1. makalah pendidikan sains untuk paud
-
Upload
azizah18595 -
Category
Science
-
view
281 -
download
3
Transcript of 1. makalah pendidikan sains untuk paud
PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM PADA PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
Sub Tema: Pendidikan Berwawasan Lingkungan
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Makro
Dosen Pengampu Rahmania Utari, M.Pd
Disusun oleh :
Asri Nur Azizah
13101241051
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam
tidak hentinya penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu
dinanti syafaatnya di yaumul akhir nanti.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Universitas Negeri Yogyakarta yang menjadi kebanggaan kami.
2. Ibu Rahmania Utari, M.Pd yang telah mengampu mata kuliah Pendidikan
Makro.
3. Petugas perpustakaan yang telah membantu dalam pencarian referensi.
Penulis berharap dengan makalah yang berjudul “PENINGKATAN
KEMAMPUAN SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
ALAM PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI” dapat memberikan
pengetahuan tentang peningkatan kemampuan sains melalui pembelajaran
berbasis alam.
Penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini.Untuk itu saran dan kritik yang membangun senantiasa penulis terima demi
perbaikan dipenulisan berikutnya.
Yogyakarta, Desember 2014
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Batasan Masalah 2
D. Rumusan Masalah 2
BAB II Kajian Teori 3
A. Karakteristik Anak Usia Dini 3
B. Pengertian Sains 4
C. Pembelajaran Berbasis Alam 5
BAB III Pembahasan 7
A. Cara Anak Mempelajari Sains 7
B. Program Pembelajaran Sains Berbasis Alam 8
C. Pelaksanaan Pembelajaran Sains Berbasis Alam 10
BAB IV Penutup 14
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
Daftar Pustaka 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 tentang
Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, melalui pendidikan
formal, nonformal, dan/atau informal, pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal meliputi Taman Kanak-Kanak, Roudlotul Athfal, atau
sederajat. Sedangkan pendidikan nonformal melalui kelompok bermain dan
bina keluarga balita. Tahap pendidikan usia dini disesuaikan dengan
perkembangan anak prasekolah yaitu usia 0-6 tahun.
Menurut Yuliani Nurani (2011: 55) masa usia dini merupakan pondasi
pertumbuhan dan perkembangan awal yang selanjutnya akan berpengaruh
pada tahap kehidupan berikutnya. Merujuk pada pendapat Freud dalam
Muhammad Fadlillah (2012: 56) menerangkan pula bahwa perkembangan
anak sejak kecil akan berpengaruh ketika anak tersebut dewasa. Pengalaman-
pengalaman yang diberikan oleh pendidik dan orang tua kepada anak akan
tertanam pada diri anak. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak usia dini 0-6
tahun yang unik, aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
eksploratif, serta senang dan kaya akan fantasi atau imajinasi. Karakteristik
anak tersebut mendukung anak untuk belajar hal-hal yang ada di
lingkungannya. Pemahaman tentang lingkungan dapat diterapkan pada
kemampuan anak pada bidang sains.
Mengacu pada pendapat Sumaji dalam Ali Nugraha (2005: 27) yang
menerangkan bahwa tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini adalah
untuk mengembangkan seseorang agar dapat memahami arti dari sains secara
menyeluruh dan dapat menggunakan aspek-aspek pentingnya dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Jadi pembelajaran sains
hendaknya dapat memberi pemahaman, minat, dan penghargaan anak didik
terhadap dunia tempat tinggal mereka.
1
Pembelajaran sains pada anak usia dini mendapat kendala. Salah satu
masalahnya yaitu materi pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis,
kurang memberi contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian
bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal
(Dikti, 2004 dalam http://www.fipumj.net). Untuk menjawab masalah
tersebut dibutuhkan model pembelajaran yang tepat agar pengalaman yang
diterima anak dapat berkesan sampai mereka dewasa.
Model pembelajaran bidang sains yang dapat diterapkan untuk anak
usia dini yaitu pembelajaran berbasis alam. Hal ini dikarenakan isi dari
pembelajaran sains berhubungan langsung dengan alam dan bersifat kongkret.
Model pembelajaran berbasis alam merupakan konsep pendidikan yang
kembali pada alam back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan
pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya
melalui belajar pada lingkungan alam sekitar. Pada makalah ini akan dibahas
tentang pembelajaran sains pada anak usia dini dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis alam.
