1. Myr Cpm Abidin_51042

download 1. Myr Cpm Abidin_51042

of 106

description

Karmilis

Transcript of 1. Myr Cpm Abidin_51042

  • TERBATAS

    TERBATAS

    MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT

    SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

    TA. 2013

    KARANGAN TULISAN MILITER

    PENGARUH KEMAMPUAN PENYIDIK POMAD DALAM

    MELAKSANAKAN PENYIDIKAN TERHADAP PERCEPATAN

    PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

    Diajukan oleh :

    Nama : Abidin, S.H.

    Pangkat/Korps/NRP : Mayor CPM 11960056391171

    Dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum Seskoad

    Bandung, Oktober 2013

  • TERBATAS

    TERBATAS

    MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT

    SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Judul Karmil : PENGARUH KEMAMPUAN PENYIDIK POMAD DALAM

    MELAKSANAKAN PENYIDIKAN TERHADAP PERCEPATAN

    PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

    Penulis : A B I D I N, S.H.

    Pangkat/Korps/NRP : MAYOR CPM NRP 11960056391171

    Telah disetujui oleh :

    Mengetahui

    Kepala Departemen Kodal Perwira Pembimbing

    Rimbo Karyono,S.IP Ahmad Sutarmadi Kolonel Inf NRP 30815 Kolonel Inf NRP 1910037630768

  • ii

    MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT

    SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

    LEMBAR PENGESAHAN

    Penulis : A B I D I N,S.H.

    Pangkat / Korps/NRP : MAYOR CPM NRP 11960056391171

    Judul Karlismil : PENGARUH KEMAMPUAN PENYIDIK POMAD

    DALAM MELAKSANAKAN PENYIDIKAN TERHADAP

    PERCEPATAN PENYELESAIAN PERKARA PIDANA.

    Telah dipaparkan dihadapan Penguji Karlismil Seskoad TA 2013, pada :

    Hari : Rabu

    Tanggal : 18 Oktober 2013

    Pukul : 10.45 s.d.11.45 Wib

    Dinyatakan : Lulus /Tidak Lulus

    Ketua Tim Penguji : Kolonel Arm Umar Sanusi,S.Sos (..)

    NRP. 30909

    Anggota Tim Penguji : Kolone Arm Supriyoso,S.IP (......)

    NRP.31268

  • TERBATAS iii

    TERBATAS

    ABSTRAKSI

    TNI dalam menjalankan tugas pokonya mengabdi kepada bangsa dan negara,

    tidak tertutup kemungkinan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit TNI/TNI AD

    khususnya, baik yang melanggar norma-norma yang berlaku dalam kemiliteran maupun

    norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan setiap pelanggaran terhadap norma-

    norma tersebut seorang prajurit TNI AD tidak akan terlepas dari jeratan hukum. Pomad

    merupakan salah satu kecabangan TNI AD yang mempunyai tugas pokok

    menyelenggarakan pemeliharaan, penegakan hukum,disiplin dan tata tertib di lingkungan

    dan bagi kepentingan TNI AD. Salah satu fungsi Polisi Militer Angkatan Darat adalah

    melaksanakan penyidikan yaitu mulai dari menerima laporan polisi sampai dengan

    pemberkasan. Proses penyelesaian perkara pidana di lingkungan TNI AD pada semua

    tahapan pemeriksaan khususnya tahap penyidikan yang menjadi awal dari proses hukum

    terhadap prajurit yang melakukan tindak pidana dan pelanggaran disiplin harus segera

    dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan kepastian hukum bagi pelaku pelanggaran

    termasuk Negara dan institusi TNI.

    Dihadapkan dengan tantangan tugas ke depan yang semakin berat dan motif

    kejahatan yang sangat bervariatif maka pejabat penyidik di lingkungan TNI AD yakni

    Pomad harus ditingkatkan kemampuannya dalam melakukan penyidikan sehingga

    dengan memiliki kemampuan penyidikan maka akan membantu dalam mempercepat

    proses percepatan penyelesaian perkara di lingkungan peradilan militer.

    Peningkatan kemampuan penyidik Pomad khusunya Penyidik Pomdam II/Swj

    dalam melaksanakan penyidikan yang diselenggarakan oleh unsur Pimpinan TNI/TNI AD

    sampai dengan tingkat terendah Dansubdenpom sesuai dengan kewenangannya

    dengan mengacu pada kebijakan Komando Atas yang disesuaikan dengan sarana dan

    prasarana yang ada serta metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi satuannya.

    Kegiatan peningkatan kemampuan penyidik tersebut direncanakan dengan baik dan

    selanjutnya dilaksanakan secara terpadu serta terkoordinasi dengan instansi terkait

    sehingga akan terwujud tujuan dan sasaran kegiatan yang telah direncanakan yaitu

    meningkatnya kemampuan penyidik Pomdam II/Swj dalam melaksanakan penyidikan.

    Demikian abstraksi dari Karangan Tulisan Militer tentang Pengaruh Kemampuan

    Penyidik Pomad dalam melaksanakan penyidikan terhadap percepatan

    penyelesaian perkara pidana. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jauh, maka

    pembaca dapat menyimak tulisan Karangan Tulisan Militer ini lebih lanjut.

  • TERBATAS v

    TERBATAS

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

    segala berkah, rahmat dan Ridho-Nya, Penulis dapat menyelesaikan tugas yang diberikan

    oleh Lembaga berupa Karangan Tulis Militer ( Karlismil ) dengan judul PENGARUH

    KEMAMPUAN PENYIDIK POMAD DALAM MELAKSANAKAN PENYIDIKAN

    TERHADAP PERCEPATAN PENYELESAIAN PERKARA PIDANA tepat pada

    waktunya.

    Sebagaimana kita ketahui bahwa Prajurit TNI sebagai WNI, memiliki kedudukan

    yang sama dengan WNI lainnya di depan hukum dan wajib menjunjung hukum,

    sebagaimana diatur dalam pasal 27 ayat (1) UUD 1945 Amandemen Keempat yang

    berbunyi Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

    pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

    kecualinya.TNI dalam menjalankan tugas pokonya mengabdi kepada bangsa dan negara,

    tidak tertutup kemungkinan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit TNI/TNI AD

    khususnya, baik yang melanggar norma-norma yang berlaku dalam kemiliteran maupun

    norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan setiap pelanggaran terhadap norma-

    norma tersebut seorang prajurit TNI AD tidak akan terlepas dari jeratan hukum. Polisi

    Militer Angkatan Darat merupakan salah satu kecabangan TNI AD yang mempunyai

    tugas pokok menyelenggarakan pemeliharaan, penegakan hukum,disiplin dan tata tertib

    di lingkungan dan bagi kepentingan TNI AD. Salah satu fungsi Polisi Militer Angkatan

    Darat adalah melaksanakan penyidikan yaitu mulai dari menerima laporan polisi sampai

    dengan pemberkasan. Proses penyelesaian perkara pidana di lingkungan TNI AD pada

    semua tahapan pemeriksaan khususnya tahap penyidikan yang menjadi awal dari proses

    hukum terhadap prajurit yang melakukan tindak pidana dan pelanggaran disiplin harus

    segera dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan kepastian hukum bagi pelaku

    pelanggaran termasuk Negara dan institusi TNI. Dengan demikian pejabat penyidik di

    lingkungan TNI AD yakni Polisi Militer Angkatan Darat harus ditingkatkan kemampuannya

    dalam melakukan penyidikan sehingga dengan memiliki kemampuan penyidikan maka

    akan membantu dalam mempercepat proses percepatan penyelesaian perkara di

    lingkungan peradilan militer.

    Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pomdam II/Sriwijaya menunjukan bahwa

    masih terjadi keterlambatan dalam penyelesaian perkara setiap tahunnya yang harus

    diselesaikan pada tahun berikutnya. Keterlambatan dalam penyelesaian perkara

  • TERBATAS v

    TERBATAS

    khususnya di tingkat penyidikan salah satu penyebabnya karena kemampuan penyidikan

    dari pejabat penyidik di lingkungan Pomdam II/Swj masih terbatas antara lain

    keterbatasan personel penyidik, keterbatasan kemampuan penyidik dalam menerima

    laporan polisi, mendatangi tempat kejadian perkara , melakukan penangkapan,penyitaan ,

    penahanan, melakukan interogasi/pemeriksaan, melakukan koordinasi, keterbatasan

    pengetahuan menganalisa suatu kasus, keterbatasan pengetahuan hukum formil dan

    hukum materil, keterbatasan kemampuan administrasi penyidikan dan keterbatasan-

    keterbatasan lainnya sehingga mengakibatkan masih terjadi keterlambatan penyelesaian

    perkara di tingkat penyidikan. Terjadinya keterlambatan penyelesaian perkara di tingkat

    penyidikan sangat merugikan kepentingan negara, masyarakat, institusi TNI AD, maupun

    kepentingan satuan dalam menegakkan hukum dan disiplin bagi prajurit TNI AD termasuk

    juga kepentingan individu prajurit yang melakukan pelanggaran maupun tindak pidana

    karena akan menghambat dalam pembinaan karier yang bersangkutan.

    Akhirnya, Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar besarnya

    kepada Letkol Inf Ahmad Sutarmadi selaku Perwira Pembimbing yang telah memberikan

    arahan dalam penyusunan Karlismil ini sehingga dapat selesai sesuai dengan waktu yang

    direncanakan, juga kepada Kolonel Inf Abbas Sopamena dan Kolonel Inf Kemal

    Hendrayadi selaku Patun, yang senantiasa memberikan dorongan, semangat dan waktu

    dalam memberikan koreksi terhadap perkembangan Karlismil yang dibuat oleh Penulis.

    Dengan menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, maka Penulis

    sangat mengharapkan sumbangan pikiran yang konstruktif baik berupa saran maupun

    kritik sehingga Karlismil ini dapat bermanfaat bagi Pimpinan dalam meningkatkan

    kemampuan penyidik Pomad dalam melaksanakan penyidikan terhadap percepatan

    penyelesaian perkara pidana.

    Bandung, Oktober 2013

    Penulis

    Abidin, S.H.

