PROPAGASI

6. PENDALAMAN

1. PENDAHULUAN

Untuk mengukur atau menghitung sampai seberapa parah tingkat kerusakan

tanaman akibat serangan patogen tertentu sehingga menimbulkan

kehilangan hasil produksi utamanya umumnya dilakukan secara tidak

langsung menghubungkan populasi patogen dengan penurunan hasilnya.

Akan tetapi dikonversikan dahulu pada seberapa besar kerusakan fisik

tanaman (anatomis dan morfologisnya) akibat terjadinya penyakit tertentu,

hal inilah yang dikenal dengan istilah mengukur gejala penyakitnya.

Asumsinya adalah apabila sebagian dari daun misalnya rusak, maka akan

mengurangi fungsi fotosintesisnya sebesar kerusakannya tersebut sehingga

berdampak pada hasil atau produksinya.

Disini dikemukakan berbagai cara mengukur tingkat keparahan penyakit

yang dilakukan atas dasar skoring atau standar diagram yang telah umum

digunakan dalam bidang fitopatologi pada beberapa tanaman tertentu seperti

serealia, kacang-kacangan, dan lain-lain. Pengetahuan ini sangat strategis

dalam studi epidemiologi mengingat sulitnya seseorang menentukan secara

pasti berapakah kehilangan hasil tanaman yang disebabkan oleh aktivitas

patogen tertentu. Dengan dasar itu maka apabila cara pendekatan ini salah

tentu akan berdampak pula pada analisis hasil yang berhubungan dengan

tingkat serangan penyakit. Dengan katan lain bahwa pendekatan ini

dimaksudkan untuk mengaktualisasikan tingkat kehilangan hasil dari yang

bersifat kualitatif semata (misal: serangan berat, sedang, dan ringan)

menjadi dapat diukur (kuantitatif) seperti persentase dari 0 sampai 100 %.

8

MODUL

SELF-PROPAGATIN

G EN

TREPRENEU

RIAL EDUCATIO

NDEVELO

PMEN

T(SPEED)

Page 2 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University2. TUJUAN PEMBELAJARAN

3. KEGIATAN BELAJAR

PENILAIAN KEHILANGAN HASIL1. Pengantar

Epidemi penyakit dapat menimbulkan suatu kerugian atau kehilangan hasil secara ekonomi.

Pencegahan kehilangan hasil merupakan suatu tujuan utama ditinjau secara ekonomi dalam bidang

fitopatologi pada umumnya dan epidemiologi pada khususnya. Akan tetapi bagaimana cara menilai

kehilangan yang disebabkan oleh patogen tanaman, sementara didalamnya banyak terlibat berbagai

faktor yang menentukan kehilangan hasil atau menurunkan produksi. Untuk itu bab ini akan mencoba

merinci secara tepat untuk menaksir penyakit dalam hubungannya dengan kehilangan hasil tersebut

yang dikemukakan secara matematis dan imiginasi sehingga seseorang dapat meramalkan kerugian

yang akan terjadi.

2. Definisi

Untuk mencegah salah tafsir dalam perhitungan, maka baiklah diberikan batasan atau definisi

hal-hal yang berhubungan dengan masalah kehilangan hasil tersebut. Dalam hal ini terdapat tiga

kretarium utama yang perlu diperhatikan, yakni:

(a) Intensitas penyakit (disease intensity),

(b) Kerusakan tumbuhan (crop damage),

(c) Kehilangan hasil (crop loss).

1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengukur keparahan atau tingkat serangan

penyakit dengan menggunakan standar yang sudah teruji dan banyak dilakukan para

peneliti. Dengan cara ini maka kesalah persepsi mengenai ukuran keparahan penyakit dapat

diperkecil.

2. Membantu mahasiswa untuk mengembangkan sendiri standarisasi penilaian keparahan

penyakit berdasarkan teori yang benar dan melakukan pengujian portofolia ciptaannya

dengan sesama mahasiswa atau peneliti yang sudah terbiasa melakukan sistem penilaian

tersebut.

3. Membantu mahasiswa dalam menentukan sampel populasi berdasarkan pola sebaran

penyakit sehingga akan didapat data yang proposional.