B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran sains untuk anak usia dini memiliki kendala dalam
metode penyampaiannya. Penyampaian materi kurang memberi kesan pada
peserta didik dan masih monoton. Pendidik juga kurang memanfaatkan media
untuk proses pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Pada makalah ini akan membahas tentang pembelajaran berbasis alam
untuk anak usia dini yang berusia 0-6 tahun, sebagai solusi untuk
meningkatkan kemampuan sains anak dengan pembelajaran yang berkesan.
D. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran berbasis alam untuk
meningkatkan kemampuan sains pada anak usia dini (0-6 tahun) ?
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini atau anak prasekolah yang berusia 0-6 tahun
merupakan individu yang proses pertumbuhan dan perkembangannya
meliputi berbagai aspek dan dialami secara cepat dalam rentang kehidupan
manusia (Yuliani Nurani, 2011: 6).
Menurut Steinberg, Hughes, dan Piaget dalam Yulianti (2010)
menjelaskan bahwa ciri-ciri perkembangan pada anak usia dini dibagi
menjadi tiga. Perkembangan tersebut yaitu perkembangan fisik,
perkembangan emosi-sosial, dan kemampuan mental.
1. Ciri Fisik
Anak dapat menggunakan bagian-bagian tubuhnya dengan spontan dan
sangat aktif. Anak mampu mengendalikan dirinya dan mulai menyukai
kegiatan keseharian yang mereka lakukan.
2. Ciri Kehidupan Emosi-Sosial
Pada kehidupan sosial, anak cenderung suka bermain dan membentuk
kelompok. Pertemanan anan dimulai dengan anak-anak yang memiliki
jenis kelamin sama lalu selanjutnya dengan yang berlainan. Anak
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara cepat tapi beberapa
anak ada yang kesulitan untuk bergaul dengan temannya ketika dia
merasa tidak nyaman. Pada perkembangan emosi-sosial ini anak dapat
dilatih untuk melakukan kebiasaan baik yang dapat menunjang kualitas
hidupnya kelak.
3. Ciri Kemampuan Mental
Pada kemampuan mental ini anak senang belajar dengan imajinasinya
yang tinggi. Anak menyukai kegiatan menggunting, menempel, dan
melakukan hal-hal yang secara langsung dapat dilihat dan dipraktekan.
Dari penjelasan perkembangan anak usia dini diatas penulis
beranggapan bahwa masa usia dini adalah masa yang tepat untuk penanaman
3
pembelajaran yang berkesan, karena anak bersifat aktif dan memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi. Hal ini diharapkan pengalaman yang mereka terima
akan benar-benar mereka bawa sampai dewasa nanti. Namun, perlu
diperhatikan pula bahwa perkembangan anak tidak semuanya lancar. Semua
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari diri anak
yaitu anak memiliki kelainan fisik atau mental dan faktor lingkungan,
utamanya lingkungan keluarga yang merupakan tempat pendidikan utama
ketika anak berusia dini.
B. Pengertian Sains
Sains merupakan bidang ilmu yang mengkaji tentang fenomena-
fenomena alam yang terjadi pada kehidupan manusia. Sains tidak hanya
berbicara tentang teori atau rumus yang monoton. Sains bersifat universal dan
dapat dikembangkan oleh setiap individu yang yang hidup di dunia ini.
Pembelajaran sains yang menyeluruh tentang alam ini menyebabkan sains
seharusnya dapat diberikan sejak seseorang berusia dini (Nugraha, 2005: 7).
Abruscato dalam Nugraha (2005: 99-100) menerangkan bahwa ruang
lingkup sains sangatlah luas. Dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau
disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat raya atau sering disebut dengan
ilmu bumi, ilmu-ilmu hayati atau biologi, serta bidang kajian fisika dan
kimia.
Berdasarkan isi bahan kajian tentang ilmu bumi, sains dapat
mencerminkan tentang keadaan bumi dengan keadaan yang nyata. Pada ilmu
bumi akan dipelajari tentang astronomi, geologi, meterologi, dan bidang
langsung yang berhubungan dengan kegiatan bumi.
Berkaitan dengan ilmu hayati, sains mempelajari tentang botani,
zoology, dan ekologi. Botani adalah ilmu yang memperlajari tentang
tumbuhan. Zoology merupakan ilmu yang mempelajari dunia binatang yang
berkaitan dengan tempat atau daerah binatang tersebut hidup, cara bertahan
hidup serta sebab binatang itu ada. Sedangkan ekologi diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
4
Pembahasan mengenai bidang fisika dan kimia kajian sains mengarah
pada materi tentang daya atau kekuatan, studi tentang energi, dan yang
berkaitan dengan reaksi kimiawi.
