1 nota keuangan dan rancangan anggaran pendapatan dan belanja ...

545
Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987 NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1986/1987 REPUBLIK INDONESIA

Transcript of 1 nota keuangan dan rancangan anggaran pendapatan dan belanja ...

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 1

    NOTA KEUANGAN

    DAN

    RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

    TAHUN ANGGARAN 1986/1987

    REPUBLIK INDONESIA

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 2

    BAB I

    UMUM

    Keputusan serta tekad bangsa Indonesia untuk melaksanakan pembangunan sejak

    semula telah dilandasi oleh keyakinan bahwa arti dan hakekat kemerdekaan dan perjuangan

    menegakkannya, adalah mewujudkan masyarakat Indonesia berkeadilan, berkecukupan lahir

    dan batin dalam suasana yang terbebas dari segala bentuk penjajahan, berdasarkan Pancasila

    dan bersendikan Undang-Undang Dasar l945. Telah pula disadari bahwa pembangunan,

    sebagai suatu proses perubahan yang memberi makna kemajuan bagi perjalanan sejarah

    bangsa, menuntut kesediaan berkorban serta menerima segala hikmat pasang surut perkem-

    bangannya, di samping mensyukuri nikmat kemajuan yang telah diraih.

    Sebagai suatu proses yang panjang dan menyangkut berbagai segi kehidupan,

    pembangunan acapkali dihadapkan kepada berbagai tantangan. Keberadaan Indonesia di

    tengah-tengah pergaulan dunia menghadapkannya kepada kendala dalam bentuk situasi

    dunia yang tidak menguntungkan. Perkembangan dunia serta imbangan tata hubungan dan

    kekuatan antarnegara di dunia dewasa ini tampak tidak lagi mengacu kepada kestabilan dan

    kedamaian demi kepentingan dan kemajuan bersama. Pertikaian politik dan konflik militer

    dalam dasawarsa 1970-an yang mewarnai kehidupan di berbagai kawasan di dunia, di-

    rasakan kini tidak semakin berkurang bahkan meluas dan meningkat intensitasnya. Di bidang

    ekonomi, serangkaian krisis moneter, pangan, bahan baku dan energi pada awal tahun 70-an

    yang melanda dunia, telah menimbulkan resesi hingga mencapai titik terendahnya pada

    tahun 1975. Di negara-negara industri resesi tersebut ditandai oleh laju inflasi yang

    meningkat tajam, pengangguran yang tinggi serta kemerosotan kegiatan ekonomi. Apabila

    selama dasawarsa 1970-an perekonomian kelompok negara maju tumbuh dengan rata-rata

    3,3 persen setahun, dan negara berkembang dengan rata-rata 5,1 persen setahun, maka

    selama dasawarsa 1980-an berbagai indikasi menunjukkan bahwa kedua kelompok negara

    tersebut akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih rendah dari pada itu. Suatu perkem-

    bangan ekonomi dunia yang sungguhpun gejalanya agak berbeda dengan depresi tahun

    1930-an, akan tetapi telah menimbulkan dampak yang berat dan luas pula. Pengaruh per-

    kembangan yang sedemikian ini telah merupakan kenyataan yang tak terelakkan bagi

    Indonesia maupun bagi banyak negara berkembang lainnya, yang sedang berjuang me-

    negakkan dan menaikkan martabat bangsanya. Dibandingkan dengan negara-negara ber-

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 3

    kembang lainnya, pengaruh kemelut perekonomian dunia oleh Indonesia sampai batas

    tertentu dapat terkendalikan, bahkan momentum dua masa putaran kenaikan harga minyak

    telah dapat dimanfaatkan bagi tersedianya dana untuk memacu pembangunan. Situasi

    minyak internasional yang berada pada kondisi yang tidak menggembirakan sejak 1982 telah

    mengakibatkan tertekannya sumber terbesar penerimaan negara. Sementara itu kelesuan

    permintaan dunia terhadap komoditi ekspor di luar minyak terus membayangi, sebagai akibat

    dari resesi yang berkepanjangan yang berlangsung dalam kerangka ketidakseimbangan

    struktural di bidang hubungan perdagangan antara negara maju dengan negara berkembang.

    Keadaan itu diperdalam lagi oleh sikap dan langkah-Langkah proteksionistis yang semakin

    kuat yang dilaksanakan oleh negara-negara industri.

    Latar belakang perkembangan di atas telah mewarnai periode sewaktu bangsa

    Indonesia mulai memasuki Pelita IV. Pengaruhnya makin terasa sampai akhir tahun kedua

    Pelita IV, serta ketika hendak memasuki tahun 1986/1987, sebagai pelaksanaan tahun ketiga

    Pelita IV. Resesi dunia yang berkepanjangan dan masa berlalunya lonjakan kenaikan harga

    minyak, bagi Indonesia telah memberikan pertanda bahwa dalam dasawarsa 1980-an per-

    kembangan ekonomi dan politik dunia telah memasuki era baru yang menuntut kewaspadaan

    penuh. Lingkungan dan suasana baru ini mutlak perlu ditanggapi dengan tekad dan orientasi

    baru oleh semua unsur pembangunan nasional demi untuk kelanjutan dan peningkatan

    pembangunan nasional.

    Selalu Siap untuk menghadapi segala tantangan, baik, yang bersumber dari dalam

    maupun dari luar negeri, dalam melaksanakan pembangunan kiranya telah merupakan sifat

    yang melekat dalam perjuangan Orde Baru. Kebijaksanaan di bidang ekonomi ditopang oleh

    terpeliharanya kestabilan kehidupan politik dan sosial yang bermuara kepada Trilogi Pem-

    bangunan, menjadikan Indonesia sebagai bangsa dan negara tetap tegar dalam melaksanakan

    pembangunan. Berbagai langkah kebijaksanaan di bidang ekonomi yang didasarkan kepada

    pengamatan permasalahan yang cermat serta sikap berhati-hati, dilaksanakan dalam acuan

    menanggulangi berbagai kesulitan atau pengaruh yang tidak diinginkan yang mungkin

    timbul. Sekaligus sebagai upaya untuk lebih meningkatkan kemandirian dalam pembiayaan

    pembangunan, menyebabkan Indonesia tidak terjebak dalam kesulitan hutang sebagaimana

    dialami oleh beberapa negara berkembang lainnya.

    Beberapa langkah kebijaksanaan ekonomi yang penting dan mendasar telah diambil

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 4

    Pemerintah sejak memasuki masa Pelita IV, dalam rangka mengamankan tujuan dan sasaran

    yang ingin dicapai dari ruang lingkup suasana global yang tidak mendukung. Seperti dike-

    tahui dalam Pelita IV hendak diusahakan terciptanya kerangka landasan bagi bangsa Indo-

    nesia untuk tumbuh dan berkembang terus, untuk kemudian dimantapkan dalam Repelita V,

    sehingga dalam Repelita VI nanti bangsa Indonesia sudah benar-benar dapat tinggal landas

    untuk memacu pembangunan menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan

    Pancasila. Rangkaian kebijaksanaan yang ditempuh Pemerintah diberbagai bidang senantiasa

    diusahakan agar merupakan suatu kebijaksanaan yang terjalin secara padu, konsisten dan

    saling mengisi, yang bercirikan tidak hanya sesuai dengan tuntutan kebutuhan pemecahan

    terhadap permasalahan yang timbul suatu waktu, akan tetapi juga mampu meletakkan

    landasan yang kuat bagi terselenggaranya kelangsungan dan peningkatan pembangunan di

    masa-masa mendatang. Singkatnya, suatu kebijaksanaan yang mampu mengatasi masalah-

    masalah jangka pendek dan juga sejalan dengan strategi pembangunan jangka panjang

    sebagaimana terkandung dalam Garis-garis Besar Haluan Negara. Secara umum

    kebijaksanaan di bidang keuangan negara dan moneter ditujukan kepada usaha memobilisasi

    dana pembangunan sebesar-besarnya, untuk diarahkan seefisien mungkin pada sasaran dan

    tujuan pembangunan, merangsang kegairahan investasi dan pemerataan tanpa mengorbankan

    stabilitas dan perluasan kesempatan kerja. Sedangkan kebijaksanaan di bidang perdagangan

    luar negeri diarahkan kepada upaya mengurangi ketergantungan pada ekspor migas, pening-

    katan penerimaan devisa dari ekspor bukan migas, pengaturan impor guna menunjang

    kestabilan dan pertumbuhan industri yang efisien, seraya menghemat penggunaan devisa.

    Memerangi ekonomi biaya tinggi, sebagai bagian dari usaha agar tercipta alokasi sumber

    ekonomi secara efisien, dilaksanakan dengan lebih memberi peranan kepada mekanisme

    kekuatan pasar seraya menghilangkan hambatan-hambatan yang bersifat struktural.

    Resesi ekonomi dunia serta memburuknya. pasaran minyak internasional dewasa ini,

    telah menimbulkan tekanan yang sangat berat terhadap keuangan negara. Dalam situasi yang

    sangat sulit yang dihadapi dalam penyusunan RAPBN 1986/1987, tidak banyak pilihan yang

    tersedia atau jalan terbaik yang dapat ditempuh, kecuali tetap berpijak pada kenyataan

    dengan bersiap diri menghadapi segala kemungkinan lebih buruk, tanpa kehilangan arah

    tujuan, pegangan serta harapan. Sikap realistis dalam menghadapi setiap kesulitan telah

    menjadi anutan perjuangan Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan selama ini. Yang

    demikian merupakan sikap yang justru diperlukan guna menunjang kelancaran pemba-

    ngunan itu sendiri. Hasrat untuk membangun melampaui kesanggupan yaitu dengan me-

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 5

    nanggalkan prinsip anggaran belanja seimbang atau cara pembiayaan inflatoir lainnya, serta

    menambah penggunaan bantuan luar negeri secara yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,

    hanya akan menambah parah keadaan serta menimbulkan beban dikemudian hari. Dalam

    kaitan ini kiranya jastru perlu dimantapkan terus prinsip anggaran berimbang, sebagai suatu

    sistem anggaran yang menganut azas disesuaikannya pengeluaran negara pada setiap tingkat

    penerimaan negara dengan mengupayakan terciptanya Tabungan Pemerintah yang optimal.