Page 3 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya UniversityIntensitas penyakit

Kretarium ini masih dapat dibagi menjadi dua hal penting yaitu: pertama sebaran penyakit

(disease severity), yakni jumlah tumbuhan yang terserang dalam total satuan yang diuji dan

dinyatakan dalam persen, dapat berupa tanaman secara keseluruhan atau bagian tanaman seperti

daun, dan sebagainya. Kedua adalah keparahan penyakit (disease incidence), yakni luas jaringan

tanaman yang terserang penyakit, dinyatakan dalam persentase dari luas total yang diuji.

Kerusakan tanaman

Istilah ini dipakai untuk menunjukkan kerusakan akibat organisme yang merugikan yang secara

kolektif menyebabkan kerugian yang cukup berarti bagi hasil dan atau kualitas hasil yang dinyatakan

dalam kilogram atau jumlah produksi yang dihasilkan. Aktivitas organisme yang sedikit merugikan

pertumbuhan atau penampilan visual tetapi tanpa berpengaruh terhadap hasil disebut kerusakan

tanaman yang tampak (appearance crop injury).

Kehilangan hasil

Berhubungan dengan masalah ini terdapat berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan

berbagai macam istilah lain sebagai berikut:

1) Kehilangan potensial (potensial loss), yakni kehilangan yang mungkin timbul apabila tidak ada

tindakan pengendalian.

2) Kehilangan sebenarnya (actual loss), yakni kehilangan yang telah terjadi dan masih berjalan, yang

dapat dibagi lagi menjadi:

a) Kehilangan langsung (direct loss), ialah kerugian kualitas dan kuantitas produksi dan

kapasitas panen.

b) Kerugian tak langsung (indirect loss), meliputi pengaruh ekonomi dan sosial dari penyakit

tanaman pada pertanian berikutnya yang timbul pada berbagai sosial kemasyarakatan yang

dapat diklasifikasikan dalam berbagai macam pandangan. Ada dua klasifikasi yakni: kerugian

utama (primary loss), kerugian pada saat sebelum panen atau setelah panen dari produksi

tanaman akibat penyakit; dan kerugian kedua (secondary loss), kehilangan kapasitas panen

pada tanaman yang dipanen berikutnya (efek samping).

3. Intensitas/sebaran/keparahan penyakit

3.1. Penilaian penyakit atau fitopatometri

Adalah pengukuran penyakit, penentuan nilai X, yaitu bagian tanaman yang sakit. Untuk

perhitungan epidemiologi jaringan tanaman yang terserang (X) dipakai sebagai pengganti

persentase serangan (PA = procentage of attack).

Page 4 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University100

PAX

Dari nilai X ini dapat dihitung DAI (disease area index = indeks luas yang terserang):

LAIXLAIPA

DAI

100

Pada rumus ini LAI berarti indeks luas daun tanaman atau proyeksi permukaan daun dalam m2

per m2 luas lapangan untuk semua tanaman di atas luas lapangan m2 yang bersangkutan.

3.2. Cara mengukur penyakit

Mengingat tidak adanya resep yang langsung dalam mengukur penyakit maka di bawah ini

dikemukakan strategi umum dalam mengukurnya.

(a) Pengetahuan tentang tanaman sehat, yakni deskripsi secara saksama mengenai morfologi dan

perkembangan tanaman sehat mulai dari pesemaian sampai panen atau dari musim ke musim.

(b) Perkembangan penyakit pada tanaman, yakni penelaahan secara mendalam mengenai

perkembangan penyakit tanaman di lapangan atas seluruh tingkatan serangan. Membuat

portofolio awal (preliminary portfolio) dengan cara membuat kumpulan catatan penting yang

digambar, sketsa, dan mengukur yang dihasilkan dari telaahan tanaman sehat dan tanaman sakit.

(c) Penggambaran berdasarkan portofolio awal, pertama kali dibuat standar diagram atau kunci riset

untuk mengukur penyakit, kemudian membuat kunci lapangan sederhana yang mudah untuk

digunakan pengamat.

(d) Melakukan percobaan lapangan selama beberapa tahun, dimana kurva perkembangan penyakit di

plot dengan kunci lapangan; hasilnya dicatat untuk mengeplot dimana penyakit dibiarkan berjalan

menurut kondisi musim, dan dibuat pula plot-plot percobaan sedekat mungkin namun harus bebas

dari penyakit dengan cara menyemprotnya atau dengan cara lain.