C. Pembelajaran Berbasis Alam
Pembelajaran merupakan suatu interaksi yang terjadi antara pendidik
dan peserta didik yang diikuti dengan berbagai sumber belajar yang memadai.
Sumber belajar ini terdapat pada lingkungan belajar sehingga terjadi
perubahan perilaku-perilaku tertentu. Interaksi yang terjadi antara pendidik
dan peserta didik dapat dilakukan dengan bentuk apapun yang sudah disetujui
oleh kedua belah pihak (Fadlillah, 2012: 133). Salah satu jenis pembelajaran
yaitu model pembelajaran berbasis alam.
Berdasarkan Panduan Model Pembelajaran Berbasis Alam yang
dikembangkan oleh Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional tahun
2008, konsep yang dibawa dalam pembelajaran berbasis alam yaitu konsep
pendidikan yang kembali pada alam atau back to nature. Pembelajaran ini
mengajak anak untuk terjun langsung dalam mengamati dan merasakan
secara langsung suasana yang sesungguhnya pada lingkungan alam
disekitarnya. Pembelajaran ini menggunakan media yang dapat ditemui
secara langsung oleh peserta didik.
Pembelajaran berbasis alam dilakukan dengan menggunakan media
alam atau lingkungan sekitar yang nyata. Lingkungan dijadikan sebagai
sumber pengajaran yang utama dan melihat kejadian yang sesungguhnya
dengan benar. Sumber belajar dapat diartikan sebagai bahan ajar yang akan
disampaikan kepada peserta didik.
Bahan pengajaran dari lingkungan dikelompokan menjadi tiga
kategori. Ketiga kategori tersebut yaitu lingkungan alam (sebagai bahan
mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengolah dan
penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi), serta lingkungan masyarakat
pengguna bahan jadi (konsumen).
Pembelajaran berbasis alam memandang bahwa kegiatan pendidikan
harus dapat membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan
5
yang dipergunakan untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam.
Dengan demikian kegiatan pembelajaran yang berbasis pada alam akan
membantu menumbuhkan autoactivity atau aktivitas yang tumbuh dari dalam
diri seseorang sehingga dimungkinkan terjadi proses belajar secara aktif.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Cara Anak Mempelajari Sains
Berdasarkan teori perkembangan kognisi, menurut Piaget anak usia
dini yang berusia 0-6 tahun memasuki masa sensorimotor dan praoperasional.
Masa sensorimotor yaitu anak mengenal lingkungannya, sedangkan masa
praoperasional merupakan masa yang ditandai dengan kemampuan secara
simbolis yang ditunjukan dengan anak suka meniru tingkah laku orang lain,
binatang, atau peristiwa yang mereka lihat. Perilaku ini muncul setelah anak
mengamati objek yang menarik perhatiannya (Nurani, 2011: 56). Kegiatan
meniru anak ini dapat merangsang seluruh aspek perkembangan anak.
Menurut Nugraha (2005: 70-71) kegiatan yang merangsang
perkembangan anak mulai dari fisik, motorik, emosi-sosial, moral dan
kepribadian dapat disusun dengan bentuk belajar yang multi guna dan multi
fungsi. Kegiatan belajar dipilih yang mampu menciptakan learning to know
(belajar untuk tahu), learning to do (belajar untuk melakukan), learning to be
(belajar membentuk diri), dan learning to life together (membantu
kemampuan hidup dalam kebersamaan).
Aplikasi bentuk pembelajaran ini untuk pendidikan anak usia dini
yaitu melalui pemberian fasilitas anak untuk kegiatan langsung pada objek
sains. Seperti melakukan penyelidikan dan eksperimen. Pemberian fasilitas
ini dikemas dalam bentuk yang dapat menumbuhkan budaya kelompok dan
aktivitas individual.
Kegiatan sains dimulai dari kegiatan berkelompok lalu dilanjutkan
pada kegiatan individu dan mengarah lagi pada kegiatan berkelompok.
Kegiatan dilakukan dengan persiapan dan pengenalan sains secara
terbimbing. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan yaitu dengan observasi
atau manipulasi. Pada akhirnya anak dapat menyajikan hasil belajar sainsnya.
Pendekatan penunjang untuk melakukan kegiatan tersebut dapat melalui
kegiatan proyek yang bermuatan sains sesuai tingkatan anak. Media yang
7
dapat digunakan misalnya air dan pasir yang baik untuk mengembangkan
berbagai dimensi perkembangan anak.