    Mayor Cpm NRP 11960056391171

  • TERBATAS

    TERBATAS

    DAFTAR ISI Halaman

    LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii

    ABSTRAKSI ................................................................................................. iii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... ... iv

    DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. ix

    BAB I. PENDAHULUAN

    1. Umum ................................................................................... 1

    2. Maksud dan Tujuan .............................................................. 2

    3. Metode dan Pendekatan ...................................................... 3

    4. Ruang Lingkup dan Tata Urut ........................................ 3

    5. Pengertian ..................................................................... 3

    BAB II. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

    6. Umum .... 5

    7. Latar Belakang Pemikiran .................. 5

    8. Dasar Pemikiran........ .................................................................. 8

    BAB III. KONDISI KEMAMPUAN PENYIDIK POMDAM II/SWJ DALAM

    MELAKSANAKAN PENYIDIKAN SAAT INI

    9. Umum ...................................... 9

    10. Personel Penyidik Saat ini Terbatas ................................ 9

    11. Keterbatasan Kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj saat ini .. 10

    12. Keterbatasan Pengetahuan Administrasi Penyidikan .............. 12

    vi

  • TERBATAS

    TERBATAS

    viii

    BAB IV DISKRIPSI PENELITIAN

    13. Umum ......................................................................... 13

    14. Tinjauan Pustaka............................................................... 13

    15. Metode Penelitian.............................................................. 16

    16. Manfaat Penelitian............................................................. 28

    17. Penelitian Personel Penyidik Pomdam II/Swj.................... 29

    18. Penelitian Kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj............... 29

    19. Penelitian Pengetahuan Administrasi Penyidikan................ 31

    20. Keaslian Penelitian............................................................. 32

    21. Kesimpulan Hasil Penelitian............................................... 32

    BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

    22. Umum . ... 33

    23. Faktor Eksternal...... 33

    25. Faktor Internal .......... 34

    BAB VI KONDISI KEMAMPUAN PENYIDIK POMDAM II/SWJ DALAM

    MELAKSANAKAN PENYIDIKAN YANG DIHARAPKAN

    25. Umum................................................................................ 36

    26. Terpenuhinya Personel Penyidik Pomdam II/Swj

    sesuai DSPP................................................................................ 36

    27. Memiliki kemampuan teknis penyidikan............................ 36

    28. Memimiliki Pengetahuan Administrasi Penyidikan

    yang Tinggi.............................................................................. 39

    BAB VII PEMECAHAN MASALAH

    29. Umum ...... ... 40

    30. Tujuan .................................... 40

  • TERBATAS

    TERBATAS

    viii

    31. Sasaran ......................................... 40

    32. Subyek,Obyek dan Metode ........................................................... 40

    33. Sarana dan Prasarana .......... 42

    34. Upaya ........................................ 42

    BAB VIII PENUTUP

    35 Kesimpulan.................................................................................... 74

    36. Saran ............ 75

  • TERBATAS ix

    TERBATAS

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. LAMPIRAN-A : PROSES PERUMUSAN JUDUL KERANGKA ACUAN PENULISAN

    2. LAMPIRAN-B : ALUR PIKIR.

    3. LAMPIRAN-C : POLA PIKIR .

    4. LAMPIRAN-D : DAFTAR PUSTAKA.

    5. LAMPIRAN-E : RIWAYAT HIDUP PENULIS.

  • TERBATAS

    TERBATAS

    PENGARUH KEMAMPUAN PENYIDIK POMAD DALAM MELAKSANAKAN

    PENYIDIKAN TERHADAP PERCEPATAN PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Umum.

    a. Prajurit TNI sebagai WNI sebagaimana WNI lainnya, memiliki kedudukan

    yang sama di depan hukum dan wajib menjunjung hukum, sebagaimana diatur

    dalam pasal 27 ayat (1) UUD 1945 Amandemen Keempat yang berbunyi Segala

    warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan

    wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya1. TNI

    dalam menjalankan tugas pokonya mengabdi kepada bangsa dan negara, tidak

    tertutup kemungkinan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh prajurit TNI/TNI AD

    khususnya, baik yang melanggar norma-norma yang berlaku dalam kemiliteran

    maupun norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan setiap pelanggaran

    terhadap norma-norma tersebut seorang prajurit TNI AD tidak akan terlepas dari

    jeratan hukum. Pomad merupakan salah satu kecabangan TNI AD yang

    mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pemeliharaan, penegakan

    hukum,disiplin dan tata tertib di lingkungan dan bagi kepentingan TNI AD2.Salah

    satu fungsi Pomad adalah melaksanakan Penyidikan yaitu mulai dari menerima

    laporan polisi sampai dengan pemberkasan. Proses penyelesaian perkara pidana

    di lingkungan TNI AD pada semua tahapan pemeriksaan khususnya tahap

    Penyidikan yang menjadi awal dari proses hukum terhadap prajurit yang

    melakukan tindak pidana dan pelanggaran disiplin harus segera dilakukan dalam

    rangka untuk mendapatkan kepastian hukum bagi pelaku pelanggaran termasuk

    Negara dan institusi TNI. Dengan demikian personel Penyidik di lingkungan TNI AD

    yakni Pomad harus ditingkatkan kemampuannya dalam melakukan Penyidikan

    sehingga dengan memiliki kemampuan Penyidikan maka akan membantu dalam

    mempercepat proses percepatan penyelesaian perkara di lingkungan peradilan

    militer.

    1Adzana Putra UUD45 beserta amandemennya Tahun 2009, Hal.18 2 Bujukin Polisi Militer Nomor Skep/484/XII/2006 tanggal 20 Desember 2006 hal 6.

  • 2

    b. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Pomdam II/Swj menunjukan bahwa

    masih terjadi keterlambatan dalam penyelesaian perkara setiap tahunnya,dimana

    sisa perkara tersebut merupakan tunggakan yang harus diselesaikan pada tahun

    berikutnya. Keterlambatan dalam penyelesaian perkara khususnya di tingkat

    Penyidikan disebabkan adanya keterbatasan personel Penyidik, kemampuan

    Penyidikan dari personel Penyidik di lingkungan Pomad masih terbatas,hal tersebut

    dapat terlihat dari beberapa indikasi permasalahan antara lain keterbatasan

    kemampuan Penyidik dalam menerima laporan polisi, mengdatangi/megolah

    tempat kejadian perkara,pengumpulan dan pengurusan barang bukti, melakukan

    pengangkapan, penggeledahan,penyitaan dan penahanan, melakukan

    interogasi/pemeriksaan, pemberkasan, keterbatasan pengetahuan hukum formil

    dan hukum materil, terbatasnya pengetahuan administrasi penyidikan serta

    keterbatasan-keterbatasan lainnya sehingga mengakibatkan masih terjadi

    keterlambatan penyelesaian perkara di tingkat Penyidikan.

    c. Oleh sebab itu agar perkara pidana yang dalam proses Penyidikan Penyidik

    Pomad dapat diselesaikan tepat waktu sesuai dengan rencana waktu Penyidikan

    mulai dari pembuatan laporan polisi sampai dengan pemberkasan memenuhi

    syarat baik formal maupun materil, maka tulisan yang berjudul PENGARUH

    KEMAMPUAN PENYIDIK POMAD DALAM MELAKSANAKAN PENYIDIKAN

    TERHADAP PERCEPATAN PENYELESAIAN PERKARA PIDANA sangat penting

    untuk dibahas dalam rangka percepatan penyelesaian perkara sehingga tidak

    terjadi keterlambatan dalam penyelesaian perkara setiap tahunya khususnya di

    tingkat Penyidikan.

    2. Maksud dan Tujuan.

    a. Maksud. Karya tulis ilmiah militer ini disusun dengan maksud untuk

    memberikan gambaran dan analisa kepada Komando atas tentang pengaruh

    kemampuan Penyidik Pomad dalam melaksanakan Penyidikan terhadap

    percepatan penyelesaian perkara pidana.

    b. Tujuan. Penyusunan karya tulis ini bertujuan untuk memberikan

    sumbang saran atau pikiran kepada Komando atas tentang pengaruh kemampuan

    Penyidik Pomad dalam melaksanakan Penyidikan, sehingga dengan memiliki

    kemampuan Penyidikan maka akan dapat membantu dalam percepatan

    penyelesaian perkara di lingkungan Peradilan Militer di masa yang akan datang .

  • 3

    3. Metode dan Pendekatan.

    a. Metode. Penyusunan karya tulis ini menggunakan metode deskriptif

    analisis yakni memberikan gambaran dan analisa tentang permasalahan yang

    berkaitan dengan proses Penyidikan yang dilakukan oleh Pomad,di tingkat

    Penyidikan.

    b. Pendekatan. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan tulisan

    ini adalah kepustakaan, pengamatan, pengalaman empiris sebagai seorang

    Penyidik di lingkungan TNI AD, termasuk dengan melakukan kuesioner terhadap

    personel Penyidik Pomdam II/Swj.

    4. Ruang lingkup dan Tata urut.

    a. Ruang Lingkup. Dalam pembahasan karya tulis ilmiah militer ini yang

    berjudul PENGARUH KEMAMPUAN PENYIDIK POMAD DALAM

    MELAKSANAKAN PENYIDIKAN TERHADAP PERCEPATAN PENYELESAIAN

    PERKARA PIDANA dibatasi pada pengaruh kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj

    dalam melaksanakan Penyidikan terhadap percepatan penyelesaian perkara

    pidana di tingkat Penyidikan.

    b. Tata Urut. Karya tulis ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :

    1) Pendahuluan.

    2) Latar Belakang Pemikiran.

    3) Kondisi Kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj dalam Melaksanakan

    Penyidikan Saat ini.

    4) Deskripsi Penelitian.

    5) Faktor faktor yang Berpengaruh.

    6) Kondisi Kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj dalam Melaksanakan

    Penyidikan yang Diharapkan .

    7) Pemecahan Masalah.

    8) Penutup.

    5. Pengertian.

    a. Penyidik Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut dengan

    Penyidik adalah Atasan Yang Berhak Menghukum , Pejabat Polisi Militer Tertentu,

  • 4

    dan Oditur,yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang ini untuk

    melakukan penydikan3.

    b. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik Tentara Nasional

    Indonesia dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk

    mencari serta mengumpulkan bukti-bukti yang dengan bukti itu membuat terang

    tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya4.

    c. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena

    hak atau kewajibannya berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang

    berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa

    pidana5.

    d. Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang

    berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum

    seseorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikannya6.

    e. Laporan Polisi adalah suatu pemberitahuan tentang terjadinya suatu tindak

    pidana (kejahatan/pelanggaran) yang memerlukan adanya tindakan lebih lanjut

    atau penyelesaian dari Polisi Militer.7

    f. Atasan Yang Berhak Menghukum adalah atasan langsung yang

    mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin menurut ketentuan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berwenang melakukan

    Penyidikan berdasarkan Undang-undang ini8.

    g. Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat dimana suatu peristiwa

    pidana terjadi termasuk tempat-tempat disekitarnya yang mempunyai hubungan

    dengan peristiwa itu.9

    3 PT.Mitra info , Jakarta, 1997, UU RI No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer hal.87

    4PT.Mitra info , Jakarta, 1997, UU RI No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer hal.88

    5PT.Mitra info , Jakarta, 1997, UU RI No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer hal.87

    6PT.Mitra info , Jakarta, 1997, UU RI No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer hal.88

    7 Bujuknik tentang pembuatan laporan polisi No.25-N-12 ,1999 hal 2

    8PT.Mitra info , Jakarta, 1997, UU RI No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer hal.86

    9 Bujuknik tentang Tindakan pertama di TKP , 1992.hal 2

  • 5

    BAB II

    LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

    6. Umum. Proses penyelesaian perkara pidana di lingkungan Peradilan Militer

    khususnya di tingkat Penyidikan yang dilakukan oleh personel Penyidik dari Polisi Militer

    memerlukan payung hukum yang akan dijadikan sebagai dasar atau pedoman dalam

    upaya meningkatkan kemampuan Penyidikan bagi personel Penyidik Pomad dan dalam

    proses percepatan penyelesaian perkara sehingga dapat dihindari terjadinya kesalahan

    prosedur atau tindakan-tindakan lainnya yang menyimpang dari hukum dan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    7. Landasan Pemikiran.

    a. Landasan Idiil. Nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila

    merupakan cermin sikap hidup bangsa Indonesia yang telah menjadi norma/aturan

    yang memiliki ciri-ciri kekeluargaan, kebersamaan, kegotong royongan serta saling

    hormat-menghormati sesama warga negara Republik Indonesia harus

    diaktualisasikan untuk memperoleh suatu nilai yang paling tepat dalam kehidupan

    berbangsa dan bernegara. Pancasila juga menjadi sumber dari segala sumber

    hukum yang berlaku di negara Indonesia yang termasuk di dalamnya hukum-

    hukum yang mengatur kehidupan prajurit TNI.

    b. Landasan Konstitusional. Dalam batang tubuh UUD 1945 pada

    pasal 27 ayat (1) disebutkan bahwa Segala warga negara bersamaan

    kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum

    dan pemerintahan itu tidak ada kecualinya10. Selanjutnya dalam penjelasan UUD

    Negara Indonesia pada sistem pemerintahan disebutkan bahwa Indonesia ialah

    Negara yang berdasarkan hukum (Rechsstaat) dan tidak berdasarkan atas

    kekuasaan belaka (Machtstaat)11.

    c. Landasan Operasional.