Dari kurva-kurva yang diperoleh dalam percobaan lapangan tersebut, pemilihan penilaian

penyakit tertentu yang paling sesuai untuk mendefinisikan keparahan penyakit bila digunakan dalam

survey dan konversi penilaian-penilaian tersebut ke dalam nilai penurunan hasil.

Pengetahuan yang menyeluruh mengenai tanaman sehat agak diabaikan oleh sejumlah peneliti,

padahal merupakan hal yang paling penting. Berbagai kunci dan diagram untuk berbagai tanaman

telah dibuat dalam pustaka-pustaka dan beberapa contohnya dikemukakan dalam uraian berikutnya.

Mungkin yang paling dikenal adalah skala Feeks (Feeks scale) dalam bentuk kata-kata dan

digambar oleh Large. Cara yang lebih rumit adalah apa yang disebut kode desimal (desimal code) oleh

Chang, Konzac dan Zadoks. Tetapi skala ini dapat dipakai untuk hampir semua tanaman biji-bijian

termasuk padi dan jagung. Diagram yang ada mengenai tahapan-tahapan pertumbuhan sebenarnya

menunjukan perkembangan dan bukan pertumbuhan. Untuk penelitian yang terperinci, data

Page 5 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya Universitypertumbuhan yang benar kiranya diperlukan. Berikut ini beberapa estimasi dan pengukuran

sederhana:

a. Pengukuran tanah dalam persen.

b. Jarak tanam dalam meter.

c. Tinggi tanaman.

d. Indeks luas daun (LAI).

Pengukuran LAI yang tepat sulit dilakukan, tetapi luas daun dapat dihitung dengan cepat

dengan jalan menggunakan salah satu dari metode berikut:

- Ukur panjang dan lebar, hitung hasilnya dan kalikan dengan faktor koreksi untuk bentuk daun yang

ditentukan dalam percobaan lain.

- Bandingkan daun dengan diagram luas standar dari ukuran daun yang dirancang untuk tujuan

tersebut.

- Estimasikan luas daun dengan beberapa model luas, yang telah dihitung di atas bahan transparan.

Ketiga metode di atas bersifat non destruktif, artinya bahwa pengukuran dilakukan pada

interval teratur, karena tanaman dan daun dapat diukur tanpa merusaknya. Bagi tanaman yang mati

adalah merupakan hal yang normal pada perkembangan tanaman dan pertanaman yang sehat dan ini

harus dibedakan dengan kerusakan tanaman akibat penyakit.

3.3. Keparahan penyakit

Untuk menggambarkan keparahan penyakit biasanya dibuat dengan cara membagi kisaran

antara bagian yang bebas penyakit sampai terkena seluruhnya menjadi sejumlah kategori serangan

atau kelas-kelas serangan. Pembagian ini harus dilakukan dengan cermat. Apabila jumlah kelas yang

dibedakan itu terlalu kecil maka akan sulit untuk membuat deskripsi perbedaannya, sebaliknya apabila

jumlahnya terlalu banyak maka akan memakan waktu untuk menentukan pemilahannya dalam hal

kecocokan bagian yang terserang.

Terdapat berbagai cara untuk menentukan pemilahan bahan tanaman yang terserang penyakit,

yakni:

- Skala penyakit. Memberikan gambaran secara verbal dan angka mengenai kelas-kelas yang harus

dibedakan (Tabel 1).

- Diagram luas standar. Terdiri atas gambar-gambar skematis mengenai pemilahan yang harus

dibedakan (Gambar 1 s/d Gambar 18 seperti dikemukakan oleh James, 1971).

- Kunci lapangan. Yaitu metode cepat untuk penilaian visual penyakit pada daun pada seluruh tanaman

dalam plot-plot dan dalam kebun produksi (Tabel 2).

Page 6 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya UniversityTabel 1. Sistem skoring keparahan penyakit hawar batang bergetah oleh Didymella bryoniae pada

semangka (Gusmini, et.al., 2002).