Terdapat pengembangan lain yang dapat mengarahkan anak dalam
mempelajari sains. Dimulai dari anak diajak untuk berfikir kritis dan kreatif.
Anak dibiasakan untuk bertanya mengapa suatu hal terjadi dan dilatih untuk
mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan analisa mereka
masing-masing. Cara selanjutnya untuk meningkatkan kegiatan berfikir kritis
dan kreatif yaitu melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut yaitu observasi
dasar atau mengamati, mengandaikan atau mengasumsi, menemukan
kemungkinan-kemungkinan atau memprediksi, dapat menemukan kesalahan,
memperkirakan penyebab, membuat keputusan, dan yang terakhir membuat
kateogori (Yulianti, 2010: 65-71).
B. Program Pembelajaran Sains Berbasis Alam
Penyusunan program pembelajaran sains yang berbasis alam dapat
menggunakan beberapa pendekatan, diantaranya yaitu :
1. Pendekatan Pedosentris
Yang dimaksud dengan pendekatan pedosentris atau yang sering dikenal
dengan leaner centered yaitu cara memandang kegiatan pembelajaran
yang bertumpu atau bertitik tolak dari kesanggupan atau kemampuan
anak sebagai individu yang belajar. Pada pendekatan ini guru dituntut
untuk mengerti kesanggupan belajar setiap siswa sehingga pembelajaran
yang akan diberikanpun sesuai dengan kemampuan siswa tersebut.
2. Pendekatan Child Centered
Pada pendekatan ini menggunakan sudut pandang bahwa pusat kegiatan
pembelajaran berdasarkan pada aktivitas anak. Pendekatan child centered
memandang siswa memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai
aktivitas sains dengan sendirinya. Aktivitas-aktivitas tersebut diantaranya
adalah mencari permasalahan dari sumber belajar sains yang dihadapi,
menemukan sendiri jawaban dari masalah tersebut atau mengasumsikan
8
jawaban yang menurut mereka benar, selanjutnya adalah
mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan yang dia miliki.
Pada pendekatan ini mengharuskan guru untuk mendesain situasi dan
fasilitas belajar yang mendukung anak untuk mengeksplorasi
pengetahuannya. Pendekatan ini dalam pembelajaran berbasis alam,
pendidikan dapat mengajak anak menggunakan berbagai sumber belajar
lingkungan sekitar secara aktif.
3. Pendekatan Discovery (penemuan)
Pendekatan dengan cara ini memusatkan pada kemampuan anak dalam
menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai melalui berbagai pengalaman yang dirancang dan diciptakan guru.
Pendekatan ini memiliki hubungan dengan pendekatan pedosentris dan
child centered.
4. Pendekatan Proses
Pembelajaran lebih mengedepankan proses belajar dari pada hasil belajar.
Proses belajar sebagi pemerolehan berbagai ragam pengetahuan, nilai-
nilai, dan keterampilan oleh anak sendiri. Ini merupakan ciri khas dari
pendekatan proses dalam program berbasis alam.
5. Pendekatan Kongkrit
Pendekatan kongkrit mengusahakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dengan proses yang kongkrit. Anak-anak mempelajari hal-hal yang dapat
mereka lihat dan rasakan secara langsung menggunakan indra mereka.
Pendekatan ini dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna dan
dapat mereka ingat dengan waktu yang lama.
6. Pendekatan Tematik
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik yaitu
menggunakan berbagai konteks dalam kehidupan anak sehari-hari.
Pemilihan konteks memberi celah bagi guru untuk mengembangkan
pembelajaran menjadi lebih bermakna, utuh, dan terpadu yang
mengaitkan antara pembelajaran yang satu dengan pembelajarn yang
lain, selain itu peserta didik tidak merasakan pergantian bahan ajaran.
9
Pendekatan tematik ini dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik.
Penjelasan mengenai pendekatan-pendekatan tersebut berdasarkan
Panduan Model Pembelajaran Berbasis Alam yang dikembangkan oleh Pusat
Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional tahun 2008. Pendekatan-
pendekatan tersebut dapat diintegrasikan dalam sebuah rancangan
pembelajaran yang komprehensif dan langsung menjurus pada kebutuhan
anak tentang sains. Dengan penyusunan program yang memperhatikan
pendekatan-pendekatan tersebut anak akan mendapatkan pembelajaran yang
bermakna. Dengan keadaan tersebut maka teori Freud tentang pembelajaran
yang bermakna di usia dini akan dibawa sampai dewasa akan dapat
dipraktekan dengan baik.