    Setelah penerimaan negara dari sektor minyak bumi dan gas alam mencapai puncak

    tingkat kenaikannya dalam masa Pelita I tidak kurang dari rata-rata 50 persen setiap tahun-

    nya, untuk kemudian menurun dalam Pelita II dan III menjadi rata-rata sebesar 43 dan 33

    persen per tahun, maka dalam dua tahun pertama Pelita IV menukik tajam dan diperkirakan

    hanya berkembang rata-rata sekitar 5 persen setahun. Relatif tingginya perkiraan realisasi

    penerimaan minyak bumi dan gas alam dalam tahun 1985/1986 dibandingkan dengan tahun

    sebelumnya, adalah disebabkan oleh meningkatnya perkiraan realisasi penerimaan dari LNG,

    sementara penerimaan dari minyak bumi diperkirakan mengalami penurunan. Dalam tahun

    anggaran mendatang atau tahun 1986/1987 penerimaan minyak bumi dan gas alam diperki-

    rakan mengalami penurunan sebesar 12,7 persen, dibandingkan dengan yang direncanakan

    tahun lalu, atau akan berjumlah sebesar Rp 9.738,2 milyar.

    Melihat kenyataan tersebut serta upaya perlunya mempertahankan laju pemba-

    ngunan pada tingkat yang layak, telah semakin penting dan mendesaknya usaha-usaha untuk

    lebih meningkatkan penggalian dan pemanfaatan secara optimal sumber-sumber dana

    pembangunan yang berasal dari dalam negeri. Bahwa pembangunan bukanlah hanya hak dan

    kewajiban Pemerintah, sesuai dengan azas demokrasi ekonomi sebagaimana tercantum

    dalam GBHN, mengandung arti tak dapat disangkal pula pentingnya meningkatkan

    peranserta masyarakat termasuk partisipasi sektor swasta dalam kegiatan pembangunan.

    Dalam rangka meningkatkan penerimaan negara di luar penerimaan migas, perlu digaris

    bawahi usaha-usaha yang telah dilakukan Pemerintah sampai saat ini. Suatu perubahan

    mendasar terhadap sistem perpajakan yang lama telah dilakukan Pemerintah ketika

    memasuki Pelita IV. Sejak tanggal 1 Januari 1984, telah berlaku Undang-undang Tentang

    Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan serta Undang-undang Tentang Pajak

    Penghasilan. Kemudian dalam waktu tidak terlalu lama, pada tanggal 1 April 1985,

    berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1985, telah dilaksanakan pula Pajak

    Pertambahan Nilai. Ketentuan mengenai pajak tersebut diatur dalam Undang-undang No.8

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 6

    tahun l983, yaitu Undang-undang tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

    Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Ketentuan-ketentuan perpajakan tersebut merupakan

    langkah awal yang penting dan menentukan serta membuka lembaran baru dalam sistem

    perpajakan di Indonesia. Ketentuan-ketentuan dalam perundangan pajak yang baru tersebut

    di samping lebih sederhana dalam banyak segi pada sistemnya, serta sifatnya yang lebih

    mencerminkan rasa keadilan dan menjamin kepastian hukumnya, keutamaan lain yang

    menonjol ialah diberikannya kebebasan pada wajib pajak dalam menghitung, menetapkan

    dan membayar sendiri kewajiban pajaknya. Dengan demikian dua sasaran ganda dapat

    dicapai. Di satu pihak bagi para wajib pajak dituntut untuk menghitung dan menetapkan

    kewajiban pajaknya secara jujur, dengan akibat akan mendapat sanksi apabila kemudian

    diketahui ternyata penetapan pajaknya dilakukan dengan tidak benar. Di lain pihak dapat

    dicegah terbukanya peluang yang memungkinkan penyalahgunaan wewenang yang dapat

    dilakukan oleh aparat perpajakan, sehingga menunjang bagi ditegakkannya aparat yang jujur,

    bersih dan berwibawa. Selain daripada itu untuk menciptakan pangkal tolak yang bersih bagi

    keberhasilan pelaksanaan undang-undang perpajakan yang baru, telah pula dikeluarkan

    kebijaksanaan tentang pengampunan pajak.

    Dalam beberapa bulan pelaksanaannya, penerimaan pajak pertambahan nilai telah

    menunjukkan perkembangan yang mengesankan. Dari sasaran yang ditetapkan dalam APBN

    1985/1986 sebesar Rp 1.666,4 milyar, dalam semester pertama, telah dapat dicapai jumlah

    sebesar Rp 975,5 milyar atau 50 persen lebih dari yang direncanakan. Sedangkan penerima-

    an dari pajak penghasilan, sejalan dengan keadaan perekonomian pada umumnya yang

    menurun, diperkirakan akan sedikit lebih rendah dari yang direncanakan.

    Langkah penting yang berkaitan dengan usaha penggalian sumber dana dalam

    negeri ditengah-tengah situasi yang sulit ini, dan suatu upaya yang membesarkan hati, ialah

    telah disahkannya Undang-undang Tentang Pajak Bumi dan Bangunan dan Undang-undang

    Bea Meterai. Rancangan Undang-undang tentang Pajak Bumi dan Bangunan diajukan karena

    dirasakan masih cukup besarnya potensi pajak dari sektor ini yang belum sepenuhnya dapat

    dimanfaatkan, selain mengingat perlunya meniadakan berbagai macam pajak atas obyek

    yang sama, sehingga dapat menimbulkan ketidakadilan dan beban yang berat bagi masyara-

    kat. Berdasarkan Undang-undang tersebut, besarnya pajak bumi dan bangunan ditentukan

    oleh dua hal yaitu tarif dan nilai jual daripada obyek pajak. Besarnya tarif pajak bumi dan

    bangunan ditetapkan sebesar 0,5 persen, yang dimaksudkan sebagai upaya Pemerintah untuk

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 7

    meringankan beban pajak bagi para wajib pajak. Sedangkan penetapan nilai jual daripada

    obyek pajak yang berbeda adalah disebabkan karena setiap daerah atau setiap tempat

    mempunyai nilai jual yang berbeda pula. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh tata letak,

    keadaan serta sarana-sarana yang tersedia. Dengan demikian pajak bumi dan bangunan

    tersebut ditetapkan berdasarkan nilai obyektif yang ada pada setiap daerah obyek pajak.

    Penerimaan dari Pajak Bumi dan Bangunan dalam tahun anggaran mendatang diperkirakan

    berjumlah sebesar Rp 284,0 milyar, menunjukkan kenaikan sebesar 47,0 persen lebih

    dibandingkan dengan penerimaan pajak kekayaan dan Ipeda yang direncanakan dalam tahun

    1985/1986. Penerimaan pembangunan berupa bantuan proyek dari luar negeri dalam tahun

    anggaran mendatang, diperkirakan akan lebih rendah dari tahun 1985/1986. Jumlahnya

    diperkirakan akan sebesar Rp 3.507,7 milyar atau turun sebesar 18,4 persen dibandingkan

    dengan tahun sebelumnya. Rendahnya perkiraan penerimaan bantuan proyek erat kaitannya

    dengan tidak cukup tersedianya dana rupiah untuk pembiayaan lokal dari bantuan proyek

    tersebut.

    Menurunnya penerimaan Pemerintah dari sektor migas tidak terlepas dari perkem-

    bangan yang terjadi di pasaran minyak intemasional. Melimpahnya penawaran minyak di

    pasaran dunia sebagai akibat meningkatnya produksi terutama dari negara-negara di luar

    OPEC serta langkah-langkah penghematan penggunaan energi minyak, telah menyebabkan

    penurunan harga minyak bumi. Sebagai akibat dari penurunan harga tersebut penerimaan

    ekspor minyak bumi dan gas alam, setelah mencapai puncaknya pada tahun 1981/1982

    sebesar US $ 18.824 juta, terus mengalami penurunan. Dalam tahun 1984/1985 nilai ekspor

    minyak bumi dan gas alam turun menjadi sebesar US $ 13.994 juta, yang disebabkan karena

    penurunan nilai ekspor minyak bumi, walaupun nilai ekspor gas alam cair berkembang

    cukup pesat. Penurunan nilai ekspor minyak bumi adalah karena penurunan volumenya

    sebagai akibat adanya pengurangan kuota produksi sebesar 111,0 ribu barel menjadi 1,189

    juta baret perhari sejak bulan Nopember 1984, di samping karena penurunan harga patokan

    ekspor (Minas) sejak 1 Pebruari 1985 dari US $ 29,53 menjadi US $ 28,53 per bare!. Semen-

    tara itu, nilai ekspor gas alam berkembang menjadi US $ 3.369 juta atau naik sebesar 40

    persen lebih dibandingkan dengan keadaannya pada tahun 1983/1984. Hal ini dimungkinkan

    oleh naiknya volume ekspor, meskipun harganya menunjukkan penurunan. Dalam tahun

    1985/1986 nilai ekpor minyak bumi dan gas alam diperkirakan berjumlah sebesar US $

    13.115 juta, atau turun sebesar US $ 879 juta (6,3 persen) dibandingkan dengan keadaannya

    pada tahun sebelumnya. Melihat prospek harga minyak yang tidak cerah, dalam tahun

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 8

    anggaran 1986/1987 penerimaan devisa dari hasil ekspor minyak bumi dan gas alam

    diperkirakan hanya berjumlah US $ 12.545 juta. Dalam hal ini baik nilai ekspor minyak

    bumi maupun gas alam diperkirakan akan mengalami penurunan.