Skor(nilai)

Kretarium

0 Tidak ada gejala1 Daun menguning (hanya indikasi tanaman sakit)2 Gejala ringan, pada daun terjadi nekrosis <20%3 Gejala sedang, pada daun terjadi nekrosis 21-45%4 Gejala meluas, pada daun terjadi nekrosis >45%5 Beberapa daun mati, pada batang tak ada gejala6 Gejala ringan, pada daun terjadi nekrosis <20%; dan adanya nekrosis

pada petiole dan batang sepanjang <3 mm7 Gejala sedang, pada daun terjadi nekrosis 21-45%; dan adanya

nekrosis pada petiole dan batang sepanjang 3-5 mm8 Gejala meluas, pada daun terjadi nekrosis >45%; dan adanya

nekrosis pada petiole dan batang sepanjang >5 mm9 Tanaman mati

Skala penyakit berkisar antara 0 - 100% berpenyakit, tetapi suatu pilihan selalu dibuat diantara

sejumlah kelas-kelas persentase serangan (PA) yang berbeda, misalnya 0,1 %; 1%; 5%; 10%, 20%;

.....dst.

Ketetapan metode ini cukup untuk penerapan praktis. Pengamatan yang terlatih dapat

memperkirakan persentase serangan tersebut. Catatan: Perlu diperhatikan gejala yang berukuran

sama tidak berarti berpengaruh sama. Serangan Piricularia oryzae pada leher malai tanaman padi

walaupun berukuran sama dengan luka pada daun akan mempunyai pengaruh yang secara dramatis

berbeda terhadap hasil dan kerugian panen. Dengan menggunakan diagram luas standar maka harus

dibedakan persentase luas daun sebenarnya dari gambar yang dipindahkan ke persentase penyakit

relatif mulai dari 0 sampai 100 persen, skala 2 untuk keparahan penyakit relatif lebih umum dipakai.

Tabel 2. Skala lapangan untuk mengukur keparahan hawar daun kentang oleh Phytophthora infestans(Zadoks dan Schein, 1979).

Tingkatserangan(%)

Deskripsi

0 Tak nampak gejala di lapangan0,1 Hanya sedikit tanaman terserang disana-sini; nampak 1-2 bercak dalam radius 12 yard1 Nampak sekitar 10 bercak per tanaman, atau bercak meluas ringan5 Sekitar 50 bercak per tanaman, atau terserang satu helai dari 10 daun terserang25 Hampir setiap helai daun menunjukan luka, tanaman masih tumbuh normal, tetapi

lapangan mulai berbau busuk hawar daunnya masih hijau sekalipun setiap tanamanterserang

50 Setiap tanaman terserang dan ½ luas daun rusak oleh hawar: kebun nampak masihhijau disertai bercak-bercak coklat

75 Sekitar ¾ luasan daun rusak oleh hawar: kebun nampak didominasi warna coklatdibandingkan hijau.

95 Hanya sedikit daun yang nampak hijau, tetapi batang masih hijau100 Seluruh daun mati dan batangnya juga mati atau hampir mati

Page 7 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya UniversityMengingat sistem skoring ini belum menunjukan keparahan penyakit dalam bentuk persentase

yang umumnya menjadi panduan umum, maka dari skor yang didapat tersebut perlu dikelompokan

menjadi sistem numerik dengan menggunakan rumus yang umum diacu dalam proteksi tumbuhan

(Anonim, 1984), sebagai berikut:

%100.

).(X

ZN

vnI , dengan keterangan sebagai berikut:

I = Tingkat serangan (%), n = jumlah skor yang sama, v = nilai skor, N = jumlah sampel yangdiamati, Z = nilai skor tertinggi (dalam contoh angka 9).

Untuk jenis penyakit lainnya dapat dikembangkan sendiri apabila belum didapat dan perlu

dilakukan validitasnya dengan menggunakan beberapa pengamat yang kemudian hasilnya dipadukan

untuk melihat sampai seberapa jauh standar deviasinya. Sebagai catatan perlu diketahui bahwa

skoring yang dibuat jangan terlalu banyak atau sedikit karena akan menyulitkan dalam memposisikan

kretariumnya, maksimal sekitar 10 dan minimal sekitar 7.

Skala lapangan tersebut sangat membantu untuk bekerja cepat dalam menduga kerusakan di

lapangan secara langsung bagi para petani atau petugas survey karena telah diduga langsung ke

persentase penyakitnya.

Gambar 1. Standar diagram karat daun serealia, digunakan untuk tanaman: oat - Puccinia coronata;gandum - Puccinia triticina; dan barley – Puccinia recondita (James, 1971).

Page 8 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University

Gambar 2. Standar diagram karat batang (Puccinia graminis) serealia, digunakan untuk tanaman: oat,gandum, dan barley (James, 1971).