    1) Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI.Pada Pasal 25

    ayat (1) huruf c disebutkan bahwa Prajurit adalah insan prajurit yang

    bermoral dan tunduk pada hukum serta peraturan perundang-undangan12,

    selanjutnya pada Pasal 64 disebutkan bahwa Hukum Militer dibina dan

    dikembangkan oleh pemerintah untuk kepentingan penyelenggaraan

    10

    Adzana Putra UUD45 beserta amandemennya Tahun 2009, Hal.18 11

    Adzana Putra UUD45 beserta amandemennya Tahun 2009, Hal.30 12

    Sinar Grafika ,Undang-Undang No.34 ttg TNI, Jakarta,2000, hal 15

  • 6

    pertahanan Negara13. Dengan demikian aparat penegak hukum di

    lingkungan TNI khususnya Polisi Militer selaku pejabat Penyidik wajib

    menegakkan aturan hukum yang berlaku dalam rangka terwujudnya prajurit

    TNI yang taat hukum dan memiliki disiplin yang tinggi.

    2) Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1997. Pada Bab IV bagian

    pertama paragraf 1 sampai paragraf 5 diatur tentang Penyidikan, yang

    dimulai dari paragraf 1 tentang Penyidik dan Penyidik pembantu, paragraf 2

    mengatur tentang penangkapan dan penahanan, paragraf 3 mengatur

    tentang penggeledahan dan penyitaan, paragraf 4 mengatur tentang

    pemeriksaan surat dan paragraf 5 mengatur tentang pelaksanaan

    Penyidikan. Dalam Pasal 69 ayat (1) diatur tentang Penyidik di lingkungan

    peradilan militer yaitu disebutkan Penyidik adalah Atasan yang berhak

    menghukum, Polisi Militer dan Oditur14. Selanjutnya kewenangan Penyidik

    di lingkungan peradilan militer diatur dalam dalam Pasal 71 ayat (1) yaitu:

    Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang terjadinya suatu

    peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana; Melakukan tindakan

    pertama pada saat dan di tempat kejadian; Mencari keterangan dan barang

    bukti; Menyuruh berhenti seseorang yang diduga sebagai tersangka dan

    memeriksa tanda pengenalnya; Melakukan penangkapan, penggeledahan,

    penyitaan, dan pemeriksaan surat-surat; Mengambil sidik jari dan memotret

    seseorang; Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai

    tersangka atau saksi; Meminta bantuan pemeriksaan seorang ahli atau

    mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

    pemeriksaan perkara; dan Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

    bertanggung jawab.15 Dengan demikian ketentuan yang mengatur tentang

    kewenangan personel Penyidik di lingkungan TNI sangat jelas sehingga

    dengan dukungan perangkat perundang-undangan dan kemampuan yang

    tinggi dalam melakukan Penyidikan maka dapat membantu dalam proses

    penyelesaian perkara pidana di lingkungan TNI.

    3) Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 1997. Upaya penegakkan

    disiplin dalam tata kehidupan Tentara Nasional Indonesia memerlukan suatu

    tatanan disiplin prajurit berupa Undang-Undang tentang Hukum Disiplin

    Prajurit. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997

    13

    Sinar Grafika ,Undang-Undang No.34 ttg TNI, Jakarta,2000, hal 27 14

    Mitra Info , Undang-undang bidang Pertahanan Negara , Jakarta,1997 hal.128

    15 Ibid , hal.129

  • 7

    tentang Hukum Disiplin Prajurit maka setiap prajurit TNI berkewajiban untuk

    memahami dan menegakkan Undang-Undang tersebut sehingga terwujud

    disiplin prajurit.

    4) Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan

    Negara.Pada Pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa Pertahanan Negara

    disusun berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia,

    kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum

    internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan

    secara damai16.

    5) Skep Kasad Nomor Skep:49/XII//2006 tanggal 29 Desember 2006

    tentang Organisasi dan Tugas Pusat Pusat Pomad. Dalam Skep Kasad

    tersebut disebutkan bahwa Corps Pomad merupakan salah satu

    kecabangan di lingkungan TNI AD yang mempunyai tugas pokok

    memelihara dan menegakkan hukum disiplin dan tata tertib di lingkungan

    dan bagi kepentingan TNI17. Dalam Organisasi dan tugas pusat Pomad

    tersebut sangat jelas diatur tentang kedudukan, tugas dan fungsi Polisi

    Militer antara lain salah satunya adalah melaksanakan fungsi Penyidikan.

    6) Keputusan Kasad Nomor Kep/68/XII/2004 tanggal 24 Desember 2004

    tentang Organisasi Tugas Polisi Militer Komando Daerah Militer (Orgas

    Pomdam).Dalam Keputusan Kasad tersebut ditentukan bahwa Pomdam

    adalah badan pelaksana di tingkat Kodam yang berkedudukan langsung di

    bawah Pangdam yang bertugas memelihara dan menegakkan hukum

    disiplin dan tata tertib di lingkungan dan bagi kepentingan Angkatan Darat di

    wilayah Kodam18. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka Pomdam

    menyelenggarakan tugas-tugas antara lain tugas melaksanakan fungsi

    utama meliputi penyelidikan kriminil dan pengamanan fisik, pemeliharaan

    ketertiban dan Penyidikan serta pengurusan dan pembinaan tahanan/tuna

    tertib militer. Dengan demikian dalam Orgas tersebut dirumuskan tentang

    salah satu fungsi Pomdam adalah menyangkut kegiatan Penyidikan.

    7) Surat Telegram Danpuspomad Nomor STR:141/2010 tanggal 16

    November 2010 tentang Tenggang waktu penyelesaian perkara di tingkat

    16

    Sinar Grafika , UU RI No.3 thn 2002 ttg Pertahanan Negara, Jakarta,2000 hal.64 17

    Skep Kasad Nomor skep:49/XII//2006 tanggal 29 Desember 2006 tentang Organisasi dan Tugas Pusat Pomad, Hal. 1 18

    Keputusan Kasad Nomor Kep/68/XII/2004 tanggal 24 Desember 2004 tentang Organisasi Tugas Polisi Militer Komando Daerah Militer (Orgas Pomdam) Hal. 1

  • 8

    Penyidikan sesuai penggolongan perkara.Dalam surat telegram tersebut

    disebutkan untuk perkara ringan maksimal 20 hari, perkara sedang

    maksimal 40 hari dan perkara berat maksimal 60 hari berkas perkara sudah

    dikirim ke Papera dan Oditur. Surat Telegram Danpuspomad tersebut yang

    menentukan batasan waktu Penyidikan untuk perkara ringan, sedang dan

    berat akan dapat dilaksanakan apabila personel Penyidik Pomad memiliki

    kemampuan dalam melakukan Penyidikan terhadap suatu perkara.

    8. Dasar Pemikiran. Dengan mengingat tingkat pelanggaran dan tindak pidana

    yang dilakukan oleh prajurit TNI AD khususnya di wilayah Kodam II/Sriwijaya atau wilayah

    hukum Pomdam II/Swj masih cukup tinggi baik kualitas maupun kuantitasnya serta masih

    adanya sisa perkara setiap tahunnya sehingga diperlukan suatu peningkatan

    kemampuan Penyidikan dari personel Penyidik Pomdam II/Swj dalam melaksanakan

    Penyidikan sehingga dengan memiliki kemampuan Penyidikan maka diharapkan dapat

    membantu dalam proses percepatan penyelesaian perkara di lingkungan Kodam II/Swj

    serta dapat dihindari terjadinya keterlambatan dalam penyelesaian perkara setiap

    tahunnya khususnya di tingkat Penyidikan.

  • 9

    BAB III

    KONDISI KEMAMPUAN PENYIDIK POMDAM II/SWJ DALAM

    MELAKSANAKAN PENYIDIKAN SAAT INI

    9. Umum. Proses penyelesaian perkara pidana di tingkat Penyidikan dimulai sejak

    adanya laporan dan pengaduan atau pengetahuan Penyidik tentang telah terjadinya suatu

    tindak pidana, kemudian dilanjutkan dengan proses hukum berikutnya berupa

    penangkapan dan penahanan, penggeledahan dan penyitaan, pemeriksaan surat dan

    pelaksanaan Penyidikan. Pada bagian berikut akan diuraikan tentang bagaimana kondisi

    personel Penyidik saat ini, proses penyelesaian perkara pidana di tingkat Penyidikan dan

    kondisi kemampuan personel Penyidik Pomad serta terbatasnya pengetahuan

    administrasi penyidikan.

    10. Personel Penyidik Saat ini Terbatas. Terbatasnya jumlah personel

    Penyidik di lingkungan Pomad khususnya di Pomdam II/Swj baik Perwira maupun Bintara

    Penyidik. Dari data yang didapatkan dari Pomdam II/Swj menunjukkan bahwa jumlah

    personel Penyidik saat ini di lingkungan Kodam II/Sriwijaya sesuai DSPP di Satpomwil

    (Pomdam, Denpom dan Subdenpom) adalah 87 orang dan baru terpenuhi 72 orang atau

    92,31 % dari 87 personel sesuai DSPP19. Keterbatasan jumlah personel Penyidik di

    lingkungan TNI AD mulai dari tingkat Pomdam, Denpom dan Subdenpom tersebut sangat

    berpengaruh pada percepatan penyelesaian perkara pidana di lingkungan TNI-AD

    terutama pada tahap Penyidikan yang dilakukan oleh personel Penyidik dari Pomdam

    II/Swj.

    Personel Penyidik yang memiliki kualifikasi Susba Idik maupun Suspa Idik

    (Spesialisasi Penyidikan) masih terbatas20, hal tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan

    Penyidikan mulai dari penerimaan laporan atau pengaduan dari seseorang tentang

    terjadinya suatu peristiwa pidana yang diduga merupakan tindak pidana, melakukan

    tindakan pertama di tempat kejadian perkara, mencari keterangan dan bukti, melakukan

    penangkapan, penggeledahan, penyitaan, pemeriksaan surat-surat, memanggil

    seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ,meminta bantuan

    pemeriksaan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan

    perkara dan mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab serta

    sampai dengan pemberkasan21. Dengan adanya keterbatasan pengetahuan dan

    19

    Sumber data dari Pomdam II/Swj,Loporan Tri Wulan I bulan Maret 2013. 20

    Sumber data dari Pomdam II/Swj Laporan Tahunan 2012 hal 2 21

    PT.Mitra Info ,Undang-Undang bidang Pertahanan Keamanan ( Hankam), Jakarta, 1997 hal.129

  • 10

    wawasan di bidang Penyidikan sehingga penyelesaian perkara terkadang tidak sesuai

    dengan waktu yang direncanakan.