C. Pelaksanaan Pembelajaran Sains Berbasis Alam
Pembelajaran sains dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis alam ini sudah pernah dilakukan penelitian, dan hasilnya
menunjukan bahwa dengan model pembelajaran ini pemahaman peserta didik
akan ilmu sains bertambah 20%-40%. Penelitian dilakukan pada sebuah
lembaga pendidikan anak usia dini, namun penelitian yang dilakukan hanya
pada sains bidang hayati tumbuhan (flora) saja. Penelitian ini dilakukan oleh
Yenimar tahun 2013.
Pada sub bab ini akan dijelaskan secara langsung pelaksanaan
pembelajaran sains berbasis alam yang bersifat lebih praktis. Menurut isi
bahan kajian sains meliputi ilmu bumi dan jagat raya, biologi, serta fisika-
kimia. Keterampilan yang dikembangkan berdasarkan isi bahan ajaran yaitu
meliputi keterampilan mengamati, mengelompokan, mengkomunikasikan,
menggunakan angka atau hitungan, membuat kesimpulan, dan keterampilan
memprediksi.
1. Pembelajaran berkaitan dengan pengenalan bumi dan jagat raya.
Pembelajaran ini membahas mengenai bebatuan dan mineral, cuaca, tata
surya, dan perubahan suhu suatu tempat.
10
Salah satu contoh mengidentifikasi berbagai jenis batuan dan mineral.
Lalu mengelompokan berbagai batuan yang diperoleh di sekitar anak,
misalkan saja berdasarkan warna, dan ukurannya. Setelah itu untuk
melatih keterampilan mengkomunikasikannya, anak diminta menjelaskan
perputaran bumi secara alamiah.
Pembelajaran dilanjutkan dengan anak diminta menghitung dengan jari
beberapa batuan kecil, misalnya koral atau kerikil yang telah disiapkan,
kegiatan ini untuk melatih menggunakan hitungan.
Pembelajaran yang dilakukan di lingkungan alam secara langsung, anak
mengamati beberapa lapisan tanah di beberapa tempat di sekitar
lingkungan sekolah, kemudian membuat penafsiran atas keadaan tanah
tersebut. Misalnya mengapa tanah dibelakang sekolah ditumbuhi rumput
lebih subur, tetapi di depan sekolah tidak ditumbuhi rumput sama sekali.
Contoh lain anak diajak menyimpulkan masalah mengapa tanah di bawah
cucuran air hujan yang mengalir melalui genting sekolah terlihat
berlubang, tetapi di tempat lainnya tidak, dan sebagainya.
Untuk melatih keterampilan memprediksi anak diajak untuk
memperkirakan atau menduga keadaan cuaca untuk esok hari atas
pengamatan cuaca pada hari ini, misalkan anak-anak diajak melihat
keadaan udara, awan dan sinar matahari hari itu lalu ditanyakan apakah
besok akan seperti ini juga?.
Rangkaian pembelajaran ini menggunakan beberapa pendekatan
pembelajaran berbasis alam, seperti pendekatan child centered,
discovery, dan pendekatan kongkrit.
2. Pembelajaran sains terkait bidang biologi.
Pembahasan dalam bidang biologi yaitu tentang makhluk hidup, makhluk
tak hidup, tumbuhan, perubahan organisme, dan kekuatan suatu perasaan
(sakit, luka, haus, kering, dll).
Sebagai contoh rangkaian pembelajaran dimulai dari anak mengamati
karakteristik makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Lalu anak
11
mengelompokan makhluk hidup dan tak hidup tersebut dengan
mempertimbangkan cuaca.
Untuk keterampilan berkomunikasi, anak mengutarakan ciri-ciri makhluk
hidup dan tak hidup berdasarkan yang mereka amati. Lalu anak
menyimpulkan bagaimana perbedaan makhluk hidup dan tak hidup, serta
cara makhluk hidup beradaptasi dengan lingkungannya. Selanjutnya anak
dilatih keterampilan memprediksi dengan membuat terkaan tentang
pengaruh lingkungan terhadap organisme.
Pendekatan discovery akan lebih tertanam ketika anak diberi aktivitas
untuk memelihara, merawat, dan menjaga binatang kesayangannya.