Gambar 3. Standar diagram powdery mildew (Erysiphe graminis) serealia, digunakan untuk tanaman:oat, gandum, dan barley (James, 1971).

Gambar 4. Standar diagram blotch bulir gandum (Septoria nodorum) (James, 1971).

Page 9 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University

Gambar 5. Standar diagram blotch daun gandum (Septoria nodorum) (James, 1971).

Gambar 6. Standar diagram blotch batang gandum (Septoria nodorum) (James, 1971).

Gambar 7. Standar diagram blotch daun atau batang: Drechslera avenaceae pada oat, Drechsleratritici-repentis pada gandum (James, 1971).

Page 10 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University

Gambar 8. Standar diagram “spindle strike mosaic” daun gandum (James, 1971).

Gambar 9. Standar diagram “bacterial black chaff” oleh Xanthomonas translucens pada daun gandum(James, 1971).

Gambar 10. Standar diagram “black stem” oleh Phoma medicaginis pada alfalfa (gejala pada batang)(James, 1971).

Page 11 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University

Gambar 11. Standar diagram “black stem” oleh Phoma medicaginis pada alfalfa (gejala pada daun)(James, 1971).

Gambar 12. Standar diagram “common leaf spot” oleh Pseudopeziza trifolii f.sp. medicaginis-lupulinaepada alfalfa (gejala pada daun) (James, 1971).

Gambar 13. Standar diagram “yellow leaf blotch” oleh Leptotrochila medicaginis pada alfalfa (James,1971).

Page 12 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University

Gambar 14. Standar diagram “stemphylium leaf spot” oleh Stemphylium totryosum pada red clover(James, 1971).

Gambar 15. Standar diagram “late blight” oleh Phytophthora infestans pada kentang (James, 1971).

Gambar 16. Standar diagram “common scab” oleh Streptomyces scabies pada kentang (James, 1971).

Page 13 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University

Gambar 17. Standar diagram “common bacterial blight” oleh Xanthomonas phaseoli pada kacang-kacangan, menyerang daun (James, 1971).

Gambar 18. Standar diagram “common bacterial blight” oleh Xanthomonas phaseoli pada kacang-kacangan, menyerang polong (James, 1971).

Cara yang dideskripsikan dalam standar diagram tersebut apabila digunakan dalam

pengamatan epidemi penyakit maka dapat mengukur laju perkembangannya seperti halnya yang

dilakukan oleh Eyal dan Brown (1975) pada penyakit “leaf blotch” oleh Septoria tritici pada tanaman

gandum, yang gejalanya tertutup oleh kumpulan piknidia seperti terlihat pada Gambar 6.19. Hasil

pengamatan tersebut kemudian dianalisis secara statistika bentuk hubungannya untuk melihat apakah

ada hubungan antara produksi piknidia pada daun dengan jumlah bercak yang terbentuk seperti

terlihat pada Gambar 6.20. Ternyata dengan berpedoman pada Gambar 6.19 hasilnya menunjukan

bahwa ada hubungan linier antara jumlah piknidia pada daun dengan persentase tertutupnya

permukaan daun tersebut.

Page 14 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University

Gambar 19. Standar diagram untuk mengukur tingkat serangan Septoria tritici atas dasar banyaknyapiknidia menutup permukaan daun gandum. A, menunjukan persentase sesungguhnya; B, skalatingkat serangan (Eyal dan Brown, 1975).

Gambar 20. Hubungan antara jumlah piknidia Septoria tritici dan persentase tertutupnya daungandum. A, menunjukan hubungan jumlah piknia dengan persentase penutupan oleh piknidia; B,hubungan antara akar jumlah piknidia per luas daun terhadap akar arcsin piknidia per luas daun (Eyaldan Brown, 1975).

Sebagai catatan untuk penggunaan standar diagram tersebut di atas perlu pula

dipertimbangkan bagian tanaman yang terserangnya, jika yang terserang adalah bagian yang

dianggap fatal yang dengan itu tanaman akan gagal panen, maka perhitungan tersebut tidak

diperlukan dan dianggap serangannya bersifat sistemik yakni seluruh batang terserang (100%).

Contohnya adalah pada penyakit “blast” oleh Piricularia oryzae dan “late blight” kentang oleh

Phytophthora infestans (Gambar 21).