    11. Keterbatasan Kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj saat ini.

    a. Membuat Laporan Polisi. Data yang didapatkan dari Pomdam II/Swj

    menunjukkan bahwa masih adanya personel Penyidik Pomad Pomdam II/Swj yang

    belum mampu menerima laporan atau pengaduan yang disampaikan oleh pelapor

    atau pengudu baik laporan atau pengaduan tersebut disampaikan secara

    langsung kepada petugas Satuan Polisi Militer atau Unit Pengaduan dan

    Pelayanan Polisi Militer (UP3M), disampaikan secara tertulis/surat maupun

    disampaikan melalui telepon yang selanjutnya dituangkan dalam laporan polisi

    sebagai bukti awal dalam melaksanakan suatu proses Penyidikan.Hal tersebut

    dapat dilihat dengan adanya perkara pidana yang telah dilimpahkan kepada

    Oditurat Militer dan Pengadilan Militer dikembalikan kepada Penyidik Polisi Milter

    Angkatan Darat untuk diadakan perbaikan karena belum memenuhi unsur-unsur

    dari suatu perbuatan/tindakan yang melawan hukum, macam pasal yang dilanggar

    yang dicantumkan dalam laporan polisi belum tepat, adanya identitas pelapor atau

    yang terlapor salah.

    b. Mendatangi Tempat Kejadian Perkara (TKP). Dalam kegiatan

    Penyidikan suatu perkara pidana, tempat kejadian perkara ( TKP) memegang

    peranan sangat penting karena merupakan sumber dan kunci pembuka jalan

    dalam mengungkapkan peristiwa pidana yang terjadi. Tindakan petama petugas

    Polisi Militer di TKP dimaksudkan untuk mencari dan menemukan pelaku tindak

    pidana, saksi-saksi, bekas-bekas, barang bukti yang sangat diperlukan untuk

    kepentingan Penyidikan dan pembuktian di depan sidang / Pengadilan Militer.

    Namun demikian masih adanya Petugas Polisi Militer khususnya Unit Pengaduan

    dan Pelayanan Polisi Militer (UP3M) dalam melakukan tindakan pertama di TKP

    belum dilakukan secara cepat, tepat, cermat dan teliti serta penuh kewaspadaan,

    baik sebelum, saat dan setelah mendatangi TKP.

    c. Pengumpulan dan Pengurusan Barang Bukti. Dari hasil penelitian

    menunjukkan bahwa masih terbatasnya kemampuan Penyidik Pomad khusunya

    Bintara Penyidik dalam mencari dan mengumpulkan serta dalam pengurusan

    barang bukti yang ada hubungannya dengan suatu perkara pidana.Hal tersebut

    dapat dibuktikan dengan masih adanya Personel Penyidik Pomad yang

    menggunakan barang bukti khususnya kendaraan baik roda empat maupun roda

  • 11

    dua dengan alasan untuk kepentingan dinas,tindakan Penyidik tersebut tentunya

    akan mempengaruhi proses pecepatan penyelesaian perkara.

    b. Penangkapan, Penggeledahan, Penyitaan dan Penahanan. Dari

    data hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya personel Penyidik Pomad

    dalam melaksanakan penangkapan,penggeledahan, penyitaan dan penahanan

    belum sesuai dengan prosedur sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang

    Repubik Indonesia Nomor 31 tahun 1997 .

    e. Kemampuan Interogasi/Memeriksa. Hasil pengamatan penulis dan

    kondisi riil di lapangan menunjukan bahwa kemampuan interogasi atau

    kemampuan dalam mengungkap suatu kasus dari sebagian personel Penyidik

    masih terbatas sehingga sangat berpengaruh dalam percepatan penyelesaian

    perkara di tingkat Penyidikan. Kondisi keterbatasan kemampuan Penyidikan Polisi

    Militer tersebut juga mengakibatkan banyak kasus yang penyelesaiannya tertunda

    dan sangat lama sehingga tidak memberikan kepastian hukum khususnya bagi

    pelaku pelanggaran hukum dan korban

    f. Pemberkasan. Dalam proses Penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik

    Pomad pada tingkat Penyidikan adalah merupakan kegitan terakhir dalam proses

    Penyidikan sebelum perkara tersebut dilimpahkan perkaranya kepada Oditur Militer

    dan Pengadilan Militer. Dari data yang diperoleh masih adanya berkas perkara

    yang telah dilimpahkan kepada Oditur/Pengadilan Militer dikembalikan kepada

    Penyidik Pomad untuk dilakukan perbaikan karena belum memenuhi syarat formil

    maupun materil sehingga hal tersebut menghambat adanya proses penyelesaian

    perkara khususnya pada tingkat Penyidikan.

    g. Pengetahuan Hukum. Fakta menunjukan bahwa tingkat pemahaman

    hukum baik hukum materil (KUHP, KUHPM dan tindak pidana lainnya) serta hukum

    formil atau hukum acara pidana (KUHAP dan UU Nomor 31 Tahun 1997 tentang

    Peradilan Militer) masih sangat terbatas.Akibat keterbatasan pengetahuan hukum

    formil dan materil dari personel Penyidik POM dimaksud mengakibatkan cukup

    banyak berkas perkara yang dilimpahan kepada Oditur namun dikembalikan lagi

    kepada Penyidik untuk diperbaiki dan disempurnakan karena tidak memenuhi

    syarat formil dan materil sehingga perkara tersebut menjadi tertunda

    penyelesaiannya.

    Personel Penyidik di lingkungan Pomdam II/Swj khususnya golongan

    kepangkatan Bintara pada umumnya pendidikannya hanya setingkat SMA dan

  • 12

    hanya berdasarkan pada pengalaman saja dalam melakukan Penyidikan. Di

    samping itu pendidikan spesialisasi tentang Penyidikan di lingkungan TNI AD juga

    sangat terbatas. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa pendidikan

    spesialisasi Penyidikan di lingkungan Pomad hanya ada jenis 2 ( dua ) jenis yaitu

    Susba Idik dan Penataran Penyidikan yang diselenggarakan di lembagai

    pendidikan Pusdikpom.

    12. Keterbatasan Pengetahuan Administrasi Penyidikan. Administrasi penyidikan

    adalah suatu usaha , pekerjaan dan kegiatan pencatatan serta penyusunan tertulis yang

    sistimatis, teratur dan terarah dalam upaya mendukung keberhasilan pelaksanaan

    penyidikan, sehingga tindak pidana yang terjadi dapat diselesaikan sesuai ketentuan

    hukum yang berlaku secara adil. 22 Untuk mencapai keberhasilan dan kesempurnaan

    dalam pelaksanaan penyidikan perlu didukung administrasi penyidikan yang benar,

    mudah dan praktis dilaksanakan sehingga tidak menyulitkan jalannya penyidikan yang

    dilakukan.23 Namun hal seperti tersebut di atas masih adanya personel penyidik yang

    belum memahami tentang administrasi penyidikan seperti pencatatan, pelaporan dan

    pengarsipan yang benar sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga hal tersebut dapat

    menghambat proses percepatan penyelesaian perkara pidana.

    22

    Bujukmin tentang penyidikan no skep / 107/X.2004 tanggal 14 Oktober 2004 hal 3 23

    Bujukmin tentang penyidikan no skep / 107/X.2004 tanggal 14 Oktober 2004 hal 5

  • 13

    BAB IV

    DESKRIPSI PENELITIAN

    13. Umum. Penelitian yang dilaksanakan ini disebabkan oleh data dan fakta

    bahwa setiap tahun masih adanya sisa perkara yang merupakan tunggakan yang harus

    diselesaikan pada tahun berikutnya. Keterlambatan dalam penyelesaian perkara

    khususnya di tingkat Penyidikan salah satu penyebabnya karena kemampuan Penyidikan

    dari personel Penyidik di lingkungan Pomdam II/Swj masih terbatas antara lain

    keterbatasan personel Penyidik, keterbatasan kemampuan Penyidik dalam menerima

    laporan polisi, melakukan interogasi, mengungkap suatu kasus, melakukan koordinasi,

    keterbatasan pengetahuan menganalisa suatu kasus, keterbatasan pengetahuan hukum

    formil dan hukum materil, terbatasnya pengetahuan administrasi penyidikan serta

    keterbatasan-keterbatasan lainnya sehingga mengakibatkan masih terjadi keterlambatan

    penyelesaian perkara di tingkat Penyidikan. Terjadinya keterlambatan penyelesaian

    perkara di tingkat Penyidikan sangat merugikan kepentingan negara, masyarakat, institusi

    TNI AD, maupun kepentingan satuan dalam menegakkan hukum dan disiplin bagi prajurit

    TNI AD termasuk juga kepentingan individu prajurit yang melakukan pelanggaran maupun

    tindak pidana karena akan menghambat dalam pembinaan karier yang bersangkutan.

    14. Tinjauan Pustaka.

    a. Pengaruh. Menurut Wiryanto, Pengaruh merupakan tokoh formal maupun

    informal di dalam masyarakat, mempunyai ciri lebih kosmopolitan, inovatif,

    kompeten, dan aksesibel dibanding pihak yang dipengaruhi.24 Sedangkan menurut

    Uwe Becker, pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang yang berbeda

    dengan kekuasaan tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan

    memaksakan kepentingan25. Dihadapkan pada pokok bahasan dalam penulisan ini,

    maka kemampuan yang dimiliki oleh Penyidik dapat mempengaruhi terhadap

    percepatan penyelesaian perkara.

    b. Kemampuan. Menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi

    (2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

    kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri

    Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang

    yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif

    atau sangat berhasil.Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti

    24

    http://carapedia.com 1 Agust 2013 jam 19.30 Wib 25

    ibid

  • 14

    kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu

    pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah

    sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

    Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

    (Abiliy)adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai

    keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu

    pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Pada dasarnya

    kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor (Robbin,2007:57) yaitu :

    1) Kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang

    dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental,berfikir, menalar dan

    memecahkan masalah.

    2) Kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan

    tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan

    karakteristik serupa.26

    c. Penyidik. Penyidik adalah pemeriksa atau integrator yang dijabat oleh

    seseorang atau pejabat tertentu yang diberi kewenangan khusus oleh undang-

    undang untuk melakukan Penyidikan. Menurut Undang-undang RI Nomor 31 tahun

    1997 tentang Peradilan militer menyebutkan bahwa Penyidik menjadi dua

    pengertian, yaitu :

    1) Penyidik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang selanjutnya

    disebut Penyidik adalah Atasan yang Berhak Menghukum, pejabat Polisi

    Militer tertentu, dan Oditur, yang diberi wewenang khusus oleh Undang-

    undang ini untuk melakukan Penyidikan.27

    2) Penyidik Pembantu adalah pejabat Angkatan Bersenjata Republik

    Indonesia tertentu yang berada dan diberi wewenang khusus oleh Undang-

    undang ini untuk melakukan Penyidikan di kesatuannya.28

    d. Penyidikan. Penyelidikan merupakan salah satu cara atau metode

    atau sub daripada fungsi Penyidikan yang mendahului tindakan lain, yaitu

    penindakan yang berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan,

    pemeriksaan surat, pemanggilan, tindakan pemeriksaan, dan penyerahan berkas

    kepada penuntut umum. Jadi sebelum melakukan Penyidikan, dilakukan lebih dulu

    26

    http://milmanyusdi.blogspot.com 1 Agust 2013 jam 19.55 Wib 27

    PT.Mitra info , Jakarta, 1997, UU RI No.31 tahun 1997 tentang Peradilan Militer hal.87 28

    ibid

  • 15

    penyelidikan oleh pejabat penyelidik, dengan maksud dan tujuan mengumpulkan

    bukti permulaan atau bukti yang cukup agar dapat dilakukan tindak lanjut

    Penyidikan.