    Sebagai akibat daripada penurunan hasil ekspor minyak bumi dan gas alam tersebut,

    penerimaan dalam negeri dalam RAPBN 1986/1987 menjadi lebih rendah daripada yang

    direncanakan dalam APBN 1985/1986. Penurunan tersebut tidak dapat dihindarkan karena

    besamya peranan dari sektor minyak di dalam penerimaan dalam negeri, sungguhpun

    berbagai upaya meningkatkan penerimaan pajak telah dilakukan Pemerintah. Penurunan

    penerimaan dalam negeri tersebut adalah pertama kali terjadi di dalam sejarah pembangunan

    Indonesia sejak awal Pelita pertama.

    Secara keseluruhan dengan demikian rencana penerimaan dan pengeluaran negara

    dalam tahun anggaran 1986/1987 akan berjumlah sebesar Rp 21.421,6 milyar, atau suatu

    penurunan sebesar 7,0 persen dibandingkan dengan APBN 1985/1986. Sangat terbatasnya

    penerimaan negara, menuntut adanya pemilihan dan penajaman prioritas pembangunan

    untuk hal-hal yang sangat penting dan mendesak, dalam kerangka pemeliharaan kestabilan

    pada umumnya. Akan tetapi sejalan dengan hasil dari kegiatan pembangunan yang telah

    dilaksanakan Pemerintah, pengeluaran rutin diperkirakan masih meningkat dengan makin

    besamya kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri serta penyediaan dana

    penyangga untuk penyimpanan dan kelancaran pengadaan pangan khususnya beras, yang

    masing-masing berjumlah Rp 4.183,2 milyar dan Rp 417,4 milyar. Pengeluaran rutin yang

    diperkirakan akan meningkat sebesar 5,9 persen, serta adanya penurunan penerimaan dalam

    negeri, telah menekan Tabungan Pemerintah yang tersedia. Tabungan Pemerintah diperkira-

    kan akan berjumlah Rp 4.706,9 milyar atau turun sebesar Rp 1.572,0 milyar (25,0 persen),

    dibandingkan dengan yang direncanakan dalam tahun anggaran 1985/1986. Dengan me-

    nurunnya Tabungan Pemerintah, makin terbatas pula ruang gerak dana yang tersedia untuk

    anggaran pembangunan dalam rupiah. Oleh sebab itu pengeluaran pembangunan untuk

    departemen/lembaga, Inpres dan Ipeda/Pajak Bumi dan Bangunan serta penyertaan modal

    Pemerintah (PMP) diperkirakan akan mengalami penurunan jumlahnya. Pengeluaran pem-

    bangunan untuk departemen/lembaga diperkirakan akan menjadi hanya sebesar Rp 2.087,7

    milyar, turun sebesar Rp 1.556,6 milyar atau 42,7 persen, dibandingkan dengan yang

    direncanakan dalam anggaran tahun 1985/1986. Begitu pula dana Inpres termasuk dana

    kompensasi pengganti Ipeda dari hasil Pajak Bumi dan Bangunan, diperkirakan berjumlah

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 9

    sebesar Rp 1.570,8 milyar, turun Rp 63,9 milyar atau 3,9 persen dibandingkan dengan yang

    dianggarkan dalam tahun 1985/1986. Sedangkan dana untuk penyertaan modal Pemerintah

    diperkirakan berjumlah sebesar Rp 207,4 milyar. Agar supaya dana-dana tersebut dapat

    dimanfaatkan sebesar-besamya bagi usaha pembangunan, maka proyek-proyek yang

    dilaksanakan diutamakan kepada proyek-proyek yang benar-benar produktif, efisien dan

    banyak menyerap tenaga kerja. Sungguhpun sangat berat dan sulitnya situasi yang dihadapi,

    usaha terpe1iharanya kestabilan merupakan tugas yang tak. boleh terabaikan bahkan harus

    semakin dimantapkan, demi terhindamya dari keadaan yang lebih buruk dan kerawanan yang

    dapat mengganggu kelangsungan pembangunan. Oleh sebab itu terjaminnya persediaan

    sarana produksi pertanian, terutama pupuk, merupakan bagian yang mutlak perlu dari upaya

    pemeliharaan kestabilan serta mencegah merosotnya tingkat kesejahteraan sebagian terbesar

    masyarakat. Untuk maksud tersebut, di samping disediakannya dana penyangga untuk

    kelancaran pengadaan pangan, dalam tahun 1986/1987 akan tersedia dana sebesar Rp 671,5

    milyar untuk subsidi pupuk, atau suatu peningkatan sebesar 20,4 persen dibandingkan

    dengan anggaran tahun lalu. Sedangkan untuk lain-lain pengeluaran pembangunan

    diperkirakan berjumlah Rp 243,7 milyar.

    Dengan 1atar be1akang penerimaan devisa ekspor dari minyak bumi dan gas alam

    yang mengalami penurunan tersebut, maka upaya peningkatan hasil devisa ekspor di luar

    minyak bumi dan gas alam hams lebih ditingkatkan, yang diperlukan untuk membiayai

    impor barang modal dan bahan baku bagi kegiatan industri dalam negeri, serta untuk tujuan

    peme1iharaan kestabilan harga di dalam negeri. Sejak Pelita I usaha mendorong ekspor terus

    dilakukan oleh Pemerintah mengingat peranannya yang strategis sebagai suatu sumber pem-

    biayaan pembangunan, memperluas kesempatan kerja dan mendorong kegiatan usaha di

    dalam negeri. Usaha tersebut dimulai dari prioritas kepada rehabilitasi kapasitas produksi,

    pemasaran barang ekspor, serta penyederhanaan sistem devisa yang dilaksanakan dalam

    Pelita I, hingga pemberian rangsangan-rangsangan fiska1, keringanan dan kemudahan di

    bidang perkreditan, sistem imba1 beli serta tata niaga dalam Pelita-Pelita berikutnya. Kebi-

    jaksanaan-kebijaksanaan tersebut ditunjang dengan. iklim yang menguntungkan bagi

    terlaksananya peningkatan ekspor, yaitu melalui beberapa ka1i penyesuaian nitro tukar

    rupiah terhadap matauang asing yaitu pada bulan Agustus 1971, Nopember 1978 dan Maret

    1983. Dengan nilai tukar yang arealistis diharapkan kegiatan ekspor, khususnya ekspor non

    migas, dapat lebih ditingkatkan. Selanjutnya kebijaksanaan berupa kebebasan penyerahan

    devisa bagi eksportir yang tertuang dalam paket "Kebijaksanaan Ekspor Januari 1982",

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 10

    merupakan dimensi kebijaksanaan yang penting dalam sistem devisa untuk mendorong

    ekspor, di samping sebagai upaya merangsang a1iran masuk modal dari luar yang

    dimungkinkan oleh terpe1iharanya kestabilan di dalam negeri. Di pihak lain, yaitu di sisi

    usaha penghematan devisa, disamping dilakukan melalui segi-segi fiska1 dan moneter, suatu

    langkah berani dan arealistis dalam bulan Mei 1983 telah diambi1 Pemerintah berupa

    kebijaksanaan penjadwa1an kembali proyek-proyek besar. Tindakan ini, yang kemudian

    diikuti oleh pengaturan kredit ekspor luar negeri berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 8

    tahun 1984, telah memberikan sumbangan besar bagi terhindarnya kesulitan dalam

    pengelolaan hutang luar negeri. Kesungguhan tekad Pemerintah untuk mendorong ekspor

    telah dilakukan pula dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 1985 tangga1

    4 Apri1 1985, dengan tujuan utama meningkatkan efisiensi produksi serta kelancaran arus

    lalu lintas barang ekspor maupun impor. Kemudian penjajagan terhadap kemungkinan

    perluasan pasaran ekspor ke negara-negara di luar rekan dagang selama ini terus dilakukan,

    dan diharapkan akan lebih membuka prospek masa depan ekspor yang lebih baik. Begitu

    pula dengan sektor jasa kepariwisataan, terus dikembangkan, di samping pengiriman tenaga

    kerja ke luar negeri. Selain daripada itu kerjasama regional, global maupun dengan sesama

    negara anggota ASEAN merupakan bagian yang tak dapat diabaikan dari upaya

    pengembangan perdagangan dan hubungan luar negeri Indonesia.

    Perkembangan neraca pembayaran dipengaruhi, baik oleh faktor-faktor otonom

    seperti f1uktuasi dalam perkembangan ekonomi dunia dan perkembangan ekonomi di dalam

    negeri, maupun oleh tindakan penyesuaian terhadap pengaruh faktor tersebut berupa

    kebijaksanaan yang ditempuh Pemerintah dalam rangka mempertahankan laju pembangunan.