Dengan kegiatan tersebut anak dapat mengeksplorasi dan menemukan
karakteristik dari binatang yang dikenalnya menjadi lebih tinggi
intensitasnya.
3. Pembelajaran sains terkait dengan pengenalan konsep fisika-kimia.
Konsep pembelajaran fisika-kimia mencakup warna, ukuran, kekerasan,
hangat-dingin, suara, wujud benda, dan perubahan materi (objek).
Misal pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu diawali dengan anak
mengamati gambaran dan ciri-ciri wujud benda padat, cair, dan gas.
Setelah itu anak mengelompokan benda-benda yang termasuk padat, cair,
atau gas. Melatih keterampilan mengkomunikasikan objek, anak diminta
menerangkan tentang ciri-ciri dari benda-benda tersebut, atau berganti
objek dengan listrik. Mulai dari manfaat listrik dan alat-alat yang
bergerak dengan listrik, dilanjutkan dengan alasan manusia menghemat
listrik. Lalu anak dilatih menyimpulkan pemakaian listrik di rumah atau
di sekolah agar menjadi hemat dan tidak boros.
Selanjutnya anak diajak untuk memprediksi suatu benda, misalnya
sebuah senter jika diisi dengan baterai atau tidak diisi dengan baterai
apakah akan menyala atau tidak.
Dalam pembelajarn fisika anak dilatih melakukan pengukuran dengan
menimbang benda-benda yang mereka lihat, atau dengan mudah
menimbang berat badan mereka sendiri.
12
Penggalian kemampuan sains bidang fisika-kimia dapat
mengintegrasikan pendekatan-pendekatan berbasis alam yang disisipkan
dalam pembelajaran (Nugraha, 2005: 147-241).
Pembelajaran pada bidang-bidang sains tersebut akan memberikan
pengalaman berkesan pada anak jika dilakukan dengan cara yang asik dan
menyenangkan bagi anak. Anak akan antusias dalam pembelajaran dan akan
berkonsentrasi penuh untuk menerima materi. Perlu diperhatikan pula untuk
alokasi waktu belajar yang akan digunakan sehingga anak tidak bosan dengan
proses pembelajaran.
13
PENUTUP
A. Kasimpulan
Dari penjabaran pada kajian pustaka dan pembahasan dapat ditarik
kesimpulan bahwa untuk menerapkan metode pembelajaran berbasis sains
pada anak usia dini dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan,
diantaranya pendekatan pedosentris, child centered, discovery, proses,
kongkrit, dan tematik. Penerepan pendekatan-pendekatan tersebut dengan
pembelajaran yang langsung menggunakan media alam sebagai sumber
belajar. Dengan upaya tersebut sehingga dapat memberikan pembelajaran
yang bermakna bagi peserta didik dan dapat meningkatkan kemampuan sains
anak.
B. Saran
Hendaknya keahlian guru dalam mengkondisikan kelas dan
memberikan pengalaman belajar disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing peserta didik dan dilakukan dengan tidak monoton.
Penyediaan fasilitas untuk pembelajaran sains disesuaikan dengan
metode pembelajaran yang akan dilakukan, sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai dengan baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fadlillah, Muhammad. (2012). Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoretik
dan Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Isjoni. (2010). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.
Mujtaba, Imam. (2014). Masalah Belajar dan Pembelajaran Anak Usia Dini.
http://www.fipumj.net/artikela87ff679a2f3e71d9181a67b7542122c-
MASALAH-BELAJAR-DAN-PEMBELAJARAN-ANAK-USIA-
DINI-.html. (online). Diakses pada 22 Desember 2014.
Nugraha, Ali. (2005). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas.
Nurani, Yuliani. (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia DiniI. Jakarta:
Indeks.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Departemen
Pendidikan Nasional. (2008). Model Pembelajaran Berbasis Alam
Pendidikan Anak Usia Dini Formal Dan Nonformal.
Http://Www.Bintangbangsaku.Com/Sites/Default/Files/Model
%20Kurikulum%20PBA%20PAUD.Pdf. (Online). Diakses Pada 17
Desember 2014.
Yenimar. (2013). Peningkatan Kemampuan Sains Flora Anak Dengan
Pembelajaran Berbasis Alam Di Paud.
Http://Ejournal.Unp.Ac.Id/Index.Php/Pnfi/Article/Download/1522/Pdf.
(Online). Diakses Pada 17 Desember 2014.
Yulianti, Dwi. (2010). Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-Kanak.
Jakarta: Indeks.
15