    Penyidikan, kata dasarnya sidik, artinya proses mencari tahu, menelusuri,

    atau menemukan kebenaran tentang hal yang disidik. Penyidikan adalah

    serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam

    undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu

    membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

    tersangkanya.29 Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik untuk mencari

    serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak

    pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

    e. Perkara. Dalam pengertian perkara terkandung dua keadaan, yaitu yang

    pertama adanya perselisihan dan kedua tidak adanya perselisihan.Adanya

    perselisihan berarti adanya suatu sengketa atau suatu konflik yang harus

    diselesaikan dan diputuskan oleh pengadilan dan hal ini biasanya disebut dengan

    gugatan. Dalam suatu gugatan ada seorang penggugat atau lebih yang merasa

    bahwa mereka yang paling berhak atas sesuatu benda ataupun haknya dilanggar

    dan pihak tergugat yang melanggar tidak mau secara sukarela melakukan yang

    diminta oleh mereka atau pihak yang merasa haknya dilanggar, untuk mengetahui

    siapa yang benar dan berhak itu dibutuhkan bantuan hakim.

    Dalam perkara gugatan, hakim bertugas mengadili pihak-pihak yang

    bersengketa dan memberikan putusannya.Tugas hakim yang demikian itu disebut

    Yurisdictio Contentiosa, yakni kewenangan mengadili dalam arti yang sebenarnya

    untuk memberikan suatu keputusan keadilan dalam suatu sengketa yang

    diperdebatkan oleh para pihak di pengadilan.Di dalam suatu sengketa yang

    diperdebatkan dan diajukan kemudian oleh seseorang kepada hakim yang berupa

    suatu gugatan seringkali memerlukan kejelian penanganan dan kebijaksanaan

    serta sebagai penegak hukum, wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai

    yang hidup dan berlaku dalam masyarakat.

    Dalam konteks penulisan ini, perkara dapat diartikan sebagai suatu

    pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang, dimana salah satunya merasa

    dirugikan hingga timbul adanya gugatan terhadap yang berwenang.

    29Ibid hal.88

  • 16

    f. Pidana. Pidana berasal kata straf (Belanda), sering disebut dengan

    istilah hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman karena hukum

    sudah lazim merupakan terjemahan dari recht. Dapat dikatakan istilah pidana

    dalam arti sempit adalah berkaitan dengan hukum pidana. Pidana didefinisikan

    sebagai suatu penderitaan yang sengaja dijatuhkan/diberikan oleh negara pada

    seseorang atau beberapa orang sebagai akibat hukum (sanksi) baginya atas

    perbuatannya yang telah melanggar larangan hukum pidana. Secara khusus

    larangan dalam hukum pidana ini disebut sebagai tindak pidana (strafbaar feit).

    Menurut para ahli pengertian pidana yaitu :

    1) Prof Sudarto. Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan

    kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat

    tertentu.

    2) Fitzgerald. Punishment is the authoritative infliction of suffering for

    an offence. Hukuman adalah penderitaan yang diperoleh dari yang

    berwenang untuk suatu pelanggaran.

    3) Prof. Roeslan Saleh. Pidana adalah reaksi atas delik dan ini berwujud

    suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik

    itu.

    Dalam penelitian ini penulis akan memaparkan kerangka teori yang

    digunakan mengetahui tiap-tiap variabel bebas (variabel X) terhadap variabel

    terikat (variabel Y). Kerangka teori pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai

    berikut :

    15. Metode Penelitian.

    a. Lokasi Penelitian. Lokasi penelitian dalam pelaksanaan penelitian ini

    adalah Pomdam II/Swj Palembang.

    b. Rancangan Penelitian. Berdasarkan rumusan masalah di atas,

    penelitian ini di klasifikasikan dalam penelitian kuantitatif deskriptif korelatif sebab

    bertujuan untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau

    berbagai variabel yang timbul baik di lingkungan Angkatan Darat maupun di

    KEMAMPUAN PENYIDIK

    POMDAM II/SWJ

    (X)

    PERCEPATAN

    PENYELISAIAAN

    PERKARA PIDANA

    (Y)

    (Y)

  • 17

    masyarakat yang menjadi objek penelitian berdasarkan hal-hal yang terjadi dan

    mencari hubungan antar variabel yang diteliti (Bungin, 2006 : 36).

    c. Populasi dan Sampel Penelitian. Populasi adalah keseluruhan objek

    penelitian, terdiri atas benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang

    merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandarrumidi,

    2004 : 47). Menurut Arikunto, populasi adalah keseluruhan objek penelitian apabila

    seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian

    (Arikunto, 2002 : 108). Jadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh personel

    Penyidik Pomdam II/Swj dan jajarannya berjumlah 72 orang . Sampel adalah

    bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan objek yang

    merupakan sumber data (Sukandarrumidi, 2004 : 50). Adapun Arikunto

    berpendapat bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

    (Arikunto, 2002 : 221). Metode penentuan sampel dari populasi yang ada

    menggunakan rujukan rumus Slovin (Umar, 2003 : 146) sebagai berikut :

    n = Ukuran sampel

    N = Ukuran populasi

    e = Prosen kelonggaran

    Persentase kelonggaran atau kesalahan ditentukan sebesar 10%. Jadi,

    jumlah sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

    d. Teknik Pengumpulan Data.

    1) Observasi. Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan

    sebagai pengamatan, meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek

    N 1 + Ne

    72

    1 + 72(0,1) 72

    1 + 0,72 72

    1,72

    n = 42 orang

    n =

    n =

    n =

    n =

    n = 41,86

  • 18

    dengan menggunakan seluruh alat indra.30 Jadi observasi merupakan suatu

    penyelidikan yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan

    dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian yang

    berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu kejadian itu terjadi.

    Dibandingkan metode surveymetode observasi lebih obyektif.Metode ini

    dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung terhadap

    fenomena yang akan diteliti. Dimana dilakukan pengamatan atau pemusatan

    perhatian terhadap obyek dengan menggunakan seluruh alat indra, jadi

    mengobservasi dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,

    peraba dan pengecap.31

    2) Dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data

    dimana peneliti menyelidiki benda benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

    dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya (Arikunto, 2002: 158).

    Metode ini digunakan untukmemperoleh data tentang jumlah pengunjung

    perpustakaan UAJ.32

    3) Angket. Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti

    menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

    peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto,2002: 158). Metode ini

    digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah pengunjung

    perpustakaan UAJ.33

    Menurut Patton, analisa data adalah proses mengatur urutan data,

    mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar

    (Bungin, 2006 : 33). Karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, metode

    analisa data yang digunakan adalah alat analisis yang bersifat kuantitatif, yaitu

    model statistik. Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk angka-angka yang

    kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian. Teknik analisis data

    digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian. Tujuannya adalah

    mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian. Teknik analisa data yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasi, yaitu bertujuan menemukan ada

    tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau

    tidaknya hubungan itu.

    30

    Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakter, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),hlm 145

    (http://lib.uin-malang.ac.id-hendra-kurniawan.pdf jam 17.30) 31

    Op cit.,Arikunto. hlm : 128(http://lib.uin-malang.ac.id-hendra-kurniawan.pdf 14 Agust 2013 jam 17 .30 wib) . 32

    http://eprints.undip.ac.id/ 14 agst 2013 jam 17.45 33

    Ibid

  • 19

    Data yang diperoleh dari angket dianalisis melalui tiga tahap, yaitu :

    1) Mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya.

    2) Membuat tabulasi data.

    3) Mengolah data yang telah ditabulasikan dalam bentuk komputerisasi.

    e. Teknik Penentuan Skor. Arikunto dan Maftukhah (2007), untuk

    mempermudah analisis data dari angket yang bertingkat, perlu diketahui skor yang

    diperoleh responden dari hasil angket yang diisi. Untuk itu, perlu ditentukan kriteria

    penskoran sebagai berikut:

    1) Jawaban SS (Sangat Setuju) dengan skor 5

    2) Jawaban S (Setuju) dengan skor 4

    3) Jawaban KS (Kurang Setuju) dengan skor 3

    4) Jawaban TS (Tidak Setuju) dengan skor 2

    5) Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) dengan skor 1

    f. Hasil Penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap

    personel Penyidik di Pomdam II/Swj dalam melaksanakan Penyidikan perkara

    pidana maka untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kemampuan Penyidik

    terhadap penyelesaian perkara maka perlu dilakukan dilakukan pengujian dari hasil

    penelelitian melalui:

    1) Uji Validitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

    tingkat kehandalan dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010:168).

    Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

    data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

    mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono. 2012:348). Alat untuk

    mengukur validitas adalah dengan rumus (Arikunto, 2010:170) yaitu:

    rxy =

    ])(][)([

    ))((

    2222 yyNxxN

    yxxyN

    Dimana :

    rxy = korelasi antara variabel.

    X = skor butir.

    Y = skor total.

  • 20

    N = jumlah responden .

    Menurut Sugiyono (2012:174) mengemukakan bahwa: Untuk

    mengetahui valid tidak suatu instrumen penelitian, bila harga korelasi setiap

    item instrumen di bawah 0.30, maka dapat disimpulkan bahwa butir

    instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang.

    Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa suatu butir

    instrumen dinyatakan valid jika rhitung> 0.30, sedangkan jika butir instrumen

    dinyatakan tidak valid jika rhitung< 0.30.

    Tabel 4.1

    Hasil Uji Validitas Untuk Variabel X

    No. Item rhitung rkritis Ket No.