    Bertolak dari keadaan paling buruk menje1ang akhir Pelita III, yaitu tahun 1982/1983,

    perkembangan neraca pembayaran beranp-sur-angsur membaik. Dari defisit neraca

    pembayaran sebesar US $ 3.280 juta dalam tahun tersebut, yang tercatat sebagai defisit

    terbesar yang pernah dialami, berubah menjadi surp1us sebesar US $ 2.070 juta, dalam tahun

    berikutnya. Dalam tahun 1984/1985 dan 1985/1986, surp1us tersebut semakin mengeci1,

    masing-masing menjadi US $ 667 juta dan US $ 61 juta. Perkembangan tersebut tidak

    terlepas dari faktor-faktor yang mendukungnya, yaitu neraca perdagangan dan jasa-jasa serta

    lalu-1int as modal yang terjadi pada masa bersangkutan. Defisit transaksi berjalan, yang

    dalam tahun 1982/1983 mencapai sebesar US $ 7.039 juta, kembali mengeci1 menjadi US $

    4.151 juta dalam tahun berikutnya. Dalam tahun 1984/1985 defisit transaksi berjalan tersebut

    dapat ditekan lagi menjadi US $ 1.968 juta, untuk kemudian diperkirakan sedikit meningkat

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 11

    menjadi sebesar US $ 2.104 juta dalam tahun 1985/1986. Nilai ekspor bukan migas yang

    dalam tahun 1982/1983 berjumlah US $ 3.928 juta, dalam tahun 1983/1984 telah meningkat

    sebesar 36,6 persen, yang merupakan kenaikan terbesar dalam lima tahun terakhir ini, karena

    dalam tahun-tahun berikutnya laju pertumbuhannya turun menjadi 10,1 persen dan 3,4

    persen. Sedangkan dalam tahun 1986/1987 nilai ekspor bukan migas diharapkan dapat

    meningkat menjadi US $ 6.398 juta atau naik sebesar 4,8 persen. Di sisi lain, berkat

    kebijaksanaan penyesuaian nilai tukar rupiah terhadap dolar dan pentahapan kembali

    sejumlah proyek yang mengandung komponen impor yang tinggi, keseluruhan impor dalam

    tahun 1983/1984 telah dapat dikendalikan, yaitu menunjukkan penurunan sebesar 11,9

    persen dan bertahan kurang lebih pada tingkatan tersebut dalam tahun 1984/1985. Dalam

    tahun 1986/1987 keseluruhan impor diperkirakan akan menurun sebesar 3,9 persen atau

    menjadi US $ 13.040 juta, sedangkan dalam tahun 1985/1986 laju penurunannya diperkira-

    kan sebesar 5,9 persen. Perkiraan perkembangan impor tahun 1986/1987 erat kaitannya

    dengan perkembangan ekonomi dalam negeri dan usaha peningkatan penggunaan produksi

    dalam negeri. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, serta dengan memperhatikan

    perkiraan perkembangan lalu lintas modal dan beberapa faktor lainnya, maka neraca pem-

    bayaran dalam tahun 1986/1987 diperkirakan akan mengalami surplus sebesar US $ 52 juta.

    Perkembangan pasaran minyak internasional yang tidak menguntungkan, ber-

    kurangnya penerimaan hasil ekspor minyak bumi dan gas alam cair serta penerimaan negara

    dari sektor tersebut, telah menjadikan penggalian sumber-sumber dana dari masyarakat

    selain dari sektor perpajakan, yang dilakukan melalui sektor keuangan dan perbankan,

    semakin penting. Upaya pengerahan dana masyarakat khususnya melalui sektor perbankan

    terus dilaksanakan Pemerintah. Ditandai dengan kebijaksanaan suku bunga deposito yang

    cukup tinggi menjelang dimulainya Pelita I, yaitu pada bulan Oktober 1968, yang telah

    berhasil menghimpun dana yang cukup besar untuk pembangunan serta untuk tujuan

    pengendalian inflasi. Kebijaksanaan moneter dan perkreditan yang berkembang hingga saat

    ini, walaupun berbeda dalam penggunaan peralatan kebijaksanaannya, pada dasarnya tetap

    ditujukan kepada tercapainya keterpaduan antara beberapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut

    adalah terpeliharanya kestabilan moneter dan harga, penghimpunan dana masyarakat, serta

    pengembangan dan perluasan jasa perbankan untuk selanjutnya dana-dana yang terkumpul

    disalurkan secara efisien untuk kegiatan usaha yang produktif dengan tetap memperhatikan

    unsur perluasan kesempatan kerja dan pemerataan. Beranjak dari tujuan-tujuan tersebut, oleh

    Pemerintah pada bulan Juni 1983 telah dilaksanakan kebijaksanaan penghapusan pagu kredit

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 12

    dan pembebasan penentuan tingkat bunga bank-bank Pemerintah. Tujuan utama dari

    tindakan ini adalah terciptanya kondisi awal bagi peningkatan efisiensi sektor keuangan dan

    perbankan di dalam negeri, sehingga merupakan wahana mobilisasi sumber-sumber dana

    pembangunan yang dapat diandalkan untuk kemudian menyalurkannya sebagai dana pem-

    bangunan secara produktif dan efisien. Jumlah keseluruhan dana yang dihimpun oleh sektor

    perbankan sampai dengan tahun pertama Pelita IV mencapai Rp 16.687,8 milyar.

    Dibandingkan dengan posisinya pada akhir Pelita III, menunjukkan kenaikan yang cukup

    berarti yaitu sebesar 25,1 persen. Dana deposito berjangka yang pada akhir Maret 1983 baru

    berjumlah Rp 3.737,2 milyar, pada akhir Pelita III dan awal Pelita IV telah meningkat

    menjadi Rp 6.348,8 milyar dan Rp 8.726,0 milyar. Kenaikan yang pesat ini erat hubungan-

    nya dengan suku bunga deposito berjangka yang menarik serta rangsangan-rangsangan fiskal

    yang diberikan.

    Di samping melalui sektor perbankan, dana-dana yang dapat dihimpun melalui

    lembaga keuangan non bank serta pasar uang dan modal menunjukkan perkembangan yang

    juga cukup menggembirakan. Premi bruto perusahaan-perusahaan asuransi, yang dalam

    tahun 1980 baru berjumlah Rp 293 milyar, dalam tahun 1984 telah berkembang menjadi Rp

    714 milyar, yang berarti terdapat kenaikan rata-rata sebesar 25 persen per tahun. Suatu

    peningkatan yang sungguh positif terjadi pula pada nilai lease dari perusahaan-perusahaan

    leasing, yaitu dari Rp 22.634 juta dalam tahun 1980 menjadi Rp 419.190 juta dalam tahun

    1984. Suatu tingkat kenaikan rata-rata tidak kurang dari 100,0 persen per tahun. Begitu pula

    usaha pengerahan dana-dana melalui pasar modal dan lembaga keuangan bukan bank (lKBB)

    menunjukkan perkembangan yang memberikan harapan di masa mendatang. Sementara itu

    dana pensiun telah mencatat perkembangan yang luar biasa. Hingga kini telah terhimpun

    dana sebesar Rp 2.000 milyar, suatu potensi dana yang sungguh dapat diman faatkan untuk

    kegiatan pembangunan. Melihat peranannya sebagai sumber dana yang sangat potensial serta

    manfaatnya bagi hari tua karyawan secara layak di masa depan, maka sumber dana tersebut

    oleh Pemerintah akan lebih dibina dan dikembangkan.

    Kebijaksanaan moneter yang dilaksanakan dalam dua tahun pertama Pelita IV pada

    dasarnya merupakan langkah penyempurnaan terhadap kebijaksanaan moneter 1 Juni 1983,

    yakni meletakkan landasan yang kokoh bagi perbankan yang lebih sehat yang diperlukan

    untuk mencapai tujuan pembangunan. Untuk menghindari terjadinya lagi gejolak suku bunga

    pinjaman antar bank, maka sejak 1 Februari 1985 oleh Bank Indonesia telah dikeluarkan

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 13

    ketentuan mengenai Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dengan maksud mengatur

    kebutuhan likuiditas perbankan dan mengembangkan kegiatan pasar uang. Selain daripada

    itu bagi bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas, dalam tahun 1984/1985 telah pula

    diberikan fasilitas kredit khusus.

    Likuiditas perekonomian, yang terdiri dari uang beredar dan uang kuasi, yang

    mencerminkan aktivitas moneter dalam mendorong kegiatan pembangunan terus menunjuk-

    kan peningkatan, yang sejak akhir Pelita II bergerak tidak kurang dari rata-rata 20 persen

    tiap tahunnya. Begitu pula jumlah uang beredar terus berkembang. Hal ini tidak lain me-

    nunjukkan makin meluas dan berkembangnya kegiatan perekonomian serta semakin ber-

    perannya sektor perbankan dalam menunjang kegiatan pembangunan. Sementara pengaruh

    jumlah uang beredar terhadap tingkat barga, telah terkendalikan pada tingkat yang wajar,

    yang berarti tetap terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah. Dalam tahun

    1984/1985 jumlah uang beredar telah bertambah sebesar 11,6 persen, sedangkan laju inflasi

    menunjukkan kenaikan sebesar 3,64 persen.

    Agar dana-dana yang dapat dihimpun oleh sektor keuangan dan perbankan dapat

    secara nyata dimanfaatkan untuk kegiatan usaha dan investasi, khususnya untuk mengem-

    bangkan kegiatan pengusaha golongan ekonomi lemah dan dalam rangka mendorong ekspor

    di luar migas, telah ditempuh berbagai kebijaksanaan. Di samping berbagai program kredit,

    seperti KIK/KMKP dan Kupedes, untuk memberikan kesempatan berusaha kepada golongan

    ekonomi lemah serta untuk mendorong kegiatan-kegiatan yang berprioritas tinggi, oleh Bank

    Indonesia melalui bank-bank pelaksana telah pula disediakan jenis-jenis pinjaman lainnya.

    Jenis-jenis kredit tersebut adalah kredit modal kerja dalam rangka Keppres 29/1984, kredit

    sampai dengan Rp 75 juta, baik untuk keperluan modal kerja ataupun untuk investasi, kredit

    kepada peternak ayam di luar program Keppres 50/1981 dan kredit usaha tani melalui KUD

    untuk intensifikasi padi/palawija yang diberlakukan mulai 1 April 1985. Kredit tersebut

    diberikan dengan persyaratan yang lebih ringan, seperti suku bunga yang rendah dan bagian

    pembiayaan sendiri yang relatif kecil. Agar fasilitas kredit, khususnya kredit yang tergolong

    berprioritas tinggi, dapat disalurkan kepada masyarakat secara luas, Pemerintah telah

    memperlunak persyaratan pembukaan kantor cabang dan cabang pembantu bank-bank.