Page 15 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University

Gambar 21. Standar diagram pada kentang (kiri) dan padi (kanan), bila menyerang batang kentangdan malai padi maka gejala pada daun tidak perlu dihitung dan dianggap batang tersebut terserang100% (Zadoks dan Schein, 1979).

Dengan uraian tersebut di atas menjadi jelas bahwa tipologi penyakit menyerang tanaman pada

dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yakni:

1. Menyerang seluruh bagian tanaman atau dianggap demikian sebagaimana contoh pada Gambar

6.21 tersebut, penyakit dengan tipe ini disebut sebagai penyakit sistemik (systemic disease).

Contoh yang umum antara lain: penyakit panama pada pisang (Fusarium cubense), layu bakteri

pada tomat (Pseudomonas solanacearum), rebah semai pada kedelai (Sclerotium rolfsii), dan

sebagainya. Cara menghitung tingkat kerusakan atau serangan tanaman adalah dengan

menghitung banyaknya individu tanaman terserang dibagi dengan populasi tanaman yang

diamati, yang bila dirumuskan adalah demikian Anonim, 1984):

%100xb

aI

Keterangan: I = intensitas atau tingkat serangan; a = jumlah tanaman terserang; b = populasitanaman yang diamati

2. Menyerang bagian tanaman (misal: daun, buah, ranting, dan sebagainya), dan gejalanya

seperti pada standar diagram di atas, penyakit tipe ini disebut sebagai penyakit non sistemik

(non systemic disease). Contoh dari penyakit tipe ini adalah: penyakit tepung pada daun apel

(Podosphaera leucotricha), penyakit karat pada serealia (Puccinia graminis), bercak ungu pada

bawang (Alternaria porri), dan sebagainya. Cara menghitung tingkat kerusakan tipe inilah yang

sebenarnya dikemukakan dengan metode pengukuran tersebut di atas, baik skoring maupun

menggunakan standar diagram.

3.4. Metode sampling

Kegunaan pengukuran penyakit sebagian sangat tergantung pada metode pengambilan sampel

yang dipakai. Teknik sederhana yang cukup baik adalah dengan membagi petak secara diagonal.

Page 16 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya UniversityKemudian secara acak memilih tanaman dan membuat skor keparahan penyakit. Pengulangan dapat

memberikan ketepatan. Prosedur pengambilan sampel yang baik akan memberikan informasi penting

mengenai epidemiologi. Tingkatan penyakit atau pusat infeksi (foci) dapat diketahui dan dalam

pengamatan selanjutnya dapat menghubungkannya dengan sumber inokulum tertentu dan variasi-

variasi dalam kondisi lingkungan. Di bawah ini dikemukakan oleh Celetti dan Potter (2009) suatu

teknik pengambilan sampel pada tanah kebun strawberry yang mengalami epidemi penyakit tular

tanah (soil borne disease) karena nematoda parasit tertentu (Gambar 22 s/d Gambar 26).

Gambar 22. Kebun tanaman strawberry yang terinfeksi nematoda, sebelah kiri nampak kerdil, dansebelah kanan tanaman sehat (Celetti dan Potter, 2009).

Gambar 23. Teknik pengambilan sampel tanah pada areal tanaman strawberry yang mengandungnematoda (Celetti dan Potter, 2009).

Gambar 24. Teknik pengambilan sampel tanah pada individu tanaman yang mengandung nematoda(Celetti dan Potter, 2009).

Page 17 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University

Gambar 25. Teknik pengambilan sampel tanah pada areal tanaman yang mengandung nematodaberdasarkan baris tanam dan diambil pada tanaman yang masih aktif tumbuh (Celetti dan Potter,2009).

Gambar 26. Teknik pengambilan sampel tanah pada areal tanaman yang mengandung nematodaberdasarkan baris tanam dan diambil pada tanaman yang telah mati (Celetti dan Potter, 2009).

4. Penilaian kerugian panen

Dalam arti yang luas hal ini dapat di dasarkan pada setiap kombinasi sumber berikut:

(a) Pernyataan para ahli (statement of the authority). Para ahli yang telah mempunyai banyak

pengalaman untuk memperkirakan pengaruh kerusakan dan akibatnya terhadap panen. Apabila

ahli tersebut adalah seorang ahli fitopatologi dengan pengalaman yang cukup, dalam penilaian

penyakit dan juga bertanggungjawab terhadap percobaan lapangan maka pernyataan-

pernyataannya dapat dipercaya sebagai pegangan yang cukup berarti.