    Item rhitung rkritis Ket

    P1 0.381 0.300 Valid P13 0.620 0.300 Valid

    P2 0.429 0.300 Valid P14 0.581 0.300 Valid

    P3 0.537 0.300 Valid P15 0.468 0.300 Valid

    P4 0.782 0.300 Valid P16 0.523 0.300 Valid

    P5 0.585 0.300 Valid P17 0.497 0.300 Valid

    P6 0.497 0.300 Valid P18 0.567 0.300 Valid

    P7 0.470 0.300 Valid P19 0.715 0.300 Valid

    P8 0.562 0.300 Valid P20 0.827 0.300 Valid

    P9 0.839 0.300 Valid P21 0.636 0.300 Valid

    P10 0.520 0.300 Valid P22 0.565 0.300 Valid

    P11 0.572 0.300 Valid P23 0.536 0.300 Valid

    P12 0.633 0.300 Valid P24 0.586 0.300 Valid

    Tabel 4.2

    Hasil Uji Validitas Untuk Variabel Y

    No. Item rhitung rkritis Keterangan

    P1 0.809 0.300 Valid

    P2 0.768 0.300 Valid

    P3 0.663 0.300 Valid

    P4 0.592 0.300 Valid

    P5 0.539 0.300 Valid

  • 21

    2) Uji Reliabilitas. Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup

    dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

    instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:178). Instrumen yang baik

    tidak akan bersifat tendensius atau mengarahkan responden untuk memilih

    jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang

    reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Instrumen yang

    reliabel mengandung arti bahwa instrumen tersebut harus baik sehingga

    mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Alat untuk mengukur

    reliabilitas adalah Alpha Cronbach. Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas

    dengan metode Alpha sebagai berikut (Riduwan, 2011:115-116) :

    (

    ) (

    )

    Dimana:

    rij = Nilai relibailitas.

    k = Jumlah Item .

    Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item .

    St = Varians total.

    Untuk mengetahui suatu instrumen dinyatakan reliabilitas, menurut

    Sugiyono (2012:184) mengemukakan bahwa : Suatu instrumen dinyatakan

    reliabel, bila koefisien reliabilitas minimal 0.60. Berdasarkan pendapat

    tersebut, maka dapat diketahui bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel

    jika nilai Alpha 0.60, sedangkan suatu instrumen dinyatakan tidak reliabel

    jika nilai Alpha < 0.60.

    Tabel 4.3

    Hasil Uji Reliabilitas

    Variabel rtabel rkritis Keterangan

    Variabel X 0.914 0.600 Reliabel

    Variabel Y 0.707 0.600 Reliabel

    3) Analisis Deskriptif.

    Skor Untuk Item Pernyataan.

  • 22

    Skor Maksimum/Ideal = Nilai Tertinggi x Jumlah Sampel

    = 5 x 42 = 210

    Skor Minimum = Nilai Terendah x Jumlah Sampel

    = 1 x 42 = 42

    Interval = (Skor Maksimum - Skor Minimum) : kelas Interval (5)

    = (210 - 42) : 5 = 33.6=34

    42 76 109 143 176 210

    Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

    Tabel 4.4

    Variabel X

    Pernyataan

    Frekwensi Tanggapan Responden Jumlah

    SS=5 S=4 KS=3 TS=2 STS=1

    F N F N F N F N F N J N

    1 8 40 34 136 0 0 0 0 0 0 176 Sangat

    Baik

    2 1 5 15 60 24 72 2 4 0 0 141 Cukup Baik

    3 8 40 32 128 2 6 0 0 0 0 174 Baik

    4 10 50 26 104 6 18 0 0 0 0 172 Baik

    5 4 20 35 140 3 9 0 0 0 0 169 Baik

    6 6 30 35 140 4 12 0 0 0 0 173 Baik

    7 3 15 35 140 4 12 0 0 0 0 167 Baik

    8 2 10 34 136 6 18 0 0 0 0 164 Baik

    9 4 20 27 108 11 33 0 0 0 0 161 Baik

    10 1 5 34 136 7 21 0 0 0 0 162 Baik

    11 10 50 29 116 3 9 0 0 0 0 175 Baik

    12 10 50 28 112 5 15 0 0 0 0 172 Baik

    13 6 30 31 124 5 15 0 0 0 0 169 Baik

    14 5 25 29 116 8 24 0 0 0 0 165 Baik

    15 4 20 34 136 4 12 0 0 0 0 168 Baik

    16 4 20 33 132 5 15 0 0 0 0 167 Baik

    17 2 10 31 124 9 27 0 0 0 0 161 Baik

    18 18 90 20 80 4 12 0 0 0 0 182 Sangat

    Baik

  • 23

    19 23 115 10 40 9 27 0 0 0 0 182 Sangat

    Baik

    20 14 70 24 96 4 12 0 0 0 0 178 Sangat

    Baik

    21 7 35 29 116 6 18 0 0 0 0 169 Baik

    22 7 35 30 120 5 15 0 0 0 0 170 Baik

    23 7 35 29 116 6 18 0 0 0 0 169 Baik

    24 12 60 26 104 4 12 0 0 0 0 176 Sangat

    Baik

    Jumlah Total 4062

    Skor Ideal = (5 x 24 x 42) = 5040

    Persentase Skor = (4062:5040) x 100% = 80.6%

    Skor Untuk Keseluruhan.

    Skor Maksimum = Nilai Tertinggi x Jumlah Soal x Jumlah sampel

    = 5 x 24 x 42 = 5040

    Skor Minimum = Nilai Terendah x Jumlah Soal x Jumlah Sampel

    = 1 x 23 x 42 = 966

    Interval = (Skor Maksimum - Skor Minimum) : kelas Interval (5)

    = (5040 - 966) : 5 = 814.8=815

    966 1781 2596 3411 4226 5041

    Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

    Tabel 4.5

    Variabel Y

    Pernyataan

    Frekwensi Tanggapan Responden Jumlah

    SS=5 S=4 KS=3 TS=2 STS=1

    F N F N F N F N F N J N

    1 9 45 28 112 10 15 0 0 0 0 172 Baik

    2 9 45 29 116 7 12 0 0 0 0 173 Baik

    4062

  • 24

    3 9 45 31 124 2 6 0 0 0 0 175 Baik

    4 4 20 31 124 4 21 0 0 0 0 165 Baik

    5 2 10 30 120 5 30 0 0 0 0 160 Baik

    Jumlah Total 845

    Skor Ideal = (5 x 5 x 42) = 1050

    Persentase Skor = (845:1050) x 100% = 80.5%

    Skor Untuk Keseluruhan.

    Skor Maksimum/Ideal = Nilai Tertinggi x Jumlah Soal x Jumlah sampel

    = 5 x 5 x 42 = 1050

    Skor Minimum = Nilai Terendah x Jumlah Soal x Jumlah Sampel

    = 1 x 5 x 42 = 210

    Interval = (Skor Maksimum - Skor Minimum) : kelas Interval (5)

    = (1050 - 210) : 5 = 168

    210 378 546 714 882 1050

    Tidak Baik

    Kurang

    Baik

    Cukup

    Baik Baik

    Sangat

    Baik

    4) Analisis Regresi Linier Sederhana.

    Tabel 4.6

    Koefisien Regresi Sederhana

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    B Std. Error Beta t Sig.

    1 (Constant) 2.417 2.294 1.053 .299

    KEMAMPUAN

    PENYIDIK

    POMDAM II/SWJ

    (X)

    .191 .025 .775 7.749 .000

    845

  • 25

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    B Std. Error Beta t Sig.

    1 (Constant) 2.417 2.294 1.053 .299

    KEMAMPUAN

    PENYIDIK

    POMDAM II/SWJ

    (X)

    .191 .025 .775 7.749 .000

    Y = a + bX

    Y = 2.417 + 0.191(X)

    Dari persamaan regresi berganda tersebut, dapat dijelaskan

    kesimpulan sebagai berikut:

    a) Konstanta sebesar 2.417 artinya bahwa jika variabel X

    (kemampuan Penyidik Pomdam II/SWJ Angkatan Darat dalam

    melaksanakan Penyidikan) bernilai nol, maka variabel Y (percepatan

    penyelesaian perkara pidana) bernilai sebesar 2.417.

    b) Jika variabel X (kemampuan Penyidik Pomdam II/SWJ

    Angkatan Darat dalam melaksanakan Penyidikan) dinaikkan 1, maka

    akan menaikkan variabel Y (percepatan penyelesaian perkara

    pidana) sebesar 0.191, sedangkan jika variabel X (kemampuan

    Penyidik Pomdam II/SWJ Angkatan Darat dalam melaksanakan

    Penyidikan) dinaikkan 10, maka akan menaikkan variabel Y

    (percepatan penyelesaian perkara pidana) sebesar 1.91.

    Berdasarkan analisis regresi sederhana tersebut, maka dapat

    disimpulkan bahwa koefisien regresi pada kemampuan Penyidik Pomdam

    II/SWJ Angkatan Darat dalam melaksanakan Penyidikan mempunyai arah

    yang positif terhadap percepatan penyelesaian perkara pidana. Hal ini

    menunjukkan bahwa jika kemampuan Penyidik Pomdam II/SWJ Angkatan

    Darat dalam melaksanakan Penyidikan ditingkatkan, maka percepatan

    penyelesaian perkara pidana akan lebih meningkat.

  • 26

    5) Analisis Koefisien Korelasi. Untuk mengetahui nilai koefisien

    korelasi (r) dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi product

    moment. Untuk mendapatkan nilai korelasi product moment diperoleh

    berdasarkan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2012:228) :

    Dimana :

    = Korelasi antara variabel x dengan y

    = )

    Y = )

    Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi,

    maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut :

    Tabel 4.7

    Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi

    Terhadap Koefisien Korelasi

    Interval Koefisien Tingkat Hubungan/Pengaruh

    0.00 0.199

    0.20 0.399

    0.40 0.599

    0.60 0.799

    0.80 1.000

    Sangat Rendah

    Rendah

    Sedang

    Kuat

    Sangat Kuat

    Sumber : Sugiyono, 2012:231

    Tabel 4.8

    Hasil Uji Koefisien Korelasi

    Correlations

    KEMAMPUAN PENYIDIK

    POMDAM II/SWJ

    (X)

    PERCEPATAN

    PENYELESAIAN

    PERKARA

    PIDANA (Y)

    KEMAMPUAN PENYIDIK

    POMDAM II/SWJ (X)

    Pearson Correlation 1 .775**

    Sig. (2-tailed) .000

    N 42 42

  • 27

    PERCEPATAN

    PENYELESAIAN PERKARA

    PIDANA (Y)

    Pearson Correlation .775** 1

    Sig. (2-tailed) .000

    N 42 42

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

    Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus product moment,

    diperoleh nilai korelasi antara Kemampuan Penyidik Pomdam II/SWJ

    Angkatan Darat dalam melaksanakan Penyidikan (X) dengan Percepatan

    Penyelesaian Perkara Pidana (Y) sebesar 0.775. Jika dilihat dari interpretasi

    koefisien korelasi nilai r dengan 0.775 termasuk dalam kategori kuat, artinya

    terdapat hubungan yang kuat dan positif antara Kemampuan Penyidik

    Pomdam II/SWJ Angkatan Darat dalam melaksanakan Penyidikan (X)

    dengan Percepatan Penyelesaian Perkara Pidana (Y).

    6) Analisis Koefisien Determinasi. Untuk mengetahui besarnya

    kontribusi Kemampuan Penyidik Pomdam II/SWJ Angkatan Darat dalam

    melaksanakan Penyidikan (X) terhadap Percepatan Penyelesaian Perkara

    Pidana (Y), maka dilakukan perhitungan koefisien determinasi sebagai

    berikut:

    Kd = rs2 x 100%.

    Kd = (0.775)2 x100%.

    Kd = 0.600 x 100%.

    Kd = 60%.