    Selanjutnya sejalan dengan usaha meningkatkan pembinaan terhadap bank-bank, maka

    kepada bank umum swasta nasional (BUSN) diberi kesempatan pula untuk menangani

    kredit-kredit yang berprioritas tinggi. Suku bunga pinjaman, sebagai faktor yang penting

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 14

    dalam penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan dunia usaha, terus diusahakan agar

    berada pada tingkat yang wajar tanpa menekan usaha pengerahan dana perbankan. Untuk itu

    pada pertengahan tahun 1985 telah diambil langkah-langkah penurunan suku bunga fasilitas

    diskonto, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), yang

    disusul dengan penurunan suku bunga simpanan maupun pinjaman oleh bank-bank.

    Pemberian kredit perbankan dalam tahun 1984/1985 berjumlah Rp 19.336 milyar, yang

    berarti naik 20,0 persen dibandingkan dengan kenaikan sebesar 18 persen dalam tahun

    sebelumnya. Dalam tahun 1985/1986, sampai dengan September 1985, kredit perbankan

    telah mencapai jumlah sebesar Rp 21.088 milyar. Dari jumlah tersebut sebesar 28 persen

    lebih berupa kredit investasi.

    Kredit perbankan merupakan unsur pembiayaan yang dapat diharapkan peranannya

    menunjang kegiatan penanaman modal, dalam menghadapi situasi ekonomi dewasa ini.

    Walaupun perekonomian yang lesu telah mengakibatkan semakin sulitnya menarik para

    investor, baik dalam rangka penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal

    dalam negeri (PMDN), akan tetapi peranan sektor swasta sangat diharapkan untuk ikut

    mendorong pembangunan, terlebih lagi mengingat pembiayaan pembangunan dari APBN

    yang terbatas. Berbagai upaya agar para investor meningkatkan partisipasinya dalam pemba-

    ngunan tetap dilaksanakan, seperti telah disempurnakannya organisasi dan mekanisme kerja

    Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), penyederhanaan prosedur perizinan pe-

    nanaman modal, kemudahan-kemudahan di bidang tertentu yang diprioritaskan, dibukanya

    kesempatan yang lebih luas bagi para penanam modal diberbagai bidang yang selama ini

    tertutup untuk investasi PMA dan PMDN, serta perluasan berbagai pasaran di luar negeri.

    langkah-langkah tersebut telah ditunjang dengan mantapnya stabilitas politik dan keamanan,

    adanya potensi pasar di dalam negeri, adanya sistem devisa bebas serta cukup besarnya

    tenaga kerja yang tersedia. Walaupun terdapat berbagai fasilitas untuk para penanam modal

    asing yang dihilangkan, seperti dihapuskannya fasilitas masa bebas pajak (tax ho1iday),

    namun secara keseluruhan hal tersebut telah diimbangi oleh berbagai perangsang lain. Di

    bidang perpajakan, khususnya dilakukan melalui penurunan tarif pajak penghasilan dari 45

    persen menjadi 35 persen. Pola penyusutan barang-barang modal juga telah dipercepat

    sehingga dengan demikian para investor akan diuntungkan, terutama dalam perhitungan

    pajaknya. Menghadapi berbagai faktor yang sangat mempengaruhi para investor, seperti

    keadaan perekonomian dunia yang tidak menentu, selain kebijaksanaan-kebijaksanaan

    berupa kemudahan-kemudahan serta penciptaan iklim usaha oleh Pemerintah, maka pening-

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 15

    katan dalam manajemen perusahaan sangatlah diperlukan. Di bidang manajemen permodalan,

    Pemerintah selalu menganjurkan untuk mencari keseimbangan antara modal sendiri dan

    modal pinjaman oleh karena dengan struktur permodalan yang sehat akan meringankan

    beban bunga bagi para investor. Perkembangan dalam penanaman modal tampak menunjuk-

    kan telah terjadinya pergeseran orientasi, dari penanaman modal di bidang industri yang

    bersifat hi1ir keindustri-industri yang bersifat hu1u. Hal tersebut selaras dengan pola pemba-

    ngunan industri yang dicanangkan dalam Pelita IV, yang bertujuan untuk meningkatkan

    industri yang menghasilkan mesin-mesin industri dengan menggunakan Bahan baku dan

    peno1ong yang sebesar-besarnya dari dalam negeri. Sementara itu strategi industri selain

    diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan produksi di dalam negeri, juga semakin diting-

    katkan kearah pemasaran ekspor dengan mengutamakan komoditi-komoditi yang mem-

    punyai keunggulan komparatif yang mengolah sumberdaya alam serta memanfaatkan

    potensi kemampuan tenaga kerja, Dalam rangka menggalakkan ekspor non migas, kebijak-

    sanaan penanaman modal dewasa ini tidak mengadakan pembatasan terhadap investasi yang

    akan menghasilkan barang eskpor. Sektor-sektor yang dinyatakan tertutup untuk pasaran

    dalam negeripun akan tetap terbuka untuk investasi yang diarahkan untuk menghasilkan

    barang ekspor. Dalam kaitan tersebut, sejak bulan September tahun 1985 kepada bank-bank

    Pemerintah diperkenankan untuk memberikan kredit ekspor kepada PMA/joint venture.

    langkah-langkah pengembangan ekspor hasil industri diupayakan melalui peningkatan daya

    saing, melalui penurunan biaya produksi dan beban pemasaran, perbaikan mutu, peningkatan

    kepercayaan luar negeri dan sebagainya. Perkembangan penanaman modal sampai dengan

    tahun kedua Pelita IV telah menunjukkan perkembangan sebagai berikut. Untuk proyek

    PMDN tercatat 4.145 buah proyek yang telah disetujui oleh Pemerintah dengan investasi

    sebesar Rp 23,9 tri1yun, sedangkan untuk PMA sampai dengan bulan Juli 1985 tercatat 795

    buah proyek yang disetujui Pemerintah dengan rencana investasi sebesar US $ 15,1 milyar.

    Melihat perkembangan investasi dari PMA dan PMDN tersebut dan perkembangan beberapa

    industri besar, walaupun dalam situasi yang sulit ini, telah menimbu1kan rasa optimisme

    dalam menatap dunia industri dimasa mendatang.

    Berbagai upaya merangsang dan meningkatkan kegiatan penanaman modal tak

    dapat menahan sepenuhnya pengaruh resesi ekonomi dunia dan melemahnya pasaran minyak

    internasional. Dalam tahun 1985 pengaruh tersebut terhadap perekonomian Indonesia telah

    mulai dirasakan, walau dalam tahun 1984 pertumbuhan ekonomi masih cukup berarti yaitu

    sebesar 5,8 persen. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dalam tahun 1984, yang

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 16

    tercermin dari pertumbuhan produk domestik broto, dimungkinkan oleh masih cukup

    tingginya tingkat pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian serta industri

    pengolahan, yang berkembang tidak kurang dari 9 persen, di mana kedua sektor tersebut

    menduduki proporsi hampir sepertiga produk domestik broto. Sedangkan sektor perdagangan,

    yang meropakan sektor penunjang sektor-sektor iainnya, telah mulai menunjukkan

    per1ambatan, hanya tumbuh kurang dari 1 persen. Dengan demikian sektor ini kurang

    memberikan sumbangan terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi, padahal peranannya

    lebih dari 15 persen dari produk domestik broto. Kemajuan ekonomi yang telah dicapai

    selama ini, di samping dipengaruhi oleh sektor pertambangan dan pengga1ian serta industri

    pengolahan, juga karena sektor pertanian memberikan sumbangan yang sangat besar. Peran-

    annya serta pertumbuhannya secara mantap dari Pelita ke Pelita, telah semakin memberikan

    keyakinan bahwa usaha meningkatkan kesejahteraan bagian terbesar rakyat telah dapat

    diwujudkan secara nyata. lebih dari itu kemajuan di sektor ini, khususnya dalam dua tahun

    terakhir ini, telah menghantarkan kepada keharuman nama bangsa Indonesia sebagai bangsa

    yang berhasil berswasembada beras, merobahnya dari sebutan sebagai negara pengimpor

    beras terbesar.

    Dengan demikian perlu dipahami bahwa masih cukuptingginya tingkat pertum-

    buhan ekonomi dalam tahun 1984 tersebut dimungkinkan karena dukungan sektor migas dan

    pertanian. Dengan menjadi buruknya situasi penjualan minyak bumi, dan sejalan dengan

    usaha memperkuat dukungan sektor industri, maka perlu segera dilaksanakan penyempurna-

    an-penyempurnaan lebih lanjut di dalam kebijaksanaan tata niaga luar negeri dalam hubu-

    ngannya dengan efisiensi sektor industri. Pasaran dalam negeri yang menjadi lebih kecil

    mengharuskan industri-industri untuk berpaling ke pasaran internasional, yang hanya dapat

    dicapai melalui usaha penekanan biaya produksi sebagai hasil dari peningkatan efisiensi.

    Kisah keberhasilan di sektor pertanian tidak terlepas dari usaha yang sungguh-

    sungguh dilakukan Pemerintah untuk mengangkat dan membenahi sektor pertanian dan

    pedesaan sebagai sumber kehidupan utama sebagian besar bangsa Indonesia. Pembangunan

    sektor pertanian dan pedesaan dilaksanakan tidak hanya memandang kepada pentingnya

    menaikkan tingkat produksi dan pendapatan petani, tetapi meliputi pula segi-segi pendidikan,

    kesehatan dan sosial umumnya. Trimatra Pembangunan Pertanian serta Sapta Karya

    Pembangunan Pertanian sebagai landasan pembangunan sektor pertanian ternyata telah

    memberikan sumbangan nyata bagi keberhasilan di bidang pembangunan pertanian. Kema-

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 17

    juan pembangunan sektor pertanian, khususnya pertanian pangan, tercermin dari pening-

    katan produksi beras dalam kurun waktu 1979 - 1983 yang berkembang rata-rata sebesar 6,5

    persen pertahunnya. Dalam dua tahun terakhir ini, yaitu tahun 1984 produksi beras

    jumlahnya telah mencapai 25.825 ribu ton, dan dalam tahun 1985 diperkirakan akan lebih

    dari 26.315 ribu ton. Dengan perkembangan produksi beras yang besar ini Indonesia telah

    berhasil berswasembada beras. Keberhasilan dalam berswasembada pangan ini hendaknya

    bukanlah untuk jangka waktu setahun dua tahun, namun diusahakan bersifat langgeng.