(b) Kwis-kwis (enquiries) dalam bentuk pertanyaan yang diberikan pada petani dan orang-orang yang

berpengetahuan adalah cara yang populer untuk menentukan kerugian panen.

(c) Percobaan lapanganan adalah sarana satu-satunya untuk mendapatkan informasi yang dapat

dipercaya mengenai kerugian panen. Teknik percobaan lapangan untuk menentukan kerugian

panen sama dengan teknik untuk menentukan hasil.

(d) Survey. Umumnya dipakai bila penilaian kerugian dilakukan dalam skala regional atau nasional.

Cara yang paling sederhana adalah melakukan survey keparahan penyakit dan menentukan

Page 18 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya Universitykerugian dengan persamaan yang menghubungkan kerugian yang diharapkan dengan keparahan

yang diamati. Untuk menentukan parameter persamaan, maka percobaan lapangan penting sekali.

(e) Survey udara. Hal ini penting dilakukan apabila survey darat tidak memuaskan dengan alasan-

alasan sebagai berikut: Foci infeksi awal harus diketahui tempatnya; bahaya yang mendesak dan

harus segera dinilai; daerahnya tidak dapat didatangi atau terlalu luas.

5. Hasil

Dalam urain di atas telah diberikan penjelasan mengenai semua jenis kerugian yang dapat

terjadi akibat epidemi penyakit. Selanjutnya dibahas mengenai kerugian primer dari hasil dan kualitas

dengan terminologi yang dipakai oleh FAO dalam buku Crop loss assesment method, sebagai berikut:

a) Kerugian hasil adalah penurunan, baik kuantitas maupun kualitas hasil.

b) Hasil adalah produksi tanaman yang dapat diukur, merupakan satuan tanaman yang ditanam untuk

memberikan makanan, serat, stimula atau produk lainnya. Hasil ini dapat dibagi dalam tingkatan

berikut:

Hasil primitif; dicapai apabila tidak ada perlindungan tanaman sama sekali.

Hasil teoritis adalah hasil yang diperoleh pada kondisi terbaik menurut perhitungan

berdasarkan pertimbangan fisiologi tanaman dan pertanaman. Untuk mencapai hasil teoritis,

maka tanaman harus ditanaman di dalam kondisi payung kimia, yaitu suatu sebutan untuk

prosedur dimana semua gulma, hama dan penyakit dikontrol berulang-ulang dengan berbagai

pestisida dan pertumbuhan diatur menggunakan zat pengatur pertumbuhan tertentu. Payung

kimia adalah suatu alat penelitian dan jelas bukan suatu hal yang secara ekonomis dan

lingkungan yang baik.

Hasil yang dapat dicapai. Pemeliharaan tanaman yang baik termasuk penggunaan pestisida

yang baik, dapat memberikan hasil tinggi dalam percobaan. Bila tanaman ditanam pada kondisi

optimal dengan teknologi moderen yang tersedia seperti misalnya pada plot-plot percobaan,

hasil yang tinggi dan kualitas tinggi dianggap hasil yang dapat dicapai.

Hasil ekonomis. Definisi hasil yang dapat dicapai menyiratkan bahwa metode produksi yang

dipakai mungkin tidak ekonomis yang berarti bahwa pendapatan meningkat lebih dari

peningkatan biaya usaha kultur teknis. Hasil tinggi yang dicapai dengan praktek manajemen

yang baik (bervariasi sesuai dengan daerah, tanaman, dll.), disebut hasil ekonomis. Hasil

ekonomis dapat sama atau lebih rendah dari hasil yang dapat dicapai. Dalam hal pemeliharaan

yang mahal pada percobaan biasanya untuk mendapatkan hasil yang dapat dicapai, hasil

ekonomisnya biasanya lebih rendah dari pada hasil yang dapat dicapai.