    7) Analisis Uji Hipotesis. Setelah melakukan analisis regresi

    sederhana, dilakukan analisis hipotesis dengan menggunakan uji t. Sebelum

    menganalisis hipotesis, terlebih dahulu dirumuskan hipotesis penelitiannya

    yaitu sebagai berikut:

    a) HO, =0 :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan

    kemampuan Penyidik Pomdam II/SWJ Angkatan Darat dalam

    melaksanakan Penyidikan terhadap percepatan penyelesaian perkara

    pidana.

    b) HA, 0 :Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan

    Penyidik Pomdam II/SWJ Angkatan Darat dalam melaksanakan

    Penyidikan terhadap percepatan penyelesaian perkara pidana.

  • 28

    c) thitung>ttabel atau sig. < 0.05, maka H0 Ditolak HA Diterima.

    d) thitung 0.05, maka H0 Diterima HA Ditolak.

    Tabel 4.9

    Uji Hipotesis dengan Uji t

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    B Std. Error Beta t Sig.

    1 (Constant) 2.417 2.294 1.053 .299

    KEMAMPUAN

    PENYIDIK

    POMDAM II/SWJ

    (X)

    .191 .025 .775 7.749 .000

    a. Dependent Variable: PERCEPATAN PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (Y)

    Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa besarnya nilai thitung

    yaitu sebesar 7.749. Adapun ttabel pada dk=n(42)-2=40 dan = 0.05 adalah

    2.021. Dari hasil tersebut, selanjutnya dilakukan perbandingan nilai antara

    thitung dengan ttabel yang diketahui bahwa thitung (7.749) >ttabel

    (2.021).Berdasarkan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa H0 ditolak HA

    diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan

    Penyidik Pomdam II/Swj. dalam melaksanakan Penyidikan terhadap

    percepatan penyelesaian perkara pidana.

    g. Jadwal Penelitian.

    1) Tahap I. Bulan April 2013.

    2) Tahap II. Bulan Mei 2013.

    3) Tahap III. Bulan Juni 2013.

    16. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat bagi penulis. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

    wawasan mengenai kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj dalam melaksanakan

    Penyidikan terhadap percepatan perkara, serta untuk memperoleh pengalaman

    menganalisis proses Penyidikan.

    b. Manfaat akademis. Hasil penelitian ini secara akademis diharapkan

    dapat menjadi pijakan informasi, referensi dan kajian bagi para akademis serta

  • 29

    pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk memperkaya kajian akademis

    mengenai Penyidikan.

    c. Manfaat untuk lembaga. Dapat digunakan sebagai masukan yang

    bermanfaat bagi lembaga dalam melaksanakan Penyidikan untuk mempercepat

    pelaksanaan Penyidikan perkara di lingkungan Pomdam II/Swj pada khususnya.

    17. Penelitian terhadap personel Penyidik Pomdam II/Swj. Personel Penyidik

    sebagai ujung tombak dalam melaksanakan penegakan hukum disiplin dan tata tertib di

    lingkungan dan bagi kepentingan TNI AD khususnya di wilayah Kodam II/Swj yang

    dihadapkan dengan tantangang tugas di masa datang diharapkan mampu mewujudkan

    tugas pokok Polisi Militer khususnya di bidang Penyidikan dengan menggunakan metode

    didukung sarana prasarana di dalam meningkatkan kemampuan personel Penyidik

    Pomdam II/Swj baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kita lihat dalam hasil dari

    penelitian dan survey di lapangan bahwa personel Penyidik di Pomdam II/Swj sangat

    dipengaruhi oleh:

    a. Jumlah Penyidik di Pomdam II/Swj belum sesuai dengan DSPP, khususnya

    Perwira.

    b. Jumlah Penyidik Pomdam II/Swj akan mempengaruhi pelaksanaan

    Penyidikan.

    c. Peningkatan kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj dapat dilakukan dengan

    cara penataran,kursus dan pendidikan di lembaga pendidikan baik yang

    diselenggarakan dalam lembaga pendidikan militer maupun di luar lembaga

    pendidikan militer.

    d. Penyidik Pomdam II/Swj baik Perwira maupun Bintara harus memenuhi

    syarat diantaranya adalah telah disumpah,menduduki jabatan di seksi /bagian

    Penyidikan dan telah mengikuti spesialisasi Penyidikan.

    18. Penelitian terhadap Kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj. Melihat kualitas

    dan kuantitas serta modus operandi kejahatan yang semakin modern dan bervariasi maka

    diharapkan ke depan personel Penyidik memiliki kemampuan teknis Penyidikan sehingga

    dalam pelaksanaan Penyidikan mulai dari menerima laporan atau pengaduan yang

    selanjutnya dituangkan dalam laporan polisi, penangkapan, penahanan, penggeledahan

    dan penyitaan , pengumpulan barang bukti, pemeriksan tersangka /saksi sampai dengan

    pemberkasan dapat dilaksanakan sesuai dengaan rencana Penyidikan sehingga hal

    tersebut dapat mendukung proses percepatan penyelesaian perkara.Kita lihat dalam

  • 30

    hasil dari penelitian dan survey di lapangan bahwa kemampuan personel Penyidik

    Pomdam II/Swj dipengaruhi oleh :

    a. Seseorang yang melihat, mendengar atau mengalami sendiri terjadinya

    suatu tindak pidana berkewajiban untuk melaporkan kepada pihak yang berwajib

    khususnya kepada Polisi Militer terdekat apabila pelakunya anggota Militer.

    b. Laporan atau pengaduan merupakan bukti awal tentang terjadinya suatu

    tindak pidana,sehingga dalam pembuatan laporan polisi Petugas harus menyelidiki

    dan menganalisa terlebih dahulu laporan tersebut sebelum dituangkan dalam

    laporan polisi.

    c. Dalam kegiatan Penyidikan suatu perkara pidana, tempat kejadian perkara

    (TKP) memegang peranan sangat penting karena merupakan sumber dan kunci

    pembuka jalan dalam mengungkapkan peristiwa pidana yang terjadi sehingga

    perlakuan terhadap TKP dibuat status quo agar tidak terjadi kehilangan atau

    perubahan di TKP.

    d. Kegiatan yang dilakukan oleh petugas Pomdam II/Swj saat mendatangi

    tempat kejadian adalah untuk mencari dan menemukan pelaku tindak pidana ,

    saksi-saksi, bekas-bekas, barang bukti untuk kepentingan penyidkian.

    e. Tugas dari pentugas Penyidik Pomad dalam suatu peristiwa pidana adalah

    mencari dan menemukan barang bukti yang digunakan oleh Tersangka untuk

    melakukan suatu kejahatan atau yang diperoleh/dihasilkan dari suatu kejahatan

    dan dapat disita oleh Penyidik untuk kepentingan Penyidikan.

    f. Pengurusan Barang bukti yang telah disita oleh Penyidik Pomdam II/Swj

    merupakan tanggung jawab Penyidik dan ditempatkan pada suatu tempat yang

    aman guna menghindari adanya kerusakan atau kehilangan sampai dengan

    barang bukti tersebut diserahkan kepada Otmil.

    g. Penyidik Pomad melakukan penangkapan terhadap anggota militer yang

    diduga melakukan suatu tindak pidana berdasarkan surat perintah dari Komandan

    Satuan Polisi Militer.

    h. Untuk kepentingan Penyidikan atas permohonan dari personel Penyidik

    Pomad maka Ankum dengan surat keputusannya berwenang melakukan

    penahanan terhadap tersangka untuk paling lama 20 hari.

    i. Tersangka dapat dibebaskan dari tahanan demi kepentingan hukum

    sesudah waktu 200 ( dua ratus) hari.

  • 31

    j. Benda atau barang yang digunakan oleh Tersangka melakukan suatu

    tindak pidana dapat disita untuk kepentingan Penyidikan dan dilakukan dengan

    surat perintah.

    k. Penyidik dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka/saksi perlu

    mengetahui taktik dan tehnik Penyidikan.

    l. Penyidik meminta keterangan kepada tersangka/saksi dengan maksud

    untuk membuat terang suatu perkara dan mengetahui siapa pelakunya.

    m. Penyidik harus mengetahui urut-urutan atau susunan dalam suatu berkas

    perkara .

    n. Penyidik dapat meningkatkan pengetahuan tentang hukum melalui

    penataran, seminar dan pendidikan.

    o. Kemampuan Penyidik dalam menganalisa suatu perkara sangat diperlukan.

    19. Penelitian terhadap Pengetahuan Administrasi Penyidikan. Dalam

    pelaksanaan kegiatan administrasi penyidikan diperlukan perecanaan, persiapan dan

    pelaksanaan penyidikan secara sistimatis mulai dari pencatatan, pelaporan dan

    pengarsipan sehingga diperoleh hasil guna dan daya guna yang optimal untuk

    mendukung pencepatan penyelesaian perkara pidana .Kita lihat dalam hasil dari

    penelitian dan survey di lapangan bahwa kemampuan personel Penyidik Pomdam II/Swj

    dalam melaksanakan administrasi penyidikan akan dipengaruhi oleh :

    a. Personel penyidik mencatatat setiap perkara yang masuk dalam buku

    register induk laporan polisi sesuai dengan kode dan klasifikasi perkara.

    b. Setiap perkara yang ditangani oleh penyidik dibuatkan rencana penyidikan

    dan selanjutnya dipaparkan di depan Komandan.

    c. Dalam pelaksanaan penyidikan apabila penyidik mengalami hambatan atau

    kendala maka harus melaporkan kepada Komandan untuk mendapatkan solusi

    penyelesaiannya.

    d. Penyidik melaporkan kepada komandan tentang perkembangan penyidikan

    baik secarta tertulis maupun lisan diminta atau tidak sehingga komandan

    mengetahui sejauh mana perkembangan penyelesaiannya.

    e. Penyelenggaraan pengarsipan bertujuan agar arsip dapat dijadikan bahan

    bukti dan alat pengingat yang setiap saat dibutuhkan dapat disajikan kembali

    secara sepat dan tepat guna kepentingan pelaksanaan suatu tindakan

    administrasi.

  • 32

    20. Keaslian Penelitian. Penelitian tentang pengaruh kemampuan Penyidik

    Pomad dalam melaksanakan Penyidikan terhadap percepatan penyelesaian perkara

    pidana belum pernah dilakukan dan dipublikasikan dari pihak manapun sebelumnya, oleh

    karena itu penulis meyakini bahwa penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penilitian

    yang asli dan pertama kali.

    21. Kesimpulan Hasil Penelitian. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan

    terhadap personel Penyidik Pomdam II/Swj dalam melaksanakan Penyidikan dapat

    diambil suatu kesimpulan :

    a. Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus product moment, diperoleh

    nilai korelasi antara Kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj dalam melaksanakan

    Penyidikan (X) dengan Percepatan Penyelesaian Perkara Pidana (Y) sebesar

    0.775. Jika dilihat dari interpretasi koefisien korelasi nilai r dengan 0.775 termasuk

    dalam kategori kuat, artinya terdapat hubungan yang kuat dan positif antara

    Kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj dalam melaksanakan Penyidikan (X) dengan

    Percepatan Penyelesaian Perkara Pidana (Y).

    b. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa besarnya nilai thitung yaitu

    sebesar 7.749. Adapun ttabel pada dk=n(42)-2=40 dan = 0.05 adalah 2.021. Dari

    hasil tersebut, selanjutnya dilakukan perbandingan nilai antara thitung dengan ttabel

    yang diketahui bahwa thitung (7.749) >ttabel (2.021).Berdasarkan ketentuan tersebut

    dapat diketahui bahwa H0 ditolak HA diterima, yang berarti bahwa terdapat

    pengaruh yang signifikan kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj dalam

    melaksanakan Penyidikan terhadap percepatan penyelesaian perkara pidana.

    c. Berdasarkan analisis regresi sederhana maka dapat disimpulkan bahwa

    koefisien regresi pada kemampuan Penyidik Pomdam II/Swj dalam melaksanakan

    Penyidikan mempunyai arah yang positif terhadap percepatan penyelesaian

    perkara pidana. Hal ini menunjukkan bahwa jika kemampuan Penyidik Pomdam

    II/Swj dalam melaksanakan Penyidikan ditingkatkan, maka percepatan

    penyelesaian perkara pidana akan lebih meningkat.