    Untuk itu peningkatan produksi beras tidak hanya dilakukan melalui peningkatan luas areal

    panen saja, namun juga melalui penggunaan pupuk, insektisida dan bibit unggu1 atau

    melalui intensifikasi secara efektif. Di samping itu juga melalui perbaikan irigasi dan

    penggunaannya melalui organisasi pemakaian air yang semakin efisien. Tentu saja semua itu

    perlu didukung dengan kestabilan dan kelancaran pemasaran hasil produksinya. Dengan

    penanganan yang baik tersebut para petani diharapkan mampu meningkatkan produksinya,

    sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan penghasilan para petani. Usaha pengembangan

    hasil pertanian, selain peningkatan produksi beras, tentu saja digiatkan pula peningkatan

    produksi pertanian lainnya seperti palawija, hortikultura dan perkebunan. Produksi palawija

    ternyata juga mengalami peningkatan yang cukup mantap. Dalam tahun 1984 telah mencapai

    23.166 ribu ton, untuk kemudian dalam tahun 1985 diperkirakan akan mencapai lebih dari

    24.893 ribu ton. Sementara itu perkembangan produksi hortikultura juga menunjukkan

    kenaikan.

    Sebagaimana tercantum dalam GBHN 1983, titik berat Pembangunan Jangka

    Panjang adalah bidang ekonomi, dengan sasaran utama untuk mencapai keseimbangan

    antara bidang pertanian dan industri. Namun demikian tidak berarti pembangunan di bidang-

    bidang lainnya diabaikan, akan tetapi dikembangkan secara selaras dan seimbang dengan

    kemajuan yang dicapai di bidang ekonomi. Pembangunan politik dalam negeri dilakukan

    melalui pemantapan kesadaran kehidupan berpolitik dan bernegara berdasarkan Pancasila

    dan UUD 45, sedangkan pembangunan politik luar negeri yang bebas aktif diarahkan untuk

    ikut menyumbangkan perdamaian dunia yang abadi, adil, dan sejahtera. Pembangunan di

    bidang sosial politik dalam tahun 1985/1986 diarahkan kepada pemantapan hubungan antar

    lembaga di pusat dan daerah serta pensuksesan persiapan penyelenggaraan Pemilu tahun

    1987, pembudidayaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

    pembinaan ketertiban umum untuk menumbuhkan disiplin nasional yang sehat serta ber-

    kembang secara dinamis dan bertanggung jawab, memantapkan kehidupan organisasi kema-

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 18

    syarakatan termasuk Partai Politik dan Golongan Karya hingga dapat berperan dalam

    pembangunan nasional dan pembangunan masyarakat Pancasila, serta pengembangan

    ideologi Pancasila khususnya terhadap ancaman bahaya latent komunis.

    Dalam pada itu pembangunan hukum perlu terus ditingkatkan. Mengingat peranan-

    nya yang penting di dalam menunjang stabilitas sosial, kepastian hukum akan menciptakan

    kondisi yang menjamin setiap anggota masyarakat dapat menikmati suasana tenang dan

    tertib. Untuk itu terus dilaksanakan pembinaan hukum, yang dilaksanakan antara lain

    melalui penyusunan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukumnya. Di bidang

    pembinaan peradilan, selalu diusahakan agar badan-badan peradilan makin mampu men-

    jalankan kekuasaan kehakiman yang be bas dan terlepas dari pengaruh kekuasaan luar.

    Dengan demikian para hakim dapat memberikan putusan berdasarkan hukum yang berlaku

    dan juga berdasarkan keyakinannya demi tegaknya keadilan.

    Untuk terciptanya manusia Indonesia seutuhnya, diperlukan manusia Indonesia

    yang cerdas dan berpendidikan. Oleh karena itu pembangunan di bidang pendidikan di-

    usahakan sesuai dengan yang diisyaratkan oleh Undang-undang Dasar 1945 yang dengan

    tegas dan jelas, bahwa setiap warga negara Indonesia berhak untuk memperoleh pendidikan.

    Penduduk yang besar serta berkualitas merupakan kekayaan nasional yang tak ternilai

    harganya. Untuk itu kebijaksanaan Pemerintah di dalam bidang pendidikan tetap diarahkan

    untuk pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan, peningkatan kesesuai-

    an pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, peningkatan persiapan generasi muda

    sebagai penerus perjuangan bangsa, serta peningkatan hasil guna dan daya guna

    penyelenggaraan pendidikan. Sejalan dengan usaha peningkatan kecerdasan masyarakat

    yang dilakukan dengan program wajib belajar yang telah dimulai tahun 1984, agar

    pelaksanaannya dapat terjangkau semua kelompok penduduk, maka telah dihapuskan

    sumbangan pembinaan pendidikan bagi sekolah dasar negeri. Sebagai penggantinya

    Pemerintah telah memberikan subsidi pada masyarakat. Dalam rangka melibatkan

    masyarakat untuk ikut serta membiayai pendidikan bagi mereka yang kurang mampu, maka

    telah digalakkan pula gerakan orang tua asuh. Guna menampung kesenjangan antara jumlah

    lulusan pada setiap jenjang pendidikan, Pemerintah senantiasa berusaha untuk meningkatkan

    daya tampung dari masing-masing jenjang pendidikan tersebut. Untuk itu daya tampung dan

    produktivitas perguruan tinggi negeri dan swasta terus dikembangkan. Sejak tahun 1984

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 19

    Pemerintah juga telah mencanangkan berdirinya Universitas Terbuka yang sekaligus juga

    memperluas program studi, meniperbaiki materi pelajaran dan pengelolaannya serta

    memanfaatkan teknologi elektronika, sehingga mampu menjangkau seluruh pelosok tanah

    air. Di samping pendidikan formal, Pemerintah terus pula mengupayakan kecerdasan

    masyarakat melalui pendidikan non formal. Kesemuanya ini akan turut menciptakan nilai

    tambah sumberdaya manusia Indonesia.

    Pembangunan kesehatan bukanlah sekedar sebagai pelengkap atau menggenapkan

    rencana pembangunan itu sendiri, melainkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

    pembangunan manusia Indonesia sebagai manusia yang sehat dan cerdas. Masalah kesehatan

    masyarakat di Indonesia sesungguhnya cukup luas dan berat karena dipengaruhi oleh faktor

    kemiskinan, berhubungan dengan tingkat pendidikan dan adat kebiasaan serta teknologi

    modern, serta tidak dapat dipisahkan dari aspek medis pengobatan dan pencegahan penyakit.

    Pembangunan Puskesmas yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah telah menjadikan

    Puskesmas sebagai inti (pusat) kegiatan kesehatan masyarakat, sehingga Puskesmas tidak

    lagi hanya merupakan tempat berobat, tetapi juga sebagai pusat kegiatan pendidikan

    kesehatan serta pas pengawas penyakit menu1ar dan sanitasi lingkungan. Pembangunan

    Puskesmas ini telah dilaksanakan terus sejak Pelita I. Sebagai upaya untuk terus

    memperbaiki pelayanan kesehatan masyarakat, maka sejak awal Pelita IV telah dimulai

    program pengembangan pemberantasan penyakit diare (P40) di kecamatan-kecamatan,

    sedangkan pelaksanaannya dipadukan dengan program perbaikan gizi (UPGK) yang

    dilakukan melalui pelayanan kesehatan terpadu di desa-desa.

    Banyak kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia dalam melaksanakan

    pembangunan selama ini. Namun demikilah tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia

    dalam melaksanakan pembangunan di masa mendatang kiranya tidaklah semakin ringan.

    Kemelut ekonomi dunia yang tidak menentu dan berkepanjangan, sikap proteksionistis

    negara-negara di dunia serta mengutamakan kepentingan sendiri telah semakin mempersulit

    usaha pemecahan dan penanggulangan permasalahan yang ditimbulkannya di dalam negeri,

    karena semua itu berlangsung di atas kenyataan adanya ketergantungan antarnegara yang

    semakin kuat. Hanya dengan semangat, tekad juang dan orientasi baru, sesuai dengan

    kebutuhan jawaban ter.hadap tantangan tersebut, yang didasari kearifan dalam kebijaksanaan

    dengan berpegang teguh kepada Pancasila, segala permasalahan kiranya akan dapat diatasi.

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 20

    BAB II

    ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

    2.1. Pendahuluan

    Pembangunan nasional yang sudah dilaksanakan secara berencana sejak tahun 1969

    dan melalui tahapan pembangunan lima tahunan (Pelita), sudah menunjukkan hasil yang

    makin berkembang menuju kearah tercapainya tujuan nasional yang dicita-citakan oleh

    seluruh rakyat. Sebagai kelanjutan dari pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam

    Pelita-pelita sebelumnya, pembangunan yang diselenggarakan dalam tahun 1986/1987, yang

    merupakan tahun ketiga Pelita IV, tetap ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup,

    kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat, serta diarahkan pula guna menciptakan

    landasan yang kokoh bagi tahap pembangunan selanjutnya. Pembangunan nasional yang

    dilaksanakan dalam Pelita IV masih tetap berdasarkan kepada Trilogi Pembangunan, yaitu

    pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh

    rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas nasional yang sehat dan

    dinamis. Sejalan dengan hal tersebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

    yang merupakan pelaksanaan operasional dari tiap Repelita, akan selalu dikembangkan

    seirama dengan upaya pencapaian sasaran yang hendak dicapai dalam berbagai bidang

    didalam kerangka pelaksanaan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang sebagaimana

    diamanatkan oleh seluruh rakyat didalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).