Hasil sebenarnya. Hasil sebenarnya adalah hasil yang diperoleh dengan praktek pemeliharaan

tanaman yang ada. Dinegara-negara yang maju hasil sebenarnya bisa mendekati hasil

ekonomis; dinegara sedang berkembang jauh lebih rendah dari pada level tersebut. Hasil biji-

bijan yang rendah pada pertanian yang dimaksudkan untuk mencari nafkah tanpa input energi,

yaitu sekitar 1000 kg/ha masih merupakan hasil sebenarnya di beberapa daerah. Pertanian

Page 19 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya Universityyang baik menyiratkan perlakuan tanah yang baik, manajemen air, sertifikasi benih,

pemupukan, desinfeksi benih, pengendalian gulma dan penggunaan pestisida yang tepat.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kerugian panen adalah perbedaan antara hasil

sebenarnya dengan hasil yang dapat dicapai. Kerugian panen diakibatkan oleh berbagai penyebab

termasuk perlakuan tanah yang buruk, manajemen air yang buruk, benih jelek dan kurangnya pupuk

buatan atau kandang. Organisme penggangu tanaman (opt) yang berbahaya, antara lain jamur

patogen dapat menyebabkan kerugian panen yang cukup besar.

Terdapat tiga tingkatan kerugian panen, yaitu perbedaan antara hasil sebenarnya dan hasil

teoritis adalah kerugian teoritis. Perbedaan antara hasil yang sebenarnya dan hasil yang dapat dicapai

disebut kehilangan hasil (crop loss), yaitu suatu pengukuran yang mungkin telah dilakukan. Perbedaan

antara hasil yang ada dengan hasil ekonomis disebut kerugian ekonomi, yaitu pengukuran yang

seharusnya dilakukan.

Penekanan kerugian ekonomis adalah tujuan perlindungan tanaman, yang merupakan perang

yang tak akan berahir. Senjata yang memadai untuk ini hanya bisa dipakai apabila batasan ekonomis

(ukuran yang harus dicegah) diketahui. Hal ini biasanya tidak ada.

Dalam skema perkembangan yang dikerjakan di negara-negara sedang berkembang oleh badan

asing dan negara yang telah berkemabang tujuannya adalah selalu mendorong meningkatkan hasil

menuju hasil yang dapat dicapai (attainable yield). Pekerjaan ini menyiratkan suatu peningkatan

kerugian potensial (perbedaan hasil ekonomis dengan hasil yang dapat dicapai), paling tidak selama

teknologi pertanian, infrastruktur ekonomis dan susunan sosial belum disesuaikan ketingkat yang

sebenarnya. Dalam periode penyesuaian kekacauan ekonomis dan sosial potensinya meningkat.

4. REFERENSICeletti M. dan J. Potter. 2009. Sampling soil and roots for plant parasitic nematodes. Agriculture

and Agri-Food Canada.

Eyal, Z. dan M. B. Brown. A quantitative method for estimating density of Septoria tritici pycnidiaon wheat leaves. Phytopathology 66: 11-14.

Gusmini, G., T.C. Wehler, dan G.J. Holmes. 2002. Disease assessment for seedling screening anddetached leaf assay for gummy stem blight in watermelon. Cucurbit GeneticsCooperative Report 25: 36-40.

James, W. C. 1971. An illustrated series of assessment keys for plant diseases, their preparationand usage. Can. Plant Dis. Surv. 51 (2): 39-65.

Zadoks, J.C. and R.D. Schein. 1979. Epidemiology and plant disease management. Oxford Univ.Press. New York. 427 h.

Page 20 of 20

Mata Kuliah / MateriKuliah 2013Brawijaya University5. PROPAGASI

1. Mahasiswa mengumpulkan berbagai gejala penyakit dari lapangan pada berbagai stadium

perkembangannya, kemudian diukur tingkat keparahannya di laboratorium dengan

menggunakan standar yang ada pada bagian tanaman yang sakit, misal daun atau batang.

2. Mahasiswa secara berkelompok dibawa kelapangan untuk mengukur tingkat serangan penyakit

pada areal yang mengalami endemi pada sampel yang ditentukan secara proposional.

3. Hasil pengamatan didiskusikan didepan kelas dengan panduan dosen pengampu agar supaya

mahasiswa mampu membuat hal sejenis pada penyakit yang belum ada standarnya.

6. PENDALAMAN1. Apakah manfaat dari penggunaan fitopatometri dalam pengukuran kejadian penyakit tanaman di

lapangan.

2. Coba berikan penjelasan mengenai cara anda untuk mendapatkan sistem skoring atau standar

diagram pada penyakit tanaman tertentu. Jawaban anda bisa menggunakan gambar yang ada

sebagai teladan.

3. Bagaimana anda mengkonversikan hasil perhitungan anda secara fitopatometri dengan kehilangan

hasil dari budidaya komoditas tertentu.