  • 33

    BAB V

    FAKTOR- FAKTOR YANG BERPENGARUH

    22. Umum. Peningkatan kemampuan Penyidikan dari Pomad agar efektif dan

    efisien serta mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu diketahui faktor-faktor yang

    mempengaruhinya baik secara internal maupun secara eksternal, sehingga dengan

    mengetahui faktor-faktor berpengaruh tersebut akan dapat dicari solusi pemecahan yang

    terbaik dalam rangka menghindari terjadinya keterlambatan proses penyelesaian perkara

    pidana di tingkat Penyidikan yang dilakukan oleh personel Penyidik Pomdam II/Swj.

    23. Faktor Internal.

    a. Kemampuan. Merupakan nilai positif yang dimiliki oleh institusi TNI AD

    khususnya satuan yang terkait langsung dengan pelaksanaan Penyidikan di

    lingkungan TNI AD sehingga dapat membantu dalam peningkatan kemampuan

    Penyidikan bagi Pomad khususnya Penyidik Pomdam II/Swj.

    1) Keinginan kuat personel Penyidik Pomdam II/Swj untuk mempercepat

    proses penyelesaian perkara. Adanya keinginan kuat personel Penyidik dari

    Pomdam II/Swj untuk mempercepat penyelesaian perkara di tingkat

    Penyidikan merupakan modal dasar dalam upaya meningkatkan

    kemampuan Penyidikan dalam rangka mempercepat proses penyelesaian

    perkara pidana di lingkungan TNI AD khususnya di Pomdam II/Swj.

    2) Keinginan kuat dari personel Penyidik untuk mengembangkan diri

    melalui belajar dan berlatih merupakan modal dasar untuk meningkatkan

    kemampuan Penyidikan dari Pomdam II/Swj.

    3) Keinginan kuat dari dan pimpinan Pomad mulai dari Danpuspomad,

    Danpomdam, Dandenpom dan Dansubdenpom untuk meningkatkan

    kemampuan Penyidikan dari personel Penyidik di lingkungan Pomad.

    4) Tersedianya lembaga pendidikan di lingkungan TNI yang dapat

    membantu dalam mendidik dan melatih personel Penyidik di lingkungan

    Pomad.

    b. Kelemahan. Merupakan hal yang cukup mendasar yang dapat

    menghambat dalam upaya meningkatkan kemampuan Penyidikan dari Pomad.

  • 34

    1) Terbatasnya pemahaman Hukum Acara pidana dan Hukum Materil

    dari personel Penyidik Pomdam II/Swj khususnya golongan kepangkatan

    Bintara.

    2) Terbatasnya kemampuan analisa hukum dan perundang-undangan

    dari sebagian personel Penyidik Pomdam II/Swj.

    3) Terbatasnya personel Penyidik di lingkungan TNI AD khususnya

    Penyidik Pomdam II/Swj.

    4) Tingkat pendidikan yang rendah dari personel Penyidik Pomdam

    II/Swj khususnya golongan kepangkatan Bintara.

    5) Kemampuan koordinasi dari personel Penyidik yang masih terbatas

    sangat berpengaruh dalam proses Penyidikan.

    6) Keterbatasan kemampuan interogasi dan kemampuan mengungkap

    kasus yang berat sangat berpengaruh dalam proses Penyidikan.

    24. Faktor Eksternal.

    a. Peluang. Merupakan kredilibilitas yang dapat dimanfaatkan untuk

    meningkatkan kemampuan Penyidikan.

    1) Adanya perhatian dari pemerintah dan DPR serta pimpinan TNI untuk

    meningkatkan kesejahteraan para aparat penegak hukum sehingga dapat

    memotivasi aparat penegak hukum termasuk Penyidik Pomad untuk

    meningkatkan kinerjanya termasuk dalam meningkatkan kemampuan

    masing-masing individu melalui belajar dan berlatih secara terus menerus.

    2) Keinginan pemerintah dan DPR serta pimpinan TNI untuk merevisi

    peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penegakan hukum

    di lingkungan Peradilan Militer, sehingga dengan adanya payung hukum

    atau dasar hukum yang kokoh dan komprehensif maka dapat membantu

    dalam mempercepat proses penyelesaian perkara.

    3) Adanya perangkat hukum dan perundang-undangan yang dapat

    dijadikan sebagai dasar bagi personel Penyidik dan pimpinan TNI untuk

    meningkatkan kemampuan Penyidikan serta menjadi dasar dalam

    percepatan penyelesaian perkara.

    b. Kendala. Merupakan hambatan bagi institusi TNI AD dalam upaya

    meningkatkan kemampuan Penyidikan dari Pomad khususnya Pomdam II/Swj.

  • 35

    1) Keterbatasan sarana dan prasarana. Keterbatasan sarana dan

    prasarana yang dimiliki oleh institusi TNI AD sangat berpengaruh pada

    upaya peningkatan kemampuan Penyidikan Pomad khususnya Pomdam

    II/Swj.

    2) Keterbatasan biaya operasional. Dukungan anggaran di

    tingkat Penyidikan yang sangat terbatas sangat berpengaruh terhadap

    proses percepatan penyelesaian perkara khususnya di tingkat Penyidikan.

    3) Belum adanya kerjasama / MoU antara Pomad dengan lembaga

    penegak hukum lainnya antara lain dengan PPATK, BNN, KPK, Dirjen Bea

    dan cukai, Imigrasi, Telkomsel, Indonsat dan lain-lain,sehingga berpengaruh

    terhadap proses percepatan penyelesaian perkara.

  • 36

    BAB VI

    KONDISI KEMAMPUAN PENYIDIK POMDAM II/SWJ DALAM

    MELAKSANAKAN PENYIDIKAN YANG DIHARAPKAN

    25. Umum. Percepatan proses penyelesaian perkara pidana di lingkungan TNI

    AD pada semua tahapan pemeriksaan khususnya tahap Penyidikan yang menjadi awal

    dari proses hukum terhadap prajurit yang melakukan tindak pidana dan pelanggaran

    disiplin harus segera dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan kepastian hukum bagi

    pelaku pelanggaran termasuk Negara dan institusi TNI. Dengan demikian personel

    Penyidik di lingkungan TNI AD yakni Polisi Militer harus ditingkatkan kemampuannya

    dalam melakukan Penyidikan sehingga dengan memiliki kemampuan Penyidikan maka

    diharapkan akan membantu dalam mempercepat proses percepatan penyelesaian

    perkara di lingkungan peradilan militer.

    26. Terpenuhinya Personel Penyidik Pomdam II/Swj sesuai DSPP. Personel

    Penyidik Pomad khususnya Pomdam II/Swj yang merupakan pembantu Danpomdam

    /Dandenpom dalam menyelenggarakan kegiatan staf di bidang Penyidikan sehingga

    diharapkan ke depan secara kuantitas personel Penyidik Pomdam II/Swj dan jajarannya

    terpenuhi sesuai dengan DSPP yaitu 87 orang. Dengan terpenuhinya personel Penyidik

    sesuai DSPP tersebut maka diharapkan pula tidak ada Penyidik yang menangani perkara

    lebih dari 2 (dua) perkara sehingga perkara yang dalam proses Penyidikan Polisi Militer

    dapat diselesaikan sesuai dengan rencana Penyidikan.

    27. Memiliki kemampuan teknis Penyidikan. Mengingat kualitas dan kuantitas

    serta modus operandi kejahatan yang semakin modern dan bervariasi maka diharapkan

    ke depan personel Penyidik memiliki kemampuan teknis Penyidikan sehingga dalam

    pelaksanaan Penyidikan mulai dari menerima laporan atau pengaduan yang selanjutnya

    dituangkan dalam laporan polisi, penangkapan, penahanan, penggeledahan dan

    penyitaan , pengumpulan barang bukti, pemeriksan tersangka /saksi sampai dengan

    pemberkasan dapat dilaksanakan sesuai dengaan rencana Penyidikansehingga hal

    tersebut dapat mendukung proses percepatan penyelesaian perkara.

    a. Membuat Laporan Polisi. Setiap orang yang mengalami, melihat dan

    atau menjadi korban dari tindak pidana yang dilakukan atau diduga dilakukan oleh

    anggota TNI berhak mengajukan laporan/pengaduan kepada Penyidik atau

    petugas yang ada pada tiap-tiap satuan jajaran Pomdam II/Swj guna mendapatkan

    penyelesaian lebih lanjut.34 Oleh karena itu diharapkan Penyidik Pomdam II/Swj

    34

    Bujuknik tentang Pembuatan Laporan Polisi Nomor: 25-N-12 , 1999 hal 1

  • 37

    dalam menerima laporan atau pengaduan yang dituangkan dalam Laporan Polisi

    mampu membuat Laporan Polisi yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang

    meliputi SI A BI DI BA ME.35

    b. Memiliki kemampuan dalam mengolah TKP. Tempat kejadian

    perkara adalah tempat dimana suatu peristiwa pidana terjadi termasuk tempat-

    tempat disekitarnya yang mempunyai hubungan dengan peristiwa itu.Tindakan

    pertama di TKP adalah rangkaian kegiatan /usaha yang dilakukan oleh petugas

    Polisi Militer yang mendatangi TKP karena adanya laporan/pengaduan atau

    diketahui secara langsung terjadinya suatu tindak pidana.Dari uraian tersebut di

    atas diharapkan Penyidik/petugas Polisi Militer mampu melakukan kegiatan secara

    cepat ,tepat , cermat, dan teliti serta penuh kewaspadaan baik sebelum , saat dan

    setelah mendatangi TKP karena TKP memegang peranan sangat penting dan

    merupakan sember serta kunci pembukan jalan dalam mengungkapkan peristiwa

    pidana yang terjadi.

    c. Memiliki kemampuan dalam pengumpulan dan pengurusan Barang

    Bukti. Penyidik / petugas Pomdam II/Swj diharapkan mampu untuk

    mengumpulkan dan mengurus barang bukti terhadap suatu tindak pidana,dinaman

    barang bukti tersebut akan digunakan sebagai bahan pemeriksaan selama

    Penyidikan dan harus dapat diajukan ke Pengadilan Militer sebagai bahan

    pembuktian. Barang bukti tersebut dapat dicari atau diperoleh dari tempat kejadian

    perkara, korban,pelaku/tersangka atau tempat persembunyian pelaku

    kejahatan.Barang bukti yang telah disita yang akan dipergunakan sebagai bahan

    pembuktian Penyidik harus mampu melakukan usaha untuk mencegah terjadinya

    kehilangan