    Di bidang keuangan Negara, seperti tercermin dalam kebijaksanaan pengelolaan

    APBN, langkah-Langkah yang dijalankan tetap dilandaskan kepada kebijaksanaan yang

    sudah digariskan, terutama untuk menyediakan dana yang diperlukan bagi pembangunan,

    mempercepat proses pemerataan pendapatan, mendorong perkembangan dunia usaha, dan

    menggalakkan penggunaan barang-barang produksi dalam negeri. Dalam pada itu, bertolak

    dari pengalaman yang baik atas penerapan prinsip anggaran berimbang dan dinamis, yang

    menjamin keseimbangan antara penerimaan dengan pengeluaran dalam mendukung stabilitas

    dan pertumbuhan ekonomi, maka kebijaksanaan tersebut masih akan tetap dilanjutkan dalam

    penyusunan dan pelaksanaan APBN pada tahun ketiga dari tahapan keempat pembangunan

    lima tahun ini.

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 21

    Upaya pembangunan yang sudah dilaksanakan sejak dicanangkannya tekad

    pembangunan berencana mulai tahun 1969, telah memperlihatkan berbagai keberhasilan

    yang sudah tersebar dan dinikmati oleh rakyat banyak. Berbagai keberhasilan yang sudah

    dicapai itu terlihat dari jumlah, jenis, dan ragam kegiatan pembangunan, yang telah

    mengangkat taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat kearah yang lebih tinggi.

    Kesemuanya itu harus dicapai melalui penyediaan anggaran sebagai pendukung yang kian

    meningkat. Peningkatan anggaran tersebut dapat diamati dari berkembangnya jumlah

    penerimaan negara yang dapat dihimpun oleh Pemerintah dalam setiap APBN sejak Pelita I

    sampai tahun-tahun awal Pelita IV dewasa ini. Apabila jumlah anggaran penerimaan yang

    dapat diarealisir dalam tahun pertama Pelita I baru sebesar Rp 334,7 milyar, maka jumlah

    tersebut telah meningkat menjadi sebesar Rp 19.383,5 milyar dalam tahun pertama Pelita IV,

    yang berarti suatu peningkatan hampir sebesar 58 kali dalam kurun waktu enambelas tahun.

    Sedangkan jika dibandingkan dengan rencana anggaran penerimaan dalam Repelita maka

    realisasinya selalu melebihi rencana dalam setiap Repelita. Ka1au dalam Repelita I besarnya

    anggaran penerimaan direncanakan sebesar Rp 2.463,0 milyar, maka realisasinya selama

    lima tahun tersebut dapat mencapai Rp 3.283,2 milyar, yang berarti Rp 820,2 milyar atau

    33,3 persen lebih besar dari rencananya. Demikian juga pada Repelita II dan Repelita III,

    besarnya anggaran penerimaan yang direncanakan masing-masing adalah sebesar Rp

    12.467,6 milyar dan Rp 43.510,6 milyar, sedangkan realisasi dalam masa kedua Repelita

    tersebut masingmasing adalah Rp 18.019,4 milyar, dan Rp 66.393,7 milyar, yang berarti

    masing-masing lebih besar 44,5 persen dan 52,6 persen dari rencana dalam Repelita. Akan

    tetapi perkembangan yang agak berlainan terjadi pada permulaan Pelita IV. Keadaan

    perekonomian yang kurang menggembirakan memaksa tidak dapat tercapainya anggaran

    penerimaan dalam tahun 1984/1985, yakni dari y:mg direncanakan sebesar Rp 20.560,4

    milyar, realisasinya mencapai sebesar Rp 19.383,5 milyar, yang berarti Rp 1.176,9 milyar

    lebih rendah dari rencananya dalam APBN.

    Untuk melaksanakan pembangurian yang terus meningkat diperlukan dana pem-

    biayaan yang memadai, yang terutama diupayakan bersumber dari dalam negeri. Dalam

    kaitannya dengan hat tersebut, sumber pembiayaan dari dalam negeri yang berujud Tabung-

    an Pemerintah, yang diperoleh dari selisih antara penerimaan dalam negeri dengan penge-

    luaran rutin, selalu diusahakan agar dapat memberikan dukungan yang mencukupi bagi

    pembangunan yang kian meluas. Apabila dalam tahun pertama Pelita I besarnya Tabungan

    Pemerintah yang dapat diarealisir baru mencapai Rp 27,2 milyar, maka jumlah tersebut telah

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 22

    meningkat menjadi Rp 6.476,5 milyar dalam tahun pertama Pelita IV, sehingga selama

    kurun waktu 16 tahun telah terjadi peningkatan sebesar Rp 6.449,3 milyar, atau lebih dari

    238 kali. Perkembangan APBN sejak tahun 1969/1970 sampai dengan tahun 1986/1987

    dapat dilihat pada Tabel 11.1, Grafik 11.1, dan Grafik 11.2.

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 23

    Tabel II. 1

    PElAKSANAAN APBN DALAM REPELITA I, II, III DAN IV (1969/1970 - 1986/1987) ( dalam milyar rupiah )

    REPELITA I

    1969/1970 1970/1971 1971/1972 1972/1973 1973/1974 Jumlah

    Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi

    Penerimaan dalam negeri 228,0 234,7 276,0 344,6 324,0 428,0 374,0 590,6 428,0 967,7 1.630,0 2.574,6

    pengeluaran rutin 204,0 216,5 243,0 288,2 281,0 349,1 319,0 438,1 357,0 713,3 1.404,0 2.005,2

    Tabungan pemerintah 24,0 27,2 33,0 56,4 43,0 78,9 55,0 152,5 71,0 254,4 226,0 569,4

    Bantuan luar negeri 99,0 91,0 120,0 120,4 180,0 135,5 209,0 157,8 225,0 203,9 833,0 708,6

    a. Bantuan program (63,0) (65,7) (75,0) (78,9) (85,0) (90,5) (85,0) (95,5) (85,0) (89,8) (393,0) (420,4)

    b. Bantuan proyek (36,0) (25,3) (45,0) (41,5) (95,0) (45,0) (124,0) (62,3) (140,0) (114,1) (440,0) (288,2)

    Dana pembangunan 123,0 118,2 153,0 176,8 223,0 214,4 264,0 310,3 296,0 458,3 1.059,0 1.278,0

    Pengeluaran pembangunan 123,0 118,2 153,0 196,6 223,0 195,9 264,0 298,2 296,0 450,9 1.059,0 1.232,8

    a. Rupiah (87,0) (92,9) (108,0) (128,1) (128,0) (150,9) (140,0) (235,9) (156,0) (336,8) (619,0) (944,6)

    b. Bantuan proyek (36,0) (25,3) (45,0) (41,5) (95,0) (45,0) (124,0) (62,3) (140,0) (114,1) (440,0) (288,2)

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 24

    Tabel II. 1 ( lanjutan )

    REPELITA I

    1974/1975 1975/1976 1976/1977 1977/1978 1978/1979 Jumlah

    Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi

    Penerimaan dalam negeri 1.363,4 1.753,7 2.073,3 2.241,9 2.277,4 2.607,0 2.607,7 3.535,4 3.088,7 4.266,1 11.410,9 14.703,1

    pengeluaran rutin 91,6 1.016,1 1.293,9 1.332,6 1.427,9 1.629,8 1.629,9 2.148,9 1.905,1 2.743,7 7.218,4 8.871,1

    Tabungan pemerintah 401,8 737,6 779,8 909,3 849,5 1.276,2 977,8 1.386,5 1.183,6 1.522,4 4.192,5 5.832,0

    Bantuan luar negeri 213,9 232,0 191,8 491,6 208,0 783,8 218,4 773,4 224,6 1.035,5 1.056,7 3.316,3

    a. Bantuan program (-) (36,1) (-) (20,2) (-) (10,2) (-) (35,8) (-) (48,2) (-) (150,5) b. Bantuan proyek (-) (195,9) (-) (471,4) (-) (773,6) (-) (737,6) (-) (987,3) (-) (3.165,8) Dana pembangunan 615,7 969,6 971,6 1.400,9 1.057,5 2.060,0 1.196,2 2.159,9 1.408,2 2.557,9 5.249,2 9148,3

    Pengeluaran pembangunan 615,7 961,8 971,6 1.397,7 1.057,5 2.054,5 1.196,2 2.156,8 1.408,2 2.555,6 5.249,2 9.126,4

    a. Rupiah (-) (765,9) (-) (926,3) (-) (1.280,9) (-) (1.419,2) (-) (1.568,3) (-) (5.960,6) b. Bantuan proyek (-) (195,9) (-) (471,4) (-) (773,6) (-) (737,6) (-) (987,3) (-) (3.165,8)

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 25

    Tabel II. 1 ( lanjutan )

    REPELITA I

    1979/1980 1980/1981 1981/1982 1982/1983 1983/1984 Jumlah

    Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi Repelita Realisasi

    Penerimaan dalam negeri 5.440,5 6.696,8 6.089,9 10.227,0 6.804,2 2.212,6 7.526,2 12.418,3 8.412,3 4.432,7 34.273,1 55.987,4

    pengeluaran rutin 3.445,9 4.061,8 3.845,4 5.800,0 4.294,2 6.977,6 4.767,5 6.996,3 5.308,2 8.411,8 21.661,2 32.247,5

    Tabungan pemerintah 1.994,6 2.635,0 2.244,5 4.427,0 2.510,0 5.235,0 2.758,7 5.422,0 3.104,1 6.020,9 12.611,9 23.739,9

    Bantuan luar negeri 1.493,5 1281,1 1.647,4 1.493,8 1.840,3 1.709,0 2.019,5 1.940,0 2.236,8 3.882,4 9.237,5 10.406,3

    a. Bantuan program (-) (64,8) (-) (64,1) (-) (45,1) (-) (15,1) (-) (14,9) (-) (204,0)

    b. Bantuan proyek (-) (1.316,3) (-) (1.429,7) (-) (1.663,9) (-) (1.924,9) (-) (3.867,5) (-) (10.202,3)

    Dana pembangunan 3.488,1 4.016,1 3.891,9 5.920,8 4.350,3 6.944,0 4.778,2 7.362,0 5.340,9 9.903,3 21.849,4 34.146,2

    Pengeluaran pembangunan 3.488,1 4.014,2 3.891,9 5.916,1 4.350,3 6.940,1 4.778,2 7.359,6 5.340,9 9.899,2 21.849,4 34.129,2

    a. Rupiah (-) (2.697,9) (-) (4.486,4) (-) (5.276,2) (-) (5.434,7) (-) (6.031,7) (-) (23.926,9)

    b. Bantuan proyek (-) (1.316,3) (-) (1.429,7) (-) (1.663,9) (-) (1.924,9) (-) (3.867,5) (-) (10.202,3)

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 26

    Tabel II. 1 ( lanjutan )

    1984/1985 1984/1986 1986/1987

    Repelita Realisasi Repelita APBN Repelita RAPBN

    Penerimaan dalam negeri 16.149,4 15.905,5 19.793,8 18.677,9 24.282,4 17.832,5

    pengeluaran rutin 10.101,1 9.429,0 12.042,8 12.399,0 14.582,5 13.125,6

    Tabungan pemerintah 6.048,3 6.476,5 7.751,0 6.278,9 9.699,9 4.706,9

    Bantuan luar negeri 4.411,0 3.478,0 5.098,0 4.368,1 5.715,3 3.589,1

    a. Bantuan program (39,5) (69,3) (-) (70,9) (-) (81,4)

    b. Bantuan proyek (4.371,5) (3.408,7) (-) (4.297,2) (-) (3.507,7)

    Dana pembangunan 10.459,3 9.954,5 12.849,0 10.647,0 15.415,2 8.296,0

    Pengeluaran pembangunan 10.459,3 9.951,9 12.849,0 10.647,0 15.415,2 8.296,0

    a. Rupiah (6.087,8) (6.543,2) (-) (6.349,8) (-) (4.788,3)

    b. Bantuan proyek (4.347,5) (3.408,7) (-) (4.297,2) (-) (3.507,7)

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 27

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 28

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 29

    Pelaksanaan pembangunan yang telah menunjukkan hasil yang memadai di berbagai

    bidang tersebut tidak terlepas dari berbagai hambatan dan rintangan yang menuntut per-

    juangan yang tidak mudah. Pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dalam tahun-tahun terakhir

    dasawarsa ini, dalam kenyataannya lebih banyak didukung oleh penerimaan minyak bumi

    dan gas alam (migas), yang pada saar itu dapat memberikan sumbangan dana pembangunan

    dalam jumlah-jumlah yang cukup besar. Sementara itu, keadaan yang berlainan dihadapi

    dalam pelaksanaan pembangunan dewasa ini dan masa yang akan datang. Harga minyak

    bumi yang terus menurun dan belum menunjukkan tanda-tanda yang melegakan, masih

    lemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara industri, kecenderungan kebijaksanaan

    proteksi negara-negara maju yang semakin meluas, serta situasi moneter internasional yang

    tampak kurang menentu, akan mewarnai pelaksanaan pembangunan di waktu mendatang.

    Untuk memperkecil berbagai pengaruh yang kurang diharapkan tersebut, terutama

    dari sisi penerimaan negara, Pemerintah telah mengambil langkah-Langkah strategis yang

    diharapkan akan membawa pengaruh positip bagi perkembangan penerimaan negara.

    langkah-langkah tersebut antara lain berupa pembaharuan perundang-undangan perpajakan,

    serta kebijaksanaan yang menyangkut kelancaran arus barang. Keseluruhan kebijaksanaan

    tersebut terpadu dalam rangkaian yang serasi sebagai upaya dalam meningkatkan

    penerimaan negara melalui penerimaan di luar minyak bumi dan gas alam seperti

    penerimaan perpajakan, bea dan cukai, serta penerimaan bukan pajak.

    Pelaksanaan pembaharuan yang menyeluruh daripada sistem perpajakan terakhir

    ditandai dengan mulai diberlakukannya Undang-undang Nomor 12 dan 13 Tahun 1985.

    Dengan demikian, setelah diberlakukannya lima undang-undang perpajakan yang baru, yaitu

    Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

    Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, Undang-undang Nomor 8

    Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas

    Barang Mewah, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

    (PBB), dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai, diharapkan akan

    dapat meningkatkan serta menjamin kesinambungan sumber pembiayaan yang berasal dari

    dalam negeri. Di dalam undang-undang perpajakan yang baru ini, disamping terdapat sifat-

    sifat yang lebih sederhana, mudah dimengerti, dan penuh kepastian hukum, juga melekat

    sifat-sifat yang mendukung pemerataan dan keadilan melalui pengaturan taripnya. Dengan

    demikian sistem perpajakan yang berlaku dewasa ini bukan saja diarahkan sebagai sarana

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 30

    penghimpun dana bagi peningkatan penerimaan negara semata, tetapi ditujukan pula guna

    mencapai sasaran pembangunan lainnya seperti mempercepat proses pemerataan pendapatan

    dan beban pembangunan, memperluas kesempatan kerja, serta menciptakan iklim yang

    sesuai dengan suasana pola hidup sederhana. Dalam hubungan ini, mengingat bahwa untuk

    melaksanakan sistem perpajakan baru tersebut dengan baik diperlukan adanya pangkal tolak

    bersih yang berlandaskan pada kejujuran dan keterbukaan masyarakat, maka dipandang

    perlu oleh Pemerintah untuk memberikan pengampunan pajak, yang pelaksanaannya telah

    berakhir pada akhir Juni 1985 yang lalu. Di samping itu agar pelaksanaan sistem perpajakan

    yang baru dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan, pembenahan terhadap aparat

    perpajakan, baik yang menyangkut prosedur dan tata cara perpajakan, maupun peningkatan

    disiplin dan pembinaan aparat pemungut pajak, secara terus menerus tetap dilaksanakan.

    Sejalan dengan kebijaksanaan yang dilakukan di bidang perpajakan, Pemerintah telah pula

    mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 1985, yaitu suatu kebijaksanaan

    strategis untuk melancarkan arus lalu lintas barang ekspor, impor, dan antar pulau dalam

    rangka meningkatkan kegiatan ekonomi nasional, terutama sebagai upaya menggalakkan

    ekspor komoditi non migas.

    Bersamaan dengan kebijaksanaan yang dijalankan di bidang penerimaan negara,

    kebijaksanaan yang menyangkut pengeluaran rutin tetap dikaitkan dengan penciptaan

    Tabungan Pemerintah guna memenuhi tuntutan pembiayaan pembangunan yang makin

    meningkat. Untuk mencapai sasaran tersebut penghematan terus menerus diupayakan dengan

    jalan penyempurnaan lebih lanjut sistem pengadaan dan pembelian oleh Pemerintah, tanpa

    mengabaikan jumlah dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat luas. Disamping itu,

    seirama dengan perkembangan kemampuan perekonomian nasional yang dipandang sudah

    mulai mampu menanggung beban pembangunan, secara bertahap telah dilakukan pengu-

    rangan dan penghapusan berbagai jenis subsidi, sehingga di masa mendatang pengaruh

    positip daripada kebijaksanaan ini berupa alokasi sumber-sumber ekonomi yang lebih wajar,

    akan dapat segera diwujudkan. Selanjutnya kebijaksanaan di bidang pengeluaran pemba-

    ngunan akan selalu ditekankan mengarah pada penggunaan dana-dana pembiayaan pemba-

    ngunan pada program-program dan proyek-proyek yang mendukung terciptanya sasaran

    pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas yang tinggi. Dalam pada itu agar pengelolaan, baik

    di bidang penerimaan negara maupun di bidang pengeluaran negara, dapat dilaksanakan

    secara lebih efektif dan efisien, maka fungsi pengawasan, terutama pengawasan atasan

    langsung yang didukung oleh pengawasan melekat, akan terus dikembangkan khususnya

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    Home

    Edition

    This PDF created with the FREE RoboPDF Home Edition (not legal for business or government use)

    Get RoboPDF: An Easy, Affordable Alternative for Creating PDFs - www.robopdf.com Buy RoboPDF

    http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169224&a=118369http://s0b.bluestreak.com/ix.e?hy&s=169225&a=118370

  • Nota Keuangan dan RAPBN 1986 /1987

    Departemen Keuanagan Republik Indonesia 31

    dalam rangka menciptakan sistem pengendalian manajemen yang lebih sempurna.

    2.2. Pelaksanaan APBN 1985/1986 (Semester I)

    2.2.1. Ringkasan

    Pelaksanaan APBN tahun 1985/1986 masih dibayangi oleh situasi perekonomian

    yang berkecenderungan kurang menggembirakan, terutama yang diakibatkan oleh situasi

    pasaran minyak yang kurang baik, masih melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara

    industri, serta adanya gejala yang mengarah pada makin meluasnya proteksionisme. Semua

    itu memberikan gambaran yang kurang menyenangkan bagi pencapaian sasaran yang diren-

    canakan sebelumnya. Untuk mengurangi berbagai akibat yang